Anda di halaman 1dari 2

UJIAN AKHIR SEMESTER

ADAT BUDAYA JAMBI

Nama : Della Meidy saputri

NIM : 401200033

1. serayo merupakan suatu kegiatan menjalin kekeluargaan dan silahturahmi melalui gotong


royong yang menguntungkan individu atau memenuhi kepentingan seseorang yang
meminta bantuan untuk mengerjakan sesuatu. Adapun permintaan tersebut dilakukan oleh
salah satu pihak kepada kaum kerabat terdekatnya, para tetangga yang berada di dekat
rumahnya, maupun warga sekampung (kelurahan ataupun dusun). Orang yang dimintai
pertolongan akan memberikan bantuan sesuai dengan permintaan pihak yang memerlukan
bantuan. Dalam sistem serayo terlihat adanya unsur kerja sama dalam mengerjakan
sesuatu yang dipimpin oleh orang yang meminta pertolongan. Orang yang diminta
biasanya tidak menolak dan dapat diperkirakan warga akan "membalas" kebaikan
sebelumnya.

2. pemerintahan kota Jambi sudah dilakukan dengan baik, ini dibuktikan dengan program
bangkit berdaya, dimana program tersebut mengandung nilai-nilai gotong royong, melalui
cara pemerintah memberikan fasilitas material untuk membangun lingkungan-
lingkungan, tetapi masyarkatlah yang bersama-sama mengerjakan dan menyelesaikan
pembangunan di lingkungan tersebut misalnya pembangunan jalan di lorong-lorong,
pembangunan jembatan kecil dll. Nilai adat yang lain terdapat didalam program
pemerintah kota Jambi adalah nilai kemandirian, dimana masyarakat tidak berpangku
tangan menunggu hasil pembangunan dari pemerintah tetapi mau meluangkan waktu
untuk sama-sama membangun desa dan lingkungan mereka.

3. Pucuk induk undang nan lima menjadi dasar hukum adat melayu Jambi. Selain itu dikenal
empat ragam adat melayu Jambi. Semua ketentuan adat bersumber pada Al-qur’an dan
hadist.  Hal ini tercermin  pada pepatah adat “adat bersendi syarak, syarak bersendi
kitabullah.” Dan seloko adat “syarak mengato, adat memakai.”Hukum adat melayu
memiliki peranan yang sangat penting bagi mayarakat Jambi sebagai pedoman dan
kontrol sosial masyarakat melayu di kota Jambi disamping hukum negara. Dengan
demikian, dengan adanya kesadaran hukum adat sehingga terciptanya keselarasan dan
ketertiban yang terdapat dalam masyarakat.

4. Apabila berbicara adat istiadat yang berlaku pada masyarakat adat Jambi, berarti sangat
erat kaitannya dengan kehidupan masyarakat Islami. Menurut pakar hukum negara
Muchtar Agus Cholif yang juga menjabat sebaga wakil ketua Lembaga Adat Melayu
Jambi, Adapun yang menjadi landasan dasar hukum adat Jambi adalah yang disebut
dengan induk undang nan lima ,Yaitu: Titian Tereh Batanggo Batu (titian teras bertangga
batu), Cermin Nan Idak Kabur (cermin yang tidak kabur), Lantak Nan Idak Goyah
(gubuk di atas sungai yang tidak goyah), Nan Idak Lapuk Keno Ujan, Idak Lekang
Karena Panas (yang tidak lapuk kena hujan, tidak keropos kena panas),Kato Seiyo (kata
seiya kesepakatan mufakat). Hal lain yang dapat diambil sebagai contoh saat ini yaitu
masyarakat jambi banyak yang telah meninggalkan adat istiadat melayu jambi, seperti
prosesi adat perkawinan “serah terimo ulur antar”, warisan upacara adat tersebut sedikit
banyak telah dilupakan oleh sebagian masyarakat jambi. 

Anda mungkin juga menyukai