Anda di halaman 1dari 2

Andi Sang Penolong

Hari senin seolah menjadi hari yang paling membuat setiap orang malas untuk melakukan aktivitas apa
saja. Di hari ini tepatnya di Sekolah Dasar 37 Palambarae Kecamatan Gantarang sedang melakukan
upacara penaikan bendera sebagai tanda untuk selalu mengenang jasa pahlawan tanpa tanda jasa.
Terlihat teman-temanku dan semua siswa dan guru beserta jajarannya secara khidmat mengikuti
serangkaian acara upacara bendera.

Hari ini sebelum berangkat ke sekolah jujur saja aku belum sarapan sama sekali. Aku terbiasa jarang
sarapan semenjak ibuku pergi meninggalkan aku selamanya bersama bapak di rumah. Cuaca panas
begitu membuat keringatku bercucuran sampai terasa baju yang kupakai basa setengah. Kemudian
tenggorokan terasa kering karena belum tersentuh dengan air sama sekali. Alhamdulillah upacara telah
selesai hingga aku bisa berlari ke kelas untuk meneguk air sampai dahaga ini terbalaskan sudah.

"Hai Andi," ucap Anti melambaikan tangan di depanku karena kaget melihat raut wajahku yang terus
kepanasan karena terik matahari benar-benar membuatku kepanasan.

Kutatap mata Anti seketika, bisa dibilang Anti adalah teman dari sejak kelas satu sampai menginjak kelas
lima sekarang. Aku selalu bersama-sama dengannya. Bisa dikatakan Anti itu sudah kuanggap saudaraku
sendiri.

"Andi, kamu jangan melamun terus nanti setan di kelas bisa masuk ke tubuhmu dan bisa gentayangan di
kelas," ucapnya lalu tertawa terbahak-bahak sampai-sampai aku ikut tertawa juga.

"Kamu bisa aja sih Anti, mana ada setan di pagi hari, hehehe," ucapku sambil melihat ke arah depan
kelas. Mataku tiba-tiba saja melihat adik kelasku sedang memegang perutnya yang terlihat sedang
menahan sakit. Bisa aku tebak, pasti dia juga belum sarapan sama sepertiku.

"Anti, ayo kita keluar yuk lihat adik kelas kita, kayaknya dia kelaparan sama sepertiku," ujarku berjalan
diiringi Anti di sampingku.

Kami berjalan cuman beberapa menit untuk sampai di depannya sekarang sambil terus memegang
perutnya.

"Hai dek, kamu kenapa? Kok kayaknya perutmu sakit sekali kakak perhatikan?" Ucapku berbicara
dengan mensejajarkan dirinya yang duduk.

"Hmmm ... aku belum makan kak dari semalan dan tadi pagi aku juga belum makan soalnya ibu bapak
sedang sakit di rumah. Tapi ibu bapakku terus saja menyuruhku sekolah agar tidak ketinggalan
pelajaran," ucapnya yang membuatku ikut bersedih.
"Ya Allah dek, semoga ibu bapakmu cepat sembuh ya, Aamiin," ucapku dengan ikhlas agar adik kelasku
bisa tenang sedikit.

"Dek, kakak punya uang jajan sedikit, kamu terima ya belikan makanan di kanting biar kamu tidak ikut
sakit juga. Kalau kamu sakit tidak ada yang merawat ibu bapakmu yang sedang sakit." Kesedorkan uang
ke tangannya hingga tiba-tiba aku melihatnya menangis terharu.

"Terima kasih banyak ya kak, semog Allah yang membalas kebaikan kakak," ucapnya.

"Aamiin, sama-sama ya dek," aku pergi meninggalkannya bersama Anti agar kembali ke kelas sebelum
pelajaran dimulai.

Selama 45 menit pelajaran telah berlangsung dan tiba waktunya istirahat. Aku bersama Anti tinggal di
kelas karena uangku sudah habis untuk adik kelasku tadi.

"Andi, aku salut kepadamu karena suka bantu orang lain walaupun kamu juga kekurangan. Karena hari
ini uangmu sudah tak ada, ayo kita makan bersama. Alhamdulillah mama masak banyak hari ini sampai
bekalku saja kebanyakan." Ucapnya sambil membuka bekal makanannya.

Masya Allah hari ini aku begitu bahagia, karena tanpa kita sadari jika kita sering bersedekah atau
membantu saudara kita maka Allah akan selalu memberikan pertolongannya kepada hambanya. Itulah
pesan ibuku yang selalu kuingat. Terima kasih ibu. Semoga kelak kits bisa bersatu di surganya Allah.
Aamiin.

Anda mungkin juga menyukai