Anda di halaman 1dari 201

-7q

\u=Eilr- ffi
'-f)

=H
i! : ' 'rlTm'.., ,itlrrli
' !
rulj^r '"';a
t ..^ t t, lllirlt

---t
q
*t
.D

E
D
Teriemah
SUarah al.-tUaraqat

Darul Azka
Nailul Huda ,J-
l\.4 unawir Ridlwan -,4friivo pnnss
Darul Azka
Na ilul Huda
Munawwir Ridlwan

59ar17

fll-V' araqat
Penjelasan dan Tanya Jawab Ushul Fiqh

Santri salaf press


SYARH AI.WARAQAT, Penle lnson Dln T0ny0 llwab Ushul Fiqh

Judul Syarh Al.Waraqit


Penjelasan dan Tanya Jawab Ushul Fiqh

Penyrsun Darul Azka


Nailul Huda
Munawwir Ridlwan
Editor Darul Azka
Setting, t-ay Out

& Design Cover Santri salaf creo


Penerbit Santri salaf press
Cetakan Ketiga, Tahun 2013 M.
SYARH AI-WARAQAT, Pe niellsln DanTlnya Jowab UshulFiqh

PENGANTAR PENYUSUN
aKyt 1tti;'tt'ClL'l'IJi

Bism lah, alhamdulillah, salam seiahtera kepada saudara-saudara


kami, kaum muslimin, semoga tetaP dalam lindungan Allah I dan
senantiasa dalam nikmat iman dan islam yang sempurna. Shalawat,
salam semoga dihaturkan kepada Rasulullah t, keluarga dan
shahabatnya.
Merupakan sebuah kebahagiaan, kami bertiga santrisantri Pondok
Pesantren Lirboyo Kediri dapat berpartisipasi menlumbangkan
pemikiran dalarn rangka menghidupkan khazanah keilmuan pesantren'
Sebuah upaya mengkaji dan mengangkat kembali materi-materi
dasar pembelajaran ilmu agama yang mulai terlihat ditelantarkan dan
kurang dimiuati. Utamanya disiplin ilmu yang dianggap cukup sulit
dipelajari, mulai dari iLnu mantiq (logika), faraid (waris-mewaris), falak
(astronomi) dan ushul fiqh-
Kali ini bahan kajian yang dipilih adalah "Syarh aLMahali 'ala Al-
'Waraqat", kalian syarh terbaik dari "A1-\7araqat" karya Imam
Haramain. Sebuah kitab berienis mukhtashar (ringkasan) yang berabad-
abad dijadikan rujukan penting mempelalari disiplin ilmu ushul fiqh'
Selain ringkas, dan padat, kitab ini juga memiliki banyak keunggulan'
Titlak heran jika kitab kecil ini banyak mencuri perhatian pengkaji
ushul fiqh dari jaman ke 1aman.
Syarh al-lvlahali 'ala A1-ITaraqat adalah karya ulama besar Imam
Jalaiuddin al-Mahali (791-864 H). Beliau dalam hal
ini tidak
menyematkan nama khusus, dan kalangan ulama hanya mengenalnya
d.engan nama tersebut. Sebuah syarh yang diakui memiliki banyak
kelebihan dan faidah dibandingkan syarh-syarh Al-tWaraqat lainnya'
SYARH AL.WARAQAT, Pe njeloson Don Tonya lowob Ushul Fiqh

ini bagi pengkaji ushul fiqh, terutama


Karena pentingnya kitab
pada tingkat dasar, maka kami berinisiatif membanru dengan
menyajikannya dalam format baru. Dimulai dengan ter;'emahan,
penjelasan serta dilengkapi tanya jawab dalam tiap materi pembahasan.
Dengan maksud, format ini lebih memudahkan pengka.ii ushul untuk
memahami dan menalarkan lebih cepat dan sistematis.
Terima kasih kami sampaikan kepada segenap masyayikh, guru-
guru dan orang tua kami. Semoga karya ini menjadi sumbangan
berharga dari pesantren untuk kaum muslimin yang kelak bermanfaat
dunia dan akhirat. Amin.

'i3?3; it #;;'
JJt
L:G
- i-*ii;
l_

Lirboyo, 05 .lanuari 2012 M


10 Shafar 1433 H

Penyrsun
SYARH AI-WARAQAT, Pe njelosan Don Tonyo )owab Ushul Fiqh

DAFTAR ISI

Pengantar Penl'usun -3
Daftar Isi - 5

Mukaddimah
A. Definisi ashlu dan far'u - 9
B. Definisi ftqh - 12
C. Pembagian hukum - 15
D. Hukum wajlb - 17
E. Hukum sunnah - 19
F. Hukum mubah - 20
G. Hukum haram - 22
H. Hukum makruh - 23
I. Hukum sah - 25
J. Hukum bztal - 26
K. Perbedaan istilah ilmu dan frqh - 29
L. Jahl (bodoh) dan pembagiannya - 30
M. Macam-macam ilmu - 32
N. Definisi nadhar, istidlal, dalll, dhan dan iyak-33

Ushul Fiqh dan Pembahasannya


A. Definisi ushul fiqh - 35
B. Pembagian bab dalam ushul fiqh - 39

Kalam dan Pembagiannya


A. Penyusun kalam - 40
B. Pembagian kalam - 41
C. Hakikat dan majaz - 42
D. Pembagian hakikat - 45
E. Pembagian majaz - 47
SYARH AL.WARAqAT, Pe nji.llsln Don T\nya Jawlb Ushul fiqh

,4ar (Perintah)
A. Definisi arzr- 51
B. Shighat-shighat amr - 56
C. Tuntutan takrar (pengulangan) - 58
D. Tuntutan faur (disegerakan) - 61
E. Penyempurna sebuah kewajiban - 52
F. Pengertian ijza'(menc'.:.kuol) - 64
G. Golongan obyek dari khithab - 65
H. Khithab pad,a orang kafir - 58
I. Hubungan kebalikan amr d.an nahi - 7l

Nahi (l.arangan)
A. Definisi nahi - 74
B. Konskuensi nahi mudak - 76
C. Dua puluh enam makna arzr - 81
Lafudz'Am
A. Definisi 'arz - 85
B. Lafadz-la{ad,z 'am - 87
C. Sifat umum dalam perbuatan - 94

Lafadz Khash dan Takhsish


A. Definisi 'khash dan takhsish -96
B. Pembagian mukhasshish - 98
C. Pembahasan istitsna' - 99
D. Pembahasan syarat - 101
E. Mutlak dan muqayyad - 102
F. Bentuk-bentrk takhsish - 105
Lafadz Mujaal dan Nash
A. Definisi mujmal dan bayan -708
B. Definisi nash - 111
SYARH AL-WARAQAT, Pe nielosan Don Tonyo lowob Ushul Fiqh

Lafudz Dlphir dtt Mu'awwal


A. Definisi dhahir- 112
B. Pen jelasan ta wil - 113

Al-A?al @eberupa Perbuatan)


A. Perbuatan shahib a*syariah - 1,1'4
B. Iqrar dari Nabi SA!(r - 1 i 8
Nasakh - Mansukh
A. Pengertian nasakh - 120
B. Macam-macam nasakh - 124
C. Pembagian nasakh - 127
D. Menasakh al-Kitab dan as-Sunnah - 128
E. Menasakh dalil mutawatir dan ahad - l3O
Pertenr, n gan Dalii-Dalil
A. Pertentangan dua dalil 'am- 131
B. Pertentangan dua dalil khash - 136

17za' (Kesepakatan)
A. Definisi ijma'- L40
B, Eksistensi ijma' - 143
C. Syarat-syarat ijma' ' 1'45
D. Bentuk-bentuk ijma' - i47
E. Pendapat kalangan shahabat RA - 149

Akhbar
A. Definisi khabar- 150
B. Pembagian khabar - 152
C. Pembagian khabar ahad - 154
D. Khabar 'an'anah - 157
E. Bahasa riwayat dar, tahammul - 159
SYARH AL.WARAQAT, Penjelason Don Tonyo )owab UshulFiqh

Qlyas (lnalogi)
A. Definisi qiyas - 163
B. Pembagian qiyas - 166
C. Qjyas illah - 166
D. Qjyas dalalah - 1.68
E. @yas Syabah - 172
F. Syarat far'u (kasus cabangan) - 173
G. Syarat asrl1u (kasus asal) - 174
H. Syarat 'illat (alasan hukum) - 175
I. Syarat hukum - 178

Haram dan Mubah


A. Hukum asal sebelum dan sesudah bi'tsah - 179
B. Pengertian istishhabul hal- L8Z

Urutaa Dalil-Dalil
A. Dalll jaliy, khafi, yaqin dan dhan - 784
B. Dalil ucapan, qiyas d.an istishhab - lB5
Syattt Mufri dan Mustrti
A. Syarat-syarat mufti - 1,87
B. Syarat-syarat mustafri - 190

Taqlid d,an ljtihad


A. Definisi taqlid - t92
B. DeFtnisi ijtiltad dan kebenaran di dalamnya- 195
SYARH AI.WARAQAI Pe njelosln Don T0ny0 !0w0b Ushul Fiqh

MUKADDIMAH

ui (-:11
i.:..v--Jv)Y,. .ri1l ,ir1 .i) Dengan menyebut nama Allah yang
Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
ra 'Li:.:) ii:[ .iri) (38-,-, Usai membaca basmalah, bahwa karya
,;.i, ,",i t.tt -<'- tulisan ini adalah lembaran yang sedikit,
\:-i\t Qs'\ ;i4 )P *f memuat pengetahuan fasf,al-fashal
(a)-t) .y4 masalah ushul fiqh yang dapat
",ea!\ A,'& dimanfaatkan oleh pelajar tingkat dasar
.y 3*l at wi tt ii dan yang selainnya. Lafadz ushul fiqh
tersusun dari dua juz yang keduanya
;lr'il :r G;'
jr
-t1i
{ mufrad, dari pengertian mufrad yang
lawan katanya tarkib brkan lawan katanya
,.
I u 4J
. -
-. .-!"s_;r-
!.,,!
2.-, ' 1i,,',,. jamak. Suatu susunan dapat diketahui
!-rJ'+!I,
L-eJ
-r= --r ' melalui bahan yang vane digunakan
dieunakan untuk
I menyusun.
. i Ashl yang merupakan bentuk mufrad
-t -a',.-
\ 'F 'r^ &;J1 U".a)u)
yang menjadi jtz yang pertama (dari
ushul fiqh) adalah sesuatu yang adanya
-, *e
4li-- " ,d -r' u) ,.lj"il
--
, -., perkara lain dibangun di atasnya. Seperti
.+=ft &l ,lil\ J:\5 asalnya tembok yaitu pondasi tembok
"[.!
{- \.\t \2.21- ,-t --. .tu asalnya pohon yaitu akar yang menancap
9- ?*' tP-r 9' er+' di dalam tanah. Sedangkan {ar'u (lawan
,lW;; ;i' <L:l:t) ,e-t'lt kata dari ashl)
ashll adalah sesuatu vang
, , i, dibangun di atas perkara lain,
Jc G+ r.,) J", )r sebagaimana cabangnya pohon yang
,-, .(, ir, berdiri di atas pangkalnya dan juga seperti
9)J '
tti+a I -..
Lz^\ -.,2=Lhb beberapa cabangnya fiqh yang berdiri di
j.,
,,, :_:,
{-ra I 1'4\ atas ushulnya.

Penielasan :

Kitab Al-W'araqat merupakan kitab kecil yang di dalamnya berisi


beberapa fashal pembahasan disiplin ilmu ushul fiqh.
Usul fiqh ditinjau dari segi iafadz terdiri dari dua suku kata yang
keduanya mu{ral yakni:
1. Ilshul
SYARH AL-WARAqAT, PenjellsIn D\nTanya Jawab UshulFiqh

2. Fiqh
Mufrad di sini memiliki beberapa pengertian :
1. e:.illr 4,!5ll &tilll iJt (mufrad yang lawan katanya tatsniyah dan
jamak)
2. !.,+5lill &1illl \';j7 (mufiad yartg lawan katanya tarkib)
Pengertian mufrad al-muqabil lit tatsniyah wal jam'i merupakan
pengertian mufrad yang terdapat dalam ilmu nahwu, yakni lafadz yang
memiliki arti satu seperti lafadz Jf; (laki-laki satu). Sedangkan lali,an
katanya (&ul,ll) adalah tatsniyah dan jamak. Ketika lafadz tersebut tidak
menunjukkan arti satu, maka tidak dinamakan mufrad. Dan
dinamakan tatsn;yah apabila menunjukkan arti dua, serta jamak jrka
menuniukkan arti banyak.
Pengertian mufrad al muqabil lit tarkib merupakan mufrad dalam
pengertian ilmu Mantiq. yakni ir-i- ;:>,* l':'> Ll5 U,J.Ji (suatu lafadz
yang disusun dari dua atau beberapa bagian yang setiap bagiannya
tidak mempunyai arti). Seperti lafadz \-) (terdiri bagian-bagian berupa
za', ya dan dal) dan dari tiap bagian ini tidak dapat menun.jukkan arti
manakala terpisah.l
Ashl mernpakan mufrad dari lafadz ushul. Makna secara lughat
ialah sesuatu yang ad.anya perkara lain dibangun di atasnya, seper.i
asalnya tembok yaitu pondasi, asalnya pohon yaitu akar yang berada di
dalam tanah,
Catatan
i. Pengarang kitab W'araqat adalah al-Imam al-'Alamah Abu Al-lr4a'ali
Abdul Malik bin Yusuf }luhammad al-Juwaini a1-'Iraqi asy-Syaf i.
Beliau lahir pada tahun 419 H dan wafat pada tahun 478 H,
dengan demikian usia beliau i 59 tahun. Gelar beliau ialah Imarn
al-Haramain (imam dua tanah haram). Gelar ini diberikan karena
beliau menjadi mufti di Makkah dam Madinah. Imarn al-Ghazali
merupakan salah satu dari murid beliau 2.
2. Orang pertama yang membuat dan membukukan ilmu ushul 6qh
adalah imam asy-Syaf i. Hasil pembukuannya yang pertama diberi
nama Ar-Risalah yang memuat tentang amr, nahi, bayan, khabar,

1An-Nafahat
hal 12
'7An-Nafahat hal 1o

10
SYARH AI-WARAQAT, Penjelason Don fonyo lowab Ushulfiqh

nasakh. mengenai hukum 'illat manshus,hah di antara


per masalahan qiyas.3

PertanYaan :

Latadz a t*l yang artinya beberapa asal, secara ilmu nahwu


dlhukrmi jamak. Mengapa dalam pembahasan ini dikatakan sebagai
laladz mufra&
,Iawab :
Karena yang dikehendaki mufrad dalam pembahasan ini adalah
pengertian dalam ilmu mantiq bukan pengertian dalam ilmu nahwu.
Referensi :
q*r1 J,q y',y,a\ rF4iie ,i:ili 6 g; .tA\ J,q\c JL .iA.x\'i".)
.,.-'.i,,r- -:. ..1,,.'i, i,!- .."i .'.' -,i,.' i,'.',, -,i,li .1. i-,'<
irr^r,) I r-!! C) ul)jlj l..{J} ++ .+ j-ta ,.-r-! s Jr )' ej+r J! * -fu+
e * iXi & jji ,^ "A,,;Va\ Li+:,\ )i air *5,.1- &urr 1!:)ir dlt aruJ\
(12 ...- LvJll):t;; +
'Mufrad dalam pengertian ilmu mantiq ialah la{adz yang lawan katanya
tarkib. Tatkala ada kefahaman bahwa mufrad yang dimaksud adalah murtad
yang lawan katanya taxniyah, maka muncul sebuah sangkalan bahwa bagian
(juz) yang pertama bukan termasuk mufrad, bagaimana keduanya dikatakan
berupa mufrad. l'faka pensyarah menanggapi sangkalan tersebut dengan
ucapannya, "mufrad yang lawan katanya tarkib" dimana hal tersebut
merupakan istilah ahli ilmu mantiq- Yakni suaru lafadz (yang disusun dari
dua atau beberapa bagtan) yatg setiap bagiannya tidak mempunyai arti"

Pertan]raaL!
Kenapa ldl Ji-l dikatakan dua juz yang keduanya berupa mufrad,
semestinya memandang ushul fiqh sebagai nama ilmu, maka kata-kata
yang benar adalah ushul fiqh merupakan dua juz yang keduanya
dihukumi satu mufiad.
Iawab :
Karena yang dikehendaki oleh pengarang adalah lafadz ushul fiqh
sebelum dijadikan sebuah nama fan ilmu.

3
Lathaif aFlsyarah hal 04 dan An-Nafahat hil 9

i1
SYARH AI-WARAQAT, Penjelzsan Don Tlnya Jdwob UshulFiqh

Referensi :

*a *4, ir-i J\\i a?:j;{ ji iL jK,jii:ir r+q ,;l' ;r r:1 ;j j! \r,1,

.t$ iG'j ri1!y 'f ru * +!# i'ri; -;Sr ia; + .b.j;; j* N ;i' 'a
-,i; i5 6i,:i ;nr r:;,.1-:'ir li il Ct Sr ls g a,, sU i ;: qr* eu.i
(12..--:,vjd]\ i,?":r
Seandainya tuan bertanya : ketika mufrad yang dikehendaki adalah
makna ini (mufrad dalam ilmu mantiq), semestinya ucapan anda yang benar,
'Tafadz ushul fiqh ialah mufrad', karena ushul fiqh adalah nama ('alam
laqab) yang tentunya setiap bagiannya tidak mempunyai arti. Tapi mengapa
pensyarah mengtcapkan "disusun dari dua juz yang keduanya mufrad)"?.
Maka saya jawab : ini tidaklah janggal kecuali jika pengarang mengatakan;
'Tafadz ushul rtqh adalah dua juz yang mu{rad keduanya", dan pengarang
tidak mengatakan seperti ini, tapi mengatakan; "lafadz ushul rtqh
tersusun...dan seterusnya". Artinya, bahwa asal dari Zlam laqab ini adalah
ucapan yan& tersusun dari dua mufrad"

Pertanyaan :
Apa yang di maksud i4-.,,11 dalam lafadz r$-.,$ rJ,-tiXll ;JtJl & ?

Iawab :
Suatu lafadz yang tersusun dari dua atau beberapa bagian, yang
setiap bagiannya mempunyai arti sendiri.
Referensi :
;vL, *, 4'j
LL *,s it .:t;* j:' i\ f\. #: {," jl ; 2w,\ r,;i lJfut
I
(36
-. );2j\;:yt :?;;
'Kemudian lafadz dipandang dari sisi lain terbagi menfadi murakkab
dan mufrad. Karena apabila juz (bagnn) yang merupakan susunan lafadz,
mempunyai arti sendiri, maka dinamakan murakkab berbentuk tarkib isnadi.
Lontoh : ds +) (zatd berdtfl,)' -'.

'i 3rrrr :';r-r


-; ti.-Llr;l
.ej.il Fiqh yang menjadi juz kedua (dari
'
.). _ , ..r,- _, ,' , .i ,-, . lafadz ushul fiqh) memiliki makna lughat,
ui"J '#!r :^,: $P G- yakni faham. Juga memiliki makna syar'i,
a Dinamakan murukkob,
karena susunan tersebut memiliki bagian (iuz) yang apabila
dipisahkan dari susunannya, maka tiap-tiap bagian tetap merniliki makna, !j artinya orang
yang bernama zaid, dan !-G artinya orang yang berdiri.

12
SYARH AL-WARAQAT, Pe njellson Ddn T0ny0lowab UshulFiqh

mengetahui hukum-hukum syar'i melalui


jalan ijtihad, seperti mengetahui hukum
wajibnya niat dalam melakukan wudlu',
mengetahui hukum sunnah dalam shalat
:t-\ ,*)\ g- {ill it J*lr witir, mengetahui bahwa niat pada malam
li. hari merupakan syarat dalam puasa
- =,.,, :i- .o.,, . '. - .1 i, a\)
Ll +r oD r;, JJ\ Ramadhan, mengetahui hukum wajibnya
''lr r,!L;,. re;1 -bi L^!l zakal atas hartanya anak kecil, dan
mengetahui tidak wajibnya zakat pada
':G =J\,\u 11 L,\-. :K1\ perhiasan yang boleh dipakai, dan
ii:1\ ,:,i'.,-111i1 ,r'It 'l;i-li mengetahui pernbunuhan memakai benda
-t,. ,1 ., . t .t a:t
tumpul menetapkan qishas dan contoh
d.!i .4 -c . PL^a-aJ-i,I \>d ld! lain yan1 tergolong masalah-masalah
khilafiyah.
Beda halnya dengan hukum-hukum
,iL -lr.j6 c:L,i>'! I -15 e-n- yang diperoleh tanpa melalui ijtihad,
-.-v - ^L seperti mengetahui shalat lima waktu
- -i a
hukumnya wajib, melakukan zina haram,
dan contoh lain yang tergolong masalah
Jtr.:Jr i d_t ?: ,t? qath'iyah maka bukan di namakan fiqh.
,, ,.r,. ; ',. . -, .i1 -. ',.-i Lafad makrifat dalam pembahasan ini
43_/.Ju k", iJ,-r_ )\r (1ir2-eJl
ialah yakin yang bermakna dhan
J=j&arr,tri (persangkaan).

Penielasan :

Fiqh adalah pengetahuan atas hukum syar'i melalui jalan ijtihad


(terkait dengan masalah-masalah khiiafiyah). Contoh, wajibnya niat di
dalam wudhu'. Sedangkan contoh mengetahui wajibnya shalat lima
waktu, bukanlah fiqh, sebab bukan tergolong masalah-masalah
khilafiyah, namun tergolong masalah qath'i (pastl).

Pertznyaan :
Apa yang dimaksud makrifit (dalam lafadz ma'rifatul ahkam) ?
Jawab :

Potensi pada seseorang yang dihasilkan dari penelitian kaidah


hingga melahirkan kemampuan menghasilkan sebuah hukum yang
dikehendakinya, walaupun hasil hukumnya belum terwujud secara
nyata.

13
SYARH AI"WARAQAI Penklason Don lonyo Jawcb UshulFiqh

Refetensi :

S4 y W # * r9rpr 6* .r+
jlu-, ii"jr ; A;l
d:+;A\ E;i .... 1';;

tc)! U 3, 3.+1 g; ul ,,}i;l! y--E 'r4.') :rii s,;r ,+:


"tr-i 3 3"..
&rii 'J il>t5j -='oiei fji; ;a;i ? i:; 4ul pK=.lr
.V- i+.1ur .irl
(L4....LaAD Ju:i g_;ti:1.)jt ; oz#t r-4a43 3H ii ,rA
fUcapan pengarang : pcngetahuan)....yang dimaksu-d ialah sebuah
potensi (kemampuan) pada seseorang dari penelitian terhadap kaidalt, yang
dengan penelitian tcrsebut mampu menghasilkan sebuah hukum (tashdiq)
yang ia kehendaki, walaupun hasil hukumnya belum tetwufud secara nyata.
Scperti yang terjadi pada seseorang yang memahami ijma' dalam sebagian
hukum. Seperti imam Malik ra tatkala beliau ditanya tentang 40
permasalahan, (4 masalah beliau jawab) dan beliau berkata dalam 35 masalah;
"saya tidak tahu jawabanya". Demikian itu dikarenakan mungkin tidak ada
kesempatan untuk berijtihad seketika itu"
Pertanyaan :
Apa yang dimaksud masail al-khilafiyalt (+'Jill .!tu) d.an ma.salah
qathiyah (lirLilt N;) ?
Lawab :
Masail al-khilafiyah yaitu hukum yang proses penggaliannya
melalui ijtihad. Sedangkan yang dimaksud masalah qath'iyah adalah
hukum yang proses penggaliannya tanpa melalui i.jtihad.
Referensi :

F! $!r5q;1 ;ri # e-.;" # S?t "14\)


(dLr

6i1er;'jl )'.; &$ +it # FL'r'.r\ri\..;11;u- 4.4#\ J\€v-\'ay)


:=lr it G;r\ L* A e)\ i4.",i )U+)\!:)#3 i;3;t; g\ x;:r:jrqa-l
#=lu *+.jt .,,e qi.^,iir ;i.:ir ? !ti;:.)il o+J ;[i]r r-ia,a;.e_4u
,;it'J1, \:lF,i\i+l ;V 4j v i';J' lri+)r a-*" l) -4r c.ra\
j.-U
ii;:,irrii jjK ;rF re- J)1,#; il.i;;.lr i'ryat ^;:;y jt +,:

14
SYARH AL.WARAQAT, Pe njeloson Don Tonyo Jawob Ushul fiqh

5i- u, {}:-.ir S,;]\ i ,t-; j"er'r?uit t\S'+t, o;.L\:,\-}-a\ aii',?;


( e- ;.re 6) r -'riutl tr;.-. :ju 3-,ll # ix-.,,)i \irJ #- )1, iuu igt W ; O

"(Fiqh yaitu Pengetahuan tentang hukum berbentuk syar'i yang datang


-ijtihad,
melalui bukan hukum qath'i). Dibutuhkannya batasan "melalui
ijtihad, bukan hukum qath'i" dimana artinya sama dengan kitab asal
(warakat) yang redaksinya "melalui proses ijtihad", artinya tetap dan
,nrrrrlny, melalui ijtihad. Iitihad ialah pengerahan kemampuan untuk
-"rrrprj tujuan. Karena sebenarn|a hukumhanya iru terlebih dahulu telah wuiud
tanpa iitihad, scdang;kan keberadaan iltihad untuk menampakkan dan
minetapkannya di tangan mujtaAid. Dengan demikian hukum itu syar'i
terbagi meniadi dua. 1). Ada*alanya proses penggaliannya melalui ijtihad, dan
ini yang dikehendaki redaksi "datang melalui iitihad", seperti niat di dalam
wadhu; adalah waiib.....2). Adakalanya proses penggaliannya tidak
menggunakan iltihad seperti pengetahuan kita bahwa Allah swt itu satu dan
wujud, adanya shalat lima waktu hukumnya waiib, perbuatan zina hukumnya
haram dan contoh contoh lain yang tergolong qath'i17ah. Yakni dari beberapa
masalah, yang orang pintar mauPun orang awam dapat mengetahuinya'
?engctahuan tcrhadap hukum tersebut tidak dinamakan fiqh' Sehingga
hulum dalam hal ini perlu dibatasi dengan yang Proses penggaliannya
nelalui ijtihad"

f', c; i!t:i\ (iKl'jrj)


-,, , ,_,, i- _,
Dan hukum yang dimaksud
keterangan yang telah lewat ada tujuh
Pada

- l-^ll. u.-rl-.llr (-lJl


!)r
:4sl
,..i.%llq
,: o -,, macam, wajib, mandub, mubah, mahdhur
--:-all. 'or 'r."
).-.llq
L-- (haram), makruh, sah, dan batal.
/ i r-r-r r: Maka yang dinamakan fiqh ialah
.r,-u^l lr (..-.5lJU --LJl AirJL9 pengetahuan tentang hukum wajib,
;;i\ ;l ketujuh hukum di atas.
JUI i;i\j,.e\ Ji sunnah, sampai
Artinya bahwa pekerjaan ini hukumnya
lu-
!'
u;3:i; r;r ,*ti wajib, mandub, dan pekerjaan ini mubah
illr -ri it ti(i-. sampai akhir ke tujuh hukum di atas.
Penielasan :
Hukum ialah khithab Allah swt yang bersangkutan dengan
perbuatan oranB-orang mukallaf. Terbagi menjadi dua :

1. F,ukrm I'aklifi

15
SYARH AI-WARAQAT, Pe nielason Don Tany| )0w0b Ushul Fiqh

2. Htkum W'adl'i
lHukum taHifi talah hukum yang berhubungan dengan perbuatan
mukalla{ baik bersifat tuntutan, atau bersifat memilih (mengerjakan
atau meninggalkan). Kemudian diperinci sebagai berikut;
1. Khithab yang menuntut sebuah perbuatan dengan tuntutan
yang bersifat mengharuskan, maka dinamakan wajib.
2. Khithab yang menuntut sebuah perbuatan dengan tuntutan
yang bersifat tidak mengharuskan, maka dinamakan sunnah
(nadbu).
3. Khithab yang menuntut ditinggalkannya sebuah perbuatan
dengan tuntutan yang bersifat mengharuskan diseb.ut haram.
4. Khithab yang menuntut ditinggalkannya sebuah perbuatan
dengan tuntutan yang bersifat tidak mengharuskan, disertai
larangan yang khusus disebut makruh.
5. Khithab yang menuntut ditinggalkannya sebuah perbuatan
dengan tuntutan yang bersifat tidak mengharuskan, disertai
larangan yang tidak khusus disebut khilaful 'aula.
5. Khithab yang berbentuk pilihan (mengerjakan atau
meninggalkan) namanya mubah.s
Huku'm Wadf i
ialah khithab Allah swt yang menjadikan sesuatu
sebagai sabab, syarat, mani'(pencegah), shahih (sah) atau fasid (ruak).

Pertanyaan :
Ada berapa macam hubungan (ta'alluq) khithab dengan perbuatan
mukallaO
IaE&-t
Ada dua.
l. Maknawi yang disebut juga shuluhi qadim, yakni hubungan
sebelum wujudnya mukallaf dengan arti sewaktu-waktu
seseorang ditemukan telah memenuhi persyaratan taklid maka
sebuah khithab akan terhubung dengannya.
2. Tanjiz,i, yakni setelah wujudnya mukallaf dan setelah bi'tsah
(diutusnya seorang utusan). Ini merupakan hubungan dengan
ciptaan yang baru (hadits) setelah wujud.

s
An Nafahat 16

to
SYARH AL-WARAQAI Penjelosln Dln Tlnyo )owab UshulFiqh

Referemi :
,. '-"'- ... '=i
\':?-1J }-j lii /.1 G# .-P

(3s
--:;,4\L,Y *ii;:5
"Ta'alluq ada maknawi yang disebut juga shuluhi qadim, yakni
hubungan sebelum wufudaya mukallaf, dengan arti sewaktu-waktu seseorang
ditemukan telah mcmenuhi persyaratan taklif, maka sebuah khithab akan
terhubung dengannya. Dan ada tanjizi, yakni setelah wujudnya mukallaf dan
setelah bi'tsah (diutusnya seorang utusan), karena sebelum bi'xah tidak ada
hukum. Ini merupakan hubungan yang hadix".

Pertanyaan :

Sabab, syarat dan mani' tergolong khithab apa? dan kenapa


ketiganya tidak disebutkan?
Iawab :
Tergolong khithab wadl'i. Dan tidak disebutkan karena bermaksud
meringkas.
Referensi :

(t7
-avJ1i). jui'i, +;-4 f;j6uy:;',
"(Hukum sah) dan {asad (rusak) tergolong khithab wadli dan
sebentar
lagi engkau akan mengetahuinya. Pengarang tidak menyebutkan khithab
wadl'i yang lain, yakni sabab, syarat, dan maii', barangkali karena tujuan
meringkas "

i)., j:; :- (;t-Ju) Waiib, dilihat dari sisi perkara itu


" - di.,a-akan wajib, ialah sesuatu yang
*qi & +q u) -,;j\j berpahala jika dikeriakan dan disiksa iika
drtinggalkan. Pengertian menyiksa
rl .i2-i; ("5': \L J;Uj; ,r;
satu orang dari beberapa pelaku maksiag
!,a *?-D 'rFj 9r.!rr serta mengampuni yang lain. Dan

17
SYARH AI".WARAQAT, Penjeloson DonTonyo lowab Ushtiifiqh

-.-ijf liC >U ; ; u -'iL \5 r.rlama 1ain, sehingga tidak menutup


peluang adanya pengampunan.

Penielasan :
Ta'rif (definisi) dalam pembahasan ushul fiqh sama dengan
pembahasan yang ada dalarn ilmu mantiq. Macam ta'rif ada tiga.
1. -la'rif hadd
2. Ta'rif rasm
3. Ta'rif lafdli
Ta'rif hadd talah suatu ta'rif (definisi) yang menggunakan rangkai
La{adz kulli jinsi dan fashl- Contoh, ,jHr Ll;; itJj!]l (Manusia adalah
hewan yang bisa berfikir). Definisi ini menggunakan la{adz kulli jinsi
(binatang) dan fashl (brsa berfikir).
Ta'rif rasms ialah ta'rif yang menggunakan kulli jinsi dan sifat
khusus. Contoh, manusia ,d"lrh birrrt"rrg yang dapat tertawa. Lebih
jelasnya lihat dalam buku mantiq dalam pembahasan de{rrisi rasm.
Definisi hukum wajib yang disampaikan pengarang (musannifl di
atas memandang dari sisi akibat hukum. Artinya, definisi tersebut
berbentuk rasm, karena menggunakan akibat hulium, sebagaimana
keterangan di atas.

Pertanyaan :

Dalam kitab-kitab ushul lain ditemukan definisi, bahwa hukum


wajib ialah sesuatu yang dituntut untuk dikerjakan dengan tuntutan
bersifat mengharuskan. Termasuk ta'ri f tpakah inll
Jawab :

Termasuk ta'rif hadd (bukan rasm)


Referensi :
i[i iA'aSi ii rruar ,+ i] i
j4 +u!ri +i;r], i) y'j9 c.,L-*
r-]y'^1j Qy_ uj,i g. juj jr, ru,ui ij
-!r r-)\J;-;: o+..t
(7...-Lv.;;i)\L\+
'SclanjuttyL delinisidclinisi yang disebutkan pengarang adalah dertnisi
dengan akibat hukum, karena pahala dan siksaan termasuk akibat sebuah
hukum, dan ini discbut ta'rif (delinisi) rasm. Terkadang hukum wajib iuga

t
Rrsm secal.a lughat a dala h a kibat.

1B
SYARH AL-WARAQAT, Pe njelosln Dan Tonyo J0w0b Ushul Fiqh

didefinisikan dengan ta'rif hadd, seperti diucapkan, waiib ialah sesuatu yang
dituntut untuk dikcriakan dengan tuntutan yazg mantap (mengharuskan)"7 .

J+ J: Gr:'"tl\i)
'^i-"r Mandub (sunnah), dilihat dari sisi
perkara itu dinamakan mandub yaitu
'i: * & +ri t) rj3! sesuatu yang dapat pahala jika dikerjakan
(r5 iaJ\il dan tidak mendapat siksa bila
ditinggalkan.

Penjelasan :
lstllah mandub, mushtahab, tathawwu', dan sunnah merupakan
kata-kata muradif(tiga lafadz satu pengertian)i yakni,
j
$ e \ru;.i; l; &,iri i;
'sesuatu yang dapat pahala iika dikerjakan dan tidak mendapat siksa
jika ditinggalkan".
al-Qdhi Husein dan ulama lain, istilah
Sedangkan menurut Imam
mushtahab tathawwu', sunnah tidak sama pengertiannya (bukan
muradifl. Defrnisi masing-masing adalah sebagai berikut.
Sunnalt adalah perbuatan yang dilakukan Nabi saw secara terus
menerus. Mustahab, adalah yang dilakukan Nabi saw satu atau dua kali
dan tidak secara terus menerus- Sedangkan tatlawwu'ialah yang sama
sekali belum pernah dilakukan oleh Nabi saw. Hanya saja perbuaian
tersebut merupakan kebiasaan (wiria) yang dibuat oleh manusia.

Pertanyaan :
Disebutkan di
atas bahwa sunnah boleh ditinggalkan (tidak
disiksa). Apakah boleh memutus di tengahtengah setelah dikerjakan?
.Lrydi
Menurut Imam as-Syaf i ra diperbolehkan, sedangkan menurut
Imam Malik ra dan Abi Hanifah, tidak diperbolehkan dan wajib
disempurnakan.
Rcfereosi-
!-l\ t+ i\-'iL i6,lr3r; ;utur
'* * eAU-+j3l iur! ,+\ ;li
7
An-Nafahat hal 07

10
SYARH AL.WARAqAT, Pe njeloson Don Tonyo lowob Ushul fiqh

rij\, {.iif =-l:';a.-.;-ljr,-ri1 4*ut+ W


(€)vLi Uu!'i;l
iY,t itz zr;-'at r-i'hi tF! AL:11) .g]rri: I t V, ;r'€V\ ;.:; u". "a;E
1

f .:, -,rlil' o'iri ir;!,---.i v:y 9u:.,iit ,r "i.G pyat ,,F J.6i C-'i ;,i
a$ 12 a-;jg 'iJi J\
''.23 ,#'j *.; b 3 ii 6$ ;::rK ps.-ir 6 ",Ji 'ti
p_)?t p*j { ;.ilr 6u19 ue" 3 A 4 VF ;KK' tii\i e\ o ):Lx\
i\S s\u:i:\;lj'iia;i.E.A:r*u g &?:ir -+u*f itr;L=iU

"Kemudian sesungguhnya tidak wajib hukumnya menyempurnakan


ritual ibadah sunnab setelah mulai dikerjakan menurut Imam Syafii M.
Karena ibadah sunnah itu hukumnya boleh untuk ditinggalkan. Lain halnya
dengan Imam Hanafi RA dan Imam Malik RA, beliau berdua berpendapat
bahwasanya wajib hukumnya menyempurnakan rirual ibadah sunnah
tersebut, dengan be andaskan pada ayat, 'Dan janganlah kamu sekalian
membatalkan amal kamu sekalian". Maka menurut beliau berdua, tidak
disempurnakannya sunnah, mewajibkan qadha'. Dalil ayat di atas ditanggapi
bahwasanya ayat tersebut telah ditakhsish dengaa hadia yng dishahihkarl
oleh Imam Hakim dari riwayat Imam At Tirmidzi : 'brang yang berpuasa
sunnah itu bcrhak memerintah dtrinya, jika dia berkehendak maka dia
berpuasa dan jika dia berkehendak dia boleh membatalkaanya (berbuka)".
Ibadah sunnah lain diqiyaskan dengan puasa ini. Sedangkan mengenai
wajibnya menyempurnakan ritual ibadah haji dan umrah sunnah, hal ini
disebabkan karena sunnah dan fardhunya ibadah tersebut memiliki banyak
kesamaan hukum. Semkai dalam niat, karena niat baik dalam haji dan umrah
wajib, atau haji dan umrah sunnah adalah sama, yaitu menyengaja untuk
masuk dalam ritual haji atau umrah- Juga dalam kafarat, karena kafarot
diwajibkan baik dalam wajib maupun sunnah, akibat melakukan
persetubuhan yang merusak ibadah tersebut Serta dalam hukum idak bisa
keluar (masih berstatus ihram) karena rusakny ibadah tersebut Karena baik
wajib atau sunnah, haji dan umrah yzng rusak tetap diwajibkan uttuk
melanfutkannya sampai selesai. Dan tidak ada ibadah-ibadah sunnah sclai;
keduanya memiliki kesamaan dengan ibadah {ardhunya, dalam permasalahan
yang telah disebutkaa, sebagaimana suda4 dimaHumi".

';-4 J:; :r (iCfl Mubah dipandang sebagai perkara itu


j (* ,y +q '! u) rqjt dinamakan mubah vaitu sesuatu vang
SYARH A|-WARAQAT, Penjelason Dln Tonya lowlh Ushul tiqh

') 6' ,P 56 'i;) {-i tidak mendapat pahala ataupun siksa jika
.'r ittg-r ,i---
--L:l -i) iLr r .(li +!-e
,.. d;kerjakan
-- atau ditinggalkan. Artinya,
"- " n,'," ., -' o ,., .=..--',.'. pahala ataupun siksa tidak ada keterkaitan
='a ") '.- )! 4J'= nJ.4-ttj-'2-= dengan melakukan atau meninggalkannya.
LJl,.r. lrL)l!

Penjelasan :
Mubah secara bahasa artinya dilapangkan atau diluaskan.
Sedangkan secara istilah ialah,
-\L.-rv.
S':
'j'. ^rii E.:u-: 'j u
"sesuatu yang melakukan dan meninggalkannya tidak mendapat
pahala dan siksa"

Mubah juga dapat disebut iaiz atau halaf, contoh makan dan
minum.

Pertanyaan :

Dari definisi di atas, apakah tidak bertentangan dengan perkataan


bahwa seorang yang makan dengan niat mengusahakan kekuatan
beribadah, akan mendapatkan pahala?
Ia$abj
Tidak bertentangan, karena ta'rif mubah (sesuatu yang melakukan
dan meninggalkannya tidak mendapat pahala dan siksa) di atas adalah
dari sisi pandang sesuatu itu disifati mubah. Sedangkan perkataan
'seorang yang makan dengan niat mengusahakan kekuatan beribadah,
akan mendapatkan pahala', adalah memandang dari sisi yang berbeda,
yakni dari aspek tha'at (ketaatar).
Refetensi :

i)\-j $l i[ rS av y,s;ri1{a ja vE :,5 ,,- \ li$4 e'' @;: * ;:)


.s!*!U:l +r a;r';,] l.sralr#\siril o==l
urr ,r*: i ,,q ii+-\! .J,
+i)! ';ti *J. ir $ :6 'j ii ++.\1
(te -.- Lva\)
"(dipandang dari sesuatu itu dki{ati mubah), lafadz ini sebagai sangkalan
atas ucapan yang mcngatakan, "sesuatu yang mubah terkadang mendapat

8
Lathaif al-lsyarah hal 12 dan an-Nafahat ha1 19

21
SYARH AI.WARAQAT, Pe njellsln Dln Tonyo lowob Ushul fiqh

pahala jika dilakukan dengan niat tha'at", sebagaimana ucapan lbnu Ruslan
(dalam syair):
Akan tetapi ketika makan disertai niat agar kuat
Untuk tha'at pada Allah swt, maka baginya (pahala) dari niat itu".
Maka pensyarah menjawab, bahwa mubah iru tidak ada kaitannya
dengan pahala mcmandang dari sisi sesuatu itu dihukumi mubah. Tidak
munutup kemung*inan melakukan hal yang nubah mendapat pahala karna
dari sisi tha'at-nya"

Haram dilihat dari sisi sebagai perkara


*;i * u Cliq
,- haram yaitu suatu pelkara yang mendapat
.ir v( ul i;}' .ii ya! pahala jika kira tinggalkan [arena niat
(4;,ii mengikuti perintah Allah, dan mendapat
+qr)'i\i;.J(6i srksa bila melakukannya.
,: i, -.
or.>q (r\.,'rr ; .z ..
9r.b i\ ."r.4). Dan pengertian menyiksa dianggap
,-^ 2-i\ .- . ,., cukup bila dilaksanakan pada satu orang
a 1 L -\.,\t - a- "- r' darr beberapa orang yang maksrat, serta
." 1! mengampuni yang lain. Dan pengarang
t. , ,= \, - z_=._ -. , :i ,=,. _ bisa jadi menghendaki maksudnya adalah
,fc +t'rt ?fJ 4r,-)r-r-:t--l 'melakukannya ditindaklanjuti 'ulamadengan
ti( )r.! l,^; *-k V{ --, siksaan', seperti ungkapan liin,
^6 sehingga tidak menutup peluang adanya
liIJ1 pcngampunan.
Penjelasan :
Hukum haram didefinisikan sebagai berikut,
*tL E iL;:.j'cr "s': 6.-u- u
"Suatu perkara yang meninggalkannya akan mendapat pahala, dengan
aiat melaksanakan perintah Allah, dan melakukannya akan mendapat
siksa".
Contoh, perbuatan zina, mencuri dan lain sebagainya.

Pertanyaan :
Apa perbedaan antara haram dan makruh tahrim?
Iawab :
Hukum haram ditetapkan berdasarkan dalil qath'i (arah maknanya
pasti), sedanSkan makruh tahrim dengan dalll dhanni (mungkin
diarahkan pada makna lain).
sYARH At .WARAQAT, Pe njeloson Don Tonyo lowob Ushu!tiqh

Referensi :

j;4i #
,gt"
r* ''"+ e. v;i''^-^\5
t". 4$.tti,,trat ,y.rr,4 ea.ui\+\
$l--,-,iuaf,1;e-riais;z
"Haram ialah sesuatu yang dilarang berdasarkan dalil qath'i (pasti
dilatahnya) yang tidak mungkin diarahkan pada makna lain. Makruh tahrim
adalah setiap per*ara yang dilarang berdasarkan sebuah dalil yang
memungkinkan diarahkan pada makna lain".

Fn.K :i g ,'7, .)ri ti+ -:,J\ '#ft:,*reu .rU i\ t*;.la'5 i';1


ou,;i 6t,rgi .,*, St jj u j\rl'i 5.rbt .EZ
"Elt.Lij
u j;'Jt itr ;yt
(8 1-- ljJra;l ru-i\,t):\
'(Ucapan palgarang: makruh tahrim), yakni yang pelakunya berdosa.
Sebagian ulama membedakan antara makruh tahrim dengan haram, dengan
sisi kesamaan keduanya menetapkan dosa. Bahwa yang pertama (makruh
tahrim) adalah yang tetap berdasarkan dalil yang mungkin diatahkan pada
makna lain. Dan kedua (haram) ialah yang tetaP berdasarkan dalil qath'i
(pasti) ijma', qiyas awlawill atau qiyas musawi".

*'c -
',. | .- . r,"?-\t.t
.-'.' Makruh dilihat dari sisi sebagai
r: \-)'- - ')' perkara yang makruh yaitu perkara yang
,<' L"'-;) --,."\r apabila ditinggalkan disertai niat untuk
(+, & eu? 1^!>rir rienjalankan '" perintah Allah akan
1,. i. ,:r-, r1-r rir;-.r mendapat pahala dan apabila dilakukan
/\1J+
i !-r": u/lY' tidak akan mendapat siksa.

Penielasan :
Pengertian makruh;
e &4i\ti.i; iri.;r6;3e +u] u
"setiap perkara yang meninggalkanaya dengan diniati karena AlJah
akan mendapat pahala dan melakukannya tidak akan mendapat siksa".

Pertanyaan :
Apakatr acia perbedaan antara makruh tahrim dan maktuh tanzih?
Jawab :
Ada, yakni melakukan makruh tanzih tidak mendapat siksaan, dan
melakukan makruh tahrim mendapat siksaan'
SYARH AI,-WARAQAT, Penjeloson Don Tonya lowob Ushul Fiqh

Refetensi :

i;\5 dq 1];j J 5\;j.1u e;r ;$ li;pt ."^,; &rW i.,;st3


(20
-. iv.a\)
:1:i $ J.:6 IF r#1
"?erbedaan antara makruh tahrim dan makruh tanzih adalah bahwa
melakukan makruh tanzil4 tidak mcndapat siksa, berbeda dengan makruh
tahrim, maka melakukannya akan mendapat siksa".

Pertanyaan :
Apakah ada perbedaan antara makruh dengan khilaful aula?
Iawab :
Menurut ulama ushul dan mutaqaddimin dari golongan fuqaha,
keduanya sama. Menurut ulama mutaakhirin dari golongan fuqaha,
keduanya beda.
Referensi :
f'; 3. ,jp8,( .E'# ;j'?4:l ''-K u *; &'j, .r)t+ j"Lii' d, (eFJr)
S'fitv>y;l5:i'*: '"+ ;*,ts ",i.1!,"!l 3i u,rlji i r\:i: il oiijr,jl
J)q 4\A\i;5iu jj'ii tj;; G;lt ;i':: ,ra;\ srri, j+ + iE j!
(21..-.3\r1-r]\) &\\
fUcapan pengarang: mafuuh) mencangkup khilaful aula yakni yang
tidak menggunakan shighat larangan khusus (jelas), seperti larangan
meninggalkan sunnah-sunnah yang diambil dari perintah-perintah sunnah.
Karena perintah atas sesuatu adalah larangan untuk melakukan kebalikannya.
Ini adalah asal istilah dari ahU ushul, meskipun tidak disepakati sebagian
fuqaha mutaakhirin, termasuk pengarang. Mereka menentukan yang pertama
(disertai shighat larangan khusus) dengan nama makruh, dan yang kedua
(tanpa shighat larangan khusus) dengan nama khilaful aula"

Wri d+ ,ra , q;Q; r3i;aJr 3; i;it:sg j;Ir -:t+'r",;:-:


#s! tr*:rr a ,y?\ iYL'&j Y* G;i ti* Sn 6, Jrit -J.e ;r5At
j-i, uq;Lit "j, il-;.:ir j;; ;.1' i iuijr *: :;;i, ,j, ,":"ji'
o> f 4git JAL,'b^3d\el+*rt,,t3it rr
jtt*ioiei n-;Lt
d- Juj 6 i'++ii;\j< \f: Jii\ e.alA ij ue-r-z;At;L-, 6;Lit fii
,','.-,;.2t::' ..-i. .-
\ I U---., .* rJ+l ti, ;$;r {:- JJJ,j-il --+

24
SYARH AI,-WARAQAT, Pe njelasan Don Tonyo Jowoh Ushul Fiqh

?embagian khilaful aula adalah tambahan pengarang dari istilah ulama


ushul, mengutip dari fuqaha mutaakhirin, dimana mereka membandingkan
makruh dan khilaful aula di beberapa masalah. Mereka, termasuk Imam
Haramain dalam an-Niharal membedakan keduanya dengan shighat larangan
jelas dan yang tidak ielas, yakni yang diambil dari amr (perintah) Pengarang
beralih dengan membahasakan shighat larangan khusus dan yang tidak
khusus, yakni yang unum, memandang pada semua perintah-perintah
sunnah. Sedangkan .{uqaha mutaqaddimin memutlakkan makruh atas semua
yang memiliki shighat larangan khusus dan yang tidak. Kadang mereka sebut
yang pertama dengan makruh berat (syadidah), sebagaimana dalam sunnah
ada sebutan sunnah muakkadah"-

Sah ditinjau dari sesuatu itu disifati


sah yaitu perkara yang berkaitan dengan
nufudz, dan i'tidad. Yakni di saat perkara
tersebut telah melengkapi hal-hal yang
dipertimbangkan syara', baik berupa akad
atau ibadah-

Penielasan :

Hukum shahih ialah,


i' t- | lr,. tt'
, ):aJ rar\ " "
r.}\,+,
"Sesuaru yang telah berhubungan dengan nufitdz, dan i'tidad"

Nufudz adalah tercapainya suatu tujuan, seperti iual beli,


tujuannya ialah supaya pembeli dapat memiliki barang yang dibeli dan
penjual dapat hak milik atas uang yang diterima. Sedangkan i'tidad
ialah telah melengkapinya seseorang atas perkara yang telah ditetapkan
syara seperti syarat dan rukun.
Dari pengertian di atas. ketika ibadah dinyatakan sah, berarti
syarat dan rukun di dalamnya telah terpenuhi (dalam ibadah tidak ada
istrlah nu{ud). Dan ketika jual beli dinyatakan sah, maka artinya jual
beli tersebut teiah berkaitan dengan dua hal. Pertama, nufudz, dengan
pengertian pembeli boleh menggunakan barang yang dibeli, begitu juga
pihak penjual mendapat hak milik atas uang y^LE diterimz. Kedu4
i'tidad, dengan pengertian si pembeli dan penjual telah melaksanakan
SYARH A|-WARAQAT, Pe njelosan Don Tonyo lcwob UshulFiqh

rukun dan syarat yang terdapat dalam jual beli.


Catatan : secara istilah, akad dapat disifati dengan nufudz dan i'tidad.
Sedangkan ibadah hanya disifati dengan i'tidad saja.

Pertanyaan :
Apakah standar atau tolak ukur sah tidaknya ibadah atau akad?
Jawab :

Dalam ibadah ada dua aspek, persangkaan orang mukallaf dan


kenyataan sebenarnya. Sedangkan dalam akad hanya kenyataan
sebenarnya.
Referensi :
.,. i. ,.a o, -- .i ,.,!, ,-, ., .-, ..,.
+rrq4r + 19Lu.=-) p-'c )' 4t,at 1++l ,J- 6/+', i......e'(Cr+:-+
.i ,,,.
r.1 dq 1,..,'
"i arr)

L+, fi tij.;:\',4 -r\i i4y"';\ ,\+\ &j; i rrf; iir ,"i; .xtt trt .1_u
:',ilJi 3 ;r1r J u.-, i.-i'Jt i'i L\;'. JJlr .g ;' ;,':\ e;+Jl;-''!r i"L :-,:
ot
(22 rvJjt) t)' t: i:',; Lti Jq; ,i4; ii'; i; i +
-
'(Ucapan pensyarah: tidak melengkapi).....tolak ukur melengkapi syarat
"_\

atau belum dalam permasalahan ibadah yaitu sesuai dengan persangktan


orang mukallaf dan juga kenyataan sebenarnya. Dengan demikian seumpama
ada seseorang melakukan shalat dengan berkeyakinan dirinya telah suci,
namun setelah shalat ternyata nyata-nyata ia berhaciats, maka ia wajib
mcngulangi shalaatya, dan dihukumi ada'jika waktu shalat masih tersisa, dan
dihukumi qadha' lka waktu sudah habis. Dan dalam permasalahan akad,
yang menjadi tolak ukur yaitu kenyataa, sebenarnya. Dengan demikian
seurnpama ada seseorang yang mcnjual harta orang yang akat diwartsinya
(scmisal ayahnya) dengan berkel,akinan bahwa ayahnya masih hidup, namun
kenyataannya ternyata ayahnya sudah meninggal, maka penjualannya
dianggap sah"-

tlt-
@) t.-
c-.- J: (&\rb) Bathil ditinjau dari sesuatu itu disifati
l'i;rr
.
- iL; r'ut
, .-,- "1 .t ,
batal yaitu perkara yang tidak berkaitan
dengan nufudz dan i'tidad. Yakni di saat
L- '.-: ---r J ,_,L {a.,
. -,.- a .- 1 -- perkara tersebut belum melengkapi hal-hal
Jl 06 l-Li-e .\cri
yang dipertimbangkan syara', baik berupa
- ll, rPU , 2 .' akad atau ibadah.
frl-\:-c".i,-.'rr,, . d': ),t')\
"--\,-t Akad disifati dengan nufudz dan

lo
SYARH AL.WARAQAT, Pe njelason D1n Tany| lowob Ushul Fiqh

- '.i, | =: t-t- \r.


-a:!r )lr:'-J'j " 4-. i)i.rll, i'tidad, sedangkan ibadah disifati hanya
,'Li,r .
.t>t I
disifati dengan i'tidad saja secara istilah.
) -a-ot

Peajclaoag-
Batal merupakan lawan kata dari shahih (sah) dengan demikian
batal ialah,
*+ xt )r.r!l4i J.Ljr )u
Sesuatu Jang belum berAubungan dengan nufudz dan i'tidad"
Dari pengertian bathil ini, ketika sebuah ibadah dinyatakan batal,
maka artinya syarat dan rukun didalamnya belum terpenuhi (daLam
ibadah tidak ada istilah nu{udz) Dan ketika sebuah akad, seperti jual
beli dinyatakan batal, maka artinya jual beli tersebut belum berkaitan
dengan dua hal. Pertama, nufud, d'engan pengertian pembeli tidak
boleh menggunakau barang yang dibeli, begitu juga pihak penjual
belum mendapat hak milik atas uang yang diterima. Kedua itidad,
dengan pengertian si pembeli dan pen.jual belum melaksanakan rukun
dan syarat dalam jual beli.

Peranyaan :
Apakah sama batal dengan fasad?
Iawab :

Menurut kalangan Syaf iyyah sama, sedangkan menurut kalangan


Ilanafiyah batal dengan fasad tidak sama.
Referensi :
.,t,-
.b.," ,iy
!\ i, -'
',,. (a, v: :-:-
.i',,- ,.4
e- ), \-+)E J i) :juj J,!Vi\j ,*4"1:11 -i; ....3r1 JyVti i;l
4., t-rJ.- d) u)\+ ;;;, L;*: i? l, ,t:)\j \41 ^+ aF:.: ,;)\.
,,.,r .,.,, !)|-ri ; u5.1>r:rl * $l
Erri ill jK \; o-! \;.ij:i 3:1t 4Ca'",p:,
i*'i' i,--
"
*> -ri, ,* ti :-;, u i1;,t ,t;;i 3t
(22...- Lv.ri) *Wi
Ct,;ru'tit 6-;i oril4,r
*(Jcapan pengarang : bathil)....dalam ta'rif menggunakan la{ad batal
mengisyaratkan scmaknanya batal dan fasid....berbeda dengan Imam Abi
Hani{ah dalam staterncrnya, bahwa keduanya berbeda. Beliau membedakan
antara keduanya, bahwa hukum yang larangan di dalamnya mcngarah pada
asalnya (syarat atau rukun), maka dinamakan batal. Seperti mclakukan shalat
SYARH ALWARAQAT, Penjelosan DonTonyo lowob Ushulfiqh

tanpa memenuhi sebagian rukun atau syaratnya. Atau menganh pada sifatnya
ibadah, maka dinamakan fasad, seperti puasa pada hari raya kurban, karena
berpaling dari suguhan Allah bagi manusia berupa daging kurban yang telah
di syariatkan di hari itu".

Pertanyaan :
Apakah khilaf di atas (bahwa batal apakah sama dengan fasad)
tergolong lafdhi atau ma'nawi?
,Iawab :

Tergolong khilaf lafdhi.


Referensi :
+i:-jr *i 'eli:e'6i'n-?Y
i
-a\.
:*:; t;; Jx+r
'i il-r ri # \:1:l .,:;j # \1Li j-6 *S:i '3u^! ij u)5 #
"6
(22...-3vriviJ u:*. : ji
'Kemudian perbedaan antara Syaf iyah dengan Hanafiyah hanyalah
seputar lShilaf lafdhi. Karena secara kesimpulan, tidak sesuainya dua perkara
yang memiliki dua wajah terhadap syara' (devintsi lain dari batal) dengan
sebuah larangan yang mengarah pada asal (syarat dan rukun) dain
dinamakan batal, apa iuga btsa dinamakan fasad? Atau adanya larangan
mengarah pada sifatnya, selain dinamakan fasad, apa juga dapat disebut
batal?. Menurut Imam Abi Hanifah tidak bisa, menurut kita (Syaf iyah) bisa".

Pertanyaan :
Mengapa definisi sah dan batal dalam Waraqat tidak sama dengan
kebanyakan kitab ushul?. Seperti dalam Jam'ul Jawami dam Lubbul
Ushul definisi sah ialah,
ar't lqfi '5) J'4'
+:'6-.
aa'b' '',.."dt)
,'
"Sah ialah kesesuaian perbuatan yang adanya memiliki dua wafah dan
terjadi dengan syari'a t'
Definisi batal ialah,
? p\V;) Jiri\ q' 14t i,":ri,,[ aJul\i].A\ Gi '4\.'c,j
'Kebalikan dari sah adalah batal, yakni tidak sesuainya perbuatan yang
adanya memiliki dua wajah dengan syari'at".
Iasabi
Karena definisi yang terdapat di Al-W'araqat termasuk la'rif rasm,
SYARH AL.WARAQAT, Pe njeloson Don Tonyo lowob Ushultiqh

sedangkan ta'rif yang terdapat kebanyakan kitab ushul, seperti dalam


Jam'ul Jawami' dan Lubbul Ushul di atas termasuk ta'rif hadd.
Refetensi :

1'lr, ;ury . i''^'\t u'i 3' .!rurt' ,r! jl r: Q|-:J\-'*J: -?) i+


':/ ,2-/,. ...?, .... '- . ,,, i,.' :f :.-' ..-- o:t\ t. .= -'.
Jf C: q Lr--!' JJIJ t eP' J\,! Jq...r3-r, '-i '
'L f) ai *)\-.-+1. :Ds-.1'
(18.._-,i\#3r) ,>*, *'eEt_,e\ ri'\i, Jb419 d;i-r
fUcapan pensyarah: ditiniau dari sesuatu itu disifati wajib) kemudian
ta'rifta'ri{ ini yang telah disebutkan pengarang adalah ta'rif rasm....dan
kadang iuga dita'rili dengan hadd.-.dengan dikatakan sah ialah suatu
perbuatan yang sesuai dengan syari'at yang adanya perbuatan tersebut
memiliki dua wajah. Batal ialah suatu perbuata, yang tidak sesuai dengan
syara' yang adanya perbuatan tersebut memiliki dua wa1ah".

Catatan
Mulai dari pengertian wajib, sunnah, mubah, haram, makruh, sah
dan batal yang terdapat dalam A1-Waraqat semuanya menggunakan
ta'rif rasm. Untuk lebih jelasnya, pengertian ta'rif hadd ata:u rasm daprt
dilihat dalam kitab ilmu mantiq.

e-i;il ,+3r
'{-r
:iu ri-i;r"t Fiqh dengan arti syar'i mempunyal
makna lebih sempit daripada ilmu, karena
r^1! #r ,]*C (gr j" ;;."k,,p;;#';h,;;;;^;;;
? i.,'-:- ^;" K ,:it lainnya. Maka setiap fiqh pasti ilmu akan
,- tetapi tidak setiap ilmu dinamakan fiqh.
k4 # Ilmu ialah pengetahuan pada perkara
.-i r-.1.-ir i:
lrr...r (,r
slrl
.:
,i ir-r yang diketahui, maksudnya menemukan
\lt).r,-tl 4)p fJ+\)
' -'
. . .: ;' perkara yang keadaannya perkara tersebut
1;, \; .r\' ) j-: :' 9L: i u me-ungkinkan untuk diketahui, se suai
,;i .,-:.i, 9lr)p
4ru ut-rll t -,-i, 3.. dengan kenyataan yang ada. Seperti
.r.,," (rjlrr
'(: - --. pengetahuan pada manusia, bahwa
fu'J 3V manusia ialah hewan yang dapat berfikir.

Penielasan :

Fiqh dipandang dari makna bahasa lebih luas daripada makna


ilmu, sebab arti fiqh secara bahasa adalah kefahaman yang mencakup
ilmu dan selainnya. Sedangkan dipandang dari sisi makna syar'i, fiqh
SYARH AL-WARAQAT, Penjeloson Don Tanyo lovtob Ushu! Fiqh

Iebih sempit dari pada makna ilmu, karena setiap fiqh pasti ilrnu, dan
ilmu bisa mencakup fiqh dan yang lainnya, seperti ilmu nahwu, sharaf
dan lainnya. Dari pengertian ini, ilmu memiliki pengerlian yang sangat
luas dibandingkan dengan pengertian yang ada dalam fiqh.
Pengertian ilmu adalah,

64'u ja
at* ili;i
1i: u J53l i
"Menemukan (idrak) perkara yang memung;kinkan untuk diketahui
sesuai kenyataan yang ada".

Contoh, menemukan pada manusia bahwa manusia adalah


binatang yang bisa berfikir. Maka hal ini adalah ilmu karena sesuai
kenyataan yang ada. Mengecualikan sebuah pengetahuan yang tidak
sesuai kenyataan yang ada, seperti pengetahuan kaum Yahudi bahwa
Uzair adalah anak Allah swt. Pengetahuan ini tidak bisa disebut sebagai
ilmu, namun dinamakan sebagai iahl murakkab (kebodohan
bertingkat).e
Sedangkan pengeriian idrak ialah,
:ru1 ;!.:, Jt.._;ttj;3
"Sampainya hati pada nakna dengan sempurna"

Dimana idrak yang adanya tanpa disertai hukum disebrit


tashawwur dan yang disertai hukum disebut dengat tashdiq.l0

tirr:y 3\ 1r'r,ut'rj: ;1Vy1 Bodoh yaitu menggambarkan sesuatu,


maksudnya ialah menemukan sesuatu
@A\ A ,!i u +1+
ja) tidak sesuai dengan keadaan nyata yang
seperti menemukannva kaum fi1osof
u ;i; idl ;i A>tlr 9ll!S 1d"'
bahwa alam semesta, yakni perkara selain
')z-t ')$ j\il +t ,-s; a[utr swt bersifat qadim (dahulu).
2-,\, 1.i Sebagian ulama menamakan kebodohan
J.-. -r ,!rJr! ,.f{.*, ,* *: ir,.i dengan jrhl murakkab. Dan
. , itt. i -ir --: : ir menjadikan de{tnisi jahl basiri ialah tidak
r-','-( -P
.

':. - ':' :

mengetahui (sama sekali) terhadap


'Cvi ,i"4\\ (-}- ! u.+ sesuatu, seperti tidak tahunya kita atas
\

benda di pcrut bumi dan yang ada di

s Lataif al-lsyarah hal 24


'0 Lataifal-lsyarah hal 24dan Bahr al-Muhith vol lhal 39
SYARH AI-WARAQAT, Pe njeloson Dln Tony| jowab Ushul tiqh

dasar laut. Hal ini menurut keterangan


mushannif tidak dinamakan jahl.

Penjelasan :

Kebalikan dari ilmu adalah jahl ftodoh). Terbagi dua:


1. Jahl murakkab (kebodohan bertingkat) yaitu menggambarkan
sesuatu yang tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya. Contoh,
pengetahuan para ahli Elsafat bahwa alam bersifat qadim (daht:.\u
tanpa permulaan). Pengetahuan mereka tidak sesuai dengan
kenyataan yar,g ada, karena kenyataan sebenarnya alam bersifat
hadits (tercipta baru). Ditandai dengan perubahan dan sifat*ifat
yang nampak pada alam. Jahl semacam ini disebut murakkab
ftertingkat), karena pelakunya selain tergolong bodoh, iuga tidak
menyadari bahwa dirinya bodoh (tidak sadar bahwa Penemuannya
salah).
2. Jahl basith, yaitu tidak adanya pengetahuan sama sekali atas
bumi dan dasar lautan.
sesuatu. Seperti tidak tahu tentang isi perut
Dan jenis ini bukan tergolong jahl, apabila berpiiak dari definisi
pengarang.

Pertanyaan :

Apa sebab penamaan jahl d,engan nama jahl murakkabl


Iawab :
Karena pelakunya meyakini sesuatu tidak sesuai dengan kenyataan,
hal ini merupakan kebodohan atas sesuatu tersebut. Ditambah ia
meyakini bahwa keyakinannya itu sesuai dengan kenyataan, hal ini
menjadi kebodohan lain (tingkat kedua).
Referensi :
4t,!+ rG 4L
\ \; +x+ &j #1 rs; e- u;yt ^*lz'l\- (StUl
,-i.,.i 1.. "'f-:
.-. .i. -',.r, t. 'torr:Ju
-.'. tur it,
'-...- zr9-t'
'zi )*S
(lJ --..a :.r\*ij.:\) t . ,,Y_.,i1 Lk+ ll{.9 $e J,6 L.!c
*(Perkataan
pengarang: iahl murakkab) kebodohan ini disebut dengan
jahl murakkab (kebcdohan yang berganda) karena pelakunya meyakini atas
sesuatu tidak sesuai dengan kenyataan, hal ini merupakan kebodohan atas
sesuatu tersebut Ditambah ia meyakini bahwa keyakinaanya itu sesuai
dengan kenyataaa, hal ini iuga merupakan kebodohan lain. Kedua jenis
kebodohan ini tersusun secara bersamaan".

JI
SYARH AI.WARAQAT, Pe njelasan Dan Tonyl lawlb Ushu! tiqh

.p id'f Y ,3,iF)\ )4D Ilmu dlaruri yaitu ilmu yans


, ,,-,. .^ - .- didapatkan tanpa melalui berfikir dan
rG! drrl,:leJK (J\ 4:\ f tanpa menggunaian dalil.
Seperti ilmu yang diperoleh melalui
e') ,ir6\ o:3\ o"V\ salah satu panca indra yang nampak,
, , ,,- , ,1,,- , . ,1,- ,. . ,,
r!! .r'rr ! )44b e)\ yakni pendengaran, penglihatan, peraba,
fU .i..!1i pencium2n, dan perasa. Pengetahuan ini
' '' : didapat hanya dengan interaksi panca
E e*[l]t ;n6r" tanpa butuh pemikiran dan
r\i._.,-
-l.&r9
r.l 1'
menggunakan dalil.
Y IImu muktasab ialah suatu
'r-" liSt Srll L1!) p.t g.tahuan yang dicapai melalui berfikir
(\9r\i*:)ili
.-rI ) t*, -gri .y
'an menggunakan dalil. Seperti
ia .-l'i:r "pengetahuan
-t,r-' bahwa a]am adalah ciptaan
ig .i)\; 5ur ;! jjK brtu. Pengetahuan ini dicapai melalui
,.', _i,_i, .' ,..,, .:
'".,,. berfikir tentang alam, dan yang kita lihat
t'J dr.'rr U- P\ & et:n pada alam, berupa perubahan. Dari
..- 't;;; ';:al 1- 4: ;,-6t-.1 perubahan tersebut maka hati berpindah
o' e' - -,t'
(menyimpulkan) bahwa alam adalah
$t; J',:r* ciptaan baru.

Penjelasan :
Ilmu terbagi menjadi dua macam :
1. Ilmu dlaruri, yakni ilmu yang diperoleh tanpa melalui proses
berfikir dan tanpa menggali dalil. Seperti pengetahuan yang
dihasilkan mata manusia bahwa sebuah benda berwarna hitam
atau putihll
2. Ilmu muktasab, adalah ilmu yang diperoleh melalui proses
berfikir dan menggunakan da1il. Seperti pengetahuan bahwa
alam adalah ciptaan baru. Pengetahuan tersebut dicapai melalui
pemikiran tentang alam dan segala keadaan yang
melingkupinya. Dimulai dari kenyataan bahwa alam berubah-

" An-N"f"h"t hrl 27


SYARH AL-WARAQAT, Pe njeloson Don Tanya lawab Ushulfiqh

ubah, dari ada menjadi hilang, dari tidak ada menjadi wujud
dan lain sebagainya. Dari perubahan inilah, hati menyimpulkan
pengetahuan bahwa alam adalah ciptaan baru.

i i-Eili)
.'.(!:it ,\t; ri '<-ill An-Nadhar ialah berfikir mengenai
sesuatu yang difikirkan agar sampai pada
ejXlt jig:g 1# s.suatu y?\c dicari. Istidlal ialah
, pencarian
j'i*:!ll)
dalil agar sampai pada sesuatu
G41 (J=lXl ..J,: vang dicari. Sehingga trrjuan an-Nadhar
dan istidlal adalah sama. Pengarang
/s\ ,stiJ ?jgit j) itsbat
mengumpulkan keduanya dalam kalam
dal: kalam nafi bertujuan untuk
-€3
Lg ,l'J,;-)u mengukuhkan.
!,
t,"at.t.1t--l-i\rr.:r-,:!-
Dalil ialah sesuatu yang menunjukkan
u JDI llqJ.)rq L.&+: pada perkara yang dicari. Karena dalil
'-,.r
merupakan tanda dari adanya perkara
yang dicari.
.i-- l-ri--,:(r Dhan ialah menganggap adanya
"* qr)!'I kemungkinan dari dua perkara, dimana
.:-:i ,: 5 tf
'-i r;;i \),!.)t'' i,E,r) t'l"h satunya dianggap lebih kuat dari
-)2)'- )/ yanr lainnya menurut orang yang
;a\ +ctJ, ; -'T,)?r"',ffi'rT.nr".,rpo adanya
t;-1 ..j e'
.:-:i t j .rt_lr-"t kemungkinan pada dua perkara, yang
''r' - '' salah satunya tidak dianggap lebih kuat
,'-;jt i- - (Yj\ji ii g^;'1 dari yang lain menurut orang yang
mempunyai anggapan. Keraguan atas
berdiri dan tidaknya Zaid secara
seimbang, dinamakan syak. Dan jika
disertai anggapan lebih kuatnya salah satu
di antara berdiri dan tidak berdiri, maka
dinamaken dhan.

Penielasan :
Nadhar adalah berfikir tentang keadaan dari perkara yang
difikirkan supaya sampai pada kesimpulan yang dicari (al-matlub).
Istidlal ialah pencarian dalil yang dapat menun;ukan pada

J5
SYARH AI.-WARAQ T, Pe njeloson Dan fonya Jawab Ushul tiqh

kesimpulan yang dicari. Dari dua pengertian di atas, nadhar dan


istidlal memiliki tujuan sama.
Dalil secara lughat adalah sesuatu yang menunjukkan pada perkara
lain. Secara istilah dalil adalah sesuatu yang ketika dianalisa dengan
benar memungkinkan sampai pada kesimpulan berbentuk khabar.
Definisi ini semakna dengan definisi pengarang di atas.
Dhan ialah menganggap adanya kemungkinan dari dua perkara,
dimana salah satunya dianggap lebih kuat dari yang Iainnya menurut
orang yang mempunyai anggapan. Contoh anggapan berdiri dan
tidaknya Zard, dimana salah satunya lebih kuat.
Syak ialah menganggap adanya kemungkinan pada dua perkara,
yang salah satunya tidak dianggap lebih kuat dari yang lain menurut
orang yang mempunyai anggapan. Contch, keraguan atas berdiri dan
tidaknya Zaid secara seimbang.

Pertanyaan :
Apa maksud pernyataan pengarang telah mengumpulkan keduanya
(nadhar dan istidlal) dalam kalam itsbat dan dalam kalam zal?
Iaryabj
Maksud pengarang mengumpulkan keduanya dalam kalam itsbat
adalah dalam definisi ilmu muktasab. Dan dalam kalam na ,
maksudnya adalah dalam deltnisi llmu dlaruri.
Referensi :
'rii iG J+;-li:ir ,r4 ,-4,r4_u.ffi i+' eijr*:51 (J,r, +tr') j)
i \1 i\3 a--;- \$F)i Jrr ,--a_;i ,l. ri! 6+r tsr,j J'J-,iirj ,Er & i j;r
(30.._.. j\;"Ii)r.j.4:\jF **
'(dalam kalam isbat dan nafi) pengarang menghendaki dengan itsbat"
adalah mengumpulkan nadhar dan istidlal dalam deiinisi ilmu muktasab
dengan perkataan : LlU3tL- .Ulj )Lill cJL ;' ;ii)ll. Scdangkan maksud kalam nafi
adalah mengumpulkan nadhar dan istidlal dalam definisi ilmu dlaruri dengan
perkataan : ,U:l-!b ,A: G i;; U t;."

34
SYARH AI,-WARAQAT, Pe njeloson Don Tanya lowob Ushul Fiqh

USHUL FIQI{ DAN PEMBAHASANI.IYA

# t1.).5!t G\ \1''4\
a

d)"2\) Ushul fiqh yang merupakan isi


pembahasan kitab Al-Waraqat ini
yaitu
3t &i Gp Lurlt ,1, dalii-dalil frqh ijmali (global), seperti
-iu5 r,iu='ir
': \.:; \)'-G) {:njl
t Y't
Mutlaknya amr, nahi, perbuatan Nabi
Y -
SA\7, ijma', qiyas, dan istishhab, dari sisi
A\ J; "Ga\,i;Jgflu;'ir
pembahasan bahwa dalil yang pertama
*u.Ju ;k
rui'it; )::, (mutlaknya amr) menunjukan wajib, yang
kedua menunjukan haram, dan yang lain
e;11 e; n,-U*:i! sebagai hujjah hukum, serta hal-hal lain
,';,,
..,,,,-
'zi ,_lul. u.}.!
{]tr
- 'ti ,.,,i
4rL L, rl ".9 yang akan diterangkan setelah ini bersama
keterangan yang terkait.
:L', i;L U[
1' j t'
riuirr u'.jjL
Beda halnya dalil fiqh talihili
,1---. - -- -i-,.,Lu rl-ll:
-.,,
.a,.-"Id, L" u,'rL- (terperinci), seperti, 1). ir1l rl ljiitJ
,. .-i--
I :ri, ,. 1- -'o
L! - lc, 43.1, U )\.+ (diikanlah shala) 2).;31 r.j.Ji: v1 (jangan
9-- ^i-rl Y-t 1-' --r
J1\VF',i'zJatpi,'j mendekati zina) 3). Nabi saw shalat di
dalam Ka'bah (HR Bukhari-Muslim) 4).
a,&j #i, a\J;,;);) Ijma' bahwa cucu perempuan dari anak
jeiat L.vi s *At laki-laki bersama dengan anak perempuan
kandung maylt mendapat
"1llrr
et :i g gu;;t3 seperenam,jika tidak ada waris lain yang
bagian

\i l.- i,i, -'_ -- "r menjadikan ashabah pada keduanya 5).


rl, "
,ai, 1- i;,, t---,-'i - . -' Pengqiyasan beras pada gandum dalam
J_r. ]l c)tc J'Jl v---r - t--as
. *\-J c \.-rJ
'.
.
.1, ha1 larangan menjual sebagian dengan
\l ,, 1+'+ ei Lqr ,]- sebagian yang lain, kecuali sama
C-
-t*i
\- i1;-, ul L-' r,L.2r::, "YL timbangannya, dan diserah terimakan
" ' langsung, sebagaimana hadist riwayat
ri i-ti :;i ;-.u-Eir .,t;j-:l-. Imam Muslim 6). Meneruskan hukum
ijil Jpl , ,:::t-: .li:E suci bagi orang yaflg ragu-ragu dalam
kesuciannya. (Semua 1-6) bukan termasuk
.)#.t"< A_W45\J.y) ushul fiqh, meskipun sebagian disebutkan
dalam kitab ushul sebagai contoh.

oh &i &,J'Ju;li &(;1 Dan termasuk usul fiqh yaitu teori

35
SYARH AI.WARAQAT, Pe njeloson Don Tonyo lowob Ushul Fiqh

+ \i\*X ..i"i i 1ilJl pengambilan dalil, vakni dalil ijmali dari


, , 2atr \-..?.t t- .,,.. sisi perinciannya, ketika ada Pertentangan,
)lt) '-z .',, a-a-b \rr.}!j \/lla r\..r
r'- Karena oatll IerseDul oersllat onln. l.lzt tt'll
& *X! pulr ;a ;iet berupa mendahulukan dalil khash dari
dalil 'am,
.."t1 oet ,m. orlll
dalil muq:
muqayyad dari dalil yang
.'l4r r^.9; LrLaJl i ,
'- "' = mutlak, dan tainJain.
Jt j q'ti,i:r c45; Teori pengambilan dalil di atas,
.2. t- di jj*{ - t1 menuntut kriteria orang
J.t, '.c? .r,. if 9\y
yanS
- melakukannya, yakni mujtahid.
t .,
.J*t+Jl
'1,

.l: ir .t;.:r ,-+ i:yi.:r .:.;:


(>e
Ketiga pembahasan inilah cabang
- ,,. 1,.r, .i-,, ;.t, ,, ,1 ilmu yang disebut ushul Frqh, karena fiqh
u\e 4:j!t '| ,'',1l'4 r 9-r-Y tergantung pada ketiganya.

Penjelasan :
Ushul fiqh yaitu disiplin ilmu yang mencakup tiga pembahasan.
1. Dalil-dalil frqh yang global (ijmal)
2. Teori pengambilan dalil ijmali dari sisi perinciannya, bukan dari
sisi kaidah umumnya.
3. Syarat-syarat seorangmujtahid.

Ada dua macam dalil fiqh:


1. Dalil ijmali (global), contoh amr menunjukkan wajib secara
hakikat dan lain-lain.
2. Dalll tafihili (terperinci), contoh, Qg. An-Nisa:23:
\; ;u" 4t1 aK'it j1\ f;,x,i j
'Dan janganlah kamu mendekati zina sesungguhnya
zina itu perbuatan yang keji dan suan jalan yang buruk"
Dalil ini merupakan d,alll juz'i (tafshil), karena telah berkaitan
dengan permasalahan khusus, yaitt zina dan juga telah
menunjukkan hukum khusus yaitu haramnya zina.

Pertanyaan :
Apakah pengerti an dalil ijmali
Jagah-i
Dalil yang belum berkaitan dengan sebuah permasalahan yang
SYARH AL-WARAQAT, Pe njellsln Dln Tlnya lowab Ushul Fiqh

berbentuk kaidah-kaidah umum.


Referensi :
V4& +#FG &i U\;I e {-",p eA\ qf ay 3i.... (Jl::yi Ji; &)
"\)i
V+:i'ri rS-.i, .K :r * # qi l'r-:., i! \i, J+i ,5jt'J=at 4i
'at+;
-,til ;ni 4s ,IKjr ,sr} Jl'=y .lr- & OAu itAt i"r<+
(32..". c,\f..jJli)
'(Ucapan petgaratg: secara global)....dalam keadaan dalil4alil tersebut
masih bersifat global, yakni belum berkaitan dengan scbuah permasalahan,
yakni hukum yang ditetapkan oleh dalil tersebut. Dengan demikian dalil
tersebut belum berkaitan dengan hukum terteatu, secara menyeluruh atau
sebagian. Maka maksud dari dalildalil yang global ialah kaidah-kaidah yang
umum seperti amr menunfukan arti wajib secara hakikat"

Pertanvaan
Apakah pengerti an dalll tafrhili dan bagaimana contohnya?
Iawab
Dalll tafshili ialah dalil yang bersifat terperinci (juz't) yang telah
berkaitan dengan sebuah permasalahan khusus serta menjelaskan
hukum yang khusus.
Referensi :
U ,*"+l fr,, ^:,v
& !u+,,ii 3.iLi *
;::ar ii,'11 , r:.r, aj,-1,
+.1'
!4 # -a; j1; ui '5;+ 3t-: \14 ( 'rL;vre Lr?) Jt'i rry J,, ";)L
ja i;:.,q;.ji 6u+ :;',! -r +*" # ej!: ;W)' --e g , t--v
iq &t J ,?" '"r* "LZ r $a:- ;u3 ;:*v 'rK i1 j1t t;p'tg
c- ';- Jtrs
(ls...- i\L_:--4r#,_I-,r1) ir\L?'rtu,?Y # e
'Dalil talihili ialah
sebuah dalil yang bersifat (juz'i) yang
terperinci telah
berkaitan pada sebuah permasalahan khusus dan juga menjelaskan pada
hukum yang khusul Seperti lirman Allah: (diharamkan atas kamu
(mengawini) ibumu). Ini adalah dalil ta{shili, yakni dalil juz'i yang
bcrhubungan dengan permasalahan khusus yaitu mcnikahi seorang ibu dan
juga menunjukkan hukum khusus yaitu ltaramnya menikahi seorang ibu. Dan
rtrman Allah swt: (Dan fanganlah kamu mendekati zina sesunqguhnya zina
itu pcrbuatan yaag keji dan suatu jalan yang buruk). Ini merupakan dalil juz'i
(teryerinci) yang berkaitan dengan permasalahan khusus yaitu zina dan fuga

37
sYARH AI.WARAQAT, Pe njelasan Dan fInyo lawlb Ushulttqh

menunjukkan pada hukum khusus yain haramnya zina".

Pertanyaan
Dalam masalah tju.:l:.!.]l i;iJ<r (teori pengambilan dalii), terjadin;,a
ta'arudl apakah antara dalil tafshili dan tafshiii atau ijmali dEngan
ijmali?
Iawab
Antara dalil tafshili dan tafshili.
Refetensi :
-+*.jr p4t l.i'+)i Li,Si;tAt ii, j)r J, A, jr.i
.J
35=r eh;i+
;i :r "U \i.-i! 1'-K-ir rirSl 3 rir.j';r G qI-+ +.1, i .ilu.l e=- ;r
. -t , iL:i)ixi
(r7-.-rr,-u'rr ;;:,\2 u*ir \)'eY-.;iirJY.i:;l OL*1;ilr;.urr
. . - -/- .- L ;ir
Lr e
'Uhul frqh adalah dalil-dalil figih yang global dan tata cara peng&alian
daltl (hukun) dengan menggunakaa dalil rtqh g!,:bal tersebut, akan tetapi
bukan ditinjau dari segi globalnya, melainkan ditinjau dari segi ta{shilhya
kctika terjadi pertentangan di dalam menghasilkan hukum-hukum, karena
dalildalil tersebut sebatas dugaan (dhan). Di antaranya, mcndahultikan dali]
khusus atas dalil umum, cialil muqalyad atas rialil mutlak ,lan daiil mubalyan
atas dalil mujmal serra teori-reori lainnya".

Pertanyaan
Apa perbedaan wilayah kerja ulama ushul fiqh dan fiqh?
Jawab
Tugas ahli fiqh adalah berbicara bahwasanya amr (perintah) dalam
ayar i)..1)1 t:,ll;i menunjukkan hukum wa.jib dan nahi (larangan) dalam

^y^t
\JJ\
V?: rjl menunjukkan hukum haram. Lain halnya dengan ahli
ushul fiqh, dia berbicara mengenai tuntutan dari amr dan nahi, tanpa
memandang pada satu contoh khusus".
Referensi :

-
r;;i * J )i, i: V'S:; ig irJ.,"*2,
-l\;j d,! 3 A,j'; *r-,!;>Lir J -- ! _ L., I

J) F Fj, t'lflij;\'\ ;;il t:({;,S:]P'j' -iq;p.ul,V;i,


(17".-- +[-u]l
J;\t )V+ *'^tuJ)
altli liqh adalah barbicara bahwasanya amr (perintah) dalam ayat:
"Tugas
(Dirikanlah shalah!) manuniukkan hukum wajib dan nahi (larangan) dalam
SYARH AI.-WARA0AT, Pe njelason Dan Tonya lowob UshulFiqh

ayat: (Dan janganlah kamu mcndekati zina) menunjukkan hukum haram.


Iain halnya dengan ahli ushul liqh, dia berbicara meDgenai tuntutan dari amr
dan nahi, tanpa memandang pada satu contoh khusus".

Bab-bab pembahasan ushul fiqh


;rli *;ir 6:.\ or;11
oJ<rr
adalah beberapa pembagian kalam, berupa
,1;u3 ltat3 'a:rt'. ':'ir amr, nahi, 'am, khash. Disebutkan pula di
,1r. ,i,
'..'1,-
,-L4!D e.b!l * j+) dalamnya, lafadz mudaq dan muqayyad,
:ii .(,.a[B\; ,r;jt; 'r;:jt;) mu.jmal, mubayyan, dan dhahir. Dalam
redaksi lain, dar, muawwal yang akan
dijelaskan nanti.
l,'2-i\-
z .-"r-ll.
| \.\t.
tuLi-J lr jc'jgl Kemudian perbuatan Nabi saw,
nasikh, mansukh, ijma, akhbar, qiyas,
,t\9tt LeYr
,
hadhru, ibahah, urutan dalil, syarat-syarat
r:.i r-
!) )r .:"+-/ t seorang orang yang berfatwa dan orang
iK:-ii,.j;-:rr;
.v-
)t a.t-at yang meminta fatwa serta hukum-hukum
para mujtahid.

Penielasan :
Setelah menjelaskan definisi ushul fiqh, pengarang menjelaskan
beberapa bab pokok kajian dalam ushul fiqh. Di antaranya adalah, t2
1. Bab kalam dan pembagiannya, terdiri dari amr, nahi, lafad'am,
khash, mudah muqalyad, mujmal, mubayyan, dhahir, dan
muawwal
2. Bab beberapa perbuatan Nabi saw
3. Bab nasikh-mansukh
4. Bab ijma'
5. Bab akhbar
5. Bab qiyas
7. Bab al-hadhru dan ibahah
8. Bab urutan dalil-dalil
9. Bab syarat mufti dan mustafti
10. Bab hukum dari mufti atau mujtahid

" An-Nafahat hal 35

39
SYARH AI-WARAqAT, Pe nylosan Don Tonyo lowob Ushul Fiqh

KALAM DAN PEMBAGIANI{YA

S-;; v jl'tl
iJ<tr iu;i U-'u; Beberapa pembagian kalam. Batas
.4,6.,, ;ia,- ,,i ,-.,,..,,.i,,, minimal susunan kalam adakalanya dua
)il)| -.iE
-"=) r
3 .i[--l
- ;\ll 4:,
isim, contoh iil! '+i atau isim dan fiil,
&r'ri) :i.5 { ? (*: Fl .o.,toh $i iE atau fiil dan hurul contoh
.. '. t '- ;:-'.i .:ri t- ,".7 i.- - lli u' ditetapkan oleh sebagian ulama dan
4r)\ (a\l \, r5- r.
"
a--,...aL t!.,>!
-
:i, . ,.,, .,. '-, _o :. t\ !,t. ri_
'

-- mereka tidak menghitung dhamir dalam


,-,1 q1lr lu !,7.--;rI -r'? ls lafadz
fti yang kembali semisal pada Zaid,
)'r):,!lt ,rrfi Fia-']!6:.5.:-1
karena dhamir tersebut tidak nampak.

) ' \'.'.1 iil k-K "; " Menurut jumhur, dhamir tersebut
-16
'J";;
t
dihit rtrg satu kalimat. Atau isim dan
3K JY ijY';i ,t\'l\'q44 huruf yang terdapat dalam nida', contoh
.i ,, -1. +j !, walaupun maknanya adalah "saya
; - .-i ^i ., )'Pl
.
'+i +)ul Jl f menyeru atau memanggil Zaid"

Penielasan :
Batas minimal susunan sebuah kalam adalah dua kalimat, yakni;
1. Terdiri dari dua isim, dapat dipilah dalam empat benruk.
No Susunan Contoh
1. Mubtada dan khabar ':tr "a;@aid yang berdiri)
Mubtadak dan fail yang
2.
menempati kedudukan khabar
3:-;
fti:i (Apakah Zaid berdiri)
Mubtadak dan naibul fail yang (Apakah Zaid dipukul)
3.
menempati kedudukan khabar )\1j,3.);i
4. Isim fiil dan fail '":416l{5 $auh sekali iembah Aqid
2. Isim dan fiil contoh "+; iu (Zaid berdiri)
3. Fiil dan huruf contoh ,st" (Zaid tidak berdiri)
4. Isim dan huruf contoh $-.,r I fVahai Zaid)

Pertanyaan :
Mengapa dalam lafadz eBv, dhamir dlkatakan sebagai sesuatu yang
tidak nampak?

40
SYARH AL-WARAQAI Penjelasqn Dln lonyo lowab Ushultiqh

Iawab :

Karena dhamir merupakan gambaran akal yang keberadaannya


tidak bisa dinlztakan dan ticiak wujud dalam kenyataan, sebab tidak
berbentuk lafadz dan juga tidak ada lafadz yang dibuat untuknya
Referensi :
'i;J :-li --;i't "r:*i-.u i\
- 1,rt{4-,rir'i
r ,e :5 .,U: ..i;r- :;.1-\ i r:u
:i :'.1'.'i; a r) -.,J' r :,

e.3
(37 --.- rYil\) ili
'Dan sesungguhnya tidak dihitungnya dhamir karena tidak nampak,
karena dhamir merupakan gambaran akal yang kabcradaannya tidak bka
din;,atakan dan tidak wuiud dalam kenyataan, sebab tidak berbentuk lafadz
dan juga tidak ada lafadz yang dibuat untuknya"

?(itt;\i!:,;';ij3!) ,
Kalam terbagi menjadi,
Amr. contoh p
r,, rL> .J: I lr -.9
^;-a, -I4
4
Nahi, contoh 'rjii 1l
-'6
Khabar, contoh '+j
istikhbar, yakni istifham, contoh:
fli .l! ,) maka dijawab ya atau tidak.

Kalam terbagi lagi menjadi,


Tamanni, contoh iL.:; ilii r..rliii]l :-rlt
.Ardhi,
contoh rjil!- ijjj: ui
Qasam, contoh lK'atuU nlr

Penjelasan :
Dari sisi kandungannya, kalam terbagi beberapa macam :
1. Amr, yaitu kalam yang mengandung arti menuntut dilakukannya
pekerjaan, contoh p (berdirilah!).
2. Nahi, yaitu kalam yang yang mengandung arti menuntut
ditinggalkannya pekerjaan, ssnl6h j.ii u (jangan duduk!).
3. Khabar (berita), yaitu kalam yang mengandung arti sebuah berita
yang mungkin benar dan bohong secara d.zatiyah, contoh !j i6
(Zairi telah datang).
4. Istikhbar (istifharn), yaitu kalam yang mengandung arti tunrutan
untuk menjelaskan sesuatu, contoh: !li-j iu Ui (Apakah Zaid

41
SYARH AL'WARAQAT, Pe nielasln DdnTonyq lawab UshulFiqh

berdiri?) maka diiawab ya atau tidak.


5. Tamanni, yaitu kalam yang mengandung arti menginginkan
sesuatu yang tidak mungkin <iidapatkan, contoh: lll il!
L-uiJl ;.'jl
(Andai masa muda kembali suaru hari), atau sulit didapatkan,
contoh orang miskin berkata : 4 6-G ;:; llu! i,l iJ (Andai aku
punya segudang emas, maka akan aku gunakan berangkat haji)'
6. Ardhi, yaitu kalam yang dimulai dengan lafadz ui dan menunjukan
arti permintaan halus dan santai, contoh u& :Jiil ul (mari singgah
ke tempatku).
7. Tahdhidh, yaitu kalam yang dimulai dengan lafadz Ui dan
menunjukan arti permir,taan Cengan keras dan menghardik,
contolr : rtJ i::Jsl u (Ayo muliakanlah Zard). Kalam ini tidak
disebutkan pengarang karena hakikatnya sama dengan 'ardhi, yakni
meminta sesuatu yang disukai.l3
contoh:
8. QLsam, yaitu kalam yang mengandung arti sumpah,
lK };.itl e,llr (demi Allah pasti aku akan melakukan demikian).

it , .1' -.r '- . .\


-t -. Jt' Dari sisi lain kalam terbagi menjadi
l+ f':4:-',?-J if)t hakikat dan majaz. Hakikat l^tad,
Y lIrrlG ^dilah m.akna
A 4 ;v1 yang dalam penggunaannya sesuai
i:- r.- l.i.'{r
\" E) re-t.r' L,' 9"+'' asal iughat.
t- ,^, i1 M€nurut pendapat lain,
hakikat lalah lafadz yang digunakan pada
b * Etlt U+ ,!:j1 arti yang diistilahkan . perbincanganl4,
1. .a. ei r\- /--\-11,,, walaupun tidak bergeser dari arti asal (arti
.P ;""r i olJ \Lb\''-'J' Iughai). Seperti lafidz shalat, digunakan
!.41 d- !).ilK 5",.pja :untuk (hakikat svar'i) berupa ibadah
,- -.' ., ,,,, -.,,t-ir dengan tata cara tertentu Penggunaan ini
.rb & C a\t ta"a)'a 't sudah tidak menetapi arti asa! lughat,
,jrrvl:\^*i eft e-i.i,,, vakm berSi'o'iyf kebaikan'
ad-dabbah,
p::yrir6;1r ;.ri) {ln! digunakan untuk (hakikat urfi) berupa

,r-*; 5! binatang berkaki empat' Penggunaan ini


a'r- Y k 'td)
,Y
t.. sudah tidak menetapi makna asal lughat,
"
i-j)\ ,1" yakni setiap binatang melata di atas bumi'

"1a An-N"fuhut h"l 38


lstilah perbincanga n listitoh dt-tdkhdthub) memuat hakikat lughat, syar'i dan urfi'
SYARH AL.WARAQAT, Pe nieloson Dan Tanyo towob Ushulfiqh

Penielasan :
Mengenai definisi hakikat, terdapat dua pendapat.
1. Pendapat pertama, hakikat adalah lafadz yang digunakan sesuai
makna asal lughatnya, contoh;
. Lafadz t\ digunakan untuk makna hewan buas
. Lafadz;11: -\ digunakan untuk makna berdoa kebaikan
. Lafadz:ilill digunakan untuk makna setiap binatang melata di
muka bumi
2. Pendapat kedua, hakikat adalah la{adz yang digunakan dalarn
makna yang dijadikan istilah perbincangan (istilah at-takhathub),
meskipun telah keluar dari makna lughatnya. Contoh;
. Lafadz ;tfut digunakan untuk makna ibadah dengan tatacara
tertentu oleh kelomPok fuqaha.
. La{adz dlSl digunakan untuk makna hewan berkaki empat
seperti kambing kelompok urf (manusia umum).
Maskipun kedua makna di atas telah keluar dari makna lughatnya.
--,, .i(t (.3
r., -(-!,i .--,, L,
. ,,- -i, ,
Majaz adalah suatu lafadz yang keluar
\L2*ll! )
dari makna asalnya. Pengertian ini apabila
i;ll ia \;; ( ^e"j1.i '-,L\ berdasarkan makna hakikat yang pertama.
\;:-r. ritrl
-:,
ia;..U;jJ,t::il
-.1 Jika memandang arti hakikat yang
.1- . ,: .' .,"' . - . , k.du", maka definisi majaz adalah suatu
*t cy"'' t' rie e J=':-r lafadz yang digunakan di selain makna
*'A\ :r yang dibuat istilah oleh mukhathibin'
Penielasan :
Dua pendapat mengenai pengertian hakikat, mempengaruhi
difinisi Cari majaz. Berpijak dari pendapat pertama, majaz ialah,
,__*;,:r:?U
"La{adz yang digrnakan pada selain arti lughatnya"

Contoh, lafadz :u1-ll dianggap majaz, apabtla ahli lughat


menggunakannya untuk makna ibadah dengan tatacara tertentu, karena
makna asal lughatnya adalah berdoa.
Berpijak dari pendapat kedua, majaz ialah,

4J
SYARH AL.WARAQAT, Pe nklosdn Don Tonyl Jawlb Ushul Fiqh

+YAt E ;:; gd Y LL o,t.;:\ Y.


"Lafadz yang digunakan untuk menuniukkan arri selain makaa yang
dibuat istilah dari perbincangan"

Contoh;
. Lafadz ;rr1-ll dianggap majaz apabila golongan ahli fiqh
menggunakannya untuk makna doa. Karena makna asal yang
dibuat oleh mereka adalah ibadah dengan tatacara tertentu.
. Lafadz :il-ril dianggap malaz apabila golongan ahli urfr
menggunakannya untuk makna binatang yang melata di muka
bumi. Karena makna asal yang dibuat oleh mereka adalah
hewan berkaki empat.
Dalam majaz diharuskan memenuhi dua persyaratan, adanya
'alaqah dan qarinah. 'Alaqah adalah sesuatu yang menghubungkan
antara makna pertama dan makna kedua yang digunakan, sehingga
dengan perantara ini hati berpindah menuiu makna kedua. Dan
qarinah adalah sesuatu yang berbarengan yang menunjukkan pada
makna yang dimaksud dan memastikan bukan makna pertama yang
dikehendaki. Persyaratan adanya qarinah ini menurut ulama yang
15.
melarang penggunaan makna hakikat dan majaz secara bersamaan
Dari pengertian maiaz di atas, disimpulkan bahwa dalam maiaz
disyaratkan terlebih dahulu harus ada wadl'u (penetapan lafadz untuk
sebuah makna) atas makna pertama, namun tidak disyaratkan ter)ebih
dahulu ada isti'mal (per,gg'anaan makna).
Catatan
Menurut pendapat Ashah, ketika sebuah lafadz mashdar
digunakan dalam makna aslinya, maka lafadz yang musltaq (tercetak)
dari mashdar tersebut sah dibuat majaz, meskipun mashdar tersebut
tidak terpakai pada musytaq lahu (perkaru yang dibuatkan lafadz
musttaq). Contoh, laf'Ldz'i^j!\ tercetak dari mashdar 'a\-.s, dan
mashdar ini terpakai daiam makna aslinya, yakni kelembutan hati.
Namun makna ini tidak sah dipakai dalam musytaq lalta (perkara yang
dibuatkan lafadz musytaq), yaitu Allah sw! karena muhal (ticiak
diterima akal). Sehingga pembuatan malaz dalam ij'L'J'\ dianggap
sudah sah 15.

15
Ghayah al-Wushul hal 48, dan Syarh al-Kawakib as-sathi'vol I hal 124
t" An-N"frh"t h"l 42
sYARH AI.WARAQAI Penjel\sdn Dln Tsnyo lowlb UshulFiqh

Per-.anvaan :
Apa faktor dan alasan perpindahan hakikat menuju majaz?
Iawab :
Faktor-faktornya adalah sebagai berikut;
1. Lafadz dari makna hakikat berat pengucapannya. Contoh lafadz
;i;!!,1 yang berarti marabahaya, dipindah menjadi lafadz i:.,j.
2. Kurang enak didengar, misalnya lafadz ii.l't;, artinya kotoran yang
diganti dengan iafadz L.tz, arti hakikatnya dataran rendah.
3. Ketidaktahuan baik dari mutakallim atau mukhathab atas makna
h a kikat, bukan makna majaznya.

4. Karena nilai sastra yang terkandung. Contoir, lafadz L\ +l: (Zaid


seperti singa) dalam keberaniannya. Ini memiliki nilai sastra lebih
tinggi dibandingkan lafadz 36ii !j
5. Makna majaz lebih dikenai daripada makna hakikatnya. Dan lain-
lain
Refetensi :

";+;it lgi\'i1,44guri itli:; i+., lrliK'ri'15;i>l1"


l._;:i e;ri jr
t:\ *#:i €qi, ili;U :;';1,,7#x ;i ;r. j' i;3 \i, -^:r.;.1, ;1 ,Lll'
(4s ..-- 3i atAt
\Y-i:J\) es:-3 ;7
'Sesungguhnya berpindah dari hakikat menuju majaz, karena lafadz dari
makna ltakikat berat pengucapannya. Contoh lafadz iiiiE yang berarti
marabaltaya, dipindah menjadi la{adz i'u-,. Atau kurang enak didengar,
misalnya lafadz i;ba- artinr? kotoran yang diganti dengan lafadz i;-lZ, arti
hakikatnya dataran rendah. Atau ketidaktahuan baik dari mutakallim atau
mukhathab atas makna hakikat, bukan makna majaznyz. Atau karena nilai
sasta yarg tinggi. Contoh, lafadz LI 3J-) (7-aid seperti singa) dalam
keberaniannya- Bahasa ini memiliki nilai sastra lebih tinggi dibandingkaa
lafrdz /61 fr-j. Atau makna maiaz lebih dikenal daripada makna Lakikatnya.
Atau faktor yang lain"

v.4 J\Gin t^,y 2,:;;Lg1 Hakikat adakaianya berbentuk


lughawilyah (bahasa), yakni yang dibuat
.)!a! r'iK .i:xi $\ oleh ahli bahasa. Contoh,laiadz al-asad
untuk makna hewan buas.

45
SYARH AL-WARAqAT, Pe nielosan Dan Tonyo lawah lJshul Fiqh

*.ilji
.o'* Dan berbentuk syar'i1yah, yang
- . dibuat oleh pemegang syariat' Contoh,
,prAl t r;zt i\(+-rl (lj) shalat untuk makna ibadah dengan cara
;)L.'-Il ; -)t..alo terientu.
Serta berbentuk 'urfilyah, yang dibuat
.,,i,-.-- ti
L!!l r.{,-.,J J!<+j as oleh ahli urfi umum, contoh lafadz ad-
dabbah ,tnwk hervan berkaki emPat,
5;(ji +rl 1il,iK i,;Jt ,iil seperti himar. Lefadz ini secara lughat
,9a+Y &-*l rc.-:tu+< beimakna setiap heq'an melata di muka
bumi- Dan oleh ahli urfi khash, seperti

.;l>!l -U-9 Jrr'Jl Iafadz al'{ail, untttk makna isim yar,g


....-i,
dikenal menurut ahli ilmu nahwu.
,-y",)A\ & ir\1 ';:A\ \i;'i ?embagian ini diselaraskan Cengan
,"r, ,ii, -"'-- ir .'.r,.rr
. ', a-'-'e-! definisi hakikat yang kedua, bukan yang
fd\ Q: )l oJ) 9-*' oada hakikat
terhatas pada
hanwa terbatas
pertama yang hanya
^.".-,.r.,o h
e \
& lughawiyah saja.

Penjelasan :
Hakikat terbagi menjadi beberapa macam'
1. Hakikat iughawi (bahasa), yaitu lafa'iz yang dibuat dan digunakan
oleh ahli iughat untuk menunjukkan makna asal secara bahasa'
seperti lafadz as-shalat digunakan untuk makna doa'
Z. Uakikat syar'i (syari'at), yaitu lafadz yang dibuat dan digunakan
oleh pembuat syariat untuk menunjukkan makna asal secara syara"
,.p.rii l.frd, as-shalat digunakan untuk -makna perbuatan dan
....p"n y"rlg dimulai dengan takbir dan ciiakhiri -dengan salam'
3. Hakikai urfi (terlaku di tengah manusia), yaiw lafa'dz yang dibuat
dan digunakan oleh ahli urf untuk menunjukkan makna asal urf'
Terbagi dua;
Uri ' A-, yaitu makna urf yang pencetusnya tidak ditentukan
". dari satu jolongan. Contoh lafadz ad-dabbah yang digunakan
untuk menunjukkan makna hewan berkaki empat-
b. Urf Khash, yrit, -rkn" urf yang pencetusnya dari kelornpok
tertentu. Contoh lafadz al-fi'lu yang digunakan oieh kelornpok
ahli nahwu untuk makna l,afadz yang dapat menunjukkan
5YARH AI-WARAQAT, Pe njeloson Don Tanyo )owob Ushul fiqh

makna dengan sendirinya dan disertai zaman.

.i !)!;J r.,- - 1i,j,


--,- JJi-: rr- -i,-\ Malaz adakalanya berbentuk ziyadah
Jr A\ uL )4\)
(penambahan), r:aas (pengurang an), naq)
, .,. ., r!( ,1,
t !.lr:-l
.i
t-oJ rl (pemindahan makna) atau isti'arah
(meminjam arti kata lain).
i,-: l.: i: --'-.r, r,- -i'rr Contoh majaz z.iyadah, firman Allah
'uli ''-;4, (tidak ada sesuatupun
5171 !j..<
l,:r.. iKiu ,c,.r ^vS 5 serupa dengan Dia) hwuf kaf di sini
adalah tarnbahan. Karena apabila tidak
I ','K:; l:- ii: ,-ai {r: demikian, maka huruf kaf berrnakna
menyerupai, sehingga akan
muncul pemahaman, ada perkara yang
t:4. i;'st-, iA 6 S, ;,a menyerupai Allah $7T, dimana hal ini
.,, - ..-1
.a:- pN.Jt adalah muhal (itdak diterima akal).
Padahal tujuan dari kalam ini adalah
menafikan perkara yang menyerupai Allah
SITT.
Contoh majaz naqs, {rmaa Allah swt:
,i'; "t- r.,- ,r :::lL ,,1;
:j1-.) i;rilr Jillr (dan tanyalah penduduk Cesa),
-..--",,'.i.r t t.,.-',, L:-lr
.,'- berranya pada penduduk desa
rdi -!lI i-6r <l l4r Jl : lil1u-d3ra,
- 1- ,. -\, ....:.
r, lc i L--Ji L -rr & ,
Keselarasan dengan definisi majaz
q-J., , -rl-.3 q

dari contoh-contoh di atas adalah dengan


- i. " ,;,". . ","'. z:
'1 li^ll Li:" I 'ti I J pendekatan, bahwa penafian mitslil mitsli
"_9 - 9-t2 e, -- ldt
(padanan sesuatu yang menyerupai Allah
)V'e.("a\ )q' Sr\ g
swt) digunakan untuk menafikan mitsli
(perkara yang menyerupai Allah swt). Dan
.r€+l bahwa pertanyaan pada +-dl (desa ,&enda
mari) digunakan untuk makna pertanyaan
pada ":.*lt Jil lpenduduknya /makhluk
';-: }JUJ'.< I
ii;:u
) r
ir..:lu)
)' hidup).
Contoh milaz naql, ln-Llll yar,g
& 4Li;a 4;t;1t;e l? digunakan untuk makna perkara yang
keluar dari tubuh manusia, dipindah dari
.ii::-it ,',K-lt ,'+', ";i,il makna hakikatnya, yaitu tempat rendah
untuk membuang hajat. Hal ini sekiranya
)''''.1-i secara 'urf [212 1--tlJl tidak akan cepat
";1+'ar+;;i ditangkap pemahaman kecuali atas

47
SYARH AI-WARAQAT, Pe njeloson Dln Tonyl lowob Ushul Fiqh

.6rui;cp4 perkara yang keluar dari tubuh manusta-

, jlY: 4,f;;u+>i:;arUl
Contoh majaz isti'arah, firman Allah
, t:: " :,-.si
(
uL"+'oi';;. yl swt' L6{ 'ai '{"r llr.; (dinding rumah yang
2
hampir roboh\, maksud kata :;i! adalah
,.:1,, i, ti,- -.::
i)lr! -? 4r:. 4i-! Lrl -.,. Miringnya ternbok yang akan roboh
'iLJl !.ll
disamakan dengan menghendaki roboh
dt sV;y t-e Ct >',11tt yang merupakan sifat makhluk hidup
bukan benda mati. Majaz yang didasarkan
,F 'tf.zt 3Vtt:.;il 6;l pada penyerupaan ini dinamakan *ti'arah.
) . .a :-r '",c.--i:ll
i.t.r-l

Penielasan :
Majaz terbagi meniadi beberapa macam.
!. Majaz ziyadah (penambahan), yaitu lafadz yang digunakan pada
selain makna asalnya karena \laqah (hub'tngan) berbentuk
penambahan kalimat. Penambahan ini tidak memiliki arti, namun
ada fungsi tertentu seperti menggukuhkan. Contoh:
:., d+' .-;J
"Tiada sesuatu yang menyerupai allah"

Huruf *af memiliki artiiJ!", yang apabila difungsikan maknanya


maka akan terjadi pemahaman yang muhal (tidak diterima akal)'
Karena maksud ayat cii atas adalah menafikan sesuatu yang
menyerupai Allah swt. Sehingga kaf di sini Cthuk:umi ziyaCah
(tambahan) 17.
2. Majaz nuqshan (pengurangan), yaitr lafadz yang digunakan pada
selain makna asalnya karena 'alaqah (hubtngan) berbentuk
pengurangan kalimat. Contoh:
:-, i'
A)P|.P\)
'.' '-
"Bertanyalah pada (penduduk) desa"

17
Menurut segolongan ulama, huruf kafdalam contoh tersebut blkan ziyodoh' Dari sini ada
kemungkinan lafadz 'mitslu' dimaknai dzat, atau shifat dan lain sebagainya-Lathaif al
lsyarah hal 22
SYARH AL-WARAqAT, Penjeldsan Dan Tlnyo Jawab UshulFiqh

Dalam contoh ini ada penguran Ean lafadz iJil (penduduk) dengan
qarinal4 tidak mungkin bertanya pada desa yang berwujud benda
mati18.
3. Majaz zagl (memindah), yaitu pemindahan makna oleh ahli urf
'am (umum) dari makna lughat menuju makna yang dipakai
sebagai istilatr oleh manusia umum. Contoh lafadz B\ \, dipindah
dari arti lughat yaitu tanah yang rendah yang digunakan untuk
membuang kotoran, menuju arti kotoran yang keluar dari
marusia.
4. Majaz istia'rah, yaitu lafadz yang digunakan pada selain makna
asalnya karena 'alaqah (bubwgan) berbentuk keserupaan. Contoh,
firman Allah swt:
;;4;i'";-\s'
'Dinding rumah yang; hampir roboh"
Miringnya tembok yang akan roboh disamakan dengan
menghendaki roboh yang merupakan siFat makhluk hidup bukan
untuk benda mati.

Pertanvaan :
Naql atau manqul dalam kitab lain dimasukkan dalam bagian
hakikat, mengapa pengarang memasukkannya dalam bagian majaz?
Iawab :
Karena maksud pengarang di sini adalah pengertian naql secara
lughat, yakni pengalihan secara mutlak dari makna satu ke makna
lainnya. Dan Beliau tidak menghendaki naql secara istilah, yakni
pemindahan dari makna pertama ke makna kedua disertai adanya
kesesuaian (munasabah) dan dengan meninggalkan makna pertama-
Sedangkan naql atau manqulyang termasuk bagian hakikat adalah
naqlyang menggunakan definisi secara istilah.
Referensi :

* E:*tS 63+t u';i;o Ji;1 ,:\t:E tS ti.y.'\i|:f i;< if ei.i i$


;4:s \G;3!,Fl ilifil;tU I :JL l;t;q3r prli; ra;+ i i1;r\3
)"-'43'h4Y:it-'6>*)\,:r;l! \F&q,. dlGiJ F +tt\t::Vt, ix
r3
Syarn al-Kawa<ib as-Satni'voJ lna' 110

49
SYARtl AL'WARAQAT, Pe nielqsln DcnTonyl Jownb Ushu! Fiqh

ar).t;)\ Gja', Ji:llji 4tlL\ rrt\J, ;i si\ J;ii]g ,*i t


"-r;\r G:r1
(4s..-- i;]jj) 3#'s- j;j
Jika kamu mengatakan bahwa adanya status manqul menafrkan
kebciadaannya sebagai majaz, kareaa manqul termasuk bagian hakikat seperti
yang dijelaskan pada pembahasannya, dan Pengarang meniadikannya
termastk bagian maiaz. Maka aku menjawab, bahwa tidak ada Pertentangan'
karena makiud pengaraag di sini adalah pcngertian naql secara lughat, yakni
pengalihan sec)ra mutlak dari makna satu ke makna laianya, tidak
'meighendaki
naql secara istila\ yakni pemindahan dari makna pertama ke
maina kedua disertai adanya kesesuaian (munasabah) dan dengan
meninggalkan makna pertama. Scdangkan ,agl atau manqul yang termasuk
bagian hakikat adalah naql yang menggunakan dellnisi secara istilah, bukan
sccara lughat-"

Pertanyaan :
Ada kemiripan istilah di saat sebuah lafadz memiliki beberapa
pemahaman makna, yakni musytarak, naql, murtajal dan mafaz bi an'
naql. Apa perbedaan istilah-istilah ini?
Jawab :

Perbedaannya adalah sebagai berikut;


1. Musttarak : lafadz yatg memiliki beberapa pemahaman makna
dan antara pemahaman makna tersebut tidak diselingi proscs
pemindahan (naql)
2. Murujal :
antara pemahaman makna tersebut diselingi proses
pemindahan (naql), namun antara makna awal dan makna yang
digunakan tidak ada keserasiatr.
3. Manqul (naql1 : seperti murtajal di atas, namun ada keserasian
..r"k.t, drt kemudian makna awal ditinggalkan (dilupakan)'
Manqul model ini termasuk kategori hakikat.
a. Majaz bi an-naql : seperti manqul di atas, namun makna awai
masih terpakai. Ini termasuk manqul (naq! kategori majaz'
Referensi :

H"';3'j Si 3b lriA\ i* ,l^u:;;"iL.i i i! ';'"i;-,')a 11!l;l11r\i


r.:-,i .f, ?,ri' ijji' #
j;ilr ;:3' hl iF }:u:l- iK iy E* i;u-i F'
(4s..-.:,v,a\) FUrrV ,-2;i,i:'!,iJt evii :,r'* sit 3'iAt * iS +"+r
SYARH AL-WARAQAT, Pe nieloson Don Tonyl lowob Ushu! fiqh

"fllama mengatakan, kctika suatu la{adz memiliki bebcrapa pemahaman


makna, maka apahila antara dua pemahaman makna tidak diselingi proscs
pemindahan (naqt), maka discbut mu$'ta.rak. Dan jika d*elingi proses
'pcmindahan
(naql), maka apabila pcmindahan tersebut bukan karcna
kescrasian makna, maka dinamakan murajal. Apabila karena keserasian
makna kcmudian makna awal ditinggalkan (dilupakan), maka dinamakan
manqul (naql) yang tcrmasuk kategori hakikat. Dan iika sebaliknya (makna
awal masih tcrpakar), maka dinamakan mnqul (naql) yang ternasuk katcSori
majaz dan dinamakan majaz dengan naql".

,4r1fi (PERTNTAH)

r.:i! ,e-
r:,ir
i,+r :r;',-.r
,'^\t:r
eu.,!\ )a )9i Amr adalah tuntutan dilakukannya
Jro9
=) ' - sebuah perbuatan dengan menggunakan
1-ojr
\ /.) r";,ia
,nr
iei J1i,,:;
v ' ucapan dari orang yang lebih rendah
9-!
secara wajib.
$J\:)\ jt:\tj.,-)1 .rK iF Apabila permintaan ditujukan kepada

)l orang yang sejaiar, maka dinamakan


.ts ..:+; ,t't-+rr ,.r"
iltimas (perr;tintaan). Dan bila dituiukan
"u'r' kepada orang yang lebih tinggi, maka

. ,i 1t.
dinamakan su'a-1 (permohonan).
1.
"-
if.j\ )i:" LP Lf=: 1 ,:t1 Sedangkan permintaan yang
-.t,ti,,,,,: ,*2,,.=, zi disampaikan tidak secara wajib, yakni
{r 'r'6uirr )'4\
.,J b- dY permintaan (atas sesuatu) yang boleh
ii.'si ,r"iI
;Lit ditinggalkan, maka dzahirnya- permintaan
-':2- a-Y ini bukanlah amar secara hakikat.

Penjelasan :

Pemilahan iuntutan menjadi amr, iltimas dan su'al adalah istilah


khusus yang ciigunakan ulama ahli balaghah, manthiq dan selainnya.
Sedangkan versi ahli ushul semuanya disebut amr' Seperti dalam
firman Allah swt QS. AL-A'raf:lr?,,r-..,-,
Ur..U l)i-".r,

*(Fir'aun berkata): "Maka apakah yang kamu anjurkan?

Allah swt menyebut anjuran pemuka-pemuka kaum Fir'aun dengan


SYARH A|.WAMQAT, Pe nielasln Don T0ny0 l0w0b Ushul Fiqh

amr, padahal mereka lebih rendah derajatnya, bahkan meyakini Fir'aun


sebagai Tuhan. Sehingga tidak mungkin terjadi mereka meninggikan
suara di depan Fir'aun. Penjelasan ini memperkuat pendapat Rajih
(unggul) bahwa amr tidak memerlukan syarat -rt 1i.Sit tingginya
derajat penuntut) dan l'$4:'1 16..nada tinggi) 1e.
Amr secara hakikat adalah tuntutan yang wajib diiakukan. Apabila
sebuah tuntutan boleh ditinggalkan, maka tuntutan ini tidak bisa
disebut amr secara hakikat. Hanya bisa disebut amr secara maiaz.

Pertanvaan :

Apa yang dimaksud 'ucapan' dan 'perbuatan' dalarn definisi di


atas?
Ia$Ebi
Maksud 'ucapan' adalah shighat iI.!} fterbuadah) dan yang se;ents-
Dan maksud 'perbuatan' dalam definisi tersebut adaiah segala hal yang
bisa disebut perbuatan secara ur( Sehingga lebih umum dari sekedar
menggunakan lisan, hati, atau anggota tubuh lainnya.
Referensi :
'u; X, ,_# r,;4! 4e ),a\'q\i
,t,.. *5 u*f 3FI!-JE ii,il-Jtul
(so -- etVt :\ .ru;rt':\ qr3t
d,\;-1j11)
'Maksud 'ucapan' adalah shighat iE1 (berbuatlah) - y'd - Dan maksud
'perbuatan' adalah segala hal yang bisa disebut perbuatan secara urf Lebih
umum dari sekedar menggunakan lisan, hati, atau anSSota rubuh lainnya"

Pertanyaan :
Apakah tingginya status orang yang menuntut dan lebih
rendahnya status orang yang dituntut menjadi syarat mutlak dalani
amr?
Jawab :
Ada dua istilah dalam persyaratatt ,-t, !l! dan i$':1"1.
lebih tingginya derajat penuntut dibandingkan orang
^d^l^h
dituntut. Seperti tuntutan Allah swt pada hamba-Nya- FIal ini
yang"N,
merupakan sifat dari mutakallim (penuntut).
;)u&i adalah tuntutan yang bernada tinggi, neskipun sebenarnya

'n Al-w";i, h"l 132

JI
SYARH AL-WARAQAT, Pe njeioson Don Tonyo )awob Ushul tiqh

penuntut tidak lebih tinggi derajatnya. Seperti tuntutan fakir miskin


pada orang kaya dengan keras dan nada tinggi. Hal ini merupakan sifat
dari kalam (tuntutan).
Mengenai dua syarat di atas ada empat pendapat ulama:
1. Mensyaratkan'-& saja, diungkapkan oleh kelompok Mu'tazilah,
Abu Ishaq as-Syairazi, Ibn asShabagh dan as-Sam'ani.
2. Mensyaratkan '.1!,;-1 saja, diungkapkan Abu al-Husain dari
Mu'tazilah, Imam Ar-Razi, al-Amudi dan Ibn al-Hajib.
3. Tidak mensyaratkan keduanya, diungkapkan oieh pensyarah Jam'u
al-Jawami' dan Zakariya al-Anshari. Pendapat ini adalah yang
unggul.
4. Mensyaratkan keduanya, diungkapkan sebagian ulama.
Pengarang dalam hal ini kemungkinan mengikuti pendapat
pertama atau keempat.
Referensi :
t"')tjyaju /*\,ir:VJ4'nl .j5&:l' Jt -,,
"Ficr =tat';L.ri-SAt,

i:sj,i5 ":L+ iAr 'u+ rIG ,, .s++r .j:( ';)t,'+?.-a, ,-


=.';1
';a i>*:'tg 6ia\ t--')AG j-:=, ix\ 8;;\t ,ba$ "-Gjij\ Jr ira\
.

(132..--'*:i) ifr\
"Uuww adalah keluarnya tJntutan dari yang lebih tingginya deraiat
kcpada yang lebih rendah. Seperti tuntutan Allah swt pada hamba-Nya,
pemimpin pada rakyatnya, dan tuan pada budak atau pembantunya. Isti'la'
adalah keluarnya tuntutan dari penun rt dengan nada besar dan tinggi,
meskipun sebenarnya penuntut tidak tinggi deralatnya. Seperti prajurit ytng
menuntut komandannya, namun dengan keras dan bernada tinggi, orang
fakir yang menuntut orang kaya dengan keras dan nada tinggi- Uuww
merupakan sifat dari mutakallim (penuntut). Dan isti'|a' merupakan sifat dari
kalam (tuntutan)" (Al-Wajiz hal 132).

6; L- b-G ej )rt }\i 3,';:tt i ,-)1 ';J\ 3'r<i-ic 3\ 3y-6"r:, ; 5:" i;;1

1n\)\ s; sti*)'j !i:' ;+ i;tt i\ *'litr- j'3:f cl-t jl-i \:t;)::.)l


SYARH AL-WARAQAT, Pe njeloson Dan Tanyo )owlb Ushul Fiqh

u+ 3 rU+i i; e,A, e* d ar'-,.t' # sr u; Lil ;).i:-)r .=u' i!


(s0-r,6ili) dtlt'*l
"([Icapan pengarang : dari orang yang lebih rendah] s/d - maka
pengarang mempertimbatgkan sJarat ulluw dalam amr. Hal ini sepahan
dengan pendapat yang disampaikan kelompok Mulazilah, Abu Ishaq as'
Syairazi, Ibn as-Shabagh dan as-Sam'ani. Ada kemungkinan Pergarung
mempcrtimbangkan syarat ulluw dan isti'la' sebagaimana disampaikan
sebagian pendapat - y'd- Abu al-Husain dari Mulazilah, Imam Ar-Razi, al-
Amudi dan lbn al-Hafb mensyaratkan lstila' saia. Sedangkan pendapat yang
disampaikan pensyarah Jam'u a|-Jawami' adalah tidak mensyaratkan
keduanya, dan pendapat ini adalah yang unggul" (An-Nafahat hal 50).

Pertanyaan :
Apakah perbuatan yang sunnah (.:ii'!JI) termasuk sesuatu yang
drtuntut (1J:rFL-)i
Jrybj
Dalam hal ini ada dua pendapat:
1. Tidak termasuk r+ l:.t, karena perbuatan sunnah tidak harus
dilakukan. Diungkapkan oleh Imam Abu Bakar ar-Razi, al-Karkhi,
al-Jashash, as-Syarkhasyi, Abu al-Yasar dan Muhaqqiqin dari
Ashhab as-Syaf i. Mereka rnenggunakan dua dalil : (1) Firman
Allah QS. Thaha:93:
.s;i
'Maka apakah kamu teiah (sengaia) menciurhakai perintahku?"

Darr ayat ini disimpulkan bahu'a meninggalkan ! l-rt adalah


kemaksiatan, padahal meninggalkan sunnah bukanlah
kemaksiatan. (2) Sabda Nabi saw :
,, t1 .i -- , ,i .i .i"t
J';X\ ri#r Jir I' j:r il )jl
'likalau saja A*u tidak metnberat*an umatku,
pastilah Aku perintahkan mereka bersiwak"
Dari hadits ini disimpulkan bahwa siwak yang hukumnya sunnah
adalah sesuatu yang tidak dituntut (l i-r"t). Juga dalam perbuatan
sunnah tidak :!1i1 (berat dilakukan) berbeda dengan r+ )rL.
";1,
2. Termasuk I l-rt. Diungkapkan oleh Al-Qtdhi Abu Bakar dan
SYARH AL-WARAqAT, Pe njeiason Don Tonyn lavrob Ushul tiqh

segolongan ulama lain. Dua argument mereka sampaikan. (1)


Perbuatan sunnah (+!'J:ll) disepakati merupakan ketaatan (:.iu;,
sedangkan ketaatan merupakan perbuatan yang dituntut untuk
dilakukan (, ):;,\^). (2) Ahli lughat menyepakati bahwa amr terbagi
menjadi amr wajib dan sunnah (.+!llt). Adanya pembagian ini
mengindikasikan adanya titik Persamaan, bahwa keduanya adalah

Referensi :

;1 j31 \G
;s-ic ::\ rll i;ar &i (-,j,l.rl ,l* * i';l
r-A-rt'rlU -f--i
;i ,->.:yt 3*3.r ;;i 13U ,;.:4 &\:;+\) '+5l1t, ls-tl\ F i\ js -) ;i
-

i\i,i-.;;:3; 5st ,;;V iK ! iL ,p1il 6eui.r' fv)i :r';';;;tti ;at


' .,,t : | ,- ,,, . '.i., .- ,i . , - -.i ii ,
JU';.1j-1J 3t'lt i\ Li-'j tjii; i,rY i}4rti"P +f\ €;;;r Jr,6
..7,

"J
\ -r';aitAii )\311,'€.-1 €1 * A\ liS';'l-, *,1" l-
1i .g;'a;w" ii q-tst i,;;tj {i,5 4;,t)';iJ * i}iat 'j.*,ty\
s-3.*'aXu
=H 'J
' 'Y.lEil .'' )'),i-:i:]r ,'E: tu:ri 6G1 Lu :.,;:"tt ij\\ ;jr*) 7l;i
jur ,4"5
(s0-.-i';Al 3):;i:a;3,':ry'r*X |i-r.Q;1\ 1i' ,ii ?\'if ;ra ill' .pr
"Llcapan pengarang : secara wajib) artinya harus dilakukan - s/d -
mengikuti pena.lSiran ini, perbuatan sunnah tidak termasuk perbuatan yang
diperintahkan (ma'mur bih), karena perbuatan sunnalt tidak harus dilakukan.
Diitngkapkan oleh Imam Abu Bakar ar-Razi, al-Karkhi, al-Jashash' as-
Syarkhaiyi, Abu al-Yasar dan Muharlqiqin dari Ashhab as-Syfti. Mereka
ierdalil, .sea:tdainya perbuatan sunnah adalah ma'mur bih, maka
meninggaikannya disebut kemaksiatan- Allah berfirman ; "Maka apakah
lramii telah mendurliakai perintahku?". Sehingga menctapkan aPa lang
diperkirakan sunnah meniadi waiib. Bersiwak sunnah hukumnya' daa
birsiwak bukan ma'mur bih berdasarkan sabda Nabi saw : 'Jikalau saja Aku
tidak memberatkan umatku, pastilah Aku perintahkan mereka bersiwak". Di
dalam perbuatan sutneh fuga tidak ada unsur herat, dan dalam ma'mur bih
ada unsur berat berdasarkan hadits tersebut. Al-Qtdhi Abu Bakar dan
segolongan ulama lain nemilih pendapat bahwa Perbuatan sunnah adalah
ma'mur bih dengan dua alasan. (1) ?erbuatan sunnalt disepakati merupakan
ketaatan, sedangkan ketaatan merupakan perbuatan ma'mur bih. /2) Ahli
lughat mcnyep;kati bahwa amr terbagi menjadi amr wajib dan sunnah.
ACanya pembagian iri mengindikasikan adanya *yink (titik Pe{samaan
SYARH AL.WAMQAT, Pe ellsln Dan Tlnyo Jawob Ushul Fiqh

bahwa keduanle adalah ma'mur bih)" (An-Nafahat hal 50).

? (P\|k'aiat'"^z.at'r1 Shighat
adalah J',l
yang menunjukkan
(berbuatlah), contoh
arnr
4j;!
,- i"ti'p jil -.,J,1 (pukullah), i-Sf (mulyakanlah), +rl
(minumlah).
* >bat:;Xr)t e;) ,,s Shighat ini ketika dimutlakkan dan
tanpa disertai qarinah yang memalingkan
.,F4i lJl * *;at G+j\ d^ri tuntutan dilakukannya sebuah
oerbuatan, maka diarahkan pada wajib,
p,-$1ja+i tila ji) .ontoh;ulrr r;gi (dirikantahilatat) qp.
Al-An'am:72. Kecuali shighat yang
.1;ar
ji u ;y;I i;:i diarahkan oleh sebuah dalil bahwa yang
"lu
dikehendaki dari shighat tersebut adalah
kr:1r ri,:ur i:, ; \')\'Ji Jt sunnah atau ibahah (mubah), maka harus

,-,.,- "i,,t- t-.',,


jl-i qrljJl Llr. Gl (1...ie J,.>-r, diarahkan pada sunnah atau ibahah.
Contoh sunnah Q!. An-Nur :33 (Dan
.ei)1 buatlah kontrak kitabah pada hamba-
hamba itu, jika kalian meyakini mereka
mampu cian dapat dipercaya).
11!;
jle;KI ,-31J-\+ Contoh ibahah QS. A1-Maidah:02:
(Dan apabila kamu telah menyelesaikan
iili :[\;'ii
:,r - .t
,iu-.'. i'; :;
l:_- ibadah haji, maka bolehlah berburu)
(lr)th.au F:Ll>
.- ,,,-,i -lg'.,r Dalam hal ini ulama telah
'i)-) ,r-c
LJe. r- ar r-' -r
ic l.r-l'l
menyepakati(ijma) mengenar trdak
i \ .\t- -^-/-,, wajibnya kontrak kitabah dan berburu.
)l=-.,-)lj 1.aull

Penielasan :
Shighat yang me nunjukkan amr adalah iFl dan yang semakna.
Shighat ini ketika dimutlakkan (tanpa disertai qarinah) diarahkan pada
wajib. Kecuali ada dalil yang mengarahkannya ke sunnah atau ibahah,
maka harus diarahkan pada sunnah atau ibahah.
Hal ini selaras dengan pendapat Jumhur bahwa amr secara hakikat
SYARH At-WAmqAT, Pe njelason Don Tonyo lowab Ushul tiqh

menunjukkan makna wajib dan mungkin menunjukkan makna selain


wajib secara majaz.

Pertanyaan :

Apa sajakah shighat amr selain i}ill?dan kenapa pengarang


menggunakan kata iJ*1 ?

Jawab :
Shighat amr adalah setiap shighat yang menunjukkan amr, seperti
&il ,LLrLl ,r-l1il ,x+l ,il+l juga f il mudhari'yang ditambahi lam amr
contoh UllJ dan isim f il amr s6116h {-. Pengarang menggunakan
redaksi 'iFl' dikarenakan shighat ini yang banyak digunakan.
Referensi :
F; *, 3i n ;it& i:i u 3 *.;4t: e.a;\ t e; o- iu(.6J'"i;t)
,1,r dl-\arl...-^ 12 fi)r i.! ,l.-\ jii j+, .Jrj;-' .';ii,yit,S+i
"'-r ,". -a,i .\..
',.. )l Y'\ -

(s 1 ..-- iu-;x1) r-iJ


t, i)iir Trrztri
ct;l) Al-Mahali berkata dalam Jam'ul aly'awami';
"(Ucapan pengarang:
Yang dikehendaki dengan shighat amr adalah setiap shighat yang
menunjukkan amr dari shighat apapun. Memuat'&lit ,iJr-ii-l ,lll+l ,)t+l ,UnJ
dan lain-lain. Al-Isnawi berkata; 'menempati posisi shighat amr adalah isim
li'il
amr dan mudhari' yang ditambahi lam" (An-Na{ahat hal 5l).

G c g -..- i-)\t ly\ )\Ei)\ 4Y) *'f --:, : : iu l i',j\- Ft i; w -r)


r 1.

"Pengarang menggunakan redaksi 'iJJ! dikarenakan shighat ini yang


banyak digunakan" (Hasyiah alAtn\ar juz I hal 649)

Peranyaan :
Bagaimana posisi amr sebelum ditemukan qarinah (bukti) yang
memalingkan dari makna hakikatnya?
Iawab :

Menurut pendapat Ashah (kuat), diwajibkan meyakini makna


wajib pada amr20 sebelum ditemukan qarinah yang mengarahkan
makna selain wajib. Meskipun ada kemungkinan di kemudian hari
ditemukan qarinah yang mengarahkan pada makna sunnah atau
makna-makna malaz yang lain.

'o sekrligus mengamalkan kandungannya.

57
SYARH AL-WARAQAT, Pe njelosln DanTonyo )0w0b Ushul Fiqh

Referensi :

.1 ir j t rc G A 6 &;J I 3j ) t;,-, j-E:.i i q- r-jt ;\'1)t,-, j-1 _1)


y+ ) ( (.1. 1j-

a;)'r- !'it ,e:At o'.";11 Ji t A;a Gt,-ji \\iL\ r+ J, (iujl


(477..,,,y'j\\'"A
6Vt g ,F,p;,t
"Dalam hal wajibnya mcyakini mtkna wajib pada amr sebelum meneliti
qarinah yang mcngarahkan makna selain wajib jika lnemang ada, terdapat
perbedaan ulama dalam lafadz hm. Apakah waiib diynkini makna umumnya
sehingga dijadika!1 pegangar, sebelum meneliti adanya dalil pentakhsish.
Menurut pendapat Ashah, benar (hukumnya waiib)" (Syarah al-Mahalli 'ala
Jam'i a$awami'iuz I hal a77).

( *-a\ atL )-.r'(;rr


.g_"- J. p. ;r.i;'j-.)
,,. Amr
Amr tidak nenunrut adanya
pengulangan (atas perbuatan yar'g
;rat 6.+ ;v *-+u 31 iiP"i"t1!t'-1 menurut pendapat
shahih. Karena tujuan dari amr, yakni
,p"itr ,r-'-9r #\ ,i4 t berupa merealisasikan perbuatan yang
diperintahkan, sudah tercapai dengan
\ii 'i)) lili i5 U+ !:,li i;E sekali dilakukan. Dan hukum asal
, menyatakan bebas dari tanggungan lebih
(rt'fit +; & #4, Jl dari'satu kali. Kecuali ,d, drlil
yang menunjukkan tujuan "prl"il,
+1t6! i"K ,t jii
pengulangan,
rnaka dalil inipun harus diamalkan.
Contoh, perintah menjalankan shalat
lima waktu dan perintah melakukan
. 11,' ,.i :,.,. Duasa Ramadhan.
G4"i) 4rl
L'-*
^->-a)l o7'-)
lJui. '
Menurut muqabilus shahih, amr
.i1fu1 menuntut adanya pengulangan, sehingga
'=^e# 4) orang yang diperintah harus
menjalankannya sebisa mungkin selama
hidupnya. Selama tidak ada penjelasan
* )r' i r-) jU 'l i; t.ntrng masa berlakuny, u.ru"t.t yrng
diperintahkan. Karena di sini tidak ada
faktor yang mengunggulkan antara satu
dengan yang 1ain.

Penielasan :
Substansi amr adalah mewujudkan a;all (hakikat dan tujuannya),
SYARH AI-WARAQIT, Pe nieloson Dan Tanya Jowlb Ushul Fiqh

tidak menetapkan pengulangan perbuatan yang diperintahkan dan juga


tidak menuntut dilakukan satu kali menurut pendapat shahih. Tujuan
dasar dari amr adalah terealisasinya perbuatan yang diperintahkan
(l liU;, sedangkan dilakukan satu kali rnerupakan keharusan fil;!-.,-)
untuk mewr-rjudkan tujuan tersebut. Pendapat kedua (muqabii as
shahih) men,vatakan bahwa amr menetapkan pengulangan, dan
diarahkan satu kali dengan adanya qarinah. Diungkapkan oleh A1-
Ustadz Abu Ishaq al-Isfirayni, Abu Hatim al-QLzrvayni dan sekelompok
ulama lainnya. Pendapat ketiga menyatakan, amr menetapkan
pengulangan apabila diikat dengan syarat atau shifat. Contoh QS. Al
Maidah:06:
tr,&8V..8 i-1,

"Dan jika kamu iunub maka mandilah".

Dan Q$. An-Nuur : 02 :

i:,t;:. aiV
\4i 2:ti S'e't+u O-gV *A\
"Perempuan yang berzina dan lakilaki yang berzina,
maka deralah tiaptiap seorang dai keduanya setarus kali dera"-

Dua ayat di atas menunjukkan bahwa pengulangan mandi dan dera


terikat dan disesuaikan dengan diulanginya janabat dan zina.
Mengikuti pendapat pertamal meskipun tidak menetapkan
pengulangan, namun apabila ditemukan dalil di luar amr yang
menuniut pengulangan, maka harus diamalkan. Contoh perintah
shalat, dimana dalil kewajiban mengulangi shalat lima waktu adalah
hadits shahih BukhariMuslim:
:.i
+,;i j;i r"Z>3J*.;,,r)' 4#i ,ya\_?j
- -

itx'r r; $ 4* \a+,j; ;+J,3t't.;t3


'Allah mewajibkan shalat lima puluh kali pada umatku di malam Isra'.
Kemudian aku tidak henti-hentinya menawar dan aku minta kepadaNya
keringanen, hingga Allah swt meniadikan 5 kali sehari semalam"

Contoh lain adalah puasa Ramadhan. Dalil wajib diulanginya


puasa Ramadhan adaiah QS. AI-Baqarah:i85:
;::'5' -:l"'.."''*: P
SYARH AI-WARAqAT, Pe njelomn Don Tonya lowob Ushul Fiqh

"Barangsiapa di antara katnu hadir (di negeri tempat tinggalnya)


di bulan ttu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu"
dan HR BukhariMuslim:
*;)-V)'it*:1.V*
"Berpuasalah kalian karena melihat tanggal (hilal)
dan berbukalah (juga) karena uelihatnyz"
Ayat dan hadits di atas menyimpulkan bahwa puasa dilaksanakan
setiap melihat hilal bulan Ramadhan, dikarenakan puasa dalam dua
dalil tersebut digantungkan dengan melihat hilal 21.

Pertanyaan :
Apa maksud 'harus menjalankannya sebisa mungkin selama
hidupnya' menurut pendapat muqabil as-shahihT
]awab:
Maksudnya adalah menjalankan di setiap waktu dengan tanpa
disertai adanya t-J.e iJ":!.j 1 i-ilt (kesulitan yang lazimnya tidak mampu
ditanggung). Sehingga mengecualikan waktu-waktu dzarurat, seperti
waktu untuk makan, minum, tidur dan lainlain.
Referensi :
tlpt\ :>t3ii ; \* tj:\j ffi q i:,v Jsi \ {* ;a U gi 1r5! u rl; I
*(Ucapan
(ss
-. \Y,a\) \$i;.'r Gli #j fi :r
pensyarah : menjalankannya sebisa mungkin selama hidupnya)
artinya adalah dengan tanpa disertai adanya kesulitan yang lazimnya tidak
mampu ditanggung menurut dzahirnya. Sehiagga hal ini mengecualikan
waktu-waktu dzarurat, seperti waktu uatuk maka4 minut4 tidur dan lain-
lain" (A*Nafahat hal 55).

21An-Nafahat
hal 54

60
SYARti AI..WARAQAT, Pe nklason Don Tlnya Jowob Ushul Fiqh

,.PP\j! 6r;\ ,s+r.7) Amr juga tidak menuntut {aur (segera


dijalankan), karena tujuan dari amr adalah
., i. r.-'. r.
,eu+\ f .r, ,J-rJl )\.+l ^+ terealisasinya perbuatan tanpa terikat
dengan ketentuan di waktu awal, bukan
jrlll sr.;]t ,ij3 ,lj"il Jujjr waktu yang kedua (setelahnya). Menurut
sebagian pendapaq am, menuntut segera
64 ct:-; .54'r4t ffi
Sp; dijalankan. Dan pada pendapat inilah,
jalur arahan versi yang menyatakan bahwa
.,-2,,, -.-. 4rl
'i, l.r. ,. 1..
JrJ\rr d€b ,a: ,:l f ,rnr menuntut adanya pengulangan.
L.lJ

Penielasan :
Menurut pensyarah, selaras dengan amr yang tidak menuntut .&ur
(segera dilakukannya perbuatan yang dituntut), maka amr juga tidak
menuntut tarakhi (ditundany.a perbuatan tersebut). Amr hanya
menunl'ukkan tuntutan dilakukannya sebuah perbuatan. Pendapat ini
diungkapkan Imam As-Syaf i dan Ashhabnya dan dipilih oleh al-
Amudi, al-Baidhawi dan Ibn Hajib serta dishahihkan dalam kitab
Jam'u al-Jawami'. Pendapat kedua menyatakan bahwa amr menuntut
Euz Diungkapkan oleh sebagian Ashhab as-Syaf i, dan al-Karkhi dari
kalangan Hanafiyah. Mengambil dalil Qg. ltL-A'rzf : 12 :
e;yi\1-,4::ii a;;Y
'Apakah yang menghalangimu untuk bersujud
(kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?".

Dalam ayat ini Allah swt mencela Iblis atas keengganannya


bersujud kepada Nabi Adam as seketika itu, sedangkan amr dalam hal
ini bersifat mudak. Seandainya amr tidak menuntut faur, maka
tentunya tidak ada celaan bagi Iblis 22.

Pertanyaaa :
Menurut pendapat bahwa amr tidak menetapkan Eur (disegerakan
di waktu awal), diperbolehkan melaksanakan perbuatan yang
diperintahkan di setiap waktu dari semua waktu yang ditentukan syara'.
Apakah wajib melakukan azm (niatfbertekad) untuk melaksanakannya,

2'zAn-Nafahat
hai 55

ot
SYARH AI.WARAqAT, Penieiason Dan fanyo )owob Ushul Fiqh

ketika hendak mengakhirkannya dari waktu pertama?


Jawab :
Menurut ]unrhur tidak berkewajiban azm untuk melaksanakannya
ke':ika hendak mengakhirkan dari waktu pertama. f)an rnencukupi
dilaksanakan pada waktu apapun, baik ada azm atau tidak, selama
masih daiam batas waktu yang ditentukan syara'.
Referensi :

y;\ & pi:.3i **+,-l,,ljtrr ,jjr; "'li:;rl *ijriti;+l;ii oi;r;ir:i


-p trr\ *L+ ) ii J6 +i l+ 'l ii ;'br { jj-i-J .jr, ;u g
i";a+ie;;J'
: i .: - - , , -
(1 a ...- tj;Jt) ;
:_i. .. I
a j.j'l | | -p Vt t ;;;6' _f,, .1" i .:t $ rE l, e!,,
",
i g $,,
'Ketika seorang mukallaf hendak menga*hikan perbuatan yang
diperintahkan di waktu kedua, sebagai ganti dari ruaktu pertama, apakah wajib
baginya melakukan 'azm untuk melaksanakannya di waktu kedua agar
diperbolehkan mengakhirkannya, ataukah tidak wajib melakukan 'azm?
Menurut Jumhur tidak berkewajiban 'azm untuk melaksanakannya ketika
hendak mengakhirkan di waktu kedua. Di waktu apapun perbuatan te$ebut
dilakukan, maka hukumnya mencukupi baginya, baik ada 'azt atau tidak
(selama masih dalam batas waktu yang ditentukan)" (Al-Weitz hal l ).

g-;
*.) ,- ,j,.jt-,) Perintah untuk mereai.isasikan sebuah
-- rii ei'-r-
, ftif ,U+U
r-r:i-,'r' perbuatan merupakan perintah atas
7.
-
.,'t'),.A,; jllt ii -'! oerbuatan
r.S
- 2)!
tersebut, sekaligus aras segala
fu yang menjadi p."ny.-pr rn ^ny".
Contoh perintah menjalankan shalat
iF (\il! y-31t f,@\ |i melakukan
adalah. s&aligus merupakan perintah
bersuci y^ng menjadi
,..o, , .-<1) .'\t,,, perantaranya, dikarenakan shalat tidak sah
c/-Jt C? oP' hukumnya tanpa bersuci.

Penielasan :
Hal-tral yang menjadi penyemourna sebuah kewajiban, baik berupa
sabab23 atau syaraP4 menurut pendapat aslarl dihukumi wajib dengan

" sabab adalah sesuatu yan8 keberadaannya menetapkan adanya sebuah perkara dan
ketiadaannya juge menetapkan tidak adanya perka.a tersebut.
SYARH A|-WARAQAT, Pe niellsln Dln Tanya llwab Ushul tiqh

dua syarat :

1. Kewajiban bersifat mutlak. Mengecualikan kewa.jiban yang status


wajibnya masih tergantung pada adanya perkara lain. Contohnya
adalah zakat, dimana kewajibannya tergantung atas kepemilikan satu
nrshab. Maka dalam hal ini seseorang tidak bisa ditetapkan wajib
mengusahakan harta satu nishab.
2. Penyempurna kewajiban tersebut dalam batas kemampuan manusia
(r 11<'.11 ]i1ilI). Mengecualikan hal-hal yang di luar batas kemampuan
rnanusia. Adakalanya karena mustahil, seperti kuasa dan kehendak
Allah swt yang menjadi penentu ada dan tidaknya perbuatan
manusia. Ada juga karena faktor kesulitan di dalamnya meskipun
mungkin diwujudkan, seperti mengusahakan 40 orang dalam shalat
Jum at '".

Pertanyaan :
Apakah wajib meninggalkan hal-hal yang mubah (boleh dilakukan)
apabila hal itu menjadi penyempurna meninggalkan perbuatan haram?
lrab-
lUajib. Contoh, air sedikit yang kemasukan najis26. Memakai
keseluruhan air tersebut dihukumi haram, karena meninggalkan
pemakaian air secara keseluruhan menjadi satu-satunya cara agar
terhindar dari memakai najis. Contoh lain, ketika seorang suami
menjumpai istrinya bercampur dengan wanita lain, hingga sulit
dibedakan karena kemiripannya. Maka suami haram menyetubuhi
keseluruhan wanita tersebut. Karena dengan cara inilah, suarni akan
terhindar dari menyetubuhi wanita lain yang diharamkan.
Referensi :

.rri: !i (,..!) i; *'yt.p;,r:(


-
:, (* -!i,i1 r-71 A5 ;k';7
r+r
. -
, , .it "'.. c ,- -t .',. .. ,',, ,.. .:--., .,',.
-1'lr(a;J(:;).:^ijii&1
(,3r:E;1j\) *L+ti Fflr 1:,.".1t
!.;t-4"4 4\
i'p o';tc- -!, J+, J)\+,a;i) {r u+q; i} Ji (w}\^+ (#;\,)

2a
Syarat adalah sesuatu yang ketiadaannya menetapkan tidak adanya sebuah perkara,
namun keberadaannya tidak menetapkan ada dan tidaknYa perkara tersebut.
"?6 Al-w"1i. hulEg-70
Mengikuti pendapat bahwa airtersebuttetap suci {Al-Wajiz hal 71)
SYARH AI-WARAqAT, Pe nleloson Dan Tanya )awob Ushul Fiqh

1zss.-. $\t
"Apabila perbuatan haram sulit ditinggalkan kecuali dengan
meninggalkan perkara lain dari hal-hal mubah (boleh dikerjakan). sepcrti air
sedikit yang kemasukan atr kencing, maka rrajib meninggalkan perkara lain
tersebut, karena meninggalkan sesuatu yang diharamkan yang hukumnya
wajib, tergantung dengan ditinggalkannya perkara tersebut. Atau bercampur
(menjadi sulit Cibedakan) antara istri yang dinikahi dari seorang suami
dengan wanita lain, Maka keduanya diharamkan bagi suami, artinya haram
bagi suami mendekati keduanya". (Syarah a|-Mahalli 1la./ant'i al-Jawami' iuz I

'.
.si f;.:j- 'u.t! (# ribl Pada saat perbuatan yang
'9 ,",i-i, .,i-1, diperintahkan sudah dilaksanakan, maka
',ri, 4 \.'t)\
r-rLJl 7,1)
ILi il .r,tl',', :ri1"7, orang vang diperintah dinvatakan lepas
!r-€-e Gl (!{nl
l-:s ,t)t dari tuntutan, serta perbuatan yang telah
,ti)! j-41 dilakukan dikategorikan ijza' (mencukupi).

Penielasan :
Dilaksanakannya perbuatan yang diperintahkan (l )-r-t) sesuai
dengan ketentuan syara' melepaskan seseorang dari tuntutan arnr.
Artinya, melakukan perbuatan tersebut menetapkan staus ijza'
(mencukupi). Pendapat ra.jih (unggul) ini berpilak dari pengertian ijza'
yang didefinisikan dengan t lul ,trij" *., {lisil (mencukupi dalam
melepaskan tuntutan). Karena seandainya amr masih tetap mengikat
perbuatan yang dikerjakan setelah perbuatan tersebut terlaksana, maka
hal tersebut sama halnya menuntut sesuatu yang sudah berhasil
ditunaikan.
Menurut sebagian pendapat, melakukan perbuatan tersebut tidak
menetapkan ijza'. Yersi ini berpijak pada pendapat bahwa ijza'adalah
e[:ill lG]"J (menggugurkan tuntutan qadla'). Karena bisa jadi perbuatan
yang telah dikerjakan masih belum melepaskan seseorang dari runtutan
qadla' atau masih butuh dikerjakan untuk kedua kalinya. Seperti shalat
dari seseorang yang menyangka suci, namun kemudian terbukti nyata
27.
telah berhadats

27
An-Nafahat hal 58

64
SYARH AI.WARAQAT, Penjeloson Don Tonyo lowah Ushul tiqh

Pertanyaan :
Apa makna pengertian bahwa ijza' adalah ,--JUl 11,"" ; i:.u5tt
(mencukupi dalam melepaskan tuntutan)?
Jawab :
Maknanya, khithab yang pada awalnya berhubungan dengan
perbuatan mukallaf dengan cara tertentu, apabila dikerjakan sesuai
dengan cara dan ketentuan tersebut, maka terputuslah ikatan khithab
tersebut dari dirinya.
Referensi :
'li xa,t
,-r"j:^, 2.i * *+, 5; +tv+t ,.it t-t:" e #\ ;u5'yrrr up. ;ir
;ori*ir ,,;i; .y'r^ \nj ..u!' 3fu .;. +i 4i alr . ,-ikir ;i r;g
.}.i.lr
r" j;\t\l$ u.Ar j:ti)
(zss
"A.l-Ijza' adalah mencukupinya melakukan perbuatan yang ditunrut
untuk melepaskan amr. Artinya, sesungguhnya khithab berhubungan dengan
perbuatan mukallaf dengan cara tertentu, sehingga apabila mukallaf
melakukannya sesuai dengan ketentuan tersebut, maka terputuslah ikatan
khithab tersebut dari dirinya. Ini adalah pendapat ulana Mutakallimin". (Al-
Bahr al-Muhith juz I hal 255)

u,- uhiili- ;11 ,j,l;'i.ejr) Otang yang masuk dan yang tidak
: =" masuk dalam amr dan nahi
,, Jti) Gj t* (ji!'j K"rr" ,"rk-i" -r"rk dalam khithab
(oijfl J\;i r.i'rt -rri Allah swt, sedangkan pembahasan
, mengenai orang-orang kafir akan diulas di
duJ!) JUil ') i#\ }W bawah nanti. o."og ymg lupa, anak kecil
,i,';.1'li ,;,i..ijt:.lt; dan orang gila, semuanya tidak masuk
"-' .- dalam khithab. Disebabkan tidak adanya
d* +:s;:, 'u+)r (yulr taklif pada diri mereka.
Penielasan :
Termasuk mereka yang terkena khithab adalah orang mukmin,
lakilaki dan perempuan. Yakni mereka yang sudah mencapai baligh
dan berakal. Dan ada tiga orang yang tidak terkena khithab;
1. .,etill 212., i3tLli, yakni orang yang tidak mengetal-rui. Di
SYARH AI,.WARAQAT, Pe nielasln Don Tonyo l0w0b Ushul Fiqh

antaranya orang tidur dan lupa.


2. Anak kecil, meskipun sudah menginjak usia tamyiz.
3. Orang gila, yakni cacat pada akal yang mencegah untuk berbuat
dau berucap sesuai jalan berpikir normal secara konsisten-

Pertanvaan :
Apa perbedaan s+[Jl dan .,+'i-1]l?
Ja:s'abj
ef,ll adalah keadaan lupa yang kembali menjadi teringat ketika
diingatkan. Sedangkan c+ftr kebalikannya (tidak perlu diingatkan)'
Dalam kitab lain dijelaskan, '.i.lJt adrl"h lupa atas sebuah
pengetahuan, namun hanya sebentar dan akan teringat jika diingatkan.
Sedangkan ii;:Jl adalah hilangnya pengetahuan dalam waktu lama dan
untuk mengembalikannya butuh diulaugi dari awal.
Referensi :
(se.... r\^i *\4
) ej,lt It
isir-;1 6uI 6t duLl, ,r.at &Vj:
*lllama membedakan s-fl| dan cr+ l brhwa e:r"Lill ketika kamu
mengingatkannya, maka akan teringat dan ,:atJl sebaliknya" (An-Nafahat hal
5e).

?p\ J$ * .)qji]I +)\4 * ii:at'1191


*f i3\, li 1'.'# J.v\ r.,Yr,
iqj+ !y; W q- )\1t ir: # urtv.{n a-} !-its:;i lt-'i-* -ti::"*
(23...-,)'L1\ ti'6) ua{ 2 a} YJSf l-,}j iE
*j,iiJt
ad"trh lupa aias sebuah pengetahuan yang sudait dihasilkan, dan
akan teringat i.ika iiingatkan dengaa cara paling ringan. Sedangkan ,ti^lll
adaiah hilangnya pengetahuan dan memburuhkan untuk mengulangin.ya dari
awal -sd- kemudian Al-Barmawi membedakan antara keduanya, bahwasanya
apabila sebentar masa hilangnya pengetahuan, maka disebut fiiJt, dan lika
tidak sebentar (lama) disebut ;tjlJt. 9r1;ru mengataka4 ini adalah
pembcdaan terbaik antara keduanya"' (Ghayah al-\Vushul hal. 23).

Orang yang lupa setelah


i,ll\ -,61 ''4 CA\;lJ
sadar

1tl .1. c- t'. diperintahkan mengganti kekurangan


t ,y, l4
r\-,bli) ,{-Jl ,;.o
akibat dari lupanya, seperti mengqadia'i
irt u 6cz, !)txll & ,iG
shalat yang ditinggalkan dan mcngganti

66
SYARH AL-WARAQAT, Pe nieloson Don T\nyo lawob Ushul Fiqh

9u .t,- ----.'
rr-ir : harta benda vans dirusakannva.

Penielasan :

Hal-hal yang wajib dilakukan oleh *4[Jl (orang yang lupa) setelah
kembali sadar adalah mengganti kewajiban yang ditinggalkan seperti
shalat dan puasa, serta mengganti kerugian yang diperbuat pada orang
lain, seperti merusak harta orang lain. Sedangkan yang wajib dilakukan
anak kecil ketika baligh dan orang gila setelah akalnya kembali adalah
mengganti rugi kerusakan yang diperbuat semasa kecil dan gilanya,
namun tidak diperintahkan mengganti shalat yang ditinggalkan.

Pertanyaan :

Mengapa sauJl yang dinyatakan tidak terkena khithab, tetap wajib


mengganti shalat yang ditinggalkan dan mengganti rugi kerusakan yang
ditimbulkan?
Jawab :
Karerra sabab yang ditetapkan asSyari' (pembuat syariat) dan
menetapkan kewajiban shalat dan mengganti rugi kerusakan telah
wujuC terlebih d.ahtit:.. Sabab dari kewajiban shalat adalah masuknya
waktu dan sabab dart kewajiban mengganti rugi adalah merusak harta
orang lain. Dan sabab ini termasuk bagian dari hal-hal yang terkait
dengao khithab x,a dI'i.
Referensi :

*t'4\tu++it\'rt\t ib;.tL\L1)\ 4L;.: **rrli dtl:.lliK r1l

it;iV;i,fu\ n+\; pilx)"\:r!i;131;"i1 's1 pttu- .;$lt zur

(61...-:'v,Ei\);risl," S.+1
a;1r 6.-rrr .7u+ \ii ;>i-.il i,
'Apabila orang yang lupa tidak terkcna khithab, kenapa baginya wajib
mengqodlo' dan mengganti barang yang dirusakkannya?. Dijawab oleh ulama,
bahwa hal itu tidak menyaiahi kctentuan tercegahnya tuntutan saat luPa.
Karcna perintah tcrsebut akibat dari mendahuluinya sabab yang ditetapkan as-
Syari' (pembuat spriat) saat scseorang mengalami lupa. Yakni seperti
mentadikan merusak sebagai sabab mengganti rugi dan masuknya waktu
SYARH AI.WARAQAT, Pe njelason Don f0ny0 lowdb Ushul Fiqh

sebagai sabab dari kewajiban shalat. Ini adalah bagian dari khithab wadl'i
yarlg tidak terkhusus pada oraag-orang mukallafsaja". (An-Nafahat hal 51)

Pertatryaan :
Mengapa anak kecil dan orang gila tidak diperintahkan mengganti
shalat yang ditinggalkan setelah mereka menginjak usia baligh atau
kembali berakal?
Jawab:
Karena untuk meringankan mereka dan dikarenakan shalat adalah
murni hak Allah yang didasari atas prinsip tri.tiJ"ll (meringankan).
Referensi :
*: *rat i't a-y: i>, t>A\ Af -g f WWW L\2il :-4 C\ {
(61-.- c,viti) a"[:11 & ,j*
"sesunggthnya tidak wajib qadla'bagi keduanya (anak kecil dan orang
gila) untuk meringankan keduanya. Sekaligus keberadaan ibadah seperti shalat
termasuk hak-hak Allah swt yang murni. Dan hal semacam ini didasari atas
prinsip meringaakan" (An-Nafahat hal 51)

orang-orang
Filt .tet-khirhabi
eJ "r' -irdjri)
\.2 , i',jlE
,i\',k\ ?-\'L -' menjalankan masalah-masalah syariat
-. sekaligus hal yang menjadi pengantar
i>Ult -F; t)l [f '! u,j keabsiha.,nyr, yritl islam. Beidaiarkan
firman Allah swt Q!. Al-Mud atsir: 4243:
;p; 3 "!9k u d\;r 4-'3
- (Apakah yang memasukkan kamu ke
dalam Saqar (neraka)?" Mereka meniawab:
-.- "Kami dahulu tidak termasuk oranS-orang
"."'- .' *JIJ !(- ,!', yang mengerjakan shalal
( 15,At
'-
Penjelasan :

Ulama berbeda pendapat tentang syarat syar'i, apakah


keberadaannya menjadi syarat keabsahan sebuah taklif (tuntutan)
ataukah tidak. Menurut pendapat shahih, tidak menjadi syarat.
Hukumnya sah menuntut sesuatu yang disyarati 1fl';l:ii[ ketika
syaratnya tidak ada, karena syarat mungkin dilakukan sebelum ll',1 T.

Sehingga sah menuntut orang kafir atas furu' as-syari'ah (masalah-


masalah syariat), meskipun syarat berupa iman tidak ada. HaL ini
SYARfl AIWARAQAT, Pe njelason Dan Tonya lawab Ushul Fiqh

dikarenakan sebagian besar (tJ"i'ti q+) furu' as-syari'ah membutuhkan


niat yang dinilai tidak sah dari crang kafir.

Pertanyaan :
Apa yang dimaksud s.variat dalam keterangan di atas?

Jawab :
Adalah ushuluddin dan furu' (cabang-cabang). Ushul berupa
tauhid dan hal-hal yang terkait, maka ulama sepakat orang-orang kafir
terkena khithab. Sedangkan furu' adalah hukurn-hukum takiifi, berupa
wajib, haram dan selain keduanya, serta hukum wadi'i.
Syariat yang dimaksud di atas adalah syariat nabi-nabi. Artinya
orang-orang kafir dari setiap rasul terkena khithab men.jalankan furu'
as-syari'ah (masalah-masalah syariat) nabi-nabinya.
Referensi :
-l,,uJ'i|!g i*e ,u t,!#r;, .="?rtrjpl' u'u Liii 3;i '+],jjt :i :t-,.
(62-.-. rva,):a:;Sgu;jerV-f :V4l-4:53, iic..lt Uj1j,u'i; iu ii
'Ketahuilah bahwa sesungg;uhnya beberapa syariat adalah ushuluddin
dan furu' (cabang+abang). [Jshul berupa rauhid dan hal-hal yang terkait,
maka ulama sepakat oran7-orang kafir terkena khithab. Sedangkan furu'
adalalt hukum-hukum taUi{i, berupa wajib, haram dan selain keduanya, scrta
hukun w. adl'i". (An-Nafahat hal 52)
'ri* ,a./'
LiA't)i,ve ,l; "S
*\ ,ti ii iu; ,u""lr 'eW &i ('e\A\ i';.)
$2- i;.;:J')
"(Ucapan pengaratg : beberapa syariat) maksudnya syariat nabinabi,
yaDg artirlya orang-orang kalir dari setiap rasul terkera khithab mcnjalankan
furu' a*syari'ah (masalah-masalah s,uariat) nabinabinya". (An-Nafahat hal 52)

Pertanvaan :
Bidang syariat apa sajakah yang keabsahannya ditentukan dengan
adanya niat?
Jarab-
Sebagian dari perintah-pcrintah (Lt-;r:LJI; seperti shalat dan yang
sejenis. Sebagian perintah yang lain seperti memerdekakan hamba
sahaya, .jihad dan yang sejenis, serta larangan-laranga n (.l*-.Jl) secara
mcnyeluruh tidak membutuhkan niat.

69
SYARH AI.WARAQAT, Pe njelosan DonTanyo )outob Ushul tiqh

Referensi :

;4t r;?i t\2,K e5iir r A+ * Cy ya d:'.9J' t\ :)\- 4)21 i i'.t uri


-a';',

( r Sa
r. j;'Ji ip. i 9u-r' .ia ; )'uiEj +Wt J,',,3 \' !;1 i ;\ii-'i ;'!( ;\r
"Ses ungguhnya pengarang m en ga takan'sebagian besar luru' as-syari'ah',
karena yang membutuhkan niat sescungguhnya adalah sebagian dari perintah-
pcrintah scperti shalat dan yang sejenis. Dan tidak termasuk sebagian perintah
yang lain seperti memerdekakan hamba sahay4 iihad dan yang sejcnis, serta
laranganJarangan secara menyeluruh" (Hasyiah al-Banani juz I hal 154)

\"i'^ , '.,\i- \:. ' . t : '.it\'i..


t€.- .+iE? o-!s, Faidah khithab pada orang-orang kafir
atas furu' as-syari'ah adalah adanya siksaan
1) rr. r . 'i t . -\r, )! ir
*l-]l ir d\>
bagi mereka sebab hal tersebut. Karena
'- a O :' .+4
I " - V-4)
!- ' -
furu' as-syari'ah tidak sali mereka lakukan
..lc 4i3.:-Jl .t.t, <.
-<z-.,\, a.Jl t..1.t saat berada dalam kekufuran, sebab furu'
Lr :- r-' 2i'' G' 'i"-)r''
i9 t!-ri .!
as-syari'ah membutuhkan niat
yang
.. ! . ,,, it. -., ..1, keabsahannya terganiung dengan syarat
"? 9 ujo', U lb"' islam. Mereka tidak dibebani dengan furu'

H *, F)^-,lr membuat mereka simpati pada Islam.

Penjelasan :
I(hithab pada orang-orang kafir memiliki faedah, yakri
diberlakukannya siksaan bagi mereka atas meninggalkan kewajiban Can
melanggar larangan. Hal ini menepis pendapat muqabil al-ashah,
bahwa perbuatan yang keabsahannya tergantung dengan syarat Islam,
maka khithab pada orang kafir untuk menjalankannya tidak herfaedah'
Karena tidak mungkin dilakukan dalam keadaan kafir'
Seandainya ada yang mengatakan, seharusnya ada kewaiiban qadla'
bagi orang kafir setelah masuk Islam, karena saat kafir mereka terkena
khithab. iritanggapi bahwa ha1 itu memang benar, namun as-Syari'
(pembuat syariat) telah meringankan sekaligus membuat mereka
simpati pada Islam.

Pertanyaan :
Apa maksud siksaan bagi oiang-orang kafir?
SYARH A|..WARAQAT, Pe nieloson Dan Tonyo lowab Ushul Fiqh

Jawab :

Maksudnya adalah siksaan yang diakibatkan selain kekafirannya'


Yakni persoalan furu' yang disepakati, bukan yang diperselisihkan
ulama.
Referensi :

($--LY,iA1),;Y.i;"11 ;ii dE j:"1I i f-,(l\,1ti;4\'rr:e ie ijuj!.lrt,I|iliu


'Yang dikehendaki (dengan siksaan) adalah siksaan yang meniadi
tambahai dari siksaan atas dosa kekufurannya. Kemungkinan pembahasan
adalah dalam persoalan syariat yang disepakati' bukan yang diperselisihkan"
(An-Nafahat hal 53)

Pertanvaan :
Kenapa orang-orang kafir disiksa, padahal tidak mungkin
melaksanakan hal-hal yang diperintatrkan saat khithab datang?
-lrysbi
Karena mereka mungkin dan mampu menghilangkan penghalang
berupa kekufuran, namun mereka teledor tidak menghilangkannya.
Bcfele4q-i
Iq raci'ur 9'! :,u+r
jr 1 r;'nr glil +fiI pie e rAt g c;)L v\)
(63-..- ,r;.tri\) '& ,y't"xt *!\l prc ,j G)-31; $v 'J4\ 4i en\
"sunggth orang-orang kafir disiksa di akhirat padahal tidak
mcmungkinkan melakukan Perbuatan yang diperintahkan saat ada tuntutan,
karena saat mereka memungkinkan untuk menghilangkan pencegah, berupa
kckafiran. mereka tclcdor dengan tidak menghilangkannya padahal mampu
dilakukan". (An-Na{ahat hal 63)

'''1' Perintah melakukan suatu hal adalah


e--9 ,e ? :iJ! Ja)!) merupakan larangan untuk melakukan
.
\i9 GU y\ zE-Jt qe A8\ sebaliknya. Ketika ada s€seorang
, a/\ \.q+u,. uD
.v. jr-rr .,,- mengatakan pada orang 1ain, 'diamlah !',
,,- ,i,,t J*
gt -aka artinya orang tersebut melarangnya
ri 1,\4t
4 .,K ',r';-.1"1 "^i ,\1- :1\ untuk bergerak' Atau mengatakan, '1'angan
^i \)v -r*' ) =-* b..garak..l;, maka artinya orang tersebut
aj(LL me;erintahkannya untuk diam.

71
SYARH AL-WAMqAT, Pe nieldsan Dln Tonyl lawob Ushul tiqh

Penielasan :
Ketika seseorang memerintahkan orang lain supaya duduk, maka
ada dua kebalikan yang terkandung;
1. Kebalikan secara dzatiyah, yakni tidak duduk.
2. Kebalikan secara kelaziman yang disebut (dhiddu), seperti
berdiri atau tidur miring. Dengan batasan setiap makna yang
bertentangan dengan perbuatan yang diperintahkan.
Mengenai permasalahan ini, terdapat tiga pendapat;
1. Perintah melakukan sebuah perbuatan merupakan larangan
melakukan perbuatan yang bertentangan (dhiddu)'
2. Perintah melakukan sebuah perbuatan bukanlah larangan
melakukan perbuatan yang bertentangan (dAiddu). Dan hanya
menunjukkan secara kelaziman. Pendapat ini adalah yang
shahih versi al-Lnam dan pengikutnya, juga pendapat al-
Amudi.
3. Perintah meiakukan sebuah perbuatan sama sekali tidak
menunjukkan larangan melakukan perbuatan yang
bertentangan (dhiddu). Disampaikan oleh ibn al-Hajib.

Contoh; suami mengatakan pada istrinya; "jika kamu melanggar


perintahku, maka kamu tertalak". Berikutnya suami mengatakan;
nJ"rrgan
ka-u berbicara pada Zaid 1". Namun istri tetap berbicara pada
Zaid,. Maka istri tidak tertalak, karena dia melanggar larangan suami,
bukan perintahnya. Ini pendapat masyhur. Imam al-Ghazali
mengatakan, "Ahli urfmenganggap istri telah melanggar perintxfi":8.

Peranyaan :
Apa kandungan hukum dari perbuatan yang dilarang sebagai
kebalikan dari amr (perintah) wajib dan sunnah?
Iawab :
menyimpulkan larangan bersifat haram atas
Amr waiib
kebalikannya. Dan Amr sunnah menyimpulkan larangan bersifat
makruh dan tanzih atas kebalikannya.

" at-Tamhid hal 94-97

72
SYARH AL:WARAQAT, Pe njeloson Don Icnyo )owab Ushul Fiqh

&efrrerrcr :

.raii i-lj ik i: : ir,!\ J.i -:F ,+ ? d|'.l' ,J;i\y;;lj jk jt;!1 (:jit)


(64...-,:,Y;l\1tFij +iF\ _[; -&:,+
,_,' Ft
"ftaiCah) amr apabila menutjukkan wajib, maka menyimpulkan
larangan bersifat haram atas kebalikannya. Dan amr apabila menunjukkan
sunnah, maka menyimpulkan larangan bersifat makruh dan tarzih atas
kebalikannya ". (An-Nafahat hal ri4)

Pertanyaan :
Apa tsamratul khiiaf (ekses dari perbedaan ulama) dalam dua
kaidah, (1) Perintah (arnr) melakukan sebuah perbuatan merupakan
larangan (nahi) melakukan perbuatan yang bertentangan (dhiddu), dart
(2) Larangan (nahi) melakukan sebuah perbuatan merupakan perintah
(amr) melakukan perbuatar vang bertentangan (dhiddu)!.
Jas4bi
Tsamratul khilaf terlihat dalam masalah ketika seorang mukallaf
menyalahi perirtah atau larangan, apakah nantinya disiksa sebab
meninggalkan perintah saja dalam amr, dan sebab melakukan larangan
saja daiam nahi, atau sekaligus sebab melakultan kebalikan dari
keduanya?
Menurut pendapat pertama (mu'tamad), orung tersebut disiksa
akibat meiakukan larangan dan meninggalkan kebaiikannyz dalam
nahi, dan akibat meninggalkan perintah dan melakukan kebaiikannya
dalam amr. Sedangkan dua pendapat berikutnya menyatakan, dia tidak
disiksa kecuali akibat melakukan larangan saja dalam nahi, dan akibat
meninggalkan perintah saja dalam amr.
Referensi :

v
.t &hX\;
Y J-'e,'.- r*:,Y,pi ;'Ulr;
Y r.Jq
.,3 :ru j;lr iL:, ., +)t+i ;i1
-1, ,Ji"Ji
Y.-. _- .Y
ri' a:a ,,r4, 5.. +$41 U:-i* Je '3t
ikJ, ';i
,* ;i ,="'s'
J+ $ -iu-,-:;r1 J:\, J# U{f a!':u+ll;i ,,*1,+ i5 * 1;y.tr,4,
t-,. , t .'i,,... ,;..,, ,.- ,(,,
):i --i; ) .-r,j ri'q 1 "J.b 1-,! r'JJr :i';
- )r, Y'-9.'''2 . pi .
jEl' J l;i, f\
.
^l:.ar, -Je'Y Y-".+
( 6s 64- Ju-.;rit,-'ir.l"X: l?, Jpr F,Yl i.il J;iJ\ J;
"Tsamratul kltila{ (dampak perbedaan) pada masa}ah pertama cian kedua,
yakni perintah (amr) melakukan sebuah pcrbuatan mcrupa*an larangan
SYARH AL'WARAQAT, Pe nieloson Don Tanyo lawob Ushul Fiqh

(nahi) melakukan scbaliknya dan kaiciah larangan (nahi) melakukan sebuah


'p"rbrrtro
merupakan perintah (amr) melakukan pcrbuatan sebaliknya adalah
'dalam
masalah'ketika^ seorang mukallaf menyalahi petintah atau larangan,
apakah nantinya disiksa sebab meninggalkan perintlh- nJa dalam amr, dan
ibrb mrtrkuirn larangan saja dalam nahi, atau sekaligus sebab melakukan
kcbalikan dari keduaiya?. Menurut pendapat pertama (mu'tatnad), orang
tcrsebu t dis iksa akibat' melakukan lar)ngan dan m eninggalkan kebali kannya
dalam nahi, dan akibat meninggalkan perintah dan melakukan kebalikann7z
-iendapit
drla* ,-r. Scdangkan dua berikurnya menyataka.n, dia tidak
disiksa kecuali akibat melakikan Tarangan saja dalam nahi, dan akibat
meninggalkan perintah saja dalam amr". (An-Nafahat hal 6455)

Nlfl/(LARANGAN)

!.i\ :,JE &i !6 q"i 3gilj) Nahi adalah tuntutan ditinggalkannva


sebuah perbuatan dengan dari
W ,y 4\ 'r' * )'Al, 'capan
;. . -".-,\- .\. i.^ / .,,i1 orxng sebawahnya secara wajib. Sebanding
-!> d l'r-oj u o9J .F \u.F.jr
J)l

PEsi"lauai
Nahi adalah tuntutan yang harus dilakukan dan berbentuk ucapan
agar sebuah perbuatan ditinggalkan yang datang dari orang yang lebih
tinggi kepada orang sebawahnYa.
--P.rb.d""r,
ulama mengenai persyaratan 1& (lebih tingginya derajat
penuntut) dan "")-i{:,1 (bernada tinggi) dalam nahi sarna dengan bab
Nr-l:t yang membedakan dengan amr, nahi mudak menetapkan
"*r-
13"]1 (disegerakan) dan iilSl (dijauhi selamanva)2e.

Pertanvaafl :
--fti..rg"p" nahi ketika dimutlakkan menetapkan it3xt (dijauhi
selamanya)?
Iawab :
Karena daiam nahi mutlak terdapat kemutlakkan Larangan yang
memuat larangan melakukan satu Persatu dari perbuatan yang dilarang'
Atau karena mematuhj larangan tidak mungkin diwuiudkan tanpa

's An-Nafahat hal 65

74
SYARH AL'WARAQAT, Pe njeloson Don Tanyo lowab Ushul Fiqh

menjauhi selamanya.
Referensi :
"S "*
-rG )\ 'j #-gFLiLr + #\ 9x!) ,i)-tll i,e ivl\ Lrl$\CY-)
tF lt u:,st't;ta tg j$ tirr qu; ,:"t, Ju;yt3 '4t l:'$i +G ,lu+:lt
+.j -,g u[-t ,.-#ta# 3i',u1t t;:a i;' lu: l:K i'Ir Ju."'iE Fbll\
,Ft' ;.]E "rr ;:lii';At 'j:;; 'i Cu, l;rK p',lt v.: :F 1 -er'-'\
"i^i$ (65--- r\;A)
"sesungguhnya nahi mcnetapkan dawam (diiauhi selamanya), karena
dalam nahi mutlak terdapat kcmutlakkan larangan yang metnuat larangan
melakukan satu Persatu dari perbuatan yang dilarang. Atau karena mematuhi
larangan tidak mungkin diwuiudkan tanpa menjauhi selamanya' Schingga
laraigan dan mematuhinya tergantutg dengan masa berlakunya nalti' Apabila
nahi berbentuk muttak (tidak dibaasi waktu) maka akan menetaPka!)
larangan yang bersi{at dawam (dijauhi selamanya) dan harus dipatuhi terus
*rrrrrr. Seperti lirman Allah swt QS. N-Isra':32: 'Dan ianganlah kamu
mendekati zina". Dan apabila nahi berbentuk khusus, maka akan menetapkan
larangan dan kepatuhan yang fuga bersifat khusus, tidak bersifat se/amanya-
Srpeii lirmrn Altah QS. Al-Maidah:95: 'Janganlah kamu membunuh
binatang buruan, ketika kamu sedang ihram". Di sini haramnya membunuh
hewan Luruan, dibatasi dalan keadaan ihram". (An-Na{ahat hal 55)

75
SYARH AL-WARAQAT, Pe nielsson Don Tlnys llwob Ushul Fiqh

&) Y")i 3iLr\ (6:rr


jl";; Nahi mutlak secara syara'
menuniukkan fasad (rusaknya) perbuatan
.:,iif:-jt , i (ii; ,,Ajl sL-!
' yanS dilarang dalam persoalan i'r,adah.
Baik dilarang karena faktor 'airtnya
-tu --( i:..:r \-.1--
t{.r d9. *.i
| '.v- (internal ibadah), seperti larangan shalat
9 )-.a) *--') -
rF .
dan puasa bagi wanita yang sedang
r-i .(r .it t- , .. .,1j , mengaiami haid, atau karena faktor yang
\4 E).(r
| f r' tt t*2'-) eo'
-..,!,"p dari ibadah r.rr.brt, seperti
larangan puasa hari nahar (lA dzulhijjah)
r1 r)'Lt\3 ;3\ ?; FF dan larangan shalat di waktu-waktu
.djj(:']l c.,tij'Jl makruh.
aa

e)i.ull ij'"-.i, Jrlg, dalam persoalan muamalah


,- . ,-i. manakala larangan tersebut diarahkan
LJ +r,Jl L,for. dli,...2,
EJ r, P O! pada bentuk akad itu sendiri, seperti jual
qi beli hashat (kerikil), atau muamalah
d_ \:( S1l' ,).\'ri1,;Lt tersebut dilarang karena faktor internal
,. ,i,.i ,. dari sebuah muamalah, seperti iual beli
rf, .l -.,.i,
,
/.:9 z \L> ).!l ,-! janin dalam perut induknya. Atau dilarang
^J
-, ,- .-r.,i <t karena
faktor eksternal yang tidak terpisah
epri dr) E: C D 4f,j) dari sebuah muamalah, seperti menjual
satu dirham, dibeli dengan dua dirharn.
".;tsc rr\ ji,
iK 3s Namun apabila mungkin terpisah, seperti
^ berwudlu menggunakan air hasil ghashab
'(:'5K;- iu; -:.i,ijr
e;-, ,uju dan jual beli yang dilakukan tepat saat
adzan Jum'at, maka larangan ini tidak
. -.-i, .:. ',,. .r -.".i , ,--
)t--,.11 Llc Ll+ d 1,-+r rr+ menunjukkan rusaknya perbuatan yang
dilarang. Berbeda dengan kesimpulan yang
.j eririr(i!;j \:l \:)'+ dipahami dari pernyataan pengaranS.

Penjelasan :
Nahi mutlak menunjukkan {asad (rusaknya) perbuatan yang
dilarang. Kaidah ini berlaku dalam beberapa bidang fiqh.
1. Bidang Ibadah, apabila sasaran nahi diarahkan pada aspek sebagai
berikut;
a. liEll lr. yakni dzatiah (bentuk) atau faktor internal (&11 -rl).
SYARH AI.WARAQAT, Pe nylason Dan Tanyo )awab Ushul fiqh

Cortoh dzatiah adalah Iarangan shalat dan puasa bagi wanita


yang sedang mengalami haid. Dengan dalil HR. Bukhari:
'-z l't J--'i d;tl'i) -+i
"Bukankah jika sedang mengalami haid maka ia
tidak dapat melaksanakan salat dan puasa?"
Dalil ini menunjukkan shalat dan puasa dilarang dari segi
dzatiah (benttknya) sebagai shalat dan puasa.
Contoh faktor internal (1J>1i '-rD adalah larangan-larangan
merusak salah satu rukun dari beberapa rukunnya shalat.
b. pj! 6.lli ;:"1 (faktor eksternal yang tidak terpisah). Contoh
larangan puasa di hari raya ICul Adha Calam IJR. Bukhari:
,jju:i5 ij.;)d\j,31') .P\ i*+.j t--W G.i,\
'Dilarang melakukan dua macam puasa dan dua macam jual beli.
Yaitu, puasa pacia hari raya Fitri dan hari raya kurba4 jual beli
mulamasah dal munabadzah3o "

Larangan di sini bukan dari segi bentuk puasanya, namun dari


sisi penolakan atas suguhan Allah swt berupa daging kurban.
Hal ini bukan dzatiah ataupun juz dari puasa, namun berbentuk
faktor di luar puasa (eksternal) yang tidak terpisahkan (lazim).
Penolakan ini terwujud dengan cara melakukan hal yang
bertentangan, yakni puasa. Karena maksud dari menerima
suguhan adalah bersedia rnemakan daging kurban pada hari itu,
meskipun tidak benar-benar memakannya, selama tidak
melakukan hal yang bertentangan, seperti puasa.
Contoh kedua, melakukan shalat sunnah mutlak3l di waktu-
waktu makruh3'. Hukumnya adalah makruh tahrim menurut
pendapat shahih.

30
lual beii mulamasah ialah ketika penjual mengatakan, ".iika menyentuh kain {tanpa
melihatnya dalamnya), maka harus rnembeli". Munabadzah. ketika penjual mengatakan,
"jika aku melemparmu baju ini, maka harus membeli".
t' Sh"lat yrng dilarang adalah shalat yang tidak memiliki waktu khusus atau tidak
dilatarbelakangi sabab yang mendahului {i'ii1,) seperti shalat yang diqadla', atau sabab
yang membarengi (L:rlL) seperti shalat janazah.
37
Yakni saat terbit matahari, istiwa' di selain hari Jum'at, setelah shalat ashar dan subuh,
dan saat kuningnya matahari menjelang tentgelam.
SYARH AL'WARAQAT, Pe nieloson Donlonyo lawob Ushultiqh

2. Bidang Muamalah, apabila sasaran nahi diarahkan pada aspek


sebagai berikut;
a. +Jr L*ri ftentuk akad). Contoh jual beli hashat (kerikil)33.
Namun hal ini ditanggapi, bahwa semua bentuk jual beli hashat
pada dasarnya dilarang karena tidak adanya shighat dalam
transaksi. Dan shighat termasuk rukun akad yang tergolong
faktor internal (Uil1 ,r'l), bukan $;11 irfi.
b Ali J:! (faktor internal). Contoh jual beli janin dalam perut
induknya. Karena ianin tersebut tidak memenuhi sifat berupa
terlihat dan mampu diserahterimakan saat akad. Sehingga nahi
terarah pada barang yang diperjualbelikan yang termasuk rukun
akad dan merupakan faktor internal (di dalam akad).
c. 6j! 6.1!i 2:"1 (faktor eksternal yang tidak terpisah). Contoh
menjual satu dirham, dibeli dengan dua dirham. Dilarang karena
faktor tambahan dalam salah satu alat tukarnya. Faktor ini
termasuk di luar struktur akad, karena barang yang
diuansaksikan dilihat dari bentuknya berupa dirham sebenarnya
sah diperjualbelikan. Tambah atau kurang termasuk sifai yang
menetap (tidak terpisah) dari barang tersebut. Sehingga sasaran
nahi adalah sifat yang menetap, bukan bentuk akadnya'
Namun apabila sasaran nahi diarahkan pada pjY ; a$ s^\
(faktor eksternal yang terpisah), maka tidak menunjukkan fasad
(rusaknya) perbuatan yang diiarang. Contoh;
i. nid""g ibadah. Contoh, ben'udlu menggunakan air hasil ghashab,
shalat di atas tanah ghashab. Sasaran larangan di sini bukan dzatiah
wudhu dan shalatnya, namun pada faktor eksternal yang
membarengi keduanya, berupa ghashab yang diharamkan Sehingga
shalatnya sah, namun ghashabnya tetap haram.
2. Bid.aog Muamalah. Contoh, iual beli vang dilakukan tepat saat
adzanlum'at. Nahi dalam hal ini mengarah pada faktor eksternal

tt Ad" b"b"r"pu penafsiran boi' hoshdt, !) Penjual mengatakan, "aku jual pakaian yang
terkena lemparan kerikil dari beberapa pakaian Yang ada di sini". 2) salah satu dari dua
oranB yang bertransaksi meneatakan, "iika kamu melempar kerikil ini, maka baju ini diiual
dengan harga seribu". 3). Penjual mengatakan, "aku jual barang ini, dan kamu berhak
khivar sampai adanya lemparan batu". {Tuhfah al-Muhtaj vol lV hal'294)'
SYARH AI-WARAQAI, Pe nielosot DanTonyo lowab Ushul tiqh

berupa khawatir kehilangan shalat jum'at, tidak mengarah pada


dzatiah jual belinya. Karena yang diharamkan bukan hanya jual beli,
namun segala tindakan yang mengakibatkan hilangnya shalat
jum'at. Hilangnya shalat merupakan unsur yang berbarengan
dengan jual beli. Dan hal ini tidak menetap (mungkin terpisah),
karena terkadang bisa terjadi akibat jual beli, bisa juga akibat selain
juai beli.

Peranyaan :
Apa yang dimaksud dengan fasad (rusaknla) perbuatan yang
dilarang?
jaryah-!
Maksucinya, apabila perbuatan tersebut dilakukan, maka dianggap
tidak memenuhi kriteria syara'.
Refereosi :

t+i;Jr ,Ji ,y4\ aa1 ii;1l i)


':.;
il i:l . ;r:"i)r i',; ,'ri\i GvJ .P i;)
(66--. L:cA\) r # ja * L;.t,tE,=4rx1 \''tt aA\
*(tlcapan
pengarang: menuniukkan rusaknya perbuatan yzng dilarang)
ryng dikehendaki dengan rusak adalah perbuatan tersebut dilakukan, makz
dianggap tidak memenuhi kriteria syara'. Karena pengertian fasid adalah
neayalahi syara'dari perbuatan yang memiliki dua aspek (mungkin sesuai
syura' dan arungkin tidak sesuai). Hal yang dilarang ini meny ahi syara'
sehingga tidak dianggap memenuhi kriteria syara"" (An-Na{ahat hal 56)

Pertan)'aan :

Apa 1'2ng dimaksud dengan amr lazim dalam kaidah di atas?


Jawab :
Amr lazin-, yang dimaksud adalah faktor yang tidak terpisah dan
berada di luar sebuah ibadz.h. Karena pengertian iuzum (tidak terpisah)
adalah tidak mungkin terlepasnya satu perkara dari perkara yang lain,
atau tidak ditemukannya sesuatu tersebut bersama dengan perkara lain.
Lazim ada dua macam, ;LL (r'enyarnai) dan ,".1 (lebih umum).
Lazlm st'l* adalah keadaan dimana wujudnya salah satu dari dua hal
yang saling terkait menetapkan 'wujudnya perkara yang lain. Seperti
kemampuan berfikir yang menjadi kelaziman manusia. Sedangkan
lazin 7.\ adalah keadaan dimana wujudnya il'it (perkara yang ditetapi)
5YARH AI"-WARAqAT, Pe nielosln Dln Tlnya llwab Ushul Fiqh

tidak menetapkan wujudnya i"1! (yang menetapi). Seperti keheu'anan


yang menjadi kelaziman dari manusia. Dalam hal ini wujudnya hewan
tidak selalu menetapkan wuiudnya manusia, karena kehewanan bisa
dijumpai pada kuda, meskipun tanpa adanya manusia' Lazim model
yang pertama adalah yang dikehendaki pengarang dalam pembahasan
ini.
Referensi :

*i A liuf ri djx! i!rri.......,?rsqr1 I €tt r.:\ gi1il n 'ir': iil


]jvai) ,-;; r-ni,L
(66...- 'g
Ei;\ ,g* o;:u' JGr I;;
lUcapan pensyarah : karena amr lazim dari ibedah terscbut) aninJa amr
lazim di luar ibadah.......yang dimaksud dengan kelazimart di sini, scpeti yang
difahami dari contoh-contohnya adalah tidak mungkin terlepasnya satu
perkara dari perkara yang lain, atau tidak ditemukannya sesuatu tersebut
bersama dengan perkara lain. (An-Nafihat hal 56)

j\r\f.)+,)){::], ;\ )"; bij u j;!r: ?|i -,t;i;+ J: ;;r:j)rri)


*Q,\ $;K p),1;13 6)a\ l;i.-), rj! ," L ;'urg qu,)r- il\i'#K
,..r',i , o*i\ cl,r,+t i+',j ,.! ll tt;)\ ,tsj )\;L\ );r :r iA\ fF rt;,}l-
(66-. Lv.E!\) u|'t'U19 k ir :'vj;"1r';; 1'4y.......ou"yr
'Karena lazim terbagi dua, musawi (ntenlamai) dan a'am (lebih umum)'
Yang pertama, lazim musawi adalah keadaan dimana wujudnya salah satu dari
dua hal yang saling terkait menetapkan wujudnya perkara Tang lain. Seperti
kemampuan berlikir yang menjadi kelaziman manusia. Sedangkan yang
kedua, lazim a'am adalah keadaan dimana wujudnya malzum (perkara yang
ditetap)i tidak menetapkan wujudnya lazim (yang menetapi) Seperti
kehewanan yang menjadi kelaziman dari manusia. Dalam hal ini wujudnya
hewan tidak selalu menetaPkan wuiudnya manusia, karena keAewanan bisa
dijumpai pada kuda, ncskipun tanpa adanya manusia.......scdangkan yang
dikehendaki pengarang dalam pembahasan ini adalah lazim mode! pcrtama'
mcskipun keduanya sama-sama lazim". (An-Nafahat hal d5)

Pertanvaan :
Alasan apa yang membedakan hukum shalat di waktu makruh dan
shalat di tempat makruh?

80
SYARH AI-WARAQAT, Pe njeloson Don Tonyo lowob Ushul Fiqh

]a.wab :
Perbedaannya adalah waktu makruh merupakan perkara yang tidak
terlepas, dimana ketika shalat rr,ulai dilaksanakan pada waktu tersebut,
maka waktu tidak mungkin dilepaskan dan diganti dengan sifat lain.
Sedangkan dalam tempat makruh memungkinkan dilepaskan dengan
cara merubahnya menjadi sifat lain, seperti merubah pemandian hangat
menjadi masjid dan lain sebagainya.
Referensi :
;el Jr- j:r1 ii ;'u.:r i;i 35"1r s ,;;'l;'1 ;6-rr .ik ,i; \') )\3)\ i;; 3A\i
".K:
o".*ix\.)Klt s,;ta1jr,I!r..;a+ {b ^<K$\&;;\ u"-}),3t 6u}t g
tu3;\'4i:-1 E \:,.:J {;rs'6}i ir* qe.tt ats-i gi^:; t'K+t 3+i'.;j
(67 ".,. .,Y,Ai),,,:r.Ei\ r\i+')
'?erbedaan antara waktu dan tempat (sekira hal pertama sasaran nahi
pada amr lazim, tidak pada hal kedua) adalah bahwa perbuatan saat
diwujudkan pada waktu tertentu, maka wakru tidak mungkin dilepaskan.
Berbeda dengaa perbuatan saat diwujudkan di tempat tertentu, fiaka
mungkin dilepaskan dengan cara merubahnya meniadi sifat lai4 seperti
merubah pemandian hangat menfadi masjid dan membeli bumi yang
dighashab". (An-Nafahat hal 67)

;lt L:.-l ;'i .'r;i t!;il Shighat amr (pada keadaan tertentu)
ditemukan, sedangkan maksud y^ng
;'ilj si (* ;t?\S
1L\iyrl dikehendaki adalah mubah, seperti contoh
- y^ng disebutkan di awal bab amr. Ada
\iAl ? (++iiJ!i) 6J-i: t:( pula maksud yang dikehendaki menakut-
nakuti, seperti contoh; " lakukanlah
ii\i'-f,\?G1;i|\';4v sp2putl yaig kalian kehendaki.!', atau
menyamakan dua keadaan, seperti contoh;
tll ? <G--Sayt\) \\,; \ "kalian bersabar atau tidak bersabai', dan
atau meniadikan, seperti contoh; 'kdilah
i31 k-ukny"nghii..l".

Penielasan :

Shighat amr diberlakukan memiliki beragam makna. Imam Ibn As-


Subki menyebutkan ada 25 makna;

8'1
SYARH AL.WARAQAT, Pe njelason Don Tonyo lowob Ushul tiqh

No Makna Contoh
ti-. _ul iutll e1;l I

(wajib) "Dirikanlah shalat"


,-r-l;
t';i ;Jri ;.,1 l,l "nl<s
2. "Dan buatlah kontrak kitabah pada hamba-hamba itu, jika
(sunnah)
kalian meyakini mereka manpu dan dapat dioercaya"
'S1ji
Jl-ailr r'r.li u j
"Dan jaoganlah. kamu melupakan keutamaan di antara
3.
1-.r,diJik d"t; kamu. Sesuogguhnya Al1ah Maha Melihat segala apa yang
kamu kerjakan".
r[i]!l ai! lM rl2-$r r
4. (memberi petuniuk) "Darr persaksikanlah apabila kamu berjual beli"

5.
Li)l dl3.$
(mengijinkan) "Masuklah!" (saat ada orang mengetuk pintu).
;rl-ir.ll ar lrtS
6.
(r..boi.hk"n) "Makanlah dari makanan yang baik baik".
;t^'q:i;-l
Jlti::"ur illJl
7. "Berilah el<u aiy minum!". (saat orang haus meminta
(ingin dijalaokan)
minum pada orans lain).
iri!r ;.,,i.1
"u-"J
ri J:,!l
8.
(memulyakan) "Masuklah ke dalamnya Cengan sejahtera lagi aman"
,{Xl IJS!
S,6jJ ''..
9. "Maka makanlah yang hala1 iagi baik dari rezki yang telah
(memberi anugrah)
diberikan Allah kepadamu".
irixr '.Li t l J;.1
10.
(menakut-nakuti) "Pcrbuadah apa yans kamu kehendaki"
JEll Jl SJ*:; LF l;ifi
11.
llliur '-1i
"Katakanlah: "Bersenang-senaoglah kamu, karena
(memberi peringatan)
sesungguhnya tempat kembalimu ialah neraka".

ijli!l erJsl jijJl i:ni cIl 3i


12. "Rasakaolah, scsungguhnya kamu oralg yang perkasa lagi
(menghinakan)
mulia".

13.
(meremehkan) "Lemparkaniah apa yang hendak kamu iemparkan."
l.,;ai)"Li trrg lirS
14. (merubah wuiud) "Tadilah kamu kera yanr hina"

15_
irt* .]r
(meniadikan) "Kun (jadilah)", maka iadilah ia

A'
SYARH AL.WARAQAT, Pe nielason Don Tanyo lowab Ushul Fiqh

-i- * t ,4r
1.6.
(melemahkan) "Buatlah satu surat (saia) yang semisal Al Qur'an itu".

17.
lirr
(mentamakan)
.Sle c! ul. !r.ilU.! lrrEL!
"Maka baik kamu bersabar atau tidak, sama saja bagimu".
LJ J9cl e+!l
18. (doa) 'Ya Allah ampunilah aku"
. r-:r uF:Ll.tr i$r ul ul
19. tngatlah wahai malam yang panjang, hendaklah menjadi
(berkhayal)
tctang -
rjjs lrs#rr tlJi I s=tli
20. "Mala mereka akan terta'wa sedikit dan menangis
(mengabari)
banyak".
AEijJ l,r. diilt ii lrl(
z1 "Makanlah di antara rezki yang baik yang telah Kami
(memberi nikmat)
berikan kepadamu".
::4-dr ,J.bliEfu(J;iu
22. (m "Maka putuskanlah apa yang hendak kamu putuskan".
enycrahkan)
Ml .i! G.j; i i:< Jti{
23. "Lihadah bagaimana mereka membuat perumpamaan-
(terherao-herao) perumDamaan terhadapmu"

e+sll l#l; Jt ll ri;tu 6lrrxr+ 1Jlr G


"Maka bawalah Taurat itu, lalu bacalah dia jika kamu
(rnendustakan)
olanq-orang Yang benar".
dJi l31::,;]U
25. (muwawarah) .Maka fikirkanlah apa pendapatmu".

26. (meneambil -,,il lu ,Jj J lrj!.il


teladan) "Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah"

Pertanyaan :
Apa perbedaan ;
1. Antara LriJt, {-311t, d21rl-i:-jJlJ
2. Antara
'it1.9i,
LUiUl, danil;ill?
3. Antara 1r-!jll dan ll:i!ll?
{- A.11x12 ]Jlill danlBUlr
5. Antara 'liiJl dafl Lcrstll?
Jaisabj
1. .rllr untuk tujuan pahala akhirat, ..+rEll bertujuan membersihkan

3o
Maiam yang pan;anE diposisikan sebagai sesuatu yang mustahil hilang berganti siang'

83
SYARH A!-WARAQAT, Pe njeloson Dan Tonyo )owob Ushul fiqh

akhlak dan memperbaiki adat kebiasaan, dan:'.li-.r!l tujuannya


adalah kemashlahatan dunia, seperti memperkuat kepercayaan
dalam muamalah, tanggung jawab harta, dan segala macam hak.
i!'l-l.!l lsllgniuk mirrni izin, LLi+.ut izin yang disertai penyebutan
kebutuhan atau ketidakmampuan kita, dan ifi!.ll disertai
penyebutan kebutuhan paling pokok.
3. lri.tll adalah menakut-nakuti dan llillll adalah menyampaikan
dibarengi dengan menakut-nakuti.
4. dilakukan dengan ucapan, perbuatan, meninggalkan ucapan
'itill
atau meninggalkan perbuatan tertentu, tidak hanya sekedar
keyakinan. Dan ] --Ul berupa keyakinan saja atarr minirnal berawal
dari keyakinan.
5. ',ri:-,111 adalah berpindah dari keadaan satu menuju keadaan lainnya

yang direndahkan dan LHrSlll wujud dengan cepat dari keadaan


tidak ada, tanpa ada perpindahan dari keadaan satu menuju yang
lain-
Referensi :

;yi'ir :-+iJ .-,b,1 ,;r.j, .-,r!!J -r3r ji .it .--..1' ,,,, j (+)ulr ijj)
t)- &''a r
"^
* i,_*s! 4*Xt 4ut'" 54 fi $ "+ t-j ,lLi;), rK; ;.riuu \a.i. L-
._t

i;'r' ;;+,
€4A,
-&
d p, tA *i ( Lxl iF j'i'i, + ;; i #, .-.

(287..--
fucapan pengarang ' '.,l)lJl,\ ) istilah ini maknanya dekat dengan +t$1.
Hanya saja U!)l unlul< tuf uan pahala akhirat, ',+:lJJl bcrtujuan membersihkan
afhhk adar kebiasaan. Dan juga fr'..$\ maknanya dekat
ln,,le:perbaiki
dengan t+)UJl. Hanya saja tujuannya adalah kemashlahatan dunia. Sedangkan
\#l adalah menakut-nakuti dan'--tl$l dekat maktanya, yakni menyampaikan
sesuatu dibarengi dengan menakut-nakuti".

lr 3l'i ii, o\t, '? a;u)t 5f +C)t ei:.: *; 3$ti-Jr: oi dl-,j\:;.)t J,rEr

(e3
'Kedelapaa: ,iL,1.\l....perbedaan ap7212 11,fii"\l dan Lqll adalah 'l.-L:)l
berbentuk murni izin, dan L"ii,t)l (selain izin) harus disertai penycbutan
kebutuhan makhluk atau ketidakmampuan atas hal tersebut".
SYARH AL-WARAQAT, Penjellton Donfanya Jct/tb UshulFiqh

(.1 37 ...- ;rlt a\ 4t Ls. "


?erbedaan aDtara ?G:\\ dan a t)l adalah bahwa c.:l:*\l disebutkan
kebutuhan kita pada hal tersebut, daa ;tl,)t tertentu hanya menyebutkan
kebutuhan paling pokok" (N-Vajiz hal 137)

y $iiy';a:,tg ,\i+\\ ,9 a):,v6 j L,q,ct zu:ir ii


)\ )-i)t,\ ,:Au
';ii,..: .-,ii
, i;i-r w r.tj. ,u+)1
- 9'-:- ' ,?L,J)4flvyisi,3x_S.Jg;Iiy )\
'3-:' J+
',. r J.t'
\,= ( i,,'-i-)J t-.--, , ,., \,=' ,i, .:,-.i-)j
'i, Jq
4.llil .il i-,-
;r "j- r,-ol J L"
"Fr "jl Jq +l -:++ t \"+
(es
-- d'6r1 LA Ybx\ d) {.s
wa sesungguhnya'4'tt)l h anya dilakukan dengan ucapan, perb uatan,
' Bah

meninggalkan ucapan atau meninggalkan perbuatan tertentu, tidak hanya


sekedar keyakinan. Dan';1$-\)-\ berupa keyakinan saja atau jika tidak
demikian, minimal dihas.ilkan dari murni keyakinan. Dengan dalil, seseorang
yang meyakini sesuaru tidak dipedulikan dan diacuhkan, maka dia dikatakan
telah meremehkannya (ihtiqar) dan tidak disebut telah menghinanya (ihanah)
selama titlak ada perkataan atau perbuatan keluar mengekspresikannya"

^.r ,;-li ta\ r, '-A\


L; 'rr3t 'ai *At &J G;3\ e\l .,: 3:iltl
(es...- .}gil ;+\ y>A\;ef r-,;A\ aJq *A:,
Jr j!ju+r
"Perbcdaan bahwa u.S\ wujud dengan
,rtrra ,t--{5\ dan':c;'- t adalah
cepat dari keadaan tidak ada, tanpa ada perpindahan dari keadaan satu
meruju yang lain yang direndahkan. Berbeda dengan ;s-iJl ".

I-ATADZ'AM
Lafadz 'am yaitu lafadz yang
mencakup dua perkara atau lebih tanpa
f:tt A ,-; k j4 (\"t\;1 batas. Diambil dari ucapan seseoran&
"aku mengumumkan Zaid dan. Umar
3 t\t \ \:-s-j L: u--*-L dengan pemberian" dan ucapan "aku
a...,r. ,. _ mengumumkan
"- c---i
s\ ( r'E-iJL ."tr| LF
semua manusia dengan
pemberian", yang artinya aku membagikan
e . .c secara merata pemberian pada mereka.
Jr; pul t# !,{iLj Dalam lafadz 'am terdapat pemerataan.

85
SYARH AI"-WARAQAT, Pe niellsan Dln Tonyl Jowlb Ushul Fiqh

Penjelasan :
Lafadz 'am yaitr laladz yang mencakup dua perkara atau lebih
tanpa batas. Contoh;
&t-lj, irli\:
*Maka
bunuhlah orang-orang musyrik"
Perintah membunuh berlaku pada setiap orang yang memiliki
kriteria musyrik.

Uraian definisi :
l- Lafadz: mengecualikan makn4 karena 2rz termasuk sifat dari
lafadz.
2. Mencakup dua perkara atau lebih: mencakup satu persatu dari
perkara yang pantas masuk di dalamnya dalam satu tahapan (a;i).
Mengecualikan;
a. Lafadz muthlak. Lafadz ini tidak menunjukkan lljl Gatu
persatunya) dari perkara yang pantas masuk di dalamnya.
b- Nakirah dalam rangkaian kalimat itsbat (positif), baik mufrad,
tastniah atau jamak. Seperti lafadz ',"-I':..: +li: 'qJ-. -r'
c. Isim 'adad sePerti lafadz i;rl:'i.
Catatan; sub b dan c mencakup perkara yang pantas masuk di
dalamnya dengan cara mengganti (l.i+), tidak secara umum dan
menghabiskan keseluruhannya (l!l-!+")).
Contoh;
- $J irSl (mulyakanlah seorang lakilakil)
- ef;" ;j*t S1;;' (berseCekahiah sepuluh dirhaml)
Lafadz )>-.s tidak mencakup setiap laki-laki, dan orang yang
diperintah lepas dari tuntutan dengan nemuliyakan satu laki
laki tanpa ditentukan. Dan lafadz !F tidak mencakup setiap
'sepuluh', dan orang yang diperintah cukup bersedekatr
sepuluh dirham satu kali tanpa ditentukan.
3. Tanpa batas: mengecualikan isim'adad dipandang dari sisi :lJ!l
(satu persatunya). Dimana secata 7a{adz isim 'adad menghabiskan
afrad-nya, namun hanYa terbatas.
Contoh, lafadz l-;fr, menghabiskan afrad tidak lebih dari jumlah
yang terbilang.
SYARH AI-WARAqAT, Pe njeloson Don \onyo Jawob Ushul Fiqh

l;::\l n b*?1 (uur'U) lafadAefadz yang dibuat sebagai


lafadz'am ada empat macam.
'ra1; r'9r 1. Isim mufrad yang dimalcrifatkan
13;11 menggun_akan alif lam, conroh:
ipi;ir ;*
'J) ai jui)t i'
,* 4r iui;lr ol?G$V *Sesungguhnya manusia
berada dalam kerugian"
itu benar'benar

Isim jamak yang dimakrifatkan


menggunakan alif lam, contoh:
-'/ , ,',,, 1'x,.
? (p>ru.--!-i:lr
d+irb) O!D- r":Jl lj,I:-tu
'Maka bunuhiah orrng-orang musyrik"
.'a f ir r'iliri 3. Isim-isim mubham, seperti;
i-r untuk yang rremiliki akal, contoh:
6l-,< t- 1..,.
,.2 2. ..
a '\'i, ,,..'\i,-\
rr'}Y./ udlj€r u11) F) Jr
-H dP {:Jr "Barangsiapa masuk rumahku, maka dia
amailt'
i * urtt Sr: 53 {J:'e L untuk yang-tidak berakal, contoh:
tt't-t.,, .-,.
Ajr;l Cr.4 Lj;L? '.t,
4r+Y? (Jt-i:;'i u:, uj) 'Apapun yaag datang darimu, maka aku
mengambilnya"
- i .,. .sl 6aik renis istifham, syarath atau
4iEl
',2 c}j4
maushul, untuk semuanya, yakni yang
berakal maupun yang tidak berakal,
contoh:
,io.,-,-.--t^t
.t,.j..,5]
,.--_.i,,i .,1i,,,- all ll;\> tS)+1c 6t
Ji,:,-'^ Gr te+\ A) .ttla "SinDepun bud-k-budakku danng pzdamu,
maia'berbuatlah b-aik pa-dany1." .
ll;t- Lr:yrt- .t\ti,,: t -.- <,,. -
)t J44 l uJ r<i$i.r;i,ti'Jr &\j
"Apaptn perkara'perkara yan? kamu
-;i ,fir $\: *: o;\ iriiik"r, r*i rkrn memberimu plkara iru"
+l menunjukkan tempat, contoh:
t;. . i .'-. .?i,z t,.:'i
'.,-
A\:-i2-91 e.rr, JJ Jj-r \+J'
'
'Di manapun tempat kamu ada, maka aku
akan ada bersamamu"
J4\:J:i'.,ztqfit .2;!1 .,i. menunjukkan waktu, contoh:
-,-. .,i
!r,rDl
l--(9-
-Kapanpun kamu ng4 aku akan
mendatangimu"

87
SYARH AI-WAMqAT, P€ njeloson Don Tcnyo lowob Ushul tiqh

t" menuniukkan istifham, contoh:


e:+ .{ ? (qV}t 9 'G"'r1
3I.c L,
dL:> "Apa yang ada padamu?"
Dan untuk jaza', contoh:
1-;'eu?(r'U+)tgu;l t:_)4,Fu
%papun yang kamu lakukan, maka a-kan
dibalas"
,t3rj#,FY?G*V) Dalam sebagian naskah tertulis
'menunjuk-kan khabar' sebagai ganti
.1 !1 .+l ,l-tl *,Llr 4rsJ dari kata jaza", contoh:
,-,i l .l-
..- j--I_-r,
,i -
pK (,F) e.r+ i; a.r+ *Aku melakukan ,prpun y*g k
-,
lakukan"
,t*t: j;"lr 4:ir Dan lainlain, sebagaimana yang
& ;a menunjukkan khabar menurut naskah
--i,r
pertama, atau jaza' menurut naskah
kedua-
4. Lafadz \ yang digunakan dalam isim-
,i.'E-:'l 'Z (c,r-gt ,a'J',) isim nakirah, contoh:
.1, rr-<t
,l-!l ,t l>,)
riiJi 'Tidak ada seirang la.ki-lakipun di dalam
rumah"

Penielasan :
Pembagian keseluruhan shighat 'am (umum) adalah sebagai
berikut;
I. Umum berdasarkan ketetapan (wadla') lughar Terbagi 2;
A. Ketetapan lughat murni ttnpa qarinah. Ada 5 macam;
1. Seimbang digunakan pada yang berakal dan tidak berakal.
I-afadznya adalah sebagai berikut;
a. lJ(, termasuk shighat paling kuat. Contoh:
-:,i\4\',"45
"Tiaptiap yang berjiwa akat merasakan meti"

b. Ll, b"it istifham, syarthiyah atau maushul. (Contoh


lihat di terjemahan).
c. r5'r11, baik mufrad, tastniyah, atau jamak. Contoh :
SYARH AL-WARAQAT, Pe njeloson Don Tanya )owob llshul Fiqh

a;L,t-irl3i
'Mulyakan orang laki-laki yang mendatangimu"
riri-U :.-:, q:ct .r:riy
'Dan terhadap dua orang yang melakukan perbuatan keji di
antara kamu, maka berilah hukuman kepada keduanya".
dll iilr+r uj'.:;q;jr;
'Dan orang^orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan)
Kami, benar-benar akan Kami tunf*kan Kepada mereka
jalan-ialan Kami".
d- .Jl, contoh:
.,t;L.a-.j' :3i
\1
'Mulyakan seorang perempuan yang mendatangimu"
e. g+, Contoh :

t.iJr
!+ !L>
rJ tr .

"Telah datang seluruh kaum"


f 2*, yang diambil dari makna akar kata 'j:- (tembok
batas kota) bukan dari )i (sisa). Contoh:
)\4r-&\ j.Y€;
"Telah keluar seluruh kaum untuk beriihad"

2. Untuk yang berakal secara hakikaq namun terkadang


dipakai yang tidak berakal secara majaz, yaitu lafadz F.
Umum digunakan untuk laki-laki atau perempuan, merdeka
atau budak. Baik berbentuk syarthiyah, contoh:
*_.ht,s- -p if
"Barangsnpa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi
pembalasaa deng;an kejahatan itu".
Ata,,t i s tilhamiyah, contoh:
u+,r"
_t' ,/ +
Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami
(kubur)?".
Atau m a u s h u Ia h, co ntoh:
;.
jb)\\ i,V;)t g ;i, l.:- a1
SYARH AL.WARAQAT, Pe nklason DdnTonya l0w0b Ushul Fiqh

*Haryz kepada Allah-lah sujud (paruh) segala apa yang di


langit dan di bumi".
3. Untuk yang tidak berakal secara hakikat, namun terkadang
dipakai yang berakal secara majaz, yakni lafadz L. Baik
berbentuk syarth iyah, contoh:
".so 1; rtS;;:y-,
'r,l
'Dan apa yrrg kr-"u kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah
mengetahuinya".
Atar i s tiIh a m iyafi contoh:
ii;-it ti'; ''-:riui
*Berkaa (pula) Ibrahim:
'ApakaA urusanmu yang penting
(selain ttu), hai para urusan?"
Atau m a u sh ula h, contoh:
Q\4\"'rv741.2+v
'Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi
Allah adalah kekal".
4. Untuk keterangan waktu saja, yakrti la{adz L:''. Baik
berbentuk istilh amiyah, contoh:
,, _i, ,. - -.
rerr u-a Jr
"Dan mereka berkata: 'KaPankah (datangnya) ianji ini?".
Atau sya rth iyy a h, co ntoh:
L:.Zi
*a'.= g,. 3:,
"Kapanpun engkau mcndatangiku, aku akan memuliakanmu".

5. Untuk keterangan tempat saia, yakni lafadz irj. Baik


berbentuk isti{hamiyah, contoh:
" . !,.!,',2
j;u;s .i. ..2 , ,'i
#.., ++tt g-s;;t
'Di manakah sekutu-sekutu-Ku itu (yang karena membelanya)
kamu selalu memusuhi mereka (nabi-nabi dan orang-orang
mu'min)?"
Ata,o, syarthiyyah. contoh:
t", |.+.+\irtil;iri
'Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan
kamu sekalian (pada hari kiamat)".
SYARH AI-WARAQAT, Pe njelason Dan Tonyo )avtob Ushul tiqh

Selain itu ada lafadz Lljl' yang berbentuk syarthiyah, contoh:


:-;:'9;;) rSV'":< v :';1
'Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu kc
arahnya",

B. Ketetapan lughat murni disertai qarinah. Ada 2 jenis:


i. QLrinah dalam kalimat rrs6ar (positif), ada 4 macam;
a. Jamak yang dimasuki alif lant, atau al-jam'u al-mu'araf
(jamak yang dimakrifatkan). Contoh:
;;pt
ai.,i
l;
'Sesungguhnya berun tunglah orang-orang yang beriman"
b. Jamak yang dimakrifatkan d'engan idhafah, contoh:
'z -ri'i
).' , rt
\-l-l 'r--
".n'L -'
\llalt mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian
p usak a untuk) anak-anakmu ".

c. Mufrad yang dimakrifatkan dengan alif lam, disebut


juga dengan isim jinis contoh:
.: .i zr-irir :'
/*> l-J ' J;
r 4.J !.j .)

"scsungguhnya nanusia itu benar-benar berada dalam


kerugian"
d. Mufrad yang dimakrifatkan dengan idhafah, contoh:
.i . r .' i --'.
';''j". jAV JrI'-';+
'Maka hendaklah orang-onng yang menyalahi perintah
Ra.sul".

2. QLrinah dalam kalimat nafi (negatit)


Terdapat dalam isim nakirah yang terletak dalam runtutan
kalimat nafi, baik menggunakan irC 'U 'il 'L nl2upun y2ng
lainnya. Hanya saja dalalahnya akan berbentuk ras'h
apabila dimabnikan fathah, contoh:
)1jj j J-"1.J
"Tidak ada seorang-lakilakipun di dalam rumah"

Dan berbentuk dzahir apabrla tidak mabni fathah, contoh:

ol
SYARH AI.WARAqAT, Penjeloson Don fonya )owob Ushul Fiqh

3l-
'1,'.1
L"
LFi
'Tidak ada seorang 'jtx' " di dalam rumah"
lakilakipun
Hal-hal yang semakna dengzn nafi hukumnya disamakan.
Seperti alr, contoh:
, -i. .--.,
lr>t J.F )
"Janganlah kamu memukul seseorang"

Atau istilham inkari, contoh:


.._"-. ti
r, .,
,i,= ',-
fb J.6
'Apakah kamu magetahui ada seorang yang sama dengan
Dia (yang patut disembah)?"
Nakirah dalam dalam runtutan kalimat syarthi hukumnya
juga disamakan. Contoh:
;;il :f-;A\ 64 3;i iy)
ir.,\iij;t
'Dan jika seorang di antara orang-orang musyrikin itu
meminta perlind ungan kepadamu, maka lindungilah "-

II. Umum berdasarkan Urf


Terdapat dalam mafhum mufawaqah yang aulawi (lebih tinggi)
dan musawi ("r."Vr-"i).
!ro1o[
O
*Maka sekali-kali jangan kamu mengatakan kepada keduanya
perkataan "ah"-

Urf dalam hal ini memindah lafadz dalam contoh di atas menuju
makna segala macam perbuatan menyakiti yang lebih tinggi
dibanding perkataan "ah", seperti memukul dan lain-Iain.

uLg ;q:r Jvi a,:l u ait'al


"Sesungguhnya onng-orang yang memakan barta anak yatim secara
zalim".
Urf mengumumkan pada semua bentuk perusakan yang menyamai
memakan harta dengan titik persamaan berupa membuat dharar
(membahayakan) atas harta anak yatim.

s2
SYARH AI-WARAQAT, Pe njelason Don Tonyo lawob Ushul tiqh

III. Umum berdasarkan akal


Batasannya adalah setiap hukum yang dikaitkan dengan sifat,
sehingga menyimpulkan sifat tersebut menjadi illatnya. Contoh:

*?otonglah
fluJ'"^.' iil
"1t:,.;27t t "t
mcncuri"
cr.!r r-i
I

'Mulyakanlah orang alim"


Contoh-contoh di atas mengindikasikan bahwa sifat yang menjadi
illat dari terbangunnya sebuah hukum. Sehingga secara akal
menetapkan bahwa setiap ditemukan sifat tersebuq maka hukum
juga ditemukan. Peraniaraan akal inilah yang membantu lafadz-
la:{adz dr atas menunjukkan sifat umum 35.

Pertanvaan :
Bagaimana klasifikasi dari lafadz umum?
]awahj
Ada 2 pembagian.
1- Umum bentuk lafadz dan maknanya, yakni yang lafadznya
berbentuk jarnak dan maknanya istighraq (menghabiskan
afradnya), baik ada bentuk mufradnya, contotr iJ6-ll atau tidak
ada bentuk mufradnya, 66n16[ i.J!,-L!i.
2. Umum maknanya saja, yakni yang lafadznya berbentuk mufrad
dan maknanya i*ighraq. Terbagi dua macam;
a. La{adz yatrg mencakup kumpulan, tidak setiap
individunya. Dan hukum ditetapkan pada individu karena
masuk dalam kumpulan tersebut. Contoh lafadz li-.,11
(sekumpulan), 'r'tdt (kaun), i;.ll (bangsa jin), cr,")t (bangsa
manusia), dan !;t (selurultnya).
b. Lafadz yang mencakup tiap individu secara menyeluruh,
dan hukum mengikat setiap satu persatu baik saat kumpul
atau sendiri-sendiri. Contoh;

?):ti6 3z+t lu Jii 11


"Barangsiapa masuk bcnteng ini, maka baginya satu dirham"

" Alwuii, h"l. 163-166 dan An-Nafahar hal 74


SYARH AL"WARAQAT, Pe njeloson DonTanya lawob Ushulfiqh

'LL\ c-,1 *: * S'l 6i3 Jr';lud;4 d\,'r,.a 1.3i 3;'Jt,i.)it:-i


et3 $ J+'.u: 64i1 ;Xg "11t31lt1:.;-
)K 2lr-.tr 3'.1-i4;j, r1;94
x'o.-yt t:; 3,; 3; Pr!5;i5 tr :,:r,5 H'#\;".+ -U .D=ir p aa
1tt.-* LvJAi) tt'ri');
'Ketahuilah bahwa lafidz,Jafadz umum ada 2 pembagian. Pertama,
umum bentuk la{adz dar maknanya, yakni yang lafadznya bcrbenruk famak
dan maknanya istighnq (menghabiskan afrad-nya) baik ada benruk
mufradnya, contoh ',l|J,..il\ atau ticlak ada bentuk mufradnya, contoh
'J:\\\.
Kedua, umum maknanya saja, yakni yang lafaCznya berbentuk mufrad dan
maknanya istighraq. Terbagi dua; 1). La{adz yang mencakup kumpulan, tidak
sctiap individunya. Dan hukum diteapkan pada indiuidu karena masuk
'7'p\ (kaun),
dalam kumpulan terscbut. Contoh lafadz LJl-)l (sekumpulan),
''i)\ (bangsa jin) G\t (bangsa manusia), dan '4i)t (selurultrya). 2). Lafadz
yang mencakup tiap individu secara menyeluruh, dan hukum mengikat setiap
satu persatu. baik saat kumpul atau sendiri-sendiri. Contoh; "Barangsiapa
masuk benteng ini, mala baginya satu ditham".

Umum adalah bagian dari sifat*ifat


ucapan. Dan tidak diperbolehkan
:r t;,L A r.;lt g;; 3fi7'; mengklaim umum pada selain ucapan,
berupa perbuatan atau yang sejenis'
6- uS (lt*- 6* Y') [4\ S.bagri-ana dalam masalah jamak
'l:t .. shalatnya Rasuluilah saw pada waktu
:* #L 'ir\ F 9; bepergran, yang diriwayatkan Imam Al-
,. ,i, .,-. . ,,, : ..:i., j rr Bukhari' Dalam hal ini (bepergian yang
t924\ dst f-n\ J tt!)"'d\ dimaksud) tidak bisa berlaku umum
--\t. i' \.\t ... \\ ! i; 11i untuk bepergian jarak jauh dan dekat' Dan
-,.r-a.l]c ,r-.".1' -!" ') ArlJ
JYr') b.al' )-
J'r -- --- .bahwasanya
.
(iamak shalat) tersebut hanva
ul: t:.i:e ).\3 A'* a\';6 terjadi pada salah satunya. Contoh lain
hukum
seperti halnya masalah ketetapan

94
sYA R H AL-WARAQAI Pe njelosln Dln fonyo lowob Ushul Fiqh

Rasullullah saw bahwa hak sryfah


diperuntukkan bagi tetangga, diriwayatkan
'l iU , Xj-; ;,:rit
; OuSt Imam An-Nasa'i dari Hasan berbentuk
hadits Mursal. Ketetapan ini tidak bisa
o-*.# J+!l\+ 5r- b..l"ku umum untuL setiap tetang8a
i, , -,,. karena dimungkinkan ada spesifikasi
l?'q' khusus pada tetangga tersebut.

Penielasan :
Umum (2rz) adalah sifat dari perkataan. Perbuatan yang
ditetapkan (r-,l{'ll i-!.ii) tidak bisa disif-ati dengan umum, seperti contoh
shalat jamak di atas. Berbeda halnya jika perbuatan tersebut dinafikan
(;u1 ill,l), maka memiliki sifat umum, karena disetarakan dengan isim
nakirah.
Ketetapan hukrm (qadlaya) seperti penetaPat hak syufah36 bagi
tetangga dan kafarat bagi orang yang tidak puasa juga tidak bisa disifati
umum37.

Pertanyaan :
Mengapa perbuatan dan ketetapan hukum tidak bisa bersifat
umum?
Ia.wabj
Karena perbuatan tersebut terjadi pada satu sifat dan keadaan.
Apabila sifat diketahui, maka hukum ditentukan dengan sifat tersebut.
Namun jika tidak diketahui, maka akan menjadi dalil mujmal. Dan
ketetapan hukum dalam beberdpa 'ain (benda), iuga tidak bisa disifati
umum karena ada kernungkinan ketetapan tersebut didasarkan sifat
khusus yang ada dalam sebuah kasus. Contoh Nabi saw menetapkan
. hak syufah pada tetangga, maksudnya adalah yang memiliki sifat
bersekutu dalam kepemilikan, bukan tetangga secara umum.
Referensi :

#* lP eA) e;31,s?:, Wg X juilr Lf u.u' * cl;:i;i elr Ju


36
Hak membeli dengan paksa dari rekan sepersekutuan lama, saat lahan yang dimiliki
bersama dibeli oleh orang Iain yang statusnya tidak memiliki lahan.
t' Al-waji, h"l 171d"n an-Nzfahat hal75
SYARH AI-WARAqAT, Pe njeloson Don Tanya )awob Ushul fiqh

z;-at.:tu
i \\:"A\ o)-Sj S,! r1 .jl|'l a
-y)
q, -;,,' jF i,r!
ltf i
-ALy

"Cr',Lt
{l. .l' 1r.- att ::, s-:t Jl Ji" .4i-ki .jJ, si: )A i iE!'
*+ ,* C"t or^,
"+t
:*y3 ,r.\li {ji Lj ;;u<it ru;-l}l } @: |r;ts- v^:ty
-t"r-l
(7 5.... :,VAi \e.;;.-+ 1"s- rV'*Ay li';S ;'l- * ii ;', 1

"Syekh Abu Ishaq berkata dalam kitab "Aal-Luma', bahwa beberapa


perbuatan tidak bisa didakwa (disifati) umum, karena perbuatan tersebut
teriadi pada saru sifat (keadaan) Apabila si{at diketahui, maka hukum
ditentukan dengan sifat tersebut. Namun jika tidak diketahui, maka akan
menjadi dalil mujmal. Dan ketetapan hukum dalam beberapa 'ain (benda),
juga tidak b*a disifati umum. Seperti diriwayatkan Nabi saw menghukumi
hak sryfah bagi tetangga dan kafarat bagt yang tidak berpuasa Ramadhan
dan kasus*asus serupa. Maka tidak boleh disifati umum, namun wajib
ditangguhkan (sampai jelas sifatnya), karena ada kemungkinan Nabi
menetapkan hukum tersebut didasarkan sifat khusus yang ada dalam kasus
tersebut".

I-ATADZ KITASH DlJ,] TAKHSIffI

(;ul Lrei .1uir;t La{adz khash berbandirg dengan


^:,iu:5
--- - - 'l
lafadz'am. Dikatakan dalam definisinya,
:- r.l!L;; , iir i-.u1, '! U adalah lafadz yang tidak mencakup dua
-. ,,
.i , . ,.i .. makna atau lebih tanpa batas. Contoh
t:b.;r f.-t f f- F bf^dr.1*; ;.t)ri .:rt+'; .J-'l
Ju-., Sljj Tahshish adalah membedakan

($-+r Ltr'+ -F .#) t (mengecualikan) sebagian jumlah


.-:;Ejl ,l--K
e' i! J ' Lt--i ,'.i
sebagaimana dikecualikannya para kafir
mu'ahad dari firman Allah swt : "Maka
oS-;i' ,iIu iuo l; ;r bunuhlah orang-orang musyrik"

Penjelasan :
Lafadz khash yait'i. lafadz yang tidak mencakup dua perkara atau
lebih tanpa batas, seperti contoh di atas.
Tahshish adalah membedakan sebagian jumlah, atau mengeluarkan
(mengecualikan) sebagian jumlah yang tercakup oleh sebuah khithab.
SYARH AI.WARAQAT, Pe njelosan Don Tonyo lowob UshulFiqh

Lafadz yang men-takhsish disebut mukhasshish dan lafadz umum yang


ciitakhsish disebut m ukhasshash.

Pertanyaan :
Apa perbedaan istilah' khash' dan' khushui?
Iawab :

Khash adalah Lafadz yang menunjukkan atas satu perkara yang


dinamai dan yang menunjukkan pada perkara banyak yang khusus dan
khushush adalah keberadaan lafadz yang mencakup sebagian perkara
yang pantas, tidak secara keseluruhan.
Versi al-'Asykari, khash berlaku pada hal-hai yang dikehendaki
sebagian kandungan la{adznya secara tvadli (asal pembuatannya) dan
khusush adalah yang menjadi terkhusus secara wadf i tanpa
dikehendaki. Menurut pendapat lain, khash adalah lafadz yang
mencakup satu perkara saja secara asli wadl'i.
Referensi :
+:Lr, 3f , ;4tr....n 8-,rS .y i:'ur ).\;a i j,ar fiiii , jer
j:ir 3u, J?r.;Lti -h\Lt.* rs,3;ir s;; ^:A 'r rl e.-1 r;.,;;;;';JuA
t-r:\)r ei\F:tu *e,s.fru ,e1,,:."GW 3,E4
"br::Lg €i\-'^Ef
(3gZ
-' J\A\ ;
+i Er1";41)
"Khash adalah lafadz yang menunjukkan atas satu perka{a yang dinamai
dan yang menunjukkan pada perkara banyak yzng khusus.-...dan khushush
adalalt keberadaan lafadz yang mencakup sebagtan perkara yang pantas, tidak
secara keseluruhan.....al-Asykari mcmbedakan antara khash dan khushush,
bahwa khash berlaku pada hal-hal yang dikehetdaki sebagian kandungan
lafadznya secara wadl'i (asal pembuatannya) dan khusush adalah yang
menjadi terkhusus secara wadl'i tanpa dikehendaki".

Pertanyaan :
Apa perbedaan' takhsish' dan' naskh'?
Jawab :
Naskh diberlakukan untuk mengeluarkan sebagian a{rad (perkara-
perkara yang terkandung) setelah mengamalkan tuntutan dari dalil
umum. Terkadang diberlakukan mengeluarkan keseluruhan. Di sisi lain
takhsish hanya berlaku untuk mengeluarkan sebagian afrad serta tidak
SYARH AI-WARAQAT, Pe njelason Don Tonyo )owab Ushul Fiqh

boleh sampai menghabiskannya-


Referensi :
i F\ 3ie5' ,1tj (A?AI) 13;ilt1
,Lxi ;j )tr-!l j?4 O\r) 3P;-
'i; ;+r €F) "il ii=i\ A;A u+ ,&r e\,-\ 3"H) i; prat .4
(17 6 ...- ';q[)-6\"G;i:j, -)?;- li :'A
"krbedaan autara takhsish dan naskh, bahwa naskh dibe akukan untuk
mengeluarkan sebagian afiad (perkara-perkara yant terkandung) setelah
mengamalkan tuntuta, dari dalil umum. Terkadang diberlakukan
mcngeluarkan keseluruhan. Di sisi lain takhsish hanya be aku untuk
mengeluarkan sebagian afrad serta tidak boleh sampai menghabiskannya". (Al-
Vaiiz hal 176)

,' i, , ..- .' _\ Mukhashish (pentahshish) terbagi


)etu : )+" at i:a"- i)) dalam muxashil d.an munfashil. Muttashil
,;q AV t;ei)ii ,jr.::i6 meliputi,
j1,", ,JJ i;i ? (YA\) l. Istixna' yang contohnya akan
disebutkan nanti.
+EI)'r4, Ji\L\ ei ili\+2. Syarath, contoh:

# ,t i;i ? (#2)\ 3. Taqyid (pembatasan) dengan shifat,


contoh: "Mulyakan bani Tamim,
-
-, =tii
,k-'.-'r1 mereka yang ahli fiqh"

Penielasan :
Mukhashish Qtentahshish) terbagi dua, muttashil dan munfashil
Mukhashish muxashil adalah yang tidak mampu berdiri sendiri
dalam menghasilkan makna, dan tergantung dengan lafadz umum
sebelumnya, sehingga harus dibarengkan a1ar berfaedah. Meliputi
38.
empat macam; istitsna', syarath, shifat dan ghayah

Pertanyaan :
Apakah mukhassish tertentu berbentuk lafadz saja?

Iaxcabi
Tidak, maksud dari mukhashish (pentahshish) adalah sesuatu yang
menunjukkan dan berfaedah tahshish, baik berupa lafadz, atau selain

" At-w";i. hal 182

98
SYARH AI'WARAQAT, Pe njelason Dan Tanyo lowob Ushul fiqh

lafadz, seperti penglihatan, akal dan yang lain.


Referensi :
:1 i >i 'F 'rl'\Ll [e ";:43 r;=aj',t:r ii u u] r"-ztxlt'JJ\

Yang dimaksud mukhashish (pentahsh*h) di sini adalah sesuatu yang


menunjukkan dan ber{aedah tahshish, baik berupa lafadz, atau selain lafadz,
seperti penglihatan, akal dan yang lain". (Al-Wai;z hal 182)

aj l.li U;1.:t\-J ' ;trj*.jt;)


Istitsna' adalah mengeluarkan
''' (mengecualikan) sesuatu yang seandainya
tidak dikecualikan, maka akan masuk
' tr iE .r- --i dalam sebuah perkataan. Contoh : "Kaum
,^a (,\Kll
\i-i .j1- iUJt ,

.',i := lUi-'ji j-; Wt;\ telah datang kecuali Zaid".


- ' {--- Istitsna' dinilai sah dengan syarat
? Gg 4 iX:Al n "ii minhu. masih tersisa sesuatu dari mustatsna
Contoh: "Baginya atas
'li jU !; "ut,"'l1i;; -jL i tanggunganku sepuluh kecuili iembilan"
**J
i;-;s\::;i jp4.;tr;*,*i!ioi'Joffi:T:-T:l,li,'*ff
' sah, dan orang tersebut tetap berkewajiban
.a
)r.-i: iF{ J\ +-3; ,1+-) membayar sepuluh.
i ruita\rE- j\: j.- (pKr\, (p.;:#;:ili"'i.:lLl'i'i;" J*"J:l
_ . pe;kataan. Apabila seseorang mengatakan,
;,.'
L-- r
! \X"
-J 'il' e;
\'r-
Ji JE "Para ahli fiqh telah datang" kemtdian
setelah selang satu hari dia mengatakan,
i.- t\1
.'"i, t' '-1 2'';-1 "Kecuali Zaid", maka istitsna' dianggap
,-F G*.'rr f+t )FJ)
tidak sah.
r:jj "il rc Y'p (^4 ,trt-l\ Diperbolehkan mendahulukan
mustastna dari mustatsna minhu. Contoh:
"Tidak berdiri seorangpun kecuali Zaid"
."ti, Diperbolehkan juga istitsna' dari satu
.l' . ),,1-
, -dl -,- '. "r -e -...
o trC
^<j -,/- r-r\
,la \-?
l-, jenis seperti contoh terdahulu, dan dari
yang tidak sejenis, seperti contoh: "Kaum
!/-).4r-l ,l \lr
)l datang kecuali Himar"

99
SYARH AI-WARAQAT, Pe njelosan Don Tonyo )owob Ushul Fiqh

Penjelasan :

Istitsna' adalah mengeluarkan sesuatu yang termuat dalam iafadz


menggunakan Y! atau lafadz sejenis, yang seandainya tidak
dikecualikan, maka akan masuk di dalamnya. Lafadz sejenis li adalah
bA ! ,llil ,1]; L .11L ,Llt!' ,ll; ,)lj, ,i\'y" ,,s':,,,'ib
Contoh :

"Kaum telah datang kecuali Zaid"

Beberapa ketentuan dalam istitsna';


1. Istitsna' sah apabila masih tersisa sesuatu dari mustatsna
minhu.
2. Istitsna' sah apabila (pengucapannya) bersambung dengan
perkataan.
3. Boleh mendahulukan mustastna dari mustatsna minhu.
4. Boleh istitsna'dari satu jenis dan dari yang tidak seienis.
5. Perkataan yang dikecualikan dan pengecualian keluar dari satu
orang. Apabila ada orang berkata "Muliakan para pemulungl",
kemudian ada orang lain menimpali "Kecuali Zaid", maka ini
tidak dinamakan istitsna', namun menjadi perkataan tanpa
art139 -

Pertanyaan :
Apakah istitsna' dari selain jenis mustatsna minhu (istitsna'
munqathi) termasuk istitsna' secara hakikatnya dan termasuk bagian
dari mukhasshishl
JaEab-i
Istixna' munqathi'tidak disebut istitsna' secara hakikat, namun
disebut rsrrrsza' secara majaz, serta bukan termasuk bagian dari
mukhasshish.
Referensi :
\3V'\\.iA\iG'dF 4i,ji13r ;? *,Jr,iiJr iv ir,'ua*;i; riiLi
€Y 'G- r-iil\,:- F,i i jull 'a\.1t;173 4, ;'\+-r \ r\-G;i ';i \ t"t

" nl-waliz hal 183-184

100
SYARH AL-WARAQAT, Penjelosan Don Tanyo Jowab UshulFiqh

Adapun istitsna' berbcntuk munqathi', yakni keberadaan mustatsaa dari


selain jcnis mustatsna minhu, sepcrti ucapan kami, 'Kaum telah berdiri
kecuali kclcdai", maka tidak dianggap mukhasshish karena tidak ada istitsna'
dan tidak ada pengecualian di dalamnya. Karena keledai tidak tcrmasuk
bagian kaum, hingga bisa dikecualikan. Hal ini hanya discbut istitsna'secara
majaz".

...:... zi '.,: ' t. r.1t,- Syarat yang menjadi


lrr+ O\ )f- oa-a n\ "\, )a^)\ pentakhsish
boleh didahulukan dari mashtuth (yang
(L.)p\ & drkenai syarat). Contoh: 'Jika Bani Tamim
-.ai ) tr .-i datang kepadamu, maka mulyakanlah!"

Penjelasan :

Syarat adalah sesuatu yang ketiadaannya menetapkan tidak adanya


sebuah perkara, namun keberadaannya tidak menetapkan ada dan
tidaknya perkara tersebut.
Terbagi menjadi tiga macam:
l.
Aqli (sebentuk akal), contoh syarat hidup untuk mengetahui
(memahami pengetahuan).
2. Syar'i (sebentuk syara'), contoh syarat bersuci untuk shalat.
3 Adiy (sebentuk kebiasaan), contoh syarat memasang tangga
untuk menaiki bangu nan tinggi.
Tiga macam ini tidak ada takhsish di dalamnya.
4. Lughawi (sebentuk lughat), yakni syarat yang sesuai dengan
standar ilmu nahwu dan menggunakan la{adz-lafadz tertentu
yang menunjukkan posisi sabab pada lafadz pertama dan
musabbab pada La{adz kedua. Syarat model keempat inilah
yang menjadi mukhasshish. Contoh:

f.6-l u
Gri -;+ Jl;'- Ol
lika Bani Tamim datang kepadamu, maka mulyakanlah!"

Sebagaimana dalam istitsna', syarat yaDg menjadi mukhasshish


disyaratkan harus bersambung /(muttashill dengan perkataan
sebelumnya 40.

oo
Al-w"1i, h"l 188-rB9

101
SYARH AL-WARAQAT, Pe njeldsln Don Tlnya )lwab Ushul fiqh

Pertanyaan :
Mengapa pengarang menyebutkan kaidah " syarat yang menjadi
pentakhsish boleh didahulukan dari mashruth", padahal hukum asal
dari syarat memang harus didahulukan?
Jas,ab :
Karena untuk menolak anggapan bahwa syarat yang menjadi
mukhasshish wajib diakhirkan, sebab kaidah dalam takhsish, perkara
yang mentakhsish (mukhasshish) semestinya terietak lebih akhir dari
perkara yang ditakhsish (mukhasshash).
Referensi :
*1- 66"1N;+r t;a\ 4 t3;tt 'Jt L-Ja\ r*n )V4+:jjr L
E:\\ 3i E
;1 .rrjl; 5; d#,),ae; iA,# .,"2 1 l)!\ J ;)f ii 51r jrl;
Y -;a i1 ,";;;tt ii.i i);H r\
;ist:-- p-zt\\_ ,.p
\:
i; i6 \:.;; LK Ui -E;ilr
*'^::i J..\\ +)+ Ja ,,p;v ii\,: 1t'^'^:'L :";:1t * ^.2 ri 7;u'.t
( 82...- ,tv,li) rzA l) i_:Vi irra\ jil ;\
'Apa faidah mengingatkan bahwa boleh mendahulukan syarath dari
masyruthny4 padahal hukum asal syarath adalah didahulukan? seharusnya
tidak mungkin ada salah arggapan. Kesimpulan tanggapan, bahwa
pembahasan pengarang adalah mcagenai syarath yang menjadi mukltasshish-
Maka dalam hal ini mungkin ada salah anggapan bahwa syarath tidak bolch
diciahulukan. Karena syaratA di saat menjadi mukhassh*h, seharusnya ada di
akhir, meaimbang kaidah perkara yarg mentakhsish (mukhxshish)
semestinya terletak lebih akhir dari perkara yang ditakhsish (mukhasshaslt-
dengan {athah shad-nya). Maka terkadang ada anS1gapan baltwa di saat syarath
dijadikan mukhasshish, tentunt? s),arath wajib diakhirkan menyalahi hukum
asalnya. Sehingga pengaraag mengiagatkan bahwa dalam hal ini syaratA boleh
juga didahulukan (dari maqruthnJy' meskipun menfadi mukhashsish".

;k i3 *;lU -J::tr.l Lafadz yang dibatasi dengan shifat


1 dijadikan tumpuan araban Tafadz mutlak.
-+i)t
,J 9q)! ,L';! ,;j-)K Sixlt 5*"16 tafadz (budak) yang dibatasi
.-
* t'C:. v-\r
--,,? c t.? . . - dengan !G)1 (beriman) di sebagian
D* t -- temoat, seba6aimana dalam kafarat
^-,tjl
L-' - 'e ffjl pembunuhan, dan dimutlakkan di
. a:-: ,i .-iUi;
: -- , sebagian tempat yang iain, sebagaimana
j:+) r\ill\ ,:6 A 6 Cdri, kafarat s::miah dhiltar. Maka
ia e'i,j,li1 Iafadz mutlak dtaruhian pada lafadz yang
ur-:r r;;:.tt ('i'
dibaresi demi kcha:i-harian.
SYARH AI.WARAQAT, Penjeloson Don Tonyo lowab Ushul Ftqh

Penielasan :
Lafadz mutlak secara bahasa memiliki arti lafadz yang tidak
disertat qayytd (pembatasan) dan syarat. Secara istilah adalah lafadz
yang menunjukkan mahiyah (hakikat sebuah perkara) tanpa batasan,
satu atau banyak.
Ketika ada dua lafadz, salah satunya mutlak dan yang lain
muqayyad (dibatasi), maka mengenai diarahkan tidaknya, terdapat
beberapa perincian;
1. Hukum keduanya berbeda. Dalam ha1 ini apabila sabab
hukumnya berbed4 maka ulama sepakat lafadz mutlak ddak
diarahkan pada muqayyad. Contoh;
"?akaikantai baju lenis Hatwiy' (:-n L.j i-rsl
"Berilah makan makanan' U\,;,L'?rLfJ

Sehingga makanan yang masih mutlak tidak dibatasi dengan


Harwiy menggunakan dalil muqayyad.
Menurut Imam Amudi lafadz mudak tidak diarahkan pada
muqayyad, baik sa6a6 hukumnya sama atau berbeda.
Menurut Ashhab Syaf iyyah, apabila salab hukumnya sama,
maka mutJak diarahkan pada muqayyad. Contoh tayammum
dan wudhu, dimana sabab dari keduanya sama berupa haciats,
namun hukumnya berbeda, yakni mengusap dalam tayammum
dan membasuh dalam wudhu. Dalam ayat tentang tayammum,
kata al-yadd (tangan) dimudakkan dan dalam ayat tentang
wudhu, dibatasi dengan al-marartq (siku). Sehingga diarahkan
maksud mengusap kedua tangan dalam tayammum adalah
sarnpai siku.
2. Hukum keduanya sama. Dalam hal ini apabila sabab dari
keduanya sam4 maka mutlak diarahkar pada muqayyad. Baik
keduanya mutsbat, manrt, atau salah satunya amr, yang lain
nahi cotoh, seumpamx dalam dhihar ada dua dalil;
'M erd ek akan bu dak ! " ei': l&l
'Merdekakan budak mukmin!"'&'i'{n'.l',ial
Maka tidak ada khilaf bahwa, mutlak diarahkan pada
muqayyad. Namun apabila sabab dari keduanya berbeda,
seperti kafaruh dalam dhihar yang mutlak dan dalam kafarah

tU5
SYARH AL-WARAQAT, Pe njelason Dln lonyl lowlb Ushul tiqh

pembunuhan yang dibatasi dengan sifat mukmin (seperti


contoh pengarang di atas), maka menurut madzhab Syaf i,
mutlak diarahkan pada muqayyad. Dan menurut madzhab
Hanafi mutlaktidak diarahkan pada muqayyadal.

Catatan: cara mengarahkan lafadz mutlak pada muqayyad


sebagaimana di atas adalah menggunakan metode qiyas,
sehingga dibutuhkan ada al-iami' (titik persamaan) antara
keduanya-

PertanJ&En :

Mengapa pengarang menyatakan bahwa mengarahkt-n mutlak pada


muqayyad sebagaimana di atas adalah dalam rangka kehati-hatian
(ihtiyath)?
Iagdj
Karena dengan mengamalkan muqayyad, kita akan yakin telah
terlepas dari tuntutan (tadi{, meskrp'tn mungkin kenyataannya yang
dituntut adalah dalil mutlak. Berbeda dengan sebaliknya, apabila yang
diamalkan adalah dalil mutlak, maka ada kemungkinan secara
kenyataannya yang dituntut adalah dalil muqayyad. Sehingga kita
dinyatakan belum terlepas dari tuntutan, karena menyalahi qayyid
(batasan) dalam dalil muqalyad.
Referensi :

,ta\W d?t &;'taAt ;;7)ltg !--q+'il F! ri;:rl da,i.Ert r:!: r::!


j'g Jj il-t1-.:;1il 1- r\)_r:;Jr +)r4,,.iulu
.-.'U rr'J, J -l&, i5 ;'; ,';r:tt"
,i ,:l,tu,?-'a
^1r.
(84--- 3\;.;fli) +;r! JX-)- ;i+1] \,f L)+\ SLl x $t\
e\} i
I e-iisrir
"sesungguhnyakita mengarahkan dalil mutlak pada muqayyad karena
hatihati agar keluar dari tuntutan tadi{ Karena keluar dari tuntutan disakini
dengan mengamalkan muqayyal baik tuntutan sebenarnya adalah dalil
muqayyad atau dalil mutlak. Betbeda halnya jika mengamalkan selain
muqayyad, karena terkadang kenyataannya tuntutan adalah dalil muqaSyad.
Sehinqga tidak dihasilkan lepas dari tuntutan kare!1a meryalahi batasan
(dalam muqayyad)"

ar
At Tamhid vol I hal418-422 dan An-Nafahat hal 83

104
SYARH AI.WARAQAT, Penjelosdn DInT0ny0 J0w0b Ushultiqh

Diperbolehkan (1) Mentakhsish Al-


Kitab dengan Al-Kitab, contoh firman
Allah swt: 'Dan janganlah kamu menikahi
wanita-wanita musyrik'42. Ditakhsish
dengan firman Allah swt: 'Dan wanita-
wanita yang menjaga kehormatan di
'--l L,Z\ iL\:; 1- ' U<)\ antara orans-orang yang diberi Al Kttab
sebelum kamu'43
Ga,\ (2) Mentakhsish Al-Kitab dengan As-
' ',
-l-r!
. .' "\i-<l
i,--- t..
lltu 4 J
Sunnah, seperti takhsish dalam firman
Allah swt: "Allah mensyari'atkan bagimu
,)rt:-:t
a+ijt }-ruf g,;,r tentang (pembagian pusaka untuk) anak-
anakmu--.dst'4a, yang mencakup anak
'Y ,;;:-;,tl s,+ i-il yang
"Kir kafir. Ditakhsish dengan hadits
;Klr '!;;Klr :l'ii {i shatrih Bukhari-Muslim: "Tidak bisa
. , , ,\, mewaris, seorang muslim dari kafit dan
.'r''*
-L."-JI orang kafir dari muslim"

(.7r:-i! l:r a -.-i-t1 (3) Mentakhsish as-Sunnah dengan A1-


.-: ,,. . .
,.) u:2.:>--.alr ,., Kitab, seperti takhsish dalam hadits
:++-
'r"=.* shahih Bukhari-Muslim: "Allah tidak
\:J F-=l;i ;X; 41ri f,,;. menerima shalat salah satu dari kalian
:,lia* . i- - -L5il1
lr.iiJ:;w-i , . ..,,apabila hadats, sampai dia berwudlu".
e) .aj'. *:- ts- -- L;rtakhsish dengan firman Allah swt: 'Dan

) : \ o1:j ii .- ; *\ iika
""\; \,,j'1l ,
kamu sakit...s/d...kemudian kamu
tidak mendapat air, maka bertayamumlah
\',11# hr*u'ts - Meskipun kemudian As-sunnah
:: 3U aili c,i-,-. ,,,\i juga menjelaskan tentan8 tayammum
UL1
-"
--- ,. ,r setelah ayat tersebut turun.
--ti,
. Ili ,ri (4) Mentakhsish as-Sunnah dengan as-
t-.t\\
(3-! -ttr, ,, r;-..
$rr
Sunnah, seperti takhsish dalam hadits
e1e1i ) shahih Bukhari-Muslim: 'Dalam tanaman

a'?Qs.
Al-Baqarah : 221
" qs. Ai-M"id"h os
'
"a es. An,Nisa : 11
"5 es. An-Nisa':43

105
SYARH AL-WARAQAT, Pe njelason Don fonyo lowob Ushul Fiqh

,.;;:,j1 c.; ;.-),! yang diairi dengan air hujan ada kewajiban
. zekat sepersepuluh'i Ditakhsish dengan
4+)1.r:J\;r..Jr c-,,- u+
\- .o .-
'a-'\t,\.'r
hadits shahih Bukhari_Muslim: "Tidak ada
kewajiban zakat dalam hasil panen yang
kurang lima wasaq".
(5) Menrakhsish ucapan dengan qiyas,
\'
, l.-'.,
i.1- i,-. i., 1.. t,tu maksud ucapan di sini adalah firman
Y--rJl v"')
, 1.3 . , l\ri 4!l , I .l .;.b.:l!
t : Allah swt dan sabda Rasulullah saw. Hal
-
. -t
U41 i) (-&: 4; all
i,.. \..-. ,. "p ini
i,'.,-
dikarenakan qiyas seial:u disandarkan
pada dalil nash, baik berupa Al-Kitab
ul\,j rXl', L.,u) ,'* '.aJ cJ! ri:,-.:_ '
,,.;,,'tit<-r'.i
J;t)t lj6.-i fl .i1 nrsh inilah pentakhsish-nya.
Penielasan :

Dari beberapa sumber hukum syariat, ada beberapa di antaranya


boleh mentakhsish dalil lain. Berikut takhsish-takhsish yang
diperbolehkan.
i. Mentakhsish Al-Kitab dengan Al-Kitab, contoh seperti di atas.
2. Mentakhsish Al-Kitab dengan As-Sunnah, contoh seperti di
atas.
3. Mentakhsish as-Sunnah dengan Al-Kitab, contoh seperti di atas.
4. Mentakhsish asSunnah dengan as-Sunnah, contch sePerti di
atas.
5. Mentakhsish ucapan dengan qiyas, contoh firman Allah Q$.
An-Nur:02:
;j;- i; r i:, 3'r+r: J.f-J\3 +,),
=,1
"Perempuat yang berzina dan laki-laki yang berzin4 maka deralah
tiaptiap seorang dari keduanya seratus dali dcra"
Ayat ini mencakup orang merdeka dan budak. Kemudian
ditakhsish pada selain budak wanita dalam QS. An-Nisa:25:
.-u.xl j, 9[;;j \
JL \;,--;)- 4t t F?',i ilji is
1 ",:i+\ \t\i
'Dan apabila mueka tclah menjaga dii den6an kawin, kemudian
mercka melakukan pcrbuatan yang ke.1i (zira) maka atas rnereka
separuh hukuman dari hukuman wanita-wanita merdcka yang
bcrsuami"

106
SYARH AI-WARAQAT, Pe nieloson DonTlnyo J\wob Ushulfiqh

Hukum budak laki-laki masih tercakup dalam keumuman ayat


pertama. Kemudian dilakukan qiyas, dengan menyamakan
budak lakilaki dengan budak wanita yang hukum hadnya
hanya separuh dari orang merdeka. Dan dengan qiyas ini, ayat
pertama kemudian ditakhsish.
6. Mentakhsish ucapan dengan ijma', contoh firman A1lah QS.
An-Nur:04:
;ri; 6r
i!4=r; ;Y4 *.:\U;U p p +u;;:} 3'"; Ai\i
'Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik
ftcrbuat ziru) dat mercka tidak mendatangkan emPat araDg saksi'
maka dcralah mcrcka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera"

A),at ini menetapkan dera sebanyak delapan puluh kali pada


setiap penuduh zina, baik orang merdeka atau hamba sahaya.
Hanya saja kemudian iima' menetapkan dera bagi hamba
sahaya adalah separuhnya atau emPat puluh kali.
7. Mentakhsish manthuq dengan mafhum, contoh hadits Nabi
sav4

^zr'r1 t1
t;:t
i"; u 'l: :;+
'ri ) Li'i
"irr
rjj,a-t ;uli jj;-
'Altah menciptakan air .suci mcnsucikan, tidak b*a dinajiskan
sesuatu kecua air yang berubah rasa atau wana atau baunya"

Hadits inimencakup air sedikit dan banyak. Kemudian


ditakhsish dengan mafhum hadits Nabi saw:
\:=tsJi:r.!'ui a]jlil
"Ketika air mencapai dua kullah, maka tidak mcnerima najis"

Hadits ini menunjukkan secara mafhum bahwa air yang kurang


dari dua kullah menerima dan tidak bisa menolak najis.
Sehingga menjadi naiis karena bersentuhan dengan najis, baik
warnxnla berubah atau tidak 46.

ot
n!wu;i, hrt t9+-1ss

107
SYARH A|.WAMQAT, Pe njeloson Don Tlnyo llwab Ushul fiqh

I-AFtaZ tvttlld,tlt DAN -lf.,4,tFl

," (oqfr jt p;Y 5.;ari Mujmal adalah dalil vans


-,-,(i, { -,. ,.\. .,2 ,...- membutuhkan bayan (penjelasan). Contoh
)\{b rr J-.i* 4'y ,); $ )' l:'-i '+i'S dimana lafadz ini mungkin
dt *,-i\lt;;Wiig diartikan suci dan haid, karena lafadz
.,,,,- musytarak (dimiliki bersama) oleh makna"'j
*"t haid dan suci.
i; :t .;:l\ i i;.i! itrltj) Bayan adalah mengeluarkan sesuatu

"i ri+, ;' ;r licy, yang


1il,r1':#':,,I"i#t f;W|\ttl
dijelaskan) adalah nash.
Ft1r,,*.At, 6t.1,])i
Penielasan :
Mujmal secara bahasa adalah bercampur. Secara istlla.h, mujmal
adalah ucapan atau perbuatan yang dalalah (arah maknanya) tidak jelas
dan membutuhkan bayan (penjelasan).
Ketidak jelasan dalam mujmal dikarenakan dalalah atas beberapa
makna yang terkandung setara, tanpa ada yang diunggulkan satu
dengan yang lain. Contoh mujmal dal.am ucapan seperti di atas,
sedangkan contoh mujmal dalam perbuatan seperti hadits yang
menjelaskan bahwa Nabi saw meninggalkan tasyahud dan berdiri
melakukan rakaat ketiga. Ada kemungkinan Nabi meninggalkan
dengan senga.ja, sehingga hukum tasyahud hanya sunnah dan boleh
ditinggalkan. Kemungkinan yang lain Nabi saw meninggalkan karena
lupa, sehingga huk;m tasyahud adalah wajib.
Sedangkan bayan secara bahasa adalah penjelasan. Secara istilah,
bayan adalah mengeluarkan sesuatu dari keadaar musykil mentju
keadaan transparan atau jelas,
Rukun dari bayan ada tiga macam;
1. Mubayyan (yang dijelaskan), yakni dalil mujmal di atas.
2. Mubayyan lahu, yakni mereka orang mukallaf yang terkena
khithab.
3. Mubayyin (yang menjelaskan), ada beberapa macam;
a. Berbentuk ucapan. Adakalanya dari Allah swt contoh QS. A1-
Baqanh:69;
.,7. I r.1. 1i, a -a'.-,
ir"tu brr.rr Jr 4\r, Oj
f-J.!"?-
Adalah sapi betina yang kuning yang kuning rua warnanya, lagi

108
SYARH AI-WARAQAT, Penjelosan Don Tonyo lawob Ushul tiqh

m enyen angkan orang-orang yang memandangnya"

Sebagai bayan dari firman Allah swt Q!. Al-Baqarah:


' t-t.r a'1|-l'i
q+ <
"- "-r '
tlEw J) cl'! !'_r." 6
"sesungguhnya ittrh -"rJr*1 kamu menyembelih seekor npi
betina"
Adakalanya dari Nabi saw, contoh, sabda Nabi;
s rr
' 'ivt-!L-!l
",
,":rJl \:.r- t{--e
"Dalam tanaman yang diairi dengan a* hujan ada kewajiban zakat
sepersep uluh ".

Sebagai bayan dari firman Allah swt Q$. Al-An'am:141:


D\^Zri;,;rG\)
'Dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya"
b. Berbentuk perbuaran, contoh, sabda Nabi saw;
i-l -
,_l--l Jj-+lJ LJ Jr-.
",?-,-2,'.
"Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihatku melakukan shalat"

Sebagai bayan dari firman Aliah swt QS. Al-An'am:72


;r;Jl!;ji
'Dirikanlah shalat"
c. Berbentuk sura! contoh surat yang dikirim Nabi saw pada
penduduk Yaman tentang penjelasan diyat nyawa dan anggota
badan. Juga surat yang dikirimkan Nabi saw tentang penjelasan
kadar zakat.
d. Berbentuk isyarah, contoh isyarat Nabi saw dengan kesepuluh
jarinya sebanyak tiga kali sebagai penjelasan tentang bilangan
hari dalam satu bulan, yakni tiga puluh hari. Kemudian Beliau
mengulangi isyaratnya tiga kali dan pada ketiga kalinya
mengurangi satu iarinya, yang artinya bulan terkadang hanya
dua puluh sembilan hari 47.

Pertanyaan :
Ada berapakah pembagian mujmal
IalraL:
Ada tiga macam.
l. Lafadz yang secara lughat tidak dipahami rnaknanya.

o'
Alw rli.. h"l 220-222

109
SYARH AL-WARAQAT, Pe njelason DanTonya lawb UshulFiqh

Penyebabnya adalah lafadz tersebtr g]tarib (tidak terpakai


umum), seperti kata i,Jilf sebelum ditafsiri.
2. Lafadz yang maknanya diketahui secara lughat, namun tidalt
dikehendaki, dan justru menghendaki makna iain. Penyebabnya
adalah pembicara sengaja menyamarkan. Seperti kata; ar-Riba,
as-Shalat dan az-Zakat -

3. Lafadz yang maknanya diketahui secara lughat, namun


berjumlah banyak dan yang dikehendaki hanya satu serta tidak
mungkin menentukannya karera buntunya metode tarjih.
Sepeiti lafadz musttarak. Penyebabnya adalah banyaknya vadli'
(pembuat bahasa) atau terlupakannya pembuat bahasa pertama,
jika pembuatnya selain Allah SWT.
Referensi :

.i;" u1, 'aV'aa, at: t';; '$t €Gi fl


,;X *r' jG;-r ii
I iilr p,
;r,-ii; ;;6 j31 ia} #i,- 3-^ :.ri'v, )' ) t+';ti Jj:r, ..:!r + ji'x;
-1 v- "\-), * *\ r'rt;,, \'-,;-,,J/.I j-::i .Ji ]i,KJii
U^;i +; :g:2
r - ":r;
L.' c*!
'ea\ [;K ll Ur'rl e? j]i 5; y;at'ri gt-st lk iy'^l:i i;31 i- u't -3 \ Ja
(87..^.o'val j6|:;;
"Ketahuilah mufmal ada tiga macam. Karena adakalanya secara lughat
tidak dipahami maknanya. .Penyebabnya adalah lafadznya gharib seperti kata
i'&1. Atau maknanya difahami, namua tidak dikchcndaki, dan menghendaki
makna lain. Pcnyebabnya adalah pembicara meayamarkan, sePert; kata; ar-
Riba, as-shalat dan az-Zakat. Atau makna lughat tersebut ada bany'ak dan
yang dikehendaki hanya satu, scrta tidak mungkin dientukan karena tidak
ada yang unggul satu Cari yaag lain. Seperti dalam lafaciz musTtarak.
Penyebabnya adalah banyaknya pembuat bahasa atau lupa dengan Pembuet
bahasa pertama, jika pembuatnya selain Allah SWT"

Pertanyaan :
Apa perbedaan mujmal dan musytaraQ
Jawab :
Mujmal memunculkan dua kernungkinan makna yang sama dari
sisi pemahaman, baik wadla -nya hakikat keduanya, atau hanya salah
satunya. Musltarak dua kemungkinan makna dipandang dari sisi
wadla' (pembuatannya). Jika tidak sama dari sisi pemahaman, maka
tidak disebut mu;mal.

110
SYARH AL-WAMQAI, Pe nieloson Don fonyo )owab Ushu! Fiqh

Referensi :

*lU f:-1,* qVV;:, q.J'.+\ :>r:,;i t:-.:- ):.1)t'oi g;Ati J;ji ;" jlt
* uit iu=:ir; a:-* rit c- 1 jV r++i J ri aL;Lt ;i J' vl tfu 'er |51

e*Jr i!l.j\j s:uli: *jr jt#lg 6jv1r.3 3jl:tl .)p #ril ii {jij!
(46 ..,. J.)\A\'+\ s*a\ |t\) t'4'arLi X
"Perbcdaan antara mujmal dan musytarak, bahwa muimal memunculkan
dua kemungkinan makna yang sama dari sisi pemahama!, ..baik wadla'-nya
hakikat keiuanya, atau saiah iatunya maiaz ying lain hakikat Mujmal stsi
'k"-rnjkirrn ,dirh
pandansnva pem"hr*an. Dan bahwa musytarak terkadang (dua
,rrkna) ,r-, dipandang dari sisi wadla],namun tidak sama
dari siii pemahaman, maka menjadi tidak disebut muimal".

Nash adalah laftdz yang tidak


G;\\Eit":rCl memiliki kemungkinan makna, kecuali
satu makna saja. Seperti [2fxd7 li].l dalam
u,:) t.11-r J.1k,i ^,-i (l-,,ii contoh l'$j l-,jl-.;. Menurut pendapat lain,
.: nash adalah la{adz yang penjelasan
"$X
i';4 ? (.i-itr 4r\:
- f maknanya sesuai turunnya lafadz tersebut.
Contoh : "maka waiib berpuasa tiga hari"'
i;] u ,1;'" it" rt;i
lt.', ;-lj Bahwasanva avat ini, dengan hanva
memandang
^Pa Yang turun, daPat
.,-1, - -1, , 1.,-' .'-.\ dipahami maknanya.
r)P' P ':, \f f)) Kata nash diambil dari kata-kata
"pelaminan Pengantin", atau kursi,
,r, & :gtri! e|r<J' * 6'ikarenakan r,"irrny, yan* tinggi ^

dibandine datil Iain dari segi pemahaman


+; at;y;U;;i-i; maknanya ridak tergantung pada hal lain'

Penielasan :
Pengertian nash secara lughat adalah jelas dan tinggi' Secara istilah
ada beberapa versi, di antaranya;
i.
Nash adalah lafadz yang tidak memiliki kemungkinan makna,
kecuali satu makna saja.
2. Nash adalah la{adz yang penjelasan dan pemahaman maknanya
sesuai turunnya lafadz tersebut, tanpa membutuhkan hal lain'
3. Nash adalah lafadz yang kejelasan maksudnya melebihi yang
dihasilkan dari dalil dhahir.

111
SYARH AI-WARAqAT, Pe njellsan Dan Tonyo lowlb Ushul Fiqh

Status na.rtr lebih tinggi dari dalil-dalil lain dikarenakan maknanya


yang lebih mudah dipaham, tanpa membutuhkan perkara lain.

Pertanyaan :
Apa perbedaan nash dan dhahil
Iawab :
Imam ar-Rauyani membedakan antara nash dan dhahir dari dua
sisi. Pertama, nash adalah yang lafazdnya menjadi dalil, dan dhahir
adalah lafrdz dimana makna yang dikehendaki mudah ditangkap oleh
pemahaman pendengar. Kedua nash tidak dihadapkan pada
kemungkinan makna lain, dan dhahir adalah yang dihadapkan pada
kemungkinan makna lain.
Refetensi :
Us U;s is u ;st\'S uilti AW ir^ti,lat 6*,iis\ d A\ i )1r'1\
O- i\ij
;€1 y',,rE:ti ju+, +t'*. {) 5 u, 3 r ;Etr-, ^44;,i jy ;',t';
.-..J.\9='.-.1-"*. u ywr3 :;
(zt s ..-- tj\t +\ v*a\ ;1\) iu;;-r +t
"Imam ar-Rauyani berkata dalam kitab al-Bahr dalam membedakan
antara nash dan dhahir dari dua s*i. Pertama, nash adalah yang lafazdnya
menjadi dalil, dan dhahir adalah lafadz dimaaa makna yang dikehendaki
mudah ditangkap oleh pemahaman pendengar. Kedua, nash yang tidak
dihadapkan pada kemungkinan makna lain, dan dhabir adalah yang
dihadapkan pada kemungkinan makna lain".

t^F tAZ DHAHIR DAI{ DAI:I MUAWVAL

- memiiiki dua kemungkinan makna,


jelas dibanding
d!_, a i$C G'l\ e :Oi dimana salah satunya lebih
yang lain. Seperti lafadz dalam ;-tlt
Or;3;\ j- 3+tb ES tLi ;'jt
contoh: l3j-l ;r:tr cllr (aku melihat singa
hai in).
Lafadz ini tergolong dhahir yang
'"a1 menunjukkan arti hewan buas, karena
;!41 3i:il o;A\
makna hakikinya memungkinkan
i4 L\+A\ ;;1)- J3 diartikan laki-laki pemberani, sebagai
pengganti makna pertama.

112
SYARH AI.'WARAQAT, Pe njelason Don Tonyo lowob Ushul fiqh

,.lr6l g *il.ir iS Apabila lafadz tersebut diarahkan


pada makna yang lain (makna kedua),
L,J-!U ,l.L
i.., ,.1,, :,,.,
L^ll. f,r'r maka laf-adz tersebut dinamakar, muawwal.
9-- ) -u. :t -j a ^-l -
Dan menia'wil harus menggunakan dalil,
i,= , -2 seperti ucapan pengarang, "lafadz dhahir
: LIB LJ
dapat dita'wil menggunakan dalil, dan
,#:t pau, ltht ttl:) disebut 'dhahir bi ad-dalil', sebagaimana
lafadz ini juga bisa dinamakan muawwal.

= us ,ti
L>'-'t"r''
(,l.ir\- l'.arE Termasuk contohnya firman Allah swt:
jL tiri:1;;|:jlu
;Ct| Jr; i, +: i::t 'Dan lzngit itu Rami bangun dengan
,, .,. -!|J
,i .- ,-,._ kekuasaan (Kaml'<a
(.U)! -! rt -ElE l.arsiJ
D
Laladz +r secara Chahir adalah jamak
t\ i ,. i\.. :,,. i,-t dari kata * (tangan). Namun hal ini
Jl r,-.ar ultri ,-u1 .i' d JV muhal bagi Aliah iwt. Sehinggn lafadz ,5f
r,.,i ,:-i, L.,ir, -jri, -.- diarahkan pada arti t? (kekuatan) dengan
ti t)- \2-'
''r ., mengguna,I(an Oalli DeruPa kePastlan al(al.

Penielasan-;
Pengertian dhahir secan iughat adalah .je.las. Dan secara istilah
acialah lafadz yang memiliki dua kemungkinan makna, dimana salah
satun.va lebih jelas menurut akal daripada yang iain. Atau dikatakan
dalam kitab lair,, lzfadz yang menunjukkan pada makna aslinya
(wadla) secara dhanni (dugaan), serta ada kemungkinan makna lairr.
Iiaktor yang menjadikan makna lebih.jelas secara akal adalab wadla'
(peletakan lafadz atas makna tertentu), seperti contoh li,l"i lri l"ilJ di
atas. Atau faktor dominannya penggunaarr arf, contoh lafadz L-ull yang
menunl'ukkan makna perkara (kotoran) yang keiuar dari manusia.
Makna ini lebth rajih (unggui) secara urf dariprda makna tempat yang
cekung di atas muka bumi (makna marjuh).
Ta'wil sectra. bahasa artinya kembali. Dan secara istilah adalah
mengarahkan lafadz, dhahir pada kemungkinan mahna yang marjuh
(diungguli). Contoh seperti di atas.
Ta'wil berdasarkan sah - fasid-nya terbagi tiga macam;
L. Ta'wil Shahih, yakn.i ta'rvil yang dilakukan berdasarkan dalil.

ae
es. Adz-Dzariyat : 47

I rc
SYARH AI-WARAQAT, Pe nieloson Don Tonyo lawob Ushul tiqh

2. Ta'wil Fasid, yakni ta'wil yang dilakukan berdasarkan sesuatu


yang disangka dalil oleh keyakinan penta wil, padahal
kenyataannya bukan dalil.
3. Ta'wil Bathil, yakni ta'wi! yang dilakukan tanpa dalil.
Ta'wil herdasarkan jauh - dekatnya terbagi dua macarn;
7. Qarib (dekat), yaitu ta'wil yang jelas maknanya dan hakikatnya
dengan dalil atau penjelasan sederhana.
2. Ba'id (jauh), yaitu ta'wil yang tidak jelas maknanya hanya
dengan da1il atau penjelasan sederhana, namun membutuhkan
dalil yang lebih kuat dari dhahirnya ae.

Pertanvaan :
Apa yang dimaksud dengan dalil yang digunakan dalam ta'wil
Iasabj
Adalah dalil yang benar-benar disebut dalil, bukan hanya dalam
persangkaan pentakwil, sehingga menjadikan ta'wil fasid, atau bahkan
tidak bisa disebut dalil sama sekali, sehingga menjadikan perkataan

'Tang dikehendaki dengan dalil adalah yang kenyataantya hisa disebur


dalil. Dan apabila dita'wil dengan sesuatu yang disangka dalil, namun
kcnyataannya bukan dalil, maka dinamakan ta'wil fasid. Atau dita'w;l tanPa
dalil, maka (perkataan tersebut) hanla main-main safa"

ALAFIT @EBERA}A PERBUATAN)

^iJ\2'\-
a-
( .:u; 'U;)
^I i;-:'1i.tt ''
Perbuatan dari pemilik (penyampai)
syariaq yakni Nabi Muhammad saw tidak
6rr+'il '.l-1,t;:z *t V iepas adakalanya dilakukan sebagai
"-.ri, a- '1. ..'-.
\a\
fi
)?.) .F dJ=-: ,.)' pendekatan diri dan ketaatan, atau tanpa
(i]/;. i:ianat: ada unsur selrracam ini.

ot
An-N"f"h"t hul gl dan Al wajiz hal 231-232

114
SYARH AI.WARAqAT, Pe nielason DlnTonyo )owsb Ushul tiqh

Jika perbuatan tersebut sebagai


4L\b\j r1.j\ * Je 3K 3.6)
pendekatan diri dan ketaatan, manakala
y,,r:**!t & Jl:EJi Ji iF -:u ditemukan dalil yang mengkhususkan bagi
bagt

U ,'9 (.r''"-+,)r .ts J+ Seperti Nabi saw menikahi lebih dari


'rr4 4;:i Jz. €Kl\ empat istri. Dan apabila dalil tersebut
i it1 tidak ada, maka perbuatan tersebut tidak
,irr 3l t J;Z 7 i4 dikhususkan bagi Nabi. Sebab Allah swt
b:
telah berfirman, QS. Al-Ahzab : 21:
)_*) 4 P |-D r,r d\e dr,J "sesungguhnya telah ada pada (diri)
t.-. q-.'r i.L Rasulullah itu suri teladan yang baik
a-i-+ !J- l ,JJl
bagimu". Kemudian perbuatan tersebut
.,,i, diarahkan pada waiib menurut sebagian
O (\,ji;-;i j?,2 t-t e,)>.j\
Ashhab Syaf iyyah, baik bagi Nabi
. ,,-. (,i ,.) 'z'.t ,-r-
u-l>J--
y-2. maupun bagi kita, karena hal ini lebih
berhati-hati. Sebagian Ashhab ada yang
menyatakan, diarahkan Pada sunnah,
!,: -\ it \' -'- -'.-,ir tr( karena hal ini lebih diyakini setelah
r#J / !-,.i,,r "+ "l',-t " ,drry, tunturan. Sebagian Ashhab yang
,r-:Y4 (* la -.. i'. " .
L-!.,J+ Ur, !J,. lain menyatakan ditangguhkan, karena
dalil-dalil yang menielaskan wajib dan
LrJ) ,l dJll sunnah saling bertentangan.

Apabila perbuatan tersebut memiliki


unsur selain sebagai pendekatan diri dan
-\L 'V;5 aiUJii ketaatan, maka diarahkan pada mubah
tilu'Ji (' v
(boleh cilakukan)' seperti makan dan
G;l +o g -,i,":L! minum, baik bagi nabi maupun bagi kita.
"5:-K
?enielasan :
Perbuatan dari Nabi Muhammad saw ada dua jenis;
A. Memiliki unsur pendekatan diri dan ketaatan, diperinci;
1. Ada daiil yang mengktrususkan bagi nabi, maka diarahkan
khusus bagi nabi. Seperti nabi yang memiliki lebih dari empat
isr ri dalam pernikah an.
2. Tidak ada dalil (yang mengkhususkan bagi nabi), maka tidak

'115
SYARH At-wARAqAT, Pe njeldson Dln Tonya lawlh Ushul Fiqh

dikhususkan bagi nabi. Dan diarahkan pada wajib menurut


sebagian Ashhab Syaf iyyah, bagi Nabi dan bagi kita. Sebagian
Ashhab menyatakan, diarahkan pada sunnah. Ashhab yang lain
menyatakan ditangguhkan.
B. Memiliki unsur selain pendekatan diri dan ketaatan, maka
diarahkan pada mubah (boleh dilakukan), seperti makan dan
minum, bagi Nabi maupun bagi kita.

Secara lebih terperinci perbuatan Nabi saw dibagi delapan macam:


l. Jibiliyyah, yakni perbuatan yang dihasilkan dari perwatakan asli
manusia, berupa duduk, berdiri, tidur, makan, minum, bergerak
dan ha1-hal lain yang tidak berhubungan dengan ibadah.
Menurut jumhur menunjukkan ibahah (boleh).
Jibiliyyah disertai sifat tertentu, seperti contoh muwadhabah
(secara rutin) Nabi saw minum sebanyak tiga kali, makan di
atas tanah, tidur bertumpu lambung sebelah kanan dan lain-lain
yang tidak secara jelas ada perintah atau larangan. Maka sifat
muwadhabah menunjukkan perbuatan tersebut adalah sunnah.
3. Perbuatan berkutat antara jibiliyyah dan syar'i, contoh Nabi saw
berangkat untuk melakukan shalat Ied lewat satu jalan dan
pulang lewat jalan yang lain. Menurut ahli fiqh madzhab
Syaf iyyah diunggulkan sisi sunnah dari pada ibahah (boleh).
4. Perbuatan khusus bagi Nabi saw. Baik wajib atau mubah
semuanya hanya terkhusus bagi Nabi dan tidak boleh diikuti
umatnya.
5. Perbuatan sebagai penjelas (bayan) hukum. Ini men.jadi dalil
bagi umat dan wajib diikuti. Hukum yang dihasilkan sesuai
dengan dalil mujmal yang diperjelas. Jika hukum dalam mujmal
wajib, maka perbuatan Nabi saw yang menjadi penjelas juga
dihukumi waiib.
Perbuatan yang tidak mengandung rnsur jibilliyah" kh''tsls
Nabi dan bayan di atas. Dalam hal ini terbagi dua:
a. Diketahui arah hukumnya, baik berbentuk ibadah atau yang
lain. Dalam hal ini umat sama dengan Nabi saw. Jika wajib
bagi Nabi saw, maka wajib juga bagi umat.

116
SYARH AL,WARAQAI, Pe nielosan Dan T0ny0 tawoh Ushul tiqh

b. Tidak <iiketahui arah hukumnya. Apabila ada tujuan


pendekatan diri (qurbah), maka menurut pendapat Ashah
menun.jukkan sunnah. Apabila tidak ada tljuan qurbal4
maka menurut pendapat Ashah menunjukkan wajib bagi
Nabi saw dan bagi umat.
7. Sesuatu yang ingin dilakukan, tapi tidak dilakukan Nabi saw.
Seperti contoh sabda Nabi yang menjelaskan Beliau akan
membakar rumah-rumah mereka yang enggan melaksanakan
shalat berjamaah. Hal ini tidak bisa disebut perintah atau
perbuatan Nabi saw, dan hanya sekedar hanm (keinginan). Dan
umat tidak diperintahkan mengikuti, dengan membakar rumah
,1an juga tidak diperintah ingin rnembakar rumah, karena Nabi
saw tidak melakukan apa yang awalnyi ingin dilakukan 50.

Pertanvaan :
Apa perbedaan qurbah (pendekatan diri), tha'ah (taat) dan ibadah?
Iawab :
M€nurut sebagian ulama, tha'ah adalah mentaati perintah dan
larangan. Qtbah adalah sesuatu yang digunakan mendekatkan diri
dengan syarat mengetahui dzat yang hendak didekati. Dan ibadah
adalah sesuatu yang digunakan untuk menyembah dengan syarat niat
dan mengetahui dzat yang disembah.
Referensi :

e..;ftnu 4ati jttg }\t Jri;"J i;rgr 3) ,iC{, f.})t ;C L\h\ "4]-4 jC
(91-. Ly.fr.i),i;xt *r4: +?t Ila *',',1i y i:,y,4\j 41,;12.X\ !i,.; L.h
'Sebagian ulama mengatakan, tha'ah berbeda dengan qurbah dan ibadah.
Karena tha'ah adalah mentaati perintah dan larangan. Qurbah adalah sesuatu
yang digunakan mendekatkat diri dengan syarat mengetahui dzat yang
ltendak didckati. Dan ibadah adalah sesuatu yang digunakan uotuk
metlycmbah dengat syarat niat dan mengetahui dzat yang disembah".

to
Al-wa1i, hrl :74-276

117
SYARH AL.WARAqAT, Pe njelason Donfonyo Jawab UshulFiqh

Iqrar (pengakuan) pemilik syariah atas


ucapan dari seseorangJ statusnya adalah
, - 1,= -tr .i . ,,"<.",
!-?b Jt' +/ +-, O, \.j_r-, sebagaimana ucapan pemilik syariah.
Artinya menyamai ucapan pemilik syariat.
e |GD l:,j< e\ @:.'il\ Sedangkan iqrar pemilik syariah atas
,ti, ,,.2tI J>l
tu) (,da;l
.1 .^ ,(. ,..i, perbuatan seseorang, statusnya adalah
l',Jr '
' e- 'Y - sebagalmana perbuatan pemlllK syarlan'
& t:A 'X 5; '1r.L;: r^t"" beliau terjaga dari memberi
pengakuan Pada seseorang atas
it S; ':tg1 d) iE fi' kemunkaran. Contoh dari iqtar-iqrar di
');t . atas adalah pengakuan nabi saw pada Abu
$j e # \i 4L Bakar atas pernyataannya memberikan
- , -t,-1r\4 ,, =1, i . r 1, ha:ta salb (harta hasil lucutan) dari musuh
,Vy -,;.rJi4\*
, r
,*E yang terbunuh, kepada pembunuhnya.
I , zl
.,1 ki
qDl ei:,c, rr.ll :l -!\>
,.r-ir ,.rJ r\ri Contoh lain, pengakuan nabi pada Khalid
ibn Walid atas Perbuatannya memakan
- 'ldL jE1 hewan dhab ftiawak arab)' Keduanya
j.
. diriwayatk an muttafaq alaih.
n\
4L k Gjt J+q) P.rb.."tr.r y ng dilrkukan semasa nabi
-
v,-&:,"8 '- .- €). 1 saw hidup di selain majlis nabi dan nabi
li i" Cii -.ng.tahui serta tidak mengingkarinya,
i t \-
g.- Jt' ' ) ' 4-''3 ',<!
,J2".- maka hukurnnya seperti perbuatan yang
u ii-- 'J'\r dilakukan di ' majfs beliau. Seperti
a oi' ;i+
H ' ' *; (r-* Abu mengetahuinya nabi saw t€ntang sumPah
Bakar ra untuk tidak memakan
" jii I; ,jll G--j maka.rrn saat dalam keadaan emosi, dan
lul]l .il\: 'i
, .. .--. -, ^- . kemudian Abu Bakar (kembali) makan
65 ui J5 1 I #* *i 4 setelah menyadari bahwa makan lebih baik
J, \< a p $"lr :if::# #"fl'fl^T,,1::*ffi.L Hf
"1
f+\\a))J'** Ath'imah'

Penielasan :
Iqrar secara bahasa adalah mengakui. Secara istilah iqrar atz-it taqtir
adalah Nabi saw diam (tidak mengingkari) atas sebuah perkitaan atau

118
SYARH AL-WARAQAT, Penjelosin Dln Tonya lowab UshulFiqh

perbuatan. Menurut sebagian pendapat, iqrar juga mencakup perbuatan


yang dilakukan di depan atau di masa hidup Nabi saw dan Beliau
mengetahuinya- Karena hal ini diposisikan sama dengan perbuatan
Nabi saw

Pertanvaan :
Apa syarat iqrar atau taqrirbisa menjadi huljah?
Jawab :
Syarat-syaratnya adalah sebagai berikut;
1. Nabi sawmengetahui. Jika Nabi saw tidak mengetahuinya,
maka tidak dapat menjadi hujjah.
2. Kondisi Nabi saw mampu mengingkarinya.
3. Orang yang diakui ucapan atau perbuatannya termasuk mereka
yang runduk dan taat syariat. Jika orang tersebut kafir atau
munafiq maka iqrar tidak menunjukkan bolehnya perbuatan
yang dilakukan.
Referensi :
ui.r\ . L.l :r4t *."i{ c jF . {: jf uri *:.{a# ,;tt 3F;au
:3A\ 35 ,t)a\ \i\\...:,j;j.---iii ,r Ju ir rtr-i)jl & [)\5 6;=: oi i\i-Jl
r, i'; "; i ', -it, ,:, A) ! isi( iajiu \1J-: r:-t: z 'jLi '3r-ii u."]r p
, .

(273-271-- dJ--1..11 +r g-:J1j3j),"1 j;[:]l .a"]1 ;l'r +\i)r iul t


'Sesungguhnya taqrir dapat dijadikan hujjah dengan beberapa syarat.
Pertama, Nabi saw mcngetahui. Jika Nabi saw tidak mengetahuinya, maka
tidak dapat menjadi hujjah.....Keriua Nabi saw mampu mengingkarinya.....
Ketiga, orang yang diakui ucapan atau perbuatannya termasuk mereka yang
runduk, mcndengar dan taat syariat. Jika orang tersebut pembangkang, seperti
orang kafi4 maka iqrar baginya tidak menunjukkan bolehnya perbuatan yang
dilakukan. Imam Haramain menyamakan orang munafiq dengan kafir".

Pertanyaan :

Apakah ada perbuatan yang dilakukan di jaman Nabi saw yang


tidak bisa dijadikan hujjah?
Jawab :
Ada, yakni perbuatan yang bersifat privasi per individu (lumrahnya
tidak diketahui umum), contoh hubungan intim. Atau yang tidak jelas

119
SYARH AI'WARAQAT, Pe nielosan Don Tanya lowab Ushul Fiqh

51.
sampai tidaknya kabar pada nabi
Referensi :
s fi;u, y.- :l'gdut '4;K s-u 4-'& ler'.,x 3 S4vts u: /r-:
'+\ y>,1\ ?.!,),\ id:J\ ^.ic (J,J\ tli liu+f iu+i il; c-, i):t +1"+i;
(273...- el-.Jt
*Mengrcualikan (dai perbuatan dimasa Nabi yang dikeahui) perbuatan
yang dilaiukan di masa Nabi saw yang berupa hal-hal yang umumnya tidak
'terllhat,
seperti ucapa shahabat "kami bersetubuh dan mengalami kendur"'
Serta perbuatan yang dilakukan di masa Nabi saw dan tidak diketahui
tersebarnya kabar hingga sampai pada Nabi saw".

NASAKH-MANSUKH

i;tr uil) lughat memiliki arti


Nasakh secara Iu
;t\-..lrt;-:i
-)'" ' - r:g.:3 -'' menghilangkan. Diucapkan,
Diu' " natahari

tir 'rEtt ' -i rr -i.j jr-ii telah


,
- mafeharl
menghilangkan
melel
bayangan",
melenyapkan
saat
dan

.ii-j) \ilq:! niii3 Gny)i [.J:]:k*\il". ,::#::]: *5TT


.- nendaoat lain. arti nasakh adalah
v :;5 'ji i J.iili :G.; '*.-;,ldrt,. Diambil dari perkataan orang
Arab, " aku memindah isi kita6', saat aku
,JK.! ffi \11 ..'utl i- memindahnya sekalian bentuk tulisan
aslinya.
@.Y€ Definisi nasakh secara syar'i adalah
khithab Yang menunjukkan
--1" jr:tr :u;+r) V'A G'';:) dihilangkannya hukum yang ditetapkan
khithab sebelumnya, dengan cara yang
;', seandainya tidak ditemukan khitab
-r:riu ..-f.tt '--bL\ t- (kedur) tersebut' maka hukum tetap
I \itj,iKj li, +i * r*i |"1'lilf' ,:'j",.,11';',flro1"ul'j3,o ulf$Xi'

t' contoh berzakat dengan susu yang dikentalkan shahabat berkata, "Kami mengeluarkan
fitrah di jaman Nabi saw satu sha' berbentuk susu kental" Daf tidak diketahui apakah
zakat yang dilakLlkan shahabat ini kabarnya sampai pada Nabi saw atau ridak-Al-Bahr al-
Muhith vol Ill hal 273

120
sYARH AL-WARAQAI, Penkloson Don T0ny0lawob UshulFiqh

(pertama). Penjelasan ini adalah definisi


dari nasikh (dalil penasakh). Dari
pengertian nasikh inilah, definisi nasakh
diambil, yakni menghilangkan hukum
'-ea.;j.?,-'.i,p:'
.-.. , ,i , yang tersebut di atas menggunakan
:-+ .:- i<hiihab dan seterusnya. Dr[i, arti,
(l menghilangkan keterkaitan hukum dengan
, L,!U 4-!-l! , ,
perbuatan manusia.
. Dari ucapan pengarang, "y^ng
.-":.A\
-ir -j" ^".L;':J
ditetapkan khithab sebelumnya",
mengecualikan dihilangkannya hukum
yang ditetapkan berdasarkan bara'ah
ashliyah (tid,ak adanya tanggungan
r,p1+$3r P:; ,3i secara asal), yakni tidak adanya
tuntutan atas sebuah perbuatan.
-)S :, :'.j-Uil oU4 El'..L-. . Dari ucapanku (pensyarah),
"menggunakan khitha? yang diambii
2,2ir:)-r:L) .rir l-i1r dari perkataan pengaran&
mengecualikan hilangnya hukum sebab
-3<
5y;i gg tre tF;, kematian dan gila.
. Dari ucapan pengarang, " dengan
\);1ii {;n rJ i;"li +u+r cara...dan seterusnya", mengecualikan
ketika khithab pertama dibatasi dengan
:.i.ll LJLL:l-U
)1!J'9'
7 z. :L batas akhir atau diikat dengan sebuah
alasan makna, kemudian khithab kedua
. ,. ..' \i ':,r .,,. ..!., menjelaskan kesimpulan dari batas dan
-=- rJ4 ) aJP eLl) !r.a:ad
alasan makna tersebut. Maka khithab
i,-.,i.1 ,1,. ,,ii,
:ul\,J 4!3 4u' u )r_ kedua ini tidak bisa disebut menasakh
khithab pertama. Contoh firman Allah
-j:t;;nil,;,st611r\r swt Q!. Al-Jum' ah:09: "Apabila diseru
untuk menunaikan shalat Jum'at, maka
,:_: bersegcralah kamu kepada mengingat
,) 4!rJ) ) Jlr&u Allah dan tinggalkanlah jual beli"
-...1 r !.arru
r.,..+ .:. ,t<, ._i,,. . -t
La! i--.J I r.rr:J Haramnya melakukan transaksi jual
tl r-7 beli dibatasi dengan batas akhir
-a ' ,- selesainya shalat jum'at. Maka firman
: lt! ,J.! !l i llrJ ) l
Allah swt Q!. Al-Jum'ah: i 0: %pabila
- I ,.,:.. telah ditunaikan shalat, maka
bertebaranlah kamu di muka bumi; dan

121
SYARH AI-WARAQAT, Pe njellsln Don Tonyl lawob Ushul fiqh

'1itt carilah karunia Allah'


1L 6t;)1r;a.r\t 4 tidak bisa dikatakan rnenasakh khithab
a a 4t .-\. .r, l. ,,ii' s ,,
r.>!! dlg,tu !,lr)\J ---zJU pertama, namun (ayat ini) sekedar
1,.J_ - --. e."
menjeiaskan batas akhir keharaman.
,dt i;t\Sj Contoh lain, firrnan Allah swt qS. Al-
Maidah:95: Dan diharamktn atasrnu
-"' ". , ,i' .--',, (menangkap) binatang buruan darat,
L"i f) r.,lr{.€ '.
d-,J' rr}, selama kamu dalam ihram"
i'--- 4J3 '. -. i,.'<l Tidak bisa dikatakan ayat di atas
:d\! 'i... arL.J JL4J ) telah dinasakh oleh firman Allah Qg.
A1-Maidah:02: 'Dan apabila kamu telah
"B!u#uptr!!' menyelesaikan ibadah haji, maka
n , ., ,-. .i, bolehlah berburu"
,)\ uJ l-\-*- Dikarenakan haramnya berburu
adalah lantaran status ihram yang
*
t. *
'1._
a.1...-
:":,-r c kemudian menjadi hilang.
. Dari ucapan pengarangr " setelah ada
L.,i ) {u iy tv*\, Jn\ selang wakti', mengecualikan hal-hal
yang bersambung dengan i<hithab,
r:i,-' r ,i
2*:)' seperti shifat, syarat dan istitsna'.

Penielasan :

Nasakh secara lughat memiliki dua arti, menghilangkan Can


memindah. Nasakh secara istilah adalah menghilangkan hukum syar'i
dengan jalan syar'i dengan adanya selang waktu.
Uraian:
. Maksud 'menghilangkan', bahwasanya khithab Allah swt
mengikat perbuatan manusia seandainya dalil penasakh tidak
ada, maka hukum tetap berlaku. Namun kemudian dalil
penasakh inenghilangkan dan memutus ikatan tersebut dari
perbuatan manusia.
. Maksud 'hukum syar'i' mengecualikan hukum akal seperti
bara'ah ashliyah di atas.
. Maksud 'jalan syar'i', memasukkan khithab Allah swt dan Nabi
saw, perbuatan dan tagrrr Nabi saw. Mengecualikan jalan akal,
seperti hilangnya hukum dari orang mati, tidur, lupa, gila dan
sebab mati, lupa, tidur dan gila.

122
SYARH AL-WARAQAT, Pe nielasan Dln Tonyl lowab Ushul Fiqh

. Maksud 'adanya selang waktu', mengecualikan syarath, shifat,


dan istitsna'.
Beberapa persyaratan nasakh;
1. Dalil yang dinasakh berbentuk syar'i, bukan aqli (akal)
2. Dalil penasakh turun dengan selang waktu dan terpisah.
3. Dengan jalan syar'i, bukan ialan akal.
4. Dalil yang dinasakh tidak dibatasi waktu atau dibatasi dengan
batas tertentu, seperti keterangan di atas.
5. Dalil yang ada boleh dinasakh. Tidak boleh menasakh dasar
tauhid dan hal-hal yang diketahui secara dharuri (pastt).
6. Penasakh berupa dalil khash disyaratkan datang setelah dalil
umum diamalkan.
7. Hal yang menuntut dalil yang dinasakh berbeda dengan yang
menuntut dalil penasakh.
8. Terjadi di masa Nabi saw. Setelah Beliau wafat tidak ada nasakh
karena telah sempurnanya syariat 52.

Pertanyaan :
Bagaimana kita mengetahui penasakh turun lebih akhir?
Iawab :
Dengan beberapa cara;
1. Dengan ijma'
2. Penjelasan Nabi saw. Contoh Nabi saw mengatakan, "dalil ini
menasakh dalil sebelumnya", "dalil ini setelah dalil
sebelumnya"
3. Dengan dalalah. Contoh hadits tentang ziarah kubur.
4. Menjelaskan perbedaan dengan dalil Pertama. Seperti
menyebutkan sesuatu berbeda dengan apa yang disebutkan
pertama kali.
5. Ucapan perawi. Contoh perawi mengatakan, "dalil ini lebih
dahulu dari dalil itu".
Referensi :

is'ck * 6at *;+;f 1\:>!! ct)1 a*i ta\ ei" lq'&t \;t: <,4t)

t' Alwrli, h"l ztr-244

123
SYARH A|"WARAQAT, Pe njeloson Don Tonyo )owob Ushul Fiqh

,A\ t-,V JL'4 eS 4:: e{+*( rl11t ji 1K'x li; ji lKl t5 1:;
4;'ti"gi *-'"5"'v +)+ .!6 vi l'4ik rj"lr +y+ aE ,ia\:ie ;rj
(1oe --- ,i-uar)oljui
a]a &r 1r fr9r
"(Penutup) nasakh diketahui dengan penanggalan penasakh yang lebih
akhir. Hal ini dapat dikeahui dengan ijma', atau penjelasan Nabi saw; seperti
Nabi saw mengataka4 *dalil ini menasakh dalil sebelumnya", *dalil ini
setelah dalil sebelumaya". Atau dengan dalalala seperti I{R. Muslim; "Aku
telah melarang kalian ziarah kubur, maka (sekarang) ziarailah kuburan!'l atau
menjelaskan perbedaan dengan dalil pertama, seperti menyebutkan sesuatu
berbeda dengan apa yang disebutkan pertama kali- Atau ucapan perawi,
*dalil
ini lebih dahulu dari dalil itu".
Pertanyaan :
Mengapa dali1 khash yang datang setelah dalil 'am (umum)
diamalkan dinamakan nasakh, bnkan dinamakan takhsish?
Iasabj
Karena seandainya dinamakan takhsish, maka akan mewajibkan
adanya bayan (menjelaskan) sebelum dalil 'am diamalkan. Jika tidak
demikian, maka akan terjadi penundaan bayan dari waktu hajat (saat
dibutuhkan) yang tidak diperbolehkan.
Referensi :

y ,U, F;Jl ,fs iq-:--.


erij! lu;)ijki f! L::"E ., i;j
J3t',4 iu';itvy:
(244...-tF)ii\ Ju- ,+i -};i d--Ul .-!;
. )t)
,; ori: r.:L ik'15
*Dan =-.
sesungguhnya saye mengarlggap dalil khash setelah (dalil 2m)
diamalkan sebagai nasakh, bukan takhsish, karena seandainya dinamakan
takhsish, maka akan mewajibkao adanyz bayan (menjelaskn) sebelum dalil
'am diamalkan- Jika tidak demikian, maka akan terjadi penundaan bayaa dari
waktu hajat (saar dibutuhkan). Daa (penundaan) itu tida* diperbolehkan".

i,,t;-, .
Lj t 5-,\ Diperbolehkan menasakh rosm
'r^Llt
t
'J .,Jt
(tulisan) dan menetapkan hukumnya.
\:j-r rir jAli-. )at .'5 contoh:
4iui.;*}: ri; rir i;jir; i;_iLr
*Lakilaki tua dan r+enira rua kerika
.iiJl Ui#',U keduanya
berzina, maka njamlah keduanya dengan pasti"

124
SYARH AI-WARAqAT, Penjelassn Don Tanyl llwob Ushul Fiqh

Salyidina Umar ra mengatakan, "Aku


sungguh telah membaca ayat tersebut",
diriwayatkan oleh Imam As-Syaf i dan
lainlain. Dan Rasulullah saw telah
,i: i,r i . .+.1 i,,- -.- (memerintahkan) merajam dua orang
fnrlhsh4n riwayat
pezina muhshan, flurrvrt Muttafaq
tMrlttrl4n alaih.
rlrrh
Dua orang inilah yang dimaksud &1:]l dan

DiPerbolehkan juga
menasakh hukum
i;3t; o5u it-it r.i:- udn
^ ,mene_tapkan
..,
ros_mnya. Contoh:
- ,:.- ,-,i.r r, .,,-..-.t
E& lEi) | a"J-,.,,"i ..t.., -,.i,-
t,1 t ,=,' ,,.-'- .- i, :..-' +i)' 4)4) €4 at* Jt*')
,* \e"jt ,\bt l:9.\ e*) (240:;Jrl) Jpl J!
'Dan orang-orang yang akan meninggal dunia
a LL-j e+ a*)a ,l)1) di antara kamu dan meninggalkan isteri,
berwasiat untuk i.tteri-isterinya, (yaitu)
Z, - ,. ,-,i hendaklah
uu; . ,-'(, 4:-)
it V\)\ diberi nalkah hingga setahun lamanya"
Dinasakh dengan ayat:-
,
of \ ;r-:f
-.i t : r,i
'.:i - . =-=. !!
C+ 9J,-r
,
ffrj ji,\,q\-l"r;\j*j;
'(hendaklah paru isteri in) menangguhkan
,'.- 1.-"i
"i ta)\ ditinya (ber'iddah) empat bulan sepuluh hati"
t/:,ta ,q:\
Dan juga menasakh hukum dan rosm
!. . t.t t,"-
(jJ-I> .r- t \,r
.-.,,
'Jrll
,..-'
z--"1r,
sekaligus. Contoh HR. Muslim dari
'Aisyah ra :
,,--' e,..t.- rt;;
LJ Jb 4+tc Ot * 3aj:'U')JJ :'V 'tK Jjt::
'Ada dalam perkara yang dinrunkan, sepuluh
susuan yang diketahui dapat menladikan mahram"
-",-t ''.,".-t-.,-
.jtrs= t->u9t* a-,as,
r'-,i,-2...-
-,.-! J'r -1 t. "Lima susuan yatg diketahui daPat
j'f 9-"' 4"'a ,H meniadikan mahrem"

Penielasan :
Pembagian nasakh berdasarkan hukum, bacaan (tilawah) dan
tulisan (rasz) secara lebih terperinci;
1. Manasakh hukum, menetapkan tilawah dan rasrz. Contoh ayat
tentang iddah di atas. Contoh ini terdapat banyak dalam al-
Qur'an.
2. Menasalrh hukum, menetapkat tilawah d.an rasm, serta
menghilangkan tilawah ayat penasakh dan menetapkan

125
SYARH AI-WARAQAT, Pe njelason DonTonyo lowab Ushuifiqh

hukumnya. Contoh firman Allah swt QS. An-Nisa:15;


,r?\-a^iA J; )A\ o'i;i-;k
*Maka kurunglah mereka (wanita-wanita itu) dalam rumah
sampai mereka menemui aja!nya"

Dinasakh hukumnya dengan dalil penasakh yang tilawah dan


rasrrrnya dinasakh, namun hukumnya ditetapkan, yakni;
;::li \:iFjG \ij ri\
C,-:ri
;5ri
'Laki-laki tua dan wanita tua ketika keduanya bczina, maka
raiamlah keduanya dengan pasti"
3. Menasakh tilawah, menetapkan hukum dan tidak diketahui
dalil penasakhnya. Contoh;
*ai ui,F)u ci rlt s.:.iJ! djJ I

"Laki-laki tua dan wanita tua ketika keduanya berzina, maka


njamlah keduanya dengan pasti"
4. Menasakh hukum dan tilawah, serta manasakh tilawah dan
rasn dalll penasakh, namun hukumnya ditetapkan. Contoh
ayat tentang masalah susuan di atas 53.

Pertanyaan :
Apa maksud menasakh rasnr?
Jawab :
Maksudnya adalah menasakh lafadz al-Qrr'an. Artinya,
menghilangkan wajibnya meyakini sifat qur'aniyah dalam lafadz
tersebut, serta menghilangkan hukum-hukum khrisus di dalamnya,
seperti haramnya menyentuh bagi orang yang berhadats dan haramnya
membaca bagi yang junub.
Referensi :
, u ';'is 4;\'3 , bt; i',', qij ruil ,-,;, C 4\ 9i1t 5; 1;1t i61
3\
(103 -..- 3-l.iijl)! \ u;L\rr\;, ++:)\
"(lJcapan pengarang: rasm) maksudnya adalah (menasakh) lafadz al-
Qtr'an- Artinya, menghilangkan wa.iibnya meyakini sifat qur'aniyab dalam
lafadz tersebut, serta menghilangkan hukum-hukum khusus di dalamnya,
seperti haramnya menyentuh bagi orang yang berhadats dan haramnya
membaca bagi yang junub"-

" At-waii, hal246'247

lZO
'lanyo
SYAHh Ai..$i;;BQAi Pp njeioson Dan )awob Ushrtl tiqh

,1 i,- \.. i' 2.a,, .-..-' Nasakh terbagi menjadi nasakh


'
*-9 , ,11. l! ,ll ,r*iJ I --..l-:J
)-- ",i._-l \- -,,r, dengan pengganti dan nasakh tanpa
]'(s-r ai e uS ( Jii pengganri. Bagian yang pertama seperti
ijli
menasakh menghadap Baitul Maqdis
,.-,,
-..t-\. l't--c-,"t- . *.ll-JI
o-rlJl =.,\, !:! dengan menghadap Ka'bah, dan akan
dijelaskan nanti. Bagian yang kedua seperti
,., i,.. i.. ,,-, .'r,,- -i-.-
l)1, l\,i 4.i,i l.), lt:]lr, lL*q
dalam firman Allah swt 'Apabila kamu
mengadakan pembicaraan khusus dengan
'..-< JjFlr it
'.t\ -:3u
Rasul hendaHalt kamu mengeluarkan
9+ it:: !*-'-og "..i.
sedekah (pada fakirniskin) sebelum
a.-. ,t '-.i pembicaraan kamu54
'"'b i:\+ Terbagi juga dalam nasakh yang
dirijl
..2 ,( .,tti. \-" Dens8antinya lebih berat, seperti
/-t - ;--l
li-- '-);ir .-a . ll: I 'menasakh bolehnya memrllh antara puasa
Ramadhan dan membayar fidyah, menjadi
Jl y,_'{tl a6t U- & ditentukan puasa saja. Allah swt
-'.i' t - !lr,- i.. . .r! ...
i'-. Ju berfirman:
,Dan wajib bagi orang_orang yang
ur}r LFJ f .:rar +t!

,.. i,-. aJ.l 2.,. 4i-"


\.< ,lli, 4J! berat menjalankannya (jika mereka tidak
',-J , {t! '..t", ,
^. berpuasa) membayar fidyah"..sampai
firman Allah swt: 'barangsiapa di antara
;.LI;ArA-"r' kamu hadir di bulan itu, maka hendaHah
ia berpuasa pada bulan itu"ss
4:;#ti:-i-;vlr,1 Dan nasakh yang penggantinya lebih
, i,- ringan, seperti dinasakhnya firman Allah
a)r-+ 4.. jl=
"t ',
,-rl .l\,.i swt: "Jika ada dua puluh orang yang sabar
diantaramu, niscaya mereka a*an dapat
gj,- *|e +!C !."],? dzr- mengalahkan dua ratus orang musuh''6
Dengan firman Allah swt: 'Maka jika
,jta aJV df:-? dP ada di antaramu seratus orang yang sabar,
fj-.+
niscaya mereka akan dapat mengalahkan
dua ratus orang kafir"

Penielasan :
Nasakh terbagi menjadi dua;

to
es. Al-Muladilah : 12
5s
c15.Al-Baqarah: 184
t"
es. Al-Anfal , E5

127
SYARH AI.WARAQAT, Penjellsln Don Tonyo llwob Ushul tiqh

1. Nasakh dengan tanpa pengganti. Contoh QS. Al-Mujadilah:l2


di atas.
Nasakh dengan pengganti, terbagi tiga;
a. Penggantinya lebih berat. Contoh seperti di atas (menasakh
bolehnya memilih antara puasa Ramadhan dan membayar
fidyah)
b. Penggantinya lebih ringan. Contoh ay^t tentang
mushabarah (sabar dalam perang) di atas.
c. Pengganti yant menyamai. Contoh dinasakhnya
menghadap Baitul Maqdis yang ditetapkan berdasarkan
sunnah fi'li1yah (perbuatan) dalam hadits shahih Bukhari-
Muslim dengan menghadap Masjidil Haram dalam firman
Allah;
(144 rJ-a,rl)
l:Fil
*Palingkanlah
)ri\:yia+.j
ig
mukamu ke arah Masjidil Haram"

(yt;$j! ..,tSjr U':,F.:.) Diperbolehkan menasakh al-Kitab


dengan al-Kitab, seperti contoh terdahulu
ii ,i i-r11 Y< dalam dua ayat tentang 'iddah dan
r*,lr ?..2t
mushabarah (bertahan dalam peperangan).
---,.
.jt .a)l'i, Dan menasakh as-Sunnah dengan al-Kitab
" seperti contoh terdahulu tentang
ffi: rf t:u(j! *X\ U) menghadap Baitul Maqdis yang ditetapkai
. berdasarkan sunnah fi'liyyah (perbuatan)
.,:\i:t ol:il .; Jq4:t ., dalam hadits shahih Bukhari-Muslim,
dinasakh dengan firman A11ah swt:
(taaa,att) pt/l )a3\)iO|+j Jj
1-< i" ,,.
"" - Jl
!-'{-.) o4 9-sc;,ff-at ,, "Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil
172 rarn

5 tLt-,,r--ir .,_-jr --:: Serta (menasakh as-Sunnah) dengan as-


'r rJ Sunnah, contoh HR. Muslim :

, -. , . ,: ,t r;. -,- "Aku telah melarang kalian ziarah kubur,

128
SYARH AL-WARAQAT, Penjelosan DIn f ony| llwab Ushul Fiqh

a:1^tU ,-U_dr
e e e_<*.,
,: .1L Pengarang tidak menjelaskan tentang
- menasakh al-Kitab dengan as-Sunnah dan
menurut sebagian pendapat hal ini
diperbolehkan. Dicontohkan dengan
't --i ... .,.' - ,
fs--Ie !+
"1-
lrJ firman Allah swt: 'Diwajibkan atas kamu,
apabila seorang di antara kamu
+-,j\ W i5 j! c,;i iedatangan (tanba+anda) maut, iika ia
- ,. _,-i\,_ .,,_, , meninggalkan harta yang banyak,
,
s"r+- e oy)! ++b! berwasiat unruk ibu-bapak dan karib
_

. t.t
)' i. - (r' 'r---)
.i - - , ,.1, kerabatnya'i Dinasakh dengan HR. At-
erJ- Tirmidzi dan selainnya : "Tidak ada wasiat
=-l '1)
:i ,l\4r1i'- - .)\>!
4Jl .t i '-. :i l,,. i-91{
le 4ru
t'^,- ldiperbolehkan) bagi ahli waris"
'
Pendapat ini tidak diserujui dengan
,i; .U-,jL ,jt-jjt ;:; j alasan haciits yang digunakan berupa

r- i * -i)i *;; bahwa dalil mutawatir tidak boleh


,./',, t .. ,.t. ,. .2
+L!l 1

. dinasakh dengan dalil ahad. Dalam


q ,4e, +)+ &i 4i'lL redaksi lain dikatakan, tidak
diperbolehkan menasakh al-Kitab dengan
'r;\ j;".-a\ .:\. i3;: t5 as-Sunnah. Berbeda halnya takhsish al-
Kitab dengan as-Sunnah, karena takhsish
dinilai lebih ringan dibanding nasakh.

Penielasan :
Perincian nasakh yang diperbolehkan sebagai berikut;
1. Menasakh al-Kitab dengan al-Kitab, contoh dalam dua ayat
tentang 'iddah dan mushabarah (bertahan dalam peperangan)
di atas.
2. Menasakh as-Sunnah dengan al-Kitab, contoh tentang
rnenghadap Masjidil Haram di atas
3. Menasakh as-Sunnah dengan as-Sunnah, contoh HR. Muslim :
t;nj r_rr' i :V: rs'-L{j- jS
'Aku tclah melaraog kalian ziarah kubur, maka (sckarang) ziarailah
kuburan!"
4. Menasakh ai-Kitab riengan as-Sunnah, contoh Q!. Al-
Baqarah:180 dan hadits at-Tirmidzi di atas. Dan bagian ini
masih diperdebatkan ulama.

129
SYARH AI.WARAQAT, Pe njeloson Dan Tonya Jawob Ushul Fiqh

Pertanyaan :
Mengapa takhsish dinllai lebih ringan dibanding nasaffii?d.an apa
perbedaan keduanya?
Iawab :
Karena nasakh menghilangkan hukum secara keseluruhan, beda
dengan takhsish. Perbedaan keduanya, takhsislt adalah menjelaskan dan
mengkompromikan dua dalil, sedangkan nasakh membatalkan dan
menghilangkan.
Referensi :
g ',jtt Ju ulaat+>e r:Kr\:l ;i-Lt 5';;,At
L,- L a\_
-- \l
(;)\ ,r j*i I;l
( l 08 ..-- .)-r--ll ) 3' ;-l ;; ju:.-l
r
; :j:.iit';i Js . ;-,;t, i\,'.:i+r.:i,,
i5 t'z--.,c
*(Ucapan pensyarah: e,,- r

lebih ringan dari nasakh) karcna nasakh


menghilangkan hukum secara keseluruhan, beda dengan takhsish. Imam Al-
Adhud mengataka4 saya telah membedakan keduanya, bahrzasanya takhsish
adalah menfelaskan daa meagkompromikan dua dalil, sedangkan nasaklt
membatalkan dan menghilangkan".

r-\;l\ ;V!\ i:: :1b Diperbolehkan menasakh dalil


mutawatir dengan dalil rnutawatir dair
-..'\,- ,-(i, ,--r.:, r.:-
llFlj )E)t ;l;)l e;j Calil ahad dengan dalil ahad dan ciengan
i.tt-, , . _.1. , ^- ...-.. dalil mutawatir. Dan ridak i{iperbolehkan
;FK (rlrll * :A'l: menasakh dalil mutawatir seperri al-

-,;;ir g 4l ::! ()tr!'y) Qrr'an dengan cialil ahad, karena dalil


ahad lebih lemah kekuatannva. Menurut
'",:\ Rajih (unggul) hal
F ct:-S 3V pendapat
diperbolehkan, karena sasaran nasakh
ini

& il'Jlg ii-ll d31 adrl"h hrkum, dan dalalah (arah makna)
" atas hukum dari dalil mutawatir bersifat
;r'JK a;:L;7[:r! dhanni (dtgaar) sebagaimana dalil ahad.

Penielasan :

Mempertimbangkan derajat dalilnya, disimpulkan nasakh yang


diperbolehkan sebagai berikut;
1. Menasakh dalil mutawatir dengan dalil mutawatir
2. Menasakh dalil ahad dengan dalil ahad

130
SYARH AL-WARAQAT, Pe nieloson Don Tonya Jowob Ushul Fiqh

3. Iv{enasakh dalil ahad dengan dalil mutawatir


4. Menasakh dalil mutawatir dengan dalil ahad, menurut
pendapat Rajih (unggul). Karena sasaran nasakh adalah hukum,
dan daialah (arah makna) atas hukum dari dalil mutawatir
bersilat dhanni (dugaan) sebagaimana dalil ahad.

Pertanyaan :
Mengapa dalalah (arah makna) dari dalil mutawatir berci{at dhanni
(dugaan) menurut pendapat Rajih?
,Iawab :
Karena ada kemungkinan makna yang dikehendaki adalah selain
yang sudah ada.
Referensi :
(108 -- 3-*ill)-.\c\;-;$',tA\ J;L;-b\ )\A &\(ryi$)
"(Ucapan pensyarah: bersifat dugaan) karena ada kemungkinan makna
yang dikehendaki adalah selain yang sudah ada".

PERIENTANGAN DALILDALIL

,;,\;r \1\) eiuilt u (,'l;j) Ketika ada dua dalil ucaPan


, '
bertentangan, maka tidak terlePas
["4 Ji Ur '$+ $ oUE adakalanya keduanya 'am (umum),
UIt u^1;i ji ia\t 'ri i;V umum dan yang lain khusus, atau masing-
2, . " ,. masing dari keduanya umum dari satu
Vi+ *'s 5 ;' Ug i'i\j ,.gi, khusus dari segi yang lain.

+r bt,;.', # :r\3v k.dili:'" fiffif "l:ild;I:',i];


-, .i .\i a.\- ' \i, .,.'
,,i , -'r-i (iam'u), maka harus dikompromikan
f3-r Jp d..''c oD o-*/
1
dengan mengarahkan masing-masing pada

$ * -F =q (C-+ L'{+ "sejelek-ieleknya saksi a'datah oranT yant


Jlr.1,:-l'e-.l\ ' . - ,i,,
", t .. y'. r--r+-
.t ,,.
orui 9B
bcrsaksi sebelum diminta bersaksi"
Dan hadirs:
,t;,:") '".i:ii" i1 JJ ,ii- 'Sebaik-baiknya saksi adalah oran9 yarg
bersaksi sebelum diminta bersaksi"
Hadits pertama diarahkan pada
keadaan dimana orang yang berhak

tJt
SYARH AI-WARAQAT, Penleloson Don Tonyo lowob Ushul Fiqh

r:1 u $ fi"li J.-J liii't.; bersaksi mengetahui adanya persaksian,


dan hadits kedua diarahkan pada keadaan
j-f'tb \ii qE. :i[i.Jt i ;; ;:K orang tersebut tidak mengetahuinya.
Hadits kedua diriwayatkan Imam Muslim
dengan redaksi :
'Apakah aku belum mengkhabarkan
kepada kalian tentang sebaik-baiknya saksi,
i.i _1\-.". .,i- -..i, ,,1u ,.^ yakni orang yang menyampaikan
J+ !rq-:n qg t.9lJJt )t4:)\ 1* persaksiannya sebelum diminta bersaksi,
t\1.--- 6-..i,- 1i(r. r:ii.l r.i
i; J.- Dan hadits pertama
u)') *"^7 " makr:anva disepakati
"* cJ- dalam hadirs:
"Sebaik-baik kalian adalah di masaku,
kemudian ord n7-ora ng set ela h nya......sa mp,t i
"'-". t.'- . =1 t"'- i,,':,i- sabda Nabi saw...kemudiao akan ada setelah
f"-? .lJ== lJ 3J, dl f.(,*
mereka kaum yang bersaksi sebclum dimintai
ririjj-: 1,1 l:;,ilJ-:^}:t persaksian"
.-,:._- ,., Apabila.. keduanya
,., .- "" .: ": .'',. dikompromikan, tidak mungkin
\:ii;i a+l J=t i!) maka keduanya
"j
,..,,,,;,-r!,.i.ui \.ut";o.@-r:
,-,_, ditangguhkan, jika penanggalannya tidak
(
e-Jr'!r C diketahui. Artinya, (ditangguhkan) sampai
\. .i
'a -' -,'t-
u-6-r>l >J
.; i. ,i datangnya muraljih (faktor yang
-l.al ,]l ,tl rcl mengunggulkan) atas salah satunya.
t, . 4tjl9
:dL! 'i,.
'i. " 4U4 Contoh, firman Allah swt QS. An-Nisa:O3:
Ztau budak-budak yang Lamu miliki"
,. '- r,-'i !:-\-ii
, z-i- ,. .i..
tr Dan firman Allah swt QS. An-Nisa':23:
(-:-rl+l Jl
'Dan menghimpunkan (dalam
i, /.=. pcrkawinan)
-
: ll!aJJr dua perempuan yang bersaudara"

,,.':: (i, ... t ti.,


Ayat pertama memperbolehkan
'."i mengumpulkan dua wanita bersaudara
dengan kepemilikan sahaya, dan ayat
i^Jl 4! 4\ i'F JSiu kedua mengharamkannya. Kemudian sisi
'irat €, ())-i i? 1tl:\ haram diunggulkan' karena lebih berhati-

v;ir\)- Jika penanggalan (dari keduanya)


diketahui, maka dalil yang lebih dahulu
i"'*it e ertrl # iG) dinasakh dengan. dalil yan! akhir. Seperti
.i ., contoh dalam dua ayat tentang iddah
-. tlf--(iU-l!
;GjJt ,"r9 get ,3 kematian dan dua ayat mihabarah
,-.;,t,.,-...,i,,..:. -.-t -
p,
,\t . i. (bertahan dalam peperangan). Keempat
]' \:-.!-\-tu -lJ r JLaJI !1.
o
y-, ayat tersebut tetah dtsebutkan dr atas.

'132
SYARH AL-WARAQAT, Perleloson Don Tonyo lowob Ushul Fiqh

Penielasan :
Apabila dua dalil ucapan bertentangan, maka dipilah sebagai
berikut:
1. Keduanya 'am (umum)
2. _ Keduanya khash (khusus)
3. Salah satunya umum dan yang lain khusus
4. Masing-masing dari keduanya memiliki sisi umum, dan sisi lain
yang khusus.

Apabila keduanya umum, maka diperinci sebagai berikut;


1. Keduanya mungkin dikompromikan (7az'u), maka harus
dikompromikan dengan mengarahkan masing-masing pada
keadaan tertentu. Contoh tentang masalah saksi di atas.
2. Keduanya tidak mungkin dikompromikan, maka;
a. Jika penanggalannya tidak diketahui, maka ditangguhkan
sampai datangnya muruiih. Contoh ay^t tentang
mengumpulkan dua wanita bersaudara di atas.
b. Jika penanggalan diketahui, maka dalil umum yang lebih
dahulu dinasakh dengan dalil umum yang akhir. Seperti
contoh ayat tentang'iddah kematian dan ayat mushabarah
(bertahan dalam peperangan) di atas.

Pertaayaan :

Apa pengertian tarjihldan apa saja syarat-syaratnya?


Jawab :
Secara bahasa artinya taghlib (memenangkan). Secara istilah adalah
menguatkan salah satu dari dua amarah (tanda-tanda) dari yang lain
' dalam rangka untuk diamalkan.
Di antara syarat-syarat tarjih adalah;
1. Dilakukan atas beberapa dalil. Tidak berlaku atas statement
ijtihad dalam madzhab.
2. Dalil-dalil tersebut menerima dipertentangkan secara dhahir.
Sehingga tidak berlaku dalam dalll-dahl qath'i.
3. Tarjih dilakukan berdasarkan dalil. Namun menurut ahli Frqh
hanya mensyaratkan tidak mungkin diamalkannya satu persatu
dalil yang bertentangan, meskipun hanya dari satu sisi.

133
SYARH AI-WARAQAT, Pe njelasan Don Tonyo )owob Ushul tiqh

4. Diunggulkan berdasarkan maziyyah (nilai lebih) bukan dengan


dalil tersendiri (terpisah). Mengenai boleh tidaknya tarjih
menggunakan dalil tersendiri, ulama berbeda pendapat.
Referensi :

(473 -.- ti-:)i)


"Tarjih secara bahasa artinya taghlib (memenangkan). Secara *tilah
adalah menguatkan salah satu dari dua amarah (tanda+anda) dari yang lain
dalam rangka untuk diamalkan".

'ii 4; 6;ge.-;t \ii-,; iiit l; l'.,*rif ij-ir , YtN etj! I


'i.s;Ellr!
j\31r....J+:tr j:;.U;'a*.eiEi U) y+'il'
J- *)A,4;.ir ir., , + S; i
jJul'. ....qr:;i' +-{iq'i;:: <u;il, iu; ;r 5ii
-F !1 i+.,i -,+ul,
lr;jr ; 'r*.,e: "*Au;t*"i, :+i :A.rLii, i f ** ,E \G: e=,r\
j: iuo r ;r)t +r "c'ji 1,...i iF rii +:j j'= Sj, ,*i i 3i,;;;
1..)\r-)rv
;';: J\ ,,.rlr ll,Jr....,r.:3' ,* j;i jCt'!5 u",";i ,U1 ;J;i ;! ai
|.J--)9...

:j , (r..,r;i) ,.J; ij r !;;t\ il y; -# +r rrl


-u::i'r-r1u
.i
j','"t-;;,-r,,2rtt iuiij , (3u-t\) ,
-t+1, f U
j+j ;r. j:i *;t _U
":;t
'+\:tA\ ?1i iGb;5 :vty Et i;: i\;;Jii) alr;.jr.jr
(32
'f e9
'Kemudian dalam tarjih terdapat beberapa syaral. Pertama, dilakukan
atas bebcrapa dalil- Beberapa dakwa (statemen) tidak bisa dimasuki tariih.
Disimpulkan dari sini, bahta tarjih tidak berlaku dalam madzhab, karena
bcrisi murni dakwa yang butuh dalil.....Kedua, dalildalil tersebur menerima
dipertcntangkan sccara dAahir. Dari sini disimpulkan beberapa masalah,
(pertama) bahwa tarjih tidak bcrlaku dalam dalildalil qath'i.....Ketiga, tariih
dilakukan berdasarkan dalil. Ini mengikuti jalan pemikiran ulama ushul,
tetapi ahli rtqh berbeda dengan mereka, dan diikuti lbn Arabi dalam al-
Mahshul. AAli liqh mcnsyaratkan tidak mungkin diamalkannya satu persatu
dalil yang bertentangan. Jika muagkin, mcskipun hanya dari satu sisi, maka
tarjih dilarang. Justru harus melakukan pcngamalan dalil, karcna hal itu lebilt
baik dari pada membuang salah tatunya. Dan memakai lebih baik dari pada

134
SYARH AL.W;;IAQAT, Penjelosln Don [anya )awab Ushu]fiqh

mcnganggurkan....Kcenpat diunggulkan berdasarkan maziyyah (nilai lcbih)


bukan dcngan dalil tersendiri (terptsah). Apakah boleh tarjih menggunakan
dalil tcrsendiril ada dua pendapat. (pcrtama) ya boleh, seperti maziJyah,
bahkan lcbih baik, karena dalil tersendiri lebih baik daripada yang tidak.
(kcdua) dipilih oleh Al-Qdli dan disandarkan pada banyak ulama, dilarang,
karena unggul mcrupakan si{at dalil, tersendiri bukan sifat dalil iu."

Pertaavaan :

Apakah pertentangan terjadi dalam dalil yang berbentuk perbuatan


@li)l?
Jawab :

Dalam hal ini ada beberapa pendapat ulama;


1. Menurut pendapat masyhur, tidak terjadi.
2. Menurut Imam Ibn al-'Arabi ada tiga pendapat ulama.
3. Menurut ulama lain seperti Imam al-Qrrthubi, terjadi. Hal ini
apabila mengikuti pendapat bahwa dalil perbuatan
menunjukkan hukum wajib.
Referensi :
u;i;\ ;=a.e-r UL,-;,Ur :'-,4Jz)vr\\ e;i &)ua\34 { fii;.iju
r-' i i+ r'J\- y)4 +s'rst A-3 & e-i q ! +r1 ;!i,-, &r1 aH- ii :@ {
er:;.ji 6; ++ 'i i;'ir '^+'J\'*JL\ c c'Erli 3,\ i a;i fr:-t t
-F Gl,-rL' r"'"j4 F ri ouil \.?;
\'rS-;r'F' J' ii ';; ;i:rg'
\4;\ij'h;3\ L;:;i fGi --nte )rLA\ tq A'A?\ d,,r .'i rgw +)i;'-r
G;tr -r e-,Fr -i.11 .-.-)vlr ill *iFrU Ua4 ri!J$'iK;-i3\ l+:j
.+i';t ;z 4V" t4't -? ;ri-.i $i p 4:,"Ga-Tt,J* i #r u5 J\i
,11r<- rrj' "4b4 ?3r'r ed-.lr a':il v;i * tr E'i '*a\,l)u Ju.,
' v"-
,r='-
' l''
cF yiji,y ii j.!';! j'r; &.#+r' :^, i4a\')A #. ij'rur. J.
ji t! ;p, J" urj i;lrr,u:, u:: \:ir {lj erru j+ jlj drr i:.r6, #
(261 .r. e.JLl\ '+\ X>,3\;4\ N;;u;jl_ri"Ur (}"
J,)r
'Mcnurut pendapat masyhur tidak boleh teriadi pcrtentangaD antara
beberapa pcrbuatan, sekira sebagian menasakh yang lain atau mentakhsishnya,
karena bisa jadi perbuatan di satu waktu waiib, dan di waktu yang
SYARH AI-WARAQAT, Pe njelasln Dln fonyo lowob Ushul Fiqh

menyamainya tidak wajib. Sebab perbuatan tidak bersifat umum, dan ada di
akhirnya salah satu perbuatan tidak menjadikannya menasakh secara hakikat,
karena perbuatan yang peftama tidak selalu berurutan di setiap waktu yang
akan datang Dan juga tidak mcnunjukkan pengulangan. Ini ditetapkan oleh
Al-@dli Abu Bakar dan ulama ushul lain dalam berbagai tingkatan. Ibn al-
Atabi meriwayatkan tiga pendapat dalam kiab al-Mahshul. Pertama, boleh
memilih (antara beberapa perbuatan)- Kedua, mendahulukan yang akhir,
sebagaimana beberapa ucapaa saat sebagian ada di akhir. Ketiga, terjadi
pertentangan da, menuntut tarjih dari faktor luar. Seperti yang disepakati
dalam shalat khau{ (takut musuh) yang dilakukan dalam dua puluh empat
cara yang enam belas di antaranya shahih. Imam Ahmad memperbolehkan
memilih. Imam Malik dan as-Syaf i diunggulkan cara yang lebih mendekati
tata cara shalat. Dan seba6ian ulama mengunggulkan cara yang paling akhir
jika dikctahui....Imam al-Qtrthubi mengatakan, boleh teqadi pertentanga,
antara dua perbuatan, merurut ulama yang mengatakan bahwa perbuatan
menunjukkan hukum wajib. Jika penanggalannry diketahui" maka nasakh,
iika tidak, maka tarjih. Jika tidak keduanya maka keduanya bertentangan
seperti dalil ucapan. Namun meflurut pendapat bahwa perbuatan
menunfukkan sunnah atau ibahah (boleh) maka tidak pertentangan"

,.,V ,"r\ t,:_Ltl UK.,-11i(i)


,it Sebagaimana (perincian) dalam dalil
-' -., apabila kedua_ dalil tersebut
,.,:,',
'& ,., ,.r' j4=-l,l
Ui:! _- :.-"-,
khusus. Yakni, jika keduanya mungkin
_

A5 il|i
-i.. ;. +,, tl*i .,.. dikompromikan (jam'u), maka harus
t) *- 4x' dr' o' *r dikompromikan, seperti hadits bahwa
','.l1; r:;:J o^!i.
-ri: 'ii.; Nabi saw berwudhu' dan membasuh
-- '1 e kedua kakinya. Hadits ini masyhur dalam
e,.-)1 VjL') tj";lv-Zst .i shahih Bukhari-Muslim dan selainnya.
,..t.
Ai-le
t. -,-i, z-- iz..,si
-' (,lc rLJl ;.r t.;rrJ 4rl
Serta hadits bahwa Nabi saw berwrrdlu'
dan memerclkl(an alI pada Reoua telapaK
liLiJ\ lti-,
vc ;j;_:.:t i
)) ,Y' i-ri,-, kakinya yang ada di dalam sandal,
- .
j diriwayatkan Imam an-Nasa'I, al-Baihaqi
\l!l.i t+ Y ;'ij ,;1)\i --, - _i,
dan selainnya. Kemudian dikompromikan
bahwa memercikkan air adalah dalam
.v-i \:< ,.i;11 lu- , i . i1l ,iL
2-. a keadaan tajdid (memperbaharui wudlu'),
? U l*: U6 i!..rll ,_ro sebagaimana sebagian riwayat menjelaskan
. bahwa hal ini merupakan wudhu
&# ,.r.or"rg yang belum hadais.

tJo
SYARH AI-WARAQ T, Pe njeloson Don Tanyo lawob Ushul Fiqh

Apabila keduanya tidak mungkin


dikompromikan, dan penanggalannya
tidak diketahui, maka keduanya
ditangguhkan sampai munculnya murajjih
(faktor yang mengunggulkan) atas salah
satunya. Misalny4 hadits yang
menjelaskan bahwa Nabi saw ditanyai
tentang hal-hal yang halal bagi lakilaki
dari istrinya di saat haid, kamudian beliau
menjawab, "semua yang berada di atas izar
(kain panjang)", diriwayatkan Imam Abu
Dawud. Dan riwayat lain menjelaskan
bahwa Nabi saw mengatakan, "berbuatlah
apapun selain jimak" yakni bersetubuh,
diriwayatkan Imam Muslim. Termasuk
salah bentuk jimak, adalah jimak di
daerah atas izar dan terjadilah
pertentangan dalam masalah ini. Sebagian
ulama mengunggulkan hukum haram
demi kehati-hatian, dan sebagian yang lain
mengunggulkan hukum halal, karena
merupakan hukum asal atas wanita yang
,'.2<'\t
r i; j.:
L-- L?
,l-al L ,r,1- dinikahi.
\' -r
penanggalan diketahui, maka da1il
,?_,1. . . Jika
giJ- .3 i'i; lS ,.iUJt khas yang terdahulu dinasakh dengan dalil

,tiat r,rU; dalam hadits tentang ziarah kubur.


.-ii,ule ,6r;1
,.,- ..',
, ,,.,' -,.- j!) Apabila salah satu dari dua dalil
;Yli 6K tersebut umum dan yang lain khusus,
t . \4 , ,,-i, ! . ,7 , . ,. maka dalil umum ditakhsish dalil khusus.
(u'\+q fur! .J4 -- S.p..ti ditakhsishnya hadits shahih
.'.' .t . :.a Bukhari-Muslim:
*Dalam
tanaman yang diairi dengan air
v*l+ ;Al LIIJJ\ 91; \"r: huiaa ada kewaiiban zakat sepersepuluh"'
hadits shahih Bukhari-
2.-- - ,.? - , ., - .,, -. . - ... *,
4rr., ,iril 4-.r' i'r rr L-J
".,j "n*"o
rvruslim lainnya :
"Tidak adi kewafban zakat dalam hasil
i'""33
rS panen ranS kurang lima wasaq"
Seperti keterangan terdahulu.

137
SYITRH AI-WARAQAT, Penjellsln Dan fonyo Jowob Ushul Fiqh

Penielasan :
Apabila kedluanya khash, maka diperinci sebagai berikut;
1. Keduanya mungkin dikompromikan (/m'u), maka harus
dikompromikan, seperti hadits bahwa Nabi saw berwudhu' dan
membasuh kedua kakinya di atas.
2. Keduanya tidak mungkin dikompromikan, maka;
a. Penanggalannya tidak diketahui, maka keduanya
ditangguhkan sampai munculnya muraj.jih. Contoh hadits
tentang hal-hal yang halal di saat haid di atas.
b. Penanggalan diketahui, maka dalil khas yang terdahulu
dinasakh dengan dalil khas yang akhir, seperti yang telah
lewat dalam hadits tentang ziarah kubur.

Apabila salah satunya umum dan yang lain khusus, maka dalil
umum ditakhsish dalil khusus. Contoh hadits tentang zakat di atas.

fE \j,ii, *?! 3 aK i!) Apabila masing-masing dari dua dalil


,;4
tersebut umum dari satu sisi dan khusus
;a ;t J* Cq l-.s dar, sisi yang lain, maka keumuman
a,t_ ,2,, ,, -.2 t.t, masing-masing Citakhsish dengan
.P-r-4 w l-! .I fJ e kekhususan dalil yang lain, iika hal
n,. .\t. -- .' .J!
;F+ ri r.(i,
4uJ J4r (;-r' tersebut memungkinkan. Contoh HR.
Ab, Dawud dan r.lrirnyr,
iu.jt ;! lil ;'Ji iilS, ri j;; "Keika air mencapai dua kullah, niaka
sungguh air itu tidak ntenjadi najis"
t.,. ,.1r
qi+ e ;;it,- <''! XF +:it Dan HR. Ibnu Majah dan selainnya:
,,. -, .\t .. - o. \- ,
,ii ,joS 'Ait tidak menjadi najis sebab sesuaru,
4:;+ ) ;Ul c+U ,l\ selain yang dominaa atas bau, rasa dan
warnanya
*li 42 ji--!i u Yl 1.b: Hrdit, p.rtr-, khusus tentang air
."i- dua kullah, umum tentang air yang
berubah maupun yang tidak. fradits kedua
c ttr gfijj! jY i"rie khusus tenta.,g ,i, vl.,g berubah, umum
.,",,_ .._ .,-,,1 tentang air dua kullah maupun
q. .f,,.'
yang
\t ,J\!! ettJ *' kurang dua kullah- Maka keumuman
y*i:, Yrd;ii]r ,-3 i\e ;j3t hadits pertama ditakhsish dengan
kekhususan hadits kedua, sehingga

138
SYARH AL"WARAQAT, Penjeloson Don Tonyo lawob Ushulfiqh

,i.! dihukumi bahwa air dua kullah menjadi


-\A\
,
Y e-) '_.\,^',jt ;1G
-,_L1, \)
najis dengan sebab berubah. Kemudian
,.:' '92 6l
d.^;UJl ;U b\ keumuman hadits kedua ditakhsish
.'- *i-:JU
r..\ r.:r dengan kekhususan hadits pertama,
YtLiJl ,\u*E w r -!-
, a;r
sehingga dihukumi bahwa air kurang dua
\;'Jr,(-4J; )iit,r-# kullah menjadi najis, meskipun tidak
berubah.
,...-
4r:J
,i ,,.,-
!1. ' ' ,. .-1,21, ,,r
.-.e:r , :-l-rJl , l rJ Apabila tidak mungkin mentakhsish
-J
r' -\ -rw '-Y'
1, .,' ,, ,7. .l=r t'.< a.. keumuman masing-masing dengan
eh ,.--e
Y2
aB (J- -l J ,--rt3 kekhususan dalil yang lain, maka
dibutuhkan ad.anya tarjih (pengunggulan)
{3t it 6:;;t;\t n-}1 antara keduanya pada bagian yan1
,t.-
al\.!. 4-J Lb.r,j L-^-e L--A:u dipertentangkan. Contohnya adalah HR.
i.- ,- ,..". t".
Bukhari:
q) d+ jr" G,rwiJt c':j' 'Barangsiapa mengganti agamanya, maka
ia"
';i q!i+.Ar q;t ,y;(t bunuhlah
Dan hadits shahih Bukhari-Muslim:
*Nabi
,F *,x?aj4L A\ k melarang membunuh kaum wanita"
Hadits pertama umum atas laki-laki
,Irl i- iE Jj"i-u ,uer dan perempuan dan khusus tentang orang
murtad. Hadits kedua khusus tentang
,iEJl:
- r-)
r^t .1\l ,u-ltr:
;i'Jl u,e perempuan dan umum atas perempuan
kafir harbi dan murtad. Hingga terjadi
vSlt 6-?\L,vi\ J-JY pertentangan pada masalah wanita
murtad, apakah dibunuh atau tidak?.
#,IJt 4j4vi,2tilt3 Menurut pendapat Rajih (unggul), wanita
Sit13i6t1t5iiiSx, murtad dihukum bunuh: '

Peaielasan :
Apabila masing-masing dari dua dalil tersebut umum dari satu sisi
dan khusus dari sisi yang lain, maka diperinci;
1. Jika memungkinkan, keumuman masing-masing ditakhsish
dengan kekhususan dalil yang lain. Contoh hadits tentang
masalah air di atas.
2. Jlka hal di atas tidak memungkinkan, maka dibutuhkan rarTiri
(pengunggulan) antara keduanya pada bagian yang
dipertentangkan. Contoh hadits tentang wanita murtad di atas.

139
SYARH AI,-WARAQAI Pe njelasan Dln Tanyo lowob Ushul Fiqh

/nr'l'(KESEPAKATAI.o

U51 Pengertian ijma' adalah kesepakatan


'\:$ iGl ,fi 1u*;jl
ulama pada masa tertentu atas hukum
({,Gi) &l (&
F\ "}ri sebuah masalah Tidak baru.
..,,.,i ,-.\, ,_,1 ,.-,, <\. dipertimbangkan sepakatnya orang awam
,*)) e rru-l
P!..j',:rr
x -,+3J pada mereka. Yang saya maksud dengan
.2.;1-, ,-.,,<.t;J r t-t,.\t t-i,\r ulama adalah para ahli fiqh. Tidak
4rJlr, -
,+:! ,l (rk-adl tL-l,lu
' drpertimbangkan sepakatnya ahli ushul
;ir\41j d,jj) rJ ,!;.i,Sl pada mereka Yang sava maksud dengan
masalah baru adalah masaiah baru
-#t tZ ti\ (t:?'.iJl rj)6\ syar'iyyah (jenis syar'i), karena masalah ini

(! x- . ) adalah bidang ijtihad para ahli fiqh. Beda


+-r,ttl +)q, ,\4ri\ halnya semisal masalah lughawiyah (ienis
-.i ^ ,, -t , ,qJ
4'-rr'eure
., . , .1 bahasa), maka kesepakatan dalam hal ini
e+ dilakukan oleh ahli Iughat.

Penielasan :
Ijma' merupakan sumber hukum ketiga setelah Al-Qrr'an dan As-
Sunnah yang disepakati umat Islam. Ijma' secara bahasa memiliki dua
makra. Pertama, azm (mengazam;bertekad bulat melakukan), seperti
ucapan;

'iN gii
1-f 3a
"Fulan mengazam atas sesuatu"
Terkadang kata ini mencapai (muta'adi) pada maful (obyek) tanpa
hurufjar, termasuk contohnya Q!. Yunus:71:
{;it;u
itu bulatkanlah keputusanmu"
"Karena
Kedua, memlbki makna sepakat.
Secara istilah ijma adalah kesepakatan ulama yang ahli berijtihad
dari umat Muhammad saw atas sebuah masalah baru di suatu masa
selain masa hidupnya Nabi saw.
Uraian definisi:
1. Maksud kesepakatan adalah sama dalam keyakinan hukum yang
ditunjukkan oleh ucapan, perbuatan, ketetapan, atau susunan dari

140
SYARH AL-WARAQAT, Pe nklason Dln l0ny0 )owab lJshul Fiqh

seluruh atau sebagian unsur-unsur ini. Contoh sebagian


mengucapkan, yang lain menjalankan.
2. Maksud ulama yang ahli ijtihad adalah seluruh mujtahid mutlak
dari ahli fiqh. Mengecualikan ahli ushul atau fiqh yang belum
mencapai taraf mujtahid, serta orang awam, dimana kesepakatan
maupun tidak sepakatnya mereka tidak dipertimbangkan.
3. Maksud masalah baru adalah masalah syar'i1yah (jenis syar'i),
karena masalah ini adaiah bidang i.jtihad para ahli fiqh. Menurut
pendapat lain, ijma' terjadi dalam masalah syar'i1yah, lughawiyah
(jenis bahasa), 'aqliyah (jenis akal) atau dunyawiyah (jenis dunia).
4. Kalimat 'umat Muhammad saw', mengecualikan mujtahid dari
umat-umat terdahulu seperti Yahudi dan Nasrani. Kesepakatan
mereka tidak disebut ijma'.
5. Kalimat 'di
suatu masa selain masa hidupnya Nabi saw',
mengecualikan ijma' di masa Nabi saw, maka tidak dianggap sah.
Karena seandainya ijma' itu cocok dengan sabda Nabi saw, maka
sabda Nabi lah yang dipakai, dan seandainya tidak cocok, maka
yang dianggap adalah sabda Nabi, ucapan yang lain tidak
dipertimbangkan 57.

Penukilan ijma dilakukan secara mutawadr (banyak), masyhur dan


ahad (satu jalur)- Urutan kuatnya i.jma' yang dinukil secara mutawatir
adalah sebagai berikut;
1. Ijma' shahabat. Statusnya paling kuat dibanding ijma' lain.
Dimana posisinya sejajar dengan ayat al-Qtr'an, dan selain
yang berbentuk ijma' sukuti, maka bagi yang mengingkarinya
dihukumi kufur.
2. ljma' mujtahid setelah shahabat yang tidak diperdebatkan.
Posisinya sejajar dengan hadits masyhur, dan bagi yang
mengingkari dihukumi tersesat.
3. Ijma' yang diperdebatkan. Posisinya sejajar dengan hadits ahad
yang shahih, namun orang yang mengingkari tidak dihukumi
tersesat58.

t'Al-waji,
hal 33t-332 dan An-Nafahat hal 119
s3
An-Nafahat hal 124

141
SYARH AI-WARAQAT, Pe njeloson Dln Tonya Jowob Ushul tiqh

Pertanyaan :
Apakah ijma' merupakan htljah qath'i atau dhannt?
Iasebi
Menurut pendapat shahih, yang dijadikan pijakan jumhur,
kehujjahan ijma' bersifat qath'iyyah (pasti), sebagaimana al-Kitab dan
as-Sunnah, dimana hukum-hukum syariat ditetapkan secara yakin dan
didahulukan dari dalil-dalil dhanni lainnya iika bertentangan.
Referensi :
* ,:'iii l!Lr; .-i(tr ;:-;,( I'-:i
-- eg"y1 '*
;k ,r*
Y- :-;11,
,'i ','.1:lt
\: r L--
(336.- jili)it ';*J\L 'ri-*B\ i;11 :f ,i"e tts
& i;al rkl J:; Ja iKill
"Menurut pendapat shahil4 yang dijadikan pijakan jumhur, bahwa
kehujjahan iima'bersifat qatA'iyyah (pasti) sebagaimana al-Kitab dan as-
Sunnah. Hukum-hukum syariat ditetapkan dengan ijma' secara yakin dan
didahulukan dari dalildalil dhanni linnya jika bertentangan".

Pertanyaan :
Apakah pelaku ijma' harus mencapai 'adad at-tawatw (jum\ah
banyak)?
Iasah-i
Tidak disyaratkan, namun menurut pengarang dalam kitab lain
disyaratkan.
Referensi :
v .J,
;,;)\ Si ,ug 0,4 -;Vt 3*e i(++:il ,t !'j:A't'ii :i*rt o Sii
(123.... c,Y,A'1s'.jvJJ-$: lt:-i vjt y* *;i 4 .t;l\ .i;q
i6A\ ):'L $:,
'Dari definisi difihami bahwa tidak disyaratkan para pelaku ijma'
mencapai bilangaa tawatur (baayak) karena kata-kata ulama pada suatu mase
dapat mencakup bilangan yang tidak mencapai tev,atur. Namun pengarang
berbeda pendapat di sebagian kitab-kitabnya, dan mensyara*an hal tersebut
karena memandang kebiasaaa yang terjadi".

Pertanyaan :
Apakah dalam mencapai kesepakatan hukum, para pelaku ijma'
disyaratkan memiliki sandaran dalil?
Iarye-i
Disyaratkan memiliki sandaran dalil. Namun menurut sebagian
ulama tidak disyaratkan.

142
SYARH AL.WARAQAT, Pe njeloson Don Tanyo )owob UshulFiqh

Referensi :

,* b W l\';1 S;;U;r',:- 3) >! jFl


o, au*2t1 ]il
r:zt3
"i7'ii
(124-. L\;ai),-l-,.:Jl ila i\1r)r re il |j-
"Ketahuilah, baltwa sesungguhnya diharuskan pada ijma' adanya
sandaran dalil. Karena pendapat dalam agama tanpa sandaran adalah salah.
Menurut seba;;ian ulama, boleh tanpa sandaran dalil, sepertt halnya para
pelaku ijma' diilhami untuk bersepakat dalam kebenaran"

..t
'I rl !=
a> ' -:'-',)l
ai
.. .-',-,
rr,t 7' tll.l
'\_-'. Ijma' umat ini (umat Muhammad
...';'..:.'.<''..: saw) adalah hujjah (sumber hukum), tidak
rLl *rc 4l! J".a dJ4l ta_Ac
selain umat Muhammad saw. Karena
tV @\::, e ,4'e+ \ sabdaNabi saw, "Umatku tidak bersepakat
"", - -. "!\l dalam kesesatan", diriwayatkan oleh At-
''." Tirmidzi dan selainnya. Dan syara' telah
(4;'jl e+{4 t)-t?\) menjelaskan terjaganya umat ini, karena
iG'it-.t .ir u.rit ri--;:
\_ t r' -J_ ) --- adanya hadits ini dan hadits-hadits lain.

n/j (-)urr ,..a,Jl LP Ijma' menjadi hujjah bagi (orang-


"r-? "+- orang) di masa kedua dan orang-orang
f ,:c bs F ;si ,r::)
setelahnya. Serta di setiap masa, yakni
i;'.J,irY:s\ masa shafrabat dan orang-orang setelahnya.

Penielasan :

Ijma' adalah sumber hukum yang khusus diberlakukan bagi umat


Muhammad saw. Ijma' bagi umat Muhammad saw adalah hujjah. Dalil
ijma' sebagai hujjah adalah;
1. Firman Aliah swt Q!. An-Nisa:115:

\'+4ct;Y1'&+X',
'Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran
baginy, dan mengikuti jalaa yang bukan falan orang-orang mukmin,
Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya iru
dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam iru
seburuk-b uruk tempat kem bali "

2. Sabda Nabi saw riwayat At-Tirmidzi dan selainnya;


SYARH AI.WARAQAT, Penjeloson Don fanya lowob Ushul Fiqh

i)tl JL G;\'e'Ir
"Umatku tidak bersepakat dalam kesesatan"
Ijma' menjadi hujjah bagi (orang-orang) di masa kedua dan orang-
orang setelahnya. Serta di setiap masa, yakni masa shahabat dan orang-
orang setelahnya.

Pertanyaan :
Apa maksud ijma' menjadi hujjah bagi orang-orang tetsebut di
atas?
EE&-i
Maksudnya adalah mereka wajib mengambil ijma' sebagai sumber
hukum dan dilarang berbeda pendapa! baik bagi mujtahid maupun
muqallid (pengikut). Karena terdapat larangan merusak ijma'.
Referensi :
cr*+:rr -,y snL {.;\i
y, ilt
,t.;.3 5'i U -JL'4'- a\h)l ililb +j+
(tzr....,iY,aD LF.lt af -,V p*t i i;Jt\
"Maksud ijma sebagai hujjah aas orarg-oraag tersebut adalah mereka
wajib meagambil ijma' sebagai sumber hukum dan dilarang berbeda
pendapat, baik bagi mujtahid maupun muqallid (pengikut). Kareaa tidak
diperbolehkan merusak ijma'"

Peranyaan :
Apa yang dikehendaki dengan ' (orang-orang) di masa kedua'?
Iaryab-:
Maksudnya adalah orang-orang yang ada setelah ijma' terjadi, baik
mujtahid maupun selain mujtahid.
Referensi :
(121...- c.,v.Ei') 'e;gro,x#rr c,,
a*) t qi'S Eiat;;,:r ;'
ir;.:l gt ii
"Bahwa sungguh yang dimaksud orang-oraat di masa kedua adalah
orang-orang yang ada setelah ijma' terjadi, baik muitahid maupun selaie
mujahid".

Pertanyaan :
Apakah ijma' .luga menjadi hujiah bagi orang-orang yang hidup di
saat ijma' terjadi?apa dasar alasannya?

144
SYARH AL-WARAQAT, Penjeloson Dan Tonyo )awob Ushultiqh

Iawab :

Ya, ijma juga menjadi hujjah bagi orang-orang yang hidup saat
ijma' terjadi. Mereka adakalanya para pelaku ijma' atau orang awam.
Ijma' menjadi hujjah bagi pelaku ijma', karena mereka telah melakukan
iqrar (pengakran). Dan iqrar seseorang adalah hujjah bagi dirinya
sendiri. Ijma' juga menjadi hujjah bagi kaum awamnya karena mereka
wajib bertaqlid.
Referensi :
.J!.t.! if '-i ;t?\ j';:;: *l +f
r\ -*i :i-ji:$ tt;r)r ,:r Jii L'ij
.,11'
4jil, -;;.*.-rr;.ll 3a .---i ":-< r."i, ,;Li iu:
. Z. " l.:
'r';,,, y.
"r;:st tlG>U G+;1,
(121...- :,t;,;A\1
4;t;
"Orang-orang yang hidup di masa ijma' terjadi juga (waiib) mengambil
ijma'sebagai hujjah. Mereka adakalanya para pclaku ijma'atau orang awam.
Iima' meajadi huijah bagi pelaku ijmal karena mereka telah melakukan iqrar
(pengakuan). Dan iqrar seseorang adalah hu1'jah bagi dirinya sendiri. Ijma'
iuga mcnjadi hujjah bagi kaum awamnya karena mereka wa/b bertaqlid".

JG\ ,*: A Xj.;- \)- Untuk menjadikan ijma sebagai huijah


tidak disyaratkan habisnya pelaku ijma'
'- 4La' .+"i
-''' '1 ' '-''
(/-nl r^.lam satu masa. Artinya, para pelaku
Jc "'- Jli ",
qma' telah wafat semuanya, menurut
ilir at,r
' - uG1 .=,L(J- ,.;31
tj- ,
pendapat Shahih. Kerena pakar
-hujjahpenilai
kelayakan dalit sebagai tidak
iA ';tt
:V lji ,SE, 1; mempersoaikan hal ini. Menurut
pendapat lain, hal tersebut Cisyaratkan.
;F :5li:.1 -,1\4 U :. ,:1 Karena bisa jadi rnuncul pertimbangan
r!-- baru bagi sebagian pelaku ijma' yang
: , lt | . .i , n -.
Z .>' Jl 'ial 'i rt'. ) aru (+l
i,q ',.
4i-9 berbeda dengan ijtihadnya hingga
kemudian mencabut ijma'nya. Hal ini
.i.,
l-le 4jt ditanggapi bahwasanya mereka tidak boleh
i.qt [a _]_
mencabut ijma', karena adanya ijma'
i;, p\ 3J uG j!) tentang larangan ini.
"pjrrr Apabila saya mengatakan bahwa
; iil habisnya pelaku ijma' dalam satu masa
Zu-;it '\ir'.\ i-g'.l'! menjadi persyaratan,
maka keabsahan

145
SYARH A|-WARAqAT, Pe njeloson Don Tanya Jov'nb Ushul fiqh

,.- -.lL-, ;ki r :-,ju.; jJ," ijma' akan memPertimbangkan ucapan


\ -' --i '- seseorang yang diiahirkan saat para pelaku
,

t,t\,,,: iz r.,'i- .r.-.rjr ,:f ijma' masih hidup yang kemudian


,-l3rrt tu g: i€! )t6+j)I f'
,r,.r,dulami fiqh hingsa n-renjadi ahli
t

..,t ' 1, ijtihad. Dan bagi


,-r-1r
; i , J4) mereka menurut
(
oe \)*,J u'/ p.rrdrp^t ini diperbolehkan mencabut
- .. : hukum yang telah dihasilkan dari
#!iiiri+l G!r .rl' ijtihrdny".

Penjelasan :

Salah satu persyaratan untuk menjadikan sah dan tetapnya ijma'


yang diperdebatkan adalah inqiradh al-'ashr (habisnya pelaku iima'
dalam satu masa) atau wafatnya semua pelaku ijma'.
Menurut pendapat shahih hal tersebut tidak disyaratkan. Karena
dalil yang menetapkan ijma' sebagai sumber hukum tidak
mensyaratkan apapun kecuali hanya adanya kesepakatan dalam hukum.
Sehingga pendapat ulama yang mensyaratkan hal tersebut sebenarnya
tidak memiliki landasan dalil.
Menurut pendapat ulama lain, seperti Ibn Faurak, Ahmad dan
Salim ar-Razi, hal tersebut disyaratkan. Karena bisa jadi muncui
pertimbangan baru bagi sebagian pelaku ijma' yang berbeda dengan
ijtihadnya, hingga kemudian mencabut ijma'nya. Berpijak pada
pendapat ini, maka ucapan dari orang yang dilahirkan saat para pelaku
ijma' masih hidup yang kemudian mendalami fiqh hingga menjadi ahli
ijtihad dapat mempengaruhi keabsahan iima'. Dan menurut versi ini
para pelaku ijma' diperbolehkan juga mencabut hukum yang telah
dihasilkan dari ijtihad mereka dalam ijma' se.

Peranyaan :
Mengapa menurut pendapat kedua paru pelaku ijma'
diperbolehkan mencabut hukum yang telah dihasilkan dari ijtihad
mereka dalam ijma'?
Iawab :
Karena pada saat mereka masih hidup iima' belum istiqrar (tetap).

'n At wa;i, hal 344

146
SYARH AL-WARAQAT, Pe njelasln Dln lonyo )swlb Ushul fiqh

Hal ini disebabkan ada kemungkinan mereka melihat dalil baru yang
bertentangan dengan ijma' yang sudah ada.
Referensi :

(123...- rvin\) *-uil+-( L .i"


"(Ucapan pengaruDg: mereka boleh merujuk), artinya menuju perkara
yang menartkan iima' mereka. Karena ijma' belum istiqrar (tetap) pada saat
mereka masih hidup. Sebab ada kemungkinan mereka melihat dalil baru yang
berten tangan dengan ijma' mereka".

Ijma' sah dilakukan dengan ucapan


: '- dan perbuatan pelaku ijma'. Seperti
li-* it ,,:- )-\H \1A ik -.r.k, mengatakan, 'bolel -.lakuka,
1. ri .,i.. sesuatu', atau mereka melaksanakan
::F Lrl9 4 _{-J''J
sebuah perbuatan. Maka pelaksanaan
,-,r:;Smenunjukkan bolehnya perbuatan
;'-r.fi VS -- mereka
tersebut, karena mereka terjaga
.-i, ,-t- .-i, ,..-\
j?')\ ,y+j ',."r,J4\ )A) sebagaimana keterangan terdahulu.
,..i, , .,,, ,. .- Dan (sah juga) dengan ucapan dan
J-P' )' )t^)\ s-) -t*-: perbuatan sebagian pelaku ijma'.
kemudian tersebar luas, dan yang lain
mendiamkan hal tersebut. Itulah yang
,i'jir zG'iu.:.ui dinamakan ijma' sukuti.
\t,'-

Penjelasan :
Ijma' terjadi dan dianggap sah apabila terdiri dari unsur sebagai
berikuq
1. Ucapan seluruh pelaku ijma'
2. Perbuatan seluruh pelaku ijma'
3. Ucapan sebagian pelaku, dan perbuatan dari sebagian yang lain
4. Ucapan sebagian pelaku, dan diamnya sebagian yang lain.
5. Perbuatan sebagian pelaku, dan diamnya sebagian yang lain.
Ijma' model ketiga dan keempat dinamakan ijma' sukuti. Ada
beberapa persyaratan yang harus dipenuhi;

147
SYARH AL-WAMq T, Pe njelason Dln Tonya lowab Ushul Fiqh

1. Ucapan atau perbuatan sebagian pelaku ijma' harus tersebar


luas.
2. Sebagian mendiamkan dan tidak mengingkarinya.

Pertanyaan :
Apa maksud tersebar luas dalam persyaratan di atas?
Iawabi
Maksudnya adalah ucapan atau perbuatan dari sebagian pelaku
i.jma' kabar beritanya sampai pada muitahid yang lain dan telah
melewati masa yang memungkinkan muitahid yang lain secara
kebiasaan (adat) melakukan analisa. Serta masalah yang ada berupa
masalah yang boleh dii.jtihadi dan bercorak taHif(anatan).
Referensi :

uKj;8\ Jr'r:,V * SF.-i 5v: #j &\1\ U l+'oHv* 31r)\i


(t24..-. eY,ia)'irlL5 t;q;=i i1,-ut-t
"Menyebanya ucapan atau perbuatan terjadi sekira kabar beritanya
sampai pada mujahid yang lain dan telah melewati masa yalg
memungkinkan mujtahid yeng lain secara kebiasaan melakukan analisa. Serta
masalah yang ada berupa masalah yzng boleh diiitihadi dan bercorak taHif
(tun tutan)".

Peranyaan :
Apa maksud sebagian mendiamkan dan tidak mengingkari dalam
persyaratan di atas?
Jawab :
Maksudnya adalah tidak mengingkari serta tidak ada tanda-tanda
ridlo atau tidak suka dari mereka. Sebab apabila ada tanda-tanda ridlo,
maka dipastikan hal itu merupakan ijma'. Dan apabila ada tanda-tanda
tidak suka, maka dipastikan hal itu bukan ijma'.
Rderensi :
"i, ,LA\ )i (.b)\ iiy\ -:# 't, t:si i ii *i.-3 + ,,ri toavl -s4 i";)
.tv,Jui) \1,8 LG,\ A ';r3 ],;lt;'ru; 'ri ffi LAy* 63j\,')\1\ -;iL \"1\1i
(124..,-
"(Ucapan pengarang: mujtahid yang lain diam) yakni dalam dua masalah
(ucapan dan pcrbuatan dari sebagian pelaku iima). Dengan cara mereka tidak

148
SYARH AI.WARAqAT, Penjells\n Dln Tqnys Jawob Ushul tiqh

mengingkari serta tidak ada tanda-tanda ridlo atau tidak suka dari mereka.
Apabila ada tandaianda ridlo, maka dipastikan hal itu merupakan ijma'. Dan
apabila ada tanda-tanda tidak suka, maka dipastikan hal itu bukan ijma"'.

j ru;,tt .- _r-t-jl ,1I; Ucapan satu orang dari shahabat Nabi


bukan hujjah bagi orang lain menurut
jadid. Menurut qaul Qadim,
":L o Z-: qaul
f;r!r ,i3t v'b 1' '\L
merupakan hujjah, karena berdasar hadits:
,..i
,lL,rjl ",
(:rrS !,,
4'>
.",.,, t r
J-rill
.t'.-.,
-jr-.\:-61
at'.-1,. I .t ,.
-jr-\31 --uU ,.r'!b',t2 , l,rl>t-al
,?

.,..-o, .,...!, " ,.i ",,,,-


S - ?"" mengikuti siapapun dari
kalian
sahabatku seperti bintang-bintang;
*fj^] *ilil r.+! Cj*f mereka,
pastilah kalian mendapatkan petunjuk"
.I _
,t'-b"'-i') Ditanggapi, bahwa hadirs ini dhaiL

Penielasan :
Ucapan satu atau beberapa orang ulama dari golongan shahabat
Nabi, bukan huj.jah bagi shahabat lainnya menurut kesepakatan ulama.
Juga bukan huj.jah bagi selain shahabat menurut qaul Jadid. Namun
menurut qaul QLdim, merupakan hujjah

Pertanyaan :
Ucapan shahabat yang bagaimana yang tidak bisa dijadikan hujjah?
Jawab :
Yaitu ucapan yang keluar dari hasil ijtihad mereka.
Referensi :

c;i 6;an )F r.i;st P,:,, \l"A- * ";; i\ q\1t X o, iri W *:


;,G;L,) tK 3 3;, ,i S 5:r ;+ ;i iK 'qirf .--,
(125-124..-- r
;; r I

"Tempat dari tidak adanya hujjah adalah pada hukum yang diucapkan
dari hasil ijtihadnya. Sedangkan selain hal tersebut (hasil ijtihad) dapat
dijadikan hujjah, karena hal ini dihukumi sama dengan hadits marrtt'. Seperti
ucapan scorang shahabat; "Nabi telah memcrintahku begini", 'Kami dilaran6
mclakukan bagini", "Termasuk sunnah adalah bagini", atau "Nabi
meringankan dalam hal begtni"

149
SYARH A|-WARAqAT, Pe njelascn Dan Tonya lowab Ushul fiqh

AKHBAR

;ii,: U ,.1-iU lUi.ii U1:) Khabar adalah perkataan yang


-' berpeluang dimasuki penilaian benar dan
Uj nf,rl.j (-i(]t..
\=1--' ,,ii;jt
"--
bohong. _ Karena ._ perkataan_ tersebut
" memungkinkan dinilai benar dar bohong
6,. -\. .\t.--? a.. ':i l,- . dipandang dari Lal itu sebagai khabar-
!-i fs e.rj-Jo rd> 4r!\:+ j.'I
Seperti ucapanmu, 'sJ iu' (Zaid berdiri),
.-i, ,1. .,, . 11 i ... maka mungkin hal itu benar dan mungkin
U! ll3r-4 OJI-r Or J-:+ juga bohong. Dan terkadang dapat
t\.i.t ca- \.2.. .rt- -
dipastikan benarnya atau bohongnya
,.1-, ' -. - -^. l!.
-- -: L - li_If i r -+.
berdasarkan amrin khariji (faktor
\i -;i;ffi'-;;;:
eksternal) bukan karena dzatiahnya. Yang
$r1J r\
Er_,u-
-:;$:i ;;;;' (p;' b.#.l
khabar Allah swt dan yang (oasti
vang kedua (pasti
as:)K ,jtLtti ,itt ;X j;iu adalah. seperti'.u."rprn*r,
'idu"
lolong)
hal yang bertolak
ha1 be belakang berkumpul
)U;4 4t1At menjadi satu"

Penielasan :
Kalam orang Arab terbagi dua, khabar dan insya'. Insya'adalah
kalam yang menunjukkan pada amr, nahi, su'al, du'a', istifham, nicia ,
ramanni, taralji, 'ardhu, haddhu, dan nafr. Dan didefinisikan dengan
kalam yang tidak memiliki kemungkinan benar dan bohong.
Kalam khabar secara lughat berasal dari kata 'khabir' yang artinya
tanah yang lunak. Karena khabar mendatangkan faidah, sebagairnana
tanah lunak menimbulkan debu saat dilewati. Secara istilah khabar
adalah kalam yang memiliki kemungkinan benar dan bohong secara
dzatiah ({aktor kalam itu sendiri). Mengecualikan khabar Allah swt dan
Rasululloh yang dipastikan kebenarannya berriasarkan amrin khariji
(faktor eksternal) bahwa Allah swt tidak mungkin berbohong dan
bahwa Rasul terjaga dari kebohongan. Dan mengecualikan khabar yang
pasti bohong, seperti khabar lvfusailamah al-Kaddzab. Dipastikan
bohong berdasarkan qarinah kharijiaA (bukti eksrernal) bahwa tidak
ada nabi setelah Nabi Muhammad saw.
Isi dalam kalam khabar adalah nisbat (penyandaran), yakni
penyandaran hukum pada sesuatu yang dihukumi. Contoh Zaid
SYARII AI-WARAQAT, Pe njeloson Dan Tonyo lawob UshulFiqh

berdiri, artinya hukum berdiri disandarkan pada Zaid. Penyandaran


inilah yang dinilai benar dan bohong60.

Eetauyaasi
Apa yang disebut srir'dgu (benar) dan kidzbu ftohong)l
Jawab :
Menurut pendapat yang kua! definisi benar adalah sesuainya
hukum yang dipahami dari lafadz dengan nisbat kharijiyah
(penyandaran yang bersifat kenyataan di luar kalam) yang dihasilkan
antara dua arah makna dari dua sisi. Sedangkan bohong adalah tidak
sesuainya nisbat kalamiyah (penyandaran hukum dalam lafadz) dengan
nisbat kharijiyah, dengan gambaran, keduanya berbeda tetapnya atau
tidak tetapnya.
Referensi :

1);U,3.,\L\+::lJ !:ur e r#\ #L\ku) t3:r\-J,':;t (ii;I d;;


(1 26...- ivii\) .iit^, $'i 5;
'(Ucapan pcrgarang: benar), menurut pendapat yang kuat adalah
sesuainva Aukum yang dipahami dari lafadz dengan nisbat kharijiyah yang
dihasilkan antara dua arah makna dari dua sisi"
3uJ1i)'LL" ;\ u;; ayZ i\ +ru.:-J. *,>KI ;4u; iii &i (.:i<i &)
(126...-
yakni tidak sesuaiaya nisbat kalamiyah
"(Ucapan pengarang: bohong)
(penyandaran hukum dalam lafadz) dengaa nisbat kharijiyah, dengan
gambaran, keduanya berbeda tetapnya atau tidak tetapnya".

Perta$yaan :
Ada berapakah macam nisbat?dan bagaimana pengertiannya?
JaE&-i
Ada 3 macam, kalamiyyah, dzihniyyah dan kharijiyyah.
l. Nisbat kalamilyah, yaitu yang dipahami dari sebuah kalam
berupa ditetapkan atau ditiadakannya hukum pada sesuatu
yang dihukumi.
2. Nisbat dzihniyyah, yaittt yang ada di dalam hati, berbentuk r'ga'

to
At wali, hal 285-286 dan lain-lain

1 5'1
SYARH AI-WARAQAT, Pe njeloson Dan Tonyo )awab Ushul Fiqh

atau menemukan terjadinya nisba! dan intiza' atau


menemukan tidak terjadinya nisbat.
3. Nisbat kharijiyyah, yaitu yang dihasilkan antara dua sisi dan
dibahasakan ulama dengan wuqu'(terjadl) dan la wuqu' (tidak
terjadi).
Referensi :

# +>(:' 4::Ju .t-- r'\'i:ri'*;; ai +x'+:e$i ix :-31 J\'&ti


oiSt! ^iull {5r ,:+XU ;; *:i
Z*r-t- JiJ'1\ +Y;4 p)3r ,.. L1^i-1;I
l:sr -e L.'t!u u-e':',,n Jr-,!';;:ii r'i;..:lt-,]t '."-. z r';j'J\; 2 rL'iL :1: - :\1
(126.... i\,;;si)7;j).]'j
Lj,!r! 9,+ (;J;:.rr ;,,Fr ; ii--tli
'Ketahuilah bahwa nisbat ada 3 macam, kalamiyyah, dzihniyyah dan
kharijiyyah. Nisbat kalamiryah, yaitu yang dipahami dari sebuah kalam
berupa ditetapkan atau ditiadakannya hukum pada setuatu yang dihukumi-
Nisbat dzihnilyah, yaitu ;,ang ada di dalam hati, berbentuk iqa' atau
menemukan terjaditya nisbat, dan intiza' atau menemukan tidak teriadinya
nisbat. Dan nisbat kharijiyyah, yaitu yang dihasilkan antara dua sisi dan
dibahasakan ulama dengan wuqu' (terjadi) dan la wuqu' (tidak terjadi)".

2U;i $'.rr+ *rS


Khabar terbagi menjadi ahad dan
;Q'3 -.i,
=..,-
.,-- , ., _ ,,,-_,,,. *rtr*"tir. Mutawatir adalah khabar yang
,)l ;^j rBl q-j t" ;b:JIJ menetapkan yakin, yaitu yang
i- ,-\,\..r '.-- :,t) 4t\'a' ,.-., diriwayatkan jamaah (banyak orang) yang
l --v: t-'-' 'darl
ty ?v\ e? ,idrk t..r.prlrt dalam kebohongin
k&.tp *K, sesamanya dan seterusnya sar:rpai
i1 il 'i(;;)\>--e

!r- ,
, "r_. ,,. ,, ,i. i. -.+5
.r u-r-"'- * )pi
rs.r 4l-c *irll ,ll -,- mukhbar 'anhu (pembawa khabar
tt: -- pertama). Maka pada asalnya (tingkat
s_

.i zg :f ;.r-o[.-i :i g;11 pertama) dihasilkan d.ari musyahadah


\:- ' ' (menyaksikan langsung) atau sama'
9$U-l aFrqilK (;ii*l f (mendengar langsung), bukan dari ijtihad.
- -.. -,.. ,i *:2-
rr i,r Seperti contoh, mengkhabarkan melihat
LL )t
d'i d\^i 3lrr l- lu.rgrrrrg kota Makkah atau mendengar
g>4-)- q1c .fr\ j.-;r:Ji langsung khabar Allah swt dari Nabi saw.

-,'- --- ,-' v -r', ,rtihad, seperti khabar dari para filosof

152
SYARH AI-WARAq T, Pe njelason DonTanyo )awob UshulFiqh

(1\;-.i!) JEJI r-,4 4:-iilt tentang sifat qidam (dahulu) alam semesta.
Berikutnya khabar ahad, yakni
ait *:) ;V\ i.\ii ,^j pembanding mutawatir. Adalah khabar
r-i \r , ., \t.
). :--",
, ., yang menetapkan amal (diberlakukan)
'l -
t -,rrJl L+d LJI r.:!
'--
'
namun tidak menetapkan yakin, karena
# ,uir ,lu;-) adanya kemungkinan ialah di dalrmoya.

Penjelasan :
Khabar terbagi dua, ahad dan mutawatir. Mutawatir adalah khabar
yang diriwayatkan jamaah (banyak orang) dari sesamanya dan
seterusnya sampai mukhbar 'anhu (pembawa khabar). Mutawatir
menetapkan yakin dengan beberapa syaraq
1. Bilangan tawatur (banyak orang) ada di setiap tingkatan
perawlnya.
2. Pembawa khabar bersandar pada musyahadah (menyakstkan
langsung) atau sama'(mendengar langsung), bukan dari ijtihad.
Seperti contoh, mengkhabarkan melihat langsung kota Nlakkah
atau mendengar langsung khabar Allah swt dari Nabi saw. Lain
halnya dengan mengkhabarkan hasil ijtihad, seperti khabar dad
para filosof tentang sifat qidam (dahulu) alam semesta.
3" Para pembawa khabar lebih dari empat orang. Empat orang
atau sebawahnya tidak menetapkan yakin.
4. Penerima khabar tidak memahami madlul (arah makna) dari
khabar secara dzarurah (pasti tahu)-
Sedangkan khabar ahad adalah khabar yang menetapkan amal
(diberlakukan) namun tidak menetapkan yakin, karena adanya
kemungkinan salah di dalamnya. Baik berbentuk g:harib,' aziz, masyhur
atau. mustafidh. Khabar ahad tidak diamalkan dalam persoalan
akidah51.

Pertanyaan :
Apa maksud 'menetapkan yakin' dalam keterangan di atas?
Jawab :
Maksudnya secara 'adiy (kebiasaan) menetapkan keyakinan yang

tt Al-wa1i,
hal 294-295

153
SYARH AI-WARAQAT, Pe njeloson Don Tonyo iawab Ushul tiqh

bersifat otomatis (dharur) tanpa butuh pengantar dan dapat diperoleh


mereka yang tidak memiliki kemampuan analisa, seperti anak kecil dan
lainlain.
Refetensi :

a; L #!;u!et*.. b)A\e!' ii iiL F +i t1, *,, u i;)


.i--<, ,., : , "; 't'<,-
r+ ) j..i J.a44r, .. =; (r
-,, ,--:- | 4 .,. <,-,-a,-
'ti,it-':)t,/a.ro l-r r;iii yi 1
'.
u, J$--Lr.:l e=, J', r*
(127.... c,\riJ\) o-q.rk i'1,;-)tr jsrt
^i
fUcapan pengarang: khabar yang menetapkan yakin), yakni khabar yang
secara karakteristik menetapkan keyakinan yng bersifat otomatis (dharuri)
dengan dtrinya sendiri secara 'adiy (kebiasaan) meturut pendapat yang
dijelaskan golongan ulama muhaqqiqin. Bahwa yakin tersebut bersifat dharuri
(otomatis). tanpa butuh ditengahi mukaddimah dan karena dapat didapatkan
oleh mereka yang tidak memiliki kemampuan analisa, seperti anak kecil".

lj-l:-. u j ".-:'
it ,.,:;jj' \: :!1i)
, Khabar ahad terbagi menjadi dua
'i'. bagian,
'^. y : mursal dan musnad. Musnad
jt (;1u'-! j'-tl u i.' u adalah khaba, yang muttasil (bersambung)
. ,te ,t'., . . , sanadnya. Dengan cara p^ra perawi
f+D {ticr
menjelaskan sanadnya secara keseluruhan.
iL (;lu:t jel lY ,S-itt:l Dan mursal adalah khabar yang tidak
jd .iK i-U) s\, ,i'4 5t1\ bersambung sanadnya. Dengan cara
!' .-,.-i sebagian perawinya ditiadakan. Apabila
llll ,-.r. t arL>-all -!'n! L*l J
9" ' termasuk khabar-khabar mursal selairt
01,l\:+', G+,;{")'&L shahabat ra, maka tidak bisa dijadikan
iy e:'t at\t\ aH hujjah. Karena ada kemungkinan perawi
yang ditiadakan dinilai cacat. Kecuaii
- , ,.
'i. +
Jr \:a=-Jr khabar-khabar mursal Said ibn Musayyab
,.2.i
r^ I ".
Ail,
r.,
.{Lll ,-.,i ,i:-Ei\ ra dari kalangan Tabi'in. Beliau
meniadakan seorang perawi shahabat dan
oxl J.. G*I] tA lJcJ i)1.2.-all menyandarkan langsung pada Nabi saw.
,.;,,' 2.-; .-!i qt' (Khabar beliau ini) dapat dijadikan hujjah,
..1
& lantaran setelah diteliti, diternukan khabar-
cr.r>.j3) kj.g. 1.5, u Gj+ khabar (y"rrg diriwayatkan) ternyata
(,.,t;-:it;'J ug; khabar-khabar musnad. Dalam arti,
diriwayatlian langsung kepada beliau oleh

154
fYARtt AL-wAl'lAQtti F: fielasan Don Tonyo )awab Ushul liqh

*^
;ir1 rr.:
* .L ,L.":-i . j1
z-,Jt
n,*: , seora.rg shahabat dari Nabi saw. Dan
.5 ": shahabat tersebut mayoritas mertuanya
;J"ir ';ut a i: '8: # sendiri, bapak dari istrinya, Abu Hurairah
!t .-..-t t1 ..- )1
.43 alJl ,-c, , ; J .a ul a:>! i !l ra. Sedangkan khabar-khabar mursal
shahabat, yaitu seorang shahabat
,r "'i ,1;L
e-r_)' -, --
;:',6;J\ 9--)
U.-l'i tli meriwayatkan dari shahabat yang lain dari
,t
a-b arll L "Jl .-c irlr,-^a
-L)\zU*-, nabi saw, kemudian shahabat kedua
.'," o-., ,'-
t'r !, '.: ,lt!l \
ditiadakan, maka tetap menjadi hujjah,
,1 ) 4r.r!9 .-l-.
- '-\
-12j-,,1 -r \ ' karena para shahabat semuanya dinilai
adil.

Penielasan :

Khabar ahad terbagi menjadi dua, mursal dan musnad. Musnad


adalah khabar yang muttasil (bersambung) sanadnya. Dengan cara para
perawi menjelaskan sanadnya secara keseluruhan. Dan mursal menurut
ushuliyyin adalah khabar yang tidak bersambung sanadnya. Dengan
cara sebagian perawinya ditiadakan- Terbagi empat macam;
1. Khabar mursal shahabat, yaitu seorang shahabat meriwayatkan dari
shahabat yang lain dari nabi saw, kemudian shahabat kedua
ditiadakan. Ulama sepakat menjadikannya hujjah, karena para
shahabat semuanya dinilai adil.
2. Khabar mursal krntn kedua, yakni kurun tabi'in dan tabi'it
tabi'in. Ulama berbeda pendapat dalam hal ini. Imam Malik,
Ahmad dalam pendapat masyhur, Abu Hanifah dan pengikutnya
dari ahli hadits, fiqh dan ushul, memilih menjadikan huijah.
Sedangkan mayoritas ahli hadits, Imam Syaf i 61 Qgdti A1-
Baqilani, Imam Muslim, Abdul Barr, Ibnu Sholah menyatakan
khabar ini dlaif dan tidak bisa dijadikan hujjah. Pendapat ini

t' lvl"nurut As-syafi'i, hadits mursal dari pemuka tabi'in dapat dijadikan hujjah dengan
beberapa persyaratan. syarat dalam haditsnya, minimal di kuatkan salah satu faktor di
antaranya, 1). Ada periwayatan secara musnad darijalur lain. 2). Ditemukan hadits mursal
semakna dari perawi lain yang semua jalu. periwayatannya berbeda dari hadits pertama.
3). Semakna dengan pendapat sebagian shahabat. 4). sesuai dengan pendapat mayoritas
ahli ilmu (ulama). syarat dalam perawi, perawi mursal seandainya menyebutkan perawi
yang ada di atasnya tidak dengan status moihul (tidak jelas) dan tidak morghAb 'onh ltidak
disukai) dalam periwayatannya_{Manhaj ah-Naqd dan Iain-lain)

'155
SYARH AI-WARAqAT, Penjeloson Don fonyo lowob UshulFiqh

adalah pendapat pilihan madzhab.


3. Khabar mursal orang adil di setiap masa. Sebagian ulama seperti
al-Karkhi menerima khabar mursal dari setiap orang adil sebagai
hujjah. Sebagian ulama yang lain seperti Ibn Aban, tidak
menerlma.
4. Khabar mursal darr satu sisi dan musnad dari sisi yang 1ain. Yaitu
khabar yang dimursalkan seorang ahli hadits kemudian
dimusnadkan oleh ahli hadits tersebut atau oleh orang lain.
Khabar ini diterima sebagai hujjah oleh mereka yang menjadikan
mursal sebagai hujjah. Sedangkan ulama yang tidak menjadikan
mursal sebagai hujjah berbeda pendapat. Sebagian menolak,
namun mayoritas menerima 63.

Pertanvaan :
Apa beda pengertian mursal menurut ahli ushul dan ahli hadits?
JaEab-!
Perbedaannya, mutsal menurut ahli ushul adalah khabar yang di
dalamnya perantara antar perawi dihilangkan, sehingga memasukkan
khabar munqatAi', mu'dhal, dan mublla{a versi ahli hadits.
Sedangkan menurut ahli hadits, mursal adalah khabar yang di
dalamnya seorang perawi shahabat digugurkan. Dengan cara seorang
tabi'in menyandarkan langsung pada Nabi saw, baik secara sharih atau
kinayah, baik tabi'in biasa, seperti Abi Hatim dan Yahya bin Sa'id atau
pembesar tabi'in, yakni yang mayoritas riwayatnya dari shahabat,
seperti Ibn al-Musayyab dan QLis ibn Hazim.
Referensi :
ae Jq)r l,\u,;;:e:t:y "u,-t: k|
,*+ d1l\'.,r ai {:.a; i}1
,"e .j,!r, ,1:;lt', 'r\ilt )4> J'+ riL &rgjt & -+rg\ !, &A\
k r{t,Stbvi;J., iVU.y* + Et Y &':I; d;:;::r ',:e tir....;fi";,tt
k'is i',^t W :i t*; r;,g-I ;.Y 6k'av t1.;,;'<j5 3i e;'S-i {k it

"e An-N"f"h"t h"l 130-131


Munqothi' adalah hadits yang salah satu perawinya selain shahabat diliadakal. Mu'dhdt,
adalah hadits yang di dalam satu tempat darisanadnya digugurkan dua perawi atau lebih.
Mu'ol/og adalah hadlts yang sanadnya dibuang_An-Nafahat hal 130

t5i)
SYARH Al..WARAQfl Pe njelzson Don Tonyl tawlb Ushul Fiqh

*(Ucapan
pengarang: terbagi) yakni khabar ahad terbagi menjadi dua,
mursal dan musnad. Pengarang meringkas menjadi dua, karena pengertian
memursalkan menurut ahli ushul adalah menghilang*an perantara antar
perawi, sehiagga memasukkaD khabar munqathi', mu'dhal, dan mu'allaq versi
ahli hadits.....Sedaagkan menurut ahli hadits, mursal adalah khabar yang di
dalamnya seorang perawi shahabat digugarkan. Dengan cara seorang tabi'in
menyandarkaa langsung pada Nabi saw; baik secara sharih atau kinayah" baik
tabi'in biasa, seperti Abi Hatim dan Yahya bin Said atau pembesar tabi'i4
yakni yang mayoritas riwayatnya dari shahaba7 seperti Ibn al-Musayyib dan
@is ibn Hazim".
Perauvaan :
Apa maksud bersambung (muttashil) dalam sanad?
Iawab :
Maksudnya adalah bersambung secara dhahir (lahiriyyah), sehingga
mencakup ldtabar munqathi' khafi (munqathi' yang samar) seperti
khabar 'an'anah dari seorang muddalis (orang yang mengkaburkan
khabar) atau orang yang semasa dan tidak bisa dipastikan pernah
bertemu.
Referensi :

{ eit,rutg ;;tt ris ijAl Lr}n}l }5 r;,-iu ju:yi.tt;.lu lg:rg


(131-130...- 31;;jl1) liij J.:i:
*Malcsud
ittishal (bersambung) adalah bersambung secara dhahir
(ahiriyyah), sehingga mencakup khabar munqathi' khafi (samar terputusnya)
seperti khabar 'an'anah dari seorang muddalis (pelaku tadlis) atau oraDt yant
semasa dan tidak bisa dipastikan pernah bertemu".

,3>t3Eil iLej oL (ii;;jr;) Khabar 'an'anah, yakni yan1


i. i | .-.\ . i i, .r,, . . diucapkan dengan gll pG it Dl triL (telah
LF .F"-', ,ut c'! a)e oe meriwayatkan hadits kepadaku, fulan dari
U{.i t<! ..p &1 (;li:;jr fulan dst), maka termasuk musnad, atau
. ,. -, ..i, , , I , sama hukumnya dengan musnad.
F- C q J-rrrr ':+lst Sehingga hadits yang diriwayatkan dengan
,y$t e: .1 ) t" ir 'an'anah mursal,
dihukumi musnad, bukan
,,",. . -- .. _,., karena sanadnya secara lahiriah
J+uaJl J ej-L- JLai) bersambung.

157
SYARH At WAflAqAT, Pe nielosan Don Tonyo )owob Ushul Fiqh

Penielasan :
Khabar 'an'anah atar mu'an'an adalah khabar yang diriwayatkan
dengan dengan dl ;)" L; ;;,pa $L Qelah meriwayatkan hadits kepadaku,
fulan dai fulan dst) tanpa penjelasan telah ada periwayatan khabar
atau telah mendengar sebuah khabar.
Eksistensi khabar ini dihukumi musnad, karena sanadnya secara
lahiriyah bersambung. Dan bisa dihukumi shahih, hasan,dan dha'if
tergantung pada kualitas matan dan sanadnya.

Pertanvaan :
Mengapa khabar mubn'an oleh pengarang disebutkan khusus di
sini, tidak khabar-khabar musnad yang lain? Dan apa syarat khabar
mu'an'an dihukumi musnad?
Jalab-:
Karena dalam l<\abar mu'anb, terdapat perbedaan pendapat
ulama mengenai hr.tkum musnadnya. Menurut Jumhur ahli hadits dan
selainnya, khabar mu'an'an termasuk muttashil dengan syarat orang
yang menyamp alktn mu'an'an selamat dari radlls (mengkaburkan
khabar) dan disyaratkan juga dipastikan pernah bertemu dengan orang
yang menyampaikan riwayat mu'an2n kepadanya, menurut pendapat
yang dipilih Imam Bukhari dan gurunya Ibn al-Madini dan selain
keduanya dari ahli hadits. Namun imam Muslim tidak mensyaratkan
syarat kedua ini, dan mencukupkan kepastian bahwa kedua orang
tersebut dari satu masa, meskipun sama sekali tidak pernah didengar
kabar bahwa keduanya berkumpul atau berdialog dengan bertatap
muka.
Referensi :
'^;;b &i\1 t l,'\::1 pl
5*Lt,-ij) .,i::-rr'#.. di:' ;L ;a 6Y.)
E
6* v'i&; & #;1r.;).t t-4 S43xt :y'ni e;Oj G3-3;i\'rit;
",J.',.rrl
*n n u.-;i'1 gan\ Gt ii\i|,3tu+r #i +s u di {.at {.e ib ol +)u
r q *? i:Y: *t3 a* qw;-s --A;:lt ,.1; ;utt iib-i'#i 4!\
(133-- J,L;.;;li) \ir6;ii.=t'rj.ii 6
"Pengarang mengingatkan tentang khabar mu'an'an, tidak khabar musnad
yang lain, karena dalam khabar mu'an'an terdapat perbedaan pendapat ulama

158
SYARH AL.WAMQAT, Penjeloson DonTonyo Jawab Ushul Fiqh

mengenai hukum musnadnya. Menurut yaag dishahihkan Jumhur ahli hadits


dan selainnya, khabar mu'an'an termasuk muxashil dengan syarat orang yang
nenyampaikan mu'an'an selamat dari tadlis (mengkaburkan khabar) dan
disyaratkan juga dipastikan pernah bertemu dengan orang )'ang
menyampaikan iwayat mu'an'an kepadanya, menurut PendaPat yang dipilih
Imam Bukhari dan gurunya lbn al-Madini dan selain keduanya dari ahli
hadits. Namun imam Muslim tidak mensyaratkan syant kedua ini, dan
mencukupkan kepastian bahwa kedua orang tersebut dari satu masa,
meskipun sama sekali tidak pernah didengar kabar bahwa keduanya
berkumpul atau berdialog langsung".

;J:: a':L',
.J.,.1: rijJt i-i Apabila seorang guru membaca dan
rir-"1
yang lain
mendengarkannya, maka
,i .-.' Jtf? ,.i ,,,, r.,;\ diperbolehkan bagi perawi mengatakan
i.L' a\ irt4 ,e)
_:r -+-l>
ugL (telah menyampaikan hadits padaku),
(-- j'-(: ij i-:
;ir - ,',t; i-[f atau ;;12\ (telah membei khabar padaku).
-' ,--r' Apabila orang tersebut membaca di depan
(,:; i;j !; 3_--i ij# srtu, maka boleh mengatakan .,;iil tidak
boleh mengatakan .iL, karena guru
tersebut tidak menyampaikan hadits
padanya. Sebagian ulama
memperbolehkan bahasa iL. Dan
pendapat ini yang terpakai sebagai urf
(kebiasaan) ahli hadits, karena tujuannya
adalah memberitahukan tentang adanya
riwayat dari guru. Apabila guru
mengijazahi tanpa membaca, maka dia
boleh mengatakan .,.-j61 (telah memberi
ijazah padaku) atau i-rE) ;j;l (telah
membei khabar padaku dengan ijazah).

Penjelasan :
Pembahasan ini mengenai lafadz-lafadz riwayat dan tahammul
(mengambil khabar dari orang lain). Sandaran penukilan hadits terbagi
dua, sandaran shahabat dan selain shahabat.
1. Sandaran (mustanadl shahabat. Terbagi dua macam;
a. Yang tidak diperselisihkan. Yakni ketika lafadz yang digunakan

159
SYARH A|-WARAQAT, Pe njellsln Don Tonyo llwob Ushul.Fiqh

tidak mungkin diartikan selain makna yang ditunjukkan. Karena


lafadz ini menunjukkan mendengar langsung secara sharih (jelas),
tanpa ada perantara.
Bagian ini termasuk derajat tertinggi dalam penukilan khabar.
Seperti ucapan seorang shahabat;
"Rasulullah telah menyampaikan hadits padaku" e at 3; C:"; '
"Rasulullah telah memberi khabu padaku" e Ani;,6i '
*Rasulullah
mengatakan langsung kepadaku" e Ati; eirt":' '
mendengar Rasulullah berkata" i;i e i;;
*Aku
'
"Aku melihat Rasulullah melakukaa" J,i, *.,i; '

b. Yang diperselisibkan, ktrena lafadz ini tidak menuniukkan


mendengar langsung secara sharih (iela$, dan ada kemungkinan
ada perantara antara perawi shahabat dengan Rasulullah.
Menurut pendapat shahih, lafadz ini diarahkan pada mendengar
langsung dan dijadikan hujjah. Urutan deraiat lafadz-lafadz ini
adalah sebagai berikut;
rerah berkata-e^, J;i,j Jt! .
,,Rasururah

\K;r,er:tt4entJ;t^i .
"Rasulullah telah memerintahkan kami / melarang hal demikian"
4;"1, ti.( i',- 1\K ::.3i 1ts o1-ui 1t:au,ri .
\:3
'Kami diperintah / dilarang / diwajibkan /diharamkan /
diringa nkan hal demiki an "
i:'a,'aAt;-s;1\S -Ut'di\c,; li.S ,A\ J4 .
*Demikian termasuk sunnah Nabi
/ sunnah telah
memberlakukan demikian / sunnalt terdahulu begini"
i:S eraar-6'oli.i,Ell iKTr:5e,,r*; J-S;C .
'Kami telah melakukan di mxa Beliau saw perbuatan
demikian / Manusia telah menfalankan begini semasa Nabi saw"

Sandaran selain shahabat. Urutan derajat lafadz-lafadznya adalah


sebagai berikut;
a. Derajat ahammul (mengambil hadits dari guru) paling tinggi,
yakni mendengar khabar dati lafadznya guru dengan cara

tou
SYARH AL-WARAQAT, Pe njellsln Don fonyo lawlb Ushul tiqh

;:renbaca atau diciikte (inla). Apabila guru bertujuan


ne :noerdengarkan pada perawi itu sendiri atau bersama orang
lain, maka perawi 'ooleh mengatakan; \rL I GlL (rc\a|l
menyampaikan hadits padaku /kam), atau t:';1 1 ;'j$'1 (telah
memberi khabar padaku /kaml. Ntmun bila guru tidak
bertujuan Cemikian, maka kata-kata di atas tidak diperbolehkan.
Dan hanya boleh mengatakan; i11i"1 tilr hs Dl3 ,)G (Fulan
mengatakan begini, dan aku mendengarkannya'), atau tl\ti
(menTampaikan hadits beginl, atau Ls l'ri; l5;.;; (aku
mendengarnya mengatakan begin).
b. Murid (perawi) membaca di depan guru dan guru
mendengarkannya. Maka boleh bagi perawi mengatakan ,jL
(telah menyampaikan hadits pada*u), atau G'j;:) (telah memberi
khabar padaku), atau tli (eku mendengarnya). Sebagian
pendapat tidak ;nemperbolehkan menga takan u$L (telah
m enya mpa ika n ha cii * padaku).
Perawi mendengar bacaan orang lain di depan guru. Maka boleh
bagi perawi mengatakan; +b l;tji aL (elah menyampaikan
ltadits pada kami dengan cara membaca di depannya), atau
i+ a.tji .j.l (telah memberi khabar padaku dengan membaca di
depannya). Boleh juga tanpa menyebutkan atau {{. i,\3 (dengan
membaca di depannya).
d. Dengan model ljazah, yakni guru mengatakan pacia murid; "Aku
tjazahkan padamu untuk meriwayatkan hadits ini / kitab hi /
beberapa kitab ini dariku".
Derajat paling tinggi adalah yang dibarengi dengan munawalah
(serah terima) atas ashl sama'(hadits yang didengarkan), seperti,
"lni adalah hadits yang aku dengar", atau yang setara, seperti,
"lni adalah riwayatku dari Fulan", kemudian guru mengatakan;
"Aku i.jazahkan riwayat hadits ini dariku".

Ijzzah ada beberapa macam.


1) Ijazah khusus dalam riwayat khusus, contoh "Aku ijazahkan
padamu rix'ayat al-Bukhari".
2) Ijzzzh khusus dalam riwayat umum, contoh "Aku ljazahkan
padamu riwayat semua hadits yang aku dengar".

161
SYARH AL.WARAQAT, Penjeloscn Dan T1nya Jowlb Ushultiqh

3) Ijazah umum dalam riwayat khusus, contoh "Aku ijazahkan


pada orang yang berjumpa denganku riwayat Muslim".
4) ljazah umum dalam riwayat umum, contoh "Aku ijazahkan
pada orang yang semasa denganku riwayat semua hadits yang
aku dengar".

Saat menyampalkan (ada), bagi perawi yang menerima ijazah


boleh mengatakan g-j['I (telah memberi ijazah padaku). Atau
l-t1'1\ ;'j2l,1 (telah memberi khabar padaku dengan cara ijazah).

e. Dengan model munawalah (serah terima) tanpa ijazah, yakni


seorang guru menyerahkan lembaran pada muridnya dengan
mengatakan, "lni adalah hadits yang aku dengar", namun tidak
memperbolehkan muridnya untuk meriwaya*an. Sehingga
menurut pendapat shahih tidak boleh diriwayatkan.
f Dengan model wasiat, seperti guru memberi wasiat sebuah kitab
atau semua kitab pada seorang murid atau beberapa muridnya
saat bepergian atau akan meninggal dunia.
g. Dengan model penemuan, seperti murid menernukan kitab atau
hadits yang menggunakan khath (tulisan) guru terkenal. Maka
boieh meriwayatkan jika yakin dengan tulisan tersebut 65.

Pertanyaan :
Apa perbedaan GI' dan 'ni+if ?
Iawab:
lfL
menunjukkan bahwa yang terjadi adalah guru membaca
Lafadz
dan orang lain mendengarkan. Sed.angkan t-,,!1 rnenunjukkan hal yang
lebih umum.
Referensi :

"+ *i r*",,Ur)' +)4 t-4 rq b, t r;G 5 ilw g i i cj";J \ i'i 4rj


(13s".* Lv,jgf) "\ilA|
"Perbcdaan adalah karena tahdits (ak-ar kata tiL) dalam tradisi ahli
itu
hadits merupakan bahasa untuk menun/ukkan guru membaca dan orang lain
mendengarkan. Berbeda dengan ikhbar (akar k2a t;:ii\) maka lebih umum
dari tahdits secara mudak".

tt
Al-\,vuji. h"l 322-324

162
SYARH AL.WARAQAT, Pe nieloson Don Tanyo )lwob Ushul tiqh

Qlvl4s(ANATOGD
..ir i- -' ,. '
.]i, .LP' :: J{- ".\, r,.i-
JY+' *y Qy"r adalah menyamakan kasus
.obrfrrn rerhadap kasus asal karena
. :, '-',-.i .i j-,,(i, ad+nyi illat (kausa) yang menyatukan
r+L\ J. u*'1 !2 '' k.ir.'".ry^ drlr* ' - r,rr-tu huku^.
.e
otf'- ;.;[ff;t- ,rii,r"'1s
S"bagaimana mengqiyaskan al-aruz (beras)
rjr .2 !i jt i,u ndu ) di dalam
.,r, ,- hukunr riba, dikarenaka n adanya jami'
,*"' eu+ (titik ternu) al-thu'mu (makanan).

Penielasan :
juga
Qyas mertpakan salah satu dari empat dalil syara'' Qyas
dijadikan sebagai hujjah dalam masalah-masalah agama dan selainnya'
Hal ini berdasarkan pada firman Allah SWT.
,u*'l' 4riii,r;;r:
'Maka ambillah (keiadian iru) untuk meniadi .pelajaran, hai orang-
bb
orang yang memiliki pandangan". (QS. Al-Hasyr: 02)

futi qiyas secara lughat (bahasa) dapat diartikan at+aqdir


(mengukur), seperti :

"Aku mengukur bafu dengan ukuran dzira'"


Dan dapat juga diartikan at-tasybiih (menyerupakan), seperti :

t,l\'P'ru:
"seseorang diserupakan dengan orang lain"67

Sedangkan secara istilah, qiyas adalah menyerupakan suatu kasus


cabangan (al-{ar'u) dengan kasus asal (al-ashlu) didalam sebuah hukum
dikarenakan adanya suatu 'illaty*g menyatukan keduanya.
Rukun qiyas ada empat
1. Ashlu (kasus asal).
2. Far'u (kasus cabangan).
3. Hukmul ashli (hukum kasus asal).

66
Lathai{ al-lsyarah hal 51
67
Latha,f al-lsyarah hal 52

163
SYARH AI.WARAQAI Penjelasan DonTonya )owoh UshulFiqh

4. 'Illatul huktnil ashli (alasan hukum kasus asal).68

Pertanyaan :
Apakah yang dikehendaki dengan al-Ashlu?
Jawab :
Al-Ashlu (kasus asal) adalah suatu kasus yang telah diketahui
ketetapan hukumnya. Kasus asal ini dikenal pula dengan nama al-
ntaqis 'alaih (kasus yang diqiyasi).
Referensi :

(137 -.- ;,via\) + #-rr -$ '4i 4ir l-ir*; tJ.:"ir il dil


*(Ungkapan
Pengarang terhadap kasus asal), kasus asal adalalt ahyek kasus
yang telah diketahui ketetapan hukumnya"

Pertanyaan :
Apakah pengerti an al-{ar'u?
Jawab :
Al-far'u (kasus cabangan) adalah suatu kasus yang dikehendaki
untuk ditetapkan hukumnya. Kasus cabangan ini dikenal pula dengan
nama al-Maqis (yang diqiyaskan).
Referensi :
( 1 3 7 ...- r,Hii1 ) + #=r1,r\+i ij,)i ", it ;;tt 6 Q;r)\',t i)r)
"(Ungkapan Pengarang mengembalikan kasus cabangaa), kasus cabangan
adalah obyek kasus yang dikehendaki unruk dicarikan ketetapan hukumnya"

Peranyaan :
Apakah yang dikehendaki dengan hukmul ashli itr I
eryab-t
Hukmul asfr.h (hukum kasus asal) adalah hukum yang telah
ditetapkan terhadap kasus asal, baik berdasarkan al-Qrr' an, al-Hadits
maupun al-Ijma' .
Referensi :
.-,.: . , i:, , ,., ,i, , .. - ..., '- ,..-i, i t
#". '.-+1 rijl.',: J:)r Lu=)' ;j; .y ,+ L\})t s' ?f i,r3
-",,
\J 3; '\=-L,
Q32--.i7";'li+' i*it ;V;l'';;i ,:jr +uli'

Larnail al-tsyaran nat 1Jl

164
SYARH AL.WARAQAT, Pe njellsln Don Tlnyo llwob Ushul Fiqh

1l{ukum asal adalah suatu hukum yang terdaPat dalam kasus asal yang
ditetapkan melalui nash ataupun ijma' menurut ulama yang meagakuinya
sebagai dalil esal yang didalamnya dipertimbangkan adanya sisi keserupaan
yang menetapkan terhadap qiyas."

Pertanvaan :

Apakah yang dimaksud dengan 'illatul hukmil ashli ttu?


Iawab :
1llarul hukmil ashli (alasan hukum kasus asal) adalah alasan dari
ditetapkannya hukum pada kasus asal.
Referensi :
(2()s ..- J"\A\ |Y\ EeAr AQ";) Ul' a rji'
;i l) iJl tlli \'u))\, : j'rLt-\'.
"'Illat adalah suatu si{at }'arg mana dengannya sebuah hukum
ditetapkan, dan menurut pendapat lain, 'illat adalah sebuah ifat Tzng dapat
menarik terhadap suatu hulium".

Pertanvaan :

Bagaim:nakah gambaran operasionalisasi dan contoh qiyas?


,Iawab :
Contoh, menyamakan al-aruz (beras) dengan al-bur (gandum)
dalam masalah ribawi, dikarenakan antara al-aruz dengan al-burr ada
satu kesamaan sebagai makanan (al-thu mu). Dari contoh di atas
diketahui bahwasanya ;
. Al-Aruz adalah al-far'u, al-maqis (kas,ts cabangan, yang
diqiyaskan).
. Al-Burr adalah al-ashlu, al-maqis 'Alaih (kasus asai, yang
diqiyasi).
. Ribawi zda"ah hukmul astr.h (hukum kasus asal).
, At-Thu'mu (makanan) adalah 'illatul hukmil asAli (alasan
hukum dari kasus asal).
Referensi :

-r+?-t>) u*.+: -/* _s,- _#) * _# 6j, 'rrEJr i6;i i, ,J;U


,?t\ t'r)-,,$ : itj\t j!:\';+ri ru jj'l'u
";,4t\
it li$t *.V s"4 *
a;At 4.ti.s1;{ ,Jir iE ,;}ll i'-L1i\i *
-i+li ir rBl_l +lli

toJ
SYARH AI-WARAQAT, Penjel7s?n D1nT0ny0 J0w0b Ushulfiqh

(137 ...- iv-i,li)


'Ketahuilalt sesungguhnya rukun qiyas ada empat: maqis 'alaih (yang
diqiyasi), maqis (yang diqiyaskan), makna yang bersekutu diantara maqis dan
maqis 'alaih (illat), hukum yang ditctapkan terhadap maqis 1laih yang akan
mcnfalar tcrhadap maqis dengan lantaran adanya sifat yang bersekun ('illat).
Maka beras dalam contoh ini adalah al-maqis (yang diqiyaskan) sedang al-
Burr (gandum) adalah al-maqis \laih (yang diqiyasi) dikarenakan telah
ditetapkan dalil nash dalam kasus ini dan riba adalah hukum yang terdapat
dalam maqis \laih yang menjalar terhadap maqis dengan perantara al-
musytarak (sesuatu sifat yang bersekutu, 'illat) yaitu at-thu'mu"-

Pertanyaan ;
Apa sebenarnya maudhu' (sasaran) dari qiyas?
.IaEabj
Sasaran (maudhu) dari qiyas adalah mencari hukum dari beberapa
kasus cabangan yang masih didiamkan hukumnya dari beberapa kasus
asal yang berupadalil nash dengan adanya 'illat yang diperoleh dari
ma'na dalil nash tersebut untuk mempertemukan kasus cabangan
dengan kasus asal.
Refqrensi-
;y ra:i, a.r(it Ult ecL\ * eir"s aE;f iu ,,-p; a.g-urr ir-:r
r

::Jr \'r i - '-'p,-Ji ;r-'Jr


e :;I1 \ijti;,1i, iE:ij*lr 9u,.lr*
:,+\ ';ar) 4:L
-' t z .k -

.(217 .....j-;t)\
"Bab yang kedua di dalam menerangkan maudhu' (sasara4 obyek) qiyas,
Imam ArRauyani berkomentar "sasaran dari qiyas adalah mencari hukum-
hukum kasus cabangan yang masih didiamkan syara'dari beberapa asal
dengan berbekal bebcrapa'illat yang didapat dari makna dalil nesh, supaya
kasus cabangan dapat ditemukan, disamakan dengan kasus asal".

JI c';:i ix5 8'.A A Qvas terbagi menjadi tiga macam;


.__ -i.i. ,_-, -t ,_- qiyas 'illa.h, qiyas dalalah, dar qiyas syabh.
..r:!r_j +r:r ,::*-s ""*,::\*- ey as ,illah adalah suaru qiyas yang
,;i didasarkan terhadap 'illat (yang terdapat
,,--. pada kasus asal) yang dapat menetapkan
.. ,-1 \. ,-2,. -i i, *r"-,ej
4r 4-]...-ll ciS L" dnl
suatu nuKum (ternaoap Idr u), seKlra
SYARH AL-WARAQAT, Pe nlelasan DanTlnys lowob UshulFiqh

, t.-- . t '\\ a-.' secara akal tidak dianggap baik adanya


e '..it
1l c^.*, \Cj-z+ ':>:l
hukum tersebut tidak ditetapkan ketika
.:A\ -\d v; ug's*
. .r-llell
'illar ditemukan (di dalam far'u),
.-,,-i' .'.i.\tJl '1. sebagaimana mengqiyaskan memukul
.i urJt Ic
,. ".i, -i , terhadap kedua orang tua
terhadaP
)l A-IrJ
'"l.)','t ' " berkata keras atau kasar karena ditemukan
adanya 'illat idza '(menyakitkan)

Penjelasan :
Al-Qyas terbagi menjadi tiga macam :
1. Qlyas 'illat,2. Qlyas dalalah,3. Qyrzs syabah.
Qiiyi illrt yang juga dapat disebut dengan qiyas ma'na'illat
adalah
suatu tentuk pengqiyasan dengan berdasarkan sebuah yang
mengharuskan tetapnya hukum terhadap kasus cabangan' Seperti
menlqiyaskan berkata kasar (yang diharamkan lewat dalil. al-Qrr'an)
d..,g"n-p.k.rjaan lain, seperti memukul. Contoh qiyas 'illah adalah
-.rigqiyrrkrn memukul kedua orang tua terhadap haramnya berkata
kas"i ('.p.'ti ah, cih). NIah t*1L::l3?Oalam QS. al-Isra'"23:
J 1 L.+r J"tu j{r
"Maka sekali-kali fanganlah kamu mengatakan kepada keduanya
Perkaraal "ah,cih". lQj. Al-lsraa' 23).
Dari ayat Allah mengharamkan berkata 'ah', 'cih' terhadap
di atas
kedua orang tua, dikarenakan perkataan tersebut menyeb abkan idzaa'
(menyakitkan hati) keduanya. Sedangkan 'illat idza. ' ini juga ditemukan
ialam memukul, Bahkan bentsk idzaa' yang terdapat dalam memukul
lebih sempurna dibanding berkata 'ah', 'cih'. Sehingga secara akal tidak
layak jika hukum haram berkata 'ah', 'cih' terhadap kedua orang tua
tidak iitetapkan pula terhadap memukul kepada keduanya6e-

Pertanyaan :

P"net"pa.t haramnya memukul orang tua apakah hanya melalui


jalan qryas 'illat?
Jawab :

Tidak, pada dasarnya ulama berbeda pendapat dalam metode

t'nn-Nafahat hal 137

lo/
SYARH AL-\llARAQAl Pe njellsln Dan Tonyl lowab Ushul Fiqh

penetapan keharaman memukul orang tua, yakni;


1. Metode qiyos,ini menurut riwayat Imam ar-Razi dan lainnya.
2. Metode malhum muwafaqah (kecocokan kefahaman), menurut
suatu pendapat ( qil) d,an di-nuqil dalam kitab al-Burhan dari
mayoritas ulama ushul.
3. Metode manthuq (tekstual), yaitu mengarahkan perkataan kotor
pada setiap bentuk hal yang menyakitkan, menurut suatu
pendapat (qil1.
Referensi :

.rl \;,rdt i,i--h #\r:; i- 6y'i a ?4L\ a;:ii ; ;sri \n *\3i ui


t.
6..k lll6iJ;.:\i #x ,,a Aslt\ ,2.+r;,'t *sYA\ p# ep- , t*:llL: e-:rlt
(138 -.- ,iE;iri)
"rlyl a6iil
ui i5.lba J, i\s.)'r,it
'Kefahaman dari ungkapan int, yaitu tetapnya hukum pada far'u dalam
pembagian ini adalah dengan metode qiyas adalah pendapat yang
diriwayatkan oleh ar-Razi dan selainnya. Dan menurut satu pendapat adalah
dengan metode malhum muwafaqah, dan pendapat ini di nuqil dalam kitab
al-Burhan dari mayoritas ulama ushul. Dan metode manthuq (tekstual), yain
mengarahkan perkataan kotor terhadap setiap bentuk hal yang menyakitkan,
menurut suatu pendapat (qil)".

i'ii:ji ; 4'far ;6-;y Qyas dalalah adalah mengambil dalil


dengan salah satu dari dua hal yang
3i'6;,tt * ;p\ ;\ memiliki kesamaan atas hal yang lain,
yaitu jika adanya'illat menunjukkan atas
-:
v+t; Se'is ii.l :tH hukum hukum.
namun tidak menetapkan
Seperti mengqiyaskan
terhadap
,rUf t?;a.L;ta;P:i haftanya anak kecil terhadap hafianya
orang dewasa (baligh) dalam kasus zakat,
rr-lqti Ju JL b2)\ JY dikarenakan adanya titik temu sama-sama
,u iu if -I2 a-r ;K'.tl .-Li-'. harta yang berkembang. Dan dapat juga
diperbolehkan bahwasanya hartanya anak
)u,.i-4iJ\i:s')ir; kecil tidak wajib untuk dizakati,
sebagaimana pendapat Imam Abu
43 fi:; 'iin,,iu \:S 'll Hanifah

tbat
SYARH AL-WARAQAT, Pe njeloson Don Tonyo )owob UshulFiqh

Penjelasan :

Q1;ias dalalah adalah sebuah bentuk pengqiyasan yang didasarkan


aias suatu 'illag namun 'illat di sini tidak sampai menetapkan terhadap
hukum, tetapi hanya sebatas sebagai petunjuk keberadaan hukum.
Contoh qiyas dalaiah adalah mengqiyaskan harta anak kecil
(shobiy) dengan harta orang dewasa (baligh) dalam hal wallbnya zakat
dengan 'illat sama-sarra termasuk harta yang berkembang (an-numuw).
l{aiuun 'iliat yang juga ditemukan pad.a far'u (harta anak kecil) ini
tidak bisa serta merta menetapkan kewa;'iban zakat atas hartanya.
FIanya saja 'iliat tersebut ciigunakan sebagai buktr ko.rvajiban zakat atas
hartanya. Sehingga dikatakan bahwa haita ana\ kecil wayb dizakati
dengan diqiyaskan terhadap harta orang dewasa, karena keduanya sama-
sama harta yang berkembang.

Lqtanyaarij
Apa honsekwensi .iari penjelasan Ci atas ?

Jawab :
Kcn-sek:,ensinya, Dikarenakan 'illat dalam qiyas dalalah ini tidak
sempai nenetapkan hukum, tapi hanya sebatas sebagai bukti atau
perunjuk atas hukum, nraka tidak diarggap buruk secara akal jika
hukurn kasus cabangan (far'u) tidak sama dengan hukum kasus asal.
Sebagairnana dalam kasus harta anak kecil di atas, Imam Abu ilanifah
berpendapat bahwasanya harta anak kecil tidak wajib dizakati, karcna
diqiyaskan dengan masalah haji, yaitu wajib atas orang dewasa namun
tidak wajib atas anak kecil.
Rerterensi :

i:'i 3i':E rF;:: ya iii :iri, i}4,Y'r!t 1$i : J; L;lr \;j


+--,:"li
ja "rr. + ;rri iF Jj.J' i;L1 i ,-
Lp\\4 i)i, ii';i; lFi ;. Ui; 3-rr
,--? .t\i- .i, t:r1 ''- ,',r
.F-+ .i,,.,r, ...- . .,i.
..-,rllL,
eIl:, ti: -LiD ,J.jJr. ^-+t rds- a# ) ,Dq" * "fb ,'. (:*JJ.J i:'t i',
'+'a\ iE uS F[ i,; i ;h it e€ *:,K]1,,ii O pEl ;u
F',a;r Cil
5 6': ru ljt &u',!;+;idq( iKj 'iF'Ea' is'.4,s i';j ^r,+,
'! i*.-' t- ;4 iL:; ;Jl ;+;.r --4Lt L.;,;r:tt
Ju ? Aa'^52
Ua\ & +1'j; pui ;ra ';4
i$ iirj.,,.drj i+;iii6 6 *-i<l\ 5
(53 --- 95-ult ' '::u;r)

lao
SYARH ALWARAQAT, Penjellson Dlnllnyo llwob UshulFiqh

"Qyas jenis ini adalah yan6 paling sering dari berbagai macam bentuk
qiyas, yaitu suaru qiyas yang mana ketetapan hukumnya disebabkan adanya
'illat yang digali dari nash yang diperbolehkan untuk menjalarkannya pada
far'u, dan juga bolch untuk tidak menjalar pada far'u. Jcnis qiyas ini lcbih
lemah diband.ing qiyas yarg pertama. Karena 'illat pada qiyas ini acialah 'illat
yang mcnunjukkan atas hukum, namun tidak jelas yang sekiranya tidak
dianggap baik untuk mcnyalahi hukum kasus asal. Sebagaimana
mengqiyaskan harta anak kecil pada harta orang dewasa, dalam hal wajib
zakat, dcngan adanya persamaan (aly'ami) mampu memenuhi kebutuhan
orang fakir dengan satu bagian dari harta yang dapat berkembang.
Sebagaimana ungkapan an-Nadhim "scbagaimana ungkapan kita harta anak
kecl wajib dizakati sebagaimana harta orang dewasa, maksudnya karena harta
tersehut berkembang. Maka titik tcmu (al-Jami) nya adalah sama-sama harta
yang berkembant. Dan ini adalah 'i||at dari ditetapkann;',a hukum. Dan
mem.rngkinkan juga untuk menyalahinya, maka dapat dikatakan (tanpa ada
unsur men$fck)'tidak wajib zakat atas harta anak kecil" sebagaimana yang
diungkapkan oleh Imam Abu Hanil1h dengan diqiyaska,t rerhadap haji,
sesungguhnya haj; walib atas orang dewasa dan tidak wajib atas anak keci|".

Pertanyaan :
Mengapa dinamakan dengan qiyas dalalah?
IarsaL :
Sebab al-Jami'(titik temu) yang terdapat pada qiyas ini bukanlah
jati diri 'ilIat itu sendiri (nalSul 'illal, namun hanya sebatas dalil
(petunjuk) saja.
Referensi :
G)E\ ;" \'ji )\ rJ4t
7,;g s" G2\ G;r'e'd] rrru-ii r"r 4.f nl.rtr 6n r g r

-1-,r') il, ;ij 'i il' jJi e+' + rJU, Oj-( at # q-<li .,,,. u<; ri
(44....'e\1\;+\ viJ\
"Macatn ke empat adalah qiyas ad-dalalah, yairu bilamana aly'ami'(tttik
temu)nya berupa si{at lazim (mcnetap) dari beberapa kelaziman 'il}at, atau
dampak (axar) dari bebcrapa dampak illat, atau hukum dari beberapa
ltukumnya 'illat. Dinamakat qiyas addalaalah dikarenakan hal terscbut
adalah petunjuk (dalil) dari 'illat bukan 'illatnya scndiri".

Pertanyaan :
Apakah perbedaan antara qiyas illat dengan qiyas dilalah?

170
SYARH AL-WARAQAT, Pe nieloson Don Tonyo )owab Ushul Fiqh

]aryabj
Dalam qiyas dilalah, 'illat tidak mewaiibkan adanya hukum karena
secara akal tidak dianggap cacat seumpama hukum yang terdapat pada
asal tidak terjadi pada far'u.
Versi Jam'u al-Jawami', qiyas 'illat adalah suatu pengqiyasan
dengan langsung menyebutkan 'illatnya. Dimana 'illat tersebut meniadi
titik temu antara asal dan far'u. Seperti nabidz adalah haram
sebagaimana khamr, karena memabukkan. Sedangkan qiyas dalalah
ialah suatu pengqiyasan dengan menyebutkan sifat yang selalu melekat
pada 'illat yang ,.bena.nya, atau menyebutkan salah satu dari pengaruh
'iIlat, atau menyebutlan salah satu hukum 'illat.
Referensi :

;S * iit a'+., ii ti i;lt,.yV,i.;i + G)\A. 3V \'ra 3*3 i';)


Jy,
(

'#,, i* u^ ,Llr o==l *-1i .r:.,{i! ,;p\


#L\ 36 )'A*lr ;i o="+
;l\Ju 6 i)!;i k;!tr;7t:tu-,lrl14r a-'6d*:yLp\ f
\, ili,
-l ri e,?' 6+ 3i,'; y;Li.*;$ar ;ur.i +ld'--! p;ll Ju;
3-

;;\,,i v:\ * 61 u i'jar JV: 26:y:- ;ts 4\ i Y i\1i iK V * cV


,e2il. ir* ;e u.ii, 4g\ e\1;.tK iV #\ ir:, ii lj'ii i* v*:i
Jar e Cr ir:x j\ j:€lll €e ,4 9\..i]K -bv4\ +;$j! ?-\rr\ i\t-j
*- $+ Ixl 'A e4 t:- a'JauS )r|'cu+\ fji 'l'gr Jq;
,lU*lir i:j'

J- +,F! l;it ;:,., & i-.:jl e it +)t iz: n ]J"L';L JK L;


L?-
tt:.1

(l 38 ---- :,uilr) "-)d'i');-


"(perkataan pengarang : diperbolehkan) ini merupakan perbedaan antara
qiyas diialah der,gan qiyas ilat. t
alaupun kedua qiyas tercebut sama-sama
)d"np ilat dalam maqis dan maqis alaih, hanya saja dalam qiyas dilalalt
ilatnya tidak mewafibkan adanya hukum karena secara akal tidak dianggap
,rrrt r"u*or-, hukum yang tcrdapat pada asal tidak teriadi rytla far'u Hal
ini karcna^petrtilik harta dalam fir'u ialah anak kecil sedang dalam a'sal ialah
orang dewasa. Sehiagga mungkin ada perbedaan antara hartanya anak kecil
d"r[rn orrrg dewasa, yakni kcduanya bcrbeda da]am takli{ dan ttdaknya'
Sed)ngkan 7e tcrangan dalam kitab jam'u! jawami' mengcnai masalah
pcrb"drn qiyas itat dengati qiyas dilalah sebagai berikut: "Qyas illat yaitu
-suatu
suatu pettgqiyasan dcngan largsung menyebutkan iiat$ya, yang ilat
sYARH AI.WARAQAT, Pe rtjellsln Don fonyT lawlb Ushul liqh

tenebut fien/adi titik temu di antara asal dan far'u, seperti nabidz adalah
haram seperti khamr, karena memabukkan. Sedangkan qiyas diialah ialah
suatu pergqiyasan dengan nenyebutkan sifat yang selahL melekat paCa ilat
yang sebenarnya, atau menyebutkan salah saru ,lari pengaruh ilat, atau
menyebutkan salah satu hukum ilat. Contoh pertama merlgqiyaskan nabidz
dengan khamr dengan adanya titik tcmu berupa bau me yengat yang
merupakan si{at Jang nelekat pada ilat yakni (ilat yang berupa iskar). Contolt
kedua adanya qisos pembunultan dengan memakai benda tunpul dengan
diqiyaskan pada pembunuhan dengan benda tafam dengan titik temu yang
berupa dosa besar. Dosa besar bukanlah ilat yang sebenarnla tapi sebuah
pengaruh dari ilat dan ilat sebenarnya ialah pembunuhan dengan seagaja
secara penganiyaan. Contoh yang ketiga dipotong tanganlyr bcberapa orang
karena nrcreka memoton& tangan seseorarg. Diqiyaskan dcngan dibunuhnya
beberapa orang karena mereka membunuh satu orang, tlcngan tiiik temu
berupa wajibnya membayar diyat (iika penbunuhanya tidak disengaja).
Wajibnya membayar diyat sebenarnya bukan ilat tapi hukum deri ilat. Dan
yakni ilat sebenarnya ialah memotcngan dalam kasus pertama (pemorongan
tangan) dan memhunuh dalam kasus kedua (pembunuhan)"

.3i Qyas syabah adalah qiyas dimana al-


-'r ;Lr r:,1, ijf
i1-jji ;' r ."*Lll"-' far'tt berkutat antara dua kasus asal, maka
.:1 '^1 .i: al-far'u disamakan dengan kasus asal yang
--! > v!'\".' ''-
ttl'" t'^4<i.
-" lebih banyak keserupaannya. Seperti
\"; fy;- ;lti l1l :';li 3- 6f dalam kasus 'abd (budak) ketika
mengalami kerusakan, maka dalam hal
dhaman
;;lr 6u:yi o! 9r:3r s, mempunyai (ganti rugi) budak tersebut
kemitipan antara orang -dan
., #i ti;: 3i ';i e-"- 1r.1{it i. (al-hurr) binatang
bahimah) dari siatusnya sebagai harta
- (a1-

'"^i i\; fi .!il benda. ban kemiripan dengln


' 5i luiu
harta
u 'u -. ' -kemiripan
.' benda lebih banyak dibanding
i4 fi ,p-+ ";ll -.,+ ("+ dengan orang merdeka. Deiga" bukti,
budak bisa diperjualbelikan, diwariskan
wij\;\,1::;j..tli|:ii
- dan di',vakafLaJ. S.hingg, jui dari budak
diganti sesuai kadar harganya yang
*:r 6 berkurang (akibat luka tersebut).

Penielasan :

Qiyas Syabalr adalah sebuah bentuk pengqiyasan dLmana al-{ar'u

172
SYARH AL.WARAQAT, Pe njelasIn Dln Tonyo iow\h UshulFiqh

jika dilihat dari segi sifat+ifat yang ada memiliki keserupaan dengan
dua ashl. Dan selanjutnya al-far'u disamakan dengan salah satu asI.1
yang n:emiliki lebih banyak kemiripan dengannya.
Sebagaimana dalam kasus budak yang memiliki dua sifat yaitu ;
harta sebab ia dimiliki oleh tuannya dan manusia karena ia juga
memiliki sifat sebagai manusia. Maka ketika ia dibunuh lantas apakah
ia diserupakan dengan binatang ternak ataukah disamakan dengan
manusia?. Dalam kasus ini mayoritas ulama cenderung memilih
menvamakan budak dengan binatang ternak dikarenakan sisi kesamaan
antara budak dengan binatang ternak lebih banyak dibanding jika
disamakan dengan manusia merdeka. Sebab seorang budak boleh untuk
diperjualbelikan, diwakafkan dan diwaris sebagaimana binatang ternak.
Sehingga konsekwensinya bagi orang yang membunuh budak tersebut
harus membayar denda (dhaman) sebesar nominal (qimah) dari harga
budak tersebut, sebagaiinana jika ia merusak harta benda orang lain.

Di antara syarat kasus cabangan


adaiah harus serasi, cocok dengan kasus
asal di dalam alasan ('illat) y^ng
t- ,:.- , -') ti ,-i ; i, menyatukan keduanya dalam satu hukum.
,
*' - n*
r- '- - Jt
Jr Y c-rdlr- - Artinya keduanya dikumpulkan dengan
'i-..rti*t
.-;iJ- illat yang serasi dengan hukumnya.
\-

Penielasan :
Far'u disyaratkan harus serasi (munasabah) dengan ashl dalam
'illat yang menyatukannya. Seperti dalam kasu nabidz (tuak) yang
diqiyaskan dengar khamr. Far'u dalam hal ini adalah nabidz memrbki
kesamaan, keserasian dengat ashl yakni khamr Calam masalah rs*ar
(memabukkan).

Pertaayaan :
Dalam ungkapan pengarang, sisi munasabah (keserasian) manakah
yang dikehendaki?
Iawab :
Dalam perkataan pengarang tidak secara jelas menentukan stsl
munasabah antara far'u dengan ashl. Namun, Syaikh Ahmad bin

173
SYARH AL-WAMQAT, Penjeloson Don Tonyo )awob Ushul fiqh

Abdul Lathif dalam an-Nafahat menyatakan bahwa yang dikehendaki


d.ari munasabalt adalah munasaba-& dari sisi 'illatnya. Maksudnya, 'illat
hukumnya harus serasi, sama antara ashl dan far'u.
Contoh, seperti 'illat rstar (memabukkan) yang terdapat pada
hukum haramnya khamr, ternyata juga serasi dengan aPa yang terdapat
dalam nabidz (perasan selain anggur).
Referensi :

ii tt;t rb[!i d; ly j<ii t;at jAt &i (rr5] vv1 abt ii i'])
\:it url vF & grz )"J< :f #4 i 37: r;c J.-.t\: Z/, ;j4 s--

F.ti A ,att + t;+o! gia;i +- a;r:I ryri 3ijiJ'llj 1i1;;


3.1v,,a,
* tlt:,L\;*t )-*it +=u'ji +*U #\ ii{-'; 4i,*:yV 7j4\:
(14l --* .rvJli'iA\
"(ungkapan pengarang: adanya far'u harus serasi dengan ashl), yakni
kasus yang diserupai, maka ielas dari ungkapan ini persyaratan harus adanya
keserasian antara far'u dan ashl, namun dari ungkapan Beliau ini belum dapat
difahami sccara jelas adanya penjelasan mengenai dari sisi mana keserasian
antara keduanya?...yang paling dhahir, bahwasanya yang dikehendaki dari
keserasian ini adalah keserasian dalam'iilatnya, maksudnya'illat hukum
haruslah serasi dengan setiap ashl dan {ar'u. Sebagaimana iskar
(memabukkan) yang mcrupakan 'illat hukum haram adalah scbuah sifat yaag
scrasi dengan ashl yakni khamr dan far'u yakni an-nabiidz (tuak)".

.,,2.: ,\\ L:tji -t.j 1--. Di antara syarat kasus asal adalah
"-- harus berdasarkan dalil yang telah
dr* ;f- ,l-a E[ dit.prkrti oleh kedua belah fihak vang
,I Lrr>'-r ,- .; , berbeda pendapat, aSar qiyas dapat
,,r_, J6."a+
' dijadikan hu.iiah aras fihak yang
'
.. ., ,i .i
1\.-.^.ar Il i1
!:) - J,!1,v'
menentang. Kemudian jika tidak
ri \'- =| v *is ditemukan fihak yang menentang, maka
-
c,F -Au disyaratkan tetaPnya hukum kasus asal
"*!i "i-: haruslah dengan dalil yang diakui orang
#ult * "$j $': yrrg melakukan qiyas.

174
SYARH AI.'WARAQAT, Pe niellsln Don Tanyo lawob Ushul Fiqh

EeajclaiaL!
Kasus asal disyaratkan hukumnya harus ditetapkan melalui dalil
nash maupun ijma' dan dalil tersebut juga harus disepakati oleh kedua
belah fihak yang berselisih, yakni berselisih di dalam tetapnya hukum
kasus asal terhadap kasus cabangan. Hal ini disyaratkan supaya qiyas
dapat dijad.ikan sebagai hujjah atas fihak yang menentang'
Namun, jika tidak ada fihak yang menentang, maka disyaratkan
hukum tersebut ditetapkan berdasarkan dalil yang diakui oleh a1gars
(orang yang melakukan qiyas).

Pertanyaan :
Mengapa harus disyaratlan sedemikian rupa?
Lawab :
Semua itu disyatatkan agar qiyas betul-betul dapat dijadikan
sebagai hujjah atas fihak yang mengingkarinya.
Referensi :

lrrs;Jt g4t41;:i1 #\ &',g;U+l i&l }ljir11i5 "iitt:V.


(143 .... :,\;ia\) *L'^iL l'rL;"J. +',r:+t 3u;\
"Disyaratkannya hal di atas supaya qiyas dapat dijadikan sebagai huiiah
atas fihai yang mene!1tang, sebab bila lihak yang menentang daPat mencegah
rer.ladinya giyis tentu qiyas tersebut tidak dapat diiadikan sebagai hujjah"'

Pertanyaan :

Apakah dalil yang dijadikan pijakan dalam ketetaPan hukum kasus


asal harus berdasar pada dalil nash dan ijma' saja?
larab_l
Tidak, namun pada dasarnya yang boleh melakukan qiyas tidak
harus seorang nujtahid muthlaq, tapi seorang muqallid (orang yang
mengikut pada mujtahid) juga diperbolehkan melakukan qiyas' karena
nash mujtahid baginya bagaikan dalil nash bagi muitahid'
Referensi :

;Z i ;'q:t iF +$1! J El! i 4b'LfrJ 'p*r i u 4t i; *


-ar

,,fu',
,. :,,1 J"r\\ * )ui;...Ju'ai J1...*t: jb,G6;t--l x+jt*
"r\.

(143 ,r" r\;#)\)x+J {-jJ\ Trtilt }K n ;A\ +4;A\ i;'J\i ;i4


175
SYARH AI"WARAQAT, Pe njeloson Don fonyo )owob Ushul Fiqh

'Dan
terkadang muncul permasalahan Tang menyebutkan .seanriainya
hukum kasus asal disepakati namun tidak dengan dalil nash, akan tetaPi
dengan metodc taqlid, sebab sesungguhnya qiyas tidak hanya ditentukan
terhadap mujtahid muthlaq saia, sebagaimana iang diielaskan oleh bitkan
hanS,a seorang ulama safa.... Dan diiawab dari permasalahan perrama ini
bahwa saya taqlid adalah dalil bagi muqailid, scbab nash muitahid baginya
bagaikan nash a*syari' bagi mujtahid"-

, i i,Xj ,,,i aijt ;- ,-;) Di antara syxrat 'illat adalah 'illat

i ', ttl j.:X )t \$'J;f yanS.di'illati. .Maka tidak diperbolehkan


terjadi kerusakan baik dari sisi lafadz
(GI *"uPun *ak.t,.
i -, Dan tatkala 'iilat mengalami
3j; J! \EA i^Lf:\,F kerusakan dari sisi lafaiz, yakni sifit+ifat

bt'Q*+ $-/'Jr ur"z'r )r pada sebuah kasus, namun tanpa adanya


. , tilLr la.
*) z. - .i ,.
> i r ,..,!.-IJ penetapan hukum. Ataupun kerusakan
-l>. t)", cr- )'
al -l-+l
,
ei'l '.
dari sisi makna, yakni makna yang
.."..
9)+ .-"^.iq_ t.. -d*' .:-ir
ii:'ir (9*-' diiadikan sebagai 'illat ditemukan pada
'ja sebuah kasus, namun tanPa disertai
;q!l f.:.; p.tt.t^p"n -hukum.. M-aka..qiyas semacanl
al.i-\ rni dinyatakan rusak (ia.ad).
#^lU ,Ili .r- jE ji( jj'ii Yrng perta-r, i.p.rti digr-br.kr,,
Calam kasus pembunuhan memakai benda
1l-";:] 9\n $; J" u! ;:t
^]l tumpul, dinyatakan sebagai pembunuhan
ti, ,".-iv. ,, - -i, terencana ciisertai penganiayaan, maka
.Fr+' )'-r! ,j"Jo u'\"a!r I mewajibkan hukum Qshas, seperti dalarn
'i"
L.-4 '.,< ,i.
' . \i)" '-r-
d\, r,.i, ,,<
--)r .!lJl
-r' tf-
:,r; pembunuhan dengan benda tajam. 'illat
E-o d,!) I
o-ri
-'- ini menjadi rusak dengan adanya kasr.rs
.

5g;.
- -'
pembunuhan orang tua terhadap anaknya,
i dimana pembunuhan ini tidak
o-iKJ\ ++ iUjok U-gr! menetapkanwajib Qshas.
i., .,--r, Yang kedua, sebagaimana dikatakan,
1,.,< ,-.i, --,.
J\i? i+"i\ ritr prl ,=i:F\ *aiib mengeluarkan z-akat ternak
- dikarenakan untuk membantu kebutuhan
'ir l!+\ ge:F.y-dj J):i or^rg fakir. 'lllat ini menjadi rusak sebab
1 . . .,,.- ditemukan dalam intan bedian, namun
W ;bj tidrk ada kewajiban zakar di dalamnya.

176
SYARH AIWARAQAT, Pe nj?llson Dan Tonya )awob Ushul Fiqh

Penielasan :
'lllatdisyaratkan harus berlaku pada setiap kasus yang di'illati.
Maksudnya, 'illat harus menyertai setiap hukum di manapun berada.
Sebagaimana 'lllat iskar (memabukkan) harus ada dalam setiap kasus
yang dihukumi haram dengan diqiyaskan terhadap khamr, seperti
harus ada pada nabidz, narkoba, sabu-sabu dan lainlain. Maka tidak
diperbolehkan terjadinya cacat baik dari segi lafadz maupun makna.
Cacat dari segi lafadz adalah bilamana 'illat dari segi lafadznya
ditemukan pada suatu kasus, namun hukum kasus asal tidak dapat
diterapkan karena adanya suatu pencegah (marr). Seperti dikatakan
membunuh seseorang d.engan menggun akan mutsaqqal $enda tumpul)
menetapkan hukum qishas sebagaimana pembunuhan dengan
muhaddad (benda taiam) dengan adanya 'illat yang berupa tiga sifat,
yaitt; al-qatl (pembunuhan), al-Zmdu (disengaja) dan al-'udwan
(mengandung unsur penganiayaan). Namun 'illat ini ternyata cacat
ketika dihadapkan pada kasus pemtunuhan orang tua terhadap
anaknya. Dalam kasus ini ternyata orang tua tidak diqishas meskipun
terdapat tiga unsur 'illat, pembunuhan, disengaja dan mengandung
unsur penganiayaan. Maka dari segi la{adznya yaitu algatl
(pembunuhan), al-'amdu (disengaja) dan al''udwan (mengandung unsur
penganiayaan), tidak dapat diiadikan 'illat dalarn masalah qishas.
Sedangkan cacat dari segi makna adalah .jika makna dari 'illat
hukum ditemukan pada suaiu kasus, namun hukum tidak diterapkan.
Semisal kewajiban mengeluarkan zakat pade. hewan ternak karena ada
unsrr dafu hajatil faqir (membantu kebutuhan faqir). Namun berlian
yang juga mengandung unsrr dafu haiatil faqir tidak terkena hukum
wajib zakat.
Dapat disimpulkan bahwa kerusakan (cacat) 'illat bermuara pada
wujudnya 'illat namun tanpa disertai adanya hukum.

Pertanyaan :
Kalau memang muaranya sama, yaitu wujudnya 'illat namun tanpa
wujudnya hukum, lantas mengapa pengarang membedakannya dalam
d,aa bal laldzi dar, ma'nawiy'
Iawab :

Pada dasarnya dalam hal ini jika melihat tidak adanya hukum dari

177
sYARH AI.WARAQAT, Pe njellsan Don Tanya lqwlb Ushul tiqh

segi lafadz, maka dinamakan cacat lafdzi dan jika dilihat dari segi
ma'nawiy, maka dinamakan cacat ma'nawiy. Walaupun jika terjadi
cacat dari salah satunya, maka juga menetapkan juga cacat pada segi
yang lain.
Referensi ;

rq+! "3 ,u+7t U;j .,a-,r)' ,t1;,,,t*) a;'i iii ii Uu ?-5 Jl iG

i\.';:\_ 3. i\ .;A\ j; )6; ... jtl.ii il 6


i^\,#ii, ii ;u;)r # u:t
':,:i
+*t,',u ,.P' * 42 iii:: ,,#l' ," 1^' * -i.'., -il ;: 11

+.iirirai ,f #\ai Ui*r1;'jra 'urtn+i J"?j


"'az
(144 .r. :,\tAi) d$\!*'.J,JJ ,gtt ll_,ttt Jb ;eE.{;3
"Ibnu Qrim bcrkomentar^ bagi scseorang dapat mcnyatakan bahwa tidak
dibutuhkan menganggap kecacatan scjenis la{adz dikarcnakan sudah
dicukupkan dengaa adanya kecacatat ma'nawiy. Sebab kecacatan ma'nawiy
sudah mcmuat terhadap kececatan lafdzi, karena bisa saja adanya na'na dari
kasus yang di'illati tanpa adanya hukum didalam kasus yang dijelaskan
mushannifdcngan istilah cacat lafdziy ..-.. dapat ditanggapi dari sisi ungkapan
mushannif, bahwa musAatnif mcmbagi cacat cialam dua bagian, yaitu cacat
la{dzi dan cacat ma'nawi1; scbab bila dilihat dari tidak adanqa hukum dari
scgi lafadz, maka diaamakan cacat lafdzi dan jika dilil;at dari segi ma'nawiy
maka dinamakan cacat ma'nawiy. W'alaupun jika teriadi cacat dari salah
satunya, maka fuga menetapkan cacat pulapada se€i yang lain. Sebab sctiap
terjadi ketiadaan hukum dari se.tuatu yang menunfukkan (lafadz,), maka itu
bcrarti pula ketiadaan hukum dari sesuatu yarg ditunjukkan (makna)nya,
bcgitupun scbaliknya. Maka dinamakan scjenis la{dzi dari scgi lafadz dan
scfcnis ma'na dari scgi ma'nanya. Sehingga kemung*inan ini hanyalah ktilah
semata dari mushannif.

i:H,:i r+L\ bF r.3) Di


antara syarat hukum haruslah
menyamai 'iilat dalam segi wujud dan
&it+qj)f dt e$t S+ tidaknya. lr{aksudnya menyamai 'illat di
;) t'-),i) rlii i- \ii gy\i dalam hal wujud dan tidaknya, Jika 'illat
ditemukan maka ditemukan pula hukum

178
SYARH At -WARAQAT, Pe njelasan Don fonyo )owob Ushul Fiqh

dan jika 'illat tidak ada maka tidak ada


Jurl cldrr dlj hukum pula.
<"s=jj]- 4tr1 e Dan 'illat adalah sesuatu Yang
'Jl\i) mendatangkan hukum sebab adanYa
'ALi i \6;-E keserasian pada hukum. Sedangkan
hukum adalah sesuatu yang didatangkan
fl\t(4i4.1.)#\ oleh 'illat, karena alasan tersebut di atas.

Penielasan :
H"kr* kasus asal disyaratkan harus selalu menyertai 'illat' baik
tatkaia ditemukannya 'illat atauPun tidak' Sebagaimana isykaar yang
menjadi 'illat dari Lukum diharamkannya khamr, maka tatkala 'iilat
isykaar ditemukan pada sesuatu, maka hukum haram harus ditetapkan
juga. Hal ini senada dengan sebuah kaidah :
\J,-,", \:);i
44 ri+'e D 4'€L\ J\i
"sesungguhnya hukum selalu menyertai 'illat dan sebabnya dari segi
wujud dn ttdaknya".

Dan selaras dengan ungkapan mushannif :


f \ V r4)-'t:;\reil'4g n ;a:r:- ;:,5- li;ur e "roru
"'Illat aclalah yang mendatangkan hukum sedangkan hukum adalah
yang didatangkan oleh 'illat".

HAMM DAN MUBAH


,:rr - i l-t-rrr- ,rlj rr'^i:t Bahwa tentang a/-Hadlru (haram) dan
urrrr J-r '>\: r'"-t "y' ..r1.b"h, sebagiari ulama menyatakar',
lv 'J\
4lll :i; (;G:lr Ji u "r.runig,rhry"' segala sesuatu setelah
-

e t-e .F.ei 1.pir &) *::::Hi,,x"l',u,Y'li;:f


j:- :,[ 'gl jii rntnet'Pi atas sebuah .sifat yaiiu^,i,ll;
haram'
-'- i;, ":J\ i:;r;l u
, kecuali sesuatu yang diperbolehkan oleh
& i:: u L-tn\ L. t- syariat. Bila dalam syariai tidak ditemukan
, .i $---::r'l-+>'')r '-.,, iaH vane. menuniukkan hukum mubah,
,^; J""'9 -rka'huiu* ,rr1 b.rrp" haram yang
;!ir dilrdik"n pedoman'

179
SYARH AI.WARAQAT, Pe nieloson Don fonyo lowob Ushul ttqh

-;-. .l'^.b, J: :j . *Ell i,^i) Sebagian dari ulama berkornentar


- ' | * i-- -
,\
sebaliknya, yakni hukum asal dari segala
a-Ji *q (rEi'ir +- f.-'Vr 3i sesuatu ietelah diutusnya Nabi
ljE U
-.
'il p[)t) ,] li:l
Muhammad SA!7 adalah mubah, kecuali
hrl-hal yang telah diharamkan oleh syara'.
-,, t, t.tl ,. .t\- (Lr:Jr
,,-,.n Pendapat yang shahih adalah
sbs ,.kaat e#! diperinci bahwa (hukum asal) segaia hal
-.t<-iv , ' .t\ i2- .t , -\t 1i yang membahayakan adalah haram, dan
€-'J --l-"' ,9 :'';'-'tt u' ,.g"'i" hal yang berma.rfa"t adalah halal.
' e5 f:i Gt g
\:a-: 1j 6;11 '
Adapun sebelum terrtusnya Nabi
Muhammad SA\7, maka ti:lak ada huliurn
);)\ ,Uj', ,.;! si-.: y^rg berkaitan dengan seseorang
,- Dikarenakan tidak adanva Rasul yang
+l u J'--i:Jl menyampaikan hukum kepadanya.

Penielasan :
Ulama ter.jadi perbedaan dalam menanggapi permasalahan hukum
asal dari segala hal setelah bi'xah (diutusnya Nabi Muhammad SAW.
Secara garis besar perbedaan ini dapat digolongkan dalam dua
kelompok.
Sebagian ulama menyatakan bahwasanya hukum asal dari segala
hal adalah haram selama tidak ada dalil yang menyatakan boleh
(ibahah). Sehingga bila ada suatu perkara yang belum ada ketetapan
hukumya, maka hukumnya adalah haram.
Sebagian yang lain menyatakan bahwasanya hukum asal dari segala
hal adalah boleh. (ibahah) selama tidak ada dalil yang menyatakan
haram. Sehingga bila ada suatu perkara yang belurn ada ketetapan
hukumya, maka hukumnya adalah boleh.
Perbedaan ini akan nyata bila kita terapkan dalam sebuah contoh.
Sebagaimana televisi, dalam hal ini menonton televisi menurut
pendapat pertama hukumnya adalah haram, sedangkan menurut
pendapat kedua hukumnya adalah boleh.
Namun pendapat yang Shahih adalah yang menyatakan hukum
dari segala hal adalah dipilah-pilah (tafshil), yakni segala hal yang
membahayakan, baik pada dirinya maupun pada diri or:rng lain, maka
hukumnya adalah haram. Dan hal-hal yang memberikan manfaat, baik

180
SYARH AL.WARAQAT, Penjeloson DanT0ny0 Jowlb UshuiFiqh

pada dirinya ataupulr pada orang lain, maka hukumnya adalah boleh.
Maka hukum menonton televisi, menurut pendapat ini adalah
terperinci. Yaitu, jika menonton tersebut memberikan dampak negati{
maka haram. Dan jika memberikan dampak yang positid maka boleh.
lJiama .juga terjadi perbedaan pendapat dalam menyikapi
permasalahan hukum ketika masa fathrah (masa kekosongan dari
seoiang rasul pemba'r'a Syari'at). Secara garis besar perbedaan tersebut
dapat digolongkan dalam dua golongan ;
llenurut kaum Asya'irah (pengikut faham Imarn Asy'ari), orang-
orang yang hidup sebelurn bi'tsah (diutusnya Na'bi Muhammad SAW)
tidak akan mendapat siksa. Dan menurut kar,r:- fu{u'tazilah, mereka
tetap dituntut untuk menjalankan hukum slzriat dengan menggunakan
analisa rasio (akal). Maka, apa saja ,vang menurut pertimbangan akal
dinilai baik, maka hukumn'r,a boieh. Sebaliknya apa yang menurut
pertimbangan akal i,'rrui:, maka hukumnya adalah haram, meskipun
berada di masa fathrah.

Pertanyaan :
Apakah Nabr Muhammad SAW sebelum diutus menjadi rasul juga
diperintahkan untuk menjalankan sebuah syari'at?
Iawab :
Dalarn masaiah ini ulama berbeda pendapat.
1. Mentiadakan adanya tuntutan uniuk menjaiankan syarl'at
tertentu kepada Nabi Muhammad sebelum diangkat menjadi Nabi.
2- Menetapkan adanya tuntutan untuk menjalankan syari'at
tertentu kepada Nabi Muhammad sebelum diangkat menjadi Nabi.
3. Tawaqqu{ (menaagguhkan masalah ini sampai ada nash
yang jelas) pendapat inilah yang diplllh (al-mukhta).
B€fElc4sli
'j:i
r rsi:;1 ; r;irujil;iirIi+,-.:r 'i3):-',ik^ir\ L,Jr ui
- ) o. , r--
<_r : l-, \;
(t4B a. L\6JA)\i; jij:,;€k G!,')ujJ\j j']\ J;lilja\"t G e
'Adapun Nabi Muhammad SAV, para ulama berbcda pcndapat apakah
Bcliau dituntut beribadah dcngan scbuah syara' ataukah tidak. Sebagian
ulama menalikan,\al terscbut, scbagian yang lain menetapkanrya, namun
peadapat yang dipilih adalah mcnangguhkan masalah ini-"

181
SYARH AI.-WARAqAT, Pe niellsdn Dln Tanyl lowlb Ushul Fiqh

Perta:n an :
Apakah yang dikehendaki dari hukum boleh hanya terbatas dalam
mubah saja?
Jawab :

Tidak. Boleh (mubah) yang dikehendaki disini adalah boleh yang


mencakup terhadap hukum wajib, sunnah dan makruh.
Referensi :

(148 d" eu'Jr'f)'r,!\F\j r3\j,-:|)9u\-1.j1 ;r!-ig. r ui trq)! itr!


'Yang dikehendaki dengat boleh disini adalah boleh yang mencakup
terhadap hukum waiib, sunah dan makruh".

Pertanyaan :
Apakah dalil yang dipakai oleh pendapat shahih hukum asal
sesuatu yant membahayakan adalah haram?
Jawab :
Dalil yang diiadikan landasan adalah hadits Nabi Muhammad
*janganlah engkau
yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan selainnya :
berbuat kerusakan pada dirimu dan janganlah engkau membuat
kerusakan pada orang lain".
Refetensi :
ya: xl &i r-,V QL \': -r?\')1i
4-4- ie i5) i\'"J;
(148 -.- 3v,7i) *'F t),A\', !-:ii
"(ungkapan ?engarang aus hukum haram) .... ha| tersebut berdasarkan
sabda Raiulitlah SAW ianganlah engkau berbuat kerusakan pada dirimu dan
janganlah engkau membuat kerusakan pada orang lain".

,".
j1 (, iAt .5a))\ ,'jJ',) Pengertian istishhabul hal yang daptt
dijadikan huijah, sebagaimana keterangan
{;-A::3\ G\.; r:f r i.:i yang akan latang, adalah melanjutkan
,: , ,',',, hukum asal, yaitu ketiadaan hukum yang
i:e) iF ("U;'!t
il ir;.ll ,gl secara asal, tatkala tidak ditemukannya
t..'e
, -,,1, 1.,,i ,"-,r,,,.,,., dalil syar'i, sekira seorang Mujtahid
r'€j?'-Jl '+4 ,J! (J--^!r
C #{' setelah melakukan pembahasan yang
. -i, -.- secara mendalam dengan mengerahkan
* -!JJ'
.i, a.ir
)'''i' -? i->!' --
'a- = -\!
segala kemampuannya, sebagalmana la

182
SYAR H AL-WABAqAT, Pe njelosln Don Tanyl l0w0b Ushul Fiqh

i; ri,r'.
u- 2H'5ia i- :"* tl tidak mampu menemukan dalil atas
u" ;-;tf
:1 .1.i(
kewajiban melaksanakan puasa Rajab,
4t ir;? :i: r-* .,,p1 lantas ia berkata, " Puasa Rajab hukumnya
F-rnr Gr
- ')'o\\ qw-z+^\ hukum asal, yakni ketiadaan hukum
,,". t,, -,-
U > *<* .-6r:Lr)l"(:,
, secara asal". Dan istishhabul hat ad'alah
"r 4- n t5'" hujjah secara pasti (tanpa ada perbedaan).
-

Adapun istishhab (yang masyhur


ijr l:;ijt -'*;*:,,*l'r Gi;
- dikala.rga., fuqaha') yaitu tetaPnya
316\ ;uJl o- ;\ -* ;-i sesuatu pad^ ,r-t"s, kedua dikarenakan
telah wujud pada masa pertama, adalah
ajl li+ L.- J;'it C s-;Jl hu,jah ,,.r,,r.,rt Lit, (syafr,iyyatr), bukan
.. \.-a .\2- -i. -..-i , menurut kalangan Hatafryyah. Maka
.r/+ e tr''9;b) )u 4-'{3r menurut kita tiCak wajib zakat dalam dua
.i e\rzlcr
4LrLll - !, i . .\. ,,r.' . puluh
'. Zrr'. a"as,', trr-: . dinar yang belum sempurna yang

.-E --r:)it yang sempurna.

Penjelasan :

Istishhab secara lughat tdalah thalabul Mushahabah (tuntutan


kebersamaan). Sedangkan al-rlstishhab secara istilah terjadi perbedaan.
Definisi pertama, membersamakan hukum asal tad<ala tidak
adanya dalil syara'. N4aksudnya, seorang mujtahid ketika dihadapkan
pada suatu masaiah, setelah meiakukan kajian yang mendalam tidak
menemukan adanya dalil syara' yang menjelaskannya, maka baginya
boleh untulc menetapkan hukum asal (yakni ketiadaan secara asal).
Seperti ketika mujtahid dihadapkan pada masaiah apakah hukum
melaksanakan puasa bulan Raiab? maka setelah mengkaji dari dalil
syari', te::nyata tidak ada nash yang menielaskannya, maka hukum
puasa Rajab tcrsebut dikembalikan kepada hukum asalnya, yakni tidak
adanya kewajiban untuk menjalankannya. Ulama sepakat definisi inilah
yang dapat dijadikan sebagai hujjah.
Definisi kedua adalah tetapnya suatu perkara pada zaman yang
kedua, karena telah ditetapkan pade zaman yang pertama. Definisi ini
dianggap sebagai hujjah menurut kalangan Syaf iyyah dan lv{alikiyyah,

183
SYARH A|'WARAQAT, Pe nielasan Dln Tsnyo )lwob Ushul tiqh

tidak menurut kalangan Hanaf,ryyah. Perbedaan ini dapat terlihat secara


nyata bila kita gambarkan dalam sebuah kasus ketika nilai emas yang
kurang dari dua puluh dinar dapat laku dijual setinggi harga emas dua
pulrrlidinar y"ng ,.*pr.nr. Maka menurut kalangan Syaf iyyzh dan
Maalikiyyah emas tersebut tidak wajib dizakati. Sebab sejak zaman yang
la pau'i^z-r ^an al-awwal) emas teisebut tiriak wajib untuk dizakati,
dan hukum tersebut terus ditetapkan pada zaman sekarang (az-zaman
at-tsaaniy).

Pertanvaan :
-- S._i",,,h manakah yang dikehendaki dengan 'tidak adanya dalil
syara" sebagaimana dalam definisi pertama?
Jawab :
dikehendaki adalah tidak adanya dalil syara' menurut hasil
analisa dan kajian yang dilakukan oleh mujtahid, meskipun pada
-Y^ng
kenyataannya ada dalil syara' yang menegaskannya'
Referensi :

pt.l ,g*i* uJq+\.' $lnl {-tA\')....G5}\ J11\rG i:t lii)


(1s1..-- JE*,l);-i, ,-r; e,;rr.
"(Perkataan Pengarang: yang berupa tidak dttemukanya dalil)'"yang di
dari yang nampak pada
-rk id tidrk ditriukannya dalit iatah sisi apa
mujtahid bukan dari sisi kenyataan dan yang sebenarnya"

URUIAN DALILDAIIL
z-t ti '.i, '.i-t
ll4\ pr-!
(l--. &J eJ) )t tr lJ ,, Adapun beberapa dalil, maka
I
didahulukan dalil yang jelas daripada yang
,+uJs 4?l samar. Seperti dalil dhahir dan yang
ditakwil. Juga didahulukan lafadz daiil
tifu yang digunakan dalam makna hakiki atas
c.!lqr.qrh-.Jl v-)
.\t
t . t\p1 t^.11 t\1'-.- i-- dalil yang digunakan dalam makna malaz.
--:'- -)' .LlJ F.
Dalil yang menetapkan keyakinan
:4?, (p ?';1 & J4- didahulukan atas dalil yang menetapkan
dugaan. Hal tersebut seperti dalil
it t"ri: i-';i Yiti;u;tK mutawatir dan dalil ahad, maka

184
SYARH AL.WARAQAI Pe njelotan Don Tonyo Jlwab Ushul Fiqh

jdahulukan yang pertama, kecuali apabila


L( :i6rtt ;;; dE ,.,'A; ,,,i
- d
dalil pertama menunjukkan umum ( 2m),
mal<a ditakhsis dengan dalil kedua,
--:! yU<-ir .unji n i-'; sebagaimana keterangan terdahulu tentang
t") #, iq J: GE!\-)) takhshish al-Kirab dengan as-Sunnah.
ilr 3::.:r i!+;f 'ir t-,,;;r, ,,"3ii:[Tf,1i:i:f ,*Ilt*;::?:ffi;
. iika dalil ucapan tersebut 'arz (umum),
i3i vS r-\l'. ii;+ 'maka ditakhshish dengan 'al-qiyas,
, - " , sebagaimana keterangan yang telah le.aiat.
eri, (gl f f I -"*4rj) Qyas laliy diCahulukan atas khafiy_
1 .- _1 ,, , -. Hal ini seperti qiyas i.llat ,Tidahrlukan atas
- \, ,.- -ic.
I rLJ e, 4i'Jl
a-"-:J
-.
- - e--l-!-) qlyas stdDrn.

._,\K 1- (,rj.al\ , i :,: ,,,1.i) Jika dalam dalil ucapan baik al-Kitab
, - a- 'Y Y- )) "r maupun as-Sunnah ditemukan sesuatu
ajir (,r (p.jt 'A\;) l:)\ ketiadaan secara asal yang p€netapannya
.1i.-.,i yang dapat merubah hukum asal, yaitu

. ,. -, . .i, . .ii, disebut istishhabul hal, maka sangat jelas


*-re--'i\ Qt _/.-+ f:\ll i.i.., ) I
bahwa yang digunakan adalah dalil
'.i r.t-1 ,,i, ucapan.
", (-eV 9,-, ?,+! Namun jlka hal tersebut tidak
i.
I i]; +l t'Y:;) 3J! -ul diremukan, maka wajib untuk
melanjutkan keadaan asal (isttshhabul
1,1,',.,-
r, (JE' {-;-,-+) t i r_.;- hal, yaitu ketiadaan secara asal.
Maksudnya hukum asal inilah yang
t ,-}.'J ,J' i-!-;)i pJtr diamalkan.

Penielasan :

Daiam menentukan dalil, seorang mu.jtahid harus faham terhadap


urutan dalil yang harus didahulukan ketika terjadi pertentangan antara
dua dalil. Perinciannya sebagai berikut,
1. Dalil yang makiranya jelas (al-jaliy) didahulukan atas dalii yang
maknanya kurang jelas (al-khartfi. Contoh,
a. Daiil dhahir drdahti:ukan atas dalil yang mu'a'nwai,
b. Dalil yang menggunakan makna hakiki didahulukan atas
da1il yang menggunakan makna majazi.
2. Daiil yang menetapkan terhadap al-'ilm (keyakinan)

185
SYARH AL-WARAqAT, Pe njeloson Don lanya )owob Ushul Fiqh

didahulukan atas dalil yang menetapkan dhan (dugaan).


Contoh, dalil mutawatir didahulukan atas dalil ahad. Kecuali
jika dalil mutawatir menunjukkan makna umum, maka harus
Citakhshis dengan dalil ahad yang menunjukkan makna khusus.
3. Dalil ucapan (al-Kitab atau as-sunnah) didahulukan atas dalil
Qyas. Kecuali jika dalil ucapan menunjukkan makna umum,
maka harus ditakhshis dengan dalil qiyas yang menunjukkan
makna khusus.
4. Qyas a|-jaliy didahulukan atas qiyas khafiy. Cotoh, qiyas 'illat
dengan qtyas syabah.
5. Dalil ucapan (a1-Kitab atau as-Sunnah) ditemukan rnerubah
hukum asal (al-'adam al-ashlifi, rnaka yang digunakan adalah
dalil ucapan. Namun .jika tidak ditemukan, maka wajib
melanjutkan hukum asal (istishhabul hal).

Pertanyaan :
Apa yang dikehendaki dengan dalil ai-Jaliy dan dalll al-Khafif
lrahj
Yang dikehendaki dengan al-Jaliy ad'alah dalil yang jelas dalam
menunjukkan terhadap makna yang dikehendaki, sebagaimana
menggunakan makna Shalat untuk setiap pekerjaan dan perkataan yang
diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam Sedang yang
dikehendaki dengzn al-KAafry adalah dalil yang tidak jelas dalam
menunjukkan terhadap makna yang dikehendaki.
Referensi :
iui"i! itr"ii d-t\A\ )vqK +;-'Y;r.+#i;,::.1;
'Yang dikehendaki dengan a|-Jaliryi adalah dalil yang jclas cialam
Yf;'i;
men unjukkan tcrltadap makna ya ng dikehendaki, sebagaimana mengg:unakan
makna Sholat untuk setiap pekcriaan dan perkataan yang diawali riengan
takbir dan diakhiri dengan salam. Sedang yang dikehendaki dengan a!-
Kholilyi adalah dalil yang tidak ielas dalam menunjukkan tcrhadap makna
yang dikchendaki".

Pertanvaan :
Gambarkan kasus ketika istishhabul ltal bertentangan dengan dalil

186
SYARH AL-WARAQAT, Pe nielasan Dcn Tonyo lowob Ushul Fiqh

ucapan !

Jawab :
Yaitu, seumpamanya kita mendapati suatu perkara Yang
bermanfaat, maka berdasar atas istishhabul hal barang tersebut boleh
untuk kita man|aatkan. Namun jika kita menemukan dalil nash
menyatakan bahwa barang tersebut dihukumi haram, maka istishhabul
hal harus kita tinggalkan dan da1il nash wajib diamalkan.
Referensi :
,:,-e*;ii\aU;Xpt,*a G: W 4 i'S a.t, t&;r$'HY i';>
pi\t;;', t u+a J-t'i' ,; +>r; Ji F,
i.- " -a'- . ' i. i.t, , t,.-t,.
.ri';t-t; *t';J ny +"yt i'n)
,-,-".- 2\a

(1s4..". r;;:]\ a.11-;ti


jE r-tj
"(ungkapan Pcngarang sesuatu yang merubah terhadap asal) hal tersebut
scbagaimana jika kita menemuka, sesuatu yang nengandung suatu manfaat'
maka kita memberikan hukum padanya bahwa hukum asalnya adalah jawaz
(boleh) ;,airu tidak haram, dan bila kita ternyata menemukaa dalil nash yang
menyatakaa bahwa sesuatu tersebut dihukumi haram, maka kita harus
mcnfalankan scsuai nash dan kita harus meninggalkan hukum asal- Sebab
inilah Pengarang mengungkapkan liwaadhihun ilaa akhiri qoulihi (maka
sudah jclas hingga akhir ungkapan beliau)".

SYARAT MWNDN{ MUSTAFN


:*frJJ\ -rA3 pS Di antara syarat seorang mufti, yakni
?'5,at :"-7
seorang multahid, adalah harus menguasai
'*;\ +iU_ \rc 't'H- 3t ilmu fiqh, balk ushul ataupun furu'-nya,
.-. .|.-i..i
.i,1(1.!r, i.1- perbedaan ulama dan seputar madzhab.
,t-ULd , Cl c E),l:; \cJt
Maksudnya, menguasai masalah-masalah
,,:- ,-: '-.i,
,rr L€.i Lj *-ii) itv ,aP\ fiqh, kaidah-kaidah dan cabang<abang
,'
.iI -i '"-' . -:-r L-,
,... i\ L$-L-' ...ii
-= , fiqh, serta masalah yang di dalamnya
" ) 4-!.,lJ,ll
e,s'
"' -^7 - ).j-l
terdapat perbedaan ulama, agar bisa
^
A n5 ,r+L J\ .44 ^.-ilih d"n pendapatnva tidak
..t a- .\...1 ,-i-.., bertentangan dengan cara memunculkan
'ia. r" 9!',r F.ts)
i",4 4+ pendapat baru. Sebab dengan ini akan
+ ii 41"+'G) menetapkan pendapat yang sudah sepakat
ditiadakan oleh ulama sebelumnya. Hal

187
SYARH AI-WARAQAT, Pe njellson DIn Tonyo Jawlb Ushul Fiqh

ini karena mereka tidak memilih pendapat


baru tersebut.
Dan disyaratkan lagi, seorang mufti
d- lj'ii "\4K
a'te;t t:\:) haruslah lengkap sarana ijtihadnya,
i. ,.-.. ,- f. ,- .-..i, memiliki pengetahuan tentang segala hal
U- #i Cq Lj \'3r\c )\;7.) | yang dibutuhkan dalam rangka menggali
mulai dari ilmu nahwu, lughat
4)\ _#W f-c'jr }qi:r hukum, dan mengenal para perawi hadits. Sehingga
,qix- (u-;sl su.1r ;l;3
ia dapat mengambil riwayat dari perawi
yang diterima, bukan perawi yang cacat.
,. t2,.", -.,- )-4,:i-,
qt i*4 J-t i)t )'!\l
., .i,
7.>)l'
u-n'
pK;Jir ;-;-.rqt ;-.r;'ir ,;.!) Dan mengetahui pentafsiran ayat-ayat
hukum dan hadits-haciits Yang
,,l-t &\A (\ii,ir jil rG'i! menjelaskan hukum, suPaya hasil
ijtihadnya dapat sesuai dengan al-Qrr' an
g;tii;-t ;-
""lg'J; dan al-Hadits dan tidak menyalahinya.
.r !i ilrr 4:j 'u "$"'Yj Ap" yang
diungkaPkan oleh
pengarang, berawal dari ungkapan beliau
'.6;:, A4t )q+)1 5ri 4ri G;to dan seterusnya adalah sebagian dari
,:))\;3 S',4\ "et3;' perabot ijtihad, dan di antaranya lagi
kaidah-kaidah
adalah harus mengetahui
ushul dan lain sebagainya.

Penielasan :

(orang yang memberi fatwa masalah syara') harus memenuhi


Mufti
beberapa syarat yang harus dipenuhi, yaitu :
Mingerti akan masalah-masalah fiqh baik dari sisi ashlnya mauPun
far'nya, sisi khilaf ulama maupun madzhab.
S.-prrrrn perangkat ijtihadnya dan mengerti akan segala hal yang
dibutuhkan dalam rangka menggali hukum, diantaranya adalah harus
mengerti akan ilmu nahwu, lughoh, mengerti akan perowi-perowi
hadil, faham akan tafsir al-Qrr ' an dan hadits-hadits Nabi terutama
yang berkenaan dengan hukum-hukum syari'at.

'1 88
SYARH A|-WAf,AQAT, Penjells1n Dan Tanya Jowob UshulFiqh

Pertanyaan :

Apakah dalam syarat memiiiki kefahaman akan ilmu nahwu dan


fiqh harus kefahaman yang setara dengan pakar-pakarnya, seperti Imam
Sf ibawaih, al-Nawawi, al- Akhfasn ar-Rof i dan lain-lain ?
Jl.\sab_l
Tidak disyaratkan bagi mufti untuk sampai pada derajat yang
setara dengan pakar-pakarnya.
Referensi ;
q"
d; ii.i, v'ii.i:.'- t',;t--'i-.?Yt...ti,-".
Aun ;t;;l)i 'aii bH ii ld1 1{vi ;r1
,',i' .. . . .11 -.
',-,.'. - 7' '-.i.- '.,,
:":,;*}'-.;ti k: 4!} ",-, +)n, 4i4\
,.
L{+ 9; Lueu o-.;.,1, "
19.,l' f:)\
J ,.{E=, _r

- c,GrSt
a; .y *v:t' 4:L; pi.ir
Q2 i g':ti '
"Ungkapan pengarang sempurna perabotnya) yang dikebendaki adalah
adanya perabor iitihad haruslah sempunla hasil pada mulii, dan tidak
ligh untuk mencapai deralat tertinggi, namun
di.syaratkan dalam nahw.u ciari
cukup sampai pada detajat sedang yaitu sesuatu yang sudah cukup untuk
digunakan sebagai ;arana menggali hukurn".

4.ll< ,tt li, $aK ril S if+ j; r.;uJ' ei:)\-+):'rL;Jt ;';i-'ti


j$ iu' !r iu u( iuJr ,; u Jqrii,; w )t s ,f # *r F. s
(1s7 ..-. ivai):.GjJ3\; rifl
"Tidak adanya syarat adanya muitahid hatus mahir sekali dalam ilmu-
ilmu cii atas, schingga dalam ilmu lughat seperti imatn Khalil dan dalam ilmu
nahwu seperti imam Sibawaih. Namun cukup mengetahui secara global dari
setiap ilmu di atas. Dan hal ini adalah perkara mudah di iaman ini, seperti
komentar lbnu as-Shabagh. Karena ilmu telah dibukukan dan dikumpulkan"-

Pertanyaan :
Sejauh manakah standar mengetahui akan perawi hadits yang
disyaratkan bagi seorang mufti ?

Iawab :
Standarnya tidak harus mengerti secara langsung atau rirvayat dari
syaikl-rnya, namun dapat dicukupkan dengan berpedoman terhadap
kzrya-karyz ahli hadits sebagaimana Imam Ahmad, lmam Bukhari,
Imarn Muslim dan lain-lain.

189
SYARH AI"WARAQAT, Pe njeloson Don Tonyo lowob Ushul Fiqh

Referensi :
-';i '*;rt A;)
G"rYtg uu;jr +;4r &i iLG)'!ui e- QE])\ Fi
122..- iu;t v.; $ lt;at lr-1 ulu ,-E+;,:t .J- r.9& 1.r4 7-j3) #)
TUnEkapan pengarang mengetahui perawi-perawi hadits) dan sudah
cukup pada jaman kitaini, untuk merujuk terhadap ahli hadix. Sebagaimata
Imant Ahmad, Imam Bukhari, Imam Muslim dan selainnya. Maka bagi mul?i
sudah cukup dcngan berpedoman pada mereka, dalam masalah keadilan dan
kecacatan perawi badi ts ".

,.,..2-i j :-i)
,:\i -:, :.til -), Di antara syarat orang yang meminta
", .:ti'i t'l.t,.
7- .-' ,'i i" . fatwa, haruslah termasuk ahli taqlid, maka
.,1.r1
+- €"Jr
9
luJ :\:Y;rl J'6\ .r (jika tergolong ahli taqlid), ia harus
(r-lii1 mengikuti seorang mufti dalam fatwanya.
"1 ,r -" Jika seseorang tidak termasuk ahli
I Jp
-
"
J^l ..r: '1?tI taqtid,yaitu termasuk ahli ijtihad, maka ia
rr.ii'i1 , Fi ,''4 Ub dq tidak diperbolehkan meminta fatwa.
Sebagaimana ucapan pengarang: "tidak
j\: \S d;j:- jiii il u';I .,i
diperbolehkan bagi seorang alim, yakni
zi,, , ., \i ,-i t r,,"r .,i ., mujtahid, bertaqlid kepada mujtahid lain,
dr/ {'ir7-J I f I \dr"+ #J/ sebab ia mampu melakukan ijtil-rad
,...i. - g5-:rl
rk;)\ i.-,,.1.,
(.1t4 sendiri".
d.,"

Penielasan :
],fiustarti adalah orang yang mencari fatrva kepaCa orang lain atau
orang yang meminta fatwa tentang masalah hukum syariat.
Orang yang diperbolehkan untuk bertanya atau meminta fatu'a
adalah orang yang belum n-rencapai derajat muitahid atau masih
termasuk ahli taqlid. Sehingga termasuk di dalamnya adalah orang
yang masih bodoh ataupun sudah memiliki keilmuan namun belum
sarnpai derajat mujtahid.
Maka, .jika seseorang termasuk golongan mustafti wajib baginya
untuk rneminta fatwa kepada mufti. Sedangkan orang alim (mujtahid),
yaitu seseorang yang secara keilmuan sudah mencapai derajat mujtahid
mutlaq, maka baginya tidak boleh bertaqiici. Baik telah berijtihad
namun belum sampai menemukan hasil, atau sama sekali belum

190
SYARH AL.WARAQAT, Pe niellsan Don Ilnyo lowlb Ushul Fiqh

berijtihad.To

Periaoyaan :
Ulama sepakat bahwa mujtahid mutlaq seperti as-Syaf i boleh
berfatwa. Apakah selain muitahid mudaq diperbolehkan berfatwa?
,Iawab ;
Pada dasarnya semua muitahici selain mujtahid mutlaq
diperbolehkan untuk berfatwa. Namun ada perincian sebagai berikut :

. Mujtahid muthlaq, ulama sepakat boleh berfatwa.


, Muitahid madzhab, menurut pendapat Ashah diperbolehkan
berfawa sesuai dengan Imam mujtahidnya. Imam at-Tajj as-
Subukiy berkomentar dalam kitab al-Mukhtashar, bahwa
mujtahid madzhab diperboiehkan berfatwa tanpa ada khilaf.
' Mujtahid {atwa, terjadi khilaf dan menurut pendapat ashah
boleh berfarwa. Dalam Jam'ul Jawami' diceritakan adanya
pendapat lain yang memperbolehkan berfatwa bagi seseorang
yang masih dalam deraiat taqlid (muqallidl walaupun belum
mampu untuk men-tafri' (mengembangkan cabang fiqh) dan
r.i'en- tarjih (menilai unggul sebuah pendapat).
Referensi :
-e -*\ #e.;) ++ ;G;r -;'r-r -& i';;:;+;l +# ei: <i'* A;l
ar .rjr ;d + &rj'i1 ;>ir- i 6 l1(; id;Jr :*) ey)ax| i;ilt, ,.,-i;
. <::;,]r -,:Ji
-T '- ujl'.:' j--' j)j- 'l E\ L"*;:;.''t i-i]'z \:-"; ,i
,iY ..,)U-r '<-:tr iE]l
Y "--' \-

eV\ A!' Q
-,F: *A
3. 4l +\;''! --\$;J\ P.,'c ;q .si,r:i)l jrF +- *\6
::Y',;i y.a* \t.!u ;\&?\ el' lF);ii:f, i;:r' ,'-,t:,* r'\*
;ll ;F'uriru;'i' i- !'J' r;r e; i t)'.j]j\ iG ^j; dii tA.)'tll
(159.... LVA\)
"(Llcapan pergararg : maka ia harus bcrtaqlid).... adapun mujtahid
Madz-hab, maka baginya menurut pendapat Ashah boleh untuk berfawa
sesuai madzhab imam mujtahid yang ia saksikan dalil pengambilatnya dan
diyakininya mudak, walaupun ditemukan adanya muftahid muthlaq.

70
An-Nafahat htsl 161

,1 0'1
SYARH AI.WARAQAT, P? njeloson Don Tanya )owob Ushul Fiqh

Beginilah sclanjutnya al-Amudiy metcetitakan adanya khila{ dalani masalah


ini, namun sebagaimana yang diungkapkan oleh at-Tajj as-Syul'uki dalam
Syarh al-Mukhtasltar dan di ikuti oleh segolongan LUa-ma bahwasanya tidak
ada khiiaf dalam masalait ini. Yang sebenarnya terjadi khilaf adalah ciaiam
masalah mujtahid fatra, ma-ka menurut pendapat Ashah boleh untu^k
ber{awa yakni kctika tidak ditcmukannya muitahid muthiaq' karena
dibutuhkain beserta l'rujudnya mujtahid. Diceritakan dalam lam'ul Jawami'
scbuah pendapat lain yaitu diperbolchkannya berfitwa bagi muqallid
*"lrupun ia tidak mampu untuk mcntalii' dan mentarjih, sebah ia adalah
,ror"ig yrng -"rgrmbil pendapat (an-naqil) pada aPa yaE€ dilirwakan oleh
Imamny4 meskipun ia tiCak secara ielas meayebutkan pengambilannya dari
Imam terscbut. Pensyarah dalan S;tarahnya menyatakan irilah yang teriacii
pada masa akhir ini".

Pertanyaan :
Apa syarat bagi seorang mufti yang dapat riimintai fatwanya?
Iaeej
Disyaratkan harus muitahid yang adil, diyakini serta masyhur
keahlian dan sifat adiinya. Atau yang diduga kuat meniiiki keahiran.
Begitu juga selain orang yang adil jika diyakini kebenarannya dengan
beberapa qarinah (tand.a-tanda) ataupun meyakininya atas hal-hal yang
sudah jelas.
Referensi :
!! f:lii rius.*:rt r)\4 4.;i;;irJi;.1 i6lat si tE -l r1;1
";,stt tK.,vat3 JK 3\J r:;r:. i6!9 ',(ii) . '^',ir
)\ +,-" +qJr,a; \il J,ill ;i
(160 ".,- c.'\;i;11) 'g!'J,)JnL\

'(Itcapan pengarang : mu/ii), yakni muitahid yatg adi!, yan6 diyakini


serta masyhur keahlian dan sifat adilnya- Atau yang diduga kuat memiliki
keahlian, sepcrti orang yang sudah didaulat berfatwa daa sering dimintai
fatwa manusia. Beg*u iuga selain crang yantr; adil iika diyakini kebenarannya
dcngan bcberapa qarinah (tanda-tanda) ataupun meyakitinya atas ha!-hal yang
sudah .felas".

TAu.TDD/.IT ITTTAD
Taqlid ad,alzh menerima
\ #|fll ;'j 3i;'ila\) pendapat

i92
SYARH AI.WARAQAT, Pe njelosan Don Tonya )owob Ushul Fiqh

jp rf j*) \tf 4 @; orang


.lain dengan tanpa disertai hujjah
yang disebutkan orang tersebut. Berpijak
pada versi ini, menerima pendapat Nabi

CJ:; Ai oiit L :.at ,15 Muhammad SAIT dalam hukum-hukum


' yar.1 Beliau ungkapkan, dinamakan
.;.+) ,,Kl'lt :r |5i u+ dengan taqlid.
Sebagian ulama mengatakan, " Taqlid
IJJ4
adalah menerima pendapat orang lain,
,,t i.tt t,,.-.,, <\. .. . 'a ,
dalam keadaan engkau tidak mengetahui
,, Jr+ #r Ju J4 r.{.rj dari mana pendapatnya", maksudnya
,i," .,i , . .=.i _ti_ ,.,-i, engkau tidak mengetahui dasar
\Artr 0rr u'} J-J-! ] ':''J *-' pengambilannya dalam masalah tersebut.
;rr-.. .r,i: i- ,i...,i ,-i
Jika kita menyatakan bahwa
e4) '-r! ' q' ,.ru.rggrhrrya
L3 !-,-L!
Nabi Muhammad sAW
,5; ,L- :Jl ,:,t 6j ,,,g., berpendapat berdasarkan qiyas, yakni
^ilt
j\, (.rr=ti! j'i aC !a;- mengikuti pendapat Beliau boleh
.
. -t ,i ,., -., --wl4-
,,= i.,.
dinamakan dengan taqlid. Dikarenakan
4j J;; jS-J\ ji4) -". ada kemungkinan pendapat tersebut hasil
- iitihad.
,)' i'H ii Ju:l) (\l;ji Dan bila kita menyatakan bahwa Nabi
SAW tidak berijtihad, namun
)q!1 menyampaikan berdasaikan wah1,u, tidak
, ..: \iI .r',i, t.\r ada yang diucapkannya itu menurut
,l.,l ,.:\- - U.! lr.,-
,\,
:- l!1. !-iJ: ,
ir : - , ":/ r
kemauan hawa natsunya, ucapannya ltu
,.\ -..\t .- 2\ 2- 1.. : - . - tiada lain hanyalah wah1.u yang
at' $4t Je H 4 t?) F diwahy,kan (kepadanya)zr,' maki
i"r5 ,#-5j 6:J-;j it-;! menerima pendapat Beliau tidak
drnamakan dengan taqlid, sebab
.rjt i)r;'q-:) \"4j3 4:; disandarkan pada wahl'u.

'1 Sastra semacam ini dinamakan iqtibds, yakni menyelipkan ayat Al-Qur'an atau Hadits
dalam sebuah perkataan dengan cara yang tidak menyiratkan kata-kata tersebut diambil
dari keduanya (An-Nafahat hal 162). Dalam contoh ini, ayat yang diselipkan diambil cjari
QS. an-Najm 3-4.

193
SYARH AI-WARAQAI Pe nielosan Don Tanyo )awob Ushul tiqh

Penielasan :

Taqlid secara bahasa adalah,


\.W #\ e;ra\ yj
'Meletakkan sesuatu secara melingkar di leher"
Sedangkan defi.nisi taqlid secara istilah terjadi perbedaan di
kalangan ulama.
Versi pertama, taqlid adalah menerima pendapat orang Iain dengan
tanpa disertai penyebutan hujjah dari orang tersebut. Sehingga apabila
berpijak pada pendapat ini, mengikuti sabda Nabi Muhammad SAW
termasuk taqlid. Sebab kita mengikuti sabda Beliau tentang sebuah
hukum dengan tanpa disertai penyebutan huijah.
Versi kedua, taqlid adalah menerima pendapat orang lain dengan
tanpa mengetahui dari mana orang tersebut mendasarkan pendapatnya
(tidak mengetahui sumber pengambilannya). Dari pendapat kedua ini
Sabda Nabi Muhammad SAW dapat diperinci meniadi dua, yakni ;
. Jika Nabi Muhammad SA!7 melakukan qiyas (ljrihad), maka
mengikuti sabda Beliau termzsnk taqlid.
. Jika Nabi Muhammad sama sekali tidak melakukan i.jtihad,
dalam artian semua pernyataan hukum dari Beliau adalah
rvahyr dari A1lah S\ilT, maka mengikuti sabda Beliau tidak bisa
diseb:ut taqlid.

Pertanvaan :
Manakah pendapat yang lebih shahih tentang boleh tidaknya Nabi
Muhammad SAW melakukan ijtihad?
Erab-i
Pendapat yang shahih diperbolehkan.
Referensi :
* ii,izl:t: <$.ir jr ,rLJ))
*,ttt r* 3-'^;,:,r1#uir' :.i! ):p\
i r*- * s;\ i;jr4Jiari iK u i\ij 4p ilir i r[i)' ':'? 'iL:
* i*i il i:,L c"i .urtt i:H'Jj ,'+ ?.,* .s;i "ti ,P i* .r;\'
(162"-.c,G35) )\*\
"Pendapat yang bcnar (mengenai bolehnya rasul melakukan iitihad) .uang
diikuti olei ulama, di antaranya adalah imam Syali'i dan diakui
-ryorit"t

194
SYARH AL"WARAqAT, Pe njelosln Dan Tanyl J0w0b Ushul Fiqh

kebeaaranya dalam kitab Jam'ul Jawami dan iuga kitab-kitab lain ialah bolch
bagi Nabi SAW uatuk melakukan ijtihad. Dan hal ini bukan hanya secara
hukum jawaz tapi mcmang terfadi, karena berpijak pada firman Allah swt:
"tidak patut bagi scorang nabi mcmpunyai tawanan sebclum ia dapat
melumpuhkan musuhnya di muka bumi". Teguran dari Allah swt atas
keputusan Nabi untuk mcngambil tebusan dari tawanan perang Badar.
Sebuah tcguran tidak ditujukan pada hukum yang datang dari wahy'u. Maka
tentunya hukum tersebut murni hasil ijtihad".

. .,,,I i:- -r. )'*.?-)


,. .',,I r,!.,
i-' Ijtihad adalah usaha mengerahkan
+- €*J lJ+ jx-,
segenap kemampuan demi mencapai
sebuah tujuan yang dikehendaki berupa
mengetahui hukum, agar dikuasai
seseorang (yang berusaha).
Seorang mujtahid, jika sudah
+- i'j1 J,K aK i) sempurna ijtihadnya
Perangkat
ii+\ iF) ;5.i5 u3 1;\ii:. )il sebagaimana keterangan vang telah lewat,
maka jika ia melakukan iltihad di dalam
tE bVi x.wk Li;;,st g- masalah-masalah furu' (cabangan) dan
ternyata tepat, maka ia akan mendapatkan
ri:i i-i+l i!)
rrw\j D\1*\ dua pahala, yakni pahala atas ijtihad dan
ketepatannya. Dan jika ia berijtihad dalam
..qii & *?lj (?i'^i'VLij masalab furu' ternyata keliru, maka ia
lil;; cXl 'Ui mendapat satu pahala, yaitu satu pahala
"" -"' ' - atas ijtihadnya- Dan
akan datang
-. !r, .-
i ^;Z K j\i 1; ;i-:,)
e: ., v - v
kemudian dalilnya.

3i ,p ;\ c;a 6e:\ o,# ffi ii;lili'TiJ"ffi1,,tr"1


furu' dipastikan
" 'r* .r-)
Lr !d-.i
.ilr -* L2
4-!> ,1 alll (--
Al-> i
- kebenarannya. Hal ini didasarkan
'''.',.;,4-Ji 6)l,i
6)t$>l bahwasanya hukum Allah SWT itu
baginya dan bagi orang yang
,J.-#s j,a$ #i) 2.
mengikutinya adalah apa yang dihasilkan
dari ijtihadnya.
:s--u;Jl Gi ({rj<11 Dan tidak boleh dikatakan, setiap
muitahid dalam masalah dasar-dasar

195
SYARH AL"WARAQAT, Pe niela5on Don T0ny0 l\wob Ushul Fiqh

jt e:'ll ai --,,\ (JjJ)


.'-- rauhid, yakni aqidah. adalah bcnar, rebab
hal tersebut berimplikasi pada
3, lYii $i .^1-f pembenaran pelaku kesesai^n, vaitu kaum
Nasrani atas perkataan ntereka tentang
L. I l:lL --d.r J (JjE1 t.initas (ratslrs). kaum N4aiusi atas
perkataan merek, *n,rrg dua asal alan:
,,li;'iu :.r'.; i ('e'J'
Y1 -.jli)'r cahaya dan ke8elaPan, orang Iisrlr atas
;

Y-v' '- - pengiriman para rasul dan tcmpat kembali


lAg,Flt'dLi-i--j\iJ,i di akhirat, serta aliran mulhidin (sesat)
(cr+"Ui;)
^ atas Penafian sifat*ifat Ailah S\VT
*i +- !,;-'il .2 ,.b"g"i-"r," al-Kalam, penciptaan Allah
terhadap semua perbuatan rnalchiuk, dan
j\ii ^rk) r-Xf ir
g,;.,
bahwasanya Allah S\7T dapat disaksikan
.i:;i'ii ,i \i'j d'.(i,i\ di akhirar, dan lain sebagainya.
Dalil yang dijadikan dasar oleh
eLl) mereka yang menyatakan bahwa setiap
Mujtahid dalam masalah furu' belum
a#',i A J\3 3t l)r) tentu benar adalah sabda F-asululiah SA\7
.1- r, a- ,i..1. -,,2i, "Barang siapa yang berijtihad kemudian
d9 dl\ Lrl-, 4tt +4. ' ())d\ benar, maka baginya mendaPat dua
..-" ,I ., i.-
., .i.: r{-?
't, ?LrE
a! pahala, dan barang siapa berijtihad
9/ d-J kemudian saiah, maka baginya mendapat
'r,i,-,i,
".i 1-rl ...,, .-- .,..i satu pahala". Sisi argumentasi (dari dalil
j-?l tb;lj r++r LJ, U!*i
ini) adatah bahwasanya Nabi SA\0' satu
g\ ^- ,-f
.J2 'Ji,,Elar
tempo menyandarkan kata 'salah' pada
mujtahid dan pada temPo lainnYa
itu'+;x\'w;'5r;k nt membenarkannya. Hadits ini diriwayatkan
.l oleh Imam Bukhari-Muslim' Dan redaksi
lU,, cn+\j is;\ L?:
dari Imam Bukhari adalah "ketika seorang
J\6;! lil ie-rE+jl tS1 tt:iat hakirn berijtihad, ke mudian menghukumi
dan ternyata belar, maka baginYa
l3l .-,uil
. |'LtJ \-
'"bw\ mendapat dua pahala. Dan aPabiia
menghukumi ternyata salah, rn.aka baginya
.yix'urk7;f,y1oi)\ mendapatkan sani pahala.

lYo
SYARH AL"WARAQAT, Pe nklIson DonTonyo l0w0b UshulFiqh

,<,i',,_ Wallahu a'lam

Eea,Eiarac-
Ijtihad arialah mengerahkan segenap kemampuan agar sampai pada
sebuah tujuan, yaitu memahami hukum-hukum syariat.
Seseorang jika sudah memenuhi persvaratan dan kriteria mujtahid
sebagairnana yang telah dijelaskan terdahulu, maka jika ia melakukan
ijtihaC Calam masalah"masalah furu'(cabargan) dan hasil ijtihadnya
tepat sesuai dengaa kenyataan, maka ia akan mendapatk-an dua pahala,
satu pahala atas jerih ptyahnya beriitihad dan satu pahala atas
ketepatannya dalam beri.jtihad. Namun .jika hasil iitihaCnya tidak tepat,
ia tetap rnendapat satu pahala, yaitu pahala atas jerih payahnya
berijtihad. Hal ini berciasarkan atas sabda Nabi lv{uhammad SAW.
Yang riiriwa;ratkan oleh kna:l Eui<irari Muslim
',
r\i ;\ &iiL\3 ',t;t i-) j;i "r" :,,ai ',1t;,,
i
"Barang siapa yang berijtihad ternyata benar, maka baginya mendapat
dua pal:ala, dan barang siapa berijtihad ternyata.salah, maka baginya
meadapat satu pahala"

Sedangkan redaksi riwayat dari Imam Bukhari


.i.-,7. .'i- ,
,i,..: .,_,.
i ft \;iU,:i-l.ri,,r;i .Jj -iL;r,! _- .., i ...,
4i;r]y
1A;1[t
'Apabila seorang hakim berijdhad, kemudian member.ikan hukum dan
benar, maka baginya metdapet dua pahala. Dan ketika mentberikan hukum
kemudian salah, maka baginya mendapatkan satu pahala".

Sebagian ulama menyatakan bahwa setiap mujtahid <ialam masalah


furu'pasti benar, pendapat ini didasarkan bahwasanya hukum-hukum
Allah SITT baginya dan bagi orang yang mengikutinya adalah apa yang
dihasilkan dari ijtihadnya. Dan hukum Allah SWT mengikuti apa yang
ada dalam persangkaan setiap mujtahid.
Hal ini tidak berlaku dalam persoalan akidah. Tidak
diperbolehkan n:enyatakan bahwa setiap mujtahiC cialam perscalan ini
l-lasti benar, sebab hal ini dapat berimplikasi pada pembenaran
terhadap akidah-akidah yang menyeleweng. Dan yang seha.usnya kita
katakan bah'*,a mujtahid dalam masalah akidah hanya satu ),ang benar,
dan yang iain acialah salah.

197
SYARH AI.WARAQAT, Pe nieloson DanTonyo lowob Ushul Fiqh

Pertanvaan :
Apakah yang dikehendaki dengan furu'l
]awab :
Yang dikehendaki adalah masalah-masalah fiqh yang diijtihaCi dan
belum ada dalil yang memastikannya.
Referensi :
(t 64.... LE jJ'i\) t& .I
Gi ;:)\+:.'i r & i (
&6
\ .! )
zjij
f[Jngkapan pengarang: di dalam masa]ah-masalah {uru), yakni masalah
yaog diijtihadi yang tidak terdapat dalil qath'i di dalamnya".

Pertanyaan :
Adakah dalil lain yang digunakan oleh ulama yang berpendapat
bahwa tidak semua mujtahid benar?
Jawab :
Ada, yakni sabda Rasulullah SAW
rErl i- o'cJ ijx t',i;{"'lrr 41 A\ ",t {'\ i; J6 i\3 iie /ji1 e-:i';)-} r,
ajv.:t.ea *,+\'-i? l-.;{) A* 1d2r} A\i" ki{t 4' V
,k'_,$t6_"ruir A*' ;+ JL ,,+\- G,n 3\ u-t- I k] e''r" 4
'uit:-\L\lr1jj
*Diceritakan '
dari Buraidah RA beliau berkat, bersabda Rasulullah SA'
"tiga orang @dhi (hakin), dua orang diantaranya berada di Neraka, dan
seorang di Surga. Seseorang yang mengetahui kebenaraa dan menghukumi
dengannya, maka ia berada di surga. Dan sescorang yang mengetahui
kebenaran dan tidak menghukumi dengannya, bahkan melakukan
penyimpangan hukum, maka ia berada di neraka. Dan seseorang yang tidak
mengetahui kebenaran dan mengiukumi diantaru manusia dengan tanpa
pengetahuan, maka ia betada di neraka" (}i,k. imarn empat dan dishahihkan
oleh imam Hakim).

198

t
SYARH AL-WARAQAT, Pe njellson Don T\nyo Jnwab Ushul Fiqh

Daftar Pustaka

Syaikh Ahmad ibn 'Abd al-Lathif al-Khathib al-Mankabawiy A1-


J awi_An -Na fa h,i4 Al-Haram ai n
Zakaria a1-AnshXi-Ghiyah AI-lYushfii, Mathba'ah Thaha Putra
Semarang
Prof DR. KH. Sahal Mahfudz-Thariqah al-Hushfil, Diantama
Surabaya.
Badruddin az-Zarkasyt Al-Muhirh, Dir El-Fila Beirut
-Al-Bahr
Jalaluddin N-Mahali-Syarh al-Mahali 'ala Jam'i al-

Jawimi'-Hidayah
Hasan bin Muhammad bin Mahmtd al- Athl,r -Hisiyah al-
',4thir, Dir El-Kotob Beirut.
'Ala'ucidin zl-Bukhari al-Asr,i r, DA.r El-Kotob el-'Alamiyah
-Kasyf
Beirut.
Sa'duddin at--fa{itzani-Syarh at-Talwih 'ala at-Tav'dhih. D?.r El'
Kotob Beirut.
Jalaluddin as-Suluthi-.$'zri al-Kawikib a*Sithi', Maktabah
Musthofa
DR. Muhamrnad Hasan llito-Al-Wajiz Fi Ushfil at-Tasyrf AJ-
Ls1in -r, Muassasah ar-Risalah Beirut.
Al-Isnawi-At-Tamhid fi Takhrij al-Furfi' 'ala al-Ushtl,
Muassasah ar-Risalah Beirut.
Abdui hamid ibn Muhammad Ali Qrdsi ibn Abdul Qdir al-
Khathib, LathAi { al-kyirah, Hidayah
Abt Zahrah-UshAl Fiqla Dar El-Fikr Eeirut
DR Nuruddin 'At-Manhaj al-Naqd Dir El-Fikr Beirut.
Ibnu Hajar al-Haitami-Tuhfah al-Muhrij', Dar as-Shadir.

199

Anda mungkin juga menyukai