0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
29 tayangan22 halaman
Makalah ini membahas aspek bioetik dari kloning hewan. Kloning hewan dilakukan untuk mendapatkan spesies dengan sifat tertentu yang diinginkan manusia. Namun, teknik kloning masih mengalami berbagai kendala dan belum dapat diterapkan secara luas. Makalah ini juga membahas pengertian kloning, sejarahnya dimulai dari kloning domba Dolly, serta prinsip-prinsip bioetik yang terk
Makalah ini membahas aspek bioetik dari kloning hewan. Kloning hewan dilakukan untuk mendapatkan spesies dengan sifat tertentu yang diinginkan manusia. Namun, teknik kloning masih mengalami berbagai kendala dan belum dapat diterapkan secara luas. Makalah ini juga membahas pengertian kloning, sejarahnya dimulai dari kloning domba Dolly, serta prinsip-prinsip bioetik yang terk
Makalah ini membahas aspek bioetik dari kloning hewan. Kloning hewan dilakukan untuk mendapatkan spesies dengan sifat tertentu yang diinginkan manusia. Namun, teknik kloning masih mengalami berbagai kendala dan belum dapat diterapkan secara luas. Makalah ini juga membahas pengertian kloning, sejarahnya dimulai dari kloning domba Dolly, serta prinsip-prinsip bioetik yang terk
Kelompok DK 3 Fulgensius SW. I11110047 M. Erwan Sanjaya I11111073 Najla I11112001 Dede Ahmad Basofi I11112011 Hendri Wijaya I11112013 Quratul Aini I11112021 Irvinia Rahmadyah I11112023 Gita Amalia Asikin I11112032 Dwi Lestiana Putri I11112034 Elsa Restiana I11112057 Andri Hendratno I11112058 Christina Wiyaniputri I11112070 Kevin Leonardo I11112073
Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura Program Studi Pendidikan Dokter 2012
Kata Pengantar Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan berkah, rahmat, dan hidayahNyalah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Aspek Dasar Bioetik Kloning pada Hewan. Selama proses penulisan makalah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan berupa dorongan dari semua pihak, maka pada kesempatan ini tidak lupa penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu dr. Mardhia, selaku narasumber kuliah EBP3KH. Pembuatan makalah ini bertujuan Untuk mengetahui aspek bioetik kloning hewan maupun kloning secara umum. Penulis menyadari sebagai manusia biasa, tentu tak luput dari kesalahan dan kekurangan dalam penulisan makalah ini. Maka dari itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi perbaikan penulisan makalah selanjutnya.
Pontianak, 10 Mei 2013
Penulis
Daftar Isi Sampul Kata Pengantar Daftar Isi Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan Bab II Pembahasan A. Kloning 1. Pengertian dan Sejarah 2. Tujuan 3. Teknik 4. Kelemahan dan Kelebihan B. Bioetik 1. Pengertian 2. Kaidah Dasar Bioetik 3. Tujuan C. Bioetik Kloning Bab III Penutup A. Kesimpulan B. Saran Daftar Pustaka
BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Seiring perkembangan zaman yang semakin modern, maka tuntutan zaman untuk terciptanya kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya juga semakin meningkat. Manusia dituntut untuk bisa menghasilkan produk yang lebih modern dengan kualitas yang sangat baik. Selain itu, manusia juga dituntut untuk bisa terus memperbaiki kehidupan yang ada agar terus lebih maju dan berkembang. Tuntutan yang ada membuat manusia setiap saatnya mampu menghasilkan temuan-temuan yang bermanfaat bagi perkembangan dan kemajuan kehidupan manusia kedepannya. Manusia senantiasa terus berpikir agar dapat menciptakan banyak inovasi baru yang bermanfaat bagi kemajuan kesejahteraan kehidupannya sehingga bukanlah suatu hal yang aneh jika pada zaman modern seperti sekarang ini manusia mampu menciptakan banyak teknologi yang dapat membantu kehidupan manusia. Teknologi hasil inovasi dan kreasi pemikiran manusia yang tercipta sesungguhnya tidak hanya bermanfaat bagi manusia saja namun juga dapat bermanfaat bagi alam semesta ini. Teknologi yang ada saat ini sangat membantu manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup yang semakin hari semakin beraneka ragam. Teknologi yang berkembang mampu diciptakan oleh manusia bahkan dapat bekerja pada tingkat sistem terpenting yang merupakan penyusun kehidupan
makhluk hidup yaitu sel. Teknologi yang diciptakan oleh manusia yang bekerja pada tingkat sel dapat membantu manusia untuk mendapatkan hasil yang lebih baik untuk suatu organisme makhluk hidup. Adanya teknologi yang dapat dihasilkan oleh manusia juga dapat menutupi dan mengurangi kekurangan yang pasti dimiliki oleh setiap organisme hidup di dunia ini. selain kekurangan, tentu setiap organisme tersebut juga diciptakan oleh Tuhan dengan kelebihan masing- masing dimana dengan adanya teknologi hasil ciptaan manusia ini, kekurangan yang ada bisa dihilangkan dan diganti dengan kelebihan yang lain. Teknologi hasil inovasi pemikiran manusia yang saat ini sedang ramai dibicarakan dan dikembangkan oleh para ahli agar semakin sempurna hasilnya adalah kloning. Kloning yang sedang dikembangkan tidak terbatas pada hewan saja namun juga sampai kepada manusia. Kloning yang dilakukan terhadap hewan ini adalah yang akan dibahas lebih lanjut pada makalah ini. Seringkali kloning terhadap hewan dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan suatu spesies hewan dengan sifat tertentu seperti yang diinginkan oleh manusia yang mana sifat yang dihasilkan ini adalah yang dianggap mampu memenuhi kebutuhan manusia. Pada perjalanan perkembangannya, teknologi kloning ini masih mengalami berbagai kendala sehingga teknik kloning ini belum dapat diterapkan lebih jauh. Lebih lanjut lagi pada makalah ini akan dibahas mengenai bioetika tentang kloning pada hewan ini, karena secara umum teknologi kloning yang ada saat ini yang sedang berkembang mengalami kontroversi kehadiran dan penggunaannya pada kehidupan nyata. Beberapa berpendapat kloning boleh dilakukan namun beberapa berpikir tentang bioetika yang ada.
B. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut. Bagaimana aspek bioetik kloning yang dilakukan terhadap hewan?
C. Tujuan Adapun tujuan dari makalah ini adalah. 1. Untuk mengetahui aspek bioetik kloning hewan maupun kloning secara umum. 2. Untuk memenuhi tugas EPB3KH pada modul Biologi Molekuler.
BAB II Pembahasan A. Kloning 1. Pengertian dan Sejarah Kloning berasal dari bahasa Inggris kloning. Beberapa pendapat yang lain berasal bahasa Yunani dari kata klon berarti tangkai. Sebelum klon sebagai kata benda berarti suatu individu yang dihasilkan secara aseksual, suatu individu yang berasal dari sel somatik tunggal orang tuanya dan secara genetik dia identik. Klon dalam kata kerja adalah suatu populasi sel atau organisme yang terbentuk dari pembelahan yang berulang (aseksual) dari satu sel atau organisme (Eibert, D.M, 1999). Seekor biri-biri yang bernama Dolly, telah berhasil dikloning oleh pakar rekayasa genetika Ian Wilmut. Pada tanggal 3 April 1999, Dolly melahirkan tiga anak kembar dengan alami. Proses kloning Dolly dengan cara mengambil sebuah inti sel yang berisi DNA dari biri-biri yang akan di clone, kemudian disuntikkan ke dalam telur biri-biri betina, yang intinya sudah dibuang. Telur yang intinya diganti tadi, diberi kejutan listrik untuk memulai proses pertumbuhannya menjadi embrio. Setelah terjadi proses pembelahan sel yang dianggap cukup, embrio ditanamkan kembali kedalam rahim biri-biri betina, dimana embrio itu tumbuh dan kemudian lahir. Berhasilnya kloning pada hewan mulailah percobaan pada manusia. Clonaid perusahaan bioteknologi di Bahama, yang sukses menghasilkan manusia kloning pertama di dunia tanggal 26 Desember 2002. Bayi berberat sekitar 3.500 gram berjenis kelamin perempuan yang diberi sebutan Eve itu, kini dalam kondisi sehat. Bayi itu merupakan kloning dari seorang wanita Amerika Serikat (AS) berusia 31 tahun yang pasangannya infertile. Kelahiran bayi kloning kedua ialah dari perempuan lesbian Belanda keesokan harinya Sabtu, 4 Januari 2003.
Kelompok yang menamakan diri dengan Raelians ini mengaku mempunyai pengikut sektar 55 000 orang di seluruh dunia. Sekte ini juga mengkalim pada tanggal 23 Januari 2003 telah melahirkan seorang bayi kloning yang dilahirkan di Jepang. Tim ilmuwan dari AS mengklaim telah berhasil memanfaatkan teknik kloning untuk membuat lima embrio manusia. Dari kelima embrio, tiga di antaranya dipastikan kloning dari dua orang pria. Terobosan ini berhasil dilakukan Stemagen Corp di La Jolla, California menggunakan teknik yang disebut SCNT (Somatik Cell Nuclear Transfer). Inti sel telur diambil kemudian diisi inti sel somatik, dalam hal ini digunakan sel kulit. Teknik seperti ini dipakai Ian Wilmut dan kawan-kawan untuk membuat Dolly, domba kloning pertama. Sel telur yang telah diisi inti sel somatik tersebut dibudidayakan dalam lingkungan bernutrisi sampai tumbuh menjadi embrio. Setelah lima hari, terbentuk embrio yang tersusun dari kumpulan sekitar 150 sel. Embrio-embrio tersebut tidak dimaksudkan untuk dikembangkan menjadi janin, melainkan sebagai sumber sel induk embrionik. Jenis sel induk yang terbentuk pada embrio tua yang akan berkembang menjadi janin ini sangat berguna karena dapat tumbuh menjadi tulang, daging, kulit, dan jaringan tubuh lainnya. Pada penelitian kali ini, para peneliti Stemagen belum mengekstrak sel induk embrionik dari embrio hasil kloning. Namun, mereka sudah berhasil membuktikan bahwa embrio tersebut merupakan hasil kloning karena memiliki DNA yang sama dengan pria yang menjadi donornya. Tanggal 3 maret 2009, seorang dokter di Italia menyatakan dirinya sukses mengkloning tiga bayi yang kini hidup di Eropa. Ia bernama Severino Antinori, seorang dokter ginekolog. Kloning itu ia lakukan pada dua bayi laki- laki dan seorang perempuan yang kini berusia sembilan tahun. Mereka lahir dengan sehat dan dalam kondisi kesehatan yang prima saat ini. Proses kloning dilakukan dengan cara sel telur dari ibu ketiga bayi dibuahi di laboratorium dengan metode yang diklaimnya sebagai transfer nuklir. Menurutnya, metode yang dilakukannya adalah pengembangan dari teknik yang pernah dilakukan terhadap pengkloningan domba Dolly pada 1996. Teknik yang diterapkan grup Antinori identik dengan teknik kloning hewan. Menurut Panos Zavos, seorang profesor fisiologi reproduksi dari
Universitas Kentucky Amerika Serikat, kloning manusia bertujuan membantu pasangan yang tak bisa memperoleh keturunan, dengan catatan pasangan itu tak hendak menginginkan anak biologis yang berasal dari sel telur atau sperma orang lain. Zavos menjamin, teknologi grupnya tak akan digunakan bagi individu yang ingin membuat kloning dirinya sendiri. Zavos juga meyakinkan bahwa bayi hasil kloning akan dilahirkan dalam waktu paling lambat 24 bulan. Zavos sudah menetapkan biaya untuk setiap orang yang ingin mengkloning. Biaya yang ditetapkan 45.000 dollar AS hingga 75.000 dollar AS atau sekitar Rp 492,3 juta sampai Rp 820,5 juta (kurs Rp 10.940). Menurut pemaparanya, dunia harus siap menghadapi fakta teknologi kloning manusia yang sudah hadir. Oleh karena itu lebih baik menangani teknologi itu secara baik dan bertanggung jawab ketimbang menafikannya. Rencana Zavos dan kawan-kawannya dikritik keras oleh Griffin, seorang ilmuwan yang berhasil mengkloning Dolly dan juga menjabat sebagai Asisten Direktur Roslin Institute di Skotlandia. Menurut Griffin, rencana itu justru tak bertanggung jawab. Sebab, banyak kasus hewan kloning meninggal dalam kandungan atau sesaat setelah lahir. Bila teknik itu tetap diterapkan pada manusia,langkah itu selain menumbuhkan harapan palsu juga sangat berbahaya bagi ibu ataupun anak. Dua minggu sebelumnya yaitu 23 April 2009, Dr Panayiotis Zavos bersama timnya telah berhasil memproduksi pengkloningan embrio tiga orang yang telah mati, termasuk seorang gadis berusia 10 tahun bernama Cady yang tewas dalam tabrakan mobil di AS. Sel darah Cady dibekukan dan dikirimkan kepada Zavos. Proses kloning itu direkam dalam sebuah video di sebuah laboratorium rahasia di Timur Tengah. Zavos mengakui mendapat tekanan berat saat akan membuat bayi kloning Cady. Sebab, dia tidak yakin bisa menghasilkan bayi kloning yang sehat. Dr.Abdul Aziz Muhammad bin Utsman al-Rabiisy mengatakan bahwa istilah istinsa>kh (kloning) adalah sebuah penemuan baru. Oleh karenanya, kita tidak menemukan defenisinya dalam berbagai kamus bahasa. Walaupun demikian, ada beberapa pengertian kloning yang hampir mengena (mendekati), bila diartikan secara ilmiah. Hanya saja, kloning sudah mendapat berbagai interpretasi dengan sesuatu yang lain. Kata al-naskh (baca; kloning
dalam bahasa Arab) yang sering dipakai untuk istilah dalam ilmu Tafsir kemudian berkembang menjadi satu penamaan dalam dunia kedokteran khususnya pada istilah kloning sendiri. Kalimat al-naskh disini diartikan al- iza>lah (menghilangakan, menghapus), al-tagyi>r (perubahan, modifikasi), ibt}a>lu al-syai (penghapusan/peniadaan sesuatu) dan iqa>matu al-syai maqa>mahu (menempatkan/meletakkan sesuatu pada tempatnya-sesuatu yang dihapus atau ditiadakan tadi). Setiap kloning manusia memerlukan sel somatik dan dan tetap memerlukan sel telur (oosit). Sel somatik adalah semua sel, selain sel reproduksi. Dalam setiap sel terdapat organel berupa dinding sel, membrane sel, nucleus. Dinding sel berfungsi untuk melindungi dan menguatkan sel. Membrane sel sebagai pengatur peredaan zat dari dan ke dalam sel. Nucleus adalah pengatur segala seluruh kegiatan hidup dari sel, termasuk proses perkembangbiakan. Inti sel ini yang diperlukan dalam kloning.
2. Tujuan Secara garis besar (Shannon TA dan Samil RS, 2002) kloning bermanfaat: a. Untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Manfaat kloning terutama dalam rangka pengembangan biologi, khususnya reproduksi-embriologi dan diferensiasi. b. Untuk mengembangkan dan memperbanyak bibit unggul. Seperti telah kita ketahui, pada sapi telah dilakukan embrio transfer. Hal yang serupa tentu saja dapat juga dilakukan pada hewan ternak lain, seperti pada domba, kambing dan lain-lain. Dalam hal ini jika nukleus sel donornya diambil dari bibit unggul, maka anggota klonnya pun akan mempunyai sifat-sifatunggul tersebut. Sifat unggul tersebut dapat lebih meningkat lagi, jika dikombinasikan dengan teknik transgenik. Dalam hal ini ke dalam nucleus zigot dimasukkan gen yang dikehendaki, sehingga anggota klonnya akan mempunyai gen tambahan yang lebih unggul. c. Untuk tujuan diagnostik dan terapi Sebagai contoh jika sepasang suami isteri diduga akan menurunkan penyakit genetika thalasemia mayor. Dahulu pasangan tersebut dianjurkan untuk tidak mempunyai anak. Sekarang mereka
dapat dianjurkan menjalani terapi gen dengan terlebih dahulu dibuat klon pada tingkat blastomer. Jika ternyata salah satu klon blastomer tersebut mengandung kelainan gen yang menjurus ke thalasemia mayor, maka dianjurkan untuk melakukan terapi gen pada blastomer yang lain, sebelum dikembangkan menjadi blastosit. Contoh lain adalah mengkultur sel pokok (stem cells) in vitro, membentuk organ atau jaringan untuk menggantikan organ atau jaringan yang rusak. d. Menolong atau menyembuhkan pasangan infertil mempunyai turunan Manfaat yang tidak kalah penting adalah bahwa kloning manusia dapat membantu/menyembuhkan pasangan infertil mempunyai turunan. Secara medis infertilitas dapat digolongkan sebagai penyakit, sedangkan secara psikologis ia merupakan kondisis yang menghancurkan, atau membuat frustasi. Salah satu bantuan ialah menggunakan teknik fertilisasi in vitro. (in vitro fertilization = IVF). Namun IVF tidak dapat menolong semua pasangan infertil. Misalnya bagi seorang ibu yang tidak dapat memproduksi sel telur atau seorang pria yang tidak dapat menghasilkan sperma, IVF tidak akan membantu. Dalam hubungan ini, maka teknik kloning merupakan hal yang revolusioner sebagai pengobatan infertilitas, karena penderita tidak perlu menghasilkan sperma atau telur. Mereka hanya memerlukan sejumlah sel somatik dari manapun diambil, sudah memungkinkan mereka punya turunan yang mengandung gen dari suami atau istrinya.
Manfaat terapeutik teknologi kloning sendiri (Mohsin, 2007) adalah sebagai berikut. a. Kloning manusia memungkinkan banyak pasangan tidak subur untuk mendapatkan anak. b. Organ manusia dapat dikloning secara selektif untuk diamnfaatkan sebagai organ pengganti bagi pemilik sel organ itu sendiri, sehingga dapat meminimalisir risiko penolakan.
c. Sel-sel dapat dikloning dan diregenerasi untuk menggantikan jaringan-jaringan tubuh yang rusak, misalnya urat saraf dan jaringan otot. d. Teknologi cloning memungkinkan para ilmuwan medis untuk menghidupkan dan mematikan sel-sel. Dengan demikian, teknologi ini dapat digunakan untuk mengatasi kanker. e. Teknologi cloning memungkinkan dilakukannya pengujian dan penyembuhan penyakit-penyakit keturunan.
3. Teknik (Rusda, 2004) a. Transfer Nukleus Transfer nukleus membutuhkan dua sel yaitu suatu sel donor dan suatu oosit atau sel telur. Telur matur yang belum dibuahi dibuang intinya atau nukleusnya. Proses pembuangan nukleus tadi dinamakan enukleasi. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan informasi genetisnya. Kemudian dimasukkan nukleus (donor) dari sel somatik ke dalam telur yang telah dienukleasi tadi. Di dalam telur, inti sel donor tadi akan bertindak sebagai inti sel zigot dan membelah serta berkembang menjadi blastosit. Blastosit selanjutnya ditransfer ke dalam uterus induk pengganti (surrogate mother). Jika seluruh proses tadi berjalan baik, suatu replika yang sempurna dari donor akan lahir. Jadi sebenarnya setelah terbentuk blastosit in vitro, proses selanjutnya sama dengan proses bayi tabung yang tehnologinya telah dikuasai oleh para ahli Obstetri Ginekologi. b. Teknik Roslin Penemuan oleh Ian Wilmut dan Keith Cambell tentang suatu metode yang mana mampu melakukan singkronisasi siklus sel dari kedua sel donor dan sel telur. Tanpa singkronosasi siklus sel, maka inti tidak akan berada pada suatu keadaan yang optimum untuk dapat diterima oleh embrio. Bagaimanapun juga sel donor harus berjuang untuk dapat masuk ke Gap Zero, atau stadium sel GO, atau stadium sel dorman. Pertama, suatu sel (sel donor) diseleksi dari sel kelenjar mammae domba betina berbulu putih (Finn Dorset) untuk menyediakan informasi genetis bagi pengklonan. Untuk studi ini, peneliti membiarkan sel
membelah dan membentuk jaringan in vitro atau diluar tubuh hewan. Hal ini akan menghasilkan duplikat yang banyak dari suatu inti yang sama. Tahap ini hanya akan bermanfaat bila DNA nya diubah, seperti pada kasus Polly, karena perubahan tersebut dapat diteliti untuk memastikan bahwa mereka telah dipengaruhi.
Suatu sel donor diambil dari jaringan dan dimasukkan ke dalan campuran, yang hanya memiliki nutrisi yang cukup untuk mempertahankan kehidupan sel. Hal ini menyebabkan sel untuk menghentikan seluruh gen yang aktif dan memasuki stadium GO. Kemudian sel telur dari domba betina Blackface (domba betina yang mukanya berbulu hitam = Scottish Blackface) dienokulasi dan diletakkan disebelah sel donor. Satu sampai delapan jam setelah pengambilan sel telur, kejutan listrik digunakan untuk menggabungkan dua sel tadi, pada saat yang sama pertumbuhan dari suatu embrio mulai diaktifkan. Teknik ini tidaklah sepenuhnya sama seperti aktivasi yang dilakukan oleh sperma, karena hanya beberapa sel yang diaktifkan oleh kejutan listrik yang mampu bertahan cukup lama untuk menghasilkan suatu embrio. Jika embrio ini dapat bertahan, ia dibiarkan tumbuh selama sekitar enam hari, diinkubasi di dalam oviduk domba. Ternyata sel yang diletakkan di dalam oviduk lebih awal, di dalam pertumbuhannya lebih mampu bertahan dibandingkan dengan yang diinkubasi di dalam laboratorium. Akhirnya embrio tadi ditempatkan ke dalam uterus betina penerima (surrogate mother). Induk betina tersebut selanjutnya akan mengandung hasil cloning tadi hingga ianya siap untuk dilahirkan. Bila tidak terjadi kekeliruan, suatu duplikat yang persis sama dari donor akan lahir. Domba yang baru lahir tersebut memiliki semua karakteristik yang sama dengan domba yang lahir secara alamiah. Dan telah diamati bila ada efek yang merugikan, seperti resiko yang tinggi terhadap kanker atau penyakit genetis lainnya yang terjadi atas kerusakan bertahap kepada DNA, dikemudian hari juga terjadi pada Dolly atau hewan lainnya yang dikloning dengan metode ini.
c. Teknik Honolulu Pada Juli 1998, suatu tim ilmuwan dari Universitas Hawai mengumumkan bahwa mereka telah menghasilkan tiga generasi tikus kloning yang secara genetik identik. Tehnik ini diakreditasi atas nama Teruhiko Wakayama dan Ryuzo Yanagimachi dari Universitas Hawai. Tikus telah sejak lama diketahui merupakan mamalia yang tersulit untuk dikloning, ini merujuk pada bahwa segera setelah suatu sel telur tikus mengalami fertilisasi ia akan segera membelah. Domba digunakan pada tehnik Roslin karena sel telurnya membutuhkan beberapa jam sebelum membelah, memungkinkan adanya waktu bagi sel telur untuk memprogram ulang nukleus barunya. Meskipun tidak mendapatkan keuntungan tersebut ternyata Wakayama dan Yanagimachi mampu melakukan kloning dengan angka keberhasilan yang jauh lebih tinggi (3 kloning dari sekitar seratus yang dilakukan) dibandingkan Ian Wilmut (satu dari 277). Wakayama melakukan pendekatan terhadap masalah sinkronisasi siklus sel yang berbeda dibandingkan Wilmut. Wilmut menggunakan sel dari kelenjar mammae yang harus dipaksa untuk memasuki ke stadia GO. Wakayama awalnya menggunakan tiga tipe sel yakni, sel Sertoli, sel otak dan sel kumulus. Sel Sertoli dan sel otak keduanya tinggal dalam stadia GO secara alamiah dan sel kumulus hampir selalu hadir pada stadia G0 ataupun G1. Sel telur tikus yang tidak dibuahi digunakan sebagai resipien dari inti donor. Setelah dienokulasi, sel telur memiliki inti donor yang dimasukkan ke dalamnya. Nukleus donor diambil dari sel-sel dalam hitungan menit dari setiap ekstrak sel dari tikus tersebut. Tidak seperti pada proses yang digunakan untuk melahirkan Dolly, tanpa in vitro atau di luar dari tubuh hewan, kultur dilakukan justru pada sel-sel tersebut. Setelah satu jam sel- sel telah menerima nucleus-nukleus yang baru. Setelah penambahan waktu selama 5 jam sel telur kemudian ditempatkan pada suatu kultur kimia untuk memberi kesempatan sel-sel tersebut tumbuh, sebagaimana layaknya fertilisasi secara alamiah.
Pada suatu kultur dengan suatu substansi (cytochalasin B) yang menghentikan pembentukan suatu polar body, sel kedua yang secara alami terbentuk sebelum fertilisasi. Polar body akan menjadi setengah dari sel gen, mempersiapkan sel lainnya untuk menerima gen-gen dari sperma. Setelah penyatuan, sel-sel berkembang menjadi embrio-embrio. Embrio- embrio ini kemudian ditransplantasikan kepada induk betina donor (surrogate mother) dan akan tetap berada di sana sampai siap untuk di lahirkan. Sel yang paling berhasil dari proses ini adalah sel kumulus, maka penelitian dikonsentrasikan pada sel-sel dari tipe tersebut (sel kumulus). Setelah terbukti bahwa tekniknya dapat menghasilkan cloning yang hidup, Wakayama juga membuat kloning dari kloning, dan membiarkan mahluk klon yang asli untuk melahirkan secara alamiah untuk membuktikan bahwa mereka memiliki kemampuan reproduksi secara sempurna. Pada saat dia mengumumkan keberhasilannya, Wakayama telah menciptakan lima puluh kloning. Teknik baru ini memungkinkan untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut tentang bagaimana tepatnya sebuah telur memprogram ulang sebuah nukleus. Tikus bereproduksi dalam kurun waktu bulanan, jauh lebih cepat dibanding dengan domba. Hal ini menguntungkan dalam hasil penelitian jangka panjang.
4. Kelemahan dan Kelebihan Kelemahan dari kloning : a. Tingkat kegagalan sangat tinggi dimana kemungkinan untuk berhasil hanya sekitar 0.1-3%. Hal ini dikarenakan oleh beberapa sebab yaitu. 1. Sel telur yang telah dienuklease dan nukleus yang akan ditransfer tidak cocok. 2. Sel telur yang telah ditransferkan nukleus tidak membelah atau tidak berkembang. 3. Embrio yang diimplan ke inang (surrogate mother) mengalami kegagalan. 4. Kehamilan mengalami keguguran
b. Hewan yang berhasil dikloning kebanyakan terlahir dengan organ yang besar yang berujung pada permasalahan sirkulasi darah dan pernapasan (biasa dikenal sebagai Large Offspring Syndrome, or LOS). c. Pola ekspresi gen yang abnormal Nukleus yang ditransfer tidak memiliki mekanisme yang sama seperti embrio yang normal.
d. Differensiasi telomerik Telomer yang melindungi kromosom dari kerusakan mengalami pemendekan setiap kali terjadi replikasi DNA. Hal ini menyebabkan hewan kloning mengalami penuaan lebih cepat seperti yang terjadi pada Domba Dolly. Kelebihan dari kloning : a. Membantu pasangan yang infertil untuk bisa mendapatkan keturunan dengan cara ART (Assisted Reproductive Technology). b. Dapat digunakan untuk upaya konservasi hewan atau tumbuhan yang langka. c. Dapat digunakan sebagai studi model perjalanan suatu penyakit. d. Untuk terapi stem cell. Stem cell dapat digunakan untuk memperbaiki kerusakan jaringan atau organ. B. Bioetik 1. Pengertian Bioetika berasal dari kata bios yang berarti kehidupan dan ethos yang berarti norma-norma atau nilai-nilai moral. Bioetika atau bioetik medis merupakan studi interdisipliner tentang masalah yang ditimbulkan oleh perkembangan di bidang biologi dan ilmu kedokteran baik skala mikro maupun makro, masa kini dan masa mendatang (Bertens, 2005). Bioetika mencangkup isu-isu sosial, agama, ekonomi, dan hukum bahkan politik. Bioetika selain membicarakan bidang medis, seperti abortus, eutanasia,
transplantasi organ, teknologi reproduksi buatan dan rekayasa genetik, membahas pula masalah kesehatan, faktor budaya yang berperan dalam lingkup kesehatan masyarakat, hak pasien, moralitas penyembuhan, lingkungan kerja, demografi dan sebagainya. Bioetika memberi perhatian besar pula terhadap penelitian kesehatan pada manusia dan hewan percobaan. 2. Kaidah Dasar Bioetik Kaidah dasar (prinsip) Etika / Bioetik adalah aksioma yang mempermudah pemahamanan masalah etik. Pada praktiknya, satu prinsip dapat dibersamakan dengan prinsip yang lain. Tetapi pada beberapa kasus, karena kondisi berbeda, satu prinsip menjadi lebih penting dan sah untuk digunakan dengan mengorbankan prinsip yang lain. Keadaan terakhir disebut dengan prima facie. Konsil Kedokteran Indonesia, dengan mengadopsi prinsip etika kedokteran barat, menetapkan bahwa, praktik kedokteran Indonesia mengacu kepada 4 kaidah dasar moral (sering disebut kaidah dasar etika kedokteran atau bioetika), juga prima facie. Empat kaidah dasar bioetik tersebut antara lain sebagai berikut. a. Menghormati martabat manusia (respect for person/autonomy). Pertama, setiap individu (pasien) harus diperlakukan sebagai manusia yang memiliki otonomi (hak untuk menentukan nasib diri sendiri), dan kedua, setiap manusia yang otonominya berkurang atau hilang perlu mendapatkan perlindungan. Autonomy mempunyai ciri-ciri: Menghargai hak menentukan nasib sendiri Berterus terang menghargai privasi Menjaga rahasia pasien Melaksanakan Informed Consent b. Berbuat baik (beneficence). Selain menghormati martabat manusia, dokter juga harus mengusahakan agar pasien yang dirawatnya terjaga keadaan kesehatannya (patient welfar). Pengertian berbuat baik diartikan bersikap ramah atau menolong, lebih dari sekedar memenuhi kewajiban. dirinya sendiri. Ciri-ciri prinsip ini, yaitu;
Mengutamakan Alturisme Memandang pasien atau keluarga bukanlah suatu tindakan tidak hanya menguntungkan seorang dokter Mengusahakan agar kebaikan atau manfaatnya lebih banyak dibandingkan dengan suatu keburukannya Menjamin kehidupan baik-minimal manusia Memaksimalisasi hak-hak pasien secara keseluruhan Meenerapkan Golden Rule Principle, yaitu melakukan hal yang baik seperti yang orang lain inginkan Memberi suatu resep
Tindakan berbuat baik (beneficence) General beneficence : melindungi & mempertahankan hak yang lain mencegah terjadi kerugian pada yang lain, menghilangkan kondisi penyebab kerugian pada yang lain, Specific beneficence : menolong orang cacat, menyelamatkan orang dari bahaya. c. Tidak berbuat yang merugikan (non-maleficence). Praktik Kedokteran haruslah memilih pengobatan yang paling kecil risikonya dan paling besar manfaatnya. Pernyataan kuno: first, do no harm, tetap berlaku dan harus diikuti. Non-malficence mempunyai ciri-ciri: Menolong pasien emergensi Mengobati pasien yang luka Tidak membunuh pasien Tidak memandang pasien sebagai objek Melindungi pasien dari serangan Manfaat pasien lebih banyak daripada kerugian dokter
Tidak membahayakan pasien karena kelalaian Tidak melakukan White Collar Crime Sisi komplementer beneficence dari sudut pandang pasien, seperti : Tidak boleh berbuat jahat (evil) atau membuat derita (harm) pasien Minimalisasi akibat buruk Kewajiban dokter untuk menganut ini berdasarkan hal-hal : Pasien dalam keadaan amat berbahaya atau berisiko hilangnya sesuatu yang penting Dokter sanggup mencegah bahaya atau kehilangan tersebut Tindakan kedokteran tadi terbukti efektif Manfaat bagi pasien > kerugian dokter (hanya mengalami risiko minimal). Norma tunggal, isinya larangan. d. Keadilan (justice ). Perbedaan kedudukan sosial, tingkat ekonomi, pandangan politik, agama dan faham kepercayaan, kebangsaan dan kewarganegaraan, status perkawinan, serta perbedaan jender tidak boleh dan tidak dapat mengubah sikap dokter terhadap pasiennya. Tidak ada pertimbangan lain selain kesehatan pasien yang menjadi perhatian utama dokter. Justice mempunyai ciri-ciri : Memberlakukan segala sesuatu secara universal Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia lakukan Menghargai hak sehat pasien Menghargai hak hukum pasien
3. Tujuan a. Bioetika sangat diperlukan sebagai pengawal riset biologi dan bioteknologi modern.
b. Pembelajaran bioetika diarahkan untuk mencegah dampak negatif yang muncul dari teknologi. c. Pembelajaran bioetika menunjukkan pada mahasiswa untuk menjadi ilmuwan yang memiliki tanggung jawab sosial. d. Pembelajaran bioetika dibutuhkan karena menekankan pada pengembangan berpikir kritis untuk menentukan sisi baik dan buruk atau dimensi etis dari biologi modern dan teknologi yang terkait dengan kehidupan. e. Pembelajaran bioetika dapat melatih mahasiswa menjadi ilmuwan biologi yang dapat mempertimbangkan tindakan-tindakan yang akan dilakukan sebagaimana pengembangan pola berpikir yang dikemukakan Rasulullah SAW yaitu pola berpikir menggunakan akal.
C. Bioetik Kloning Tujuan kloning ini adalah untuk menciptakan mahluk baru, sehingga banyak yang berpendapat ini adalah upaya playing GOD yang tidak dapat dibenarkan. Hal ini memicu kontroversi tentang kloning di berbagai belahan dunia. Berbagai kalangan mereaksi dengan keras bahwa jika teknologi ini diterapkan pada manusia, maka teknologi kloning sungguh tidak dapat dibenarkan secara moral. Salah satu contoh pelarangan teknologi kloning pada manusia muncul dari National Bioethics Advisory Commision (Amerika Serikat) yang menyatakan bahwa: Untuk saat ini, secara moral tidak dapat diterima bila seseorang mencoba untuk menciptakan anak dengan mempergunakan teknik somatic cell nuclear transfer kloning, baik secara pribadi maupun secara umum, baik dalam lingkup riset maupun dalam lingkup klinis. Hal yang sama juga terjadi di Parlemen Uni Eropa yang melarang setiap negara anggotanya melakukan kloning terhadap manusia. Meski demikian, perdebatan mengenai kloning pada manusia masih terus berlanjut. Hingga waktu ini sikap para ilmuwan, organisasi profesi dokter dan masyarakat umumnya adalah bahwa pengklonan individu yaitu pengklonan untuk tujuan reproduksi (reproductive kloning) dengan menghasilkan manusia duplikat, kembaran identik, manusia fotokopi yang berasal dari sel induk dengan cara
implantasi inti sel tidak dibenarkan, tetapi untuk tujuan terapi (therapeutic kloning) dianggap etis. Etika tentang klonasi/ kloning dalam adeddum Buku Kedokteran Indonesia disebutkan bahwa menolak dilakukan kloning terhadap manusia karena upaya itu mencerminkan penurunan derajat serta martabat manusia sampai setingkat bakteri. Sehingga para ilmuwan dihimbau untuk tidak melakukan klonasi dalam kaitan dengan reproduksi manusia. Tetapi mendorong ilmuwan untuk tetap menggunakan bioteknologi kloning pada: 1. Sel atau jaringan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan melalui antara lain: pembuatan zat anti atau antigen monoclonal yang banyak digunakan dalam bidang kedokteran baik aspek diagnostic maupun dalam pengobatan. 2. Dalam sel maupun jaringan hewan dalam upaya penelitian kemungkinan penggunaan klonasi organ serta penelitian lebih lanjut tentang kemungkinan digunakannya klonasi organ manusia untuk kepentingan dirinya sendiri. Kajian bioetika sangat perlu dilakukan dengan seksama, dalam menilai masalah kloning. Yang sangat utama untuk diperhatikan adalah seharusnya kloning hanya dilakukan untuk kepentingan kesejahteraan kehidupan serta tidak menyalahi etika dan moral.
BAB III Penutup A. Kesimpulan Kloning merupakan kemajuan teknokogi pada akhir-akhir ini, dimana kloning ini akan menghasilkan individu yang identik dengan induknya atau bahkan lebih baik. Pro dan kontra mengenai bioetik kloning sendiri masih terus bergulir. Seperti pendapat bahwa hal ini merupakan upaya mempermainkan Tuhan, karena sesungguhnya yang menciptakan semua makhluk adalah Tuhan. Kemudian banyak hal lain yang masih perlu dikaji seperti bagaimana etika mengenai ibu pengganti ataupun bayi tabung. Meskipun kloning memilki manfaat namun kita juga perlu mempertimbangkan kelemahan dari teknologi ini.
B. Saran Kami berharap pemerintah dapat lebih mengatur semua hal mengenai kloning ini dimana kita tahu bahwa di Indonesia belum banyak aturan mengenai kloning. Selain itu, diharapkan untuk ada penelitian lebih lanjut mengenai kloning ini apakah manfaatnya begitu besar bagi umat manusia. Kami juga berharap agar penggunaan teknologi kloning ini dapat digunakan dengan sebaik-baiknya agar tidak merugikan.
Daftar Pustaka Bertens. 2005. K. Etika. Seri filsafat Atma Jaya : 15. Cetakan kesembilan. Gramedia pustaka utama. Jakarta. dr. Yuli Budiningsih, SpF. 2009. Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal FKUI/RSCM. Jakarta Ebrahim, Abdul Fadl Mohsin. 2007. Kloning, Eutanasia, Transfusi Darah, Transplantasi Organ, dan Eksperiment Pada Hewan. Jakarta : Serambi Eibert, D.M. Human kloning, Myths. Medical Benefits and Constitutional Rights.U & I Magazine. Winter 1999 Edition. Learn.Genetic-Genetic Science Learning Center. 2013. Why Cloning?. http://learn.genetics.utah.edu/content/tech/cloning/whyclone/. Diakses 10 Mei 2013 Learn.Genetic-Genetic Science Learning Center. 2013. What are the Risks of Cloning?. http://learn.genetics.utah.edu/content/tech/cloning/cloningrisks/. Diakses tanggal 10 Mei 2013 Prof.dr.M. jusuf Hanifah, Sp. OG (K), Prof. Dr. Amri Amir, Sp.F(K), SH. 2007. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan. Ed. 4. Jakarta: EGC Shannon TA. An Introduction to Bioethics (Pengantar Bioetika), diterjemahkan oleh Samil RS. Masalah Bioetik dalam rekayasa Genetika Kedokteran. Pertemuan Nasional II Bioetika dan Humaniora. Bandung 31 Oktober 2 Nopember 2002. Rusda, Muhammad. 2004. Kloning. Bagian Obstetri Dan Ginekologi: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara .
Pembedahan Skoliosis Lengkap Buku Panduan bagi Para Pasien: Melihat Secara Mendalam dan Tak Memihak ke dalam Apa yang Diharapkan Sebelum dan Selama Pembedahan Skoliosis