Anda di halaman 1dari 15

KLONING PADA MANUSIA

DALAM PERSPEKTIF ISLAM


MAKALAH INI DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS
MATA KULIAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

oleh :
Alif Nur Hasanah
NIM 120351402778

Prodi Pendidikan IPA


UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

TAHUN 2012

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat-Nya yang
telah memberikan jalan dan pemikiran sehingga makalah yang berjudul Kloning
pada Manusia dalam Perspektif Islam dapat terselesaikan dengan cukup baik.
Adalah suatu kehormatan bagi penulis untuk menyajikan makalah ini
dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam.
Pada kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada
pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak, yaitu :
1. Dr. Yusuf Hanafi, M. Fil. I sebagai Dosen Pembimbing Pendidikan
Agama Islam Universitas Negeri Malang.
2. Teman-teman mahasiswa Prodi IPA yang telah memberikan dukungan
kepada penulis dalam penyusunan makalah ini
Untuk itu kritik dan saran demi kebaikan makalah ini pada masa
mendatang akan sangat membantu penulis. Dan apabila ada kekurangan dari
makalah ini, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Ibarat tiada gading yang
tak retak, tiada sesuatu di dunia ini yang tanpa cela. Semoga karya tulis ini
bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Kediri, 20 Oktober 2012


Penulis

ABSTRAK

Hasanah, Alif Nur. 2012. Kloning pada Manusia dalam Perspektif Islam.
Universitas Negeri Malang. Pembimbing: Dr. Yusuf Hanafi, M. Fil. I
Kata kunci: Kloning, Manusia, Islam.
Kloning merupakan salah satu kemajuan teknologi dalam bidang
bioteknologi kedokteran. Kloning adalah upaya menduplikasi genetik yang sama
dari suatu organisme dengan menggunakan sel telur dan inti sel dari suatu
organisme tersebut. Teknik kloning ini untuk pertama kalinya dilakukan oleh
Robert Brig dan Thomas king berupa kloning dari sel cebong. Namun, dengan
adanya penemuan penemuan baru, akhirnya teknik kloning ini juga diterapkan
pada manusia. Penerapan kloning pada manusia banyak menimbulkan kontroversi
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, permasalahan yang diangkat adalah
berkenaaan dengan apakah kloning itu, bagaimana proses kloning tersebut,
dampak positif dan negatif kloning serta bagaimana pandangan ulama, atau
kajian hukum Islam terhadap kloning manusia tersebut.
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui hakikat kloning
dan proses kloning pada manusia, serta kajian hukum islam terhadap penerapan
kloning pada manusia. Makalah ini disusun berdasarkan studi pustaka dari
beberapa referensi terkait kloning pada manusia serta kajian hukum islam
terhadap kloning manusia tersebut. Kesimpulan dari makalah ini adalah kloning
pada manusia dilarang dalam hukum islam karena kloning tersebut lebih banyak
mudhorotnya daripada manfaatnya, selain itu kloning juga banyak menimbulkan
kerusakan seperti, hilangnya hukum variasi di alam raya, kerancuan hubungan
antara orang yang di kloning dengan orang hasil kloningannya, kemungkinan
kerusakan lainnya seperti terjangkit penyakit, kloning bertentangan dengan
sunnah untuk berpasang-pasangan.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................
ABSTRAK............................................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.....................................................................................
1.2 Rumusan Masalah................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan Makalah...................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kloning..............................................................................
2.1.1 Dampak Positif Kloning..............................................................
2.1.2 Dampak Negatif Kloning.............................................................
2.2 Ijtihad...................................................................................................
2.2.1 Menurut Syariat Islam................................................................
2.2.2 Menurut Ulama Fiqih...................................................................
2.2.3 Fatwa MUI...................................................................................
2.3 Solusi...................................................................................................
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan..........................................................................................
3.2 Saran.................................................................................................... 1
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang

Sekarang ini ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia semakin


berkembang. Perkembangan teknologi tersebut sebagian besar menimbulkan
kontroversi di kalangan masyarakat. Dalam dunia kedokteran, perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dirasa mempunyai dampak positif. Banyak hal yang
dirasa berbeda dan berubah dibandingkan dengan cara yang berkembang
sebelumnya.
Salah satu teknologi penemuan baru dalah teknik kloning, yaitu teknik
membuat keturunan dengan kode genetik yang sama dengan induknya pada
makhluk hidup tertentu baik berupa tumbuhan, hewan, maupun manusia. Kloning
telah berhasil dilakukan pada tanaman sebagaimana pada hewan belakangan ini.
Tujuan kloning pada tanaman dan hewan pada dasarnya adalah untuk
memperbaiki kualitas tanaman dan hewan, meningkatkan produktivitasnya, dan
mencari obat alami bagi banyak penyakit manusia terutama penyakit-penyakit
kronis. Dengan ditemukannya alat bantu yang lebih canggih, seperti misalnya
mikroskop dan media pembiakan di laboratorium, rekayasa itu dilakukan dalam
tingkat yang lebih kecil, sehingga ditemukan tanaman pangan tahan lama dan
ternak dengan reproduksi susu yang lebih tinggi. Itulah awal dari pengembangan
rekayasa genetika, kemudian dunia menjadi gempar setelah munculnya publikasi
tentang kloning biri-biri Dolly.
Dari uraian di atas kloning dapat diterapkan pada hewan dan tumbuhan,
lantas bagaimana jika kloning diterapkan pada manusia, dan bagaimana pula
hukumnya menurut syariat Islam?. Hal itulah yang melatar belakangi penulis
dalam menyusun makalah ini.

1.2

Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah

sebagai berikut :

1. Apakah hakikat kloning dan bagaimana proses kloning pada manusia ?


2. Apa dampak positif dan negatif kloning ?
3. Bagaimana solusi dan kajian islam mengenai kloning pada manusia?

1.3

Tujuan Penulisan Makalah


Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah :
1) Untuk mengetahui hakikat kloning dan proses kloning pada manusia.
2) Untuk mengetahui dampak positif dan negatif penerapan kloning.
3) Untuk mengetahui solusi dan kajian hukum islam terhadap penerapan
kloning pada manusia.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1

Pengertian Kloning

Definisi kloning adalah pembiakkan dengan teknik membuat keturunan


dengan kode genetik yang sama dengan induknya. Istilah kloning berasal dari kata
clone yang secara bahasa berarti potongan atau pangkasan. Dalam hal ini tanaman
baru yang persis sama dengan tanaman induk dihasilkan lewat penanaman
potongan tanaman yang diambil dari suatu pertemuan tanaman jantan dan betina.
Dari asal bahasa yang digunakan, dapat dimengerti bahwa praktek
perbanyakan tanaman lewat penampangan potongan atau pangkasan tanaman
telah lama dikenal manusia. Karena tidak adanya keterlibatan jenis kelamin, maka
yang dimaksud dengan kloning adalah suatu metode perbanyakan makhluk hidup
(atau reproduksi) secara aseksual. Hasil perbanyakan lewat cara semacam ini
disebut klonus atau klona, yang dapat diartikan sebagai individu atau organisme
yang dimiliki genotip yang identik dengan induknya.
Dari pemahaman tentang sifat sel organisme, jika ditinjau secara umum,
maka pada manusia dapat juga terjadi, misalnya pada kelahiran kembar satu telur.
Masing-masing anak di sini merupakan klonus yang memiliki susunan genetik
yang identik.
Penerapan teknologi kloning pada manusia merupakan bentuk intervensi
hasil rekayasa manusia. Kloning memproduksi duplikat yang identik secara
genetis dari suatu organisme. Klon adalah keturunan aseksual dari individu
tunggal. Setelah keberhasilan kloning domba Dolly tahun 1996, para ilmuwan
berpendapat bahwa tidak lama lagi kloning manusia akan jadi kenyataan. Kloning
manusia hanya membutuhkan pengambilan sel somatis (sel tubuh), bukan sel
reproduktif (seperti sel telur atau sperma) dari seseorang, kemudian DNA dari sel
itu diambil dan ditransfer ke dalam sel telur seorang wanita yang belum dibuahi,
yang sudah dihapus semua karakteristik genetisnya dengan cara membuang inti
sel yakni DNA yang ada dalam sel telur itu.

Kemudian, arus listrik dialirkan pada sel telur untuk mengelabui agar
merasa telah dibuahi, sehingga mulai membelah. Sel yang sudah dibuahi ini
kemudian ditanam ke dalam rahim seorang wanita sebagai ibu pengandung. Bayi
yang dilahirkan secara genetik akan sama dengan genetika orang yang
mendonorkan sel somatis tersebut.

2.1.1

Dampak Positif Kloning

Beberapa di antara dampak positif dari penerapan teknologi kloning adalah


sebagai berikut :
1. Kloning manusia memungkinkan banyak pasangan tidak subur untuk
mampu mendapatkan anak.
2. Sel-sel dapat dikloning dan diregenerasi untuk menggantikan
jaringan-jaringan tubuh yang rusak, misalnya urat syaraf dan jaringan
otot. Kemungkinan bahwa kelak manusia dapat mengganti jaringan
tubuhnya yang terkena penyakit dengan jaringan tubuh embrio hasil
kloning, atau mengganti organ tubuhnya yang rusak dengan organ
tubuh manusia hasil kloning.
3. Teknologi kloning memungkinkan para ilmuan medis untuk mengatasi
berbagai penyakit kronis, seperti kanker, tumor dan lain-lain.
2.1.2

Dampak Negatif Kloning

Menurut George Annos, seorang

pengacara kesehatan di universitas

Boston, penerapan kloning memiliki beberapa dampak negatif bagi kehidupan,


antara lain :
1. Merusak peradaban manusia dan merusak moral kemanusiaan.
2. Jika kloning dilakukan pada manusia,

seolah manusia seperti barang

mekanis yang bisa dicetak semaunya oleh pemilik modal. Hal ini akan
mereduksi nilai-nilai kemanusiaan yang dimiliki oleh manusia hasil
kloning.
3. Kloning akan menimbulkan perasaan dominasi dari suatu kelompok
tertentu terhadap kelompok lain karena biasanya dilakukan pada manusia
yang memiliki keistimewaan. Tidak mungkin kloning dilakukan pada
manusia awam yang tidak memiliki keistimewaan. Misalnya kloning
Einstein, kloning Beethoven maupun tokoh-tokoh yang lain.
4. Kerancuan hubungan antara orang yang di kloning dengan orang hasil
kloningannya (hubungan nasab).
5. Kloning bertentangan dengan sunnah untuk berpasang-pasangan.

2.2

Ijtihad
2.2.1

Menurut Syariat Islam

Kloning dapat berlangsung melalui proses pengambilan sel dari tubuh


manusia, baik laki-laki ataupun perempuan, kemudian inti selnya diambil dan
digabungkan dengan sel telur perempuan yang telah dibuang inti selnya. Lalu, sel
telur ini ditransfer ke dalam rahim perempuan agar memperbanyak diri,
berkembang, berubah menjadi janin dan akhirnya dilahirkan sebagai bayi. Bayi
yang dilahirkan merupakan keturunan dengan kode genetik yang sama dengan
manusia yang menjadi induknya.
Melihat fakta kloning manusia secara menyeluruh, syariat Islam
mengharamkan kloning terhadap manusia, dengan argumentasi sebagai berikut:
a.

Anak-anak produk kloning dihasilkan melalui cara yang tidak alami.

Padahal, cara alami inilah yang telah ditetapkan oleh syariat sebagai sunatullah
menghasilkan anak-anak dan keturunannya. Allah SWT berfirman:

Dan bahwasannya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan laki-laki dan


perempuan dari air mani apabila dipancarkan. (QS an-Najm, 53: 45-46)
Dalam ayat lain dinyatakan pula,

Bukankah dia dahulu setetes mani yag ditumpahkan (ke dalam rahim),
kemudian mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah menciptakannya dan
menyempurnakannya. Lalu Allah menjadikan daripadanya sepasang laki-laki dan
perempuan. (QS al-Qiymah, 75: 37-38).
b.

Anak-anak produk kloning dari perempuan

tanpa adanya hubungan

seksual dengan laki-laki tidak akan memiliki ayah. Anak produk kloning tersebut
jika dihasilkan dari proses pemindahan sel telur yang telah digabungkan dengan
inti sel tubuh ke dalam rahim perempuan yang bukan pemilik sel telur, tidak pula
akan memilikii ibu sebab rahim perempuan yang menjadi tempat pemindahan sel

telur tersebut hanya menjadi penampung (mediator). Oleh karena itu, kondisi ini
sesungguhnya telah bertentangan dengan firman Allah SWT sebagaimana
disebutkan dalam QS al-Hujurat : 13 yang memiliki arti sebagai berikut :
Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia
diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal
c.

Kloning pada manusia dapat menghilangkan nasab. Padahal Islam telah

mewajibkan pemeliharaan nasab. Ini berdasarkan hadis yang diriwayatkan dari


Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah saw. telah bersabda, Siapa
saja yang menghubungkan nasab kepada orang yang bukan ayahnya, atau
(seorang budak) bertuan (loyal/taat) kepada selain tuannya, maka dia akan
mendapat laknat dari Allah, para malaikat dan seluruh manusia. (H.R. Ibnu
Majah).
d.

Kloning manusia yang bermotif memproduksi manusia-manusia unggul

dalam hal kecerdasan, kekuatan fisik, kesehatan, kerupawanan

jelas

mengharuskan seleksi terhadap orang-orang yang akan dikloning, tanpa


memperhatikan apakah mereka suami-isteri atau bukan, sudah menikah atau
belum. Sel-sel tubuh itu akan diambil dari perempuan atau laki-laki yang terpilih.
Semua ini akan mengacaukan, menghilangkan dan membuat bercampur aduk
nasab.
e.

Menyalahi fitrah yang telah diciptakan Allah untuk manusia dalam

masalah kelahiran anak. Konsekuensi kloning ini akan menjungkirbalikkan


struktur kehidupan masyarakat.
f.

Pengharaman ini hanya berlaku untuk kasus kloning pada manusia.

Kloning bagi hewan dan tumbuhan, apalagi bertujuan untuk mencari obat, justru
diperbolehkan bahkan disunahkan. Ini dapat dilihat dari hadis di bawah ini,
Sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla setiap kali menciptakan penyakit, Dia
menciptakan pula obatnya. Maka berobatlah kalian!. (H.R. Imam Ahmad). Imam
Abu Dawud dan Ibnu Majah meriwayatkan dari Usamah bin Syuraik r.a. yang

berkata, Aku pernah bersama Nabi, lalu datanglah orang-orang Arab Badui.
Mereka berkata, Wahai Rasulullah, bolehkah kami berobat? Maka Nabi saw.
menjawab, Ya. Hai hamba-hamba Allah, berobatlah kalian sebab sesungguhnya
Allah Azza wa Jalla tidaklah menciptakan penyakit kecuali menciptakan pula obat
baginya. Maka, berdasarkan nash ini diperbolehkan memanfaatkan proses
kloning untuk memperbaiki kualitas tanaman dan hewan untuk mempertinggi
produktivitasnya.
2.2.2 Menurut Ulama Fiqih
Para ulama fiqih yang menolak praktek kloning manusia dikarenakan
adanya kekhawatiran tingginya frekuensi mutasi gen pada produk kloning
sehingga akan menimbulkan efek buruk pada kemudian hari dari segi pembiayaan
yang sangat mahal dan juga dari sudut pandang ushul fiqh bahwa jika sesuatu itu
lebih banyak madharat-nya dari pada manfaatnya maka sesuatu itu perlu ditolak.
Muhammad Quraish Shihab mengatakan, tidak pernah memisahkan ketetapanketetapan hukumnya dari moral sehingga dalam kasus kloning walaupun dalam
segi aqidah tidak melanggar wilayah qodrat Illahi, namun karena dari moral
teknologi kloning dapat mengantar kepada perpecahan manusia karena larangan
lahir dari aspek ini. Munawar Ahmad Anas mengatakan pula bahwa paradigma alQuran menolak kloning seluruh siklus kehidupan mulai dari kehidupan hingga
kematian, adalah tindakan Illahiyah. Manusia adalah agen yang diberi amanah
oleh Tuhan, karena itu penggandaan manusia semata-mata tak diperlukan (suatu
tindakan yang mubadzir).

2.2.3 Fatwa MUI


Sebagaimana bunyi fatwa MUI tanggal 29 Juli 2000 Nomor:
Kep.03/MUI/IV/2000, dengan firman Allah Surah Al-Jasiyah:13, Al-Isra: 70, AlMuminun:12-14, dan Kaidah Fiqhiyah, Yakni Menghindarkan kerusakan (halhal yang negatif) diutamakan dari pada mendatangkan kemaslahatan. Maka,

secara tegas MUI menyatakan bahwa kloning pada manusia itu hukumnya haram
karena menimbulkan banyak mudhorot.
2.3

Solusi
Ciri khas dari manusia adalah selalu ingin tahu dan memanfaatkan

penemuan-penemuan baru guna memperbaiki kehidupannya. Satu demi satu


ditemukan teknologi baru untuk memperbaiki kehidupan manusia agar lebih
nyaman, lebih menyenangkan, dan lebih memuaskan bagi mereka.
Di samping adanya penemuan-penemuan baru dalam IPTEK, sebagai
manusia beragama dan berpegang teguh kepada Al-Quran dan Hadits, kita harus
dapat mengkaji ulang penemuan-penemuan itu dan tidak menyalahgunakannya.
Kloning memang banyak manfaatnya, namun hal itu akan sangat tidak berguna
bila diterapkan pada manusia karena hal tersebut sama artinya menyalahi fitrah
dan kodrat manusia bahkan menimbulkan banyak kerusakan.
Sebagai manusia yang beriman hendaknya kita dapat memilah mana
perbuatan yang benar dan mana yang salah. Kita boleh menerapkan kloning hanya
pada hewan dan tumbuhan. Itupun harus sesuai dengan prosedur dan tidak boleh
asal diterapkan karena kesalahan pada teknik ini akan menimbulkan hilangnya
variasi alam.
Kita boleh mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
tetapi sebaiknya kita juga harus memperhatikan perkembangan tersebut dari sisi
moral keagamaan agar kita tidak terjerumus dalam kemungkaran dan perbuatan
dosa.

BAB III
PENUTUP
3.1

Kesimpulan

Definisi kloning adalah pembiakkan dengan teknik membuat keturunan


dengan kode genetik yang sama dengan induknya. Prosedur Kloning : Kloning
dilakukan dengan cara mengambil sel tubuh yang telah diambil inti selnya dari
tubuh manusia yang selanjutnya ditanamkan pada sel telur wanita. Kloning bisa
dilakukan kepada hewan, tumbuhan, dan juga manusia.
Kloning sebagai pengembangan IPTEK, termasuk hasil perkembangan
fikiran manusia yang patut disyukuri dan dimanfaatkan bagi peningkatan taraf
hidup manusia ke tingkat yang lebih tinggi dan lebih terhormat. Hasil pemikiran
manusia dengan agama akan seimbang bila hasil pemikiran tersebut didasarkan
pada sistem dan metode pemikiran yang benar, dan agama digali dengan daya
ijtihad yang benar pula. Keduanya saling kuat-menguatkan.
Implementasi kloning terhadap manusia dipandang bertentangan dengan
nilai-nilai ketinggian martabat manusia dan bertentangan pula dengan tujuan
syara, karena dipandang dapat memperbesar kemungkinan terjadinya kekacauan
hukum keluarga dan hubungan nasab, serta ketidakpastian.
Keadaan darurat tidak dapat dijadikan alasan untuk melaksanakan
implementasi kloning pada manusia, karena tidak ada yang merasa terancam, baik
dari segi agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta karena tidak melaksanakan
kloning. Meskipun kloning juga memiliki dampak positif di samping dampak
negatifnya, syariat islam menegaskan bahwa kloning pada manusia itu hukumnya
haram atau berdosa, karena kloning lebih banyak menimbulkan kerusakan dan
kemudhorotan. Kloning hanya boleh diterapkan pada sel tumbuhan dan hewan
serta tidak boleh disalah gunakan.

3.2

Saran

1. Sebaiknya penerapan kloning hanya pada hewan dan tumbuhan saja


serta diterapkan guna memperbaiki dan meningkatkan kualitas
produksi hewan atau tumbuhan.
2. Sebaiknya penerapan kloning pada manusia dihindari secara maksimal
agar tidak menimbulkan banyak kerancuan hubungan nasab.
3. Sebaiknya penerapan kloning pada hewan dan tumbuhan tidak
disalahgunakan karena kloning juga dapat menimbulkan penyakit baru
serta hilangnya hukum variasi alam.
4. Sebagai manusia yang beragama islam dan beriman kepada Allah SWT
hendaknya dapat mengkaji ulang hukum-hukum islam dalam
melakukan berbagai tindakan sehingga tidak terjerumus.
5. Kita boleh mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
selama tidak bertentangan dengan moral dan agama islam.

DAFTAR PUSTAKA

Tarifin, Ahmad M.A. 2010. Ilmu Alamiah Dasar. Pekalongan : STAIN


Press.

Qardhawi, Yusuf. 2002. Fatwa-Fatwa Kontemporer. Jakarta : Gema


Insani.

Affandi , Muchiddin. 2009. Fondation of genetika (dasar-dasar genetika).

Ibrahim B. Syed, "Human Cloning", dalam Hamdard Islamicus


(Karachi" Bait al-Hikmah, 1999), hal. 11

http://blog.uin-malang.ac.id/rizkialfajri/2010/08/27/kloning-dalamperspektif-islam/

http://adehumaidi.com/knowledge/teknologi-kloning

http://skripsi.umm.ac.id/files/disk1/118/jiptummpp-gdl-s1-2005mohamadfir-5887-PENDAHUL-N.pdf

Anda mungkin juga menyukai