Anda di halaman 1dari 11

A.

Sejarah Penemuan Zat Pengatur Tumbuh

Terdapatnya atau peran zat pengatur tumbuh di tumbuhan pertama kali


dikemukakan oleh Charles Darwin dalam bukunya The Power of Movement Plants.
Beliau melakukan percobaan dengan rumput Canari (Phalaris canariensis) dengan
memberinya sinar dari samping dan ternyata terjadi pembengkokan ke arah
datangnya sinar. Bagian yang tidak mendapat sinar terjadi pertumbuhan yang lebih
cepat daripada yang mendapat sinar sehingga terjadi pembengkokan. Tetapi jika
ujung kecambah dari rumput Canari dipotong akan tidak terjadi pembengkokan.
Sehingga dianalisa bahwa jika ujung kecambah mendapat cahaya dari samping akan
menyebabkan terjadi pemindahan pengaruh atau sesuatu zat dari atas ke bawah
yang menyebabkan terjadinya pembengkokan Boysen-Jemsen (1913) melakukan
penelitian dengan koleoptil Avena (kecambah dari biji rumput-rumputan)
menyatakan pemindahan pengaruh adalah pemindahan zat alami yang dihasilkan
dalam koleoptil Avena. Paal (1919) menguatkan dengan menyatakan bahwa ujung
batang adalah merupakan pusat pertumbuhan.

B. Pengertian Zat Pengatur Tumbuh

Sinyal kimia interseluler untuk pertama kali ditemukan pada tumbuhan.


Konsentrasi yang sangat rendah dari senyawa kimia tertentu yang diproduksi oleh
tanaman dapat memacu atau menghambat pertumbuhan atau diferensiasi pada
berbagai macam sel-sel tumbuhan dan dapat mengendalikan perkembangan bagian-
bagian yang berbeda pada tumbuhan. Dengan menganalogikan senyawa kimia yang
terdapat pada hewan yang disekresi oleh kelenjar ke aliran darah yang dapat
mempengaruhi perkembangan bagian-bagian yang berbeda pada tubuh, sinyal kimia
pada tumbuhan disebut hormon pertumbuhan. Namun, beberapa ilmuwan
memberikan definisi yang lebih terperinci terhadap istilah hormon yaitu senyawa
kimia yang disekresi oleh suatu organ atau jaringan yang dapat mempengaruhi organ
atau jaringan lain dengan cara khusus. Berbeda dengan yang diproduksi oleh hewan
senyawa kimia pada tumbuhan sering mempengaruhi sel-sel yang juga penghasil
senyawa tersebut disamping mempengaruhi sel lainnya, sehingga senyawa-senyawa
tersebut disebut dengan zat pengatur tumbuh untuk membedakannya dengan hormon
yang diangkut secara sistemik atau sinyal jarak jauh.
Hormon tumbuhan merupakan bagian dari sistem pengaturan pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan. Kehadirannya di dalam sel pada kadar yang sangat rendah
menjadi prekursor ("pemicu") proses transkripsi RNA. Hormon tumbuhan sendiri
dirangsang pembentukannya melalui signal berupa aktivitas senyawa-senyawa
reseptor sebagai tanggapan atas perubahan lingkungan yang terjadi di luar sel.
Kehadiran reseptor akan mendorong reaksi pembentukan hormon tertentu. Apabila
konsentrasi suatu hormon di dalam sel telah mencapai tingkat tertentu, atau mencapai
suatu nisbah tertentu dengan hormon lainnya, sejumlah gen yang semula tidak aktif
akan mulai berekspresi.
Ada lima jeni zat pengatur tumbuh yaitu auksin, sitokinin, giberelin,
Inhibitor/asam absisat dan etilen. ZPT menstimulasi pertumbuhan dengan memberi
isyarat kepada sel target untuk membelah atau memanjang, beberapa ZPT
menghambat pertumbuhan dengan cara menghambat pembelahan atau pemanjangan
sel. Sebagian besar molekul ZPT dapat mempengaruhi metabolisme dan
perkembangan sel-sel tumbuhan. ZPT melakukan ini dengan cara mempengaruhi
lintasan sinyal tranduksi pada sel target. Pada tumbuhan seperti halnya pada hewan,
lintasan ini menyebabkan respon selular seperti mengekspresikan suatu gen,
menghambat atau mengaktivasi enzim, atau mengubah membran.
Pengaruh dari suatu ZPT bergantung pada spesies tumbuhan, situs aksi ZPT
pada tumbuhan, tahap perkembangan tumbuhan dan konsentrasi ZPT. Satu ZPT tidak
bekerja sendiri dalam mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan,
pada umumnya keseimbangan konsentrasi dari beberapa ZPT-lah yang akan
mengontrol pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Istilah hormon ini berasal
dari bahasa Gerika yang berarti pembawa pesan kimiawi (Chemical messenger) yang
mula-mula dipergunakan pada fisiologi hewan. Dengan berkembangnya pengetahuan
biokimia dan dengan majunya industri kimia maka ditemukan banyak senyawa-
senya-wa yang mempunyai pengaruh fisiologis yang serupa dengan hormon tanaman.
Senyawa-senyawa sintetik ini pada umumnya dikenal dengan nama zat pengatur
tumbuh tanaman (ZPT = Plant Growth Regulator).
Tentang senyawa hormon tanaman dan zat pengatur tumbuh, Moore (2)
mencirikannya sebagai berikut :
1. Fitohormon atau hormon tanaman ada-lah senyawa organik bukan nutrisi
yang aktif dalam jumlah kecil (< 1mM) yang disintesis pada bagian tertentu,
pada umumnya ditranslokasikan kebagian lain tanaman dimana senyawa
tersebut, menghasilkan suatu tanggapan secara biokimia, fisiologis dan
morfologis.
2. Zat Pengatur Tumbuh adalah senyawa organik bukan nutrisi yang dalam kon-
sentrasi rendah (< 1 mM) mendorong, menghambat atau secara kualitatif
mengubah pertumbuhan dan perkem-bangan tanaman.
3. Inhibitor adalah senyawa organik yang menghambat pertumbuhan secara
umum dan tidak ada selang konsentrasi yang dapat mendorong pertumbuhan.

C. Macam macam Zat Pengatur Tumbuh

Ahli biologi tumbuhan telah mengidentifikasi 5 tipe utama ZPT yaitu auksin,
sitokinin, giberelin, asam absisat dan etilen (Tabel 1). Tiap kelompok ZPT dapat
menghasilkan beberapa pengaruh yaitu kelima kelompok ZPT mempengaruhi
pertumbuhan, namun hanya 4 dari 5 kelompok ZPT tersebut yang mempengaruhi
perkembangan tumbuhan yaitu dalam hal diferensiasi sel.
Seperti halnya hewan, tumbuhan memproduksi ZPT dalam jumlah yang sangat
sedikit, akan tetapi jumlah yang sedikit ini mampu mempengaruhi sel target. ZPT
menstimulasi pertumbuhan dengan memberi isyarat kepada sel target untuk
membelah atau memanjang, beberapa ZPT menghambat pertumbuhan dengan cara
menghambat pembelahan atau pemanjangan sel. Sebagian besar molekul ZPT dapat
mempengaruhi metabolisme dan perkembangan sel-sel tumbuhan. ZPT melakukan
ini dengan cara mempengaruhi lintasan sinyal tranduksi pada sel target. Pada
tumbuhan seperti halnya pada hewan, lintasan ini menyebabkan respon selular seperti
mengekspresikan suatu gen, menghambat atau mengaktivasi enzim, atau mengubah
membran.
Pengaruh dari suatu ZPT bergantung pada spesies tumbuhan, situs aksi ZPT
pada tumbuhan, tahap perkembangan tumbuhan dan konsentrasi ZPT. Satu ZPT tidak
bekerja sendiri dalam mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan,
pada umumnya keseimbangan konsentrasi dari beberapa ZPT-lah yang akan
mengontrol pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan
1. Auksin
Sejarah Kogl, melakukan penelitian dengan cara membuang
ujung koleoptil dan ternyata bagian bawah menunjukkan penurunan
pertumbuhan yang nyata hingga berhenti. Tetapi jika ujung koleoptil
dipotong dan diletakkan dalam suatu blok agar (media pertumbuhan)
selama beberapa jam dan ujung koleoptil tadi dibuang kemudian blok
agar tersebut diletakkan pada ujung batang atau koleoptil yang
dipotong tadi akan menyebabkan pertumbuhan berjalan lagi. Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat zat yang diproduksi di bagian ujung dan
bergerak ke bawah yang mempengaruhi pertumbuhan. Zat ini oleh
Kogl dinamakan auksin dari bahasa latin yaitu auxein berarti tumbuh.
Mekanisme / Cara kerja auksin
Mekanisme kerja auksin dalam mempengaruhi pemanjangan sel-sel
tanaman di atas dapat dijelaskan dengan hipotesis sebagai berikut :
auksin menginisiasi pemanjangan sel dengan cara mempengaruhi
pengendoran /pelenturan dinding sel. Auksin memacu protein tertentu
yang ada di membran plasma sel tumbuhan untuk memompa ion H+
ke dinding sel. Ion H+ ini mengaktifkan enzim tertentu sehingga
memutuskan beberapa ikatan silang hidrogen rantai molekul selulosa
penyusun dinding sel. Sel tumbuhan kemudian memanjang akibat air
yang masuk secara osmosis. Setelah pemanjangan ini, sel terus
tumbuh dengan mensintesis kembali material dinding sel dan
sitoplasma.
Peran
Auksin dicirikan sebagai substansi yang merangsang pembelokan ke
arah cahaya (fotonasti) pada bioassay terhadap koleoptil haver (Avena
sativa) pada suatu kisaran konsentrasi. Kebanyakan auksin alami
memiliki gugus indol. Auksin sintetik memiliki struktur yang berbeda-
beda. Beberapa auksin alami adalah asam indolasetat (IAA) dan asam
indolbutirat (IBA). Auksin sintetik (dibuat oleh manusia) banyak
macamnya, yang umum dikenal adalah asam naftalenasetat (NAA),
asam beta-naftoksiasetat (BNOA), asam 2,4-diklorofenoksiasetat (2,4-
D), dan asam 4-klorofenoksiasetat (4-CPA). 2,4-D juga dikenal
sebagai herbisida pada konsentrasi yang jauh lebih tinggi.
Beberapa fungsi auksin pada tumbuhan sebagai berikut :
a. Perkecambahan biji
Auksin akan mematahkan dormansi biji (biji tidak mau
berkecambah) dan akan merangsang proses perkecambahan
biji. Perendaman biji/benih dengan Auksin juga akan
membantu menaikkan kuantitas hasil panen.
b. Pembentukkan akar.
Auksin akan memacu proses terbentuknya akar serta
pertumbuhan akar dengan lebih baik
c. Pembungaan dan pembuahan.
Auksin akan merangsang dan mempertinggi prosentase
timbulnya bunga dan buah.
d. Mendorong Partenokarpi.
Parthenokarpi adalah suatu kondisi dimana tanaman berbuah
tanpa fertilisasi atau penyerbukan
e. Mengurangi gugurnya buah sebelum waktunya.
f. Mematahkan dominansi pucuk / apikal, yaitu suatu
kondisi dimana pucuk tanaman atau akar tidak mau
berkembang.
2. Giberelin
Sejarah
Giberelin pertama kali ditemukan oleh seorang ahli patologi Jepang,
Kurosawa, ketika meneliti penyakit tanaman padi yang disebut
Bakane. Penyakit tersebut disebabkan oleh jamur Gibberella fujikuroi,
yang dikenal juga sebagai Fusarium moniliforme. Dari hasil
penelitiannya didapat bahwa jamur tersebut mengeluarkan suatu
substansia atau zat yang sekarang dikenal dengan nama giberelin.
Giberelin, pertama kali zat ini diambil yaitu jamur Gibberella
fujikuroi, yang dikenal juga sebagai Fusarium moniliforme merupakan
organisme penyebab penyakit foolish seedling pada padi. Tanaman
padi yang diserang terlihat lebih tinggi daripada yang lain. Gejala ini
ternyata diakibatkan karena suatu zat yang dikeluarkan oleh jamur
tersebut. Tahun 1938, Yabuta dan Sumuki berhasil mendapatkan
giberelin dari jamur tersebut.
Gibberellin adalah jenis hormon tumbuh yang mula-mula diketemukan
di Jepang oleh Kurosawa pada tahun 1926. Penelitian lanjutan
dilakukan oleh Yabuta dan Hayashi (1939). Ia dapat mengisolasi
crystalline material yang dapat menstimulasi pertumbuhan pada akar
kecambah. Dalam tahun 1951, Stodola dkk melakukan penelitian
terhadap substansi ini dan menghasilkan "Gibberelline A" dan
"Gibberelline X". adapun hasil penelitian lanjutannya menghasilkan
GA1, GA2, dan GA3.
Pada saat yang sama dilakukan pula penelitian di Laboratory of the
Imperial Chemical Industries di Inggris sehingga menghasilkan GA3
(Cross, 1954 dalam Weaver 1972). Nama Gibberellin acid untuk zat
tersebut telah disepakati oleh kelompok peneliti itu sehingga populer
sampai sekarang.
Mekanisme / Cara Kerja
a. Kejadian di dalam alam.
Di dalam alam telah ditemukan lebih dari sepuluh buah jenis
gibberellin. Menurut Mac Millan dan Takashashi (1968), Kang
(1970) dan Weaver (1972), gibberellin ada yang diketemukan
dalam jamur Gibberella Fujikuroi, ada yang diketemukan pada
tanaman tinggi dan ada juga yang diketemukan pada keduanya.
Jenis gibberellin yang diketemukan pada jamur yaitu ; GA1,
GA2, GA3, GA4, GA7, GA9, s.d GA16, GA24, GA25, GA36.
Sedangkan jenis gibberellin yang diketemukan pada tanaman
derajat tinggi yaitu ; GA1, s.d GA9, GA13, GA17, s.d GA23,
GA26, s.d GA35. Dan yang terakhir yaitu gibberellin yang
diketemukan pada jamur dan tanaman derajat tinggi yaitu ; GA1,
s.d GA4, GA7, GA9, dan GA13.
Gibberellin ; GA1 s.d GA5, GA7 s.d GA9, GA19, GA20, GA26,
GA27, dan GA29 diketemukan pada Pharbitis nil, GA1, GA5,
GA8, GA9, GA13, diketemukan pada umbi tulip, kemudian GA3,
GA4, GA7, diketemukan pada anggur, GA18, GA19, GA20,
diketemukan pada pucuk bambu, GA3, GA4, GA7, dijumpai pada
biji apel, selanjutnya GA21, dan GA22, dijumpai pada sword
bean.
Pada tanaman lain yaitu : Lipinus lutens (GA18, GA23,
GA28), pada pucuk tanaman jeruk dan biji mentimun
diketemukan GA1, tebu (GA5), pisang (GA7), kacang, jagung,
barley wheat diketemukan GA1. Adapun pada tanaman Phaseolus
coclirecus diketemukan ; GA1, GA3 s.d GA6, GA8, GA13,
GA17, dan GA20. Kemudian pada Rudbeckia bicolor
diketemukan ; GA1, GA4, GA7, s.d GA9. Dan yang terakhir yaitu
pada Calonyction aculeatum diketemukan : GA30, GA31, GA33,
dan GA34. Hasil penelitian Meizger dan Zeivaart (1980)
menunjukan bahwa pada pucuk bayam (spinach) didapatkan
gibberellin ; GA53, GA44, GA19, GA17, GA20, dan GA29,.
b. Metabolisme gibberelline
Gibberellin adalah zat kimia yang dikelompokan kedalam
terpinoid. Semua kelompok terpinoid terbentuk dari unit isoprene
yang terdiri dari 5 atom karbon. Unit-unit isoprene ini dapat
bergabung sehingga menghasilkan monoterpene (C-10),
Sesqueterpene (C-15), diterpene (C-20) dan triterpene (C-30).
Biosintesis gibberelline yang terdapat dalam jamur Gibberella
Fujikuroi berproses dari Mevalonic acid sampai menjadi
gibberellin. Di dalam proses biosintesis telah diketemukan zat
penghambat (growth retardant) di dalam aktivitas ini. Beberapa
contoh growth retardant yang menghambat biosintesis gibberelline
pada tanaman antara lain Amo-1618 (2-isopropil-4-dimetil-
kamine-5 metil phenil-4pipendine karboksilatmetil klorida)
menghambat biosintesis gibberelline pada tanaman mentimun liar
(Exhmocytis macrocarpa). Amo-1618 menghambat dalam proses
perubahan dari Geranylgeranyl pyrophosphat ke Kaurene. Begitu
pula growth retardant CCC (2-chloroethyl) trimethyl (-amonium
chloride) memperlihatkan aktivitas yang sama dengan Amo-1618.
Struktur molekul dan aktivitas gibberelline
Gibberelline merupakan suatu compound (senyawa) yang
mengandung "gibban skeleton".Menurut Weaver (1972), perbedaan
utama pada gibberelline adalah:
a) Beberapa gibberelline mempunyai 19 buah atom karbon dan
yang lainnya mempunyai 20 buah atom karbon.
b) Grup hidroksil berada dalam posisi 3 dan 13 (ent gibberellene
numbering system). Semua gibberelline dengan 19 atom
karbon adalah monocarboxylic acid yang mengandung COOH
grup pada posisi 7 dan mempunyai sebuah lactonering. Di
dalam alam, dijumpai pula beberapa senyawa yang di ekstrak
dari tanaman. Senyawa tersebut tidak mengandung gibberelline
atau gibberellane structure tetapi termasuk ke dalam
gibberelline. Dari hasil penelitian Tamura dkk, ia menemukan
suatu substansi dalam jamur Helminthosporium sativum yang
dinamakan "helminthosporol" yang aktif dalam perpanjangan
daun pada kecambah padi dan barley. Senyawa lain yang
ditemukan tanpa gibban skeleton yaitu "Steviol", namun
aktivitasnya seperti gibberelline.
Peran
Beberapa fungsi giberelin pada tumbuhan sebagai berikut :
Mematahkan dormansi atau hambatan pertumbuhan tanaman
sehingga tanaman dapat tumbuh normal (tidak kerdil) dengan
cara mempercepat proses pembelahan sel.
Meningkatkan pembungaan.
Memacu proses perkecambahan biji. Salah satu efek giberelin
adalah mendorong terjadinya sintesis enzim dalam biji seperti
amilase, protease dan lipase dimana enzim tersebut akan
merombak dinding sel endosperm biji dan menghidrolisis pati
dan protein yang akan memberikan energi bagi perkembangan
embrio diantaranya adalah radikula yang akan mendobrak
endosperm, kulit biji atau kulit buah yang membatasi
pertumbuhan/perkecambahan biji sehingga biji berkecambah
Berperan pada pemanjangan sel.
Sitokinin
a. Sejarah
Skoog (1955) melakukan penelitian dengan cara memisahkan
jaringan empulur Nikotiana tabaccum dari unsur-unsur pembuluh dan
korteks kemudian menempatkannya dalam suatu medium
pertumbuhan dan hasilnya adalah tidak terjadi pembelahan sel pada
jaringan empulur tersebut. Tetapi jika jaringan pembuluh ditempatkan
sedemikian rupa sehingga bersinggungan dengan jaringan empulur,
maka jaringan empulur akan melakukan pembelahan sel lagi. Lewat
penelitian selanjutnya Skoog menamakan zat yang dapat memacu
proses pembelahan sel tersebut diberikan pakan ukuran 01.
b. Mekanisme / Cara Kerja
Struktur kimia Cytokinin
Bentuk dasar dari cytokinin adalah adenin (6-amino purine).
Adenin merupakan bentuk dasar yang menentukan terhadap
aktifitas cytokinin. Di dalam senyawa cytokinin, panjang rantai
dan hadirnya suatu double bond dalam rantai tersebut akan
meningkatkan aktifitas zat pengatur tumbuh ini.
Arti Cytokinin bagi fisiologi tanaman
Penelitian pertumbuhan pith tissue culture dengan
menggunakan cytokinin dan auxin dalam berbagai
perbandingan telah dilakukan oleh Weier et al (1974).
Dihasilkan bahwa apabila dalam perbandingan cytokinin lebih
besar dari auxin, maka hal ini akan memperlihatkan stimulasi
pertumbuhan tunas dan daun. Sebaliknya apabila cytokinin
lebih rendah dari auxin, maka ini akan mengakibatkan
stimulasi pada pertumbuhan akar. Sedangkan apabila
perbandingan cytokinin dan auxin berimbang, maka
pertumbuhan tunas, daun dan akar akan berimbang pula. Tetapi
apabila konsentrasi cytokinin itu sedang dan konsentrasi auxin
rendah, maka keadaan pertumbuhan tobacco pith culture
tersebut akan berbentuk callus.
Sedangkan dalam pembelahan sel, dikemukakan bahwa
IAA dan kinetin, apabila digunakan secara tersendiri akan
menstimulasi sintesis DNA dalam tobacco pith culture. Dan
menurut ahli tsb, kehadiran IAA dan kinetin ini diperlukan
dalam proses mitosis walaupun IAA lebih dominan pada fase
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai

  • I. Pendahuluan A. Latar Belakang
    I. Pendahuluan A. Latar Belakang
    Dokumen6 halaman
    I. Pendahuluan A. Latar Belakang
    JulitaM.Rumangun
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen6 halaman
    Daftar Pustaka
    JulitaM.Rumangun
    Belum ada peringkat
  • Paper Pemuiaan Lanjuta
    Paper Pemuiaan Lanjuta
    Dokumen10 halaman
    Paper Pemuiaan Lanjuta
    JulitaM.Rumangun
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen6 halaman
    Daftar Pustaka
    JulitaM.Rumangun
    Belum ada peringkat
  • Hasil
    Hasil
    Dokumen4 halaman
    Hasil
    JulitaM.Rumangun
    Belum ada peringkat
  • Allium
    Allium
    Dokumen8 halaman
    Allium
    JulitaM.Rumangun
    Belum ada peringkat
  • Makalah Puring
    Makalah Puring
    Dokumen10 halaman
    Makalah Puring
    JulitaM.Rumangun
    Belum ada peringkat
  • Makalah: Pestisida
    Makalah: Pestisida
    Dokumen14 halaman
    Makalah: Pestisida
    JulitaM.Rumangun
    Belum ada peringkat
  • I. Pendahuluan A. Latar Belakang
    I. Pendahuluan A. Latar Belakang
    Dokumen6 halaman
    I. Pendahuluan A. Latar Belakang
    JulitaM.Rumangun
    Belum ada peringkat
  • Makalah: Pestisida
    Makalah: Pestisida
    Dokumen14 halaman
    Makalah: Pestisida
    JulitaM.Rumangun
    Belum ada peringkat
  • Kaver
    Kaver
    Dokumen12 halaman
    Kaver
    JulitaM.Rumangun
    Belum ada peringkat
  • Tugas Legum Crop Ita
    Tugas Legum Crop Ita
    Dokumen10 halaman
    Tugas Legum Crop Ita
    JulitaM.Rumangun
    Belum ada peringkat
  • Dok - Bps Buton
    Dok - Bps Buton
    Dokumen152 halaman
    Dok - Bps Buton
    JulitaM.Rumangun
    Belum ada peringkat
  • Andy Pestisida
    Andy Pestisida
    Dokumen5 halaman
    Andy Pestisida
    JulitaM.Rumangun
    Belum ada peringkat
  • Morfologi Pepaya
    Morfologi Pepaya
    Dokumen11 halaman
    Morfologi Pepaya
    Arnadi
    86% (7)
  • Dok - Bps Buton
    Dok - Bps Buton
    Dokumen152 halaman
    Dok - Bps Buton
    JulitaM.Rumangun
    Belum ada peringkat
  • Tugas Sitti Saniasa
    Tugas Sitti Saniasa
    Dokumen6 halaman
    Tugas Sitti Saniasa
    JulitaM.Rumangun
    Belum ada peringkat
  • TUGAS
    TUGAS
    Dokumen11 halaman
    TUGAS
    JulitaM.Rumangun
    Belum ada peringkat
  • Tugas Individu ILMU GULMA
    Tugas Individu ILMU GULMA
    Dokumen3 halaman
    Tugas Individu ILMU GULMA
    JulitaM.Rumangun
    Belum ada peringkat
  • Pepaya California
    Pepaya California
    Dokumen2 halaman
    Pepaya California
    JulitaM.Rumangun
    Belum ada peringkat
  • TUGAS
    TUGAS
    Dokumen4 halaman
    TUGAS
    JulitaM.Rumangun
    Belum ada peringkat
  • Tugas Legum Crop Ita
    Tugas Legum Crop Ita
    Dokumen10 halaman
    Tugas Legum Crop Ita
    JulitaM.Rumangun
    Belum ada peringkat
  • Makalah Budidaya Dan Farming System 3
    Makalah Budidaya Dan Farming System 3
    Dokumen132 halaman
    Makalah Budidaya Dan Farming System 3
    JulitaM.Rumangun
    Belum ada peringkat
  • TUGAS
    TUGAS
    Dokumen11 halaman
    TUGAS
    JulitaM.Rumangun
    Belum ada peringkat
  • Paper
    Paper
    Dokumen8 halaman
    Paper
    JulitaM.Rumangun
    Belum ada peringkat
  • Paper
    Paper
    Dokumen8 halaman
    Paper
    JulitaM.Rumangun
    Belum ada peringkat