Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

DEFISIT PERAWATAN DIRI

Untuk Memenuhi Tugas Pendidikan Profesi Ners


Departemen Keperawatan Jiwa
di Ruang 23 Empati RS. Dr. Saiful Anwar Malang

Disusun oleh:
MELATI CAHYANI INDRI
190070300111059

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
DEFISIT PERAWATAN DIRI

A. Pengertian
Perawatan diri di definisikan sebagai memilih perilaku yang baik untuk melawan
stress fisik dan emosional (Hogan, 2016).
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan melakukan aktifitas
perawatan diri (mandi, berhias, makan serta toileting) kegiatan itu harus bisa
dilakukan secara mandiri (Herman, 2011).
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas makan
(Ana, 2015). Self Care Defisit menjelaskan hubungan antara kemampuan seseorang
dan kekuatan untuk mencapai tujuan selfcare. Defisit perawatan diri tidak mengacu
pada batasan tertentu, tetapi menetapkan hubungan antara apa individu yang mampu
dengan kebutuhan. Ketika selfcare deficit didirikan, intervensi keperawatan
profesional yang dibuat untuk beberapa waktu untuk mengkompensasi itu Orem
menyebutnya Terapi Perawatan Diri Demand.

B. Jenis-jenis Defisit Perawatan Diri


Jenis-jenis defisit perawatan diri menurut nanda 2017 terdiri dari :
1. Defisit perawatan diri: Mandi
2. Defisit perawatan diri: Perawatan Ganti Pakaian
Menurut Yosep (2011) bahwa defisit perawatan diri dalam makan dan minum serta
eliminasi ialah:
1. Defisit perawatan diri: Makan dan Minum
2. Defisit perawatan diri: Eliminasi
Jenis Perawatan Diri (Hartwerg, 2016)
1. Pemeliharaan asupan yang cukup dari udara
2. Pemeliharaan asupan air yang cukup
3. Pemeliharaan asupan yang cukup dari makanan
4. Penyediaan perawatan yang terkait dengan proses eliminasi dan kotoran
5. Pemeliharaan keseimbangan antara aktivitas dan istirahat
6. Pemeliharaan keseimbangan antara kesendirian dan interaksi sosial
7. Pencegahan bahaya bagi kehidupan manusia, fungsi manusia, dan kesejahteraan
manusia.
8. Promosi fungsi manusia dan pembangunan dalam kelompok sosial sesuai dengan
manusia potensial, dikenal keterbatasan manusia, dan keinginan untuk menjadi
normal.

C. Etiologi
Menurut Keliat (2007), masalah kurang perawatan diri meliputi penyebab
antara lain: faktor predisposisi meliputi perkembangan, biologis, kemampuan realitas
turun, sosial. Faktor Prespitasi menurut Herman (2011) ialah penurunan motivasi,
kerusakan kognisi serta cemas, lelah yang dialami klien sehingga kurang perawatan
diri.

D. Tanda dan Gejala


Menurut Herman (2011) tanda gejala defisit perawatan diri ialah:
1. Mandi/Hygine
Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan, memperoleh atau
mendapatkan sumber air, mengatur suhu, atau aliran air mandi, mendapatkan
perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh, serta masuk dan keluar kamar mandi.
2. Berpakaian/Berhias
a. Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil potongan
pakaian
b. Menanggalkan pakaian, serta memperoleh atau menukar pakaian. Klien juga
memiliki ketidakmampuan untuk mengenakan pakaian dalam, memilih
pakaian, menggunakan kancing tarik, melepaskan pakaian, menggunakan
kaos kaki, mempertahankan penampilan pada tingkat yang memuaskan,
mengambil pakaian, dan mengenakan sepatu.
3. Makan
Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan,
mempersiapkan makanan, menangani perkakas, mengunyah makanan,
menggunakan alat tambahan, mendapatkan makanan, membuka container,
memanipulasi makanan dalam mulut, mengambil makanan dari wadah lalu
memasukkannya ke mulut, melengkapi makanan, mencerna makanan menurut
cara yang di terima masyarakat, mengambil cangkir atau gelas, serta mencerna
cukup makanan dengan aman.
4. BAB/BAK
a. Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam mendapatkan
jamban atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari jamban, memanipulasi
pakaian untuk toileting, membersihkan diri setelah bab/bak dengan tepat,
dan menyiram toilet atau kamar kecil.
b. Keterbatasan perawatan diri di atas biasanya diakibatkan karena stressor
yang cukup berat dan sulit ditangani oleh klien (klien bisa mengalami harga
diri rendah), sehingga dirinya tidak mau menggurus atau merawat dirinya
sendiri baik dalam hal mandi, berpakaian, berhias, makan, maupun bab/bak.
Bila tidak dilakukan intervensi oleh perawat, maka kemungkinan klien bisa
mengalami masalah resiko tinggi isolasi sosial.

E. Proses Terjadi
Masalah Data yang perlu dikaji
keperawatan
Defisit Subjektif:
perawatan diri a. Klien mengatakan dirinya malas mandi karena airnya dingi, atau di RS
tidak tersedia alat mandi
b. Klien mengatakan dirinya malas berdandan
c. Klien mengatakan ingin disuapi makan
d. Klien mengatakan jarang membersihkan alat kelaminnya setelah BAK
atau BAB.
Objektif:
a. Ketidakmampuan mandi, ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor,
kulit berdaki, bau, serta kuku panjang dan kotor.
b. Ketidakmampuan berpakaian atau berhias, ditandai dengan rambut
acak-acakan, pakaian kotor atau tidak rapi, pakaian tidak sesuai, tidak
bercukur dan tidak berdandan (wanita).
c. Ketidakmampuan makan secara mandiri yang ditandai dengan tidak
mampu mengambil makan sendiri, makan berceceran, dan makan
tidak pada tempatnya.
d. Ketidakmampuan BAB atau BAK secara mandiri ditandai dengan
BAB atau BAK tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri
dengan baik setelan BAB atau BAK.
F. Rentan Respon

Adaptif Maladaptif

Pola perawatan diri Kadang perawatan diri Tidak melakukan


seimbang kadang tidak perawatan diri pada saat
stress

1. Pola perawatan diri seimbang : saat klien mendapatkan stresor dan mampu untuk
berprilaku adaptif, maka pola perawatan yang dilakukan klien seimbang, klien masih
melakukan perawatan diri.
2. Kadang perawatan diri kadang tidak: saat klien mendapatkan stresor kadang – kadang
klien tidak memperhatikan perawatan dirinya,
3. Tidak melakukan perawatan diri : klien mengatakan dia tidak peduli dan tidak bisa
melakukan perawatan saat stresor.

G. Pohon Masalah
Pohon Masalah Defisit perawatan Diri (Herman, 2011)

Effect Resiko Tinggi Perilaku Kekerasan

Care Problem Defisit Perawatan Diri

Causa Harga Diri Rendah Kronis

Koping Individu Tidak Efektif

Presipitasi Predisposisi
- Ditinggal orang - Kepribadian
yang dia cintai introvert
- Kehilangan - Genetik
- Musibah alam - Sosial budaya
H. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri.
2. Defisit perawatan diri
3. Isolasi sosial
I. Fokus Intervensi
Diagnosa keperawatan: penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri.
Tujuan Umum.
Klien dapat meningkatkan minat dan motivasinya untuk memperhatikan kebersihan
diri.
Tujuan Khusus.
TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
Kriteriaevaluasi
Dalam berinteraksi klien menunjukan tanda-tanda percaya pada perawat:
a. Wajah cerah, tersenyum
b. Mau berkenalan
c. Ada kontak mata
d. Menerima kehadiran perawat
e. Bersedia menceritakan perasaannya
Intervensi
a. Berikan salam setiap berinteraksi.
b. Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat berkenalan.
c. Tanyakan nama dan panggilan kesukaan klien.
d. Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi.
e. Tanyakan perasaan dan masalah yang dihadapi klien.
f. Buat kontrak interaksi yang jelas.
g. Dengarkan ungkapan perasaan klien dengan empati.
h. Penuhi kebutuhandasar klien.
TUK II : klien dapat mengenal tentang pentingnya kebersihan diri.
Tindakan keperawatan
Tindakan keperawatan untuk pasien kurang perawatan diri juga ditujukan untuk
keluarga sehingga keluarga mampu mengarahkan pasien dalam melakukan perawatan
diri.
1. Tindakan keperawatan untuk pasien
a. Tujuan:
1) Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri
2) Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik
3) Pasien mampu melakukan makan dengan baik
4) Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri
b. Tindakan keperawatan
1) Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri Untuk melatih pasien
dalam menjaga kebersihan diri Saudara dapat melakukan tanapan tindakan
yang meliputi:
a) Menjelasan pentingnya menjaga kebersihan diri.
b) Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri
c) Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri
d) Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri
Kriteria evaluasi
Klien dapat menyebutkan kebersihan diri pada waktu 2 kali pertemuan, mampu
menyebutkan kembali kebersihan untuk kesehatan seperti mencegah penyakit dan
klien dapat meningkatkan cara merawat diri.
Intervensi
a. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi
terapeutik.
b. Diskusikan bersama klien pentingnya kebersihan diri dengan cara menjelaskan
pengertian tentang arti bersih dan tanda- tanda bersih.
c. Dorong klien untuk menyebutkan 3 dari 5 tanda kebersihan diri.
d. Diskusikan fungsi kebersihan diri dengan menggali pengetahuan klien terhadap
hal yang berhubungan dengan kebersihan diri.
e. Bantu klien mengungkapkan arti kebersihan diri dan tujuan memelihara
kebersihan diri.
f. Beri reinforcement positif setelah klien mampu mengungkapkan arti kebersihan
diri.
g. Ingatkan klien untuk memelihara kebersihan diri seperti: mandi 2 kali pagi dan
sore, sikat gigi minimal 2 kali sehari (sesudah makan dan sebelum tidur), keramas
dan menyisir rambut, gunting kuku jika panjang.
TUK III : Klien dapat melakukan kebersihan diri dengan bantuan perawat.
Kriteriaevaluasi
Klien berusaha untuk memelihara kebersihan diri seperti mandi pakai sabun dan
disiram pakai air sampai bersih, mengganti pakaian bersih sehari–hari, dan
merapikan penampilan.
Intervensi

a. Motivasi klien untuk mandi.


b. Beri kesempatan untuk mandi, beri kesempatan klien untuk mendemonstrasikan
cara memelihara kebersihan diri yang benar.
c. Anjurkan klien untuk mengganti baju setiap hari.
d. Kaji keinginan klien untuk memotong kuku dan merapikan rambut.
e. Kolaborasi dengan perawat ruangan untuk pengelolaan fasilitas perawatan
kebersihan diri, seperti mandi dan kebersihan kamar mandi.
f. Bekerjasama dengan keluarga untuk mengadakan fasilitas kebersihan diri seperti
odol, sikat gigi, shampoo, pakaian ganti, handuk dan sandal.
TUK IV : Klien dapat melakukan kebersihan perawatan diri secara mandiri.
Kriteriaevaluasi
Setelah satu minggu klien dapat melakukan perawatan kebersihan diri secara rutin dan
teratur tanpa anjuran, seperti mandi pagi dan sore, ganti baju setiap hari, penampilan
bersih dan rapi.
Intervensi
Monitor klien dalam melakukan kebersihan diri secara teratur, ingatkan untuk mencuci
rambut, menyisir, gosok gigi, ganti baju dan pakai sandal.
TUK V : Klien dapat mempertahankan kebersihan diri secara mandiri.
Kriteriaevaluasi
Klien selalu tampak bersih dan rapi.
Intervensi
Beri reinforcement positif jika berhasil melakukan kebersihan diri.
TUK VI : Klien dapat dukungan keluarga dalam meningkatkan kebersihan diri.
Kriteria evaluasi
Keluarga selalu mengingatkan hal–hal yang berhubungan dengan kebersihan diri,
keluarga menyiapkan sarana untuk membantu klien dalam menjaga kebersihan diri,
dan keluarga membantu dan membimbing klien dalam menjaga kebersihan diri.
a. Intervensi
Jelaskan pada keluarga tentang penyebab kurang minatnya klien menjaga
kebersihan diri.
Diskusikan bersama keluarga tentang tindakanyang telah dilakukan klien selama
di RS dalam menjaga kebersihan dan kemajuan yang telah dialami di RS.
b. Anjurkan keluarga untuk memutuskan memberi stimulasi terhadap kemajuan yang
telah dialami di RS.
c. Jelaskan pada keluarga tentang manfaat sarana yang lengkap dalam menjaga
kebersihan diri klien.
d. Anjurkan keluarga untuk menyiapkan sarana dalam menjaga kebersihan diri.
e. Diskusikan bersama keluarga cara membantu klien dalam menjaga kebersihan
diri.
f. Diskusikan dengan keluarga mengenai hal yang dilakukan misalnya:
mengingatkan pada waktu mandi, sikat gigi, mandi, keramas, dan lain-lain.
STRATEGI PELAKSANAAN DEFISIT PERAWATAN DIRI

PASIEN KELUARGA
SP 1 SP 1
1. Identifikasi masalah perawatan diri: 1. Diskusikan masalah yang dirasakan dalam
kebersihan diri, berdandan, makan/minum, merawat pasien.
BAB/BAK. 2. Jelaskan pengertian, tanda dan gejala, dan
2. Jelaskan pentingnya kebersihan diri. proses terjadinya defisit perawatan diri
3. Jelaskan cara dan alat kebersihan diri. (gunakan booklet).
4. Latih cara menjaga kebersihan diri:mandi 3. Jelaskan cara merawat defisit perawatan
dan ganti pakaian, sikat gigi, cuci rambut, diri.
potong kuku. 4. Latih cara merawat kebersihan diri
5. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk 5. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal
latihan mandi, sikat gigi (2 kali per hari), dan memberikan pujian.
cuci rambut (2 kali per minggu), potong
kuku (1 kali per minggu).

SP 2 SP 2
1. Evaluasi kegiatan kebersihan diri. Beri 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/
pujian. melatih pasien kebersihan diri. Beri pujian.
2. Jelaskan cara dan alat untuk berdandan. 2. Bimbing keluarga membantu pasien
3. Latih cara berdandan setelah kebersihan berdandan.
diri: sisiran, rias muka untuk perempuan, 3. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal
sisiran, cukuran untuk pria dan memberi pujian
4. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk
kebersihan diri dan berdandan

SP 3 SP 3
1. Evaluasi kegiatan kebersihan diri dan 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/
berdandan. Beri pujian. melatih pasien kebersihan diri dan
2. Jelaskan cara dan alat makan dan minum. berdandan. Beri pujian.
3. Latih cara makan dan minum yang baik. 2. Bimbing keluarga membantu makan dan
4. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk minum pasien
latihan kebersihan diri, berdandan dan 3. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal
makan dan minum yang baik dan memberi pujian

SP 4 SP 4
1. Evaluasi kegiatan kebersihan diri, 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/
berdandan dan makan dan minum. Beri melatih pasien kebersihan diri, berdandan,
pujian. makan dan minum. Beri pujian.
2. Jelaskan cara BAB dan BAK yang baik. 2. Bimbing keluarga merawat BAB dan BAK
3. Latih BAB dan BAK yang baik. pasien.
4. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk 3. Jelaskan follow up ke PKM, tanda kambuh,
latihan kebersihan diri, berdandan dan rujukan
makan dan minum yang baik, BAB dan 4. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal
BAK. dan memberi pujian.

SP 5 SP 5
1. Evaluasi kegiatan latihan perawatan diri: 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat
kebersihan diri, berdandan, makan dan pasien kebersihan diri, berdandan, makan
minum, BAB dan BAK. Beri pujian. dan minum, BAB dan BAK. Beri pujian.
2. Latih kegiatan harian. 2. Nilai kemampuan merawat pasien.
3. Nilai kemampuan yang telah mandiri 3. Nilai kemampuan keluarga melakukan
4. Nilai apakah perawatan diri telah baik kontrol ke PKM.
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan pada Pasien Defisit Perawatan Diri
1. SP-1 Pasien: Defisit Perawatan Diri Pertemuan Ke-1
Orientasi
Salam terapeutik
“Selamat pagi, perkenalkan nama saya perawat Anisa. Saya adalah Mahasiswa Keperawatan
UMM yang sedang praktek disini. Saya praktek disini selama 6 hari. Nama kamu siapa ya?
Senangnya dipanggil apa? Oh jadi anda senangnya dipanggil ibu/bapak saja”.
Evaluasi/Validasi
“Saya lihat dari tadi ibu/bapak menggaruk-garuk kepala, gatal ya?”
Kontrak
Topik: “Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang kebersihan diri?”
Waktu:“Mau berapa lama kira-kira kita ngobrolnya? Oke, jadi ibu/bapak maunya kita ngobrol-
ngobrolnya selama 20 menit ya”.
Tempat:“Baiklah mau dimana kita ngobrolnya ibu/bapak? Oh jadi kita ngobrolnya diruang ini
saja ya”.

Kerja (langkah- langkah tindakan keperawatan)


“Berapa kali ibu/bapak mandi dalam sehari? Apakah ibu/bapak sudah mandi hari ini? Menurut
ibu/bapak apa kegunaannya mandi? Apa alasan ibu/bapak sehingga tidak bisa merawat diri?
Menurut ibu/bapak apa manfaatnya kalau kita menjaga kebersihan diri? Kira-kira tanda-tanda
orang yang tidak merawat diri dengan baik seperti apa ya? badan gatal, mulut bau, apa lagi?
Kalau kita tidak teratur menjaga kebersihan diri masalah apa menurut ibu/bapak yang bisa
muncul ? Betul ada kudis, kutu, dsb”
“Menurut ibu/bapak mandi itu seperti apa? Sebelum mandi apa yang biasanya ibu/bapak
persiapkan? Benar sekali, ibu/bapak perlu menyiapkan pakai ganti yang berssih, handuk kering,
sikat gigi, odol, shampoo dan sabun mandi”
“Menurut ibu/bapak tempat mandi dimana? Benar sekali kita mandi di kamar mandi,
bagaimana kalau kita ke kamar mandi sekarang? Saya akan bantu melakukannya. Pertama kita
gosok gigi dulu dengan sikat gigi, ambil sikat gigi yang sudah di kasih odol kemudian sikat
gigi dengan gerakan memutar dari atas ke bawah kemudian ibu/bapak berkumur-kumur dengan
air bersih. Bagus sekali, sekarang ibu/bapak buka pakaian, siram seluruh tubuh ibu/bapak
dengan air termasuk rambut dan kepala lalu ambil shampoo sedikit dan gosokkan ke atas
kepala ibu/bapak sampai berbusa lalu bilas sampai bersih. Bagus sekali ibu/bapak, sekarang
ambil sabun dan gosokan keseluruh tubuh ibu/bapak secara merata dan di mulai dari bagian
sebelah kanan lalu siram dengan air sampai bersih, pastikan bersih tidak ada sisa sabun yang
menempel. Setelah selesai di siram dengan air sampai bersih, keringkan tubuh ibu/bapak
dengan handuk kering yang sudah disiapkan. Bagus sekali ibu/bapak melakukannya.
Selanjutnya ibu/bapak menggunakan pakaian bersih yang sudah di siapkan”.

Terminasi
Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi klien/subjektif
“Bagaimana perasaan ibu/bapak setelah mandi dan mengganti pakaian? Coba ibu/bapak
sebutkan lagi apa saja cara-cara mandi yang baik yang sudah ibu/bapak lakukan tadi? Bagus
sekali sekarang ibu/bapak sudah tahu manfaat dan cara mandi yang baik”.
Evaluasi perawat/ objektif
“Ternyata ibu/bapak masih memiliki kemampuan yang baik dalam menjaga kebersihan diri.
Nah, kemampuan ini dapat dilakukan juga di rumah setelah pulang ya ibu/bapak”.
Rencana lanjut klien
“Sekarang, mari kita masukkan pada jadwal harian. ibu/bapak Mau berapa kali sehari mandi
dan sikat gigi? Bagus, dua kali yaitu pagi dan sore. Kalau pagi jam berapa? kalau sore jam
berapa? Beri tanda M (mandiri) kalau dilakukan tanpa disuruh, B (bantuan) kalau diingatkan
baru dilakukan dan T (tidak) tidak melakukan”
Kontrak yang akan datang
Topik: “Baik besok kita akan bertemu kembali untuk latihan berdandan”
Waktu: “Kalau begitu kita akan latihan berdandan besok jam 9 pagi setelah ibu/bapak
melakukan kegiatan mandi”
Tempat : “ibu/bapak mau kita ketemu dimana? Kita ketemu di dalam kamar ibu/bapak besok
bagaimana?”

SP-2 Pasien : Defisit Perawatan Diri Pertemuan Ke-2


Orientasi
Salam Terapeutik “ Selamat pagi, masih ingat dengan saya ibu/bapak?
Evaluasi/Validasi: “Saya lihat dari tadi ibu/bapak memegang kepala, kenapa ibu/bapak?
Bagaimana perasaan ibu/bapak setelah melakukan kegiatan mandi?”
Kontrak: Topik: “Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang berhias diri?”
Waktu: “Mau berapa lama kira-kira kita ngobrolnya? Oke, jadi ibu/bapak mau kita ngobrolnya
20 menit saja ya”.
Tempat: “Baiklah mau dimana kita ngobrolnya ibu/bapak? Oh jadi kita ngobrolnya diruang ini
saja ya”.

Kerja (langkah-langkah tindakan keperawatan)


“Bagaimana perasaan ibu/bapak setelah mandi? Apa yang ibu/bapak lakukan setelah mandi?
Baiklah sekarang kita akan melakukan latihan berdandan”
“Apa ibu/bapak sudah mengganti baju? Untuk pakaian pilihlah yang bersih dan kering. Berganti
pakaian yang bersih 2 kali sehari. Sekarang coba ibu/bapak lakukan menggangti pakaian. Bagus
sekali ibu/bapak kerja yang bagus. Sekarang setelah menggunakan pakaian yang baik kita akan
latihan berdandan supaya ibu/bapak tampak rapi dan cantik”
“Kira-kira apa alat yang ibu/bapak butuhkan untuk berdandan? Bagus sekali ibu/bapak alat yang
digunakan adalah sisir, bedak dan kaca”
“Setelah ibu/bapak memasang pakaian dengan baik sekarang sisir rambut yang rapi. Bagus
ibu/bapak, sekarang ambil bedak dan bedaki muka ibu/bapak rata dan tipis. Bagus sekali
ibu/bapak bisa melakukan nya dengan baik”.

Terminasi
Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi klien/subjektif
“Bagaimana perasaan ibu/bapak setelah latihan berdandan?”
Evaluasi perawat/objektif: “ibu/bapak terlihat segar dan cantik/ganteng”
a. Tindakan lanjut klien
“Sekarang, mari kita masukkan pada jadwal harian. ibu/bapak sehabis ibu/bapak melakukan
kegiatan mandi kemudian melakukan cara berdandan yang baik dan benar sesuai dengan
latihan kita hari ini. Beri tanda M (Mandiri) kalau dilakukan tanpa disuruh, B (Bantuan)
kalau diingatkan dan T (Tidak) tidak melakukan”.
b. Kontrak yang akan datang
“Baik nanti siang kita akan bertemu kembali untuk latihan cara makan yang baik dan
benar” “Kalau begitu kita akan latihan cara makan nanti siang atau sesuai jadwal makan
ibu/bapak” “Siang nanti kita latihan makan yang baik diruang makan, bagaimana menurut
ibu/bapak?”
DAFTAR PUSTAKA

Almonacid, I.F., Alfredo, J.R., & Maria-aurora, B.2016. “Level of anxiety versus self-care
in the preoperative and postoperative periods of total laryngectomy
patients”.Online.https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4916977/ .Diakses
pada tanggal 14 Juli 2019 pukul 13.47 WIB.
Direja, Ade Herman Surya. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Hartwerg, Donna.L & Judith Pickens.2016.”A Concept Analysis of Normalcy within
Orem’s Self-Care Deficit Nursing
Theory”.Online.https://static1.squarespace.com/static/55f1d474e4b03fe7646a4d5d/t/
56feb8e0f850820b9f00a168/1459534056695/Vol22_No01_Spring_2016-
1.pdf.diakses pada tanggal 14 Juli 2019 pukul 13.30 WIB.
Heardman dalam Nanda International. 2012. Diagnosa Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi. Jakarta:Buku Kedokteran EGC.
Hogan Allison. 2016. “The Role of Stress and Self-Care in NursingStudents”.
Online.http://digitalcommons.brockport.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1135&conte
xt=honors. Diaksespada tanggal 14 Juli 2019 pukul 12.55 WIB.
Keliat, B. A., Akemat, Helena, N., & Nurhaeni, H. (2015). Keperawatan kesehatan jiwa
terapi aktivitas kelompok. Jakarta: EGC.
Nur khasanah, Ana.2015.“Defisit Keperawatan Diri”.
Online.http://www.askepkeperawatan.com/2015/10/laporan-pendahuluan-defisit-
perawatan-diri.html. Diakses tanggal 14 Juli 2019 pukul 20:54.
Mamnuah, dkk.2016. Literature review of mental health recovery in Indonesia.
Online.http://dl6.globalstf.org/index.php/jnhc/article/view/1584. Diakses tanggal 14
Juli 2019 pukul 17:46 WIB

Anda mungkin juga menyukai