PENDAHULUAN
Seperti salah satu penemuan terakhir di bidang pengetahuan yaitu loning. Kloning
pertama melahirkan domba terkenal dan diberi nama Dolly, dan domba tersebut identik dengan
Domba Finn Dorset, yaitu donor sel kelenjar susu tersebut. Tidak hanya dalam kloning dunia
hewan, dunia pernah dikejutkan oleh keberhasilan pertama dunia medis dengan percobaan yang
dilakukan oleh dr. Patrick Steptoe dan dr. Robert Edwards dengan lahirnya Louise brown
seorang bayi tabung pertama di Inggris.
Yang perlu dikaji lebih lanjut adalah mengenai kesamaan antara keduanya, yaitu dalam
hal cloning dan bayi tabung. Tentunya harus juga diperhitungkan dimensi kebaikan dan
keburukan dari prosesi kloning tersebut sehingga tidak keliru dalam mengambil kesimpulan yang
sangat berpengaruh terhadap kemaslahatan umat.
Terdapat dua sudut pandang yang berbeda mengenai cloning apabila dilihat dari sudut
etika yaitu deontologi dan teleologi. Pada paham deontologi, penilaian etis tidaknya suatu
perbuatan lebih ditekankan pada perbuatan itu sendiri. Tokoh utama paham ini adalah
Immanuel Kant yang terkenal dengan teori categorical imperative. Menurutnya, perbuatan
yang secara umum (universal) dinyatakan terlarang, maka apapun alasannya tidak boleh
dilakukan. Sebaliknya, paham teleologi lebih menilai pada tujuan atau akibat yang dituju
pada perbuaatan itu. Kalau tujuannya berupa suatu kebaikan, maka perbuataan itu masih
diperbolehkan untuk dilakukan, sering juga penganut paham itu disebut sebagai
konsekuensialis. Yang jelas, kedua paham besar etika ini menghendaki bahwa apapun yang
dilakukan adalah demi kebaikan dan untuk kesejahteraan manusia.
Sistem cloning ini, apabila penerapannya hanya pada hewan mungkin belum seberapa
menimbulkan kontroversi tetapi apabila diterapkan pula pada manusia hal ini jelas akan
mengundang masalah. Hal ini dikarenakan kloning dalam Hukum Islam termasuk masalah
ijtihadiah, yang tidak diatur secara jelas dalam al-Qur’an dan as-Sunnah. Sebab dalam masalah
ijtihadiah, konsekuensinya memungkinkan para ahli akan berbeda pendapat dalam
kesimpulannya. Bukan hanya itu, apabila diterapkan dalam manusia, cloning tidak hanya
menimbulkan pro dan kontra menurut para ulama Islam, tetapi juga di kalangan para agamawan
lainnya dan dari tokoh-tokoh politik dunia, bahkan diantara para ahli hukum Islam ada yang
menyimpulkan hukumnya haram.
I.4 Manfaat
Manfaat dari makalah ini sebagai berikut :
1. Memberikan pengetahuan bagi pembaca dalam hal pandangan hukum Islam terhadap
cloning manusia .
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Kloning
Kloning berasal dari bahasa Inggris kloning. Dan beberapa pendapat yang
lain berasal bahasa Yunani dari kata klon berarti tangkai. Sebelum klon sebagai
kata benda berarti suatu individu yang dihasilkan secara aseksual, suatu individu
yang berasal dari sel somatik tunggal orang tuanya dan secara genetik dia
identik.
Klon dalam kata kerja adalah suatu populasi sel atau organisme yang
terbentuk dari pembelahan yang berulang (aseksual) dari satu sel atau organisme.
istilah istinsa>kh (kloning) adalah sebuah penemuan baru. Oleh karenanya, kita
tidak menemukan defenisinya dalam berbagai kamus bahasa. Walaupun demikian, ada
beberapa pengertian kloning yang hampir mengena (mendekati),
bila diartikan secara ilmiah. Hanya saja, kloning sudah mendapat berbagai
interpretasi dengan sesuatu yang lain. Kata al-naskh (baca; kloning dalam bahasa
Arab) yang sering dipakai untuk istilah dalam ilmu Tafsir kemudian berkembang
menjadi satu penamaan dalam dunia kedokteran khususnya pada istilah kloning
dengan inti sel definitif, lalu merangsang telur itu tumbuh. Pekerjaan
embriologi Inggris 30 tahun lalu pada seekor katak, inti telur katak
mengganti inti sel telur itu dengan inti sel kulit cebong. Setelah diberi zat
perangsang, telur itu tumbuh jadi cebong dan bermetamorfosis jadi individu
katak dewasa.
seekor domba dewasa. Selanjutnya campuran sel hewan dan gen manusia
Athur Caplan, seorang ahli biotika dari Universitas Pennsylvania Amerika Serikat
meramalkan, bila kloning pada manusia diperbolehkan, bayi kloning
manusia akan lahir pada 2004. Namun di luar dugaan Caplan sebagaimana
dilaporkan tabloid Inggris Daily Mail pada tanggal 17 Juni 1999, tim ilmuwan
Amerika Serikat telah melakukan upaya yang serupa terhadap manusia, yaitu
memproduksi sebuah embrio seorang laki-laki yang terdiri atas hampir 400
sel.
17
Metode yang digunakan dalam proses kloning ini ada dua macam,
sumber gen.
cara mikro manipulasi) menjadi dua atau empat bagian. Bagian embrio ini
normal dan memiliki genetik yang sama. Setelah mencapai fase blastosis
embrio tersebut ditransfer kembali kedalam rahim ibu sampai umur Sembilan bulan.
nukleus (inti) sel telur yang mengandung DNA diambil dari sel telur wanita,
sehingga sel telur tersebut dalam keadaan kosong tanpa nucleus. Kemudian sel
telur yang kosong tersebut ditanami inti sel somatik dari orang yang akan
diklon. Inti sel somatik difusikan (digabungkan) dengan sel telur wanita yang
sehingga sel donor yang ditanam itulah satu-satunya penyedia gen yang ada. Kejutan listrik
tersebut selain menghasilkan fusi juga merangsang inti sel
untuk membelah jadi dua, empat dan seterusnya. Embrio peleburan tersebut
wanita tersebut embrio akan terus berkembang dan pada saatnya nanti akan
lahir anak baru melalui proses alami yang sepenuhnya merupakan duplikat
1. Sebuah sel diambil dari pria atau wanita donor, kemudian mengambil sel
3. Nukleus sel donor digabung dengan sel telur, kemudian sel telur diberi
1. Pandangan Ulama
Kloning pada manusia termasuk isu besar, namun respon dari ulama
Bahtsul Masail yang diberikan sangat singkat dan belum tuntas, sehingga
diperlukan fatwa lanjutan. Fatwa yang cukup memadai datang dari MUI
(2000). Belumnya lembaga fatwa yang lain menetapkan hukum terhadap masalah kloning,
diduga karena hal tersebut belum terjadi dan kemungkinan
terjadinya masih sangat jauh sehingga dianggap tidak mendesak, atau karena
'illat hukum kloning manusia sangat jelas sehingga tidak perlu ditetapkan
hukumnya secara khusus, dapat dikiyaskan kepada hukum inseminasi buatan
dari ayat berikut: ... ﹾﹶﻘﺎﻠﺧَ ﻦْ ﻧﻣِ ﺏٍ ﺍ ﺎﺮَ ﺗُ ﱠﻢْﹸﺛ ﻦْ ﻧﻣِ ﺔٍﹶﻔﹾﻄ ﻧ ﱠﻢْﹸﺛ ﻦْ ﻧﻣِ ﺔٍﹶﻘﹶﻠ ﺎﻋَ ﱠﻢْﹸﺛ ﻦْ ﻧﻣِ ﺔٍ ﺎﻐَ ﻀْ ﻣِ ﺔٍﹶﻘ ْﺎ ﱠ ﻧﹶﻧﺈِﻓ ﻢ
َﹸﻛﺎﺎﻨ
ِﱠﻠ ﺎﺨَ ﻣِ ﻧﺮَ ﻴْﹶﻏ ﺎﻭَ ﺔٍﹶﻘ ﱠﻠ ﺎﺨَ ﻣِ ﺎﻦْ ﱢﻴْ ﺎﺒَ ﻨَ ﻧﻟ
ْ ﻢْﹸﻜﹶﻟِ ﱡﺮَ ﻧﻘ ﻧ ﺎﻭَ ﻧﻲﻓ ﻧﻡِ ﺎ ﺎﺣَ ﺭْ ﺎﻷَﹾﺍ ﺎﺎﻣِ ﺀُ ﺎ ﺎﺸَ ﺎﻧ...
"… Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani,
kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki
melampaui batas.
akan merusak keimanan kepada Allah SWT sebagai Pencipta. Abul Fadl
ﱠﻥ ﻧﺇِ ﹶﻞﹶﺜ ﺎﻣِ ﺎﻰﺴَﻧﻴْﻋَ ﺎﺪَ ﻨَ ﻧﻋَ ﻧﷲِ ﺍ ﻧﻞﹶﺜ ﺎﻤَﹶﻛ ﺎﻡِ ﺎﺩَ ﺍ ﺎﺀُ ﻪُﹶﻘﹶﻠ ﺎﺧَ ﻦْ ﻧﻣِ ﺏٍ ﺍ ﺎﺮَ ﺗُ ﱠﻢْﹸﺛ ﹶﻝ ﺎﹶﻗ ﻪُﹶﻟِ ﻦْﹸﻛ ﹸﻥ
ﻮﹸﻜ ﺎﻴْﹶﻓ
a. Anak (keturunan) harus berasal dari perkawinan yang sah (al-zawaj al-
melalui rahim, sel telur, sperma atau sel tubuh lain yang digunakan dalam
nafkah, hak dan kewajiban antara bapak dan anak, waris, perawatan anak,
berfirman mengenai perkataan Iblis terkutuk, yang mengatakan: ْﻢْ ﻬُ ﱠﻨَ ﱠﻠ ﻧﺿِﹸﺄﹶﻟِ ﺎﻭَ ﻢْ ﻬُ ﱠﻨَ ﺎﻴ
ﱢﻨَ ﺎﻣِﹸﺄﹶﻟِ ﺎﻭَ ﻢْ ﻬُ ﱠﻧ ﺎﺮَ ﻣِ ﺎﺂَﹶﻟِ ﺎﻭَ ﱢﺘ ﺎﺒَ ﻴْﹶﻠﹶﻓ ﱠﻦْﹸﻜ ﹶﻥ ﺍﹶﺫ ﺎﺁَ ﻧﻡِﺎ ﺎﻌﻧ
ﹶﹾﺄﻟِﺍ ﻢْ ﻬُ ﱠﻧ ﺎﺮَ ﻣِ ﺎﺂَﹶﻟِ ﺎﻭَ ﱠﻥ ﺮَ ﱢﻴْ ﺎﻐَ ﻴْﹶﻠﹶﻓ ﺎﻖَﹾﻠ ﺎﺧَ ﻧﻪُ ﱠﻠ ﻟِ ﺍ
....
"...dan akan aku (Iblis) suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu
tersebut adalah suatu fitrah yang telah ditetapkan Allah untuk manusia.
Dan fitrah dalam kelahiran dan berkembang biak pada manusia adalah
sel sperma laki-laki pada sel telur perempuan. Sementara itu Allah SWT
seorang laki-laki dan perempuan yang diikat dengan akad nikah yang sah.
5
Diriwayatkan dari Ibnu 'Abbas RA, yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW
telah bersabda :
َْﹶﺃ ﹸﺔٍ ﱠﻨَ ﺎﺠَﹾﻟِ ﺎﹶﻓ ﻧﻪُ ﻴْﹶﻠ ﺎﻋَ ﻡِ ﺍ ﺎﺮَ ﺎﺣ
ِﹶﺃ ﺎﻮ ﻫُ ﺎﻭَ ﻢْﹶﻠ ﻌ ﺎﻳَ ﻪُ ﱠﻧﹶﺃ ﺮَ ﻴْﹶﻏ ﻧﻪُﻧﻴْﺑ ﻦْ ﺎﻣِ ﺎﻰ ﱠﻋَﺩَﺍ ﻰ
ِﹶﻧﻟِﺇِ ﻧﺮَ ﻴْﹶﻏ ﻧﻪُﻧﻴْﺑ
bukan bapaknya, padahal dia tahu bahwa orang itu bukan bapaknya,
c. Setiap anak manusia yang lahir memiliki satu hubungan kejadian dan
kejadian dan keturunan, dan kedua, hubungan asalnya, yaitu dari sel telur
(ovum) ibunya. Abu Bakar Abdullah Abu Zaid mengatakan bahwa air mani
(sperma) yang dihargai – dianggap mulia- ialah yang berasal dari
Swt kepada hamba-Nya (Qs. An-Nahl (16) :78) dan (Qs. Az-Zumar (39)
:6).
d. Anak-anak produk proses kloning tersebut dihasilkan melalui cara yang
tidak alami. Padahal justru cara alami itulah yang telah ditetapkan oleh
Najm : 45-46)
ْﹶﻓ
َﻯﺎﻮﺴ
ﻢْﹶﻟِﹶﺃ ﻚُ ﺎﻳَ ﹰﺔٍﹶﻔﹾﻄ ﻧ ﻦْ ﻧﻣِ ﱟﻲ ﻧﻨَ ﺎﻣِ ﺎﻰﻨَﻤَﻳَ ﱠﻢْﹸﺛ ﹶﻥ ﺎﹶﻛ ﹰﺔٍﹶﻘﹶﻠ ﺎﻋَ ﺎﻖَﹶﻠ ﺎﺨَﹶﻓ ﱠ
"Bukankah dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim),
derajat manusia akan turun. Oleh karena itu kloning manusia haram.
10
menyangkut masalah hak waris dan pernikahan (muhrim atau bukan), bila
diingat anak hasil kloning hanya mempunyai DNA dari donor nukleus
saja, sehingga walaupun nukleus berasal dari suami (ayah si anak), maka
DNA yang ada dalam tubuh anak tidak membawa DNA ibunya. Dia
seperti bukan anak ibunya (tak ada hubungan darah, hanya sebagai anak
susuan) dan persis bapaknya (haram menikah dengan saudara sepupunya, terlebih
saudara sepupunya hasil kloning juga). Selain itu, menyangkut
donor nukleus bukan dari suami dan yang mengandung bukan ibunya.
11
tidak akan mempunyai ayah. Dan anak produk kloning tersebut jika
dengan inti sel tubuh ke dalam rahim perempuan yang bukan pemilik sel
telur, tidak pula akan mempunyai ibu. Sebab rahim perempuan yang
menjadi tempat pemindahan sel telur tersebut hanya menjadi penampung, tidak
lebih. Ini merupakan tindakan menyia-nyiakan manusia, sebab
dalam kondisi ini tidak terdapat ibu dan ayah. Dalam hal yang lebih
ekstrem anak hasil bukan dari pasangan suami istri, disebut anak zina.
12
berarti manusia ikut campur terhadap ciptaan Tuhan. Selain itu kloning tidak
ciptaan Tuhan.
sebagai berikut:
memahami agama.
genetika, dan kemudian kloning adalah juga bagian dari takdir (kehendak)
Nasab adalah suatu pembahasan yang berkenaan asal usul anak. Asal usul
dengan ayahnya. Karena itu, kebanyakan ulama berpendapat bahwa anak yang
lahir sebagai akibat zina dan/atau li’an, hanya mempunyai hubungan kekerabatan
dengan ibu yang melahirkannya menurut pemahaman kaum sunni. Lain halnya
pemahaman kaum syi’ah anak yang dimaksud tidak mempunyai hubungan
kekerabatan baik ayah maupun ibu yang melahirkannya, sehingga tidak dapat
menjadi ahli waris dari kedua orang tuanya. Namun demikian, di negara republic
Indonesia dalam hal dimaksud, tampak keberlakuan berbagai sistem hukum
dalam masyarakat muslim seperti yang disinggung pada awal tulisan ini,
ada lima, yaitu memelihara agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta.
16
Oleh
karena itulah maka kloning itu kita uji dari sesuai atau tidaknya dengan tujuan
agama. Bila sesuai, maka tidak ada alasan kloning itu kita restui, tetapi bila
bertentangan dengan tujuan-tujuan syara' tentulah kita cegah agar tidak
menimbulkan bencana.
dari kloning manusia, kita harus mengevaluasi manfaat vis a vis mud}arat dari
praktek ini. Dengan metode melalui maqa>s}id as-syari'ah (tujuan Allah dan
Rasul-
17
Fuqaha sesuai dengan masalah yang dibahas pada umumnya merupakan suatu
kejadian (Waqi'ah) yang dialami oleh anggota masyarakat.
ijtihad Mutlak. Sedangkan ijtihad yang dilakukan oleh ulama yang mampu
memahami ibarat (uraian) kitab-kitab fiqih yang sesuai dengan terminologi yang
baku disebut Ijtihad bi al-Maz}hab. Bila terjadi khilaf maka diambil yang paling
kuat sesuai dengan penarjihan ahli tarjih yang ditentukan pilihan sesuai dengan
D}aru>riyyah (darurat).
18
batas diperkenankannya bayi tabung, seperti asal pemilik ovum, sperma, dan
rahim terpenuhi, tanpa melibatkan pihak ketiga (donor atau sewa rahim), dan
kloning reproduktif sama dengannya. Oleh karena itu alasan hilangnya nasab dan
ganguan infertilisai. Karena nasab anak hasil kloning tetap dinisbatkan pada
orangtuanya.
nafkah, hak dan kewajiban antara bapak dan anak, waris, perawatan anak,
penciptaan Adam As. dan 'Isa As. Jika kloning manusia benar-benar menjadi
kenyataan, maka itu adalah atas kehendak Allah SWT. Semua itu, jika
manipulasi bioteknologi ini berhasil dilakukan, maka hal itu sama sekali tidak
mengurangi keimanan kita kepada Allah SWT sebagai Pencipta, karena bahan-
bahan utama yang digunakan, yakni sel somatik dan sel telur yang belum dibuahi
dilakukan oleh seorang pasangan suami istri. Karena sesuai dengan tujuan dari
dan gangguan pasca kelahiran. Tetapi karena ha>jat yang berupa keturunan (hifz}