DISUSUN OLEH
KELOMPOK : 2
ASISTEN : ACHMAT SOLEH HUDIN
2023
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM
RESTORASI EKOSISTEM PESISIR
Disusun oleh :
Kelompok 2
Mengetahui,
Menyetujui,
Dosen Pengampu
Restorasi Ekosistem Pesisir
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
laporan ini.
Kami selaku penulis menyadari, laporan yang disusun ini masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................1
KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI.......................................................................................................... 3
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................4
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................5
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................6
1.1 Latar Belakang...............................................................................................6
1.2 Tujuan............................................................................................................7
1.3 Manfaat..........................................................................................................8
1.4 Waktu dan Tempat.........................................................................................8
BAB II METODOLOGI..........................................................................................9
2.1 Lokasi Praktikum...........................................................................................9
2.2 Skema Kerja.................................................................................................11
2.3 Metode Pengumpulan Data..........................................................................12
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................14
3.1 Deskripsi Daerah Praktikum........................................................................14
3.2 Kondisi Ekosistem Pesisir............................................................................15
3.3 Kondisi Antrophogenik................................................................................16
3.4 Penataan Ruang Daerah Penelitian...............................................................18
3.5 Perubahan Pengelolaan Kawasan Pesisir......................................................20
3.6 Strategi Pengelolaan.....................................................................................23
3.6.1 Aspek Biofisik.............................................................................................23
3.6.2 Aspek Sosial Ekonomi Budaya....................................................................24
3.6.3 Aspek Kelembagaan.....................................................................................25
BAB IV PENUTUP..............................................................................................27
4.1 Kesimpulan..................................................................................................27
4.2 Saran............................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................28
LAMPIRAN.........................................................................................................30
iii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
iv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Wawancara di Kantor Desa Tanjung Widoro.......................................................
Lampiran 2. Pesisir Tanjung Widoro............................................................................................
Lampiran 3. Wawancara Lapang.................................................................................................
Lampiran 4. Kondisi Ekosistem Mangrove.................................................................................
v
BAB I PENDAHULUAN
kerusakan lingkungan akibat aktivitas manusia yang semakin tidak rasional dan
perubahan alam yang sangat drastis. Dalam melakukan restorasi pada area yang
dan ketersediaan bibitnya (Ardillah et al., 2014). Restorasi pada hutan mangrove
yang telah terdegradasi adalah sebuah tugas yang tidak mudah dilakukan. Selain
memerlukan biaya dan tenaga yang besar, juga membutuhkan waktu yang lama.
Restorasi hutan mangrove dapat dilakukan dalam dua rentang waktu, yaitu
jangka panjang (>20 tahun) dan jangka pendek (<20 tahun). Degradasi yang
lebih dari 20 tahun. Oleh karena itu, upaya restorasi perlu dilakukan sebelum
terjadi kerusakan yang lebih parah terhadap kawasan hutan mangrove (Eddy et
al., 2019).
Wilayah pesisir pada saat ini sedang menghadapi berbagai tekanan baik
dari faktor alam maupun faktor manusia. Tekanan yang terus-menerus tersebut
6
berbagai jenis mangrove seperti Avicennia marina (api-api), Rhizophora
memiliki luas sekitar 250 hektar, dengan area budidaya seluas 5 hektar di
restorasi. Restorasi hutan mangrove sulit dan memerlukan biaya, tenaga, dan
waktu yang lama. Rentang waktu restorasi mangrove terbagi menjadi jangka
yang membutuhkan restorasi lebih dari 20 tahun. Upaya restorasi perlu dilakukan
kerusakan yang lebih parah. Di pantai utara Kabupaten Gresik, terdapat berbagai
jenis mangrove di Desa Tanjung Widoro, Kecamatan Bungah, dengan luas hutan
mangrove sekitar 250 hektar dan area budidaya 5 hektar di Kecamatan Bungah.
1.2 Tujuan
7
4. Memahami konteks dan realitas. Praktikum ini membantu peserta
1.3 Manfaat
3. Praktikan dapat memahami cara untuk melakukan restorasi baik dari segi
Jawa Timur.
8
BAB II METODOLOGI
provinsi Jawa Timur. Luas daerah Kabupaten Gresik yaitu sebesar 1.191,25
yang terdiri dari 33o desa dan 26 kelurahan. Kabupaten Gresik memiliki
panjang garis pantai 140 km dan sangat intensif dimanfaatkan untuk kegiatan
9
pemerintahan, pemukiman, industri, pelabuhan, pertambakan, pariwisata, dan
Laut Jawa. Oleh karena itu, sebagian wilayah utara di Gresik yaitu kawasan
Kecamatan Bungah memiliki luas daerah sebesar 79,49 Km2. Salah satu
desa yang terletak di Kecamatan Bunga yaitu Desa Tanjung Widoro (Alit et
al., 2015).
10
2.2 Skema Kerja
11
2.3 Metode Pengumpulan Data
dua jenis data yang dikumpulkan dalam praktikum ini, yakni data primer dan
terhadap buku, web resmi, laporan maupun hasil penelitian resmi lainnya.
baik, sehingga menghasilkan data yang baik pula. Agar dapat dilakukan
mengamati hal yang ada atau kejadian alami dan mengikuti alur alami dari
12
beberapa jenis observasi, beberapa di antaranya adalah observasi systematic
menentukan kategori aktivitas atau fenomena yang ingin diteliti, lalu disiapkan
dikarenakan peneliti belum mengetahui secara pasti apa yang akan diamati
(Hasanah, 2017).
13
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
Kabupaten Gresik berada pada koordinat 1120 – 1130 Bujur Timur dan
pendatang yang bekerja sebagai buruh. Salah satu Desa yang dekat dengan
pesisir dan melakukan banyak hal di industri pesisir yaitu Desa Widoro. Hal ini
Desa Tanjung Widoro yang dekat dengan lautan membuat masyarakat sekitar
tidak bisa lepas dengan kapal atau perahu. Pasalnya masyarakat sekitar
Gresik yang memiliki banyak potensi lokal daerah, antara lain destinasi wisata
pesisir, hasil laut melimpah, dan situs budaya lokal. Potensi daerah di
Potensi wisata yang unik antara lain Benteng Lodewijk yang berada di pesisir
pantai Desa Tanjung Widoro, Sumur Tua yang menyatu dengan Benteng
Lodewijk, Goa dan Jalan Lori, Wisata Pantai, dan Wisata Hutan Bakau
ukuran besar dan hasil laut, antara lain Rajungan, Lobster, dan Kerapu serta
14
Batik Bangsawan hasil karya warga Bungah dan sudah dikomersilkan oleh
Wakil Bupati Gresik. Potensi tersebut dikemas menjadi suatu sajian wisata
memiliki banyak potensi lokal, termasuk destinasi wisata pantai, hasil laut
Kecamatan Bungah terdiri dari tiga desa: Desa Kramat, Watuagung, dan
Tua yang menyatu dengan Benteng Lodewijk, Goa dan Jalan Lori, Pantai,
tambak bandeng berukuran besar dan hasil laut seperti rajungan, lobster, dan
Wilayah pesisir saat ini sedang mengalami masa kritis dimana terdapat
tekanan baik itu karena proses alam maupun antropogenik. Adanya tekanan
Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Timur tahun 2009 dimana
Timur dari Kabupaten Tuban, Lamongan, Gresik hingga pesisir Pulau Madura
15
Kondisi padang lamun di Kabupaten Gresik dinyatakan bahwa tidak ada
yang berkaral, kerikil, pasir, lumpur atau lempung sehingga membuat lamun
tersebut pun terbilang cukup tinggi sehingga ketika lamun yang sudah mati
tidak dapat tumbuh optimal kembali yang mana dapat disimpulkan bahwa
wilayah pesisirnya sendiri sudah banyak terjadinya alih fungsi lahan menjadi
sawah atau tambak. Selain itu juga karena tingginya faktor sedimentasi
baik yang berakibat menjadi rusak. Adanya kerusakan terumbu karang yang
terjadi pada tahun 2009 dengan persentase 60% juga sangat berpengaruh
karena itu merupakan kerusakan yang sangat besar dan jika tidak segera
menurun.
karang jenis karang otak dengan kondisi rusak parah karena terjadi
keterkaitan dengan karang yang mana hal ini akan memengaruhi tingkat
16
pertumbuhan terumbu karang. Sehingga terumbu karang mengalami
memerlukan waktu yang sangat lama yaitu puluhan tahun. Kondisi mangrove
ha. Untuk kondisi padang lamun pada Kabupaten Gresik tidak ditemukan
lamun karena melihat dari kondisi perairan yang keruh sehingga lamun tidak
bisa hidup di perairan yang keruh karena sinar matahari sulit menembus ke
lainnya yang hilang atau dibuang dan memasuki lingkungan laut setiap hari
menjadi sampah laut atau biasa disebut marine debris. Salah satu sampah
laut yang banyak menjadi masalah adalah sampah plastik karena proses
sangat lama, partikel ini sangat tahan untuk periode waktu yang sangat lama
besar dan dapat menyerap bahan kimia beracun seperti PBTs (persistent,
lingkungan laut dan plastik merupakan bahan yang sangat persisten. Salah
Banyuurip. Banyuurip dilewati oleh dua sungai besar yaitu Bengawan Solo
17
dan Sungai Brantas. Bengawan Solo merupakan sungai panjang yang dalam
Provinsi Jawa Timur. Sebagai sebuah daerah yang dihuni oleh manusia dan
negatifnya.
padat. Pada tahun 1845 kepadatan penduduk Gresik mencapai 6.876 jiwa
18
pemukiman baru di sekitar wilayah penduduk asli kawasan tersebut.
wisata berupa objek wisata, atraksi i wisata, dan nilai historis. Sebaran
pariwisata budaya meliputi Wisata Budaya Gresik Kota dan Pulau Bawean
Gresik terdiri dari Kecamatan Sidayu sebagai kawasan minapolis (pusat), dan
sekitar DAS yang berdampak pada penurunan kualitas air untuk kegiatan
lingkungan. Pada tahun 2016, banyak ditemukan alih fungsi lahan dari lahan
19
Kabupaten Gresik. Pada proses pembangunan pelabuhan internasional ini
kegiatan perikanan budidaya. Pada tahun 2016, terjadi alih fungsi lahan
20
positif bagi luas tutupan mangrove setempat guna mempertahankan serta
kelestarian lingkungan dan sumber daya alam yang ada di wilayah pesisir.
Untuk mencapai hal ini, berbagai tindakan dapat dilakukan. Salah satunya
penanaman kembali hutan mangrove yang hilang. Hal ini bertujuan untuk
pantai dari erosi. Selain itu, pengaturan penggunaan lahan juga diperlukan
pada upaya konservasi, memiliki interaksi yang positif terhadap luas tutupan
sumber daya alam di wilayah pesisir. Selain itu, restorasi ekosistem seperti
21
pemulihan terumbu karang dan penanaman kembali hutan mangrove juga
yaitu aspek biofisik, sosial ekonomi budaya, serta kelembagaan dan tata
tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur atau
22
mengenai pengelolaan pesisir dan hutan mangrove berdampak pada
jenis ekosistem lainnya seperti padang lamun dan terumbu karang tidak
gelombang laut dalam waktu yang lama. Abrasi juga dapat terjadi akibat
perilaku manusia yang kurang baik. Oleh karena itu, perlu adanya
pengelolaan biofisik agar kondisi ekosistem pesisir dapat terjaga. Salah satu
ini bertujuan agar dapat mengurangi abrasi di kawasan pesisir sehingga tidak
tempatnya berada di zona pesisir utara Jawa Timur dengan memiliki panjang
pantai hingga 140 km dan terdiri atas daratan sejauh 69 km di Pulau Jawa.
23
besar-besaran di wilayah pesisir karena adanya pertumbuhan penduduk dan
satu traidisinya yaitu Gurdho, dimana memiliki arti seperti sedekah bumi.
Tradisi ini merupakan sebuah upacar ungkapan rasa syukur kepada Tuhan
yang telah mengkaruniakan hasil bumi yang berlimpah. Kegiatan ini biasanya
tradisi dan budaya salah satunya yaitu gurdho. Tradisi tersebut perlunya
dilakukan lebih lanjut untuk menjadi ciri khas dalam memperkenalkan budaya
kemudian.
24
Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau
darat yang mencakup wilayah administrasi dalam satu Kabupaten atau Kota,
Gresik, 2001).
bersama, bahwa salah satu masalah utama yang dihadapi dalam pengelolaan
al., 2019).
meliputi BPD, NU, IPBNU, LPD, KLD, karang taruna, kelompok nelayan,
25
hutan mangrove dan penangkapan ikan di wilayah mangrove. Untuk
tujuan pariwisata dan hingga saat ini tidak pernah terjadi permasalahan
26
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
manusia yang semakin tidak rasional dan perubahan alam yang sangat
ada atau tidak ditemukannya lamun dikarenakan kondisi perairan yang tidak
karang tidak terganggu. Selain itu, diperlukan adanya peran masyarakat dan
hutan mangrove.
4.2 Saran
27
DAFTAR PUSTAKA
Amelia, Chandra. (2013). Budaya daerah Gresik. Diakses pada 18 Juni 2023
pukul 10.43 WIB.
Ayuningtyas, W. C., Defri, Y., Syarifah, H. J., dan Feni, I. (2019). Kelimpahan
mikroplastik pada perairan di Banyuurip, Gresik, Jawa Timur. Journal of
Fisheries and Marine Research, 3(1), 41-45
Eddy, S., Iskandar, I. I., Ridho, M. R., & Mulyana, A. (2019). Restorasi hutan
mangrove terdegradasi berbasis masyarakat lokal. Jurnal Indobiosains,
1(1), 1-13.
28
dan Kecamatan Bungah, Kabupaten Gresik. Research Journal of Life
Science, 1(1), 54-67.
29
LAMPIRAN
30
Lampiran 3. Wawancara Lapang
31