Anda di halaman 1dari 24

PROPOSAL BAHASA INDONESIA

Hubungan Guru Satu Dengan Guru Lainnya Dalam Meningkatkan Mutu


Pendidikan di Lingkungan Sekolah

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
o Amaliyah Ramadhani
o Adila Putri
o Alya Fahrah
o Ashar
o Muhammad Fadli

XI MIPA 3
2022/2023
LEMBAR PENGESAHAN

Kami yang bertanda tangan di bawah ini


Menyatakan bahwa proposal yang telah kami buat ini adalah sah dan asli hasil diskusi yang kami
kerjakan sebaik-baiknya. Dengan ini kami kelompok 1 kelas XI MIPA 3 angkatan 2022/2023
menyerahkan proposal ini pada:

Hari/tanggal : Selasa, 31 Mei 2022


Tempat : SMAN 2 Maros
Pukul : 11.00
Oleh : Amaliyah Ramadhani

Camba, 30 Mei 2022

Mengetahui dan menyetujui

Guru Bahasa Indonesia Ketua Kelompok 1

HERAWATI HASYIM, S.pd AMALIYAH RAMADHANI


KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya.
Proposal penelitian ini membahas tentang hubungan guru satu dan guru lainnya dalam
meningkatkan mutu pendidikan di lingkungan sekolah.
dalam penyusunan proposal ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi
dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Olehnya itu, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan proposal ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan
Yang Maha Esa.
Penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk
penyempurnaan proposal selanjutnya.
Akhir kata semoga proposal ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.

Camba, 31 Mei 2022

Penyusun
DAFTAR ISI
JUDUL…………………………………………………………………………… i
LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………………….. ii
KATA PENGANTAR………………………………………………………….. iii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………. iv
BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………………. 1
A. Latar Belakang……………………………………………………….. 2
B. Rumusan Masalah…………………………………………………… 3
C. Tujuan………………………………………………………………… 3
D. Manfaat……………………………………………………………….. 4
BAB II KAJIAN TEORI……………………………………………………….. 5
A. Mutu Pendidikan……………………………………………………... 5
1. Pengertian Mutu Pendidikan………………………………..... 5
2. Peningkatan Mutu Pendidikan……………………………….. 6
B. Motivasi Kerja Guru……………………………………………….... 7
C. Peran Guru Profesional……………………………………………… 8
D. Kepribadian Guru…………………………………………………… 9
BAB III METODE PENELITIAN…………………………………………… 10
A. Jenis Penelitian……………………………………………………… 10
B. Teknik Pengumpulan Data…………………………………………. 10
C. Subjek dan Sasaran Penelitian……………………………………… 11
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……………………… 13
A. Hasil Penelitian………………………………………………………. 13
B. Pembahasan………………………………………………………….. 14
BAB V PENUTUP……………………………………………………………… 17
A. Kesimpulan…………………………………………………………… 17
B. Saran………………………………………………………………….. 17
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………19
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Guru adalah elemen kunci dalam sistem pendidikan, khususnya disekolah. Hal ini

disebabkan Karena guru merupakan titik sentral dalam pembaharuan dan peningkatan

mutu pendidikan, dengan kata lain salah satu persyaratan penting bagi terwujudnya

pendidikan yang bermutu adalah apabila pelaksanaanya dilakukan oleh pendidik-

pendidik yang keprofesialannya dapat di andalkan. Tinggi rendahnya mutu hasil belajar

siswa banyak tergantung pada kemampuan mengajar guru. Apabila guru memiliki

kemampuan mengajar yang baik, maka akan membawa dampak peningkatan iklim

belajar mengajar yang baik. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan faktor utama

yang menentukan keberhasilan pembangunan bangsa. Kualitas pendidikan memiliki arti

bahwa lulusan pendidikan memiliki kemampuan yang sesuai, sehingga dapat

memberikan kontribusi yang tinggi bagi pembangunan. Kualitas pendidikan, terutama

ditentukan oleh proses mengajar tersebut guru memegang peran yang penting.

Mutu pendidikan sering diartikan sebagai karakteristik jasa pendidikan yang

sesuai dengan kriteria tertentu untuk memenuhi kepuasan pendidikan, yakni peserta

didik, orang tua, serta pihak-pihak berkepentingan lainnya. Guru adalah salah satu

Komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan Dalam usaha

pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang Pembangunan.


1

Oleh karena itu, guru yang merupakan salah satu unsur di Bidang kependidikan harus

berperan secara aktif dan menempatkan Kedudukannya sebagai tenaga profesional, sesuai

dengantuntutan masyarakat yang semakin berkembang.

Dalam hal ini guru tidak semata-mata sebagai Pengajar yang melakukan transfer

ilmu pengetahuan, tetapi juga sebagai pendidik yang melakukan transfer nilai-nilai

sekaligus sebagai pembimbing yang memberikan pengarahkan dan menuntun siswa

dalam belajar. Terbentuknya kemampuan dan sikap professional guru-guru SMA

Memang tidak mudah, belum tentu terbentuknya kemampuan professional guru-guru

akan sekaligus terbentuk pula sikap professionalnya, karena banyak faktor yang

menentukan. Meskipun guru telah terdidik dibidang kependidikan, belum tentu akan

secara otomatis terbentuk juga kemampuan dan sikap professional ini, karena program

pendidikan yang dipelajari kemungkinan tidak atau kurang memberikan penekanan

terhadap program pembentukan kemampuan dan sikap professional ini.

Jadi, dapat dikatakan bahwa guru profesional adalah seorang guru dengan

keahlian yang telah dipersiapkan untuk dirinya selama menjadi guru. Oleh karena Itu,

guru tidak hanya sekadar mendidik dan mengajar namun juga membimbing, melatih,

menilai, dan mengevaluasi peserta didik dengan berbekal dari keahlian yang dimiliki oleh

guru tersebut. Selanjutnya profesionalisme adalah mutu atau kualitas yang dijadikan

Sebagai ciri suatu profesi atau seseorang yang profesional. Implementasi dari

Profesionalisme guru yaitu dilihat dari tanggung jawab sebagai pengajar belajar,
2

pengelola Belajar, dan perencana masa depan peserta didik.

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti mengkaji lebih dalam hal tersebut

dengan mengambil judul “ Hubungan Guru Satu dengan Guru Lainnya Dalam

Meningkatkan Mutu Pendidikan di Lingkungan Sekolah”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat di rumuskan masalah sebagai

berikut:

1. Bagaimanakah motivasi kerja guru-guru dalam meningkatkan mutu pendidikan di

lingkungan sekolah?

2. Bagaimana peranan guru profesional dalam meningkatkan mutu pendidikan di

lingkungan sekolah?

3. Apakah kepribadian guru berperan penting dalam meningkatkan mutu pendidikan

di lingkungan sekolah?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang akan dicapai dalam penelitian

Ini adalah:

1. Untuk mendeskripsikan motivasi kerja guru dalam meningkatkan mutu

pendidikan
3

2. Untuk mendeskripsikan keprofesionalan guru dalam meningkatkan mutu

pendidikan

3. Untuk mengetahui kepribadian guru guna meningkatakan kualitas pendidikan

D. Manfaat

Manfaat penelitian diharapkan dapat memiliki :

1. Untuk dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam merumuskan pola

kompetensi guru pada sekolah

2. Memberikan semangat belajar untuk siswa SMK

3. Sebagai bahan rujukan bagi guru dalam meningkatkan kompetensi kepribadian

dan keprofesian pada seorang guru disekolah


4

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Mutu Pendidikan

1. Pengertian Mutu Pendidikan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia “mutu” berarti ukuran baik

buruknya sesuatu, kualitas, taraf atau derajat (kepandaian, kecerdasan). Mutu

adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang

menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan.

Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu mencakup input, proses dan output

pendidikan.Menurut Rusman, antara proses dan hasil pendidikan yang bermutu

saling berhubungan. Akan tetapi, agar proses yang baik itu tidak salah arah, maka

mutu dalam dalam artian hasil (out put) harus dirumuskan lebih dahulu oleh

sekolah.

Dari uraian pendapat di atas jelas bahwa mutu pendidikan adalah suatu pilar

untuk mengembangkan sumber daya manusia (SDM). Yang mana suatu masa

depan bangsa itu terletak pada keberadaan kualitas pendidikan yang berada pada
masa kini. Suatu pendidikan yang berkualitas akan muncul apabila terdapat

manajemen sekolah yang bagus. Mutu juga merupakan suatu ajang berkompetisi

yang sangat penting, karena itu merupakan suatu wahana untuk meningkatkan

mutu produk layanan jasa. Dengan demikian, mewujudkan suatu pendidikan yang

bermutu adalah penting, sebagai upaya peningkatan masa depan bangsa sekaligus

sebagian dari produk layanan jasa.

2. Peningkatan Mutu Pendidikan

Pendidikan yang bermutu mengacu pada berbagai input seperti tenaga

pengajar, peralatan, buku, biaya pendidikan, teknologi , dan input-input lainnya

yang diperlukan dalam proses pendidikan. Ada pula yang mengaitkan mutu pada

proses (pembelajaran), dengan argumen bahwa proses pendidikan (pembelajaran)

itu yang paling menentukan kualitas. Jika mutu ingin diraih, proses harus diamati

dan dijadikan fokus perhatian. Melalui proses, penyelenggaraan pendidikan dapat

mengembangkan pendidikan, metoda, dan teknik-teknik pembelajaran yang

dianggap efektif. Orientasi mutu dari aspek output mendasarkan pada hasil

pendidikan (pembelajaran) yang ditunjukan oleh keunggulan akademik dan

nonakademik di suatu sekolah.

Banyak sekolah yang mulai sadar bahwa antara berbagai input, proses, dan

output, perlu diperhatikan secara seimbang. Para pendidik harus selalu sadar akan

hasil yang akan diperoleh bagi siswa setelah melalui proses pembelajaran tertentu,

dan gambaran akan hasil yang ingin dicapai itu pada gilirannya akan memberikan
motivasi untuk mengembangkan input dan proses yang sesuai. Bahkan saat ini

mutu pendidikan tidak hanya dapat dilihat dari prestasi yang dicapai, tetapi

bagaimana prestasi tersebut dapat dibandingkan dengan standar yang ditetapkan,

seperti yang tertuang dalam UU No.20 Tahun 2003 pasal 35 dan PP No.19 Tahun

2005.

B. Motivasi Kerja Guru

Dalam dunia pendidikan saat ini bahwa motivasi dalam melaksanakan tugas

adalah faktor yang sangat penting dalam meningkatkan kinerja guru sangat

berpengaruh besar terhadap hasil dan juga mutu pendidikan. Karena itu jika motivasi

kerja dan kinerja guru meningkat, maka akan berdampak juga kepada hasil dan

kualitas pendidikan. Untuk melakukan suatu pekerjaan dengan semangat tinggi

menggunakan semua kemampuan dan keterampilan yang dimiliki yang bertujuan

untuk mendapatkan hasil kerja sehingga mencapai kepuasan sesuai dengan keinginan.

Untuk dapat memberikan hasil kerja yang berkualitas dan berkuantitas maka seorang

pegawai/ guru membutuhkan motivasi kerja dalam dirinya yang akan berpengaruh

terhadap semangat kerjanya sehingga meningkatkan kinerjanya.

Motivasi kerja guru merupakan suatu dorongan yang muncul dari dalam

maupun dari luar guru. Seorang guru akan bekerja dengan giatapabila mempunyai

motivasi yang tinggi. Menurut Hamalik (2009: 114), motivasi adalah suatu perubahan
energy didalam pribadi seseorang yang dilandasi dengan timbulnya afektif (perasaan

dan reaksi untuk mencapai tujuan). Tingkat motivasi kerja dari masing-masing guru

berbeda satu dengan yang lain sesuai dengan perubahan energy yang ada dalam

dirinya. Kedisiplinan kerja guru adalah sikap dan perbuatan guru dalam menanti

semua pedoman dan peraturan yang telah ditentukan untuk terciptanya tujuan sebuah

lembaga pendidikan.

C. Peran Guru Profesional

Peran ialah pola tingkah laku tertentu yang merupakan ciri-ciri khas semua

petugas dari pekerjaan atau jabatan tertentu. Guru harus bertanggung jawab atas hasil

kegiatan belajar anak melalui interaksi belajar-mengajar. Guru merupakan faktor

yang mempengaruhi berhasil tidaknya proses belajar, dan karenanya guru harus

menguasaiprinsip-prinsip belajar disamping menguasai materi yang akan diajarkan.

Dengan kata lain, guru harus mampu menciptakan suatu situasi kondisi belajar yang

sebaik-baiknya.

(Sidi, 2003:50) Sikap seorang guru yang profesional dituntut dengan

sejumlahpersyaratan minimal, antara lain: memiliki kualitas pendidikan profesi yang

memadai, memiliki kompetensi keilmuan sesuai dengan bidang yang ditekuninya,

memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dengan anak didiknya, mempunyai


jiwa kreatif dan produktif, mempunyai etos kerja dan komitmen yang tinggi terhadap

profesinya, dan selalu melakukan pengembangan diri secara terus menerus.

Selain itu, guru profesional dituntut untuk memiliki tiga kemampuan, pertama,

kemampuan kognitif, berarti guru harus memiliki penguasaan pada materi, metode,

media, dan mampu merencanakan dan mengembangkan kegiatan pembelajarannya.

Kedua, kemampuan psikomotorik, berarti guru dituntut memiliki pengetahuan dan

kemampuan dalam mengimplemantasikan ilmu yang dimiliki dalam kehidupan

sehari-hari. Ketiga, kemampuan afektif, berarti guru memiliki akhlak yang luhur,

terjaga perilakunya.

D. Kepribadian Guru

Setiap perkataan, tindakan, dan tingkah laku positif akan meningkatkan citra

diri kepribadian seseorang, selama hal itu dilakukan dengan penuh kesadaran.

Kepribadian menurut Zakiah Daradjat yang dikutip oleh Syaiful Sagala (2011:33)

disebut sebagai sesuatu yang abstrak, sukar dilihat secara nyata, hanya dapat

diketahui lewat penampilan, tindakan, dan ucapan ketika menghadapi suatu

persoalan, atau melalui atsarnya saja. Kepribadian mencakup semua unsur, baik fisik

maupun psikis. Sehingga dapat diketahui bahwa setiap tindakan dan tingkah laku

seseorang merupakan cerminan dari kepribadian seseorang. Apabila nilai kepribadian

seseorang naik, maka akan naik pula kewibawaan orang tersebut. Tentu dasarnya

adalah ilmu pengetahuan dan moral yang dimilikinya. Kepribadian akan turut
menentukan apakah guru dapat disebut sebagai pendidik yang baik atau sebaliknya,

justru menjadi perusak anak didiknya.

Dilihat dari aspek psikologi, kompetensi kepribadian guru menurut Syaiful

Sagala (2011:33) menunjukkan kemampuan personal yang mencerminkan

kepribadian (1) mantap dan stabil yaitu memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai

norma hukum, norma sosial, dan etika yang berlaku; (2) dewasa yang berarti

mempunyai kemandirian untuk bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja

sebagai guru; (3) arif dan bijaksana yaitu tampilannya bermanfaat bagi peserta didik,

sekolah, dan masyarakat; (4) berwibawa yaitu perilaku guru yang disegani sehingga

berpengaruh positif terhadap peserta didik; dan (5) memiliki akhlak mulia dan

memiliki perilaku yang dapat diteladani oleh peserta didik,

bertindak sesuai norma religius, jujur, ikhlas, dan suka menolong. Nilai kompetensi

kepribadian dapat digunakan sebagai sumber kekuatan, inspirasi, motivasi dan

inovasi bagi peserta didiknya.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode kualitatif, yaitu penelitian yang

cenderung menggambarkan suatu fenomena apa adanya dengan cara menelaah secara

teratur, mengutamakan obyektivitas dan dilakukan secara cermat.Ditinjau dari sisi

jenisnya, penelitian ini termasuk dalam klasifikasi jenis penelitian ini termasuk
penelitian lapangan (field research). Metode yang digunakan dalam penelitian ini

adalah deskriptif analisis dengan menggunakan cara berfikir secara deduktif maupun

induktif. Metode deskriptif analisis yaitu suatu metode yang digunakan untuk

meneliti status sekelompok manusia, suatu objek,suatu set kondisi, suatu sistem

pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Adapun dalam

penelitian ini yang dibutuhkan adalah mendeskripsikan kondisi Hubungan guru satu

dengan guru yang lainnya dalam meningkatkan mutu pendidikan.

B. Teknik Pengumpulan Data

1) Wawancara/Interview

Wawancara bisa menjadi referensi bagi peneliti jika ingin menemukan

masalah yang ingin diteliti, juga untuk mengetahui hal-hal esensial dari

10

responden secara eksplisit. (Sugiyono, 2013:317).

2) Observasi (pengamatan)

Observasi lebih eksklusif dibanding teknik wawancara dan kuesioner. Teknik

observasi berkaitan dengan sikap manusia, proses kerja, gejala alam, dan

sebagainya. (Sugiyono, 2013:145).Observasi sebagai teknik primer dalam

penelitian ini. Peneliti mulanya melakukan pendekatan dengan subjek

penelitian untuk menciptakan keakraban. Penelitian ini bersifat paritisipan, hal

mana peneliti aktif mengamati aktivitas sehari-hari objek yang diamati.

Dengan model partisipan ini, data bisa didapat secara komprehensif dan

cermat, serta mengetahui makna perilaku yang tampak. (Sugiyono, 2013:204).

3) Studi Dokumen
Dokumen bisa berupa tulisan, gambar, atau karya monumental dari

seseorang/kelompok seperti biografi, catatan, sketsa, dan sebagainya.

(Sugiyono, 2013:240)

C. Subjek dan Sasaran Penelitian

a. Subjek

Menurut Wikipedia bahasa Indonesia, Subjek penelitian atau responden

adalah pihak-pihak yang dijadikan sebagai sampel dalam sebuah penelitian,

termaksut penjelasan mengenai populasi, sampel dan teknik sampling (acak/ non-

acak) yang digunakan. Peran subjek penelitian adalah memberikan tanggapan dan

11

informasi terkait data yang dibutuhkan oleh peneliti, serta memberikan masukan

kepada peneliti, baik secara langsung maupun tidak langsung. Teknik

pengambilan sampel memakai Purposive sampling dengan pertimbangan tertentu

seperti orang tersebut dipandang tahu terkait data yang kita inginkan, atau

bertindak sebagai penguasa yang bisa mempermudah peneliti menelaah objek

yang diteliti. (Sugiyono, 2013:300).

Berikut subjek/narasumber dalam penelitian ini:

• Guru

b. Sasaran

Sasaran dalam penelitian ini yakni guru.


12

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Guru dituntut untuk menjalankan tugasnya secara maksimal. profesionalitas guru

sebagai pendidik dan pengajar menjadi modal berharga bagi kualitas dan keberhasilan

pendidikan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat membawa

dampak terhadap berbagai aspek kehidupan, termasuk terjadinya pergeseran fungsi

sekolah sebagai suatu institusi pendidikan. Seiring dengan tumbuhnya berbagai macam

kebutuhan dan tuntutan kehidupan, beban sekolah semakin berat dan kmpleks. Sekolah

tidak saja dituntut untuk dapat membekali berbagai macam ilmu pengetahuan yang
sangat cepat berkembang, akan tetapi juga dituntut untuk dapat mengembangkan minat

dan bakat, membentuk moral dan kepribadian, bahkan dituntut agar anak didik dapat

menguasai berbagai macam keterampilan yang dibutuhkan untuk memenuhi dunia

pekerjaan.

Tuntutan-tuntutan yang baru yang disebabkan masyarakat terhadap sekolah tersebut,

mengakibatkan pula pergeseran kurikulum. Kurikulum tidak lagi dianggap sebagai mata

pelajaran, akan tetapi di anggap sebagai pengalaman belajar siswa. kurikulum adalah

seluruh kegiatan yang dilakukan siswa baik di dalam maupun luar sekolah asal kegiatan

tersebut berada di bawah tanggung jawab guru (sekolah). Yang dimaksut dengan kegiatan

itu tidak terbatas pada kegiatan intra ataupun ekstra kurikuler. Apapun yang dilakukan

siswa asal saja ada di bawa tanggung jawab dan bimbingan guru, itu adalah kurikulum.

Misalnya kegiatan anak mengerjakan pekerjaan rumah, mengerjakan tugas kelompok,

13

mengadakan observasi, wawancara dan lain sebagainya, itu merupakan bagian dari

kurikulum, karena memang pekerjaan-pekerjaan itu adalah tugas-tugas yang diberikan

guru dalam rangka mencapai tujuan pendidikan seperti yang diprogramkan oleh sekolah.

Sedangkan, tugas-tugas lain seperti membantu orang tua bekerja di ladang, atau

membantu memasak dan lain sebagainya, walaupun pekerjaan semacam itu bermanfaat

untuk kehidupan siswa, bukanlah kurikulum, karena pekerjaan dan aktivitas tersebut

sama sekali di luar tanggung jawab guru.(Sanjaya, 2011:6).

B. Pembahasan

Seorang guru harus terus mengasah dan meningkatkan kinerjanya demi keberhasilan

proses belajar. Berhasilnya suatu pendidikan dominan dipengaruhi oleh tenaga pendidik
(guru). Keterlibatan guru terhadap perilaku peserta didik sangat berpengaruh, sehingga

dibutuhkan profesionalitas guru dengan memakai semua komponen pendidikan agar

proses pembelajar berjalan sesuai indikator.

Pemenuhan kompetensi guru dalam penguasaan keguruan disesuaikan dengan

kapabilitas guru. Berikut 4 kompetensi guru:

1) Kemampuan pengembangan kurikulum

Seorang guru dalam penerapan pembelajaran harus menggunakan rancangan

untuk titik acuan dalam pembelajaran di kelas. Guru di SMAN 2 Maros sudah

mendiskusikan berbagai hal yang berhubungan dengan persiapan mengajar

misalnya rancangan rencana (RPP), silabus, program tahunan (PROTA), program

semester (PROMES).

14

2) Kompetensi pengembangan kepribadian

Kepribadian guru juga perlu diperhatikan, dan guru juga punya disiplin waktu,

rasa tanggung jawab akan kewajibannya. Di SMAN 2 Maros, pendidik punya

kepribadian yang sangat baik dan bisa menjadi panutan bagi siswa. Dalam hal ini

guru sebagai orang dan jenis eksistensi yang diberi tugas dan beban pembinaan

dan bimbingan. Olehnya itu, guru sering disebut sebagai orang yang dikagumi

dan diteladani.

3) Kompetensi guru sebagai mahluk sosial


Kemampuan guru sebagai pribadi sosial yakni kemampuan berinteraksi dan

berkomunikasi dengan siswa, rekan sejawat atau seprofesi. Ketika pendidik punya

sarana untuk mengatasi hambatan dalam aktivitas mengajar, dan guru bisa

bertindak secara inklusif, obyektif dan diskriminatif dengan memperlakukan

siswanya secara adil, maka bisa dikatakan bahwa pendidik punya kemampuan

alami dalam profesinya.

4) Kemampuan profesionalnya

Di antara bukti profesionalitas guru yakni penguasaan keterampilan terkait

pemakaian media dan bahan ajar, serta mengikuti kegiatan seminar dan berdiskusi

dengan senior.

Hal ini memperlihatkan bahwa guru harus merujuk pada hasil yang sebenarnya sesuai

kinerja atau persyaratan kurikulum yang ada. Mampu mengintegrasikan metode, tujuan

dan media yang tepat dalam desain dan manajemen proses pengajaran. Untuk

15

menanggapi peran guru dalam pendidikan, mereka harus pandai membimbing

pembelajaran dan mengambil tanggung jawab. Perluasan tugas dan tanggung jawab

tersebut menyebabkan munculnya fungsi-fungsi khusus, yang menjadi bagian integral

dari kemampuan profesional guru.

Dari perspektif profesi guru, seorang guru yang baik perlu memiliki semua aspek

kemampuan, yakni:

a) Standar pendidikan nasional yang menyatakan bahwa guru adalah tenaga profesional.
Dari sisi pendidikan, SMAN 2 Maros sudah beroperasi sesuai Standar

Nasional Pendidikan (SNP). Bagi guru profesional yang ingin terus meningkatkan

kinerjanya sebagai modal keberhasilan pendidikan, hal ini sudah diterapkan.

Sedangkan dalam peningkatan guru profesional terdapat beberapa kompetensi

meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan

juga kompetensi profesional.

b) Mutu pendidikan mencakup satuan yang dilakukan pada standar nasional pendidikan.

Mutu pendidikan tidak hanya bergantung pada faktor-faktor tertentu, tapi juga

pada standar nasional pendidikan yang menjadi tujuan utama dalam proses

pendidikan. Di antara 8 standar yang harus dipenuhi, inilah faktor utama yang

dinilai tidak mudah. Kualitas pendidikan meliputi sejumlah satuan yang

diterapkan sesuai standar nasional pendidikan. Faktor utama yang dianggap tidak

mudah dalam hal ini yakni SMAN 2 Maros butuh kinerja guru yang cukup baik,

sehingga upaya guru untuk meningkatkan mutu pendidikan tidak hanya berasal

dari faktor tertentu saja.

16

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan, disimpulkan bahwa ada 4 aspek kompetensi

profesionalisme guru dalam peningkatan mutu pendidikan SMAN 2 Maros, yakni:


a) kompetensi pedagogik, kapabilitas karakteristik peserta didik, pengembangan

kurikulum, peningkatan potensi peserta didik, evaluasi, dan penguasaan teori dan

prinsip belajar; b) kompetensi kepribadian, manifestasi pribadi yang dewasa dan

teladan, etos kerja, tanggung jawab sebagai guru, dan bersikap sesuai norma agama,

hukum, sosial, dan budaya; c) kompetensi sosial, bersikap ekstensif, objektif, dan

tidak diskrimantif. Guru memberitahu peningkatan dan hambatan peserta didik

kepada orang tuanya, turut andil pada aktivitas di luar belajar, dan berinteraksi

dengan masyarakat; d) kompetensi profesional, pemahaman materi, konsep, dan pola

pikir yang menunjang mata pelajar yang diampu, mengevaluasi diri secara mendalam

dengan memberi contoh pengalaman sendiri, punya jurnal belajar, dan catatan dari

kerabat.

B. Saran

1. Guru seyoiganya menstimulasi profesionalitasnya dengan mengikuti arus

perubahan zaman dengan memahami teknologi informasi guna menghasilkan

efektivitas pembelajaran.

17

2. Mutu pendidikan SMA harus dilakukan secara kontinuitas, terlebih perubahan

zaman yang semakin kompleks dan canggih. Sehingga, diperlukan upaya untuk

terus beradaptasi dan meningkatkan profesionalitas.


3. Sebagai preferensi bagi peneliti berikutnya untuk menelaah lebih komprehensif

terkait profesionalisme guru dan memperbanyak jumlah responden untuk

keakuratan penelitian.

18

DAFTAR PUSTAKA

Dewi, T. A. (2015). Pengaruh Profesionalisme Guru dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja
Guru Ekonomi SMA Se- kota Malang. Malang: Jurna Pendidikan Ekonomi UM Metro,
(Online), Vol. 3, No. 1,.
Djohar. (2006). Guru, Pendidikan dan Pembinaanya Penerapannya Dalam Pendidikan dan
Undang-Undang Guru. Yogyakarta: CV Gravika Indah.
Getteng, A. R. (2012). Menuju Guru Profesional dan Ber-Etika . Yogyakarta : Graha Guru
Printika .
KurniaSARI, M. (2019). Pengaruh Karakteristi Guru Terhadap Minat Belajar Peserta Didik .
Surabaya: Universitas Islam Negri Sunan Ampel Surabaya.
Muspirog, N. (2015). Peran Kompetensi Sosial Guru dalam Menciptakan Efektivitas
Pembelajaran. Bandung: Jurnal Pendidikan Sosial & Ekonomi, ( Online), Vol. 4, No. 2.
Nurdin, M. (2017). Kiat Menjadi Guru Profesional. Jogjakarta: Ar-ruzz Media.
Utami, S. (2019). Meningktkan Mutu Pendidikan Indonesia melalui Peningkatan Kualitas
Personal, Profesional, dan Strategi Rektrumen Guru. Bandung: Jurnal Prosiding Seminar
Nasional Pendidikan FKIP.

19

Anda mungkin juga menyukai