Anda di halaman 1dari 13

RINGKASAN ILMU SHOROF

Ilmu Shorof yaitu ilmu tentang perubahan kata dari asal katanya kepada bentuk-bentuk
lainnya sesuai dengan makna yang dikehendaki.
Contoh :
‫ ( نصر‬telah menolong ), bisa diubah kepada makna-makna yang lainnya, seperti :
‫ ( ينصر‬sedang menolong )
‫ (انصر‬tolonglah )
‫ ( ناصر‬sang penolong )
‫ ( منصور‬pihak yang ditolong ), dan lain-lainnya.

WAZAN DAN MAUZUN


Kata dalam bahasa ‘arab memiliki irama atau rumus yang disebut WAZAN ( ‫) الوزن‬, contoh :
‫ َأ َم َل‬- ‫ق‬
َ َ‫ خَ ل‬- ‫ قَ َع َد‬- ‫س‬ َ ‫ َكت‬- ‫َص َر‬
َ ‫ د ََر‬- ‫َب‬ َ ‫ن‬
semuanya berwazan : ‫ فَ َع َل‬.
Dengan demikian, kata-kata :
‫ أمل‬- ‫ خلق‬- ‫ قعد‬- ‫ درس‬- ‫ كتب‬- ‫نصر‬
adalah MAUZUN ( ُ‫ ) ال َموْ ُزوْ ن‬dari wazan ‫ ف َعل‬, di mana huruf pertamanya disebut FA’ FI’IL,
huruf yang kedua disebut ‘AIN FI’IL dan huruf yang ketiga disebut LAM FI’IL.

PEMBAGIAN KATA
Kata dalam bahasa ‘arab terbagi menjadi tiga, yaitu :
1. Isim ( ‫ ) اِإل ْس ُم‬atau kata benda
2. Fi’il ( ‫ ) ْالفِ ْع ُل‬atau kata kerja
3. Huruf ( ُ‫ ) ْال َحرْ ف‬yaitu huruf yang memiliki makna.
Isim terbagi menjadi dua, yaitu :
1. Isim Jamid ( ‫ ) ال َجا ِم ُد‬yaitu yang tidak berasal dari kata yang lainnya,
contoh : ‫ الحجر‬.
2. Isim Musytaq ( ‫ق‬ ُّ َ‫ ) ال ُم ْشت‬yaitu yang berasal dari kata yang lainnya,
contoh : ‫َاص ٌر‬ ِ ‫ ( ن‬penolong ) berasal dari kata ‫ص َر‬ َ َ‫ ( ن‬menolong ).
Sedangkan Fi’il dilihat dari waktu terjadinya dibagi menjadi tiga, yaitu :
1. Madhi ( ‫اضي‬ ِ ‫ ) ْال َم‬yaitu kata kerja lampau
2. Mudhori’ ( ‫ع‬ ُ ‫ار‬
ِ ‫ض‬ َ ‫ ) ْال ُم‬yaitu kata kerja sekarang atau akan.
3. Amr ( ‫ ) اَأل ْم ُر‬yaitu kata kerja perintah.
Fi’il dilihat dari Jumlah Huruf Aslinya terbagi menjadi dua, yaitu :
1. Tsulatsi (‫ ) الثُّالَثِ ُّي‬yaitu fi’il yang jumlah huruf aslinya tiga, contoh : ‫ص َر‬ َ َ‫ ن‬.
2. Ruba’i ( ‫ ) الرُّ بَا ِع ُّي‬yaitu fi’il yang huruf aslinya empat, contoh : ‫َدحْ َر َج‬
Fi’il Tsulatsi maupun Ruba’i terbagi menjadi dua, yaitu :
1. Mujarrod ( ‫ ) ْال ُم َج َّر ُد‬yaitu bila semua hurufnya asli, contoh : ‫ص َر‬ َ َ‫ ن‬dan ‫َدحْ َر َج‬
ْ
2. Mazid ( ‫ ) ال َم ِز ْي ُد‬yaitu bila telah mengalami penambahan, contoh : ‫ص َر‬ َ ‫تَنَا‬
dan ‫ تَ َدحْ َر َج‬.
TASHRIF FI’IL
Tashrif ( ‫ ) التصريف‬yaitu perubahan. Perubahan yang terjadi pada fi’il, yang pokok meliputi
perubahan dari fi’il madhi ke fi’il mudhori’ dan fi’il amr, contoh : ‫ص َر‬ ُ ‫ يَ ْن‬- ْ‫اُ ْنصُر‬
َ َ‫ ن‬- ‫ص ُر‬
TASHRIF FI’IL TSULATSI MUJARROD
Fi’il Tsulatsi Mujarrod memiliki 6 wazan yang kesemuanya bersifat SIMA’I, yaitu kita hanya
mendengar dan mengikutinya dari orang-orang ‘arab terdahulu atau merujuk kepada kamus.
Wazan-wazannya yaitu :
Pertama : ‫ فَ َع َل‬- ‫ يَ ْف ُع ُل‬- ْ‫اُ ْفعُل‬
Contoh : ‫ انصر‬- ‫ ينصر‬- ‫نصر‬
Kedua : ْ‫ اِ ْف ِعل‬- ‫ يَ ْف ِع ُل‬- ‫فَ َع َل‬
Contoh : ‫ اضرب‬- ‫يضرب‬ ِ - ‫ضرب‬
Ketiga : ْ‫ اِ ْف َعل‬- ‫ يَ ْف َع ُل‬- ‫فَ َع َل‬
Pada wazan ini ‘ain fi’il atau lam fi’il-nya berupa huruf halqi, (‫ )حلق‬yaitu :
‫ أ‬- ‫ ح‬- ‫ خ‬- ‫ ع‬- ‫ غ‬- ‫هـ‬
Contoh : ‫ فتح‬- ‫ يفتح‬- ‫افتح‬
Keempat : ‫ فَ ُع َل‬- ‫ يَ ْف ُع ُل‬- ْ‫اُ ْفعُل‬
Contoh : ‫ حسن‬- ‫ يحسن‬- ‫احسن‬
Kelima : ‫ فَ ِع َل‬- ‫ يَ ْف َع ُل‬- ْ‫اِ ْف َعل‬
Contoh : ‫ َعلِ َم‬- ‫ يعلم‬-‫اِ ْعلَ ْم‬
Keenam : ‫ فَ ِع َل‬- ‫ يَ ْف ِع ُل‬- ْ‫اِ ْف ِعل‬
Contoh : ‫ حسب‬- ‫ يحسب‬- ‫احسب‬
Mauzun pada wazan ini dapat diwazankan pula dengan wazan : ‫ فَ ِع َل‬- ‫يف َعل‬

FI’IL TSULATSI MAZID DENGAN TAMBAHAN 1 HURUF


Fi’il Tsulatsi Mazid dengan penambahan 1 huruf ada tiga wazan, yaitu :
‫ فَع ََّل‬- ‫ يُفَ ِّع ُل‬- ْ‫فَعِّل‬
‫ فَاع ََل‬- ‫اع ُل‬ ِ َ‫ يُف‬- ْ‫فَا ِعل‬
‫ َأ ْف َع َل‬- ‫ يُ ْف ِع ُل‬- ْ‫َأ ْف ِعل‬
Pertama : ‫ فعّل‬- ‫ يفعّل‬- ‫فعّل‬
dengan penambahan syaddah, memiliki makna merubah fi’il lazim ( in-transitif ) menjadi fi’il
muta’addi ( transitif ), contoh :
Kata ‫فرح‬ ِ bermakna “gembira”, bila diubah menjadi ‫ فرّح‬bermakna “menggembirakan”.
Bila fi’il aslinya sudah muta’addi, maka penambahan syaddah ini ber- makna ” intensitas “
atau “ berkali-kali ”, contoh :
Kata ‫ قطَع‬bermakna “memotong” bila diubah menjadi ‫ قطّع‬bermakna “memotong-motong “.
Dan masih ada beberapa makna lainnya.
Kedua : ‫ فاعل‬- ‫ يفاعل‬- ‫فاعل‬
dengan penambahan alif, memiliki makna musyarokah atau “ saling “, contoh :
Kata ‫ قتَل‬bermakna “membunuh” bila diubah menjadi ‫ قاتل‬bermakna “ sa- ling membunuh “
atau “ berperang “.
Dan masih ada beberapa makna yang lainnya.
Ketiga : ‫ أفعل‬- ‫ يفعل‬- ‫أفعل‬
dengan penambahan hamzah memiliki makna merubah fi’il lazim ( in-transitif ) menjadi fi’il
muta’addi ( transitif ), contoh :
Kata ‫ كرُم‬bermakna “mulia”, bila diubah menjadi ‫ أكرم‬bermakna “memuliakan”.
Dan masih ada makna-makna yang lainnya.
Di antara ciri fi’il tsulatsi mazid dengan penambahan 1 huruf ini yaitu HURUF AWAL pada
fi’il mudhori’-nya selalu di-DHOMMAH.
FI’IL TSULATSI MAZID DENGAN PENAMBAHAN 2 HURUF
Fi’il Tsulatsi Mazid dengan penambahan 2 huruf ada lima wazan, yaitu :
ْ‫ تَفَعَّل‬- ‫ يَتَفَ َّع ُل‬- ‫تَفَ َّع َل‬
‫ تَفَاع ََل‬-‫ يَتَفَا َع ُل‬- ْ‫تَفَا َعل‬
‫ اِ ْفتَ َع َل‬- ‫ يَ ْفت َِع ُل‬- ْ‫اِ ْفت َِعل‬
‫ اِ ْنفَ َع َل‬- ‫ يَ ْنفَ ِع ُل‬- ْ‫اِ ْنفَ ِعل‬
‫ اِ ْف َع َّل‬- ُّ‫ يَ ْف َعل‬- ‫اِ ْف َع َّل‬
Pertama : ‫ تفعّل‬- ‫ يتفعّل‬- ‫تفعّل‬
dengan penambahan ta’ dan syaddah memiliki makna takalluf atau “berupaya”, contoh :
Kata ‫ علِم‬bermakna “mengetahui”, bila diubah menjadi ‫ تعلّم‬bermakna “berupaya untuk tahu”
atau “belajar”.
Dan masih ada beberapa makna lainnya.
Kedua : ‫ تفاعل‬- ‫يتفاعل‬- ‫تفاعل‬
Dengan penambahan ta’ dan alif memiliki makna musyarokah atau “saling” antara dua pihak
atau lebih, contoh :
kata ‫ ضرب‬yang bermakna “memukul”, bila diubah menjadi ‫ تضارب‬bermakna “saling
memukul” antara dua pihak atau lebih.
Dan masih ada beberapa makna yang lainnnya.
Ketiga : ‫ افتعل‬- ‫ يفتعل‬- ‫افتعل‬
dengan tambahan hamzah dan ta’ memiliki makna muthowa’ah atau “hasil perbuatan”,
contoh :
kata ‫ جمع‬yang bermakna “mengumpulkan” bila diubah menjadi ‫ اجتمع‬bermakna “terkumpul”.
Dan masih ada beberapa makna yang lainnya.
Keempat : ‫ انفعل‬- ‫ ينفعل‬- ‫انفعل‬
dengan tambahan hamzah dan nun memiliki makna muthowa’ah atau “hasil perbuatan”,
contoh :
Kata ‫ كسر‬bermakna “memecahkan”, bila diubah menjadi ‫ انكسر‬bermaknma “terpecah”.
Dan masih da beberapa makna yang lainnya.
Kelima : ‫ افع ّل‬- ‫ يفع ّل‬- ‫افع ّل‬
dengan tambahan hamzah dan syaddah memiliki makna mubalaghoh atau “sangat”, contoh :
Kata ‫ حمر‬bermakna “merah”, bila diubah menjadi ‫ احم ّر‬bermakna “sangat merah”. Wazan ini
khusus untuk warna, perhiasan dan cacat fisik.

FI’IL TSULATSI MAZID DENGAN PENAMBAHAN 3 HURUF


Fi’il Tsulatsi Mazid dengan tambahan 3 huruf ada empat wazan, yaitu :
‫ اِ ْستَ ْف َع َل‬- ‫ يَ ْستَ ْف ِع ُل‬- ْ‫اِ ْستَ ْف ِعل‬
‫ اِ ْف َعوْ ع ََل‬- ‫ يَ ْف َعوْ ِع ُل‬- ْ‫اِ ْف َعوْ ِعل‬
‫ اِ ْف َعو ََّل‬- ‫ يَ ْف َع ِّو ُل‬- ْ‫اِ ْف َع ِّول‬
‫ يَ ْف َعالُّ – اِ ْف َعا َّل‬- ‫اِ ْف َعا َّل‬

Pertama : ‫استفعل‬- ‫يستفعل‬- ‫ستفعال‬


dengan penambahan hamzah, sin dan ta’ memiliki makna tholab atau permintaan, contoh :
Kata ‫ غفر‬bermakna “mengampuni”, bila diubah menjadi ‫ استغفر‬bermakna “minta ampun”.
Dan masih ada beberapa makna lainnya.

Kedua : ‫فعوعال‬- ‫يفعوعل‬- ‫افعوعل‬


dengan penambahan hamzah, wawu dan penggandaan ‘ain fi’il-nya memiliki makna
mubalaghoh atau “sangat”, contoh :
kata ‫عشب‬
ِ bermakna “tumbuh rumput”, bila diubah menjadi ‫ اعشوشب‬bermakna “banyak
tumbuh rumput”.
Dan masih ada beberapa makna yang lainnya.

Ketiga : ‫ افعوّل‬- ‫ يفعوّل‬- ‫افعوّل‬


Dengan penambahan hamzah dan wawu bersyaddah, memiliki makna mubalaghoh atau
“sangat”, contoh :
Kata ‫ خ َرط‬bermakna “redup”, bila diubah menjadi ‫ اخروّط‬bermakna “sangat redup”.

Keempat : ‫ فعااّل‬- ‫ يفعا ّل‬- ‫افعا ّل‬


dengan penambahan hamzah, alif dan syaddah memiliki makna mubalaghoh atau “sangat”,
contoh :
Kata ‫ ح ِمر‬bermakna “merah”, bila diubah menjadi ‫ احم ّر‬bermakna “sangat merah” dan menjadi
‫ احما ّر‬bermakna “sangat amat merah”.

FI’IL RUBA’I MUJARROD


Fi’il Ruba’i Mujarrod hanya memiliki satu wazan, yaitu : ‫ فَ ْعلَ َل‬- ْ‫ فَ ْعلِل‬- ‫يُفَ ْعلِ ُل‬
Contoh : ‫ يدحرج – دحرج‬- ‫دحرج‬

FI’IL RUBA’I MAZID DENGAN PENAMBAHAN 1 HURUF


Fi’il Ruba’i Mazid dengan penambahan 1 huruf hanya ada satu wazan, yaitu :
‫ تَفَ ْعلَ َل‬- ‫ يَتَفَ ْعلَ ُل‬- ْ‫تَفَ ْعلَل‬
dengan penambahan ta’ memiliki makna muthowa’ah atau ” hasil perbua tan”, contoh :
Kata ‫ دحرج‬bermakna “menggulingkan”, bila diubah menjadi ‫ تدحرج‬bermakna “terguling”.

FI’IL RUBA’I MAZID DENGAN PENAMBAHAN 2 HURUF


Fi’il Ruba’i Mazid dengan penambahan 2 huruf ada dua wazan, yaitu :
‫اِ ْف َع ْنلَ َل‬- ُّ‫ يَ ْف َع ْنلِل‬- ْ‫اِ ْف َع ْنلِل‬
‫ اِ ْف َعلَ َّل‬- ُّ‫ يَ ْف َعلِل‬- ‫اِ ْف َعلِ َّل‬
Pertama : ‫ افعنلل‬- ‫يفعنلل‬- ‫فعنللا‬
dengan penambahan hamzah dan nun memiliki makna muthowa’ah atau hasil perbuatan,
contoh :
Kata ‫ حرجم‬bermakna “mengumpulkan unta”, bila diubah menjadi ‫ احرنجم‬bermakna
“terkumpul” atau “berdesakan”.
Kedua : ‫ افعل ّل‬- ‫ يفعل ّل‬- ‫افعل ّل‬
dengan penambahan hamzah dan syaddah memiliki makna mubalaghoh atau “sangat”, contoh
:
Kata ‫ قشعر‬bermakna “berkerut”, bila diubah menjadi ‫ اقشع ّر‬bermakna “sangat berkerut”.
FI’IL MAJHUL
Fi’il-fi’il yang telah kita bahas pada pembahasan yang lalu adalah FI’IL MA’LUM ( ‫الفعل‬
‫ ) المعلوم‬atau kata kerja aktif. Fi’il-fi’il ma’lum tersebut dapat diubah menjadi FI’IL MAJHUL
( ‫ )المجهولالفعل‬atau kata kerja pasif.
Untuk merubah fi’il madhi yang ma’lum menjadi fi’il madhi yang majhul adalah dengan
mengikuti kaidah berikut :

DIKASROH HURUF SEBELUM AKHIRNYA


DAN DIDHOMMAH SELURUH HURUF HIDUP SEBELUMNYA.
Contoh :
Kata ‫ اِ ْستَ ْغفَ َر‬bermakna “telah memohon ampunan”, bila diubah ke fi’il majhul menjadi : ‫اُ ْستُ ْغفِ َر‬
bermakna “telah dimintai ampunan”.
Untuk fi’il mudhori’ ma’lum bila hendak dibuat menjadi fi’il mudhori’ majhul adalah dengan
mengikuti kaidah :
DIDHOMMAH AWALNYA
DAN DIFATHAH HURUF SEBELUM AKHIRNYA.
Contoh :
Kata ‫ يَ ْستَ ْغفِ ُر‬bermakna “sedang / akan memohon ampunan”, bila dibuat fi’il majhul menjadi :
‫ يُ ْستَ ْغفَ ٌر‬bermakna “sedang / akan dimintai ampunan”.
Sedangkan fi’il Amr tidak dapat dibuat MAJHUL.

DHOMIR ( KATA GANTI )


Kata Ganti ‫ ضمير‬terbagi menjadi tiga, yaitu :
1. Munfashil ( ‫) منفصل‬, yaitu yang bisa berdiri sendiri.
2. Muttashil ( ‫) المتصل‬, yaitu yang tidak bias berdiri sendiri.
3. Mustatir ( ‫) مستتر‬, yaitu yang menyatu dengan fi’il.
Dhomir Munfasil yaitu :
- Untuk orang ke-III laki-laki : ‫ هُ ْم‬- ‫ هُ َما‬- ‫هُ َو‬
- Untuk orang ke-III wanita : ‫ ه َُّن‬- ‫ هُ َما‬- ‫ِه َي‬
- Untuk orang ke-II laki-laki : ‫ َأ ْنتُ ْم‬- ‫ َأ ْنتُ َما‬- َ‫َأ ْنت‬
- Untuk orang ke-II wanita : ‫ َأ ْنتُ َّن‬- ‫ َأ ْنتُ َما‬- ‫ت‬
ِ ‫َأ ْن‬
- Untuk orang ke-I : ُ‫ نَحْ ن‬- ‫َأنَا‬
Jadi dhomir munfashil adalah :
ِ ‫هو – هما – هم – هي – هما – هن – أنتَ – أنتما – أنتم – أن‬
‫ نحن‬- ‫ت – أنتما – أنتن – أنا‬
Dhomir Muttashil yaitu :
- Untuk orang ke-III laki-laki : ‫ ِهُ ْم‬- ‫ ِهُ َما‬- ُ‫ِه‬
- Untuk orang ke-III wanita : ‫ هُِ َّن‬- ‫ ِهُ َما‬- ‫هَا‬
- Untuk orang ke-II laki-laki : ‫ ُك ْم‬- ‫ ُك َما‬- ‫ك‬ َ
- Untuk orang ke-II wanita : ‫ ُك َّن‬- ‫ ُك َما‬- ‫ك‬ ِ
- Untuk orang Ke-I : ‫ نَا‬- ‫ي‬ َ
Jadi dhomir muttashil yaitu :
‫ نَا‬- ‫ي‬ ّ – ‫ك – كما‬
َ – ‫كن‬ ِ – ‫ِهُ – ِهُما – ِهُم – ها – ِهُما – ِهُ ّن – كَ – كما – كم‬
Ada pun fi’il, maka setiap fi’il mengandung dhomir, contoh :
Kata ‫ نصر‬mengandung dhomir ‫ هو‬sehingga bermakna : “dia seorang laki-laki telah
menolong”.

TASHRIF FI’IL MADHI BERIKUT DHOMIRNYA


Tashrif fi’il madhi bersama dengan dhomirnya, yaitu :
- untuk orang ke-III laki-laki :
‫فعل‬
َ contoh : ‫ نصر‬, dhomirnya : ‫هو‬
َ‫ فعال‬contoh : ‫ نصرا‬, dhomirnya :‫هما‬
‫ فعلُوْ ا‬contoh : ‫ نصروا‬, dhomirnya : ‫هم‬
- untuk orang ke-III wanita :
‫ت‬ ْ َ‫ فعل‬contoh : ‫ نصرت‬, dhomirnya : ‫هي‬
‫ فعلَتَا‬contoh : ‫ نصرتا‬, dhomirnya : ‫هما‬
َ‫فعلن‬ ْ contoh : ‫ نصرن‬, dhomirnya : ‫هن‬ ّ
- untuk orang ke-II laki-laki :
َ‫فعلت‬ ْ contoh : ‫ نصرت‬, dhomirnya : َ‫أنت‬
‫فعلتُ َما‬ ْ contoh : ‫ نصرتما‬, dhomirnya : ‫أنتما‬
‫فعلتُ ْم‬ ْ contoh : ‫ نصرتم‬, dhomirnya : ‫أنتم‬
- untuk orang ke-II wanita :
‫ت‬ِ ‫فعل‬ ْ contoh : ‫ نصرت‬, dhomirnya : ‫ت‬ ِ ‫أن‬
ُ ْ
‫ فعلت َما‬contoh : ‫ نصرتما‬, dhomirnya : ‫أنتما‬
‫فعلتُ َّن‬ ْ contoh : ‫نصرتن‬, dhomirnya : ‫أنتن‬ ّ
- untuk orang ke-I :
‫ت‬ ُ ‫فعل‬ ْ contoh : ‫ نصرت‬, dhomirnya : ‫أنا‬
‫فعلنَا‬ ْ contoh : ‫ نصرنا‬, dhomirnya : ‫نحن‬
Sehingga tashrif fi’il madhi berikut dhomirnya yaitu :
َ‫فعلن‬ ْ – ‫ت – فعلَتَا‬ ْ َ‫فع َل – فعالَ – فعلُوْ ا – فعل‬
‫فعلنَا‬ ْ –‫ت‬ ْ – ‫فعلتُ َّن‬
ُ ‫فعل‬ ْ – ‫فعلتُ َما‬
ْ –‫ت‬ ْ – ‫فعلتُ ْم‬
ِ ‫فعل‬ ْ – ‫فعلتُ َما‬
ْ – َ‫فعلت‬
ْ

TASHRIF FI’IL MUDHORI’ BERSAMA DENGAN DHOMIRNYA


Tashrif fi’il mudhori’ bersama dengan dhomirnya, yaitu :
- untuk orang ke-III laki-laki :
‫ يفع ُل‬contoh : ‫ ينصر‬, dhomirnya : ‫هو‬
‫ يفعالَ ِن‬contoh : ‫ ينصران‬, dhomirnya :‫هما‬
َ‫ يفعلُوْ ن‬contoh : ‫ ينصرون‬, dhomirnya : ‫هم‬
- untuk orang ke-III wanita :
‫ تفع ُل‬contoh : ‫ تنصر‬, dhomirnya : ‫هي‬
‫ تفعالَ ِن‬contoh : ‫ تنصران‬, dhomirnya : ‫هما‬
ْ contoh : ‫ ينصرن‬, dhomirnya : ‫هن‬
َ‫يفعلن‬
- untuk orang ke-II laki-laki :
‫ تفع ُل‬contoh : ‫ تنصر‬, dhomirnya : َ‫أنت‬
‫ تفعالَ ِن‬contoh : ‫ تنصران‬, dhomirnya : ‫أنتما‬
َ‫ تفعلُوْ ن‬contoh : ‫ تنصرون‬, dhomirnya : ‫أنتم‬
- untuk orang ke-II wanita :
َ‫ تفعلِ ْين‬contoh : ‫ تنصرين‬, dhomirnya : ‫ت‬ ِ ‫أن‬
‫ نفعالَ ِن‬contoh : ‫ تنصران‬, dhomirnya : ‫أنتما‬
ْ contoh : ‫تنصرن‬, dhomirnya : ‫أنتن‬
َ‫تفعلن‬
- untuk orang ke-I :
‫ أفع ُل‬contoh : ‫ أنصر‬, dhomirnya : ‫أنا‬
‫ نفع ُل‬contoh : ‫ ننصر‬, dhomirnya : ‫نحن‬
Sehingga tashrif fi’il madhi berikut dhomirnya yaitu :
ْ – ‫يفع ُل – يفعالَ ِن – يفعلُوْ نَ – تفع ُل – تفعالَ ِن‬
َ‫يفعلن‬
ْ – ‫تفع ُل – تفعالَ ِن – تفعلُوْ نَ – تفعلِ ْينَ – تفعالَ ِن‬
‫تفعلنَ – أفع ُل – نفع ُل‬

TASHRIF FI’IL BERSAMA DENGAN DHOMIRNYA


Fi’il Amr asli hanya mengandung dhomir orang ke-II, karena perintah pada asalnya ditujukan
kepada orang ke-II.
Tashrif fi’il Amr yaitu :
- untuk orang ke-II laki-laki :
ْ‫ اُ ْفعُل‬contoh : ‫ انصر‬dhomirnya : َ‫أنت‬
َ‫ اُ ْف ُعال‬contoh : ‫ انصرا‬dhomirnya : ‫أنتما‬
‫ اُ ْف ُعلُوْ ا‬contoh : ‫ انصروا‬dhomirnya : ‫أنتم‬
- untuk orang ke-II wanita :
‫ اُ ْفعلِ ْي‬contoh : ‫ انصري‬dhomirnya : ‫ت‬ ِ ‫أن‬
َ‫ اُ ْف ُعال‬contoh : ‫ انصرا‬dhomirnya : ‫أنتما‬
َ‫ اُ ْفع ُْلن‬contoh : ‫ انصرن‬dhomirnya : ‫أنتن‬
sehingga tashrif fi’il amr bersama dhomirnya yaitu :
ْ – َ‫افعلْ – افعالَ – افعلُوْ ا – افعلِ ْي – افعال‬
َ‫افعلن‬

LAM AMR dan ‫ ال‬NAHIYAH


Fi’il mudhori’ dapat kemasukan LAM AMR, yaitu huruf lam untuk menyatakan perintah
dengan ada beberapa perubahan di akhir katanya karena pengaruh lam amr tersebut.
Contoh :
Kata ‫ص ُر‬ ُ ‫ يَ ْن‬bermakna “dia sedang / akan menolong”, bila ditambahkan lam amr maka menjadi
ْ‫ لِيَ ْنصُر‬bermakna “hendaklah dia menolong”.
Berikut tashrif fi’il mudhori’ dengan tambahan lam amr :
ْ ِ‫لِيفعلْ – لِيفعالَ – لِيفعلُوْ ا – لِتفعلْ – لِتفعالَ – ل‬
َ‫يفعلن‬
ْ ِ‫لِتفعلْ – لِتفعالَ – لِتفعلُوْ ا – لِتفعلِ ْي – لِتفعالَ – ل‬
ْ‫ لِنفعل‬- ْ‫تفعلنَ – ِألفعل‬
Demikian pula fi’il mudhori’ bila kemasukan laa nahiyah atau ‫ ال‬yang bermakna larangan,
contoh :
Kata ‫ ينصر‬bermakna “dia sedang / akan menolong” bila ditambahkan ‫ ال‬nahiyah maka
menjadi ْ‫ ال يَ ْنصُر‬bermakna “janganlah dia menolong !”.
Berikut tashrif fi’il mudhori’ dengan tambahan laa nahiyah :
ْ ‫الَ يفعلْ – ال يفعالَ – ال يفعلُوْ ا – ال تفعلْ – ال تفعالَ – ال‬
َ‫يفعلن‬
ْ‫تفعلنَ – ال أفعلْ – ال نفعل‬ ْ ‫ال تفعلْ – ال تفعالَ – ال تفعلُوْ ا – ال تفعلِ ْي – ال تفعالَ – ال‬
Adapun tambahan ‫ ال‬nafiyah dan ‫ ما‬nafiyah yang bermakna meniadakan, tidak merubah
keadaan akhir katanya, contoh :
ُ ‫ يَ ْن‬bermakna “dia sedang / akan menolong” bila ditambahkan ‫ ال‬nafiyah atau ‫ما‬
Kata ‫ص ُر‬
nafiyah menjadi ‫ص ُر‬ ُ ‫ص ُر ما يَ ْن‬
ُ ‫ \ ال يَ ْن‬bermakna “dia tidak sedang / akan menolong”.

NUN TAUKID
Nun Taukid adalah nun penegas yang bermakna “sungguh” yang masuk kepada fi’il
mudhori’ dan fi’il amr. Nun Taukid ada dua macam, yaitu :
1. Khofifah ( ‫ ) الخفيفة‬atau nun penegas yang ringan, yaitu : ‫ْن‬
2. Tsaqilah ( ‫ ) الثقيلة‬atau nun penegas yang berat, yaitu : ‫ّن‬
Contoh :
Kata ‫ص ُر‬ ُ ‫ يَ ْن‬bermakna “dia sedang / akan menolong”, bila ditambahkan nun taukid menjadi
‫ينصر ْن‬ َ bermakna “ sesungguhnya dia sedang / akan menolong ” dan ‫ينصر َّن‬ َ bermakna “
sesungguhnya dia benar-benar sedang / akan menolong ”.
Bila ditambahkan di depan fi’il mudhori’nya lam ibtida’ yang juga berfungsi mempertegas
maka bermakna “sedang”, contoh :
‫ لَيَ ْنص َُر َّن‬bermakna : “sesungguhnya kalian benar-benar sedang menolong”
Tashrif fi’il mudhori’ dengan nun taukid khofifah yaitu :
) ‫ يفعلُ ْن – تفعلَ ْن – ( هما ) – ( هن‬- ) ‫يفعلَ ْن – ( هما‬
‫ نفعلَ ْن‬- ‫تفعلَ ْن – ( أنتما ) – تفعلُ ْن – تفعلِ ْن – ( أنتما ) – ( أنتن ) – أفعلَ ْن‬
Untuk dhomir ‫ أنتن‬, ‫ أنتما‬, ‫ هن‬, ‫ هما‬tidak bisa ditambahkan nun taukid khofifah
Tashrif Fi’il Amr dengan Nun Taukid Khofifah, yaitu :
) ‫افعلَ ْن – ( أنتما ) – افعلُ ْن – افعلِ ْن – ( أنتما ) – ( أنتن‬
Untuk dhomir ‫ أنتما‬dan ‫ أنتن‬tidak dapat dimasuki nun taukid khofifah.
Sedangkan tahsrif fi’il mudhori’ dengan nun taukid tsaqilah yaitu :
ْ – ِّ‫يفعلَ َّن – يفعالنِّ – يفعلُ َّن – تفعلَ َّن – تفعالن‬
ِّ‫يفعلنَان‬
ْ – ِّ‫تفعلَ َّن – تفعالنِّ – تفعلُ َّن – تفعلِ َّن – تفعالن‬
‫ نفعلَ َّن‬- ‫تفعلنَانِّ – أفعلَ َّن‬
Tashrif fi’il amr dengan nun taukid tsaqilah yaitu :
ْ – ِّ‫افعلَ َّن – افعالنِّ – افعلُ َّن – افعلِ َّن – افعالن‬
ِّ‫افعلنَان‬

ISIM MUSYTAQ
Isim musytaq adalah isim atau kata benda yang berasal dari fi’il, yaitu : isim mashdar, isim
mashdar mim, isim fa’il, isim maf’ul, isim makan, isim zaman, isim alat dan isim tafdhil.
MASHDAR
Mashdar ( ‫ ) المصدر‬adalah fi’il yang dibuat menjadi isim, contoh :
َ ‫ ن‬bermakna “menolong” maka mashdarnya yaitu ‫ نَصْ رًا‬bermakna “pertolongan”.
Kata ‫َص َر‬
CATATAN :
Mashdar dalam deret tashrif selalu disebutkan dengan kondisi akhir kata yang difathah
( nashob ) namun dalam penerapannya tidak selalu fathah.

MASHDAR FI’IL TSULATSI MUJARROD


Untuk fi’il tsulatsi mujarrod, mashdarnya bersifat sima’i, yaitu kita hanya mengikuti
kebiasaan orang ‘arab kuno, namun rumus umumnya adalah : ً‫ فَ ْعال‬.
Contoh :
Kata ‫ب‬ َ bermakna “telah memukul”, mashdarnya : ‫ضرْ بًا‬
َ ‫ض َر‬ َ bermakna “pemukulan” atau
“pukulan”.
CATATAN :
Terkadang suatu fi’il tsulatsi mujarrod memiliki lebih dari satu mashdar.
Untuk fi’il-fi’il yang lebih dari 3 huruf, mashdarnya memakai kaidah umum :
DITAMBAHKAN ALIF SETELAH HURUF SEBELUM AKHIRNYA
DAN DIKSROH SELURUH HURUF HIDUP SEBELUMNYA.
Contoh :
Mashdar dari ‫ َأ ْك َر َم‬adalah : ‫ِإ ْك َرا ًما‬
Mashdar dari ‫ اِ ْستَ ْغفَ َر‬adalah : ‫اِ ْستِ ْغفَارًا‬
Mashdar dari ‫ َدحْ َر َج‬adalah : ‫ِدحْ َراجًا‬
Mashdar dari ‫ اِحْ َر ْن َج َم‬adalah : ‫اِحْ ِر ْن َجا ًما‬
Wazan ‫ فعّل‬memiliki mashdar tambahan :
ً‫ تِ ْف َعاال‬- ً‫ تَ ْف ِعلَةً – تَ ْف َعاال‬- ً‫تَ ْف ِع ْيال‬
Contoh :
Mashdar dari ‫“ فَ َّس َر‬menerangkan” adalah :
‫ تِ ْف َسارًا‬- ‫تَ ْف ِس ْيرًا – تَ ْف ِس َرةً – تَ ْف َسارًا‬
Sedangkan untuk pembuatan mashdar dari wazan ‫ فاعل‬bisa dilakukan dengan terlebih dahulu
membuang alif-nya sehingga menjadi : ً‫ فِ َعاال‬, atau dengan merubah alif-nya menjadi ya’
sehingga menjadi ً‫ فِ ْي َعاال‬.
Contoh :
Mashdar dari ‫“ قَاتَ َل‬memerangi” adalah : ً‫ قِتَاال‬atau ً‫ قِ ْيتَاال‬.
Untuk wazan ‫ فَ ْعلَ َل‬memiliki tambahan mashdar ً‫ فَ ْعلَلَة‬sehingga mashdarnya ada dua, yaitu : ً‫فِ ْعالَال‬
dan ً‫ فَ ْعلَلَة‬, contoh :
Kata ‫ َدحْ َر َج‬mashdarnya ‫ ِدحْ َراجًا‬dan ً‫ َدحْ َر َجة‬.
Wazan ‫ اِ ْف َعلَ َّل‬memiliki tambahan mashdar ً‫ فُ َع ْللِ ْيلِة‬sehingga mashdarnya dua, yaitu : ً‫ فُ َع ْللِ ْيلَة‬dan
ً‫ اِ ْف ِع ْلالَال‬.
Contoh :
Kata ‫ اِ ْق َش َع َّر‬mashdarnya : ً‫ْر ْي َرة‬ ِ ‫ قُ َشع‬dan ‫ اِ ْق ِش ْع َرارًا‬.
Wazan mazid yang diawali ta’, yaitu : ‫ تفعّل‬, ‫ تفاعل‬, ‫ تفعلل‬dikecualikan dari kaidah mashdar
umum di atas. Mashdarnya mengikuti kaidah :
DIDHOMMAH HURUF SEBELUM AKHIRNYA.
Contoh :
Kata ‫“ تَ َعلَّ َم‬belajar” mashdarnya adalah : ‫ تَ َعلُّ ًما‬.
Kata ‫“ تضارب‬saling memukul” mashdarnya adalah : ‫ضا ُربًا‬ َ َ‫ ت‬.
Kata ‫“ تدخرج‬terguling” mashdarnya adalah ‫ تَ َدحْ ُرجًا‬.

MASHDAR MARROH
Mashdar Marroh ( ‫ ) مصدر المرة‬adalah mashdar yang menyatakan tentang jumlah perbuatan.
Untuk fi’il tsulatsi mujarrod mengikuti wazan : ً‫ فَ ْعلَة‬, contoh :
Kata ‫ب‬ َ “memukul” mashdar marrohnya ً‫ضربة‬
َ ‫ض َر‬ َ bermakna “sekali pukul”.
Mashdar Marroh untuk fi’il-fi’il yang lebih dari 3 huruf adalah dengan mengambil bentuk
mashdar yang paling popular lalu ditambahkan ta’ marbuthoh setelahnya. Contoh :
Mashdar marroh ‫“ فَ َّس َر‬menerangkan” adalah ً‫“ تَ ْف ِسي َْرة‬sekali menerangkan”.
Bila mashdar aslinya sudah ada ta’ marbuthoh-nya, maka ditambahkan “keterangan jumlah”
padanya, contoh :
Mashdar Marroh dari ‫ َدحْ َر َج‬adalah ً‫“ َدحْ َر َجةً َوا ِح َدة‬sekali penggulingan”.

MASHDAR HAIAH
Mashdar Haiah ( ‫ ) مصدر الهيئة‬atau Mashdar Nau’ ( ‫ ) مصدر النوع‬adalah mashdar yang
menerangkan sifat atau cara dari suatu perbuatan.
Untuk fi’il tsulatsi mujarrod mengikuti wazan ً‫ فِ ْعلَة‬. Contoh :
Kata ‫ب‬ َ mashdar haiahnya adalah ً‫ضرْ بَة‬
َ ‫ض َر‬ ِ “suatu cara memukul”.
Dan terkadang ditambahkan sifat padanya, contoh : ً‫ضرْ بَةً َش ِد ْي َدة‬ ِ “dengan pukulan yang keras”.
Untuk fi’il-fi’il yang lebih dari 3 huruf, mashdar haiah-nya adalah dengan ditambahkan sifat
padanya, contoh :
Kata ‫ َدحْ َر َج‬mashdar haiah-nya ً‫“ َدحْ َر َجةً َس ِر ْي َعة‬penggulingan dengan cepat”.

MASHDAR MIM
Mashdar Mim ( ‫ ) مصدال الميم‬adalah mashdar yang diawali dengan huruf mim.
Untuk fi’il tsulatsi mujarrod adalah dengan mengikuti wazan : ً‫ َم ْف َعال‬, contoh :
Mashdar mim dari ‫َص َر‬َ ‫ ن‬adalah ‫صرًا‬َ ‫ َم ْن‬.
Mashdar mim untuk fi’il yang lebih dari tiga huruf adalah dengan meng- ikuti kaidah :
DITAMBAH MIM DHOMMAH PADA AWALNYA
Contoh :
Mashdar mim dari ‫ َدحْ َر َج‬adalah : ‫ ُم َدحْ َرجًا‬.
Bila ada tambahan hamzah di awal wazannya, maka sebelum ditambah-kan mim dhommah di
awalnya, huruf hamzah wazannya terlebih dahulu harus dibuang, contoh :
Mashdar Mim dari ‫ ( َأ ْك َر َم‬memuliakan ) adalah ‫ ( ُم ْك َر ًما‬pemuliaan ).

ISIM FA’IL
Isim Fa’il ( ‫ ) اسم الفاعل‬yaitu isim yang bermakna pelaku perbuatan.
Untuk fi’il tsulatsi mujarrod adalah dengan mengikuti wazan : ‫ فَا ِع ٌل‬, contoh :
Isim fa’il dari ‫َص َر‬َ ‫ ن‬adalah ‫ص ٌر‬ ِ ‫“ نَا‬penolong”.
Isim Fa’il untuk fi’il-fi’il yang lebih dari tiga huruf adalah dengan mengikuti kaidah :
DITAMBAH MIM DHOMMAH DI AWALNYA
DAN DIKASROH HURUF SEBELUM AKHIRNYA
Contoh :
Isim Fa’il dari ‫ َدحْ َر َج‬adalah ‫ ُم َدحْ ِر ٌج‬dan bermakna “yang menggulingkan”.
Bila terdapat huruf hamzah di awal wazannya, huruf hamzah-nya itu harus dibuang terlebih
dahulu, contoh :
Isim fa’il dari ‫ َأ ْك َر َم‬adalah ‫ ُم ْك ِر ٌم‬bermakna “yang memuliakan”.

ISIM MAF’UL
Isim Maf’ul ( ‫ ) اسم المفعول‬yaitu isim yang bermakna obyek dari perbuatan.
Untuk fi’il tsulatsi mujarrod adalah dengan mengikuti wazan : ‫ َم ْفعُوْ ٌل‬, contoh :
َ ‫ ن‬isim maf’ul-nya adalah ‫“ َم ْنصُوْ ٌر‬yang ditolong”.
Kata ‫َص َر‬
Untuk fi’il yang lebih dari tiga huruf, isim maf’ulnya mengikuti kaidah :
DITAMBAHKAN MIM DHOMMAH DI AWALNYA
DAN DIFATHAH HURUF SEBELUM AKHIRNYA
Contoh :
Kata ‫ َدحْ َر َج‬isim maf’ul-nya ‫“ ُم َدحْ َر ٌج‬yang digulingkan”.
Bila ada tambahan hamzah di awal wazannya, maka hamzah tersebut harus dibuang terlebih
dahulu, contoh :
Kata ‫ َأ ْك َر َم‬isim maf’ulnya ‫“ ُم ْك َر ٌم‬yang dimuliakan”.

SHIFAT MUSYABBAHAH
Ada di antara fi’il yang tidak mungkin memiliki isim fa’il maupun isim maf’ul, seperti kata
‫ض ُخم‬ َ ( gemuk ), namun fi’il semacam ini memiliki shifat mussyabbahah, yaitu sifat yang
diserupakan dengan isim fa’il.
Shifat Musyabbahah ( ‫ ) الصفة المشبهة‬untuk fi’il tsulatsi mujarrod :
Untuk fi’il tsulatsi mujarrod berwazan ‫ فَ ِع َل‬umumnya memakai wazan :
ُ‫ فَ ْعالَن‬- ‫ َأ ْف َع ٌل‬- ‫فَ ِع ٌل‬
Contoh :
‫ ( فَ ِر َح‬gembira ), shifat musyabbahah-nya : ‫ ( فَ ِر ٌح‬yang gembira )
‫ ( َح ِم َر‬merah ), shifat musyabbahah-nya : ‫ ( َأحْ َم ُر‬yang merah )
‫ب‬ َ ‫ض‬ ِ ‫ ( َغ‬marah ), shifat musyabbahah-nya : ُ‫ ( غَضْ بَان‬yang marah )
Fi’il tsulatsi mujarrod berwazan ‫ فَ ُع َل‬, shifat musyabbahah-nya umumnya berwazan :
‫ فُ َع ٌل‬- ‫ فَ َع ٌل‬- ‫ فَ َعا ٌل‬- ‫ فُ َعا ٌل‬- ‫ فَ ْع ٌل‬- ‫فَ ِع ْي ٌل‬
Contoh :
‫ ( َك ُر َم‬mulia ), shifat musyabbahahnya : ‫ ( َك ِر ْي ٌم‬yang mulia )
‫ض ُخ َم‬ َ ( gemuk ), shifat musyabbahahnya : ‫ض ْخ ٌم‬ َ ( yang gemuk )
‫ ( َش ُج َع‬berani ), sifat musyabbahahnya : ‫ع‬ ٌ ‫ ( ُش َجا‬yang berani / pemberani )
َ‫ ( َجبُن‬takut ), shifat musyabbahahnya : ‫ان‬ ٌ َ‫ ( َجب‬yang penakut )
َ‫ ( َحسُن‬bagus ), shifat musyabbahahnya : ‫ ( َح َس ٌن‬yang bagus )
‫ ( َحلُ َو‬manis ), shifat musyabbahahnya : ‫حُل ٌو‬ ْ ( yang manis )
Ada juga shifat musyabbahah untuk wazan ‫ ف َعل‬tetapi sedikit jumlahnya, contoh :
‫ ( قَطَ َع‬pasti ), sifat musyabbahahnya : ‫ ( َأ ْقطَ ُع‬yang pasti )
Dan masih ada sejumlah wazan shifat musyabbahah yang lainnya.
Sedangkan shifat musyabbahah pada fi’il yang lebih dari tiga huruf sama dengan wazan isim
fa’il-nya, contoh :
Kata ‫ ( اِ ْعتَ َد َل‬lurus ) shifat musyabbahahnya : ‫ ( ُم ْعتَ ِد ٌل‬yang lurus )

ISIM MAKAN & ISIM ZAMAN


Isim Makan ( ‫ ) اسم المكان‬adalah isim yang menerangkan tentang tempat terjadinya perbuatan.
Isim Zaman ( ‫ ) اسم الزمان‬adalah isim yang menerangkan tentang waktu terjadinya perbuatan.
Bentuk Isim Makan dan Isim Zaman sama.
Untuk fi’il tsulatsi mujarrod berwazan ‫ يفعُل‬dan ‫ يف َعل‬, isim makan dan isim zaman-nya
berwazan : ‫ َم ْف َع ٌل‬.
Sedangkan untuk fi’il yang berwazan ‫ يف ِعل‬, isim makan dan isim zaman-nya berwazan ‫ َم ْف ِع ٌل‬.
Contoh :
Kata ‫ ( يكتُب‬sedang / akan menulis ) isim makan dan isim zamannya ‫ ( َمكتَب‬tempat atau waktu
menulis )
Kata ‫ ( يط َعم‬sedang / akan makan ) isim makan dan isim zamannya ‫ ( َمط َعم‬tempat atau waktu
makan )
Kata ‫يضرب‬ِ ( sedang / akan memukul ) isim makan dan isim zamannya ٌ‫ ( َمضْ ِرب‬tempat atau
waktu memukul ).
Sedangkan untuk fi’il yang lebih dari 3 huruf, bentuk isim makan dan isim zaman-nya sama
dengan bentuk isim maf’ul-nya, yaitu :
DITAMBAHKAN MIM DHOMMAH DI AWAL
DAN DIFATHAH HURUF SEBELUM AKHIRNYA
Contoh :
Kata ‫ ( قاتل‬memerangi ), isim makan dan isim zamannya adalah : ‫ ( ُمقَاتَ ٌل‬tempat / waktu
berperang ).
Kata ‫ ( اجتمع‬berkumpul ), isim makan dan isim zamannya adalah : ‫ ( ُمجْ تَ َم ٌع‬tempat /waktu
berkumpul )
UNTUK PERHATIAN :
Untuk fi’il-fi’il lebih dari 3 huruf, bentuk dari : isim mashdar mim, isim maf’ul, isim makan
dan isim zaman-ya adalah sama, sedangkan untuk membedakannya adalah dengan melihat
kepada konteks kalimatnya.

ISIM ALAT
Isim Alat ( ‫ ) اسم اآللة‬adalah isim yang bermakna alat untuk melakukan perbuatan, umumnya
hanya ada pada fi’il tsulatsi mujarrod.
Untuk fi’il berwazan ‫ يفعُل‬dan ‫ يف ِعل‬isim alatnya berwazan ‫ ِم ْف َع ٌل‬, contoh :
Kata ‫ ( يكتُب‬sedang / akan menulis ) isim alatnya : ٌ‫ ( ِم ْكتَب‬alat menulis ),
‫يضرب‬
ِ (sedang / akan memukul ) isim alatnya : ٌ‫ ( ِمضْ َرب‬alat memukul )
Untuk fi’il berwazan ‫ يف َعل‬isim alatnya berwazan ‫ ِم ْف َعا ٌل‬, contoh :
Kata ‫ ( يفتَح‬sedang / akan membuka ) isim alatnya : ‫ ( ِم ْفتَا ٌح‬alat membuka )
Ada sebagian kata yang isim alatnya berwazan ٌ‫ ِم ْف َعلَة‬seperti : ُ‫َس يَ ْكنِس‬
َ ‫ ( َكن‬menyapu ) isim
alatnya : ٌ‫ ( ِم ْكنَ َسة‬sapu ).

ISIM TAFDHIL
Isim Tafdhil ( ‫ ) اسم التفضيل‬adalah kata yang bermakna “lebih dari” atau “paling”, umunya
dibentuk dari fi’il tsulatsi mujarrod.
Wazan isim tafdhil yaitu ‫ َأ ْف َع ُل‬, contoh :
Kata ‫ ( َكبُ َر‬besar ), isim tafdhilnya ‫ ( َأ ْكبَ ُر‬paling besar )
Untuk bentuk perempuan, dengan menggunakan wazan ‫ فُ ْعلَى‬,
Contoh : ‫ كبُر‬isim tafdhilnya : ‫ ُك ْب َرى‬.

FI’IL & HURUF ‘ILLAT


Huruf ‘Illat ( ‫ ) حرف العلّة‬adalah huruf lemah atau huruf penyakit, yaitu : alif, wawu dan ya’.
Fi’il dilihat dari ada atau tidaknya huruf ‘illat terbagi dua, yaitu :
1. Fi’il Shohih ( ‫) الفعل الصحيح‬
2. Fi’il Mu’tall ( ‫) الفعل المعت ّل‬
Fi’il Shohih adalah fi’il yang tidak mengandung huruf ‘illat.
Fi’il shohih terbagi menjadi tiga, yaitu :
1. Fi’il Salim ( ‫) الفعل السالم‬
2. Fi’il Mudho’af ( ‫) الفعل المضاعف‬
3. Fi’il Mahmuz ( ‫) الفعل المهموز‬
Fi’il Salim adalah fi’il shohih yang tidak mengandung huruf hamzah atau pun huruf ganda
( tasydid ), contoh : ‫َب‬َ ‫ َكت‬.
Fi’il Mudho’af adalah fi’il yang memiliki huruf ganda, contoh : ‫ َم َّد‬.
Fi’il Mahmuz adalah fi’il yang mengandung huruf hamzah, contoh : ‫ َأ َم َر‬.
Fi’il Mu’tall adalah fi’il yang mengandung huruf ‘illat.
Fi’il mu’tall terbagi menjadi empat :
1. Fi’il Mitsal ( ‫) الفعل المثال‬
2. Fi’il Ajwaf ( ‫) الفعل األجوف‬
3. Fi’il Naqish ( ‫) الفعل الناقص‬
4. Fi’il Lafif ( ‫) الفعل اللفيف‬
Fi’il Mitsal yaitu fi’il yang huruf ‘illatnya terletak di awal, contoh : ‫ َو َع َد‬.
Fi’il Ajwaf yaitu fi’il yang huruf ‘illatnya terletak di tengah, contoh : ‫ال‬ َ َ‫ ق‬.
Fi’il Naqish yaitu fi’il yang huruf ‘illatnya terletak di akhir, contoh : ‫ض َي‬ ِ ‫َر‬
Fi’il Lafif yaitu fi’il yang huruf ‘illatnya ada dua, fi’il lafif terbagi dua :
1. Lafif Maqrun ( ‫) المقرون‬, bila huruf ‘illatnya berjejeran, contoh : ‫ي‬ َ ‫ قَ ِو‬.
2. Lafif Mafruq ( ‫) المفروق‬, bila huruf ‘illatnya terpisah, contoh ; ‫ َوقَى‬.

Anda mungkin juga menyukai