Anda di halaman 1dari 17

Ceramah Maulid Nabi SAW 2010 di Istiqlal (Teks)

Ceramah Maulid Nabi SAW 2010


di Masjid Istiqlal
Oleh Gene Netto

Jakarta,
26 Februari 2010 / 12 Rabiul Awal 1431 H     

MAULID UNTUK MENGINGAT NABI MUHAMMAD SAW

Assalamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh,

Terima kasih atas kesempatan hadir di sini. Pertama saya ingin mohon maaf sedalam-
dalamnya, bila ada yang merasa tersinggung atas apa yang saya jelaskan nanti di dalam
ceramah ini. Tidak ada niat di dalam hati saya untuk menyinggung perasaan saudara saya di
dalam Islam. Tetapi saya ingin menyampaikan apa yang saya rasakan dan saya alami sejak
saya masuk Islam, dengan harapan bisa menjadi pelajaran bagi kita semua. Jadi, kalau ada
kata dari saya yang terasa terlalu keras di dalam hati, mohon dibuka pintu maaf seluas-
luasnya, karena niat saya hanya untuk bicara secara serius dan jujur tentang perbuatan kita
sebagai suatu ummat.

Tujuan Maulid Apa?

Tujuan Maulid adalah untuk ingat bahwa kita harus mengikuti Nabi Muhammad SAW.
Apakah benar bahwa kita masih mengikuti Nabi SAW? Kalau masih mengikuti Nabi
Muhammad SAW, maka Maulid bagus. Tetapi kalau kita tidak mengikutinya, buat apa kita
rayakan Maulid setiap tahun? Kalau kita TIDAK mengikuti Nabi SAW dengan baik, dan lebih
suka mengikuti contoh dan perbuatan buruk dari orang KAFIR atau perbuatan SETAN,
bagaimana? Apakah perlu kita bubarkan Maulid Nabi KALAU ummat Muhammad SAW lebih
peduli pada contoh dari orang kafir dan setan?
Harus kita kaji lebih dalam: Apakah BENAR kita masih mengikuti Nabi Muhammad
SAW atau tidak!
           Kalau kita mau bicara tentang anjuran dan kewajiban bagi ummat Islam untuk
mengikuti Nabi SAW, maka ada ayat-ayat penting yang perlu kita pahami.
           
            
        

158. Katakanlah: "Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua,
yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak
disembah) selain Dia, Yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu
kepada Allah dan Rasul Nya, Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada
kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk".
(QS. Al-Araaf 7:158)
           
             
  

31. Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah
mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
32. Katakanlah: "Ta’atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang kafir".
(QS. Al-Imran 3:31-32)

            Selanjutnya, mari kita menganalisa perbuatan kita sehari-hari, sebagai suatu ummat,
yang mengaku sebagai pengikut dari Rasulullah SAW. Mari kita coba pahami apakah kita
benar-benar mengikuti dia atau tidak.
Shalat Kita?

Kalau secara teknis, insya Allah shalat kita masih 100% sama dengan Nabi
Muhammad SAW. Masih dalam Bahasa Arab, gerakannya sama, masih wajib lima waktu,
hitungan waktu shalat masih diambil dari posisi matahari, menghadap kiblat, dsb. Tetapi
mungkin kualitasnya shalat kita berbeda dengan Nabi:
o   Nabi Muhammad SAW shalat dengan baik, tenang, dan khusyu.
o   Sebagian dari ummatnya shalat dengan cara kurang sempurna, buru-buru, sambil
memikirkan segala sesuatu.
Dan sangat disayangkan bahwa banyak sekali “pengikut Muhammad SAW” justru
tidak melakukan shalat. Mungkin sebagian dari kita hanya hadiri Shalat Jumat saja. Mungkin
hanya setahun dua kali: yaitu Idul Fitri dan Idul Adha. Kenapa begitu banyak orang bisa
tinggalkan shalat dengan sikap tenang, tetapi masih mau dianggap sebagai “pengikut
Muhammad SAW”? Dan mungkin sebagian dari mereka yang tidak shalat malah mau datang
ke masjid untuk Maulid Nabi, tanpa rasa malu. Mungkin Nabi Muhammad SAW akan
menangis setiap hari kalau bisa menyaksikan kita.
Dan bagaimana dengan Shalat Jumat ktia? Mungkin 50% dari jemaah di sini ikuti
Shalat Jumat dalam keadaan setengah sadar, atau tidur. Khatib seharusnya dipilih karena
bisa bicara dengan semangat. Tetapi banyak khatib belum belajar untuk “bicara di depan
umum”, jadi suaranya terlalu lembut, dan malah membuat jemaah tidur. (Ilmunya tidak
diragukan. Hanya cara menyampaikannya.) Jemaah “salah” karena banyak yang abaikan
ilmu yang mau diberikan oleh orang alim (mereka merasa enakan tidur). Khatib “salah”
karena tidak berusaha untuk belajar: “Bagaimana caranya berceramah dengan suara yang
baik dan semangat, biar jemaah merasa tertarik dan tidak mau tidur?” Sayang kalau ummat
Islam tidur terus, pada saat ada orang alim yang mau berikan ilmu yang benar dan
bermanfaat di dunia dan di akhirat. Mungkin Nabi Muhammad SAW akan menangis setiap
hari kalau bisa menyaksikan kita dan cara kita melakukan shalat.

Puasa Kita?

Kalau secara teknis, insya Allah masih sama dengan Nabi Muhammad SAW. Mulai
dari adzan Subuh, berakhir pada waktu Maghrib, dsb. Tetapi apakah berat badannya Nabi
Muhammad SAW malah NAIK pada saat puasa? Berapa banyak dari ummat Islam yang
berat badannya NAIK pada waktu bulan Ramadhan? (Dan saya pernah alami juga. Dulu,
saya makan lima kali setiap malam karena takut akan lapar besok. Sekarang sudah tidak lagi
begitu.)
Apakah Nabi Muhammad SAW rajin ke Tanah Abang atau ITC dan belanja banyak di
tengah bulan puasa? Dan pakaian yang dibeli itu BUKAN untuk anak yatim dan fakir miskin,
tetapi untuk dipakai saat pulang kampung? Apakah tujuan dari puasa pulang kampung
dengan baju baru? Pusat belanja baju bisa menjadi lebih ramai daripada masjid.
Ada juga banyak yang mau melakukan umrah di saat puasa. Alhamdulillah dia mau
melakukan ibadah yang baik itu. Tetapi justru ada yang batalkan puasanya, dengan alasan
menjadi MUSAFIR!  Ada orang lain yang pulang kampung, dan mereka juga batalkan puasa
dengan alasan musafir!
Mana yang lebih utama di tengah bulan suci Ramadhan? Puasa, atau banyak jalan-
jalan? Dilakukan terus-terusan setiap tahun, dan untuk umrah, tentu saja ada biaya yang
cukup tinggi. Mungkin Nabi Muhammad SAW akan menangis setiap hari kalau bisa
menyaksikan kita dan cara kita melakukan puasa di bulan Ramadhan.

Haji dan Umrah Kita?

Kalau secara teknis, insya Allah masih sama dengan Nabi Muhammad SAW. Tetapi
apakah Nabi SAW naik haji setiap tahun? Dan umrah berkali-kali dalam satu tahun?
Ternyata, Nabi SAW hanya melakukan haji satu kali saja. Dan hanya melakukan umrah
sebagai idabah sunnah 3 kali saja (atau mungkin 4 kali).
Penjelasannya, Nabi Muhammad SAW hanya melakukan umrah 2 kali sebagai ibadah
sunnah, secara sengaja dan terpisah dari Haji. Satu kali lagi, dia lakukan umrah pada saat
sedang melakukan Haji, jadi tidak berangkat secara khusus dari Medina untuk umrah saja.
Dan satu kali lagi Nabi SAW tidak berhasil masuk Makkah, berarti umrahnya tidak jadi.
Artinya, Nabi hanya melakukan umrah 2 kali saja (secara sengaja dan terpisah dari Haji),
padahal ada ribuan kesempatan. Boleh dikatakan 3 kali, kalau tambahkan umrah yang
dilaksanakan saat Haji. Dan boleh dikatakan 4 kali, kalau termasuk satu kali yang gagal di
mana Nabi berniat melakukan umrah, tetapi tidak berhasil masuk kota Makkah (dan itu usaha
umrah yang pertama).
Jadi, boleh dikatakan Nabi SAW melakukan umrah minimum 2 kali (berangkat secara
sengaja dan terpisah dari Haji), maksimum 4 kali termasuk saat Haji dan satu kali yang
gagal). Padahal Nabi SAW bisa melakukan umrah ribuan kali, kalau dia mau. Ternyata,
hanya 2-4 kali saja.
Uang yang dihabiskan oleh kita berapa banyak untuk melakukan ibadah-ibadah itu?
Berapa puluh atau berapa ratus juta setiap tahun, untuk SETIAP ORANG yang berangkat?
Apakah tidak ada orang yang lebih membutuhkannya? Misalnya, anak yatim, fakir miskin,
orang yang punya hutang, orang yang perlu operasi, dsb. Apakah mereka itu “SAUDARA
KITA” atau tidak? Mungkin Nabi Muhammad SAW akan menangis setiap hari kalau bisa
menyaksikan kita dan cara kita utamakan kenikmatan ibadah sendiri dengan biaya yang
tinggi, pada saat ada banyak saudara kita yang perlu bantuan.

Masjid Kita?

Kalau secara teknis, insya Allah masih sama dengan Nabi Muhammad SAW. Tempat
bersih untuk shalat, ada tempat wudhu, menghadap kiblat, dsb. Tetapi kenapa bisa begitu
mewah, sehingga menghabiskan MILYARAN RUPIAH untuk renovasi saja? Saya tidak
bicarakan masjid yang sudah dibangun dari zaman dulu. Yang sudah ada, biarkanlah. Yang
saya maksudkan adalah yang dibangun dan direnovasi sekarang.
Ada sebuah masjid yang cukup besar. Sedang direnovasi. Pengurus masjid pasang
marmer di lantai dan tembok. Memang sangat indah tetapi kenapa sebagian dari marmernya
harus diimpor dari Itali? Dan kenapa harus pakai marmer? Kenapa tidak bisa pakai UBIN
berkualitas saja? Sedangkan banyak hotel bintang 5 hanya pakai ubin. Kalau hotel mewah
bisa pakai ubin, kenapa masjid kita harus pakai marmer yang diimpor dari luar negeri dengan
biaya yang cukup besar?
Kenapa ada juga masjid yang harus pasang kubah emas dan menggunakan barang-
barang lain yang mewah di dalam masjid? Apakah Nabi Muhammad SAW akan senang
melihat masjid kita? Sedangkan banyak anak yatim yang miskin, tidak bisa makan setiap
hari, tidur dalam keadaan lapar, putus sekolah, menjadi pemulung, dsb.? Mungkin Nabi
Muhammad SAW akan menangis setiap hari kalau bisa menyaksikan masjid kita.

SAYA MAU BERTANYA:


AKHLAK BAIK YANG DICONTOHKAN OLEH NABI MUHAMMAD SAW HILANG KE
MANA?

Korupsi Kita

Apakah Nabi SAW pernah melakukan korupsi? Kenapa itu yang menjadi umum di
sini? Ini contoh dari Nabi Muhammad SAW atau tidak? Kenapa Indonesia menjadi terkenal
karena korupsinya? Bukan karena akhlak baiknya? Apakah orang asing yang kafir akan
tertarik pada Islam, kalau mereka tahu tentang tingkat korupsi di sini?
Bagaimana kalau korupsi di sini nol persen? Bukannya orang barat yang kafir akan
tertarik untuk tahu kenapa? Dan kita bisa menjelaskan bahwa korupsi di sini nol persen:
“Karena kita Muslim! Kita mengikuti NABI MUHAMMAD SAW!” Bukannya mereka akan
tertarik pada Islam kalau korupsi di sini nol persen?
Dan kita tidak akan perlu berdakwah ke luar negeri. Mereka akan datang ke sini, dan
minta belajar dari kita karena sudah lihat contoh yang baik dari kita. Mungkin Nabi
Muhammad SAW akan menangis setiap hari kalau bisa menyaksikan kita dan cara
ummatnya melakukan korupsi setiap hari.

Ada Banyak Kemiskinan, Tetapi Banyak Pemimpin Kita Kaya

Mayoritas dari penduduk Indonesia adalah Muslim. Mayoritas dari penduduk yang
Muslim itu juga MISKIN. Tetapi banyak sekali pemimpin agama, pemimpin daerah, pemimpin
organisasi, pemimpin partai politik dan pemimpin negara justru KAYA sekali. Kenapa bisa
begitu? Contoh dari Nabi SAW apa? Hidup dalam keadaan kaya raya, dan utamakan
kenikmatan hidup bagi diri sendiri? Atau manfaatkan uang dari Allah untuk berjuang di jalan
Allah?
Uang itu adalah titipan dari Allah, dan bukan milik kita. Tetapi kita merasa uang itu
didapatkan karena kehebatan kita sendiri, bukan karena Allah memberikannya kepada kita.
Mungkin Nabi Muhammad SAW akan menangis setiap hari kalau bisa menyaksikan kita.

Anak Yatim

Banyak dari ummat Islam yang kaya, tetapi mayoritas dari anak yatim adalah orang
miskin, dan masih banyak yang tidak diurus. Sepertinya banyak dari ummat Islam hanya
ingat pada anak yatim di bulan puasa saja. Apakah anak yatim hanya makan dalam satu
bulan setiap tahun? Bukannya mereka juga perlu makan setiap hari, sepanjang tahun?
Kenapa kita hanya mau ingat pada mereka pada satu bulan saja?
Alangkah baiknya bila para pemimpin kita bisa memberikan contoh yang jelas.
Bayangkan apa yang akan terjadi kalau Presiden kita mengadakan santunan anak yatim
setiap minggu di Istana Negara! Pasti akan luar biasa! Dan setiap Menteri, Sekjen, Dirjen,
Gubenur, Walikota, Bupati, Camat, dan lain-lain bisa diajak mengikuti contoh itu juga.
Dan kalau ada yang merasa terlalu sibuk untuk membuat santunan rutin setiap
minggu, ada juga cara yang lain. Misalnya, setiap kali seorang pemimpin atau pejabat negara
diundang untuk acara makan malam (berarti ada katering, dan makanannya pasti banyak
sekali), bisa juga wajib undang anak yatim. Satu, dua, atau tiga anak saja sudah cukup (biar
mudah diatur, tetapi mengajak lebih juga boleh). Dan mereka juga bisa foto bersama, dikasih
makanan, dikasih santunan, dan diberikan semangat dan motivasi untuk belajar dengan baik
dan menjadi orang sukses. Insya Allah seluruh negara akan terpancing untuk lebih peduli
pada anak yatim kalau semua pemimpin kita memberikan contoh tersebut.
Bayangkan kalau Presiden Obama datang ke sini, diajak makan, dan selalu ada anak
yatim di sebelahnya. Mungkin dia akan bingung dan akan bertanya kenapa selalu ada anak
kecil yang hadir dalam acara makan. Lalu bagaimana kalau kita jelaskan alasannya, dan
ternyata dia suka contoh ini. Kemudian dia kembali ke Amerika dan melakukan hal yang
sama di sana! Dan dia juga wajibkan hal yang sama untuk para menteri di sana. Dan para
pemimpin dunia melihat contoh itu dari Obama, dan mereka juga melakukannya di negara
mereka masing-masing. Seluruh dunia mulai mengajak anak yatim makan bersama, karena
dapat contoh dari para pemimpin di Indonesia.
Bisa bayangkan? Kira-kira bagaimana perasaan Allah terhadap kita semua bila
seluruh dunia berubah dan menjadi sayang terhadap anak yatim karena kita kasih contoh
tersebut? Seluruh dunia bisa berubah dalam sekejap, hanya karena ada contoh kecil dari
kita.
Sayangnya, banyak sekali dari pemimpin kita masih lebih peduli pada deposito
mereka daripada anak yatim, dan hanya ingat pada anak yatim sewaktu-waktu saja
(biasanya di bulan puasa). Mungkin Nabi Muhammad SAW akan menangis setiap hari kalau
bisa menyaksikan kita.

Ummat yang Merokok

Survei menyatakan bahwa 80-90 persen dari pria di Indonesia merokok, dan tentu
saja mayoritas dari mereka adalah Muslim. Apakah Nabi Muhammad SAW juga merokok?
Apakah ini Sunnah Nabi atau tidak? Ini sudah jelas MUBAZIR. Ini membuat ummat Islam
menjadi lemah dan tidak sehat. Banyak bapak wafat dengan cepat dari berbagai macam
penyakit dan kanker. Tidak ada yang dapat umur yang lebih panjang karena merokok. Anak
dan keluarga tidak diutamakan.
Kompas melaporkan bahwa rokok membakar 330 MILYAR Rupiah PER HARI di
Indonesia. Dan itu berarti 120 TRILLION Rupiah per TAHUN untuk merokok!!! Ulama kita
jarang membahas ini dalam ceramah, dan tidak pernah dalam Khutbah Jumat (dari
pengalaman saya). Malah banyak Ustadz dan Kyai yang memberikan contoh yang buruk
dengan merokok sendiri. 120 Trillion Rupiah dibakar dengan sia-sia. SETIAP TAHUN. Dan
anak yatim masih banyak yang lapar! Mungkin Nabi Muhammad SAW akan menangis setiap
hari kalau bisa menyaksikan kita.
Kalau ada teman atau saudara yang merokok, bicara dengan dia secara baik, dan
ajak dia berhenti. Mungkin salah satu caranya begini: berikan dia tasbih kecil. Setiap kali dia
mau merokok, suruh dia berdzikir kepada Allah, dan mensyukuri semua nikmat yang Allah
berikan. Baca “Alhamdulillah” terus. Dalam waktu 20 minit, kalau mau merokok lagi, berdzikir
lagi, dan sekaligus mohon bantuan kepada Allah untuk berhenti merokok.
Pada saat yang sama, coba mengurangi frekuensi rokok secara bertahap. Misalnya,
sekarang 30 batang perhari. Mulai minggu depan, dikurangi menjadi hanya 20 batang per
hari (dan juga harus berdoa dan mohon bantuan Allah). Minggu berikut, 15 batang per hari.
Yang berikut, 10 batang perhari, dan seterusnya, hingga menjadi hanya 1 batang per hari.
Lalu satu batang per 2 hari. Satu batang per minggu, dan sebagainya. Dan setiap kali ada
keinginan untuk merokok, coba hilangkan niat itu dengan berdzikir saja, dan baca
Alhamdulillah, dan mohon  bantuan dari Allah untuk berhenti merokok. Insya Allah bisa
berhasil dengan cepat.

Muallaf Yang Tidak Diurus

Tidak ada sistem atau yayasan formal yang tangani muallaf se-Indonesia. Padahal
jumlah muallaf bertambah terus setiap hari. Dibutuhkan yayasan atau organisasi yang bisa
menyebarkan nama-nama Ustadz dan Kyai di setiap kecamatan, di seluruh Indonesia yang
bisa menerima dan membimbing muallaf dalam agama.
Muallaf itu sering bingung dan malu karena merasa “bodoh”. Mereka tidak bisa datang
ke masjid and ketok di pintu. Tetapi ulama tidak kompak dan serius untuk tangani muallaf
secara resmi, sehingga banyak dari mereka yang menjadi goyang. Mungkin Nabi
Muhammad SAW akan menangis setiap hari kalau bisa menyaksikan kita dan cara kita tidak
memperhatikan kebutuhan muallaf.

Anak Dipukul Karena Salah Baca Al Qur'an?

Di sebagian pesantren, anak yang salah baca ayat kena pukulan. Apakah supaya dia
belajar apa yang benar dan salah? Apakah Nabi SAW juga memukul sahabat pada saat
mereka belajar Al Qur'an? Apakah Nabi SAW termasuk orang yang suka memukul
muridnya?
Dijelaskan dalam sebuah hadiths, bahwa Allah memberikan dua pahala buat orang
yang tidak lancar dalam membaca ayat Al Qur'an, (dan yang lancar dikumpulkan bersama
para malaikat). Allah memberikan dua pahala, sedangkan sebagian Ustadz di Indonesia
kasih pukulan. Apakah ini contoh dari Nabi SAW? Tidak. Karena Nabi SAW tidak pernah
memukul.

“Rasulullah SAW tidak pernah memukul dengan tangannya, baik terhadap isteri maupun
terhadap pelayannya, kecuali dia berjihad di jalan Allah.”
(Sahih Muslim, Nomor 4296)

Mungkin Nabi Muhammad SAW akan menangis setiap hari kalau bisa menyaksikan
kita.

Menjadi Negara Maju?

Orang barat yang kafir bisa menciptakan negara maju. Kenapa kita tidak bisa?
Kenapa menjadi negara berkembang terus? Bukannya Allah berada di sisi kita? Bukannya
doa kita yang paling cepat diterima dan dikabulkan oleh Allah? Kenapa orang barat yang
kafir bisa membuat negara maju yang bebas korupsi? Kenapa orang barat yang kafir bisa
membuat sistem pendidikan yang lebih baik? Kenapa orang barat yang kafir bisa membuat
sistem kesejahteraan yang menjadi suatu jaminan sosial bagi rakyat? Kenapa kita selalu
kalah kalau dibandingkan dengan orang barat yang kafir dalam hampir semua bidang?
Kesalahan kita di mana?
Mungkin karena terlalu banyak dari kita yang tidak peduli pada contoh mulia yang
diberikan oleh Nabi Muhammad SAW. Dan oleh karena itu kita masih belum bisa
menciptakan negara maju. Mungkin Nabi Muhammad SAW akan menangis setiap hari kalau
bisa menyaksikan kita.  

Sekarang Saatnya Untuk Utamakan Managemen Masjid

Masjid bisa berubah menjadi pusat masyarakat. Setiap masjid besar bisa membuat
perpustakaan, supaya anak Muslim bisa “IQRA” daripada nonton sinetron. Setelah sekolah
selesai, anak muda bisa datang ke masjid, pinjam buku, dan duduk di situ untuk membaca
dan belajar. Kedatangan ratusan anak muda setiap hari akan membuat masjid ramai, dan
akan mengikat hati mereka terhadap masjid juga, insya Allah.
Masjid besar juga bisa membuat Dapur Umum dan kita bisa ajak orang kaya untuk
menyumbang uangnya supaya orang miskin bisa datang dan makan di situ setiap hari.
Contohnya, dimasak makanan untuk 200 orang saja, untuk makan siang saja. Cukup nasi,
telor, tempe. Dan orang miskin bisa datang dan antrian (karena hanya boleh makan di situ).
Setelah makanan sudah habis, yang lain akan ditolak, dan disuruh kembali besok. Minimal
ada 200 orang yang dapat makanan di situ, dan mereka akan merasa bahwa pengurus
masjid dan ummat Islam peduli pada orang miskin. (Kalau sekarang, jumlah orang miskin
yang berhasil dapat makanan di masjid setiap hari berapa?)
 Masjid besar bisa membuat BMT, yaitu Baitul Maal wat Tamwil (Bank Syariah Mikro
Kredit) supaya orang miskin ada tempat untuk pinjam 500 ribu, atau 1 juta saja. Bisa dibuat
secara mudah dan sederhana, contoh sudah ada banyak, dan orang dengan kemampuan
untuk menjalankan sistem itu sudah banyak juga.
Kita perlu berfikir secara kreatif tentang bagaimana kita bisa memanfaatkan masjid-
masjid kita supaya menjadi suatu pusat bagi masyarakat, dan tidak hanya tempat untuk
shalat dan pesta perkawinan saja, yang lebih sering kosong daripada ramai.
Mungkin Nabi Muhammad SAW akan menangis setiap hari kalau bisa menyaksikan
kita karena kita belum mau menggunakan masjid kita untuk mensejahterahkan ummat Islam.

Masih Ada  Harapan Untuk Masa Depan:

            Tetapi masih ada harapan bahwa keadaan ummat Islam bisa menjadi lebih baik.
Semuanya tergantung pada diri kita. Ayat di bawah ini sudah sering dibacakan di mana-
mana, tetapi kita tidak mewujudkannya di dalam kehidupan kita sehari-hari:

11. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah
keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.
(QS. Ar-Ra’d 13:11)

Kita bisa mengubah bangsa ini. Dan kita harus mau melakukannya. Kita tidak boleh
diam saja terus dan berharap bangsa ini akan berubah. Kita harus ambil tindakan yang
nyata. Salah satu hal yang perlu kita perhatikan adalah pendidikan.
Pendidikan untuk ummat Islam dan anak bangsa harus kreatif, maju dan moderen.
Bukan asal nurut dengan guru seperti di zaman dulu.
Nabi tidak berpesan agar ummatnya harus bodoh dan takut mengritik guru yang salah.
Nabi tidak berpesan agar ummatnya harus menjadi takut mengritik kebijakan pemerintah
yang tidak baik. Dan kalau kita yang dewasa selalu takut untuk terima kritikan dari anak-anak
kita, dan siswa kita di sekolah, dan para santri kita di pesantren, maka bangsa ini tidak akan
bisa maju. Itu disebabkan kita yang dewasa selalu mau benar sendiri dan tidak mau terima
masukan dari anak-anak muda, padahal mungkin saja Allah berikan petunjuk kepada
mereka, padahal belum dikasih kepada kita.
Saya sangat suka ayat di bawah ini, dan saya yakin bahwa ayat ini merupakan
jaminan dari Allah kepada kita semua:

96. Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, PASTILAH Kami
akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka
mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.
(QS. Al Araf 7.96)
Mari kita berfikir tentang berapa banyak dari kita yang tidak peduli pada contoh mulia
Nabi Muhammad SAW. Mari kita berfikir tentang bagaimana kita bisa menjadi suatu ummat
yang beriman dan bertakwa supaya rahmat Allah dilimpahkan di atas kita semua. Mari kita
bersatu dan saling membantu, untuk memajukan negara ini. Jangan sampai kita mencapai
Maulid Nabi tahun depan, dan semua yang kita bicarakan malam ini belum berubah.
Saya yakin bahwa Indonesia bisa menjadi negara nomor satu di dunia. Dengan
ummat Islam yang menjadi contoh yang paling baik dan paling mulia bagi semua. Nanti,
insya Allah, orang Amerika akan datang kepada kita dan minta pinjam uang karena uang kita
paling banyak. Orang Jepang akan datang kepada kita dan minta teknologi dari kita karena
teknologi kita paling maju. Dan orang barat akan mau sekolahkan anak mereka di sini,
karena sistem pendidikan di sini adalah yang paling baik di dunia.
Semua itu bisa terwujud. Allah bisa turunkan milyaran malaikat untuk mendoakan kita
dan membantu kita, kalau Dia mau. Tetapi kita harus mau berubah. Kita sudah dikasih
contoh yang paling baik dan paling bagus dalam bentuk Nabi Muhammad SAW dan Allah
sudah perintahkan kita untuk:

“…berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul Nya…dan ikutilah dia, supaya kamu
mendapat petunjuk!!!"
(QS. Al-Araaf 7:158)

            Saya merasa yakin bahwa negara ini bisa berubah. Cukup kita kembali kepada
contoh Nabi SAW dengan sungguh-sungguh, dan mewujudkan akhlak mulianya di dalam
kehidupan kita setiap hari.
Semoga kita bisa berubah, dan kalau kita bisa, Nabi Muhammad SAW TIDAK
AKAN MENANGIS kalau bisa menyaksikan kita. Semoga Nabi SAW malah akan
menyaksikan kita dan akan MERASA BANGGA bahwa kita selalu mau berusaha untuk
memperbaiki diri dan selalu kembali kepada contohnya. Dan dia malah akan bersyukur
kepada Allah SWT bahwa ummatnya masih benar-benar MENGIKUTI DIA.

Allah berharap kita bisa berubah. Para malaikat berharap kita bisa berubah. Dan Nabi
Muhammad SAW berharap kita bisa berubah.  Jadi, mari kita mengubah diri kita dan
mengubah ummat Islam. Mulai dari sekarang.

Semoga bermanfaat.

Wa billahi taufiq wal hidayah,


wassalamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh,

Gene Netto

Masjid Istiqlal,
Jakarta,
26 Februari 2010 / 12 Rabiul Awal 1431 H   

CERAMAH MAULID NABI

Di masjid ‘al Majid’ Hepburn Western Australia


Oleh: A. Fuad Usfa

Tulisan ini merupakan teks (inti) ceramah yang disampaikan pada acara peringatan
Maulid Junjungan Kita Nabi Besar Muhammad SAW di masjid ‘Al-Majid’ Hipburn
Western Australia. Berhubung kendala teknis pengetikan, teks nash Al- Qur’an dan
Hadist tidak dapat disertakan di sini.

Peringatan maulid Nabi Besar Muhammad SAW dirayakan di mana-mana, khususnya dalam
masyarakat Islam Nusantara. Semoga segala aktifitas tersebut menuai makna yang
signifikan, bukan bagai kalimat dalam syair lagu melayu, ‘ibarat air di daun keladi’, atau bagai
hembusan sang bayu, melainkan mempunyai dampak pada gerak maju dalam menapak
kemajuan peradaban dan masyarakat Islam khususnya, serta peradaban dan masyarakat
dunia serta bagi segenap alam seutuhnya (rahmatan lil ‘alamin).

Nabi Besar Muhammad SAW lahir pada 12 Rabiul Awal tahun gajah. Menurut Muhammad
Pasha, akhli ilmu falak Mesir masa itu bertepatan dengan 20/22 April 571 M. Masa itu dikenal
sebagai masa jahiliyah. Masa jahiliyah merupakan masa di mana kemampuan manusia di
berbagai bidang ilmu pengetahuan, seni, sosial, budaya, niaga, politik/kekuasaan tidak
dibimbing oleh nurani dan iman yang lurus. Oleh sebab itu pada periode awal yang dibenahi
terlebih dahulu adalah masalah aqidah. Ayat-ayat yang turun pada periode awal (Makkiyah)
adalah yang berhubungan dengan keimanan, ancaman dan pahala serta pengajaran dan
budi pekerti. Sering pula masyarakat jahiliah diartikan sebagai bodoh. Hanya saja bila
jahiliyah diartikan bodoh, maka sesungguhnya dari mereka telah banyak yang menguasai
bidang seni dan sastra, niaga (bisnis), sosial, kekuasaan, siasat perang, sudah terdapat
diantara mereka yang mengembara menuntut ilmu hingga sampai ke Madain di Persia (Iran
sekarang), rasulullah pernah bersabda ‘tuntutlah ilmu walau hingga ke negeri Cina’, jadi
mobilitas masyarakat masa itu sudah cukup tinggi, hingga pula ke negeri Syam (di Siria,
Libanon, Palestina sekarang), Yaman dan lain-lain. Persoalannya adalah nurani dan iman
yang lurus yang tidak mereka miliki. Teringatlah penulis pada satu buku yang ditulis oleh
salah seorang ulama besar yang berjudul ‘Jahiliyah Modern’.

Ayat yang pertama kali turun adalah Iqra’, ‘bacalah’, tapi bila hanya sekedar membaca tak
terbilang orang-orang kala itu yang telah pandai membaca, baik membaca dalam pengertian
membaca atas tulisan ataupun dalam kemampuan membaca fenomena alam (ayat-ayat
kauniyah). Namun kelanjutan firman Allah tersebut adalah ‘bacalah dengan menyebut
nama Tuhan mu’, namun bila hanya sampai di situ maka sesungguhnya baik masyarakat
Mekkah atau Arab pada umumnya, Persia, India dan lain-lain telah mengenal tuhan. Ingat
akan latta, uzza, manata (tiga berhala terbesar) dan seterusnya bagi masyarakat Mekkah
kala itu, bagi bangsa Persia menyembah akan api (majusi), masyarakat India atas segala
yang luar biasa seperti sungai besar, pohon besar ataupun patung dan sebagainya.
Melainkan Alah berfirman, ‘bacalah dengan nama Tuhan mu yang menciptakan’, jadi
bukan tuhan yang diciptakan, baik yang diciptakan oleh sesama makhluk (khususnya
manusia), seperti patung-patung dan sebagainya maupun yang diciptakan oleh Tuhan
(Allah), seperti gunung-gunung, matahari, api dan sebagainaya.

Pada masa itu pula kegelapan telah menyelimuti dunia seutuhnya. Negeri-negeri yang
dahulu menguasai peradaban besar seperti Romawi, Yunani, Mesir, Persia, India, Cina telah
terpuruk. Abad-abad itulah yang dikenal dalam sejarah sebagai abad pertengahan (middle
ages), yang merupakan abad kegelapan.

Fakta sejarah menunjukkan kelahiran Nabi Besar Muhammad SAW telah menebarkan sinar
pada dunia yang telah diselimuti kabut kegelapan, Islam telah mampu bergerak membawa
peradaban yang cemerlang. Sayang pada masa kemudiannya sinar itu memudar, benarlah
apa yang dikatakan salah seorang orientalis penulis buku ‘Humanisme Dalam Islam’, yang
menyatakan bahwa kegagalan yang terjadi janganlah dinisbatkan pada Islam, melainkan
hendaknya dinisbatkan pada ummat Islam, buya Hamka menulis buku berjudul ‘Sejarah
Ummat Islam’ (4 jilid), beliau tidak menggunakan judul ‘Sejarah Islam’, sebab menurutnya
banyak pula kedhaliman yang terjadi, misalnya kita buka sejarah pada tragedi di Padang
Karbela, padahal itu bukan Islam, melainkan oleh sebab perilaku Ummat Islam.

Islam telah menarik kearah fithrah, kebutuhan dasar manusia adalah tuntunan hati, pola
interaksi serta pola aturan. Maka itu Islam telah meluruskannya atas aqidah, akhlak dan
syaria’ah, yang ketiganya merupakan satu rangkaian kesatuan. Benarlah apa yang
dinyatakan seorang orientalis yang bernama HAR Gib bahwa Islam bukan hanya sekedar
sistem teologi, melainkan meliputi peradaban yang lengkap. Teringatlah pula akan kisah
salah seorang jurnalis Austria yang bernama Leopard Weis (waktu itu), pada saat ia meliput
berita di timur tengah, ternyata ia sempat mengamati perilaku ummat Islam di saat shalat,
lalu ia bertanya pada salah seorang imam masjid, ia bertanya, ‘wahai tuan, mengapa orang
Islam dalam menyembah Tuhan kok macam begitu, berdiri, membungkuk, berjongkok dan
seterusnya, bukankah Tuhan maha tahu kendatipun yang ada dalam hati manusia?,
mengapa mesti macam-macam?; sang imam masjid menjawab ‘wahai tuan, bila Tuhan
menciptakan manusia terdiri dari jiwa dan raga, maka apakah salah bila manusia itu
menyembah Tuhan dengan jiwa dan raganya pula? (illustrasi bebas dari penulis). Atas
jawaban sang imam masjid tadi kemudian menjadi bahan renungan L. Weis, dan
kemudiannya ia memeluk agama Islam dan merubah nama menjadi Muhammad Assad.
Allah berfirman yang artinya ‘Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan
telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-redhai Islam itu jadi agama bagimu.
(Q:5:3)

Aqidah

Aqidah merupakan sistem keyakinan. Sistem keyakinan disebut dengan iman. Pokok-pokok
keyakinan dalam Islam merupakan rukun iman yang terangkum dalam enam perkara, yaitu
iman kepada Allah, para Malaikat Nya, Kitab-kitab Nya, Nabi dan Rasul Nya, Hari Akhir serta
takdir baik dan takdir buruk’. (riwayat Buhari dan Muslim).

Aqidah merupakan roh, dari sinilah semua komponen ajaran agama Islam digerakkan, sebab
bagaimana kita akan shalat, puasa, zakat, haji kalau iman kita kepada Allah, para malaikat
Nya, kitab Nya, Nabi dan Rasulnya, hari akhir tidak ada?, bagaimana kita harus menjalani
kehidupan kalau iman kita kepada qaha’ dan qadar Nya tidak ada?, dengan iman kepada
takdir baik dan takdir buruk kita akan tahu tentang posisi kita, misalnya kita kaya, miskin,
cobaan-cobaan yang menimpa kita dan lain-lain kita sandarkan kepada Allah SWT, sehingga
kita terhindar dari kesombongan dan takabbur ataupun keputusasaan. Kita tidak akan
mampu untuk menentukan nasib kita, la haula wa la kuwata illa billah. Dalam hadis yang
diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim Rasulullah bersabda, ‘Sesunguhnya setiap kalian
dikumpulkan penciptaannya dalam rakhim ibunya selama empat puluh hari berupa nuthfah
(sperma), kemudian menjadi ‘alaqah (segumpal darah yang menggantung) selama itu pula,
kemudian menjadi mudhghah (segumpal daging) selama itu pula, kemudian diutuslah
Malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya dan menyampaikan empat perkara, yaitu menulis
rizkinya, ajalnya, amal perbuatannya, akan menjadi orang sengsara atau bahagia’. Orang
Jawa bilang ‘ilmu dapat ditiru, sedang nasib tak dapat ditiru’, orang Sumatera bilang ‘untung
tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak’.

Islam mengajarkan tauhid (monotheisme), la ilaha illallah; la tusyrik billah (Q:31:13), tidak
boleh mempersekutukannya dengan siapa dan apapun juga, oleh sebab itu maka dosa syirik
adalah merupakan dosa besar yang tidak terampunkan, ‘sesungguhnya Allah tidak
mengampuni dosa mempersekutukan sesuatu dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa selain
dari syirik itu barang siapa dikehendaki-Nya, barang siapa mempersekutukan (sesuatu)
dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya’ (Q:4:116). ‘Janganlah
kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar
kezaliman yang besar’ (Q:31:13).

Akhlak

Akhlak adalah keelokan berperilaku dalam berinteraksi, baik dengan al-Khalik maupun
dengan sesama mahluk. Rasulullah bersabda ‘sesungguhnya aku diutus adalah untuk
menyempurnakan akhlak’. Contoh akhlak dengan sesama, menggunjing saja (ghibah) tidak
boleh (ghibah adalah gossip yang benar adanya, tapi jika seandainya orang yang digossip itu
mendengarnya maka ia tidak akan menyukainya. Sedang kalau tidak benar namanya fitnah),
jangan berburuk sangka, tebarkan salam, senyum saja dapat pahala, bertolong-tolongan
atas kebaikan dan takwa, jangan bertolong-tolongan atas dosa dan permusuhan.

Syariah

Secara termenologi istilah syariah telah diperdebatkan, ada yang hendak membedakannya
dengan fiqh dan bahkan juga dengan hukum Islam. Namun dalam kesempatan ini tidak
diulas, cukuplah kita gunakan kata syariah sebagai telah umum digunakan. Syariah
merupakan system aturan dalam hubungannya dengan al-Halik maupun sesama makhluk
dalam kerangka hukum atas dasar al-Qur’an dan Sunnah. Terdapat lima kategori hukum,
yaitu wajib, haram, sunnah, mubah dan makruh. Bidang syariah ini pada perinsipnya dapat
dibagi dalam dua bagian, yaitu bidang ibadah dan muamalah. Bidang ibadah di sini
dimaksudkan sebagai ibadah mahdhah, hubungan transedental, hubungan dengan Allah,
bidang ritual. Sedang muamalah adalah merupakan hubungan sesama manusia ataupun
dengan makhluk selainnya. Ibadah dalam pengertian luas (ghairu mahdhah) mempunyai
pengertian segala perbuatan baik yang disandarkan kepada Allah SWT, segala perbuatan
baik yang disandarkan pada Allah SWT ganjarannya adalah pahala. Adapun hukum dasar
daripada ibadah mahdhah adalah haram, tidak boleh dikerjakan kecuali terdapat nash yang
menentukan lain, seperti misalnya shalat maghrib tiga rakaat, itu telah ada ketentuan dalam
nash, bila seandainya karena ingin banyak pahalanya ditambah menjadi 5 rakaat, maka
haram hukumnya. Di sinilah letak ketentuan sebagaimana disabdakan Rasulullah SAW,
‘Perkara terjelek adalah perkara yang baru, dan setiap ajaran yang baru itu bid’ah, dan setiap
bid’ah itu adalah sesat; dan setiap yang sesat itu tempatnya dalam neraka’. Disabdakan pula
oleh Rasulullah SAW, bahwasanya barangsiapa mengerjakan amal tanpa perintah kami,
maka tertolak’. Adapun yang berkenaan dengan perkara muamalah hukum dasarnya adalah
boleh, kecuali terdapat nash yang menentukan lain, misalnya seperti makan-minum, babi
haram sebab terdapat nash yang nenentukan demikian, demikian juga minuman keras, judi
dan lain-lain. Di sinilah konteks sabda Rasulullah SAW, ‘engkau lebih tahu tentang urusan
duniamu’.

Demikianlah sekedar kita pahami sebagian dasar ajaran Islam. Selanjutnya, untuk
melengkapi pembicaraan ini, perlulah kiranya disinggung sedikit perihal problema yang
dihadapi di negeri-negeri muslim atau dunia ke-tiga pada umumnya (developing country).

Rata-rata negeri-negeri dunia ke-tiga baru mulai eksis pada memasuki paruh (pertengahan)
abad XX, yaitu setelah mampu melepaskan diri dari alam keterjajahan, itupun dengan harus
mengalami berbagai rintangan baik dari dalam maupun luar, dari segala bidang, baik itu
bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahan maupun keamanan, problema
sumber daya manusia yang harus membina dari titik nol koma, merajut mereka dari tingkat
buta huruf yang amat luas, kesiapan mentalitas dari segala kejutan dalam menerima
berbagai pengaruh alam luar yang telah terlebih dahulu melangkah maju, belum lagi
problema infra struktur dan lain-lain, kuatnya berbagai tekanan dari bebagai kepentingan.
Pertarungan ideologi di negeri-negeri muslim belum juga menjumpai titik temu.

Duania pendidikan pada umumnya diyakini sebagai sarana untuk mendongkrak dengan
signifikan untuk melakukan ekslarasi kearah kemajuan, pendidikan dipahami sebagai kata
kunci. Dunia barat telah banyak menyumbangkan bea siswa (scholarship) untuk di berbagai
bidang ilmu pengetahuan, dengan demikian bisalah dipahami bila telah terjadi sinergi yang
signifikan (mutual-simbiosis) antara pola pikir timur dan pola pikir barat, antara Islam
(agamis) dan barat (sekuler) pada kaum terpelajar muslim, dan mereka merupakan agen
pembaharuan pemikiran yang bermuara pula pada aksi (gerakan) baik akademik, sosial,
maupun penentu kebijakan. Sementara dunia Islam seperti Timur Tengah, Brunai dan
sebagainya, bagaimana sumbangsihnya pada bidang ini?. Menarik pula untuk kita tilik
sebuah buku yang ditulis oleh Amir Syakib Arselan yang berjudul ‘Limadza ta’kharal
Muslimun wa Limadza takaddama ghairuhum’.

Bagaimana sikap masyarakat dunia ketiga (dhi baca: Islam) di perantauan, khususnya di
negara-negara maju?, menarik untuk mengingat dan mengambil manfaat dari pesan Deng
Sio Ping yang mengandung falsafah tinggi itu kepada masyarakat Cina perantauan yang
intinya yaitu hendaknya menjadi sebagai jembatan penghubung; lita’arafu, untuk merajut
kemajuan bersama.
Ceramah Maulid Nabi SAW 2010

di Masjid Istiqlal

Oleh Gene Netto

Jakarta, 26 Februari 2010 / 12 Rabiul Awal 1431 H

MAULID UNTUK MENGINGAT NABI MUHAMMAD SAW

Assalamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh,

Terima kasih atas kesempatan hadir di sini. Pertama saya ingin mohon maaf sedalam-dalamnya, bila
ada yang merasa tersinggung atas apa yang saya jelaskan nanti di dalam ceramah ini. Tidak ada niat di
dalam hati saya untuk menyinggung perasaan saudara saya di dalam Islam. Tetapi saya ingin
menyampaikan apa yang saya rasakan dan saya alami sejak saya masuk Islam, dengan harapan bisa
menjadi pelajaran bagi kita semua. Jadi, kalau ada kata dari saya yang terasa terlalu keras di dalam
hati, mohon dibuka pintu maaf seluas-luasnya, karena niat saya hanya untuk bicara secara serius dan
jujur tentang perbuatan kita sebagai suatu ummat.

Tujuan Maulid Apa?

Tujuan Maulid adalah untuk ingat bahwa kita harus mengikuti Nabi Muhammad SAW. Apakah benar
bahwa kita masih mengikuti Nabi SAW? Kalau masih mengikuti Nabi Muhammad SAW, maka
Maulid bagus. Tetapi kalau kita tidak mengikutinya, buat apa kita rayakan Maulid setiap tahun? Kalau
kita TIDAK mengikuti Nabi SAW dengan baik, dan lebih suka mengikuti contoh dan perbuatan buruk
dari orang KAFIR atau perbuatan SETAN, bagaimana? Apakah perlu kita bubarkan Maulid Nabi
KALAU ummat Muhammad SAW lebih peduli pada contoh dari orang kafir dan setan?

Harus kita kaji lebih dalam: Apakah BENAR kita masih mengikuti Nabi Muhammad SAW atau tidak!

Kalau kita mau bicara tentang anjuran dan kewajiban bagi ummat Islam untuk mengikuti Nabi SAW,
maka ada ayat-ayat penting yang perlu kita pahami.

158. Katakanlah: "Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah
yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang
menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul Nya, Nabi yang ummi
yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia,
supaya kamu mendapat petunjuk". (QS. Al-Araaf 7:158)

31. Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan
mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. 32. Katakanlah: "TaÃ
¢â‚¬â„¢atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang kafir". (QS. Al-Imran 3:31-32)

Selanjutnya, mari kita menganalisa perbuatan kita sehari-hari, sebagai suatu ummat, yang mengaku
sebagai pengikut dari Rasulullah SAW. Mari kita coba pahami apakah kita benar-benar mengikuti dia
atau tidak.

Shalat Kita?

Kalau secara teknis, insya Allah shalat kita masih 100% sama dengan Nabi Muhammad SAW. Masih
dalam Bahasa Arab, gerakannya sama, masih wajib lima waktu, hitungan waktu shalat masih diambil
dari posisi matahari, menghadap kiblat, dsb. Tetapi mungkin kualitasnya shalat kita berbeda dengan
Nabi:

oNabi Muhammad SAW shalat dengan baik, tenang, dan khusyu. o Sebagian dari ummatnya shalat
dengan cara kurang sempurna, buru-buru, sambil memikirkan segala sesuatu.
Dan sangat disayangkan bahwa banyak sekali pengikut Muhammad SAW justru tidak melakukan
shalat. Mungkin sebagian dari kita hanya hadiri Shalat Jumat saja. Mungkin hanya setahun dua kali:
yaitu Idul Fitri dan Idul Adha. Kenapa begitu banyak orang bisa tinggalkan shalat dengan sikap tenang,
tetapi masih mau dianggap sebagai pengikut Muhammad SAW? Dan mungkin sebagian dari mereka
yang tidak shalat malah mau datang ke masjid untuk Maulid Nabi, tanpa rasa malu. Mungkin Nabi
Muhammad SAW akan menangis setiap hari kalau bisa menyaksikan kita.

Dan bagaimana dengan Shalat Jumat kita? Mungkin 50% dari jemaah di sini ikuti Shalat Jumat dalam
keadaan setengah sadar, atau tidur. Khatib seharusnya dipilih karena bisa bicara dengan semangat.
Tetapi banyak khatib belum belajar untuk bicara di depan umum, jadi suaranya terlalu lembut, dan
malah membuat jemaah tidur. (Ilmunya tidak diragukan. Hanya cara menyampaikannya.) Jemaah salah
karena banyak yang abaikan ilmu yang mau diberikan oleh orang alim (mereka merasa enakan tidur).
Khatib salah karena tidak berusaha untuk belajar: Bagaimana caranya berceramah dengan suara yang
baik dan semangat, biar jemaah merasa tertarik dan tidak mau tidur? Sayang kalau ummat Islam tidur
terus, pada saat ada orang alim yang mau berikan ilmu yang benar dan bermanfaat di dunia dan di
akhirat. Mungkin Nabi Muhammad SAW akan menangis setiap hari kalau bisa menyaksikan kita dan
cara kita melakukan shalat.

Puasa Kita?

Kalau secara teknis, insya Allah masih sama dengan Nabi Muhammad SAW. Mulai dari adzan Subuh,
berakhir pada waktu Maghrib, dsb. Tetapi apakah berat badannya Nabi Muhammad SAW malah
NAIK pada saat puasa? Berapa banyak dari ummat Islam yang berat badannya NAIK pada waktu
bulan Ramadhan? (Dan saya pernah alami juga. Dulu, saya makan lima kali setiap malam karena takut
akan lapar besok. Sekarang sudah tidak lagi begitu.)

Apakah Nabi Muhammad SAW rajin ke Tanah Abang atau ITC dan belanja banyak di tengah bulan
puasa? Dan pakaian yang dibeli itu BUKAN untuk anak yatim dan fakir miskin, tetapi untuk dipakai
saat pulang kampung? Apakah tujuan dari puasa pulang kampung dengan baju baru? Pusat belanja
baju bisa menjadi lebih ramai daripada masjid.

Ada juga banyak yang mau melakukan umrah di saat puasa. Alhamdulillah dia mau melakukan ibadah
yang baik itu. Tetapi justru ada yang batalkan puasanya, dengan alasan menjadi MUSAFIR! Ada orang
lain yang pulang kampung, dan mereka juga batalkan puasa dengan alasan musafir!

Mana yang lebih utama di tengah bulan suci Ramadhan? Puasa, atau banyak jalan-jalan? Dilakukan
terus-terusan setiap tahun, dan untuk umrah, tentu saja ada biaya yang cukup tinggi. Mungkin Nabi
Muhammad SAW akan menangis setiap hari kalau bisa menyaksikan kita dan cara kita melakukan
puasa di bulan Ramadhan.

Haji dan Umrah Kita?

Kalau secara teknis, insya Allah masih sama dengan Nabi Muhammad SAW. Tetapi apakah Nabi
SAW naik haji setiap tahun? Dan umrah berkali-kali dalam satu tahun? Ternyata, Nabi SAW hanya
melakukan haji satu kali saja. Dan hanya melakukan umrah sebagai idabah sunnah 3 kali saja (atau
mungkin 4 kali).

Penjelasannya, Nabi Muhammad SAW hanya melakukan umrah 2 kali sebagai ibadah sunnah, secara
sengaja dan terpisah dari Haji. Satu kali lagi, dia lakukan umrah pada saat sedang melakukan Haji, jadi
tidak berangkat secara khusus dari Medina untuk umrah saja. Dan satu kali lagi Nabi SAW tidak
berhasil masuk Makkah, berarti umrahnya tidak jadi. Artinya, Nabi hanya melakukan umrah 2 kali saja
(secara sengaja dan terpisah dari Haji), padahal ada ribuan kesempatan. Boleh dikatakan 3 kali, kalau
tambahkan umrah yang dilaksanakan saat Haji. Dan boleh dikatakan 4 kali, kalau termasuk satu kali
yang gagal di mana Nabi berniat melakukan umrah, tetapi tidak berhasil masuk kota Makkah (dan itu
usaha umrah yang pertama).

Jadi, boleh dikatakan Nabi SAW melakukan umrah minimum 2 kali (berangkat secara sengaja dan
terpisah dari Haji), maksimum 4 kali termasuk saat Haji dan satu kali yang gagal). Padahal Nabi SAW
bisa melakukan umrah ribuan kali, kalau dia mau. Ternyata, hanya 2-4 kali saja.
Uang yang dihabiskan oleh kita berapa banyak untuk melakukan ibadah-ibadah itu? Berapa puluh atau
berapa ratus juta setiap tahun, untuk SETIAP ORANG yang berangkat? Apakah tidak ada orang yang
lebih membutuhkannya? Misalnya, anak yatim, fakir miskin, orang yang punya hutang, orang yang
perlu operasi, dsb. Apakah mereka itu “SAUDARA KITA†atau tidak? Mungkin Nabi
Muhammad SAW akan menangis setiap hari kalau bisa menyaksikan kita dan cara kita utamakan
kenikmatan ibadah sendiri dengan biaya yang tinggi, pada saat ada banyak saudara kita yang perlu
bantuan.

Masjid Kita?

Kalau secara teknis, insya Allah masih sama dengan Nabi Muhammad SAW. Tempat bersih untuk
shalat, ada tempat wudhu, menghadap kiblat, dsb. Tetapi kenapa bisa begitu mewah, sehingga
menghabiskan MILYARAN RUPIAH untuk renovasi saja? Saya tidak bicarakan masjid yang sudah
dibangun dari zaman dulu. Yang sudah ada, biarkanlah. Yang saya maksudkan adalah yang dibangun
dan direnovasi sekarang.

Ada sebuah masjid yang cukup besar. Sedang direnovasi. Pengurus masjid pasang marmer di lantai
dan tembok. Memang sangat indah tetapi kenapa sebagian dari marmernya harus diimpor dari Itali?
Dan kenapa harus pakai marmer? Kenapa tidak bisa pakai UBIN berkualitas saja? Sedangkan banyak
hotel bintang 5 hanya pakai ubin. Kalau hotel mewah bisa pakai ubin, kenapa masjid kita harus pakai
marmer yang diimpor dari luar negeri dengan biaya yang cukup besar?

Kenapa ada juga masjid yang harus pasang kubah emas dan menggunakan barang-barang lain yang
mewah di dalam masjid? Apakah Nabi Muhammad SAW akan senang melihat masjid kita? Sedangkan
banyak anak yatim yang miskin, tidak bisa makan setiap hari, tidur dalam keadaan lapar, putus
sekolah, menjadi pemulung, dsb.? Mungkin Nabi Muhammad SAW akan menangis setiap hari kalau
bisa menyaksikan masjid kita.

SAYA MAU BERTANYA:

AKHLAK BAIK YANG DICONTOHKAN OLEH NABI MUHAMMAD SAW HILANG KE


MANA?

Korupsi Kita

Apakah Nabi SAW pernah melakukan korupsi? Kenapa itu yang menjadi umum di sini? Ini contoh
dari Nabi Muhammad SAW atau tidak? Kenapa Indonesia menjadi terkenal karena korupsinya? Bukan
karena akhlak baiknya? Apakah orang asing yang kafir akan tertarik pada Islam, kalau mereka tahu
tentang tingkat korupsi di sini?

Bagaimana kalau korupsi di sini nol persen? Bukannya orang barat yang kafir akan tertarik untuk tahu
kenapa? Dan kita bisa menjelaskan bahwa korupsi di sini nol persen: Karena kita Muslim! Kita
mengikuti NABI MUHAMMAD SAW! Bukannya mereka akan tertarik pada Islam kalau korupsi di
sini nol persen?

Dan kita tidak akan perlu berdakwah ke luar negeri. Mereka akan datang ke sini, dan minta belajar dari
kita karena sudah lihat contoh yang baik dari kita. Mungkin Nabi Muhammad SAW akan menangis
setiap hari kalau bisa menyaksikan kita dan cara ummatnya melakukan korupsi setiap hari.

Ada Banyak Kemiskinan, Tetapi Banyak Pemimpin Kita Kaya

Mayoritas dari penduduk Indonesia adalah Muslim. Mayoritas dari penduduk yang Muslim itu juga
MISKIN. Tetapi banyak sekali pemimpin agama, pemimpin daerah, pemimpin organisasi, pemimpin
partai politik dan pemimpin negara justru KAYA sekali. Kenapa bisa begitu? Contoh dari Nabi SAW
apa? Hidup dalam keadaan kaya raya, dan utamakan kenikmatan hidup bagi diri sendiri? Atau
manfaatkan uang dari Allah untuk berjuang di jalan Allah?
Uang itu adalah titipan dari Allah, dan bukan milik kita. Tetapi kita merasa uang itu didapatkan karena
kehebatan kita sendiri, bukan karena Allah memberikannya kepada kita. Mungkin Nabi Muhammad
SAW akan menangis setiap hari kalau bisa menyaksikan kita.

Anak Yatim

Banyak dari ummat Islam yang kaya, tetapi mayoritas dari anak yatim adalah orang miskin, dan masih
banyak yang tidak diurus. Sepertinya banyak dari ummat Islam hanya ingat pada anak yatim di bulan
puasa saja. Apakah anak yatim hanya makan dalam satu bulan setiap tahun? Bukannya mereka juga
perlu makan setiap hari, sepanjang tahun? Kenapa kita hanya mau ingat pada mereka pada satu bulan
saja?

Alangkah baiknya bila para pemimpin kita bisa memberikan contoh yang jelas. Bayangkan apa yang
akan terjadi kalau Presiden kita mengadakan santunan anak yatim setiap minggu di Istana Negara!
Pasti akan luar biasa! Dan setiap Menteri, Sekjen, Dirjen, Gubenur, Walikota, Bupati, Camat, dan lain-
lain bisa diajak mengikuti contoh itu juga.

Dan kalau ada yang merasa terlalu sibuk untuk membuat santunan rutin setiap minggu, ada juga cara
yang lain. Misalnya, setiap kali seorang pemimpin atau pejabat negara diundang untuk acara makan
malam (berarti ada katering, dan makanannya pasti banyak sekali), bisa juga wajib undang anak yatim.
Satu, dua, atau tiga anak saja sudah cukup (biar mudah diatur, tetapi mengajak lebih juga boleh). Dan
mereka juga bisa foto bersama, dikasih makanan, dikasih santunan, dan diberikan semangat dan
motivasi untuk belajar dengan baik dan menjadi orang sukses. Insya Allah seluruh negara akan
terpancing untuk lebih peduli pada anak yatim kalau semua pemimpin kita memberikan contoh
tersebut.

Bayangkan kalau Presiden Obama datang ke sini, diajak makan, dan selalu ada anak yatim di
sebelahnya. Mungkin dia akan bingung dan akan bertanya kenapa selalu ada anak kecil yang hadir
dalam acara makan. Lalu bagaimana kalau kita jelaskan alasannya, dan ternyata dia suka contoh ini.
Kemudian dia kembali ke Amerika dan melakukan hal yang sama di sana! Dan dia juga wajibkan hal
yang sama untuk para menteri di sana. Dan para pemimpin dunia melihat contoh itu dari Obama, dan
mereka juga melakukannya di negara mereka masing-masing. Seluruh dunia mulai mengajak anak
yatim makan bersama, karena dapat contoh dari para pemimpin di Indonesia.

Bisa bayangkan? Kira-kira bagaimana perasaan Allah terhadap kita semua bila seluruh dunia berubah
dan menjadi sayang terhadap anak yatim karena kita kasih contoh tersebut? Seluruh dunia bisa berubah
dalam sekejap, hanya karena ada contoh kecil dari kita.

Sayangnya, banyak sekali dari pemimpin kita masih lebih peduli pada deposito mereka daripada anak
yatim, dan hanya ingat pada anak yatim sewaktu-waktu saja (biasanya di bulan puasa). Mungkin Nabi
Muhammad SAW akan menangis setiap hari kalau bisa menyaksikan kita.

Ummat yang Merokok

Survei menyatakan bahwa 80-90 persen dari pria di Indonesia merokok, dan tentu saja mayoritas dari
mereka adalah Muslim. Apakah Nabi Muhammad SAW juga merokok? Apakah ini Sunnah Nabi atau
tidak? Ini sudah jelas MUBAZIR. Ini membuat ummat Islam menjadi lemah dan tidak sehat. Banyak
bapak wafat dengan cepat dari berbagai macam penyakit dan kanker. Tidak ada yang dapat umur yang
lebih panjang karena merokok. Anak dan keluarga tidak diutamakan.

Kompas melaporkan bahwa rokok membakar 330 MILYAR Rupiah PER HARI di Indonesia. Dan itu
berarti 120 TRILLION Rupiah per TAHUN untuk merokok!!! Ulama kita jarang membahas ini dalam
ceramah, dan tidak pernah dalam Khutbah Jumat (dari pengalaman saya). Malah banyak Ustadz dan
Kyai yang memberikan contoh yang buruk dengan merokok sendiri. 120 Trillion Rupiah dibakar
dengan sia-sia. SETIAP TAHUN. Dan anak yatim masih banyak yang lapar! Mungkin Nabi
Muhammad SAW akan menangis setiap hari kalau bisa menyaksikan kita.

Kalau ada teman atau saudara yang merokok, bicara dengan dia secara baik, dan ajak dia berhenti.
Mungkin salah satu caranya begini: berikan dia tasbih kecil. Setiap kali dia mau merokok, suruh dia
berdzikir kepada Allah, dan mensyukuri semua nikmat yang Allah berikan. Baca Alhamdulillah terus.
Dalam waktu 20 minit, kalau mau merokok lagi, berdzikir lagi, dan sekaligus mohon bantuan kepada
Allah untuk berhenti merokok.

Pada saat yang sama, coba mengurangi frekuensi rokok secara bertahap. Misalnya, sekarang 30 batang
perhari. Mulai minggu depan, dikurangi menjadi hanya 20 batang per hari (dan juga harus berdoa dan
mohon bantuan Allah). Minggu berikut, 15 batang per hari. Yang berikut, 10 batang perhari, dan
seterusnya, hingga menjadi hanya 1 batang per hari. Lalu satu batang per 2 hari. Satu batang per
minggu, dan sebagainya. Dan setiap kali ada keinginan untuk merokok, coba hilangkan niat itu dengan
berdzikir saja, dan baca Alhamdulillah, dan mohon bantuan dari Allah untuk berhenti merokok.
Insya Allah bisa berhasil dengan cepat.

Muallaf Yang Tidak Diurus

Tidak ada sistem atau yayasan formal yang tangani muallaf se-Indonesia. Padahal jumlah muallaf
bertambah terus setiap hari. Dibutuhkan yayasan atau organisasi yang bisa menyebarkan nama-nama
Ustadz dan Kyai di setiap kecamatan, di seluruh Indonesia yang bisa menerima dan membimbing
muallaf dalam agama.

Muallaf itu sering bingung dan malu karena merasa bodoh. Mereka tidak bisa datang ke masjid and
ketok di pintu. Tetapi ulama tidak kompak dan serius untuk tangani muallaf secara resmi, sehingga
banyak dari mereka yang menjadi goyang. Mungkin Nabi Muhammad SAW akan menangis setiap hari
kalau bisa menyaksikan kita dan cara kita tidak memperhatikan kebutuhan muallaf.

Anak Dipukul Karena Salah Baca Al Qur'an?

Di sebagian pesantren, anak yang salah baca ayat kena pukulan. Apakah supaya dia belajar apa yang
benar dan salah? Apakah Nabi SAW juga memukul sahabat pada saat mereka belajar Al Qur'an?
Apakah Nabi SAW termasuk orang yang suka memukul muridnya?

Dijelaskan dalam sebuah hadiths, bahwa Allah memberikan dua pahala buat orang yang tidak lancar
dalam membaca ayat Al Qur'an, dan hanya satu pahala buat yang lancar. Allah memberikan dua
pahala, sedangkan sebagian Ustadz di Indonesia kasih pukulan. Apakah ini contoh dari Nabi SAW?
Tidak. Karena Nabi SAW tidak pernah memukul.

Rasulullah SAW tidak pernah memukul dengan tangannya, baik terhadap isteri maupun terhadap
pelayannya, kecuali dia berjihad di jalan Allah. (Sahih Muslim, Nomor 4296)

Mungkin Nabi Muhammad SAW akan menangis setiap hari kalau bisa menyaksikan kita.

Menjadi Negara Maju?

Orang barat yang kafir bisa menciptakan negara maju. Kenapa kita tidak bisa? Kenapa menjadi negara
berkembang terus? Bukannya Allah berada di sisi kita? Bukannya doa kita yang paling cepat diterima
dan dikabulkan oleh Allah? Kenapa orang barat yang kafir bisa membuat negara maju yang bebas
korupsi? Kenapa orang barat yang kafir bisa membuat sistem pendidikan yang lebih baik? Kenapa
orang barat yang kafir bisa membuat sistem kesejahteraan yang menjadi suatu jaminan sosial bagi
rakyat? Kenapa kita selalu kalah kalau dibandingkan dengan orang barat yang kafir dalam hampir
semua bidang? Kesalahan kita di mana?

Mungkin karena terlalu banyak dari kita yang tidak peduli pada contoh mulia yang diberikan oleh Nabi
Muhammad SAW. Dan oleh karena itu kita masih belum bisa menciptakan negara maju. Mungkin
Nabi Muhammad SAW akan menangis setiap hari kalau bisa menyaksikan kita. Â

Sekarang Saatnya Untuk Utamakan Managemen Masjid

Masjid bisa berubah menjadi pusat masyarakat. Setiap masjid besar bisa membuat perpustakaan,
supaya anak Muslim bisa IQRAâ daripada nonton sinetron. Setelah sekolah selesai, anak muda bisa
datang ke masjid, pinjam buku, dan duduk di situ untuk membaca dan belajar. Kedatangan ratusan
anak muda setiap hari akan membuat masjid ramai, dan akan mengikat hati mereka terhadap masjid
juga, insya Allah.

Masjid besar juga bisa membuat Dapur Umum dan kita bisa ajak orang kaya untuk menyumbang
uangnya supaya orang miskin bisa datang dan makan di situ setiap hari. Contohnya, dimasak makanan
untuk 200 orang saja, untuk makan siang saja. Cukup nasi, telor, tempe. Dan orang miskin bisa datang
dan antrian (karena hanya boleh makan di situ). Setelah makanan sudah habis, yang lain akan ditolak,
dan disuruh kembali besok. Minimal ada 200 orang yang dapat makanan di situ, dan mereka akan
merasa bahwa pengurus masjid dan ummat Islam peduli pada orang miskin. (Kalau sekarang, jumlah
orang miskin yang berhasil dapat makanan di masjid setiap hari berapa?)

Masjid besar bisa membuat BMT, yaitu Baitul Maal wat Tamwil (Bank Syariah Mikro Kredit) supaya
orang miskin ada tempat untuk pinjam 500 ribu, atau 1 juta saja. Bisa dibuat secara mudah dan
sederhana, contoh sudah ada banyak, dan orang dengan kemampuan untuk menjalankan sistem itu
sudah banyak juga.

Kita perlu berfikir secara kreatif tentang bagaimana kita bisa memanfaatkan masjid-masjid kita supaya
menjadi suatu pusat bagi masyarakat, dan tidak hanya tempat untuk shalat dan pesta perkawinan saja,
yang lebih sering kosong daripada ramai.

Mungkin Nabi Muhammad SAW akan menangis setiap hari kalau bisa menyaksikan kita karena kita
belum mau menggunakan masjid kita untuk mensejahterahkan ummat Islam.

Masih Ada Harapan Untuk Masa Depan:

Tetapi masih ada harapan bahwa keadaan ummat Islam bisa menjadi lebih baik. Semuanya tergantung
pada diri kita. Ayat di bawah ini sudah sering dibacakan di mana-mana, tetapi kita tidak
mewujudkannya di dalam kehidupan kita sehari-hari:

11. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan
yang ada pada diri mereka sendiri. (QS. Ar-Ra’d 13:11)

Kita bisa mengubah bangsa ini. Dan kita harus mau melakukannya. Kita tidak boleh diam saja terus
dan berharap bangsa ini akan berubah. Kita harus ambil tindakan yang nyata. Salah satu hal yang perlu
kita perhatikan adalah pendidikan.

Pendidikan untuk ummat Islam dan anak bangsa harus kreatif, maju dan moderen. Bukan asal nurut
dengan guru seperti di zaman dulu.

Nabi tidak berpesan agar ummatnya harus bodoh dan takut mengritik guru yang salah. Nabi tidak
berpesan agar ummatnya harus menjadi takut mengritik kebijakan pemerintah yang tidak baik. Dan
kalau kita yang dewasa selalu takut untuk terima kritikan dari anak-anak kita, dan siswa kita di
sekolah, dan para santri kita di pesantren, maka bangsa ini tidak akan bisa maju. Itu disebabkan kita
yang dewasa selalu mau benar sendiri dan tidak mau terima masukan dari anak-anak muda, padahal
mungkin saja Allah berikan petunjuk kepada mereka, padahal belum dikasih kepada kita.

Saya sangat suka ayat di bawah ini, dan saya yakin bahwa ayat ini merupakan jaminan dari Allah
kepada kita semua:

96. Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, PASTILAH Kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat
Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.(QS. Al Araf 7.96)

Mari kita berfikir tentang berapa banyak dari kita yang tidak peduli pada contoh mulia Nabi
Muhammad SAW. Mari kita berfikir tentang bagaimana kita bisa menjadi suatu ummat yang beriman
dan bertakwa supaya rahmat Allah dilimpahkan di atas kita semua. Mari kita bersatu dan saling
membantu, untuk memajukan negara ini. Jangan sampai kita mencapai Maulid Nabi tahun depan, dan
semua yang kita bicarakan malam ini belum berubah.
Saya yakin bahwa Indonesia bisa menjadi negara nomor satu di dunia. Dengan ummat Islam yang
menjadi contoh yang paling baik dan paling mulia bagi semua. Nanti, insya Allah, orang Amerika akan
datang kepada kita dan minta pinjam uang karena uang kita paling banyak. Orang Jepang akan datang
kepada kita dan minta teknologi dari kita karena teknologi kita paling maju. Dan orang barat akan mau
sekolahkan anak mereka di sini, karena sistem pendidikan di sini adalah yang paling baik di dunia.

Semua itu bisa terwujud. Allah bisa turunkan milyaran malaikat untuk mendoakan kita dan membantu
kita, kalau Dia mau. Tetapi kita harus mau berubah. Kita sudah dikasih contoh yang paling baik dan
paling bagus dalam bentuk Nabi Muhammad SAW dan Allah sudah perintahkan kita untuk:

"berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul Nya…dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat
petunjuk!!!"(QS. Al-Araaf 7:158)

Saya merasa yakin bahwa negara ini bisa berubah. Cukup kita kembali kepada contoh Nabi SAW
dengan sungguh-sungguh, dan mewujudkan akhlak mulianya di dalam kehidupan kita setiap hari.

Semoga kita bisa berubah, dan kalau kita bisa, Nabi Muhammad SAW TIDAK AKAN MENANGIS
kalau bisa menyaksikan kita. Semoga Nabi SAW malah akan menyaksikan kita dan akan MERASA
BANGGA bahwa kita selalu mau berusaha untuk memperbaiki diri dan selalu kembali kepada
contohnya. Dan dia malah akan bersyukur kepada Allah SWT bahwa ummatnya masih benar-benar
MENGIKUTI DIA.

Allah berharap kita bisa berubah. Para malaikat berharap kita bisa berubah. Dan Nabi Muhammad
SAW berharap kita bisa berubah. Jadi, mari kita mengubah diri kita dan mengubah ummat Islam.
Mulai dari sekarang.

Semoga bermanfaat.

Wa billahi taufiq wal hidayah,

wassalamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh,


Gene Netto
Masjid Istiqlal,

Jakarta,

26 Februari 2010 / 12 Rabiul Awal 1431 H

Anda mungkin juga menyukai