التمييز واقسامه
Dosen pengampu : Dra. Hj. Nurlaily, M.Pd
Disusun Oleh :
TAHUN 2021/2022
i
KATA PENGANTAR
Kelompok 09
ii
DAFTAR ISI
C. Tujuan ........................................................................................................................... 1
A. Kesimpulan ................................................................................................................... 7
B. Saran............................................................................................................................ 7
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa Arab sebagai salah satu bahasa yang diakui secara internasional. mempunyai keunikan
tersendiri, sebab ia menjadi bahasa Al-Qur'an'; sebuah kitab suci yang menjadi pedoman semua
umat Islam sedunia. Dengan demikian, bahasa Arab tidak hanya dipakai oleh bangsa Arab sendiri,
tetapi dipergunakan juga oleh bangsa bangsa lain yang memeluk agama Islam. Bahkan non Islam
pun (Islamolog) banyak yang mempelajari bahasa Arab sebagai alat bantu untuk mengkaji bidang
studi ke-Islaman.
Bahasa Arab merupakan salah satu bahasa mayor di dunia yang dituturkan oleh lebih dari
200.000.000 umat manusia. Bahasa ini digunakan secara resmi oleh kurang lebih 20 negara. Dan
karena ia merupakan bahasa kitab suci dan tuntunan agama umat Islam sedunia, maka tentu saja
ia merupakan bahasa yang paling besar signifikansinya bagi ratusan juta muslim sedunia.
Ilmu nahwu sebagai tata bahasa Arab, didalamnya membahas beberapa kaidah yang dengannya
dapat diketahui keadaan bahasa Arab. Salah satu pembahasan di dalamnya dikenal dengan istilah
tamyiz. Tamyiz adalah bentuk isim al-Nakirah yang merupakan pelengakap untuk kesempurnaan
struktur dan kejelasan makna suatu kalimat, sehingga bagi pembacanya dapat memahami dengan
jelas.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tamyiz
Definisi Tamyiz adalah isim yang berfungsi untuk menjelaskan maksud dari pada isim
mumayyaz yang masih mubham (samar) sehingga makna kalimat menjadi jelas dan tidak
melahirkan multi penafsiran.
Secara etimologi kata tamyiz berasal dari kata ميّز , ia merupakan bentuk masdhar dari fi'il
tersebut. Dalam kamus disebutkan bahwa “mayyaza” berarti memisahkan sesuatu dari yang lain
atau mengutamakan sesuatu daripada yang lain. Tamyiz berfungsi untuk menjelaskan atau
menghilangkan kekaburan atau ketidak jelasan dari apa yang dimaksud kata atau kalimat
sebelumnya, misalnya (saya membeli dua puluh buku). Kata-kata ini masih sifatnya umum, bisa
berarti dua puluh buku, dua puluh majallah, dua puluh pulpen dan lain-lain, namun setelah ada
kata-kata lu, maka sudah jelaslah yang dimaksud buku dan keluarlah yang lain. Inilah yang
dimaksud tamyiz dalam bahasa Arab. Kemudian tamyiz dari segi terminologi ialah:
" isim nakirah yang dituturkan untuk memperjelas kesamaran suatu zat atau suatu nisbah".
"Tamyiz adalah isim nakirah yang mengandung arti menjelaskan kata-kata sebelumnya".
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa tamyiz adalah isim nakirah yang disebutkan
dengan tujuan menghilangkan kesamaran isim yang terletak sebelumnya. Atau dengan kata lain
bahwa tamyiz merupakan keterangan pembeda, terhadap pengertian yang belum jelas pada kata-
2
kata yang sebelumnya. Lebih lanjut dijelaskan bahwa Isim nakirah itu mengandung pengertian
a.) Pengertian
Mumayyaz mufrad atau disebut juga dengan mumayyaz malfud dan dzat adalah mumayyaz
yang lafadznya nampak dan berupa satuan (bukan kalimat). Isim-Isim yang dianggap samar
(mumayyaz) dari kategori mufrad yang membutuhkan penjelasan tamyiz pada umumnya adalah
isim-isim yang berkaitan dengan timbangan, kiloan, hitungan dan luas area, seperti:
ً َارا أ َ ْر
ضا ً ِإ ْشت ََريْتُ ِه ْكت
ْ ِع/طنًا/ا
Kata َش ِريْن ً ِه ْكت/ ِمتْ ًراsebagai mumayyaz yang yang membutuhkan tamyiz sebab masih
ِ َار
samar. Dengan demikian, agar isim-ism ini terlepas dari kesamaranya, mereka diperjelas dengan
tamyiz seperti قَلَ ًما/ر ًّزا/ا
ُ ض ً أ َ ْر/طا
ً َخ ْي.
Pada dasarnya tamyiiz untuk kategori “mumayyaz mufrad” harus dari isim nakirah dan beri’rab
manshub. Namun, ia terkadang beralih menjadi majrur sebab didahului huruf Jar atau majrur sebab
idhafat dengan ketentuan sebagai berikut:
3
# Tamyiz untuk mumayyaz mufrad yang berkaitan dengan timbangan, kiloan dan luas area,
bentuknya harus mufrad (bukan jamak) dan boleh manshub atau beralih menjadi majrur, baik
sebab menjadi mudhaf ilaih atau didahului oleh huruf jar, seperti:
# Tamyiz untuk mumayyaz mufrad yang berkaitan dengan hitungan, terdapat tiga ketentuan
Tamyiiz wajib beralih menjadi majrur sebagai mudhaf ilaih dan bentuknya harus dirubah
kedalam bentuk jamak. Ini berlaku untuk hitungan 3-10 )سةَ ُكتُب
َ (إِ ْشت ََريْتُ خ َْم
Tamyiz wajib tetap manshub dalam bentuk mufrad. Ini berlaku untuk hitungan belasan &
ْ سةَ َو ِع
puluhan. )َ ش ِريْن ِكت َابًا َ َ سة
َ ِإ ْشت ََريْتُ خ َْم--- عش ََر ِكت َابًا َ ( ِإ ْشت ََريْتُ خ َْم
Tamyiiz wajib majrur sebagai mudhaf Ilaih dalam bentuk mufrad. Ini berlaku untuk
hitungan ratusan & ribuan. )ب َ ِإ ْشت ََريْتُ أ َ ْل--- ب
ِ ف ِكت َا ِ ( ِإ ْشت ََريْتُ ِمائَةَ ِكت َا
Amil yang manashabkan tamyiz adalah isim mubham (mumayyaz). Amil ini tidak boleh
diakhirkan dari tamyiznya. Contoh :
Apakah boleh satu mumayyaz memiliki beberapa tamyiiz ? Boleh, baik diseling dengan huruf
‘athaf (lebih afdhal) maupun tidak, seperti :
4
َطا ِلبَة
َ سا َو َ َص ِل ثَالَث ُ ْون
ً طا ِلبًا َو ُمدَ ِ ّر ْ َفِى الف
a.) Pengertian
Mumayyaz jumlah (kalimat) atau bisa juga kita sebut sebagai Tamyiz Malhudz adalah
mumayyaz yang lafadznya tidak nampak dalam bentuk satuan, melainkan kesamaran makna
kalimat secara keseluruhan. Untuk bisa memahami bahwa kalimat mumayyaz yang akan
dijelaskan dengan tamyiz maknanya masih samar, yaitu dengan melihat konteks kalimatnya,:
seperti ََ : ٌسن خَالد
ُ ) َحKholid baik(.
Kalimat Khalid baik adalah susunan jumlah fi’liyyah (fi’il & fa’il) yang secara makna
keseluruhan masih samar, sebab memungkinkan lahirnya multi tafsir. Mungkin akan timbul
pertanyaan-pertanyaan terkait kebaikan Khalid. Apa yang dianggap baik dari seorang Khalid?
Apakah prilakunya? fisiknya ? wajahnya ? karakternya?.
Artinya, yang akan diperjelas dengan tamyiz bukanlah dzat khalid sendiri, sebab nama khalid
sudah jelas (tidak samar). Namun, sifat baik yang dimiliki oleh khalid.
Hukum tamyiiz untuk mumyyaz jumlah tidak berbeda dengan ketentuan tamyiz untuk kategori
“mumayyaz mufrad” yaitu harus dari isim nakirah dan beri’rab manshub. Namun, ia terkadang
beralih menjadi majrur sebab didahului huruf Jar atau majrur sebab idhafat, seperti:
5
َ ْخَا ِلدٌ أَح
س ُن ُخلُقًا
Amil-amil yang menashabkan tamyiiz pada mumayyaz jumlah yaitu fi’il dan isim-isim muystaq
seperti isim fai’il, isim maf’ul dan lainya.
‘Amil- ‘Amil yang menashabkan tamyiz, baik pada mumayyaz mufrad atau jumlah secara mutlaq
harus didahulukan dari pada tamyiznya. Namun, amil-amil ini terkadang diakhirkan yang pada
umumnya hanya terjadi pada syair.
Apakah boleh satu mumayyaz jumlah memiliki beberapa tamyiz ? Boleh, dengan syarat wajib
menambahkan huruf ‘athaf :
“Kholid bagus badan dan wajahnya / Kholid badan dan wajahnya keren.”
6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tamyiz adalah isim nakirah yang disebutkan dengan tujuan menghilangkan kesamaran isim
yang terletak sebelumnya. Atau dengan kata lain bahwa tamyiz merupakan keterangan pembeda,
terhadap pengertian yang belum jelas pada kata kata yang sebelumnya.
Tamyiz terbagi dua yaitu tamyiz mufrad dan tamyiz nisbah atau tamyiz jumlah. Dan tamyiz
mufrad terbagi menjadi dua lagi yaitu tamyiz bilangan dan tamyiz bukan bilangan. Tamyiz
bukan bilangan itu yang menunjukkan kepada takaran, timbangan, luas, panjang, dan tamyiz
yang berasal dari kata sebelumnya. Begitupun dengan tamyiz nisbah terbagi dua, yaitu: tamyiz
yang berasal dari fungsi yang lain, selain ia sebagai tamyiz. juga biasa dikenal dengan istilah
tamyiz manqul, dan tamyiz yang tidak dialihkan dari posisi yang lain menjadi tamyiz atau
dikenal dengan istilah tamyiz ghairu manqul.
B. Saran
Pembahasan dan kesimpulan yang telah dirumuskan sebelumnya diharapkan dapat
berimplikasi positif dan membangun terhadap para pembaca dalam memahami tentang tamyiz.
Terkhusus bagi para mahasiswa, penggiat, penuntut ilmu yang sedang mengkaji tentang bahasa
Arab. Dan lebih khusus lagi bagi para pendidik yang mengajarkan Bahasa Arab, sehingga bisa
mengenalkan keunikan bahasa Arab itu.
7
DAFTAR PUSTAKA
Kitab Nahwu Al-Wadhih (juz 3)_ ‘Aliimul Jaarim dan Musthafa Amiin., Penerbit Daar Al-Ma’arif.
Cetakan ,,Maktabah Al-Hidayah–Surabaya
Kitab Nahwu Al-Wafi (Juz 2), Halaman 400-450, _ ‘Abbas hasan, penerbit Daar Al-Ma’arif