1. Eugenia positif. Cara ini menghasilkan perbaikan melalui cara pembiakan selektif, misalnya
menghasilkan individu-individu yang sangat intelegen dengan memakai sperma orang yang
genius.
2. Eugenika negatif. Cara ini mencegah gan yang buruk atau kurang bermutu masuk kedalam
kumpulan gen. Hal ini dapat dilakukan dengan skrining orang tua dan memberitahu mereka
tentang segala gen yang buruk yang mungkin dibawanya. Hal ini juga dapat dilakukan dengan
amniosentesis
3. Euthenika (euthenics). Cara ini adalah dengan mengubah lingkungannya sehingga individu
dengan kekurangan genetik dapat berkembang secara relatif normal (kaca mata, insulin, mesin
dialis, dsb.)
PROSES KLONING GEN
Proses kloning gen secara sederhana :
1. Mempersiapkan sel stem.
2. Sel stem diambil inti sel yang mengandung informasi genetic kemudian dipiahkan dari sel.
3. Mempersiapkan sel telur.
4. Inti sel stem diimplantasikan ke sel telur.
5.Sel telur dipicu supaya terjadi pembelahan dam pertumbuhan. Setelah membelah menjadi
embrio.
6. Blastosis mulai memisahkan diri dari dan siap diimplantasikan ke rahim.
7. Embrio tumbuh dalam rahim menjadi bayi dengan kode genetik persis sama dengan sel stem
donor.
Molekul DNA dan bakteriofog mempunyai sifat-sifat dasar yang ditentukan sebagai sarana
kloning. Namun sifat ini tidak berguna tanpa adanya teknik-teknik eksperimen untuk manipulasi
molekul DNA di dalam laboratorium. Ketrampilan dasar untuk melakukan kloing secara
sederhana adalah :
Preperasi sampel DNA murni
Pemotongan DNA murni
Analisis ukuran fragmen DNA
Penggolongan molekul DNA
Memasukan molekul DNA ke dalam sel tuan rumah
Identifikasi sel yang mengandung molekul DNA rekombinasi
KLONING GEN DITINJAU DARI PELUANG ALAM
Daniel Callahan 1972 (dikutip dari shannon, TA. 1987). Menyebutkan adanya 3 orientasi dasar
yang mempengaruhi cara kita memandang peluang-peluang alam.
Pertama, ada model yang memandang alam sebagai sesuatu yang plastis, dalam arti bisa
direka/diolah oleh manusia. Dalam prespektif ini, alam dilihat sebagi hal yang asing dan jauh
dari manusia. Alam itu bersifat plastis sejauh dapat dibentuk dam dimanfaatkan dengan cara
apapun yang dianggap sesuai oleh manusia. Dengan demikian, alam adalah milik manusia yang
dapat dimanfaatkan sesukanya.
Kedua, alam dapat dihayati sebagai hal yang suci. Pandangan ini dapat dijumpai dalam tradisi
keagamaan baik ditimur maupun di barat. Taoisme mengasumsikan kesesuaian individu dengan
alam, sehingga bisa menjadi bagian dari keseluruhan kosmis yang ditayangkan oleh alam.
Teolog dari abad pertengahan memandang alam sebagai jejak Tuhan. Al-Quran diturunkan
dengan perintah membaca sebagai firman pertama (Al-Alaq [96]: 1-5) bacalah atas nama
penciptamu; yang telah menciptakan manusia dari segumpal nutfah; bacalah ! dan tuhanmu
sangat pemurah; yang telah mengajarkan penggunaan kalam; mengjarkan hal-hal yang tidak
diketahui olehnya kalau ALLAH Secara langsung tidak dapat kita lihat, yang tampak adalah
bekas goresannya disekitar ita ini berupa semua kejadian yang dapat kita amati di alam semesta.
Pandangan ini menciptakan suatu sikap tanggung jawab terhadap alam dan kemampuan untuk
melestarikannya. Manusia boleh mengintervensi alam, asal perbuatannya itu mengetahui ukuran
dan tidak terlalu banyak.
Ketiga, merupakan suatu model teologis. Pengertian ini mengasumsikan adanya tujuan dan
logika dalam alam. Terdapat suatu dinamisme internal dalam alam yang membawanya kepada
tujuan atau maksud tertentu. Setiap campur tangan dalam alam harus menghomati tujuan-tujuan
ini, sehingga dengan demikian mencegah akan terjadinya pelanggaran terhadap keutuhan alam.
Dengan demikian juga jangkauan terhadap intervensi manusia dalam alam ditentukan oleh
dinamisme alam itu sendiri.
KLONING GEN DITINJAU DARI SEGI ETIK PROFESI
Salah satu perdebatan dalam etik profesi adalah menyangkut tanggung jawab para ilmuan, atau
lebih umum tanggung jawab para ahli. Gustafon dalam beberapa tahun 1970 (dikutip dari
shannon, TA. 1987), mengemukakan beberapa model yang dapat dipakai untuk menangani
masalah tanggung jawab profesi ini yaitu :
Pertama, para ilmuwan berhak untuk melakukan apa saja yang mungkin dilakukan.
Pembenaran dari pendapat ini adalah nilai yang inheren pada pengenalan itu sendiri. Hal itu juga
dilengkapi dengan pertimbangan bahwa keingintahuan intelektual merupakan suatu nilai khusus
disamping naluri yang melekat pada manusia untuk memecahkan persoalan. Dalam model ini,
satu-satunya kendala yang membatasi adalah tiadanya kemampuan teknis.
Kedua, para ilmuwan yang tidak berhak untuk mencampuri alam. Larangan yang tegas ini
didasarkan atas keyakinan bahwa alam itu suci atau adanya anggapan bahwa setiap penelitian
melangar batas yang ditentukan oleh alam. Namun banyak yang tidak setuju untuk menggunakan
prinsip ini secara mutlak, melainkan memahaminya sebagai suatu dorongan yang kuat untuk
mempraktekkan tangung jawab yang sudah ada sebelumnya.
Ketiga, ilmuwan tidak berhak untuk mengubah ciri-cir manusia yang khas. Model tanggung
jawab ini berkaitan dengan pandangan tedeologis tentang alam, yang menganggap bahwa
intervensi dalam alam dibatasi oleh suatu faktor khusus, yaitu ciri-ciri manusia.
Dengan demikian, berbeda dengan model kedua, karena disini orang dapat mencampuri dengan
alam, tetapi yang menjadi batasnya adalah kodrat manusia, dan bukan ketidakmampuan teknis
seperti pada model pertama. Akhirnya ilmuwan berhak untuk memelihara pertumbuhan ciri-ciri
manusia yang berharga dan menyingkirkan ciri-ciri yang merugikan. Model ini menunjukan
tingkat intervensi yang tinggi, baik untuk menguasai maupun mengarahkan perkembangan
manusia. Tujuannya adalah kualitas kehidupan.
manakah manusia dapat dan boleh malangkah ke depan tanpa kehilangan kemanusiaanya?
Para ilmuwan berpendapat dan memiliki keyakinan yang besar akan hal ini dapat membantu
pasangan yang infertil yang tidak bisa dibantu dengan metode lain untuk bisa mendapatkan
keturunan.
Dilihat dari tujuan kloning reproduktif yaitu penciptaan manusia baru maka kloning manusia
dapat dikatakan tidak etis karena tentu saja hal ini melampaui kekuasaan Tuhan.
Dilihat dari tujuan kloning dikatakan etis apabila digunakan untuk tujuan kesehatan atau tujuan
klinik. Penelitian yang berlangsung menyangkut diri manusia harus bertujuan untuk
menyempurnakan tata cara diagnostic, terapeutik dan pencegahan serta pengetahuan tentang
etiologi dan tatogenesis. Dan juga kloning tidak disalahgunakan untuk kepentingan pribadi yang
dari pengembangannya untuk tujuan ekonomi, militerisme dan tindakan-tindakan kriminal.
PANDANGAN MEDIK
1. Riset klinis harus disesuaikan dengan prinsip moral dan ilmu pengetahuan yang membenarkan
riset medis. Selain itu, riset klinis hendaknya didasarkan atas percobaan laboratoris dan
eksperimen dengan bintang atau fakta-fakta ilmiah yang sudah pasti.
2. Riset klinis hendaknya secara sah, oleh ahli yang berkompeten dan dibawah pengawasan
tenaga medis yang ahli dibidangnya.
3. Setiap proyek riset klinis hendaknya didahului oleh suatu taksiran yang cermat terhadap
bahaya-bahaya yang mungkin terjadi didalamnya dan dibandingkan dengan manfaat yang
diperkirakan dapat diperoleh oleh orang yang menjadi objek riset atau orang lain.
4. Dokter seharusnya memberikan perhatian khusus dalam menjalankan riset klinis yang
mungkin merubah kepribadian orang ya
http://bobbyartanto.blogspot.com/2011/12/pengertian-kloning-lengkap-dengan.html
Meskipun teknik kloning ini berpotesi menghasilkan individu hewan atau manusia yang identik
dengan hewan atau manusia pendonor DNA, teknik kloning ini juga berpotensi besar dalam
menghasilkan kelainan genetik yang berat pada individu hasil kloning.
3. Kloning Terapeutik
Kloning ini merupakan suatu kloning untuk memproduksi embrio manusia sebagai bahan
penelitian. Tujuan utama dari proses ini bukan untuk menciptakan manusia baru, tetapi untuk
mendapatkan sel batang yang dapat digunakan untuk mempelajari perkembangan manusia dan
penyembuhan penyakit.
Tujuan lain dari kloning ini ialah menghasilkan suatu stem cell (sel yang belum terdiferensiasi)
yang memiliki potensi besar untuk berkembang menjadi organ-organ tubuh atau jaringan untuk
kepentingan penggantian organ atau jaringan yang rusak pada manusia akibat suatu penyakit
tertentu (penyakit degeneratif) tanpa adanya penolakan respon kekebalan tubuh penerima.
Secara umum prosedur yang dilakukan pada teknologi transfer inti sel somatik (kloning
terapeutik) terbagi atas tiga bagian, yaitu: dimulai dari pembentukan embronik stem cells,
pengkulturan sel tipe spesifik yang murni, dan uji fisiolagis (uji efikasi dan uji keamanan).
a) Pembentukan Sel Stem Embrionik
Pada pembentukkan sel stem embrionik, langkah pertama yang dilakukan ialah pengambilan inti
sel dari sel telur. Hal yang sama juga dilakukan pada sel somatik. DNA yang berasal dari sel
somatik selanjutnya ditransfer ke dalam sel telur yang sudah tidak memiliki inti sel. Melalui
kejutan arus listrik, sel ini dirangsang untuk membentuk pra-embrio. Dalam suatu persentase
yang kecil, pra-embrio ini akan terbentuk. Selanjutnya, zona pelusida (lapisan tebal yang
mengelilingi blastosit) di hilangkan dengan menambahkan suatu zat kimia tertentu. Massa sel
bagian dalam dari blastosit selanjutnya di letakkan pada medium khusus yang selanjutnya akan
berkembang dan menghasilkan banyak sel stem.
b) Pengkulturan Sel Tipe Spesifik
Setelah diperoleh sel stem embrionik, setiap stem sel yang tumbuh dalam cawan petri yang
mengandung medium tertentu diambil dan di letakkan pada cawan petri yang baru yang
mengandung medium spesifik. Medium spesifik ini mengandung suatu zat tertentu yang dapat
merangsang sel stem tumbuh menjadi jaringan atau organ tertentu.
Teknologi transfer inti sel somatis (kloning terapeutik), sangat erat kaitannya dengan
permasalahan stem cell. Karena pada hakikatnya tujuan dari teknologi transfer inti sel ini atau
yang dikenal sebagai therapeutic cloning ialah mendapatkan sekumpulan sel yang dapat
berkembang selanjutnya menjadi jaringan atau organ yang diinginkan (stem cell).
B. Manfaat Kloning
Teknologi kloning diharapkan dapat memberi manfaat kepada manusia, khususnya di bidang
medis. Beberapa keuntungan terapeutik dari teknologi kloning adalah sebagai berikut:
1. Kloning manusia memungkinkan banyak pasangan tidak subur untuk mendapatkan anak.
2. Organ manusia dapat dikloning secara selektif untuk dimanfaatkan sebagai organ pengganti
bagi pemilik sel organ itu sendiri, sehingga dapat meminimalisir resiko penolakan.
3. Sel-sel dapat dikloning dan diregenerasi untuk menggantikan jaringan-jaringan tubuh yang
rusak, misalnya urat syaraf dan jaringan otot. Kemungkinan bahwa kelak manusia dapat
mengganti jaringan tubuhnya yang terkena penyakit dengan jaringan tubuh embrio hasil kloning,
atau mengganti organ tubuhnya yang rusak dengan organ tubuh manusia hasil kloning. Di
kemudian hari akan ada kemungkinan tumbuh pasar jual-beli embrio dan sel-sel hasil kloning.
4. Teknologi kloning memungkinkan para ilmuan medis untuk menghidupkan dan mematikan
sel-sel. Dengan demikian, teknologi ini dapat digunakan untuk mengatasi kanker.
5. Teknologi kloning memungkinkan dilakukan pengujian dan penyembuhan penyakit-penyakit
keturunan. Dengan teknologi kloning, kelak dapat membantu manusia dalam menemukan obat
kanker, menghentikan serangan jantung, dan membuat tulang, lemak, jaringan penyambung, atau
tulang rawan yang cocok dengan tubuh pasien untuk tujuan bedah penyembuhan dan bedah
kecantikan.
C. Dampak Kloning
Kloning memiliki dampak buruk bagi kehidupan, antara lain :
1. Merusak peradaban manusia.
2. Memperlakukan manusia sebagai objek.
3. Jika kloning dilakukan manusia seolah seperti barang mekanis yang bisa dicetak semaunya
oleh pemilik modal, hal ini akan mereduksi nilai-nilai kemanusiaan yang dimiliki oleh manusia
hasil kloning.
4. Kloning akan menimbulkan perasaan dominasi dari suatu kelompok tertentu terhadap
kelompok lain. Kloning biasanya dilakukan pada manusia unggulan yang memiliki keistimewaan
dibidang tertentu. Tidak mungkin kloning dilakukan pada manusia awam yang tidak memiliki
keistimewaan. Misalnya kloning Einstein, kloning Beethoven maupun tokoh-tokoh yang lain.
Hal ini akan menimbulkan perasaan dominasi oleh manusia hasil kloning tersebut sehingga
bukan suatu kemustahilan ketika manusia hasil kloning malah menguasai manusia sebenarnya
karena keunggulan mereka dalam berbagai bidang.
D. Proses Kloning Manusia
Kloning adalah upaya untuk menduplikasi genetik yang sama dari suatu organisme
dengan menggantikan inti sel dari sel telur dengan inti sel organisme lain. Kloning pada manusia
dilakukan dengan terlebih dahulu mempersiapkan sel telur yang sudah diambil intinya lalu
disatukan dengan sel dewasa dari suatu organ tubuh. Hasilnya ditanam ke rahim seperti halnya
embrio bayi tabung.
Seiring dengan kemajuan teknologi dan perkembangan zaman, teknologi proses kloning
manusia telah berhasil menciptakan manusia kloning pertama di dunia yang bernama Eve. Bayi
perempuan itu kini berusia 5 tahun, sehat dan kini mulai menginjak pendidikan Taman Kanak
Kanak di pinggiran kota Bahama. Kondisi fisik Eve juga sama dengan kondisi manusia normal
pada umumnya.
Kloning manusia adalah teknik membuat keturunan dengan kode genetik yang sama dengan
induknya yang berupa manusia. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengambil sel tubuh (sel
somatik) dari tubuh manusia, kemudian diambil inti selnya (nukleusnya), dan selanjutnya
ditanamkan pada sel telur (ovum) wanita yang telah dihilangkan inti selnya dengan suatu metode
yang mirip dengan proses pembuahan atau inseminasi buatan.
Melalui metode semacam itu, kloning manusia dilaksanakan dengan cara mengambil inti sel dari
tubuh seseorang, lalu dimasukkan ke dalam sel telur yang diambil dari seorang perempuan. Lalu
dengan bantuan cairan kimiawi khusus dan setruman arus listrik, inti sel digabungkan dengan sel
telur. Setelah proses penggabungan ini terjadi, sel telur yang telah bercampur dengan inti sel
tersebut ditransfer ke dalam rahim seorang perempuan, agar dapat memperbanyak diri,
berkembang, serta berdiferensiasi dan berubah menjadi janin sempurna. Setelah itu keturunan
yang dihasilkan dapat dilahirkan secara alami. Keturunan ini akan berkode genetik sama dengan
induknya, yakni orang yang menjadi sumber inti sel tubuh yang telah ditanamkan pada sel telur
perempuan.
Dengan penanaman sel telur ke dalam rahim perempuan ini, sel telur tadi akan mulai
memperbanyak diri, berkembang serta berdiferensiasi dan berubah manjadi janin. Janin ini akan
menjadi sempurna dan akhirnya dilahirkan ke dunia. Anak yang dilahirkan merupakan keturunan
dengan kode genetik yang persis sama dengan perempuan yang menjadi sumber asal
pengambilan sel tubuh. Dengan demikian, proses kloning dalam kondisi seperti ini dapat
berlangsung sempurna pada seluruh tahapnya tanpa perlu adanya seorang laki-laki.
Proses kloning manusia dapat dijelaskan secara sederhana sebagai berikut:
1. Mempersiapkan sel stem, yaitu suatu sel awal yang akan tumbuh menjadi berbagai sel tubuh.
Sel ini diambil dari manusia yang hendak dikloning.
2. Sel stem diambil inti sel yang mengandung informasi genetik kemudian dipisahkan dari sel.
3. Mempersiapkan sel telur, yaitu suatu sel yang diambil dari sukarelawan perempuan kemudian
intinya dipisahkan.
4. Inti sel dari sel stem diimplantasikan ke sel telur. Sel telur dipicu supaya terjadi pembelahan
dan pertumbuhan. Setelah membelah (hari kedua) menjadi sel embrio.
5. Sel embrio yang terus membelah (blastosis) mulai memisahkan diri (hari ke lima) dan siap
diimplantasikan ke dalam rahim.
6. Embrio tumbuh dalam rahim menjadi bayi dengan kode genetik persis sama dengan sel stem
donor.
Dengan demikian, anak yang dihasilkan dari proses kloning ini akan mempunyai ciri-ciri hanya
dari orang yang menjadi sumber pengambilan inti sel. Anak tersebut merupakan keturunan yang
berkode genetik sama persis dengan induknya.
E. Kloning Manusia dalam Perspektif Islam
Dalam Islam, kegiatan kloning dapat menimbulkan akibat yang fatal
apabila hal ini dilakukan terhadap manusia yaitu mulai dari
perkawinan, nasab dan pembagian warisan dan tentu hal ini akan keluar dari jalur Islam.
Dalam hal penciptaan manusia adalah melalui beberapa tahapan.
Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Hajj: 5, yaitu:
Artinya: Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka
(ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani,
kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya
dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim,
apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu
sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur- angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan
di antara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya
sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya.
Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah
bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah. (QS.
Al-Hajj:5).
Dari kutipan ayat di atas, tampak bahwa paradigma AlQuran mengenai penciptaan manusia dan terlihat pencegahan terhadap tindakantindakan manusia yang mengarah terhadap cloning, mulai dari awal kehidupan hingga saat
kematian, semuanya adalah tindakan dari Tuhan. Segala bentuk peniruan atas tindakanNya
dianggap sebagai perbuatan melampaui batas.
Al-Quran telah megisyaratkan adanya intervensi manusia di
dalam proses produksi manusia. Sebagaimana termaktub di dalam Q.S. Al-Mukminun:13-14
yaitu:
Artinya: Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang