Perilaku Kasta Keterangan Swarming Reproduktif Pengembangan koloni baru dan dipengaruhi kondisi iklim (musim hujan di daerah tropis dan musim sekunder panas di daerah temperata). Ada kaitan dengan kepadatan koloni induk. (laron) Berpasangan Reproduktif Setelah mendarat, seekor laron jantan akan mengikuti seekor laron betina karena pengaruh bahan (sepasang kimia yang dikeluarkan oleh betina. Betina (yang diikuti jantan) akan menuju tempat yang sesuai laron) untuk bersarang. Kawin Reproduktif Sepasang laron akan membutuhkan beberapa jam hingga beberapa hari untuk proses kawin di dalam (sepasang sarang baru. Proses kawin sepasang raja dan ratu ini akan dilakukan secara periodik dan terus menerus laron) sepanjang hidup. Genus Mastotermes mampu bertahan hidup sekurang-kurangnya 17 tahun. Meletakkan Reproduktif Telur yang dihasilkan betina (ratu) akan diletakkan pada bagian teraman dari sarang dan biasanya telur (Ratu) dihasilkan 20—3000 telur per hari. Beberapa hari setelah menetas maka individu muda yang dihasilkan masih akan disuapi ratu sampai mereka mampu mencari makanan. Mencari Reproduktif Belum ada dokumen yang menyebutkan perilaku mencari makan selama proses perkembangan koloni makan (Raja) baru di sarang yang baru. Kemungkinan besar dilakukan raja lalu disuapkan ke ratu hingga telur-telur menetas dan menjadi individu pekerja muda yang siap mencari makan. Membagi Reproduktif Setelah menetas, semua individu menjadi rayap kasta pekerja. Peningkatan jumlah individu dalam kasta (Ratu) koloni akan menyebabkan ratu mengeluarkan feromon pembagian kasta sehingga terbentuk kasta prajurit (jumlahnya 1—15% antarspesies) yang mempunyai fungsi dan bentuk tubuh berbeda dari pekerja. Sebagian individu lainnya (belum ada dokumentasi tentang jumlahnya) akan diarahkan ratu menjadi pseudergate yang kelak akan menjadi reproduktif sekunder (neoten) yang akan menjadi ratu sekunder dan mempeluas koloni tersebut. Sebagian lainnya (juga belum ada datanya) akan diarahkan menjadi laron-laron jantan dan betina yang siap melakukan ekspansi membentuk koloni dan sarang baru pada kondisi iklim yang sesuai. Kesimpulan, terjadi fenomena kompleks dalam hal pembagian kasta karena adanya interaksi antara faktor feromon, nutrisi, hormon, dan faktor lingkungan. Mengelola Ratu (+ Raja) Ratu dan raja diduga berperan besar dalam mengendalikan koloni dan menjaga kelangsungan hidup koloni anggota koloni di dalam sarangnya. Feromon yang dikeluarkan ratu dalam hal pembagian kasta berperan besar dalam mengelola koloni, kasta yang terbentuk memiliki tugas yang spesifik seperti pekerja untuk mencari makan, prajurit untuk menjaga pertahanan, dan reproduktif sekunder untuk tugas reproduksi. Mencari Pekerja Setelah siap secara fisik (data usia pekerja mulai mencari makan belum diketahui) maka pekerja akan makanan melakukan aktivitas foraging (penjelajahan) untuk mencari sumber-sumber makanan yang sesuai (berselulosa) dan disetorkan kepada ratu untuk menghidupi koloninya. Proses pencarian sumber makanan ini diduga dipengaruhi oleh feromon penanda jejak (trail-following pheromone) yang dikeluarkan beberapa pekerja terdepan. Feromon ini memudahkan rayap pekerja lainnya menandai jejak hingga ke sumber makanan. Diduga ada peranan feromon fagostimulan juga yang menyebabkan semua rayap pekerja menuju sumber makanan tersebut. Atraktan juga pernah diteliti Esenther et al. (1961) dikeluarkan oleh jamur pelapuk kayu yang menyebabkan rayap tertarik pada kayu yang telah lapuk tersebut. Mentransfer Pekerja Makanan yang diperoleh pekerja akan ditransfer secara proctodeal (transfer dari anus ke mulut) yaitu makanan cairan yang sudah dicerna yang mengandung protozoa dan juga bahan yang tidak tercerna; model transfer kedua secara stomodeal (transfer dari mulut ke mulut) yaitu bahan-bahan semipadat dari pekerja kepada para prajurit dan ratu. Proses transfer ini disebut trophallaxis. Membangun Pekerja Rayap pekerja berperan dalam membangun dan memperluas sarang. Sarang dibangun dengan sarang pertimbangan faktor lingkungan yang ketat seperti kelembaban yang tinggi (96—99%), suhu yang sesuai (18—35oC), dan suplai karbondioksida yang mencukupi. Pertukaran oksigen dan karbondioksida juga harus baik di dalam sarang. Tumbuhnya kebun-kebun jamur di dalam atau sekitar sarang juga membantu mendegradasi selulosa agar bisa langsung dimanfaatkan oleh koloni rayap. Karbondioksida dijadikan inspirasi oleh Broadbent et al.(2006) menjadi atraktan bagi rayap pekerja untuk mendatangi sumber makanan baru. Hal ini dapat menjadi strategi dalam pengendalian berbasis mass trapping. Menjaga Prajurit Aktivitas harian koloni dijaga keamanannya dari predator oleh rayap kasta prajurit. Proporsi 1—15% pertahanan dan saja dari koloni sudah cukup membuat prajurit mampu menjalankan tugas-tugas pertahanan bagi keamanan sarangnya dan keamanan aktivitas anggota koloni. Bereproduksi Reproduktif Koloni akan terfragmentasi menjadi sub-koloni oleh peranan neoten (reproduksi sekunder atau sekunder suplemen) yang membantu koloni induknya dalam reproduksi. Lambat laun koloni ini akan terisolasi (neoten) dan mandiri dari koloni induknya menjadi koloni yang baru. Dalam kasus tertentu bisa terjadi perpindahan tempat (sarang) dimana hampir seluruh anggota koloni berpindah ke tempat yang baru dan sarang lama akan ditempati neoten. Ekspansi Reproduktif Nimfa rayap yang ditugaskan khusus untuk ekspansi akan terbang pada kondisi iklim yang sesuai dan selanjutnya sekunder melanjutkan proses pencarian habitat baru dan pembuatan sarang baru dalam rangka membentuk (laron) koloni baru. Mereka terbang hanya beberapa ratus meter dari koloni induknya. Proses berulang dan terus menerus ini merupakan alasan mengapa rayap mampu bertahan hingga kini dan terus dianggap sebagai ancaman jika keberadaan mereka sangat dekat dengan hunian manusia. Sumber: Gillott, 2005; Robinson, 2005; Esenther et al., 1961; Broadbent et al., 2006.