Nim : 19103050016
HUKUM PERIKATAN
Perikatan itu sendiri berasal dari bahasa Belanda yaitu Verbintenis. Menurut para ahli hukum
perikatan adalah suatu perhubungan hukum antara dua orang atau dua pihak, berdasarkan mana
pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak yang lain, dan pihak yang lain berkewajiban
untuk memenuhi tuntutan itu.
Dalam pasal 1233 KUHPerdata perikatan itu lahir karena suatu persetujuan atau karena undang
undang. Berdasarkan pasal tersebut suatu perikatan itu bisa lahir karena adanya suatu perjanjian
atau lahir berdasarkan undang- undang. Jika didasarkan pada suatu perjanjian maka syarat sah
perjanjian pada pasal 1320 KUHPerdata harus terpenuhi terlebih dahulu. Ketika syarat sah perjanjian
terpenuhi maka akan lahir suatu perikatan yang didasarkan pada perjanjian, diamana akan muncul
hak dan kewajiban.
Yaitu merupakan hak dari kreditur dan kewajiban dari debitur. Yang menjadi objek perikatan
adalah prestasi, yaitu hal hal pemenuhan perikatan.
Adalah para pihak pada suatu perikatan dimana kreditur yang berhak dan debitur yang
berkewajiban atas prestasi. Pada debitur terdapat 2 unsur, antar lain schuld yaitu utang debitur
kepada kreditur dan hafting yaitu harta kekayaan debitur yang dipertanggungjawabkan bagi
pelunasan utang. Jika seorang debitur tidak memenuhi perikatan disebut cidera janji (wanprestasi).
Sebelum dinyatakan cidera janji terlebih dahulu harus dilakukan somasi yaitu suatu peringatan
kepada debitur agar memenuhi kewajibannya.
*Perikatan Lahir Karena Persetujuan
Kontrak atau persetujuan menurut pasal 1313 BW adalah “suatu perbuatan dimana satu orang
atau lebih mengikatkan diri terhadap satu orang lain atau lebih”. Persetujuan atau kontrak atau bisa
disebut dengan perjanjian terbagi atas :
Suatu persetujuan Cuma- Cuma, maksudnya adalah pihak yang satu akan memberikan suatu
keuntungan kepada pihak yang lain tanpa menerima imbalan.
Suatu persetujuan memberatkan, maksudnya adalah suatu persetujuan yang mewajibkan
para pihak untuk memberikan sesuatu, melakukan sesuatu,atau tidak melakukan sesuatu.
Perikatan atau perjanjian dibuat untuk kepentingan diri sendiri, dan dibolehkan untuk
menanggung pihak ketiga dengan menjanjikan bahwa pihak ketiga ini akan berbuat sesuatu, tetapi
tidak mengurangi tuntutan ganti rugi terhadap penanggung atau orang yang berjanji tersebut, jika
pihak ketiga menolak untuk memenuhi perjanjian itu.
Menurut Pasal 1318 BW orang dianggap memperoleh sesuatu dengan perjanjian untuk diri
sendiri, ahli waris dan orang yang memperoleh hak daripadanya. Dapat dijelaskan maksud dari pasal
1318 BW ini adalah dalam perjanjian atau perikatan yang lahir karena kontrak, dimana isi perjanjian
yang menjadi hak dari pada pihak yang mengikatkan diri dalam perjanjian untuk memperoleh
sesuatu, apabila pihak yang dimaksud meninggal dunia ,maka hak untuk memperoleh sesuatu itu
menjadi hak ahli warisnya, kecuali disebutkan lain dengan jelas dan tegas dalam perjanjian bahwa
bukan demikian seharusnya. Semua perjanjian atau kontrak yang baik yanhgg mempunyai nama
khusus maupun yang tidak di kenal dengan satu tertentu, tunduk pada peraturan umum khususnya
tentang perikatan dan KUHPerdata pada umunya.
Syarat Sah Perjanjian , dalam pasal 1320 BW mengenai sayarat sahnya sebuah perjanjian atau
persetujuan ,yaitu :
Perbuatan yang diatur dalam pasal 1354 BW ini termasuk perbuatan yang sah menurut hukum,
dimana dilakukan secara sukarela untuk mengurus suatu kepentingan orang lain, baik atas perintah
ataupun tidak, sampai orang lain itu dapat mengurus sendiri urusannya. Contohnya orang yang
membantu merawat binatang peliharaan tetangganya ketika tetangganya sedang keluar kota.
Perbuatan yang melawan hukum diatur dalam pasal 1365 BW disebutkan bahwa “tiap perbuatan
yang melanggar hukum dan membawa kerugian kepada orang lain, meewajibkan orang yang
menimbulkan kerugian tersebut untuk mengganti kerugian tersebut. Perbuatan yang melanggar
hukum ini maksudnya tidak hanya melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan tetapi juga
melanggar kesusilaan dan kepatutan dalam masyarakat yang dapat merugikan orang lain.
Perbedaan antara perikatan yang lahir dari perjanjian dan perikatan yang lahir dari undang-
undang adalah sebagai berikut :
Perikatan yang lahir dari perjanjian menimbulkan hubungan hukum yang memberikan hak
dan meletakkan kewajiban kepada para pihak yang membuat perjanjian, atas dasar
kemauan atau kehendak sendiri dari pihak yang bersangkutan.
Perikatan yang lahir dari undang-undang merupakan perikatan yang terjadi karena adanya
suatu peristiwa tertentu sehingga melahirkan hubungan hukum yang menimbulkan hak dan
kewajiban antara pihak yang bersangkutan, tetapi bukan berasal dari kehendak para pihak
yang bersangkutan melainkan telah diatur dan ditentukan oleh undang-undang.