Anda di halaman 1dari 22

Kloning

Dosen Pengampu :
Anggari Linda Destiana, S.Si., M.Sc.

Mata Kuliah : Bioetika


KELOMPOK I :
- Ghina Tri Amanda (F1C421004)
- Hanaria (F1C421020)
- Zulfa Waiatul Alami (F1C421022)
- Inada Sutra (F1C421052)
- Shahen Maudy Fitria C. (F1C421056)
- Robet Suhanda (F1C421058)
- Rofiatun Nafiah (F1C421060)
- Kurnia Della (F1C422004)
- Anna Rumyani (F1C422014)
- Indrianis Br. Simatupang (F1C422018)
- Vindy Widiantari (F1C422032)
- Verataty Gultom (F1C422034)
- Atika Nahlatul Laila (F1C422042)
- Manasalwah Alina Putri (F1C422044)
- Eymas Novellisa (F1C422054)
- Nazila (F1C422060)
- M. Reyza Akbar (F1C422064)
Poin yang akan dibahas…

01 Pengertian Kloning 03 Teknik Kloning

02 Sejarah Kloning Manusia 04 Pewarisan Sifat Kloning

05 Etika dan Hukum Kloning


Manusia
01
Pengertian Kloning
Apa itu kloning???

Yunani :
Klonus/kloon

Kloning merupakan langkah penggandaan dari suatu


makhluk hidup dengan menggunakan kode DNA makhluk yang digunakan.
Proses menciptakan replika genetik yang persis dari organisme hidup dengan
menggunakan DNA organisme tersebut.
02
Sejarah Kloning
Manusia
Sejarah Kloning Manusia
Pada 2001, kelompok penelitian di Massachusetts
mengamati beberapa pembelahan sel awal dalam percobaan
semacam itu. Beberapa tahun kemudian, para peneliti Korea Selatan
melaporkan keberhasilan mengklon embrio manusia hingga tahap
awal yang disebut tahap blastosit (Campbell & Reece, 2010).

Terdapat dua jenis kloning manusia :


• Kloning reproduktif (reproductive cloning) yang bertujuan
untuk menghasilkan individu Baru.
- Kloning terapeutik (theurapeutic cloning), dalam kloning
terapeutik, embrio manusia diklon bukan untuk tujuan
reproduksi, melainkan untuk pembuatan sel-sel punca (stem
cells) untuk mengobati berbagai penyakit manusia.
Lanjutan…

Hasil-hasil penelitian terhadap sel-sel punca embrionik menunjukkan potensi besar untuk
aplikasi medis seperti menyediakan sel-sel untuk perbaikan organ yang rusak atau berpenyakit, misalnya
sel-sel pankreas penghasil insulin bagi pengidap diabetes, atau jenis-jenis sel otak tertentu bagi penderita
Parkinson atau penyakit Huntington. Sel-sel punca embrionik sangat menjanjikan untuk aplikasi medis
karena bersifat pluripoten (pluripotent), yaitu mampu berdiferensiasi menjadi berbagai macam tipe sel
yang berbeda. Sejauh ini satu-satunya cara untuk memperoleh sel punca embrionik adalah dengan
memanen dari embrio manusia, sehingga menimbulkan isu-isu etis dan politis (Campbell & Reece, 2010).
03
Teknik Kloning
Teknik Kloning..

Transfer Nukleus Teknik Roselin Teknik Honololu


Transfer Nukleus

• Transfer nukleus membutuhkan dua sel yaitu suatu sel donor


dan suatu oosit atau sel telur. Telur matur sebelum dibuahi
dibuang intinya atau nukleusnya (enukleasi) untuk
menghilangkan informasi genetisnya.
• Ke dalam telur yang dienukleasi tadi kemudian dimasukkan
nukleus (donor) dari sel somatik.
• Di dalam telur, inti sel donor tadi akan betinda sebagai inti
sel zigot dan membelah serta menjadi blastosit.
• Blastosit selanjutnya ditransfer ke dalam uterus induk
pengganti (surrogate mother).
Teknik
Roselin
● Pertama, suatu sel (sel donor) diseleksi dari sel
kelenjar mammae domba betina berbulu putih
(Finn Dorset) untuk menyediakan informasi
genetik bagi pengklonan.
● Suatu sel donor diambil dari jaringan dan
dimasukkan ke dalam campuran yang hanya
memiliki nutrisi yang cukup untuk
mempertahankan kehidupan sel.
● 1-8 jam setelah pengambilan sel telur, kejutan
listrik digunaan untuk menggabungkan dua sel
tadi, pada saat yang sama pertumbuhan dari suatu
embrio mulai diatifkan.
Teknik Honolulu

● Inti dari sel somatik akan dihapus, dan disuntikkan


ke dalam telur yang intinya telah dihapus.
● Telur dimandikan dalam larutan kimia dan kultur.
● Embrio berkembang kemudian ditanamkan ke
pengganti dan dibiarkan berkembang.
04
Pewarisan Sifat
Kloning
Pewarisan Sifat Kloning

• Klon memiliki susunan • Pewarisan sifat pada klon • Lingkungan sangat


genetik yang identik dengan sepenuhnya bersifat berpengaruh dalam
sel donor yang digunakan mendelik pengekspresian gen
untuk menciptakannya .

• Kloning berisiko
• Klon memiliki
kemungkinan yang sama menurunkan variasi
untuk mengalami mutasi genetik populasinya
genetik
05. Etika dan Hukum Kloning Manusia

Dari sudut pandang etika, penerapan


kloning dapat dilihat dari dua sudut berbeda, yaitu
deontologi dan teleologi.
Deontologi

Penilaian etis tidaknya suatu


perbuatan lebih ditekankan pada perbuatan
itu sendiri. Tokoh utama paham ini adalah
Immanuel Kant yang terkenal dengan teori
categorical imperative.
Menurutnya, perbuatan yang
secara universal dinyatakan terlarang, maka
apapun alasannya tidak boleh dilakukan.
Teleologi
Lebih menilai pada tujuan atau
akibat yang dituju pada perbuatan itu. Jika
tujuannya berupa suatu kebaikan seperti halnya
cloning untuk terapi, maka perbuatan itu
diperbolehkan untuk dilaksanakan, sering juga
penganut paham itu disebut sebagai
konsekuensialis.
Aspek hukum

Regulasi Hukum Pengaturan Embrio


Banyak negara memiliki peraturan hukum Hukum juga sering mengatur penggunaan
yang mengatur praktik kloning manusia. embrio manusia dalam konteks kloning,
Regulasi ini bertujuan untuk melindungi hak termasuk pembatasan penggunaan embrio
dan martabat manusia, serta mengatur untuk tujuan kloning.
penggunaan teknologi kloning secara etis.
Daftar Pustaka

Campbell, N. A., & Reece, J. B. 2010. Biologi (ed. ke-8, jilid 1). Jakarta : Penerbit Erlangga.
Mutik, S., & Suciptaningsih, O. A. 2024. Literatur Riview: Tinjauan Etika Bioteknologi terhadap Kloning
Manusia. JIIP- Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, 7(3), 2231-2237.
Suryanti, E. 2019. Tinjauan Etika terhadap Kloning Manusia. Jurnal Ilmiah Multi Sciences, Vol. 11(1):
10-19
Tentriwaru, E.P. 2013. KLONING HEWAN. Jurnal Dinamika. Vol. 4(1): 49-61.
Wargasetia, T.L. 2002. Kloning Manusia. Maranatha Journal of Medicine. Vol. 2(1): 51-65.
Thanks!
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, and includes icons
by Flaticon, and infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai