Anda di halaman 1dari 42

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis kepada Allah SWT. yang telah memberikan
kelancaran dan kemudahan bagi penulis untuk menyelesaikan makalah ini.
Sholawat beriringkan salam semoga tetap terucap dari lisan kepada jujungan besar
Nabi Muhammad SAW. yang telah menunjukkan cahaya akhlaq yang mulia dan
menjadi tauladan bagi umatnya.

Makalah ini dibuat bertujuan untuk mempelajari serta memahami


peningkatan kinerja guru kelas dalam proses pembelajaran dalam jaringan di
tingkat Madrasah Ibtidaiyah. Pentingnya meningkatkan kinerja guru yang sangat
berpengaruh dalam dunia pendidikan dan meningkatkan kualitas belajar mengajar
di ruang lingkup Madrasah Ibtidaiyah.

Akhir kalimat penulis mengucapkan terimakasih dan semoga makalah ini


bisa bermanfaat dalam memberikan wawasan dan ilmu pengetahuan. Amin.

Pemakalah,
4 Februari 2022

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................3
C. Tujuan Makalah............................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................4
A. Upaya-Upaya Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kinerja Guru............4
B. Kinerja Guru...............................................................................................14
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru.......................................32
D. Indikator-Indikator Kinerja Guru................................................................35
BAB III PENUTUP...............................................................................................38
A. Kesimpulan.................................................................................................38
B. Saran............................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................40

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keterampilan utama seorang guru adalah melakukan penilaian dan

pembinaan kepada siswa untuk secara terus menerus meningkatkan kualitas

proses pembelajaran yang dilaksanakan di kelas agar berdampak pada kualitas

hasil belajar siswa. Untuk dapat mencapai kualitas tersebut guru diharapkan

dapat melakukan pembelajaran yang di dasarkan pada metode dan teknik yang

tepat sesuai dengan kebutuhan siswa.1

Sedangkan pendidikan itu sendiri merupakan suatu yang penting dan

dianggap pokok oleh kehidupan manusia. Oleh sebab itu sangat wajar dan tepat

kalau bidang pendidikan termasuk hal yang sangat diperhatikan di Indonesia.

Di samping itu, pendidikan merupakan sarana untuk mencerdaskan kehidupan

bangsa dalam mewujudkan tujuan pembangunan nasional yaitu masyarakat

yang adil dan makmur. Masalah pendidikan ini di dalam Undang-Undang

Dasar 1945 telah dirumuskan dalam pasal 31 ayat dua yakni setiap warga

negara berhak mendapatkan pendidikan dan setiap warga negara wajib

mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. 2 Jadi jelas

bahwa pendidikan merupakan salah satu hal yang sangat penting untuk

kemajuan suatu bangsa.


1
Karim Damanik, “Peningkatan Kinerja Guru Dalam Pembelajaran Di Kelas Melalui
Supervisi Akademik Di SMP Negeri Kuala Mandor B”, jurnal pembelajaran prospektiv, vol. 5, no.
2, (2 agustus 2020)
2
Pasal 31, Ayat 2, UUD 1945

1
Di sisi lain, untuk mewujudkan pendidikan yang baik dan berkualitas.

Kinerja para pendidik atau guru juga harus ditingkatkan. Agar pembelajaran

bisa jauh lebih baik lagi dan dapat mencetak generasi yang lebih cerdas.

Terutama dalam pendidikan di Madrasah Ibtidaiyah. Karena seorang pendidik

adalah orang yang memiliki tanggung jawab memberi bantuan kepada siswa

dengan mengembangkan baik fisik maupun spiritual. Guru merupakan orang

yang berperan penting akan kemajuan seseorang atau lebih di mana guru

bertugas dan bertanggung jawab untuk mentransfer ilmu pengetahuan yang ia

miliki kepada siswanya.

Peningkatan kualitas sistem pendidikan dipengaruhi juga oleh kualitas

guru sebagai agen pembelajaran sekolah di mana semakin meningkatnya

kualitas guru, maka semakin meningkat pula kualitas siswanya. Dengan alasan

demikian maka perlu difahami bahwa peningkatan kinerja guru harus baik dan

berjalan dengan lancar serta menjadi guru yang berkualitas merupakan pokok

utama baik dalam hal mengajarkan kepada siswanya maupun keseharian guru

tersebut.

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat digambarkan bahwa

makalah ini akan membahas terkait Peningkatan Kinerja Guru Kelas Dalam

Proses Pembelajaran Dalam Jaringan Di Tingkat Madrasah Ibtidaiyah.

2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam

makalah ini ialah:

1. Apakah yang menjadi upaya kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja

guru dalam ruang lingkup Madrasah Ibtidaiyah?

2. Apakah yang dimaksud dengan kinerja guru?

3. Apakah yang menjadi faktor dalam meningkatkan kinerja guru?

4. Apakah yang menjadi indikator peningkatan kinerja guru?

C. Tujuan Makalah
Adapun tujuan dibuatnya makalah ini ialah sebagai berikut

1. Untuk mengetahui dan memahami upaya kepala sekolah dalam

meningkatkan kinerja guru dalam ruang lingkup Madrasah Ibtidaiyah.

2. Untuk mengetahui dan memahami definisi kinerja guru.

3. Untuk mengetahui faktor dalam meningkatkan kinerja guru.

4. Untuk memahami indikator peningkatan kinerja guru.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Upaya-Upaya Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kinerja Guru

Program peningkatan mutu pendidikan dapat dicapai apabila proses

pembelajaran dapat terlaksana dan berlangsung dengan baik. Hal demikian

dapat dilaksanakan apabila guru dapat berperan langsung dalam mengajar dan

mendidik siswanya dan meningkatkan kemampuannya dengan pembinaan

secara berkesinambungan. Untuk mencapai tujuan pembinaan guru yaitu

meningkatkan profesionalisme dan kualitas guru dalam mengembangkan

situasi belajar dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan, maka upaya

pembinaan sekaligus pengawasan perlu dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

Upaya menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia berarti “usaha, akal,

ikhtiar (untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan untuk mencari

jalan keluar, dsb) daya, upaya”.3 Arti kepala madrasah adalah “pemimpin yang

bertanggung jawab terhadap segala kegiatan pendidikan dan pengajaran di

sekolah yang dipimpinnya”4 Sedangkan arti kinerja adalah “sesuatu yang

dicapai, prestasi yang diperlihatkan, kemampuan kerja”. 5 Jadi, upaya yang

dimaksudkan adalah segala bentuk usaha yang dapat dilakukan kepala

madrasah terhadap guru-guru untuk meningkatkan kemampuan mereka. Upaya

yang dapat dilakukan seperti: pemberian contoh teladan yang baik, penempatan
3
W.J.S. Poerwodarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka,1984),
h.1132
4
Yusak Burhanuddin, Adminisrasi Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 1998), h. 97.
5
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), h. 503

4
(pemberian tugas) yang tepat, pemberian motivasi, dan melaksanakan

pembinaan dan pengembangan. Untuk lebih jelasnya mengenai keempat

macam upaya tersebut dapat dilihat pada uraian berikut ini:

1. Pemberian Contoh Teladan Yang Baik

Untuk meningkatkan kinerja guru dalam proses belajar mengajar.

Seorang kepala sekolah harus memberikan contoh teladan yang baik bagi guru-

guru. Seperti disiplin dalam melaksanakan tugas, tekun dalam bekerja, selalu

berusaha untuk melaksanakan tugas dengan baik, dan lain-lain. Contoh teladan

yang baik dari seorang pimpinan untuk bawahannya sangat baik dibandingkan

dengan perintah tanpa ada contoh. Seperti yang dinyatakan Sondang P. Siagian

dalam bukunya bahwa ”Keteladanan seseorang terlihat dari apa yang dilakukan

oleh seseorang dan bukan apa yang dikatakannya”.6

Pemberian contoh teladan yang baik dari seorang kepala sekolah sangat

berperan dalam upaya untuk meningkatkan kinerja guru-guru yang menjadi

bawahannya. Hal ini telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw kepada

para sahabat-sahabat beliau. Sehingga para sahabatpun akhirnya setia dan rela

mengorbankan harta benda yang dimiliki untuk kepentingan dakwah nabi.

Contoh teladan yang diberikan nabi sangat baik untuk diikuti sebagai seorang

pemimpin. Allah Swt berfirman di dalam Surah al-Ahzab ayat 21;

           
     

6
Sondang P. Siagian, Teori & Praktek Kepemimpinan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h.
105

5
Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang

baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan

(kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.”

Berdasarkan ayat tersebut jelaslah bahwa seorang pemimpin harus

memberi contoh teladan yang baik untuk orang-orang yang dipimpinnya.

Apalagi seorang kepala sekolah harus bisa memberikan contoh teladan terbaik

agar bisa ditiru oleh guru-guru yang menjadi bawahannya. Contoh teladan

yang diberikan dapat berupa perkataan, sikap, dan perbuatan.

2. Penempatan (Pemberian Tugas) Yang Tepat

Seorang kepala sekolah harus bisa menempatkan guru-guru sesuai

dengan kemampuan dan latar belakang pendidikan yang dimiliki. Hal ini perlu

terlebih dahulu dilakukan sebelum mereka terjun secara langsung dalam proses

belajar mengajar. Seorang guru yang mengajar sesuai dengan kemampuan dan

latar belakang pendidikan mereka turut menentukan keberhasilan dalam

menjalankan tugas sebagai pendidik. Sehingga kinerja mereka pun menjadi

lebih baik jika dibandingkan dengan seorang guru yang mengajar tidak sesuai

dengan kemampuan dan latar belakang pendidikan yang dimiliki. Oleh sebab

itu, menurut Made Pidarta “menempatkan guru-guru hendaklah sesuai dengan

spesialisasi, kegemaran/keterampilan, dan atau wataknya.7

Apabila kepala sekolah dapat menempatkan guru-guru sesuai dengan

spesialisasi, keterampilan, dan wataknya. Berarti kepala sekolah sudah

mencoba membuat para guru tidak terlalu meraba-raba dalam melaksanakan

7
Made Pidarta, Peranan Kepala Sekolah pada Pendidikan Dasar, (Jakarta: PT.
Gramedia, 1995), h. 69.

6
tugas mereka dan membuat pekerjaan-pekerjaan itu menjadi agak jelas jika

dibandingkan dengan guru-guru yang mengajar di luar spesialisasinya. Begitu

pula dalam penempatan guru-guru untuk menangani kegiatan ekstrakurikuler

dan kegiatan lainnya untuk meningkatkan wawasan dan keterampilan siswa.

Selain itu, agar pengangkatan guru dan penempatan (pemberian tugas)

dapat dilakukan dengan tepat kepala sekolah menurut M. Ngalim Purwanto

harus memperhatikan beberapa hal berikut:

1. Pengangkatan dan penempatan guru hendaknya didasarkan atas hasil

seleksi dan kualifikasi yang telah diadakan sebelumnya.

2. Disesuaikan dengan kebutuhan yang sebenarnya dari sekolah yang

bersangkutan (sesuai dengan hasil supervisi dan laporan kepala

sekolah).

3. Jarak antara tempat tinggal guru dan sekolah. Jika perlu guru itu pindah

tempat mendekati sekolah. Lebih baik lagi jika di sekolah itu tersedia

perumahan guru-guru.

4. Untuk sekolah-sekolah tertentu, mungkin perlu pula dipertimbangkan

jenis kelamin dan status perkawinan (sudah kawin atau belum).

5. Latar belakang pendidikan dan pengalaman kerja sebagai guru.

6. Keahlian khusus dan hobi yang dimiliki.

7. Hal-hal lain yang mungkin masih diperlukan, sesuai dengan rencana

jangka panjang dari instansi atau sekolah yang bersangkutan.8

8
M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 1992), h. 98.

7
Di dalam ajaran Islam, Nabi Muhammad Saw juga sangat

memperhatikan masalah penempatan ini. Seseorang harus ditempatkan

menurut keahliannya sebab seseorang akan melakukan suatu pekerjaan

sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Misalnya seorang guru

harus ditempatkan atau diberikan tugas untuk mengajar mata pelajaran

sesuai dengan kualifikasi pendidikan dan kemampuan yang

dimilikinya.

Lebih-lebih lagi bagi seorang guru yang tugasnya sebagai seorang

pendidik. Oleh sebab itu, kepala sekolah dalam hal ini harus berusaha sedapat

mungkin agar guru yang mengajar mata pelajaran tertentu sesuai dengan

kemampuan dan latar belakang pendidikan mereka.

3. Pemberian Motivasi

Kata motivasi menurut bahasa (etimologi) berasal dari Bahasa Inggris

motivation yang berarti ”alasan, daya batin atau dorongan”.9 Di dalam Bahasa

Indonesia kata motivasi berasal dari kata motif. Motif menurut Kamus Praktis

Bahasa Indonesia berarti ”sebab-sebab yang menjadi dorongan tindakan

seseorang”.10 Sedangkan menurut istilah adalah alasan-alasan atau dorongan-

dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan individu berbuat/ melakukan

sesuatu”.11

Motivasi merupakan sesuatu yang sangat menentukan kinerja seorang

guru. Pemberian motivasi yang tepat dari seorang kepala sekolah akan

9
Imam Bawani, Segi-Segi Pendidikan Islam, (Surabaya: al-Ikhlas, 1987), h. 119.
10
K. Adi Gunawan, Kamus Praktis Bahasa Indonesia, (Surabaya: Kartika, 2003), h. 304.
11
M. Sastra Pradja, Kamus Istilah Pendidikan dan Umum, (Surabaya: Pasadama Presido,
1997), h. 304.

8
berpengaruh positif untuk kemajuan pendidikan. Kata yang hampir sama

artinya dengan motivasi adalah kata motif. Untuk memahami lebih jauh

tentang motivasi, Tadjab mengartikan ”motif adalah daya penggerak di dalam

diri orang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu

tujuan tertentu. Sedangkan arti kata motivasi menurut beliau adalah motif yang

sudah menjadi aktif pada saat-saat tertentu.”12

Menurut Sondang, motivasi merupakan ”Daya dorong bagi seseorang

untuk memberikan kontribusi yang sebesar mungkin demi keberhasilan

organisasi mencapai tujuannya. Dengan pengertian, bahwa tercapainya tujuan

organisasi berarti tercapai pula tujuan pribadi para anggota organisasi yang

bersangkutan.”31 Berdasarkan beberapa pengertian motivasi di atas. Jadi,

jelaslah bahwa seorang kepala sekolah dalam hal ini harus dapat memberikan

motivasi yang tepat bagi guru-guru agar melaksanakan tugas mereka dengan

sebaik-baiknya. Untuk meningkatkan motivasi para guru, menurut Made

Pidarta ada dua faktor, yang harus diperhatikan yaitu: ”faktor pemotivasi dan

faktor penghambat motivasi.”13 Faktor-faktor pemotivasi menurut beliau

adalah:

1. Hubungan dengan teman kerja.

2. Hubungan dengan atasan.

3. Kepemimpinan dari pihak atasan.

4. Disiplin kerja.

5. Keamanan dalam bekerja.


12
Tadjab, Ilmu Jiwa, (Surabaya: Karya Abditama, 1994), h. 101. 31
Sondang P. Siagian,
op. cit., h. 102.
13
Made Pidarta, op. cit., h. 48.

9
6. Tugas-tugas yang dikerjakan (terutama yang memantang).

7. Tanggung jawab dalam bekerja.

8. Supervisi atau pembinaan dari pihak atasan.14

Sedangkan faktor penghambat motivasi adalah:

1. Gaji dan kesejahteraan lainnya.

2. Kebutuhan atau pemenuhan motivasi individual.

3. Sarana bekerja.15

Apabila seorang kepala sekolah ingin meningkatkan motivasi para

guru. Faktor pemotivasi di atas harus ditingkatkan atau sering dilakukan.

Sedangkan untuk faktor penghambatnya harus diusahakan agar dipenuhi.

Maksudnya, apabila faktor pemotivasi ditingkatkan dan faktor penghambat

motivasi diusahakan terpenuhi maka motivasi para guru dalam bekerja akan

meningkat. Hal ini tentunya secara tidak langsung akan mempengaruhi kinerja

para guru.

Motivasi yang dapat diberikan kepala sekolah kepada guru bermacam-

macam. Mengenai macam-macam motivasi ini para ahli membaginya menurut

sudut pandang mereka masing-masing. Akan tetapi pada dasarnya pembagian

motivasi tersebut mengalami banyak persamaan. Oleh sebab itu, penulis dalam

hal ini hanya mengutip dua pendapat. Menurut Sartian, motivasi itu terbagi

atas dua macam, yaitu:

1. Psycological drive, yaitu dorongan-dorongan yang bersifat

fisiologis/jasmaniah, seperti lapar, haus, seks, dan sebagainya.

14
Ibid.
15
Ibid.

10
2. Social motives, yaitu dorongan-dorongan yang ada hubungannya

dengan manusia yang lain dalam masyarakat, seperti dorongan estetis,

dorongan ingin berbuat baik (etika dan sebagainya).16

Sedangkan menurut IG. Wursanto motivasi itu terbagi atas tiga macam,

yaitu Biogenetik, Sosiogenetik, dan Teogenetik.

1. Biogenetik; seseorang melakukan suatu pekerjaan dalam angka untuk

memenuhi kebutuhan biologisnya atau biologis keluarganya dan lain-

lain.

2. Sosiogenetik; seseorang melakukan suatu pekerjaan karena dalam

rangka untuk memenuhi kebutuhan sosialnya.

3. Teogenetik; seseorang melakukan suatu pekerjaan karena dalam rangka

untuk memenuhi perintah/anjurran Tuhan.17

Berdasarkan hal tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi

adalah dorongan yang berasal dari dalam diri seseorang untuk melakukan

suatu pekerjaan/perbuatan. Dorongan tersebut dapat berupa dorongan fisik,

non fisik, dan sosial. Apabila dikaitkan dengan ajaran Islam, kata motivasi

dikenal dengan istilah niat.

Niat sebelum melakukan suatu pekerjaan sangat penting artinya sebab

niat itulah nantinya yang akan menentukan dorongan yang positif atau negatif

pada diri seseorang. Mengenai niat ini Nabi Muhammad saw bersabda:

‫د بن‬II‫ر نى محم‬II‫ارى اال أ ب‬II‫عيد االنص‬II‫دثنا حي بن س‬II‫حدثناالحميدى عبدهللا بن الزبير اال حدثنا سفيان اال ح‬

‫ابراىيم التيمى انو سمع عل مة بن وااص اليثى ول سمعت عمر بن الخطاب رضي هللا عنو على المنبر اال‬
16
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000),
Cet. Ke-16, h. 61.
17
IG. Wursanto, Manajemen Kepegawaian, (Yogyakarta: Kanisius, 1989), h. 134-135.

11
‫ر و‬I‫انوى فمن نت ىج‬I‫رئ م‬I‫ل ام‬I‫ا لك‬I‫ انما األعمل بالنيات وانم‬:‫سمعت رسول هللا صلى هللا عليو وسلم ول‬
37
(‫ )رواه البخارى‬.‫الى نيا صيبها اوامرأة نكحها فهجر و الى ماىجراليو‬

Berdasarkan hadits di atas dapat dipahami bahwa perbuatan yang

dilakukan oleh seseorang tidak lepas dari adanya dorongan yang berasal dari

dalam. Dorongan tersebut dapat berupa niat. Niat yang baik hasil yang

didapatkan juga akan baik sebab seseorang akan melakukan suatu pekerjaan

dengan ikhlas. Sebaliknya, niat yang tidak baik juga berakibat yang tidak baik

pula sebab pekerjaan yang dilakukan sudah didasari dengan hal yang tidak

baik.

4. Melaksanakan Pembinaan Dan Pengembangan

Pembinaan dan pengembangan dalam Bahasa Inggris menurut Murhan

Zuhri dikenal dengan istilah Staff Development. Pembinaan dan

Pengembangan Staf (Staff Development) adalah ”suatu kegiatan yang

dirancang untuk meningkatkan ilmu pengetahuan, skill, dan pemahaman guru

dan staf lainnya dalam rangka untuk mencapai sejumlah perubahan yang

positif dan produktif melalui pendidikan dan latihan”.38

Untuk meningkatkan kinerja guru-guru, kepala sekolah harus

mengikutsertakan guru-guru dalam setiap kegiatan pendidikan dan pelatihan

yang berhubungan dengan profesi mereka sebagai seorang pendidik. Untuk

meningkatkan ilmu pengetahuan, skill, dan pemahaman guru kegiatan yang

dapat diikuti seperti penataran, seminar, work shop, diklat, dan lain-lain. Selain

itu, kepala madrasah juga harus mengikutsertakan guru-guru dalam setiap

12
kegiatan Kelompok Kerja Guru (KKG) atau Musyawarah Guru Mata Pelajaran

(MGMP) dan mendorong mereka agar aktif dalam kegiatan tersebut.

Selain itu, kepala sekolah juga bisa mengusahakan agar guru-guru

dapat melanjutkan pendidikan mereka ke jenjang yang lebih tinggi dari

sebelumnya. Apabila kemampuan seorang guru dapat ditingkatkan maka

kinerja mereka juga turut meningkat. Yang pada akhirnya proses belajar

mengajar yang mereka laksanakan juga akan lebih mudah untuk mencapai

tujuan yang diinginkan.

Agar para guru mau meningkatkan profesionalisme mereka kepala

sekolah juga harus dapat memberikan dorong kepada mereka dengan

memperhatikan

beberapa prinsip. Prinsip-prinsip tersebut adalah:

1. Para tenaga kependidikan akan bekerja lebih giat apabila kegiatan yang

dilakukannya menarik dan menyenangkan.

2. Tujuan kegiatan perlu disusun dengan jelas dan diinformasikan kepada

para tenaga kependidikan sehingga mereka mengetahui tujuan dia

bekerja. Para tenaga kependidikan juga dapat dilibatkan dalam

penyusunan tujuan tersebut.

3. Para tenaga kependidikan harus selalu diberitahu tentang hasil dari

setiap pekerjaannya.

4. Pemberian hadiah lebih baik daripada hukuman, namun sewaktu-waktu

hukuman juga diperlukan.

13
5. Usahakan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kependidikan dengan

jalan memperhatikan kondisi fisiknya, memberikan rasa aman,

menunjukkan bahwa kepala sekolah memerhatikan mereka, mengatur

pengalaman sedemikian rupa sehingga setiap pegawai pernah

memperoleh kepuasan dan penghargaan.18

Berdasarkan penjelasan-penjelasan sebelumnya jelaslah bahwa kepala

sekolah harus berusaha sedapat mungkin untuk meningkatkan kinerja guru-

guru. Baik melalui pemberian contoh teladan yang baik, penempatan

(pemberian tugas) yang tepat, pemberian motivasi, maupun melaksanakan

pembinaan dan pengembangan. Semuanya harus berjalan selaras dan seimbang

agar proses belajar mengejar dapat berjalan dengan sebaik-baiknya untuk

mewujudkan tujuan dari pendidikan nasional yang dilaksanakan.

B. Kinerja Guru

1. Pengertian Guru

Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh manusia untuk

meningkatkan produktifitasnya serta menyiapkan dirinya dalam menghadapi

problematika kehidupan. Mutu pendidikan yang baik akan menghasilkan

sumber daya manusia yang baik pula. Pendidikan tak lepas dari adanya seorang

guru yang memiliki peran yang sangat penting akan keberhasilan pendidikan

yang dicita-citakan.

Guru adalah seseorang yang mengabdi pada pendidikan yakni

mengajarkan suatu ilmu, mendidik, mengarahkan dan melatih siswa dalam

18
E. Mulyasa, op. cit., h. 121-122.

14
pengembangan potensinya. Pengertian guru menurut UU No. 14 Tahun 2005

tentang Guru dan Dosen adalah:

“seorang tenaga kerja profesioal yang memiliki tugas utama untuk

mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan , melatih, menilai dan

mengevaluasi peserta didik pada perbaikan anak usia dini melalui jalur formal

pendidikan dasar dan pendidikan menengah”19

Dalam literatur kependidikan Islam, guru adalah murabbi, muallim dan

muaddib. Murabbi berasal dari kata rabba yurabbi yang memiliki arti

membimbing, mengasuh, dan mengurus. Selanjutnya, muallim berasal dari

kata ‘allama yu’allimu yang memiliki arti mengajar. Kemudian muaddib

berarti pendidik yang berasal dari kata addaba yang memiliki arti mendidik.20

Berdasarkan pengertian diatas, dapat dipahami bahwa guru adalah

seseorang yang mengabdi pada pendidikan dan merupakan suatu jabatan atau

pekerjaan yang memiliki peran dan tugas penting dalam mengembangkan

sumber daya manusia dengan segala kompetesi yang dimiliki. Guru adalah

seseorag yang siap dengan tugas dan tanggungjawab sebagai pemegang

kendali generasi penerus bangsa.

2. Tugas guru

Mengacu pada uraian diatas, seorang guru memiliki peran yang sangat

penting dalam pendidikan serta memiliki tugas dan tanggungjawab untuk

19
Pitalis Mawardi, Penelitian Tindakan Kelas, Penelitian Tindakan Sekolah Dan Best
Practise, (Bandung: Citra Aditia Bakti, 2020), h. 53.
20
Dewi Indah Kusuma & Ali Mashar, Nilai-Nilai Profetik Dalam Kepemimpinan Modern
Pada Manajemen Kinerja, (Lampung: Cv. Gre Publishing, 2019), h.8.

15
mengajar dan mendidik siswa yang bepengetahuan dan berakhlak. Tugas

utama guru adalah sebagai berikut:

a. Mengajar siswa

Guru memiliki tugas untuk mengajar siswa yang berarti seorang guru

wajib mentransfer ilmu yang dimiliki kepada siswa dalam proses belajar

mengajar dengan strategi yang disesuaikan. Dalam hal ini, tujuannya adalah

untuk meningkatkan intelektual siswa.

b. Mendidik siswa

Lain halnya dengan mengajar atau mentransfer ilmu kepada siswa,

mendidik siswa terfokus pada pengubahan perilaku atau tingkah laku siswa

menjadi lebih baik. Proses ini lebih sulit dilakukan karena karakter siswa

berbeda-beda dan memerlukan penanganan yang berbeda pula. Seorang guru

diharapkan mampu menjadi teladan yang baik untuk siswanya sehingga siswa

dapat meniru teladan tersebut dan memiliki karakter yang baik serta sesuai

norma dan nilai yang berlaku.

c. Melatih siswa

Dalam hal ini, guru memiliki tugas untuk dapat melatih siswa dalam

pengembangan potensinya berupa keterampilan dan kecakapan dasar.

d. Membimbing dan mengarahkan

Siswa mungkin mengalami problematika dalam proses

pembelajarannya. Maka seorag guru memiliki tugas untuk membimbing dan

mengarahkan siswa ke arah yang tepat serta membantu siswa dalam

memecahkan masalahnya perihal pedidikan.

16
e. Memberikan dorongan atau motivasi

Motivasi sangatlah penting untuk menyemangati seseorang.guru

hendaknya selalu memberikan motivasi kepada siswa agar siswa tergerak dan

berusaha untuk meningkatkan kualitas dirinya dengan belajar. Motivasi

tersebut dapat berupa apresiasi maupun nasehat.21

Dalam Undang-Undang No. 14 tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen

Pasal 20 telah memaparkan tugas keprofesioalan guru yang terdiri dari:

a. Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran, yang

bermutu serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran.

b. Meningkatkan dan mengembagkan kualifikasi akademik dan kompetesi

secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahua,

teknologi dan seni.

c. Bertindak objektif dan tidak diskrimininatif atas dasar pertimbangan jenis

kelamin, agama, suku, ras dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang

keluarga dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran.

d. Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum dan kode etik

guru, serta nilai-nilaiagama dan etika.

e. Memelihara dan memupuk rasapersatuan dan kesatuan bangsa.

Selanjutnya secara detail, tugas guru yang dilihat pada Buku Pedoman

Penghitungan Kerja Guru adalah sebagai berikut:

a. Merencanakan pembelajaran yakni membuat Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP).

21
Pitalis Mawardi, Penelitian Tindakan Kelas, Penelitian Tindakan Sekolah Dan Best
Practise..., h. 54

17
b. Melaksanakan pembelajaran, yakni pelaksanaan dari RPP.

c. Menilai hasil pembelajaran, yakni serangkaian kegiatan memperoleh,

menganalisis dan menafsirkan data proses hasil belajar siswa yang

dilaksanakan dengan tes maupun non tes.

d. Membimbing dan melatih siswa, yakni memberikan bimbingan dan arahan

kepada siswa untuk memperlancar kegiatan belajarnya.

e. Melaksanakan tugas tambahan, yakni tugas struktural maupun khusus. 22

3. Tanggung Jawab Guru

Tanggung jawab adalah perilaku yang mengikat dan dapat menentukan

keberhasilan suatu pekerjaan. Terkait dengan guru, tanggung jawab sangatlah

diharapkan melekat pada diri guru dalam melaksanakan tugas-tugasnya secara

profesional. Secara umum, tanggung jawab yang harus diemban oleh guru

adalah sebagai berikut:

a. Tanggung Jawab Dalam Pengembangan Moral

Moral adalah suatu tindakan positif yang dilakukan oleh manusia.

Dalam hal ini, guru memiliki tanggung jawab untuk senantiasa menjunjung

tinggi nilai-nilai susila di lingkungan sekolah misalnya dalah bertutur kata dan

berperilaku yang baik pada saat pembelajaran berlangsung.

b. Tanggung Jawab Dalam Bidang Pendidikan

Sebagai seorang pendidik, guru bertanggung jawab untuk

melaksanakan pekerjaannya dengan baik serta tidak menutup diri untuk terus

meningkatkan kinerjanya. Misalnya merencanakan pelaksanaan pembelajaran,

menerapkan metode yang sesuai, memanfaatkan media yang tersedia serta


22
Mohamad Ali, Strategi Penelitian Pendidikan, (Bandung: Angkasa, 1992), h. 44.

18
megikuti bentuk peningkata kualitas diri seperti pelatihan, diklat, seminar atau

sejenisya.

c. Tanggung Jawab Dalam Bidang Kemasyarakatan

Dalam hal ini, guru bertanggung jawab untuk senantiasan menjaga

ataupun membangun hubungan sosial dengan masyarakat sekitar.

d. Tanggung Jawab Dalam Bidang Keilmuan

Dalam hal ini ditekankan tentang sisi kesadaran guru dalam

memperluas wawasannya serta menambah keilmuannya yang nantinya dapat

diterapkan dalam proses belajar mengajar. Selain itu, terdapat enam tanggung

jawab guru dalam mengembangkan profesinya, diantaranya adalah sebagai

berikut:

1) Tanggug Jawab Guru Sebagai Pengajar

Dalam hal ini, guru dituntut untuk memiliki kemampuan, pengetahuan

serta keterampilan dalam mengajar. Guru hendaknya melakukan berkreasi dan

berinovasi agar tercipta suasanan pembelajaran yang menyenagkan.

2) Tanggung Jawab Guru Sebagai Pembimbing

Guru hendaknya memberi bantuan kepada siswa yang kesulitan dlam

belajarnya. Maka, guru bertanggung jawab dalam pembinaan pribadi dan

mental siswa.

3) Tanggung Jawab Guru Sebagai Administrator

19
Dalam hal ini guru hendaknya mampu mengatur dan mengelola tata

laksana kelas seperti halnya melaksanakan absensi, jadwal piket kelas,

mengatur tata ruang kelas dan sejenisnya.

4) Tanggung Jawab Guru Dalam Mengembangkan Kurikulum

Guru adalah figur penting dalam melaksanakan kurikulum. Guru

hendaknya mencari gagasan dan ide baru guna menyempurakan pengajaran

yang dilakukan.

5) Tanggung Jawab Mengembangkan Profesi

Guru dituntut untuk terus bergerak untuk meningkatkan kualitas dirinya

sehingga mampu melaksanakan tugas dan perannya dengan baik. Selain itu,

guru hendaknya memiliki kesadaran dalam dirinya akan segala tugas dan

perannya yang sangat penting bagi siswa.

6) Tanggung Jawab Dalam Membina Hubungan Dengan Masyarakat.

Dalam hal ini guru berperan sebagai lokomotif yang mampu

menjembatani hubungan sekolah sekolah dengan masyarakat dalam

mengembangun pendidikan. Guru harus menyadari bahwa sekolah termasuk

bagian integral masyrakat dan sekolah adalah ruang pembaharu bagi kehidupan

masyarakat.23

Demikian tanggung jawab sebagai seorang guru yang merupakan

penolong yang berarti guru mampu mengubah dunia dengan membentuk

sumber daya manusia khususnya generasi penerus bangsa yang unggul dan

mampu bersaing dalam globlalisasi.

4. Kompetensi Guru
23
Umar, Pengantar Profesi Keguruan, (Depok: Rajawali Pers, 2019), h.59.

20
Kompetensi-kompetensi yang harus digalakkan dalam rangka

peningkatan kinerja guru yang telah tercantum dalam Peraturan Pemerintah

Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan diantaranya

kompetensi profesional,kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogi serta

kompetensi sosial.24

Berikut penjelasan mengenai keempat kompetensi tersebut:

a. Kompetensi Profesional

Profesional berasal dari kata sifat yang memiliki arti pekerjaan atau

pencaharian sedangkan sebagai kata benda perofesional berarti orang yang

memiliki kemampuan atau keahlian melalui pengajaran atau pendidikan

seperti dokter, guru, perawat, pilot, dan sebagainya.25

Pekerjaan profesional atau kemampuan profesional adalah suatu

keahlian yang dimiliki oleh seseorang dalam suatu bidang yang tidak harus

didapat melalui pendidikan namun juga dapat diasah atau ditigkatkan

dengan tekun dalam mempelajari dan melatihnya.26Jadi, berdasarkan

pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa profesional merupakan

suatu profesi atau pekerjaan dengan keahlian yang terus diasah baik melalui

pendidikan atau pelatihan secara formal maupun nonformal.

Selanjutnya, kompetensi profesional merupakan kemampuan guru

dalam menguasai materi atau bahan ajar secara mendalam dan secara luas

yang memungkinkannya membimbing siswa dalam memenuhi standar

24
Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru: Motivasi Kerja, Kepemimpinan Kepala
Sekolah, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 30.
25
M. Uzair Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995),
h. 14.
26
Mohamad Ali, Strategi Penelitian Pendidikan..., h. 23.

21
kompetensi.27 Guru sebagai tenaga profesional diharapkan mampu

meningkatkan kualitas atau mutu sekolah serta mencetak generasi yang

unggul dan kerakhlak mulia yang mampu menerapkan segala ilmu yang

telah dipelajarinya dalam kehidupan yang sebenarnya.

Terdapat lima hal yang harus dimiliki oleh guru profesional,

diantaranya adalah komitmen tertinggi bagi guru adalah siswa, guru wajib

menguasai materi dan mampu menyampaikan materi tersebut dengan baik,

guru memantau hasil belajar siswa melalui evaluasi yang sesuai, guru

mampu berpikir sistematis serta mampu mengambil pelajaran dari

pengalaman dan guru wajib memiliki hubungan yang harmonis dengan

masyarakat.28

Berikut adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh guru

profesional:

1) Guru harus mampu mengenal siswa dengan baik dan secara mendalam.

2) Guru harus mampu menguasai bidang ilmu sumber bahan ajaran baik

dari segi substansi dan metodologi bidang ilmu maupun pengemasan

bidang ilmu menjadi bahan ajar.

3) Guru harus mampu mengadakan pembelajaran yang mendidik dan

bermakna yang mencakup perancanganprogram pembelajaran,

imolementasi program pembelajaran, melaksanakan penilaian, serta

memanfaatkan penilaian sebagai perbaikan atau penyempurnaan

pembelajaran.

27
Iwan Wijaya, Profesional Teacher, (Sukabumi: CV. Jejak, 2018), h. 25.
28
Ibid, h. 28.

22
4) Mengembangkan kompetensi profesional secara berkelanjutan dengan

mengikuti berbagai pelatihan atau workshop.29

b. Kompetensi kepribadian

Kompetensi kepribadian merupakan salah satu kemampuan personal

yang harus dimiliki oleh guru dengan mencerminkan kepribadian yang baik,

berwibawa, bijaksana, arif serta berakhlak mulia dan dapat menjadi suri

tauladan ysng baik untuk siswanya. Undang-Undang Nomor 14 menyatakan

bahwa “guru sekurang-kurangnya memiliki kompetennsi kepribadian yang

mencakup kepribadian yang beriman dan bertaqwa, berakhlak mulia, arif

dan bijaksana, mantap demokratis, berwibawa, stabil, dewasa, jujur, sportif,

menjadi teladan bagi peserta didik, secara objektif mengevaluasi kinerja

sendiri dan mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.”30

Seorang guru hendaknya memiliki kemampuan yang berkaitan

dengan kemantapan dan integritas guru. aspek-aspek yang diamati adalah:

1) Berperilaku sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan

nasional Indonesia.

2) Pribadi yang jujur, berakhlah mulia, teladan bagi peserta didik dan

masyarakat.

3) Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan

berwibawa; menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa

bangga menjadi guru.

29
Hamidullah Ibda Dan Dian Marta Wijayanti, Siapkah Saya Menjadi Guru Sd
Revolusioner, (Semarang: Kalam Nusantara, 2014), h.37.
30
Muhammad Dahlan dan Muhtarom, Menjadi Guru Yang Bening Hati, (Yogyakarta: CV.
Budi Utama, 2012), h.50.

23
4) Rasa percaya diri.

5) Menjunjung tinggi kode etik guru.31

Guru yang memiliki kompetensi tersebut diatas sudah pasti ia mampu

melakukan tuntutan profesi atau pekerjaan sebagai guru dengan baik. Guru

yang memiliki kepribadian yang mantap atau baik mampu berpikir maupun

bertindak secara dewasa dan mandiri dapat menjadi role model bagi siswa

maupun masyarakat.

b. Kompetensi pedagogi

Guru memiliki tugas utama yakni mengajar dan mendidik siswa di

dalam kelas maupun di luar kelas. Siswa memerlukan berbagai

pengetahuan, keterampilan dan pengalaman untuk memajukan dirinya

dalam menghadapi dinamika kehidupan. Siswa merupakan generasi bangsa

yang kelak akan meneruskan estafet kepemimpinan negara. Badan Standar

Nasional Pendidikan mengemukakan kompetensi pedagogis meliputi :

1) Mampu memahami wawasan atau landasan kependidikan.

2) Mampu memahami tentang peserta didik.

3) Mampu mengembangan kurikulum/silabus.

4) Mampu merancang pembelajaran.

5) melaksanakan pembelajaran yang mendidik dan dialogis.

6) Mengadakan evaluasi hasil belajar.

7) Membimbing dan memfasilitasi peserta didik untuk mengaktualisasikan

berbagai potensi yang dimilikinya.

31
Iwan Wijaya, Profesional Teacher..., h. 23.

24
Pemahaman guru terhadap konsep pendidikan sangatlah penting

untuk membuat guru sadar akan posisinya ditengah masyarakat serta

perannya dalam upaya mencerdaskan generasi bangsa. Dimulai dari hakekat

pendidikan itu sendiri, konsep pendidikan seumur hidup, pengaruh sekolah,

masyarakat, dan keluarga, inovasi pendidikan, sistem pendidikan nasional,

serta fungsi dan peran lembaga pendidikan. Guru wajib menyadari akan

pentingnya tugas dan perannya. Guru harus mampu menjaga sikap di

sekolah dan masyarakat serta mampu menentukan cara untuk memenuhi

kualifikasinya sebagai guru profesional.Selanjutnya mengenai pemahaman

peserta didik atau siswa. Seorang guru wajib mengetahui karakteristik

siswa-siswanya agar dapat menentukan model maupun metode yang

digunakan pada proses pembelajaran. Dengan adanya ketepatan penggunaan

model maupun metode pembelajaran yang disesuaikan dengan karakter

siswa, diharapkan siswa mampu menyerap ilmu yang disampaikan oleh guru

dengan baik. Guru wajib mengetahui dan mengenal segala hal yang ada

pada siswanya dimana hal tersebut sangat berpengaruh pada proses

pendidikannya. Baik kemampuannya, kelebihannya, keunggulannya,

kekurangan atau hambatan yang ada, memahami perkembangan siswa serta

faktor dominan yang mempengarui siswa tersebut.

Guru yang baik adalah guru yang menganggap siswa adalah anak

kandungnya sendiri dimana guru tersebut sudah pasti akan memberikan hal

yang terbaik untuk anaknya. Guru tidak hanya mengajar untuk menstrasfer

ilmu, namun guru juga harus mampu mendorong siswa untuk menerapkan

25
ilmu-ilmu yang telah diajarkan. Adanya komunikasi atau interaksi yang

baik, adalah kunci utama keberhasilan guru dalam mengenal siswanya.

Selanjutnya terkait dengan pengembangan silabus atau kurikulum,

guru merupakan tokoh penting dalam keberhasilan penerapan kurikulum

yang telah ditentukan. Kurikulum merupakan suatu rencana dan pengaturan

yang sengaja dibuat mengenai isi, tujuan serta bahan pengajaran dan metode

atau cara yang akan digunakan sebagai pedoman kegiatan pembelajaran

agar proses pembelajaran dapat terlaksana dengan efektif dan efisien

sehingga tujuan pendidikan dapat dicapai dengan maksimal.32

Kemampuan, keterampilan serta pengetahuan guru dapat

mempengaruhi keberhasilan penerapan dan aktualisasi kurikulum yang telah

ditentukan. Maka dari itu kesadaran guru untuk terus menjelajah ilmu dalam

dunia pendidikan, memperluas wawasan serta terus mengasah

keterampilannya sangat diperlukan. Selain itu, guru dituntut untuk terus

berkreasi dan berinovasi dalam pembelajaran sehingga mampu membangun

minat belajar siswa menjadi aktif.

Proses yang harus diperhatikan guru dalam pengembangan

kurikulum adalah menyusun tujuan umum dan tujuan khusus,

mengidentifikasi materi yang tepat dan memilih strategi belajar dan

mengajar yang sesuai.33

Kurikulum yang diterapkan di Indonesia saat ini adalah kurikulum

2013. Kemudian hal-hal yang harus dikerjakan olehguru dalam


32
Umar, Pengantar Profesi Keguruan..., h. 180.
33
Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru: Motivasi Kerja, Kepemimpinan Kepala
Sekolah..., h. 35.

26
imlpementasi kurikulum 2013 adalah mendidik peserta didik dengan baik,

mengajar peserta didik dengan benar, membimbing peserta didik dengan

tertib, melatih peserta didik dengan gigih, mengembangkan jiwa inovatif

pesertadidik yang variatif, memberi contoh dan teladan yang baik, meneliti

dengan sepenuh hati, mengembangkan kreatifitas peserta didik secara

tuntas, serta melaksanakan penilaian pembelajaran.34

Terkait dengan perancangan pembelajaran, seorang guru harus

mengetahui apa saja yang akan ia sampaikan kepada siswa serta

menemtukan metode yang tepat dalam penyampaian tersebut. Perancangan

pembelajaran berfungsi sebagai acuan guru dalam proses pembelajaran.

Selanjutnya, pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis adalah

bagaimana seorang guru dapat mengelola kelasnya menjadi aktif. Seorang

guru harus mampu membangun interaksi yang aktif dengan siswa dengan

cara menciptakan pembelajaran yang menarik, menantang dan tidak

monoton. Salah satu keberhasilan pembelajaran adalah adanya respon atau

interaksi yang aktif antara guru dan siswa. Berikutnya adalah evaluasi hasil

belajar. Evaluasi merupakann proses atau kegiatan yang menghasilkan

tingkat deskripsi angka mengenai karkteristik tertentu yang bersifat

kuantitatif serta diperoleh berdasarkan prosedur yang berlaku dan dibantu

dengan instrumen khusus yang telah dirancang.35

34
Marwiyyah, dkk, Perencanaan Pembelajaran Kontemporer Berbasis Penerapan
Kurikulum 2013, (Yogyakarta: CV. Budi Utama, 2018), h.34.
35
Zulkifli Matondang, Evaluasi Hasil Belajar, (medan: Yayasan Kita Menulis, 2019), h.
8.

27
Berdasarkan pengertian diatas, maka evaluasi hasil belajar adalah

suatu kegiatan penilaian yang sistematis melalui tes untuk mengukur

keberhasilan siswa dalam proses pengajaran. Berikut tujuan evaluasi hasil

belajar:

a) Menilai ketercapaian (accomplishment) tujuan. Tujuan evaluasi akan

menentukan metode evaluasi yang diterapkan oleh guru.

b) Mengukur macam-macam aspek belajar yang bervariasi seperti

kognitif,psikomotor dan afektif.

c) Sebagai sarana untuk mengetahui apa yang inngin siswa ketahui.

d) Memotivasi belajar siswa.

e) Menyediakan informasi untuk tujuan bimbingan dan konseling.

f) Menjadikan hasil evaluasi sebagai dasar perubahan kurikulum.

Selanjutnya, berikut adalah langkah-langkah penyusunan evaluasi:

a) Menentukan tujuan evaluasi. Penentuan tujuan evaluasi sangatlah penting

karena apabila tidak ada penentuan tersebut maka evaluasi tersebut tidak

memiliki arah dan kehilangan arti serta fungsinya,

b) Penyusunan kisi-kisi soal. Kisi-kisi soal dibuat untuk membatasi ruang

lingkup dan isi tes.

c) Telaah soal merupakan analisis soal yang bertujuan untuk mengurangi

kesalahan yang meliputi materi, konstruksi dan bahasa.

d) Uji coba yakni usaha untuk mendapatkan informasi empirik tentang

sejauh mana soal yang dibuat mampu mengukur yang hendak diukur.

28
e) Penyusunan soal. Soal tes harus disusun secara terpadu seperti urutan

nomor soal, jenis soal serta tata soal yang dapat mempengaruhi validitas

tes.

f) Penyajian tes. Hal yang perlu diperhatikan dalam penyajian tes adalah

waktu penyajian, petunuk pengerjaan,tempat siswa, serta hal-hal yang

menyangkut administrasi.

g) Scoring atau pemeriksaan yang bertujuan untuk mendapatkan informasi

kuantitatif dari siswamengenai tesnya.

h) Pengolahan hasil tes. Setelah tahap pemeriksaan, maka hasil pemeriksaan

tersebut diolah untuk mendapatkan rangking, mean, mediandan modus.

i) Pelaporan hasil tes. Yakni pelaporang hasil tes oleh guru kepada siswa

maupun wali murid untuk mendapatkan respon atau umpan balik serta

untuk mengetahui mutu pembelajaran yang telah dilaksanakan.

j) Pemanfaatan hasil tes. Hasiltes dapat dimafaatkan untuk tujuan perbaikan

atau penyempurnaan proses dan sistem pembelajaran serta sebagai sarana

untuk pengambilan keputusan. 36

Selanjutnya adalah pengembangan siswa untuk mengaktualisasikan

berbagai potensi yang dimiliki. Peran guru yang penting tersebut menuntut

tanggung jawab guru untuk menjadi individu yang memiliki pengetahuan

yang luas, keterampilan dan moral yang tinggi. Guru diharapkan mampu

menuntun atau membimbing siswanya dalam pengembangan potensinya

sehingga kualitas siswa maupun pendidikan tersebut meningkat.

36
Ajat Rukayat, Teknik Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: CV. Budi Utama, 2018), h.
17

29
c. Kompetensi sosial

Lembaga sekolah tidak akan berjalan dengan baik atau bahkan tidak

akan berkembang tanpa adanya hubungan yang baik antar warga sekolah

dan antara warga sekolah dengan masyarakat karena pada dasarnya manusia

adalah makhluk sosial.

2. Pengertian Kinerja Guru

Kinerja merupakan output atau pencapaian kerja seseorang maupun

individu dalam tanggung jawabnya atau tugasnya untuk mewujudkan tujuan

organisasi pada kurun waktu tertentu secara legal. Kinerja adalah indikasi

kompetensi yang jelas dengan tugas yang nyata dimana kinerja tidak hanya

berbicara mengenai hasil, namun juga proses pencapaian.37 Kinerja merupakan

bentuk pelaksanaan fungsi-fungsi seseorang maupun lebih, kinerja adalah

suatu tindakan, kinerja adalah suatu prestasi yang dicapai, dan kinerja adalah

suatu keterampilan.38

Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa kinerja

merupakan suatu usaha dengan niat dan tekad yang dilakukan oleh seseorang

maupun lebih sehingga mampu meraih tujuan yang dicita-citakannya dengan

ketentuan yang berlaku.

Guru merupakan sesosok yang digugu dan ditiru khususnya oleh siswa,

yang berarti seseorang yang dapat dipercaya dan diyakini akan segala sesuatu

yang ia sampaikan serta seseorang yang dapat menjadi panutan atau suri

37
Dewi Indah Kusuma & Ali Mashar, Nilai-Nilai Profetik Dalam Kepemimpinan Modern
Pada Manajemen Kinerja..., h. 113.
38
Rismawati dan Mattalata, Evaluasi Kinerja Penilaian Kinerja Atas Dasar Prestasi
Kerja Berorientasi Kedepan, (Makasar: Celebes Perkasa, 2018), h. 2.

30
tauladan bagi siswa. Peran guru sangatlah penting karena guru adalah faktor

penentu keberhasilan proses pembelajaran yang berujung pada tercapainya

keberhasilan pendidikan. Untuk itu, adalah wajib bagi seorang guru untuk terus

berupaya dalam berbenah diri dan meningkatkan kinerjanya agar menjadi guru

yang profesional dan berkompenten agar mampu menghadapi dinamika

pendidikan.

Kinerja guru merupakan suatu usaha atau upaya yang ditempuh oleh

guru dalam meningkatkan kompetensi atau kualitasnya yang berguna untuk

membimbing dan mendidik siswa untuk kemajuan dirinya. Kinerja guru adalah

suatu unjuk kerja yang dilaksanakan oleh guru untuk memenuhi kewajibannya

atau tugasnya sebagai pendidik. Hal tersebut harus dilakukan karena kualitas

guru dapat mempengaruhi kualitas pendidikan karena guru merupakan pihak

yang lebih banyak berinteraksi atau bersentuhan langsung dengan siswa.39

Kinerja guru adalah suatu pemberdayaan guru yang dilaksanakan oleh

kepala sekolah sebagai pemimpin dimana dalam hal ini guru diharapkan dapat

memiliki rasa percaya diri untukmeningkatkan produktivitas kerja guna

meningkatkan mutu pendidikan. Secara sederhananya, kinerja guru merupakan

usaha sadar yang dilakukan oleh guru maupun kepala sekolah sebagai

pemimpin dalam meningkatkan kualitas atau kompetensi guru dalam rangka

melaksanakan peran dan tugas atau kewajibannya dalam dunia pendidikan

sehingga output yang dihasilkan adalah meningkatnya mutu pendidikan.

39
Erjati Abas, Magnet Kepemimpinan Kepala Madrasah Terhadap Kinerja Guru,
(Jakarta: PT. Alex Media Komputindo, 2007), h. 2.

31
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru

Guru adalah pemegang kendali pendidikan dimana gurumemiliki

peranan penting dalam terwujudnya tujuan pendidikan. Dalam melaksanakan

tugas maupun perannya sebagai guru, tak lepas dari faktor-faktor yang

mempengaruhi kinerjanya. Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja

guru: “Faktor individu yang meliputi kemampuan, keterampilan, latar belakang

keluarga, pengalaman tingkat sosial dan demografi seseorang; faktor

psikologis yang meliputi persepsi, peran, sikap, kepribadian, motivasi dan

kepuasan kerja; faktor organisasi yang meliputi struktur organisasi, desain

pekerjaan, kepemimpinan, sistem penghargaan.40

Lebih lanjut, Suwanto menjelaskan bahwa terdapat dua faktor yang

mempengaruhi kinerja guru yakni faktor internal dan faktor eksternal. Berikut

penjelasannya:41

1. Faktor internal

Faktor internal yang dimaksud merupakan hal-hal yang berada di

dalam guru tersebut yang meliputi kesehatan jasmani dan rohani, motivasi,

kompetensi serta minat yang dimiliki. Ada kalimat yang sering didengar

bahwa kesehatan adalah mahal harganya. Serta lebih baik mencegah dari

pada mengobati. Kalimat tersebut memang bennar adanya bahwa kesehatan

merupakan hal yang sangat penting karea dapat mempengaruhi aktivitas

sehari-hari. Lebih baik mencegah dari pada mengobati. Adanya antisipasi

40
Moehariono, Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2012), h. 66.
41
Suwanto, Budaya Kerja Guru, (Lampung: CV. Gre Publishing, 2019), h. 57.

32
atau usaha untuk tetap menjaga kesehatan adalah hal yang lebih baik

daripada terlanjur merasakan sakit.

Seorang guru sebaiknya menjaga kesehatannya agar ia mampu

bekerja dengan baik dan tidak mengganggu suasana pembelajaran di dalam

maupun di luar kelas sehingga proses pembelajaran dapat dilaksanakan

dengan iklim yang kondusif dan sehat serta tidak terjadi penularan penyakit.

Mengkonsumsi makanan yang bergizi akan menghasilkan energi yang

mampu mempengaruhi produktivitas kerja.

Selanjutnya adalah motivasi. Kurangnya motivasi yang didapatkan

oleh guru entah itu dari dirinya, teman sejawat, pemimpin atau orang

disekitarnya dapat membuat kecenderungan dalam malas bertugas. Motiv

berasal dari kata movere kemudian menjadi motion yang memiliki arti gerak

atau dorongan. Atau dapat diartikan daya dorongan atau suatu penyebab

seseorang melakukan suatu kegiatan dengan tujuan yang telah ditentukan.

Jadi, dapat diartikan bahwa motivasi adalah sesuatu yang mampu

menggugahatau memdorong seseorang agar timbul kemauan untuk

melakukan sesuatu dalam pencapaian tujuan yang diinginkan.

Motivasi sangatlah penting adanya karena motovasi merupakan

pemasok daya guru untuk melaksankan tugasnya dengan penuh suka cita

dan tanggung jawab. Semakin tinggi motivasi guru, maka semakin tinggi

pula kesadaran dan tanggung jawabnya sebagai guru sehingga dapat

meningkatkan produktivitas atau kinerjanya.

33
Selain itu, minat merupakan faktor yang penting pula.Minat adalah

kegairahan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Guru yang bertugas

dengan minatnya yang tinggi, maka ia akan menampakkan produktivitas

kerjanya.42Terkadang ditemui guru yang kurang minat dalam tugasnya

karema suatu urusan yang tidak sesuai. Hal tersebut dapat mengakibatkan

kurang maksimalnya suatu pekerjaan. Berikutnya mengenai kompetensi

yang berarti kemampuan seseorang dalam menjalankan tugasnya dengan

segala pengetahuan, dan keterampilan yang ia miliki. Faktor individu yang

mempengaruhi kinerja guru berkaitan dengan kemampuan. Kemampuan

berasal dari kata mampu yang berarti sanggup menjalankan atau melakukan

sesuatu. Kemudian kemampuan berarti kesanggupan, kekuatam dan

kecakapan

2. Faktor eksternal

Faktor eksternal guru merupakan faktor yang dipengaruhi oleh hal-

hal diluar diri guru yang meliputi lingkungan dalam arti luas, supervisi, serta

sarana dan prasarana. Lingkungan yang dimaksud adalah: “lingkungan

dalam pengertian khusus dan umum. Lingkungan dalam arti umum adalah

seluruh faktor manusia, kondisi atau lainnya yang berada diluar diri guru.

Misalnya lingkungan sekolah, masyarakat, keluarga dan sebagainya. Dalam

artian sempit, lingkungan bagi guru adalah lingkungan kelas dimana ia

mengajar dan berinteraksi dengan siswa secara terbatas”.43

42
Ibid, h. 82.
43
Ibid, h. 83.

34
Lingkungan yang positif serta kebijakan guru dalam bertindak atau

kesanggupan guru dalam beretika, akan mempengaruhi kegiatan guru dalam

proses pembelajaran dan berpengaruh terhadap perilaku siswanya yang

menganggap bahwa guru adalah suri tauladan yang patut untuk dicontoh.

D. Indikator-Indikator Kinerja Guru

Secara rinci, berikut merupakan indikator-indikator kinerja guru:

1. Kinerja guru sebagai administrator

Guru dituntut untuk tertib dalam administrasi sehingga ia dapat

melaksanakan manajemen pedidikan dengan tertib. Pelaksanaan administrasi

tersebut diantaranya adalah perencanaan pembelajaran yang tertuang dalam

silabus, RPP, skenario, dan sebagainya. Selanjutnya guru dapat menuliskan

atau mengadministrasikan dengan baik proses dan kejadian selama

pembelajaran berlangsung. Kemudian melaksanakan penilaian proses dan hasil

belajar dan mengadministrasi presensi siswa.

2. Kinerja guru sebagai pengajar

Pada saat mengajar, guru harus memperhatikan banyak hal yang dapat

mempengaruhi keberhasilannya dalam melaksanakan tugas. Guru hendaknya

mampu mengajar secara efektif dan efisien serta tidak keluar dari batas tujuan

pembelajaran. Kemudian hendaknya guru mampu menyampaikan materi

dengan memperhatikan karakter dan kebutuhan siswa. Selanjutnya guru

hendaknya mampu mengelola kelas, siswa dan pembelajaran dengan model,

strategi dan metode yang tepat yang disesuaikan dengan keadaan siswa. Selain

itu, seorang guru hendaknya melaksanakan evaluasi pembelajaran secara

35
objektif dan efektif serta melaksanakan tidak lanjut berdasarkan respon yang

objektif.

3. Kinerja guru sebagai pembimbing

Guru adalah orang tua bagi siswa di sekolah. Maka dari itu, seorang

guru hendaknya mampu membangun kedekatan dengann siswa dengan

membangun komunikasi yang aktif dan positif. tugas guru dalam hal ini adalah

dengan memotivasi dan mengarahkan siswa untuk mengasah kemampuannya

sehingga mamou mencapai tujuan pembelajaranya dengan maksimal. Serta

membantu dna memfasilitasi siswa mengenai bahan ajar dan media. Kemudian

guru juga harus mampu menghadapi dan mencari solusi terhadap permasalahan

atau kesulitan yang dihadapi oleh siswa yang menyebabkan dirinya kesulitan

dalam belajar.44

44
Ibid, h. 78.

36
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Dari beberapa pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa

setidaknya ada empat upaya yang dapat dilakukan oleh kepala madrasah untuk

meningkatkan kinerja guru. Di antara upaya-upaya tersebut ialah Pemberian

Contoh Teladan Yang Baik, Penempatan (Pemberian Tugas) Yang Tepat

Pemberian Motivasi, Melaksanakan Pembinaan Dan Pengembangan.

Sedangkan definisi kinerja merupakan output atau pencapaian kerja

seseorang maupun individu dalam tanggung jawabnya atau tugasnya untuk

mewujudkan tujuan organisasi pada kurun waktu tertentu secara legal. Kinerja

adalah indikasi kompetensi yang jelas dengan tugas yang nyata dimana kinerja

tidak hanya berbicara mengenai hasil, namun juga proses pencapaian. Kinerja

merupakan bentuk pelaksanaan fungsi-fungsi seseorang maupun lebih, kinerja

adalah suatu tindakan, kinerja adalah suatu prestasi yang dicapai, dan kinerja

adalah suatu keterampilan.

Suwanto menjelaskan bahwa terdapat dua faktor yang mempengaruhi

kinerja guru yakni faktor internal dan faktor eksternal, yakni Faktor internal

yang dimaksud merupakan hal-hal yang berada di dalam guru tersebut yang

meliputi kesehatan jasmani dan rohani, motivasi, kompetensi serta minat yang

dimiliki. Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang dipengaruhi oleh

37
hal-hal di luar diri guru yang meliputi lingkungan dalam arti luas, supervisi,

serta sarana dan prasarana.

B. Saran

Penulis makalah menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam

penulisan makalah ini. Baik dari penulisan, sumber dan isi yang disajikan

dalam makalah ini. Oleh karena itu terdapat beberapa saran terkait peningkatan

kinerja guru pada tingkatan madrasah ibtidaiyah ini, yakni:

1. Hendaknya dalam meningkatkan kinerja guru pada ruang Lingkup

Madrasah Ibtidaiyah harus diperketat dengan tata tertib peraturan sesuai

dengan kode etik guru.

2. Harus ada kesadaran dari guru Madrasa Ibtidaiyah itu sendiri untuk

meningkatkan kinerjanya sebagai tenaga pengajar dan tauladan bagi siswa

dan siswinya.

38
DAFTAR PUSTAKA

W.J.S. Poerwodarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta:Balai


Pustaka,1984.

Yusak Burhanuddin, Adminisrasi Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia, 1998.

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1999.

Sondang P. Siagian, Teori & Praktek Kepemimpinan, Jakarta: Rineka Cipta, 2003.

Made Pidarta, Peranan Kepala Sekolah pada Pendidikan Dasar, Jakarta: PT.
Gramedia, 1995.

M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung: PT.


Remaja Rosdakarya, 1992.

Imam Bawani, Segi-Segi Pendidikan Islam, Surabaya: al-Ikhlas, 1987.

K. Adi Gunawan, Kamus Praktis Bahasa Indonesia, Surabaya: Kartika, 2003.

M. Sastra Pradja, Kamus Istilah Pendidikan dan Umum, Surabaya: Pasadama


Presido, 1997.

Tadjab, Ilmu Jiwa, Surabaya: Karya Abditama, 1994.

M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,


2000.

IG. Wursanto, Manajemen Kepegawaian, Yogyakarta: Kanisius, 1989.

Pitalis Mawardi, Penelitian Tindakan Kelas, Penelitian Tindakan Sekolah Dan


Best Practise, Bandung: Citra Aditia Bakti, 2020.

Dewi Indah Kusuma & Ali Mashar, Nilai-Nilai Profetik Dalam Kepemimpinan
Modern Pada Manajemen Kinerja, Lampung: Cv. Gre Publishing, 2019.

Mohamad Ali, Strategi Penelitian Pendidikan, Bandung: Angkasa, 1992.

Umar, Pengantar Profesi Keguruan, Depok: Rajawali Pers, 2019.

Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru: Motivasi Kerja, Kepemimpinan


Kepala Sekolah, Jakarta: Kencana, 2011.

M. Uzair Usman, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,


1995.

39
Iwan Wijaya, Profesional Teacher, Sukabumi: CV. Jejak, 2018.

Hamidullah Ibda Dan Dian Marta Wijayanti, Siapkah Saya Menjadi Guru Sd
Revolusioner, Semarang: Kalam Nusantara, 2014.

Muhammad Dahlan dan Muhtarom, Menjadi Guru Yang Bening Hati,


Yogyakarta: CV. Budi Utama, 2012.

Marwiyyah, dkk, Perencanaan Pembelajaran Kontemporer Berbasis Penerapan


Kurikulum 2013, Yogyakarta: CV. Budi Utama, 2018.

Zulkifli Matondang, Evaluasi Hasil Belajar, Medan: Yayasan Kita Menulis, 2019.

Ajat Rukayat, Teknik Evaluasi Pembelajaran, Yogyakarta: CV. Budi Utama,


2018.

Rismawati dan Mattalata, Evaluasi Kinerja Penilaian Kinerja Atas Dasar Prestasi
Kerja Berorientasi Kedepan, Makasar: Celebes Perkasa, 2018.

Erjati Abas, Magnet Kepemimpinan Kepala Madrasah Terhadap Kinerja Guru,


Jakarta: PT. Alex Media Komputindo, 2007.

Moehariono, Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi, Jakarta: Raja Grafindo


Persada, 2012.

Suwanto, Budaya Kerja Guru, Lampung: CV. Gre Publishing, 2019.

40

Anda mungkin juga menyukai