Anda di halaman 1dari 23

REKAYASA IDE

PROFESI KEPENDIDIKAN

“PENTINGNYA PROFESIONALISASI GURU DI INDONESIA”

Nama : Putri Yuwanda


NIM : 7193141024
Kelas : Reguler B
DosenPengampu : Dra.Risma, M.Pd.

PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI
2019
i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa.


karena dengan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini
tepat pada waktunya.
Maksud dari penyusunan makalah ini adalah sebagai salah satu
komponen penilaian dan dapat dijadikan sebagai salah satu pegangan
dalam proses belajar mengajar mata kuliah Profesi Kependidikan, serta
dengan harapan untuk memotivasi penulis sehingga mampu memahami
segala pembahasan dan aplikasi yang berkaitan dengan pembelajaran
tersebut.
Terima kasih kepada dosen mata kuliah Profesi Kependidikan
Dra.Risma, M.Pd. atas bimbingannya, sehingga penulis bisa
menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak
luput dari kesalahan dan kekurangan, oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan
makalah ini.

Akhir kata, penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi kami
semua dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Medan, April 2020

Penulis

i
RINGKASAN
Peningkatan mutu pendidikan dapat dicapai melalui berbagai cara
antara lain: melalui peningkatan kualifikasi pendidik dan tenaga
kependidikan lainnya, pelatihan dan pendidikan, atau dengan
memberikan kesempatan untuk menyelesaikan masalah pembelajaran
dan non pembelajaran secara profesional lewat penelitian tindakan
secara terkendali.
Upaya peningkatan kualitas pendidik dan tenaga kependidikan
lainnya untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi saat menjalankan
tugasnya akan memberi dampak positif. Pertama, kemampuan dalam
menyelesaikan masalah pendidikan yang nyata akan semakin meningkat.
Kedua, penyelesaian masalah pendidikan dan pembelajaran melalui
sebuah investigasi terkendali akan dapat meningkatkan kualitas isi,
masukan, proses, dan hasil belajar. Ketiga, peningkatan profesionalisme
pendidik dan tenaga kependidikan lainnya.
Penelitian tindakan kelas merupakan suatu bentuk penelaahan
atau inkuiri melalui refleksi diri yang dilakukan oleh peserta kegiatan
pendidikan tertentu seperti guru dan atau kepala sekolah dalam situasi
sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki rasionalitas dan
kebenaran serta keabsahan dari praktik sosial atau kependidikan.
Penelitian ini bertujuan untuk menanggulangi masalah atau kesulitan
dalam pendidikan dan pengajaran, melaksanakan program pelatihan,
memberikan pedoman bagi guru, untuk perbaikan suasana sistem
keseluruhan sekolah, dan juga memasukkan unsur-unsur pembaharuan
dalam sistem pendidikan dan pengajaran.
ii

Dengan demikian, PTK mempunyai peranan yang sangat penting


terhadap profesionalisme guru. dengan selalu melakukan refleksi diri,
penelitian terhadap dirinya dalam melaksankan tugas profesionalnya ,
seorang guru akan senantiasa mencari cara penyelesaiannya sehingga
kualitas pembelajaran yang dilaksanakan guru akan akan meningkat dan
berpengaruh dalam jangka panjangnya yaitu kualitas pendidikan.

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………………i

RINGKASAN………………………………………………………………………………………………..i
i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………….iv

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………………1

a. Latar Belakang
b. Tujuan
c. Manfaat

BAB II IDENTIFIKASI PERMASALAHAN PROFESI KEPENDIDIKAN……………..3

a. Permasalahan Umum Profesi Kependidikan di Indonesia


b. Indentifikasi permasalahan

BAB III SOLUSI DAN PEMBAHASAN……………………………………………………………7

BAB IV PENUTUP…………………………………………………………………………………….10

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………………11

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Menurut Undang-undang No.14 Tahun 2005 tentang guru dan
dosen dinyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Definisi tersebut
menuntut agar guru memiliki kualifikasi akademik, kompetensi dan
sertifikat pendidik. Untuk menghasilkan kualifikasi akademik yang
baik diperlukan sejumlah kompetensi yang meliputi kompetensi
pedagogik, kepribadian, sosial dan professional. Kompetensi-kompetensi
tersebut tersebut diperlukan oleh seorang guru untuk dapat meraih.
sertifikat pendidik sebagai bukti keprofesionalannya.
Pengembangan keprofesionalan guru sangat terkait dengan
kegiatan penelitian, khususnya Penelitian Tindakan Kelas (PTK), sebagai
bahan menyusun Karya Tulis Ilmiah (KTI). PTK pada hakekatnya
merupakan kegiatan ilmiah yang dapat digunakan sebagai bahan
refleksi untuk kegiatan Pembelajaran di kelas secara ilmiah dan
dapat dipertanggung jawabkan. Karena PTK merupakan penelitian yang
dilakukan oleh guru dikelasnya sendiri berdasarkan permasalahan yang
dialaminya.
Melalui PTK diharapkan guru dapat berkolaborasi dengan sejawat
dalam merancang, melaksanakan dan merefleksikan tindakan secara
kolaboratif dan partisipatif. Hal tersebut menjadi permasalahan bagi
guru yang dengan kesibukan kesehariannya mengajar guru kurang
menyadari bahwa dirinya juga memerlukan peningkatan
keprofesionalannya melalui penelitian yang dapat dilakukan langsung
pada kegiatan Pembelajaran di kelas.

6
1
Oleh karena itu dengan melakukan PTK, guru dapat berkembang
dan meningkatkan kinerjanya secara professional, karena guru mampu
menilai, merefleksi diri dan mampu memperbaiki pembelajaran yang
dikelolanya. Dalam hal ini, guru tidak lagi hanya seorang praktisi yang
sudah merasa puas terhadap apa yang dikerjakan selama ini, namun juga
sebagai peneliti dibidangnya yang selalu ingin melakukan perbaikan-
perbaikan pembelajaran yang inovatif dan kreatif sehingga seorang guru
mampu meningkatkan keprofesionalisme dalam dirinya.

1.2. Tujuan Ide


Tujuan penulisan rekayasa ide ini adalah :

1. Meningkatkan wawasan pegetahuan guru mengenai penelitian


pendidikan.
2. Mendorong para guru untuk lebih meningkatkan profesionalismenya
sebagai pendidik.

1.3. Manfaat Ide


Rekayasa ide ini diharapkan dapat memeberikan manfaat berupa :

1. Bagi Penulis : Merupakan wawasan baru


sebagai mahasiswa yang akan menjadi seorang
guru mengenai upaya peningkatan
profeionalisme guru melalui penelitian
tindakan kelas.

2. Bagi Guru : Bermanfaat untuk


meningkatkan kompetensi professional guru
melalui penelitian tindakan kelas.

7
2

BAB II
IDENTIFIKASI PERMASALAHAN POFESI PENDIDIKAN

2.1 Permasalahan Umum Profesi Kependidikan


Sebagai salah satu pusat kebudayaan dan peradaban, dunia pendidikan
tak pernah bisa terlepas dari dinamika dan perkembangan masyarakatnya.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut masyarakat
untuk melakukan perubahan sehingga mampu mengikuti perkembangan
zaman. Peran pengetahuan sangat penting bagi setiap masyarakat yang
mau meningkatkan kemampuannya mengikuti persaingan yang kompetitif
dalam krisis multi dimensional. Oleh karena itu, dunia pendidikan juga
perlu bersikap lentur dan adaptif terhadap perubahan. Berbicara mengenai
permasalahan pendidikan, maka kegiatan pembelajaran di dalam kelas
menjadi faktor yang sangat esensial untuk dikaji dan dievaluasi serta
dirancang ataupun diperbaiki kembali untuk tercapainya tujuan pendidikan.
Di abad ke-21 ini pendidikan seharusnya mampu mengarahkan pelajar agar
dapat beradaptasi dalam situasi baru yang muncul dalam diri dan
lingkungannya. Pada kondisi seperti itu maka diperlukan kemampuan untuk
belajar bagaimana belajar (learning how to learn) dan belajar sepanjang
hayat (life long education).
Jika kita membahas tentang profesionalisasi maka tak lepas dari
sertifikasi. Istilah sertifikasi dalam makna kamus berarti surat keterangan
dari lembaga berwenang yang diberikan kepada jenis profesi dan sekaligus
pernyataan terhadap kelayakan profesi untuk melaksanakan tugas.
Sertifikasi secara yuridis menurut ketentuan pasal 1 ayat (11) UUGD adalah
proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru atau dosen. Adapun yang
berkaitan dengan sertifikasi guru, dijelaskan dalam pasal 1 ayat (7), bahwa
sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru.

8
3

Sertifikasi guru merupakan pemenuhan kebutuhan untuk meningkatkan


kompetensi profesional. Proses sertifikasi dipandang sebagai bagian
esensial dalam upaya memperoleh sertifikat kompetensi sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan. Sertifikasi merupakan sarana atau instrumen
untuk mencapai suatu tujuan, bukan tujuan itu sendiri. Perlu ada
kesadaran dan pemahaman dari semua pihak bahwa sertifikasi adalah
sarana untuk menuju kualitas. Kesadaran dan pemahaman ini akan
melahirkan aktivitas yang benar, bahwa apapun yang dilakukan adalah
untuk mencapai kualitas. Kalau seorang guru kembali masuk kampus untuk
meningkatkan kualifikasinya, maka belajar kembali ini bertujuan untuk
mendapatkan tambahan ilmu pengetahuan dan keterampilan, sehingga
mendapatkan ijazah sarjana.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) mencatat
jumlah guru yang tersertifikasi di Indonesia belum mencapai 50%.
Sertifikasi menjadi ukuran dalam menentukan kelayakan profesi.
Persentase guru yang tersertifikasi paling banyak terdapat di jenjang
pendidikan sekolah menengah pertama (SMP) sebesar 48,44%. Persentase
terbanyak selanjutnya terdapat di jenjang pendidikan sekolah dasar (SD)
sebesar 45,77%. Sementara, persentase terkecil di jenjang sekolah
menengah kejuruan (SMK) yang hanya sebesar 28,49%.
Patut disepakati, persoalan rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia
tentu tidak bisa dijawab dengan cara mengubah kurikulum. Atau bahkan
mengganti menteri atau dirjen. Kualitas pendidikan hanya bisa dijawab
oleh kualitas guru. Guru yang professional, guru yang berkualitas adalah
jaminannya. Tanpa perbaikan kualitas guru maka kualitas pendidikan akan
tetap “jauh panggang dari api”, akan tidak memadai. Bayangkan saja, dari
3,9 juta guru yang ada saat ini, masih terdapat 25% guru yang belum

9
4

memenuhi syarat kualifikasi akademik dan 52% guru belum memiliki


sertifikat profesi. Di sisi lain, seorang guru dalam menjalankan tugasnya
harus memiliki standar kompetensi yang mencakup: kompetensi pedagogik,
kepribadian, sosial, dan profesional.

2.2 Identifikasi Permasalahan


Dari permasalahan umum di atas dapat ditarik beberapa permasalahan
sehingga persentase guru di Indonesia belum mencapai 50%. Permasalahan
tersebut di antaranya :
1. Belum berijazah S-1/D-4
Salah satu syarat mengikuti PPG (Dalam Jabatan) adalah
berkualifikasi akademik sarjana S-1 dari jurusan/program studi yang
terakreditasi. Sehingga bagi yang belum, atau masih menempuh
pendidikan sarjana akan tertolak sebagai peserta, meskipun TMT (masa
mengajar) nya sudah lama.
Hal ini dibuktikan dengan adanya pemecatan 1.965 guru yang
belum sarjanan di Kabupaten Simalungun pada tahun 2019. Hal ini
membuktikan bahwasannya banyak guru di daerah pelosok yang belum
memiliki gelar sarjana. Hal ini terjadi karena kurangnya tenaga
pengajar di daerah perbatasan atau pelosok.
2. Ijazah tidak linear dengan Program Studi PPG
Selain harus minimal sarjana, ijazah yang dimiliki harus linear
dengan tugas mengajar. Ijazah yang tidak linear akan menyebabkan
tertolaknya guru mengikuti sertifikasi/PPG. Contohnya, di ijazah tertera
jurusan bahasa inggris, tidak linear jika mengajar sebagai guru kelas
SD.

10
5

Secara keseluruhan, berdasarkan data 33 Provinsi, diketahui


bahwa ketidaksesuaian untuk Guru SD mencapai 29% dan yang linear
mencapai 71%. Angka ketidaksesuaian ini tentunya sangat besar karena
jika dilihat dari jumlah berkisar 369.814 dari 1.510.938 Guru SD di
Indonesia.
3. Program peningkatan keprofesian berkelanjutan (PKB) guru yang rendah.
Masih banyak guru yang “tidak mau” mengembangkkan diri untuk
menambah pengetahuan dan kompetensinya dalam mengajar. Guru
tidak mau menulis, tidak membuat publikasi ilmiah, atau tidak inovatif
dalam kegiatan belajar. Guru merasa hanya cukup mengajar.
4. Rekrutmen guru yang tidak efektif.
Karena masih banyak calon guru yang direkrut tidak melalui
mekanisme yang professional, tidak mengikuti sistem rekrutmen yang
dipersyarakatkan. Kondisi ini makin menjadikan kompetensi guru
semakin rendah.
5. Kurang Update Informasi
Jadi meski sudah memenuhi syarat, informasi adanya program
sertifikasi belum sampai kepada guru yang bersangkutan. Ataupun jika
sampai, batas waktunya sudah terlewat. Meski tampak sepele, faktanya
hal ini sering terjadi. Contohnya PPG tahun lalu, banyak yang terlambat
mengetahui bahwa namanya terundang sebagai peserta pretest di
SIMPKB.

11
6

BAB III
SOLUSI DAN PEMBAHASAN

Guru adalah Profesi khusus. Tidak semua orang yang berminat


menjadi guru dapat menjadi guru yang baik. Tugas utama guru adalah
membimbing dan mendidik siswa dengan menguasai bahan ajar,
menyusun instrumen penilaian, menyusun rencana kegiatan
pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, mengevaluasi
hasil pembelajaran dan mengadakan kegiatan tindak lanjut serta tugas
lainnya. Tetapi untuk menjadi guru di negeri ini sangatlah mudah. Asal
memiliki ijasah S1 FKIP bisa melamar dan mengajar dimana saja.
Apalagi jika suatu sekolah terdesak oleh kebutuhan guru, bisa asal
terima saja tanpa mempertimbangkan kemampuan guru tersebut
terutama dalam memberikan kegiatan pembelajaran yang bermutu.
Belum lagi jika rekrutmen tersebut memprioritaskan hubungan
kekerabatan atau "titipan", bukan seleksi mutu, rekam jejak atau
prestasinya. Bila dahulu membayangkan bahwa guru adalah insan
intelektual dan jenius, sekarang jauh dari hal tersebut.

Syarat utama menjadi guru harusnya adalah Sertifikat Profesi yang


diraih setelah lulus UKA, PLPG dan UKG. Dengan alat uji tersebut guru
dianggap menguasai empat kompetensi dasar; Profesional, Pedagogik,
Kepribadian dan Sosial. Dan dari ke empat kemampuan dasar tersebut
kemampuan professional (kemampuan akademis) dan kemampuan
pedagogik (ilmu kependidikan) merupakan yang terpenting tanpa
mengesampingkan kemampuan kepribadian dan sosial.

12
7

Dengan ke empat kompetensi dasar tersebut guru diharapkan


menguasai bidang ilmunya masing-masing, menguasai ilmu
kependidikan, mampu menjadi pribadi dan teladan di masyarakat untuk
melaksanakan tugas utamanya menyusun rencana, melaksanakan dan
mengevaluasi pembelajaran dengan baik dalam kegiatan pembelajaran
sehari-hari yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, menyenangkan dan
tetap bermutu. Sehingga seharusnya guru profesional yang layak
bersertifikat dan menerima tunjangan profesi adalah guru yang telah
lulus UKA, PLPG, UKG dan melaksanakan tupoksinya dengan baik. Mutu
guru yang rendah diawali dengan rekrutmennya yang kurang tepat.

Materi tes CPNS Guru selama ini hanya mencakup; Tes Wawasan
Kebangsaan, Tes Intelejensi Umum dan Tes Karakteristik Kepribadian
yang tidak mencakup ke empat kemampuan dasar guru yg diinginkan
dalam rangka peningkatan mutu guru dan guru profesional. Sehingga
lulusan tes CPNS Guru belum tentu menguasai keempat kompetensi
dasar tersebut. Wajar saja jika selama ini mutu guru memprihatinkan
karena Pemerintah tidak mengangkat guru yang sudah profesional.
Ibarat menyeleksi pemain Timnas Sepakbola yang diuji hanya Wawasan
Kebangsaan dan Nasionalisme tanpa mengukur Kemampuan Fisik,
Teknik, Strategi dan Mental/Pengalaman Bertandingnya. Terkesan aneh.
Solusi untuk mengatasi semua hal tersebut adalah dengan
menciptakan sebuah aplikasi untuk calon guru atau pun untuk guru yang
ingin menambah kompetensinya. Rancangan aplikasi ini berama “
Teachers Learning “. Aplikasi ini harusnya berisi mengenai informasi
seputar keguruan. Sehingga untuk para calon guru tidak ketinggalan

13
8

informasi dan mengerti syarat apa saja untuk menjadi seorang guru
yang berkualitas. Selain itu apliaksi ini haruslah berisini tentang seputar
informasi pelatihan yang akan diikuti seorang guru serta berisi tentang
soal latihan dan pembahasan ketika seorang calon guru akan mengikuti
sertifikasi. Kemendikbud sebaiknya merilis aplikasi ini sehingga tidak
ada berita yang simpang siur mengenai keguruan.

Selain itu perlunya pengawasan lebih dari kemendikbud dalam


mengawasi jalannya pendidikan di Indonesia. Jangan sampai guru yang
belum mengalami profesionalisasi lolos dari pandangan kemendikbud.
Karena guru ibaratkan sebagai seorang dokter. Untuk bisa
menyembuhkan seorang yang sakit dibutuhkan seorang dokter, karena
dokter lah yang ahli dalam bidang tersebut. Jika dikaitkan dengan
bidang pendidikan, seorang yang belum mengalami pendidikan maka ia
sedang dilanda penyakit ketidaktahuan atau kebodohan. Maka
dibutuhkan seorang guru yang ahli dalam mengatasi penyakit kebodohan
tersebut. Penyakit kebodohan tidak bisa diatasi oleh seorang guru yang
abal-abal. Selain itu dibutuhkan juga kerja sama antar tenaga
pendidikan.

14
9

BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Persoalan rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia tentu tidak
bisa dijawab dengan cara mengubah kurikulum. Atau bahkan mengganti
menteri atau dirjen. Kualitas pendidikan hanya bisa dijawab oleh
kualitas guru. Guru yang professional, guru yang berkualitas adalah
jaminannya. Tanpa perbaikan kualitas guru maka kualitas pendidikan
akan tetap “jauh panggang dari api”, akan tidak memadai. Pada tahun
2019 jumlah guru yang sudah sertifikasi belum mencapai 50%. Hal itu
terjadi karena masih banyaknya guru yang belum sarjana, tidak sesuai
dengan landasan pendidikannya, kurangnya informasi, dan tidak mau
mengikuti sertifikasi. Hal tersebut bisa diatasi dengan pengadaan tes
CPNS untuk guru dibedakan dengan tes CPNS lainnya, pembuatan
aplikasi teachers learning oleh kemendikbud, dan kerja sama antara
tenaga pendidikan.
3.2 Rekomendasi
Perlunya pengawasan lebih dari kemendikbud dalam mengawasi
jalannya pendidikan di Indonesia. Jangan sampai guru yang belum
mengalami profesionalisasi lolos dari pandangan kemendikbud. Karena
guru ibaratkan sebagai seorang dokter. Untuk bisa menyembuhkan
seorang yang sakit dibutuhkan seorang dokter, karena dokter lah yang
ahli dalam bidang tersebut. Jika dikaitkan dengan bidang pendidikan,
seorang yang belum mengalami pendidikan maka ia sedang dilanda
penyakit ketidaktahuan atau kebodohan. Maka dibutuhkan seorang guru
yang ahli dalam mengatasi penyakit kebodohan tersebut. Penyakit
kebodohan tidak bisa diatasi oleh seorang guru yang abal-abal. Selain
itu dibutuhkan juga kerja sama antar tenaga pendidikan.

15
10

DAFTAR PUSTAKA
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/12/12/guru-sertifikasi-belum-
sampai-50
file:///C:/Users/LENOVO/Downloads/document.pdf
file:///C:/Users/LENOVO/Downloads/3914-19-1-SM.pdf
file:///C:/Users/LENOVO/Downloads/document%20(1).pdf
file:///C:/Users/LENOVO/Downloads/5055-Article%20Text-8797-1-10-
20171217.pdf

16
11

17
18
19
20
21
22
23

Anda mungkin juga menyukai