Disusun Oleh:
SABRINA WIDYA DORA
SMP IT SYAHRUDDINIYAH
Jl. Raya Pekanbaru-Taluk Kuantan Km. 30, Sungai Pagar, Kec. Kampar
Kiri Hilir, Kab. Kampar Prov. Riau
KATA PENGANTAR
i|Page
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ................................................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar 1
Belakang ..................................................................................................
B. Rumusan 1
Masalah .............................................................................................
C. Tujuan ............................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Berdirinya Dinasty Ayyubiyah ......................................................................... 2
B. Masa Pemerintahan Dinasti 2
Ayyubiyah ............................................................
C. Berakhirnya Dinasti 3
Ayyubiyah ........................................................................
D. Ilmu Pengetahuan Pada Masa Dinasti 4
Ayyubiyah .............................................
DAFTAR PUSTAKA
ii | P a g e
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mesir yang menyimpan peradaban yang tinggi telah terbentuk ketika mengalami berbagai masa
keemasan setiap Dinasti. Pada periode kedua dari pemerintahan Abassiyah, Mesir merupakan
wilayah otonom dari Baghdad. Namun karena terjadi perselisihan di pusat pemerintahan
Abassiyah, maka daerah otonomnya mendapat hak otonomnya. Hal itu semakin membuat
Dinasti-Dinasti kecil yang ada di mesir menguat dan mencapai kejayaannya. Beberapa Dinasti
yang masing-masing mengukir peradaban itu adalah : Dinasti Thuluniyah (868-904 M), Dinasti
Ikhsidiyah (935-969 M), Dinasti Fatimiyah (972-1130 M), Dinasti Ayyubiyah (1169-1250 M),
dan Dinasti Mamluk (1250-1515 M).
Dalam perkembangannya tercatat bahwa Dinasti di Mesir yang paling berpengaruh akan
kejayaan Islam adalah Dinasti Ayyubiyah dan Dinasti Mamluk, mengingat bagaimana
perjuangan dan keberhasilan Dinasti tersebut dalam menghadapi sekutu. Dinasti Ayyubiyah di
dirikan oleh Salahudin Al- Ayyubi, kemenangan yang dicapainya dalam mengalahkan tentara
pasukan Perang Salib telah membawa namanya dikalangan mayshur dikalangan bangsa Eropa.
Sedangkan Dinasti Mamluk di dirikan oleh Mamluk Aibak, seorang budak yang diangkat
menjadi tentara Salahudin. Kemenangannya saat mengalahkan kelompok nasrani yang
menyerang Syam dan mengalahkan tentara Mongol, membuat kekuasaan Mamluk di Mesir
menjadi tumpuan harapan umat Islam di sekitarnya. Oleh karena itu pembahasan pada kali ini
akan terfokus pada dua Dinasti tersebut.
Dinasti Ayyubiyah berdiri di atas puing-puing Dinasti Fatimiyah Syi’ah di Mesir. Di saat Mesir
mengalami krisis di segala bidang maka orang-orang Nasrani memproklamirkan perang Salib
melawan Islam, yang mana Mesir adalah salah satu Negara Islam yang diintai oleh Tentara
Salib.
Shalahudin Al-Ayyubi seorang panglima tentara Islam tidak menghendaki Mesir jatuh ke tangan
tentara Salib, maka dengan sigapnya Shalahudin mengadakan serangan ke Mesir untuk segera
mengambil alih Mesir dari kekuasaan Fatimiyah yang jelas tidak akan mampu mempertahankan
diri dari serangan Tentara Salib. Menyadari kelemahannya Dinasti fatimiyah tidak banyak
memberikan perlawanan, mereka lebih rela kekuasaannya diserahkan kepada shlalahudin dari
pada diperbudak tentara salib yang kafir, maka sejak saat itu selesailah kekuasaan Dinasti
fatimiyahdi mesir, berpindah tangan ke Shalahudin Al-Ayyubi.
B. Rumusan Masalah
a. Siapa pendiri Dinasti Ayubiyah?
b. Bagaimana perkembangan Dinasti Ayubiyah?
C. Tujuan
a. Kita bisa mengetahui latar bekang pendirian Dinasti Ayubiya.
b. Kita bisa mengetahui perkembangan Dinasti Ayubiya.
c. Kita bisa mengetahu penyebab runtuhnya Dinasti Ayubiyah.
1|Page
BAB II
PEMBAHASAN
2|Page
untuk menguasai Yaman pada tahun 1173M. Taqiyuddin, keponakannya diperintahkan untuk
melawan tentara salib di Dimyat. Adapun Syihabuddin, pamannya diberi kekuasaan untuk
menduduki Mesir hulu. Dari Mesir, Salahuddin juga dapat menyatukan syiria dan
mesofotamiya menjadi sebuah kesatuan negara muslim. Pada tahun 1174 ia menrebut
Damaskus kemudian Alippo tahun 1185 dan merebut Mousul pada 1186.
Pada masa pemerintahan Salahudidin kekuatan militernya terkenal sangat tangguh pasukannya
diperkuat oleh pasukan Barbar Turki, dan Afrika ia juga membangun tembok kota Diakiro dan
bukit Muqattam sebagai benteng pertahanan. Dalam hal perekonomian, ia bekerja sama dengan
penguasa muslim diwilayah lain. Disamping itu, ia juga menggalakan perdaganggan dengan
kota-kota dilaut tengah, lautan hindia dan menyempurnakan sistem perpajakan atas dasar inilah
ia melancarkan gerakan offensif (penyerangan dengan membabibuta) untuk merebut Al Quds
(jerussalem) dari tangan tentara salib yang dipimpin oleh Guy de Lusignan di Hittin. Akhirnya
pasukannya berhasil menguasai jerussalem pada tahun 1187M. Ini berarti Jerussalem dapat
dikuasai oleh orang muslim untuk kedua kalinya setelah delapan puluh tahun dikuasai oleh
kaum kristiani. Setelah kejadian itu orang-orang frank tersingkirkan, meskipun hanya untuk
sementara. Usaha besar-besaran telah dilakukan pasukan salib dari inggris, prancis dan jerman
pada tahun 1189-1192M namun tidak berhasil mengubah kedudukan Salahuddin. Setelah
perang berakhir Salahuddin memindahkan pusat pemerintahan ke Damaskus.
Perjuangan Salahuddin dalam merealisasikan tujuan-tujuan utamanya yaitu mengeluarkan
kaum salib dari Baitul Makdis dan mengembalikan pada persatuan umat islam, telah
menghabiskan kekuatannya dan mengganggu kesehatannya. Ia meninggal dan dimakamkan di
Damaskus pada tahun 1193M, setelah dua puluh lima tahun memerintah sebelum meninggal ia
membagikan kekaisaran Ayyubiyah kepada para anggota keluarga. Oleh karena itu,
pengendalian dari pusat tetap berada dibawah kekuasaan Almalik al Adil (saudaranya) dan
keponakannya al Kamil mereka membagi imperiumnya menjadi sejumlah kerajaan kecil Mesir,
Damaskus, Alleppo dan kerajaan Mousul sesuai dengan gagasan Saljuk bahwa negara
merupakan warisan keluarga raja. Meskipun demikian Ayyubiyah tidak mengalami
perpecahan, karena dengan loyalitas kekeluargaan Mesir di integrasikan dalam berbagai
imperium. Mereka menata pemerintahan dengan sistem birokrasi masa lampau yang telah
berkembang dinegara-negara mesir dan siriya melalui distribusi iqta kepada pejabat-pejabat
militer yang berpengaruh.
Ayyubiyah secara khusus enggan melanjutkan pertempuran melawan sisa-sisa kekuatan
pasukan salib. Mereka lebih memprioritaskan untuk mempertahankan mesir, karena kesatuan
mulai melemah akhirnya pada masa pemerintahan al Kamil, Dinasti Ayyubiyah yang bertempat
di Diyar Bakr dan al Jazirah mendapat tekanan dari Dinasti Seljuk Rum dan Dinasti
Khiwarazim syah. Selanjutnya, al Kamil mengembalikan Jerussalem kepada kaisar Fredrick II
yang membawa kedamaian dan kestabilan ekonomi bagi Mesir dan Syiria. Oleh karena itu,
pada masa tersebut perdagangan kembali dikuasai oleh kekuatan kristen mediterrania. Setelah
al Kamil meninggal yakni pada tahun 1238M, Dinasti Ayyubiyah dirongrong oleh
pertentangan-pertentangan intern pemerintah.
3|Page
Runtuhnya Dinasti Ayyubiyah dimulai pada masa pemrintahan Sultan Ash Shalih. Pada masa
pemerintahan Ash Shalih terjadi serangan pasukan budak (mamluk) dari turki yang berhasil
merebut kekuasaan di Mesir. Walupun sebelumnya pasukannya berhasil menaklukan perang
salib ke enam yang dipimpin raja Perancis ST Louis. Setelah Ash Shalih meninggal pada tahun
1249M, kaum mamluk mengangkat istri Ash Shalih, Syajarat ad Durr sebagai sultan. Dengan
demikian berakhirlah pemerintahan Dinasti Ayyubiyah di Mesir. Meskipun demikian Dinasti
Ayyubiyah masih berkuasa disuryah. Pada tahun 1260M tentara mongol hendak menyerbu
mesir. Komando tentara islam dipegang oleh qutuz, panglima perang mamluk. Dalam
pertempuran diain jalut, qutuz berhasil mengalahkan tentara mongol dengan gemilang.
Selanjutnya, qutuz mengambil alih kekuasaan Dinasti Ayyubiyah. Sejak itu, berakhirlah
kekuasaan Dinasti Ayyubiyah.
4|Page
dari emas. Selain itu juga dimulai percetakan mata uang dirham campuran (fulus).
Percetakan fulus yang merupakan mata uang dari tembaga dimulai pada masa pemerintahan
Sultan Muhammad al Kamil ibn al Adil al Ayyubi, percetakan unag fulus tersebut
dimaksudkan sebagai alat tukar terhadap barang-barang yang tidak signifikan denga rasio
48 fulus untuk setiap dirhamnya.
6. Bidang militer
Pada masa pemerintahan Salahuddin, kekuatan militernya terkenal sangat tangguh.
Pasukannya diperkuat oleh pasukan Barbar, Turki dan Afrika. Ia juga membangun tembok
kota di Kairo dan muqattam sebagai benteng pertahanan. Selain memiliki alat-alat perang
seperti kuda pedang dan panah dinasti ini juga memiliki burung elang sebagai kepala
burung-burung dalam peperangan. Disamping itu adanya perang salib membawa dampak
positif, keuntungan dibidang industri, perdagangan dan intelektual misalnya dengan adanya
irigasi.
7. Bidang kebudayaan
Salahuddin al Ayyubi menjadi tokoh yang meneladankan satu konsep dan budaya, yaitu
perayaan hari lahir Nabi Muhammad SAW yang kita kenal dengan sebutan maulud
atau maulid. Maulud atau maulid ini berasal dari kata milad yang berarti tahun dan
bermakna seperti pada istilah ulang tahun.
5|Page
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mesir yang mengalami beberapa kedinastian mencapai masa kejayaanya ketika pada masa
Dinasti Ayyubiyah dan Dinasti Mamluk. Dinasti Ayyubiyah berdiri pada tahun 1169 M oleh
Salahudin al-Ayubi, yang dulunya panglima perang raja Nurudin. Ia menjulang reputasinya
ketika berhasil melawan tentara Salib dan berhasil membebaskan Jerussalem. Pada 2 oktober
1187. Salahudin membagi kekuasaan pada sanak saudaranya sebelum meninggal, mereka
masih tetap bersatu sehingga dapat mempertahankan kekuasaan, tetapi perselisihan intern
keluarga Ayubbiyah setelah al-Kamil meninggal, yang sementara itu masih berlangsung
Perang Salib, yang menyebabkan dinasti ini terpecah.
Dinasti Mamluk berdiri pada tahun 1250 M, oleh Aybak , namun berjaya pada masa Baybar,
yang mampu menghancurkn pasukan Tartar dari Mongol di Ain Jaluk pada tahun 1260.
Mereka terbagai menjadi 2 kelompok yaitu Mamluk Bahri, yang tinggalnya di laut dan
Mamluk Burji, yang tinggalnya di menara benteng. Pasukan Mamluk selanjutnya terus
menghalau tentara Salib yang mengdakan ekspensinya ke wilayah Muslim. Dinasti ini runtuh
karena faktor internal, dari para sultanya berlaku amoral, dan eksternal, dari serbuan pasukan
Usmani.
B. Saran
Demikianlah makalah yang telah saya susun tentunya dalam hal ini masih banyak
kekurangan, saya harap makalah ini dapat menambah wawasan. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang konstruktif sangat kami harapkan untuk perbaikan makalah yang selanjutnya.
6|Page
DAFTAR PUSAKA
7|Page