Anda di halaman 1dari 6

Kloning: Kajian Etis dari Teleologis dan Deontologis

Hana Angelin

NIM.102015035/ Kelas D
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No – 6, Jakarta Barat 11470, Indonesia
Email: hana_angelin@yahoo.com

Pendahuluan

Manusia ada sejak ribuan tahun lalu. Semakin bertambahnya hari manusia masuk dalam
revolusi. Revolusi yang terjadi membawa manusia menjadi makhluk yang semakin cerdas akan
pengetahuan yang didorong oleh kemampuan berpikir. Kemampuan manusia untuk berpikir
membawa perubahan dunia dalam bidang manapun, salah satunya teknologi dibidang
kedokteran.
Ada banyak sekali yang bisa didapatkan melalui kemajuan ini salah satu penemuannya
ialah kloning, namun pertanyaannya apakah semua tujuan kloning ini bermanfaat untuk
kehidupan manusia seutuhnya atau hanya untuk kesenangan pribadi? Apakah ini bermoral?
Bagaimana menurut sudut pandang etika teleologis dan deontologis-nya? Dalam makalah ini
akan dibahas tentang kloning dengan tujuan agar pembaca memahami apa itu kloning manusia,
memahami nilai teleologis dan deontologis pada kloning manusia, mengetahui manfaatnya.

Kloning Manusia

Kloning pertama kali diperkenalkan oleh Herbert Webber pada tahun 1903, ia
mengistilahkan kloning sebagai kelompok individu makhluk hidup yang dilahirkan dari satu
induk tanpa proses seksual.1
Apa itu kloning? Dalam kamus kedokteran kloning berasal dari kata clone, dalam
mikribiologi: keturunan aseksual suatu sel tunggal dan golongan tumbuh-tumbuhan yang
diperbanyak secara vegetatif.2 Konsep cloning ini didasarkan pada prinsip bahwa pada setiap
makhluk hidup itu memiliki kemampuan totipotensi yang artinya setiap sel memiliki kemampuan
untuk menjadi sebuah individu. Cara kloning ada 2 macam, yaitu kloning sel dan kloning gen.
kloning sel adalah kelompok sel yang sifat genetiknya identik, semua berasal dari satu sel (lihat
gambar 1). Sedangkan kloning gen adalah sekelompok salinan gen yang bersifat identik yang
direplikasi dari satu gen yang dimasukan dalam sel inang.1

Gambar 1. Proses Kloning Sel4

Kloning dapat diartikan sebagai teknik membuat keturunan berkode genetik yang sama
dengan induknya pada makhluk hidup tertentu baik berupa tumbuhan, hewan, maupun manusia.
Pada kloning tumbuhan, ini kerap disebut kultur jaringan dan ini sangat tidak merugikan. Pada
kloning hewan pertma kali dicoba untuk kodok, namun keberhasilannya tidak tercapai, akhirnya
pada berikutnya, kloning dicoba pada hewan mamalia dan ini berhasil maka lahirlah domba
“Dolly”, namun tetap saja setiap kemajuan ini memiliki sisi negative. Akhirnya Dolly meninggal
di usia yang sangat muda.
Pada prosesnya, kloning dilaksanakan dengan cara mengambil inti sel dari tubuh , lalu
dimasukkan ke dalam sel telur. Lalu dengan bantuan cairan kimiawi khusus dan kejutan arus
listrik, inti sel digabungkan dengan sel telur. Kemudian sel telur yang telah bercampur dengan
inti sel tersebut ditransfer ke dalam rahim ibu agar dapat memperbanyak diri,
berkembang, berdiferensiasi, dan berubah menjadi janin sempurna. Setelah itu keturunan yang
dihasilkan dapat dilahirkan secara alami. Keturunan ini akan berkode genetik sama dengan
induknya, yakni orang yang menjadi sumber inti sel tubuh yang telah ditanamkan pada sel
telur perempuan tersebut.
Dalam proses kloning manusia ini, sel yang diambil dari tubuh seseorang telah
mengandung 46 buah kromosom, atau telah mengandung seluruh sifat-sifat. Dengan demikian,
anak yang dihasilkan dari proses kloning ini akan mempunyai ciri-ciri hanya dari orang yang
menjadi sumber pengambilan inti sel tubuh. Anak tersebut merupakan keturunan yang berkode
genetik sama persis dengan induknya. Jadi kloning bisa dilakukan meskipun hanya ada seorang
laki-laki ataupun seorang perempuan. Berbeda dengan kelahiran normal yang memerlukan
seorang ibu dan ayah, anak akan mendapatkan separuh gen dari ayah dan separuh gen dari ibu,
sehingga anak tersebut akan mewarisi sifat kedua orang tua-nya.3

Tinjauan Teleologis

Setelah mengetahui apa itu kloning apakah tujuan kloning manusia diadakakan? Apakah
semua bertujuan baik? Apakah sasarannya? Dalam Etika moral teleologis dibagi menjadi
beberapa kajian diantaranya hedonisme, seperti yang sudah kita ketahui hedonisme ialah
kesenangan yang dikatakan baik jika memuaskan diri kita. Aristippos mengatakan bahwa
kesenangan dipahami sebagai kesenangan aktual dan ini perlu adanya pengendalian diri.
Kesenangan aktual yang sungguh ada ketika penemuan kloning ditemukan ialah kegembiraan,
namun para ahli belum puas dengan adanya penemuan ini. Bermula pada kloning hewan yang
pertama kali ialah domba “Dolly” dan seiring dengan kemajuan kloning dilakukan pada manusia.
Ketika kesenangan ini hanya bersifat semata, hanya untuk pemuasan keberhasilan penelitian ini
menjadi salah, ini menjadi bertentangan dengan tujuan kloning. Pada kajian eudomonisme,
tujuan dikatakan baik ketika kesenangan itu ialah kesenangan yang hakiki, tidak semata hanya
untuk tujuan kepuasan pribadi, itu dinamakan kebahagiaan. Menurut Aristoteles, kegiatan yang
khas manusiawi adalah kegiatan yang melibatkan bagian jiwa yang berakal budi. Kegiatan itu
terlaksana dalam dua pola kehidupan yakni: dalam kehidupan politis (PRAXIS) dan dalam
kontemplasi filosofis (THEORIA). Praxis adalah kehidupan etis merealisasikan semua bagian
jiwa manusia, termasuk rohani. Theoria adalah renungan. Renungan itu merupakan kegiatan
manusia paling luhur karena merealisasikan bagian jiwa manusia yang paling luhur, bahkan yang
ilahi, logos atau roh. Kebahagiaan hakiki pada kloning manusia tidak akan didapati jika kegiatan
ini tidak direalisasikan dalam semua aspek jiwa manusia termasuk rohani. Sedangkan dengan
praktek kloning manusia ini menjadi pertentangan kaum agama.5 Bukankah kerohanian
seseorang terbentuk ketika mereka mengenal siapa pencptanya? Dan itu diajarkan dalam agama.
Jika memang perlakuan kloning manusia termasuk kebahagiaan yang hakiki, bagaimana dengan
hasil kloning manusia yang gagal atau sebaliknya jika berhasil? Para ilmuan turut khawatir
dengan kloning manusia, salah satunya jika seorang bayi di kloning dari pendonor umur 5 tahun,
maka bayi kloning yang lahir nanti akan berusia 10 tahun, dua kali lipat dari umur si pendonor
dan disertai penyakit jantung dan kanker. Bahkan menurut ahli perkembangan embryo pada
mamalia, Prof. Richard Gardner, para wanita pendonor tersebut beresiko terkena satu jenis
kanker yang tidak biasa dan unik pada manusia, yang menyerang rahim, yaitu choriocarcinoma
(kanker korion).6 Maka ini tidaklah dinamakan kebahagiaan hakiki justru menimbulkan banyak
kesusahan.
Selanjutnya pada kajian utilitarianisme Bentham menekankan bahwa kebahagiaan itu
menyangkut seluruh umat manusia. Bentham juga menyebutkan sebuah tindakan yang berguna
dan menyangkut kebahagiaan seluruh umat manusia merupakan moralitas. Secara singkat
utilitarianisme adalah tindakan bermoral dan menjadi kebahagiaan seluruh umat manusia. Berarti
jika suatu tindakan tidak bermoral maka dinilai tidak menjadi kebahagiaan. Kembali lagi pada
topik makalah ini, kajian utilitarianisme pada kloning manusia merupakan tindakan yang tidak
bermoral, karena dengan men-kloningkan manusia sama saja sedang mempermainkan manusia,
bereksperimen mencoba menghasilkan manusia unggul dan ketika gagal contoh kloning manusia
ini di buang. Pada kajian moral lainnya beberapa penentang kloning manusia percaya bahwa
individu-individu demikian akan dipersalahkan dalam cara-cara signifikan secara moral.
Beberapa kesalahan kesalahan ini meliputi penolakan terhadap apa yang dikatakan oleh Joel
Feinberg dengan apa yang disebut "hak atas masa depan yang terbuka."7 Sebagai contoh seorang
anak hasil kloning dari pendonor penyanyi, anak ini hanya tertarik pada nyanyi, ketertarikan
anak ini bukan didasari pada ke-alamiahan manusianya, dan ketika masyarakat mengetahui akan
keberadaan anak itu atas dasar kloning ini hanya membebani pikiran bahwa ia hanyalah anak
salinan/ copy-an bukanlah manusia utuh. Ini tidak bermoral karena menurunkan harga diri
individualitas dan martabat si anak.
Etika Situasi menegaskan bahwa setiap orang dan setiap situasi adalah unik. Maka hasil
anak kloning dapat dikatakan tidak unik karena keberadaannya karena suatu permintaan orangtua
yang memiliki keinginan sendiri bagaimana anak yang hendak lahir dalam dunia ini serta anak
yang dilahirkan inidapat dikatakan tidak memiliki tanggung jawab individual berdasarkan
panggilan unik setiap situasi.

Tinjauan Deontologis

Deontologis menyatakan pada etika kewajiban. Menurut Kant, kehendak baik adalah
kehendak yang mau melakukan kewajiban karena ia mau memenuhi apa yang menjadi
kewajibannya. Itulah yang oleh Kant disebut moralitas. Dapat dikatakan sebuah tindakan
dikatakan bermoral jika orang itu memenuhi kewajibannya. Sebagai dokter, salah satu
kewajibannya ialah melayani masyarakat dengan baik. Namun, tindakan seorang dokter harus
benar bermoral hanya untuk tujuan kemanusiaan, ini juga terdapat dalam KODEKI (Kode Etik
Kedokteran Indonesia) pada tahun 1993 dalam BAB I. Kewajiban Umum, pasal 1: Setiap dokter
harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah dokter. Isi lafal sumpah dokter
1: Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan kemanusiaan, lafal sumpah dokter 5:
Saya tidak akan mempergunakan pengetahuan dokter saya untuk sesuatu yang bertentangan
dengan perikemanusiaan, sekalipun diancam. Dalam penerapan teknologi atau kemutkahiran
yang baru dalam dunia kedokteran, seorang dokter juga mempunyai kewajiban untuk tidak
sembarangan mempraktekkan penemuan teknik terbaru, pada KODEKI BAB I, pasal 6: Setiap
dokter harus senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan dan menerapkan setiap penemuan
teknik atau pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya dan hal-hal yang dapat
menimbulkan keresahan masyarakat. Keresahan masyarakat yang timbul pada kloning manusia
ini jelas mengindikasikan penolakan terhadap tindakan ini, lalu sebagai dokter jika menghadapi
situasi ini hendaknya tidak membenarkan dan melakukan kegiatan kloning manusia.

Manfaat

Salah satu manfaat kloning secara umum ialah, menambah wawasan dengan penemuan
terbaru dibidang kedokteran, pada kloning tumbuhan ini membantu para botani untuk
mengembangkan dan memperbanyak bibit unggul, pada hewan membantu para ilmuwan
mengetahui sampai sejauh mana keberhasilan kloning hewan dapat dilakukan. Pada manusia,
kloning ini masih jelas ditentang, walau demikian manfaat dari kloning manusia membantu
perolehan keturunan bagi pasangan yang merindukan seorang anak, membantu mengurangi sifat
resesif dari anak.

Ringkasan

Pada tindakan kloning hewan dan tumbuhan kegiatan ini masih diperbolehkan,
sedangkan untuk kloning manusia tindakan ini tidak diperbolehkan karena tidak bertujuan untuk
kebahagiaan dan kemanfaatan yang ditimbulkan bagi masyarakat (banyak orang), bagi pendonor,
terlebih khusus untuk anak hasil kloning tersebut.

Daftar Pustaka

1. Definisi dan pengertian kloning (diperbarui 2015). Diunduh dari: http://www.definisi-


pengertian.com/2015/01/definisi-dan-pengertian-kloning.html, 8 November 2015.
2. Laksman HT. Kamus kedokteran. Cetakan 2. Jakarta: Djambatan; 2015.
3. Suarni E. Kloning pada manusia dalam perspektif etika, agama dan mora (diperbarui
2013). Diunduh dari: https://www.academia.edu/6510207/KLONING_PADA_
MANUSIA_DALAM_PRESPEKTIF, 9 November 2015.
4. Redaksi . Kloning makhluk hidup (diperbarui 12 Desember 2012). Diunduh dari:
http://www.eramuslim.com/peradaban/quran-sunnah/kloning-makhluk
hidup.htm#.VkBKcNKqo_E, 9 November 2015.
5. Mokorowu YY. Filsafat (diperbarui 27 Oktober 2015). Diunduh dari:
http://elearning.ukrida.ac.id/pluginfile.php/21145/mod_resource/content/0/Mata%20Kuli
ah%20Filsafat%20Pertemuan%20III%2C%2027%20Oktober%202015.pdf, 9 November
2015.
6. Bioteknologi (3) : Eve, kloning manusia pertama, (diperbarui 2010). Diunduh dari:
http://biologimediacentre.com/eve-kloning-manusia-pertama/, 9 November 2015.
7. Hasan Y. Kloning (diperbarui Oktober 2009). Diunduh dari:
(http://www.oocities.org/yaziz_hasan/Kloning.htm, 9 November 2015.

Anda mungkin juga menyukai