Anda di halaman 1dari 25

Laporan Turun Lapang

Mata Kuliah Psikologi Pendidikan

“ Profesionalisme Guru”

di Tk ‘Aisyiyah Busthanul Athfal Dusun Perinci

Disusun Oleh :

KELAS E – 2017
KELOMPOK BARBIE
Lintang Fajar Utami 201710230311304

Wildan Ardi Firman R. 201710230311267

Nabilla Cipta Navira S. 201710230311280

Yuyun H. A. Tika Se 201710230311287

Nur Hayatin Mfidah 201710230311293

Firman Faajr Fauza 201710230311305

Chantika Navis Siva A. 201710230311306

Dosen Pengampu : Sadiah Mewar, M.Si

Asisten : Syifa Aulia Putri

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2018
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI....................................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 2
BAB I .................................................................................................................................. 3
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 3
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 3
1.3 Tujuan ................................................................................................................ 3
BAB II................................................................................................................................. 4
2.1 Landasan Teori ................................................................................................. 4
2.1.1 Profesional guru ............................................................................................... 5
2.1.2 Ciri-ciri guru professional ............................................................................... 6
2.1.3 Pemahaman guru ............................................................................................ 8
2.1.4 Kompetensi guru .............................................................................................. 9
2.2. Metode Pengumpulan Data .............................................................................. 9
BAB III ............................................................................................................................. 11
3.1 Hasil Observasi................................................................................................ 11
3.2 Hasil Wawancara ............................................................................................ 11
BAB IV ............................................................................................................................. 13
BAB V .............................................................................................................................. 17
5.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 17
5.2 Saran ...................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 18
LAMPIRAN...................................................................................................................... 19

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah S.W.T. atas berkat rahmat dan
hidayat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan turun lapang dengan
Tema “Profesionalisme Guru” ini.

Tak lupa saya juga berterima kasih kepada pihak - pihak yang telah terlibat
dalam pembuatan laporan ini. Terutama kepada ibu Sadia Mewar, M.Siselaku
dosen pengampu mata kuliah Psikologi Pendidikan yang telah memberikan
kepercayaan dan dukungan serta motivasi kepada kami untuk menyelesaikan
laporan ini dengan tepat waktu. Semoga apa yang tertulis dalam laporan ini,
mampu dijadikan pembelajaran yang berbuah ilmu, serta menambah luas
wawasan pembaca.

Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam pembuatan laporan serta


jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu dengan tangan terbuka, kami
mengharapkan saran serta kritikan yang membangun demi perbaikan laporan yang
akan dibuat dimasa mendatang. Mohon maaf apabila terdapat tutur kata ataupun
kalimat yang kurang berkenan.

Malang, 16 Mei 2018

Penyusun

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Definisi pendidikan sendiri ada bermacam-macam karna banyaknya sudut


pandang yang mendefinisikan pendidikan itu sendiri. Adanya variasi-variasi yang
disebabkan oleh adanya perbedaan dalam keadaan kebutuhan sosial, pandangan-
pandangan, harapan-harapan, suatu msyarakat ataupun suatu bangsa dalam
negara.

Sedangkan menurut undang-undang di Indonesia pendidikan adalah usaha


sadar untuk menyiapkan perta didik dengan bimbingan, pengajaran, dan atau
latihan pada bagi perannya di masa yang akan datang (definisi menurut undang-
undang dasar Indonesia no.2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja spek-aspek untuk menjadi Professional’s teacher

2. Bagaimana pendidik dapat di katakan sebagai Professonal’s teacher

3. Bagaimana motivasi sebagai pendidik

1.3 Tujuan
1. Mengetahui aspek-aspek untuk menjadi guru yang professional
2. Mengetahui bagaimana pendidik dapat dikatakan Professional’s teacher
3. Mengetahui motivasi guru sebagai seorang pendidik

3
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Landasan Teori


Profesionalisme berasal dari kata profesi yang artinya suatu bidang
pekerjaan yang ditekuni oleh seseorang. Profesi juga diartikan sebagai suatu
jabatan atau pekerjaan tertentu yang mensyaratkan pengetahuan dan keterampilan
khusus yang diperoleh dari pendidikan. (Kunandar, 2008)
profesionalisme adalah kondisi dan kualitas suatu keahlian yang berkaitan
dengan pekerjaan atau profesi. Profesionalisme guru adalah kondisi dan kualitas
keahlian dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang berkaitan dengan
pekerjaan seorang guru.
Sedangkan guru yang profesional adalah guru yang memiliki potensi yang
dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan pengajaran. Kompetensi
ini meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan dan kompetensi paedagogik,
profesional, sosial dan kompetensi personal.
Dalam pengembangan profesi keguruan, seorang pendidik dituntut memiliki
tiga aspek performansi pendidik diantaranya, yaitu; (1). Profesional knowledge,
kemampuan professional yang mencakup penguasaaan pengajaran yang terdiri
atas penguasaan bahan yang harus diajarkan, dan konsep-konsep dasar keilmuan
dan bahan yang diajarkan; penguasaan dan penghayatan atas landasan dan
wawasan pendidik dan keguruanan; (2). Penguasaan proses-proses pendidikan,
keguruan dan pembelajaran siswa dan Karakteristik kedua menyiratkan adanya
mekanisme yang terstruktur dalam mengelola pendidikan guru dan profesi guru;
(3). Tanggung jawab utama guru dan pendidik adalah peserta didik, berimplikasi
bahwa guru dan pendidik guru harus selalu peduli pada kepentingan peserta
didiknya, sehingga mereka harus melakukan diagnosis sebelum melakukan
tindakan untuk memenuhi kebutuhan peserta didik yang menjadi tanggung
jawabnya (siswa bagi guru dan calon guru atau guru bagi pendidik guru).
Dalam praktiknya, banyak para pendidik yang memiliki kekurangan
motivasi dalam mengemban tugasnya sebagai pendidik, misalnya ketika
ditempatkan disuatu daerah ‘terpencil’ akan menjadi suatu kesusahan sendiri
baginya, padahal seorang guru haruslah memiliki motivasi yang tinggi sehingga
kelak motivasi tersebut dapat menjadi pendorong bagi siswa-siswa yang di

4
didiknya. kemampuan profesional sebagai guru mencakup penguasaan sosok utuh
kompetensi guru dan kemampuan melaksanakan tugas yang mengutamakan
kemaslahatan dan kepuasaan peserta didik. Dengan demikian, tolak ukur utama
keberhasilan bagi seorang guru profesional adalah kualitas proses dan hasil belajar
para siswa yang menjadi tanggung jawabnya.

2.1.1 Profesional guru


Guru dituntut tuntuk mempunyai kewenangan mengaja
berdasarkan kualifikasinya sebagai tenaga pengajar. Sebagai tenaga pendidik,
setiap guru harus memiliki kemampuan profesional dalam bidang
pembelajaran. Dengan kemampuan tersebut, guru dapat melaksanakan
perannya.Menurut Ali Mudlofir (2012:5) “profesionalitas adalah suatu sebutan
terhadap kualitas sikap para anggota suatu profesi terhadap profesinya serta
derajat pengetahuan dan keahlian yang mereka miliki untuk dapat melakukan
tugas-tugasnya”. Hal ini sejalan dengan Undang-Undang Guru dan Dosen pasal
1 Menurut Undang-Undang Nomer 14 tahun 2005, professional adalah
pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber
penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan
yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan
profesi.
Berdasarkan yang telah dikemukakan diatas, seseorang yang profesional
dapat dilihat dari kualitas sikap pengetahuan yang dimiliki untuk menjalankan
tugas-tugasnya, guru yang profesional dituntut untuk harus memliki
kompetensi yang layak untuk mengajar.Guru yang profesional dapat
melaksanaan tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian baik dalam materi
maupun metode.Selain itu, juga ditujukkan melalui tanggung jawabnya dalam
melaksanakan seluruh pengabdiannya.Guru yang professional hendaknya
mampu memikul dan melaksanakan tanggung jawab sebagai guru kepada
peserta didik, orang tua, masyarakat,bangsa, Negara, dan agamanya.Guru
professional mempunyai tanggung jawab pribadi sosial, intelektual, moral, dan
spiritual.

5
2.1.2 Ciri-ciri guru professional
Seorang guru dapat dikatakan guru yang profesional apabila guru
mempunyai kompetensi dalam mengajar, guru mau menggali terus menerus
ilmu dan menyalurkan ilmu yang ia dapat kepada siswa dengan cara
penyampaian yang tepat kepada siswa, guru dapat mendekatkan diri kepada
siswa agar guru dengan siswa mempunyai komunikasi yang baik, guru harus
mempunyai lingkungan sosial yang baik pula, dan guru juga harus mempunyai
ketrampilan yang baik dalam pengajaran. Bisa dilihat ciri-ciri profesional guru
menurut Suyanto sebagai berikut.Menurut Suyanto (2013:26) ciri-ciri guru
professional yaitu:
a. Ahli di bidang teori dan praktik keguruan. Guru professional adalah
guru yang menguasai ilmu pengetahuan yang diajarkan dan ahli dalam
mengajarkannya. Dengan kata lain, guru professional adalah guru
yang mampu membelajarkan siswanya tentang pengetahuan yang
dikuasainya dengan baik.
b. Senang memasuki organisasi profesi keguruan. Suatu pekerjaan
dikatakan sebagai jabatan profesi salah satu syaratnya adalah
pekerjaan itu memiliki organisasi profesi dan anggota-anggotanya
senang memasuki organisasi profesi tersebut. Guru sebagai jabatan
professional seharusnya terus meningkatkan peran organisasi
profesinya. Fungsi organisasi profesi selain untuk melindungi
kepentingan anggotanya juga sebagaidinamisator dan motivator
anggotanya juga sebagai dinamisator dan motivator anggota untuk
mencapai karier yang lebih baik.
c. Memiliki latar belakang kependidikan keguruan yang memandai.
Keahlian guru dalam melaksanakan tugas-tugas kependidikan
diperoleh setelah menetukan pendidikan keguruan tertentu, dan
kemampuan tersebut tidak dimiliki masyarakat pada umumnya yang
tidak pernah mengikuti pendidikan keguruan. Ada beberapa peran
yang dapat dilakukan guru sebagai tenaga pendidik, antara lain:
1. Sebagai pekerja professional dengan fungsi mengajar,
membimbing, dan melatih

6
2. Sebagai pekerja kemanusiaan dengan fungsi merealisasikan
seluruh kemampuan kemanusiaan yang dimiliki
3. Sebagai petugas kemasyarakatan dengan fungsi mengajar dan
mendidik masyarakat untu menjadi warga Negara yang baik.
Peran guru seperti diatas menuntut pribadi yang harus memiliki kemampuan
manajerial dan teknis, prosedur kerja sebagai ahli, serta keiklasan bekerja yang
dilandaskan pada panggilan hati untuk melayani orang lain.

a. Melaksanakan kode etik guru. Sebagai jabatan professional, guru


dituntut untuk memiliki kode etik, seperti yang dinyatakan dalam
Konvensi Nasional Pendidikan 1 tahun 1988, bahwa profesi adalah
pekerjaan yang mempunyai kode etik, yaitu norma-norma tertentu
sebagai pegangan atau pedoman yang diakui serta dihargai oleh
masyarakat.Kode etik berfungsi untuk mendinamiskan setiap
anggotanya guna meningkatkan diri, dan meningkatkan layanan
profesionalismenya demi keselamatan orang lain
b. Memiliki otonomi dan rasa tanggung jawab. Otonomi yang dimaksut
adalah mampu mengatur diri sendiri. Dengan demikian, guru harus
memiliki sikap mandiri dalam mengambil keputusan sendiri dan dapat
mempertanggung jawabkan keputusan yang dipilihnya.
c. Memiliki rasa pengabdian kepada masyarakat. Pendidikan memiliki
peran sentral dalam membangun masyarakat untuk mencapai
kemajuan. Guru sebagai tenaga pendidikan memiliki peran penting
dalam mencerdaskan kehidupan masyarakat. Untuk itulah guru
dituntut memiliki pengabdian yang tinggi kepada masyarakat
khusunya dalam membelajarkan anak didik.
d. Bekerja atas panggilan hati nurani. Dalam melaksanakan tugas
pengabdian kepada masyarakat, hendaknya didasari atas dorongan
atau panggilan hati nurani. Ini akan membuat guru merasa senang
dalam melaksanakan tugas berat mencerdaskan anak didik.
Berdasarkan teori yang dikutip di atas, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri
profesional guru adalah dapat membelajarkan siswanya tentang ilmu yang
dikuasainya dengan baik, guru masuk kedalam organisasi profesi keguruan untuk

7
menjalin komunikasi terhadap sesama guru dengan begitu dapat tukar fikiran cara
mendidik anak dengan baik agar mencapai karier yang lebih baik, mempunyai
latar belakang yang baik terhadap kependidikan keguruan yang guru memiliki
peran sebagai pekerja yang profesional, sebagai pekerja kemanusiaan, sebagai
petugas kemasyarakatan, dan peran guru ini sangat berpengaruh penting terhadap
pengajaran sebab guru harus memiliki kemampuan manajerial dan teknis,
prosedur kerja sebagai ahli serta keiklasan hati untuk melayani orang lain, guru
harus memiliki kode etik yaitu norma-norma tertentu sebagai pegangan atau
pedoman yang diakui serta dihargai oleh masyarakat, guru mempunyai otonomi
dan rasa tanggung jawab, guru memiliki rasa pengabdian kepada masyarakat dan
guru harus bekerja dengan hati nurani agar apa yang ia berikan dapat
tersampaikan dengan baik yaitu mencerdaskan anak didik.
2.1.3 Pemahaman guru
Pemahaman merupakan proses pengetahuan seseorang dalam mencari
makna atau memahami suatu hal yang belum diketahui oleh dirinya yang
berkaitan dengan segala sesuatu yang ada, oleh karena itu pencapaian tingkat
pemahaman seseorang akan berbeda pula sesuai dengan tingkat pengetahuan
seseorang.
Menurut Daryanto (2008:106) “Pemahaman (comprehension) adalah
kemampuan ini umumnya mendapat penekanan dalam proses belajar mengajar.
Guru dituntut memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang
sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa keharusan
menghubungkannya dengan hal-hal lain”.
Begitupun menurut Djamarah (2000:36) menjelaskan bahwa “Pengertian
guru adalah figur seorang pemimpin. Guru adalah arsitektur yang dapat
membentuk jiwa dan watak anak didik. Guru mempunyai kekuasaan untuk
membentuk dan membangun kepribadian anak didik menjadi seorang yang
berguna bagi agama, nusa dan bangsa. Guru bertugas mempersiapkan manusia
susila yang cakap yang dapat diharapkan membangun dirinya dan membangun
bangsa dan negara.” Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa pemahaman guru adalah kemampuan dalam menyampaikan suatu materi
atau bahan, kemampuan mendidik siswa, kemampuan untuk membentuk dan

8
membangun kepribadian siswa menjadi seorang yang berguna bagi agama nusa,
dan bangsa.
2.1.4 Kompetensi guru
Guru mempunyai tugas memberikan ilmu, secara umum ada tiga tugas guru
sebagai profesi yakni mendidik, mengajar, dan melatih. Untuk melaksanakan
tugas dan tanggung jawab tersebut maka, seorang guru dituntut memiliki beberapa
kemampuan dan kompetensi tertentu sebagai bagian dari profesioanalisme guru.
Menurut McLeod dalam Suyanto (2013: 1)“mendefinisikan kompetensi
sebagai perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai
dengan kondisi yang diharapkan. Kompetensi tujuan yang dipersyaratkan sesuai
dengan kondisi yang diharapkan.Kompetensi guru sendiri merupakan kemampuan
seorang guru dalam melaksanakan kewajiban secara bertanggug jawab dan layak
dimata pemangku kepentingan”.
Selain itu menurut Kunandar (2009:55) “kompetensi guru adalah
seperangkat penguasaan kemampuan yang harus ada dalam diri guru agar dapat
mewujudkan kinerjanya secara tepat efektif”. Sedangkan menurut Mulyasa dalam
Musfah (2011:27) “kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan
personal, keilmuan, teknologi sosial, dan spiritual yang mencangkup penguasaan
materi pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang mendidik,
pengembangan pribadi dan profesionalitas”.
Berdasarkan yang telah dikemukakan diatas guru harus mempunyai
kompetensi yaitu perilakuyang rasional agar mencangkup tujuan yang diharapkan
sesuai yang diharapkan. Kompetensi juga memiliki untuk mempertanggung
jawabkan kepentingannya sebagai seorang guru agar dapat mewujudkan
kinerjanya secara tepat efektif.

2.2. Metode Pengumpulan Data


Observasi adalah salah satu metode yang dapat dilakukan dalam melakukan
sebuah penelitian. Kegiatan ini dilakukan dengan cara mengamati subjek ketika
menyampaikan sesuatu dan juga ketika subjek melakukan suatu aktifitas.
Observasi dilakukan kepada subjek secara langsung oleh peneliti untuk

9
mendapatkan data-data yang valid dan akurat sesuai dengan aspek-aspek yang
diamati.
Yang kedua adalah wawancara langsung, hal ini dilakukan untuk
mendapatkan data lain yang akurat dalam sebuah penelitian dengan melakukan
tanya jawab terhadap subjek atau pihak terkait. Wawancara disusun sedemikian
rupa, sesuai dengan aspek yang ingin Kami temukan dan dilakukan sesuai dengan
susunan yang telah Kami buat.

10
BAB III
HASIL OBSERVASI DAN WAWANCARA

3.1 Hasil Observasi


Berdasarkan observasi yang kelompok kami lakukan di TK ‘Aisyiyah
Busthanul Athfal Dusun Perinci dengan Tema “Profesionalisme Guru”, dan
beberapa instrument yang diamati telah diperoleh data sebagai berikut.
Dalam memulai dan melakukan proses belajar mengajar guru dating tepat
waktu sesuai jadwal yang ada. Sebagai seorang motivator di kelas untuk murid-
muridnya, guru tersebut memiliki energy dan semangat belajar yang tinggi. Hal
tersebut telah kami amati berdasarkan cara beliau mengajar dan berinteraksi di
dalam kelas dengan murid-muridnya.
Guru bersikap professional dalam melakukan pengajaran, dengan
kemampuan dan ilmu yang dimilikinya guru dapat menguasai pembelajaran
dalam kelas dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh murid-
muridnya. Hampir sama sekali tidak terjadi sebuah pembeda-bedaan atau
diskriminasi dalam berjalannya proses belajar mengajar di kelas tersebut.
Sesuai dengan kurikulum yang digunakan di TK ‘Aisyiyah Busthanul Athfal
Dusun Perinci yaitu KTSP 2006, guru menunjukan proses pembelajaran yang
signifikan atau sesuai dengan kurikulum tersebut.

3.2 Hasil Wawancara


Berdasarkan wawancara yang telah Kami lakukan dengan guru terkait di
TK‘Aisyiyah Busthanul Athfal Dusun Perinci, telah diperoleh hasil sebagi
berikut.
Motivasi guru dalam mengajar di lembaga tersebut adalah untuk memajukan
pendidikan di Dusun Perinci dan sebagai uji tantangan mengajar di daerah
pedalaman. Adapun syarat yang harus dimiliki untuk mengajar di Sekolah
tersebut menurut beliau adalah masih muda, mau beramal dan ikhlas.
Pembelajaran yang dilakukan oleh pengajar sesuai dengan tema yang telah
ditetapkan dalam kurikuum yang diberikan oleh dinas pendidikan daerah
setempat. Dalam mengapresiasi prestasi yang telah dicapai oleh peserta didik di
sekolah tersebut, pengajar atas nama lembaga (TK ‘Aisyiyah Busthanul Athfal)

11
biasanya memberikan reward berupa piala dan/atau piagam penghargaan dengan
dana operasional yang ada. Karena minimnya biaya yang dimiliki lembaga,
lembaga tersebut belum bisa memberikan dana pembinaan terhadap peserta didik
yang telah berprestasi.
Pemberian hukuman terhadap murid yang berbuat kesalahan tidak
disarankan untuk dilakukan di lembaga tersebut, karena menurut beliauhukuman
bukan suatu ide yang bagus untuk member efek jera pada anak masa usia TK,
karena hakikatnya masa TK menurut beliau adalah masa belajar sosial.
Adapun system penilaian di lembaga tersebuat adalah sebagai berikut;
perkembangan motorik kasar dan motorik halus, penanaman nilai religius seperti
menghafal doa-doa dan mengikuti sholat dhuha berjamaah, belajar sosial melalui
cara atau bentuk permainan dengan teman sebaya dan bersosialisasi dengan
lingkungan, dan penanaman nilai moral yang berlaku di masyarakat.

12
BAB IV
ANALISIS DAN DISKUSI

Secara umum profesionalisme guru dapat dilihat dari tiga unsur, yaitu
professional knowledge, menguasai proses pendidikan dan bertanggung jawab
terhadap implikasi ilmu yang diberikan kepada peserta didiknya. Seorang guru
dapat dikatakan profrsional apabila telah memiliki Good Knowledge, Good
Motivation dan mampu menjadi Good Conditioner, Good Model serta menjadi
pelaksana proses pembelajaran yang mampu menyesuaikan dan/atau menjalankan
kurikulum yang telah ditetapkan.

Dapat diketahui bahwasanya dalam menjadi seorang guru yang dituntut


untuk professional haruslah memiliki penguasaan yang baik terhadap bidangnya
atau memiliki Good Knowledge. Hal ini tertera dalam Undang-Undang Nomor 14
Tahun 2005 Pasal 1 tentang Guru dan Dosen, “Profesional adalah pekerjaan yang
dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang
memerlukan keahlian, kecakapan atau kemahiran yang memenuhi standard mutu
atau norma tertentu serta memerlukan prndidikan profesi”. Seorang guru yang
mengajar haruslah kompeten. Kompetensi tersebut meliputi pengetahuan, sikap,
keterampilan baik pribadi maupun sosial, serta akademis. Kompetensi-kompetensi
tersebut juga selaras dengan salah satu ciri-ciri guru professional, yaitu menjadi
contoh yang baik bagi peserta didiknya.

Berdasarkan hasil observasi yang kami lakukan, telah diketahui bahwa guru
di lembaga tersebut mampu memberikan pengajaran dan menguasai pembelajaran
serta menjawab dan menyelesaikan masalah-masalah atau pertanyaan-pertanyaan
yang ada di dalam proses belajar mengajar bersama peserta didik. Hal tersebut
menunjukan bahwa guru di lembaga tersebut memiliki kemampuan atau keahlian
dalam bidang yang dia tekuni. Namun lain halnya dalam hasil wawancara
mengenai kemampuan guru, dalam poin tentang syarat menjadi guru yang tertera
adalah masih muda, mau beramal dan ikhlas. Hal tersebut tidak menjelaskan
bahwasannya seorang guru harus memiliki pendidikan profesi, sebagaimana
tertera dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Pasal 1 tentang Guru dan
Dosen karena syarat yang disampaikan oleh salah satu guru di lembaga tersebut

13
lebih merujuk kea rah motivasi seorang guru dalam mengajar. Dapat diasumsikan
bahwa tenaga kerja pengajar/pendidik di TK ‘Aisyiyah Busthanul Athfal belum
memenuhi standar profesionalisme guru meskipun para pengajar di lembaga
tersebut telah memiliki kemampuan dan keahlian dalam menjalankan proses
belajar mengajar.

Sebagai model yang baik, guru yang professional haruslah memiliki


komitmen dan kedisiplinan yang tinggi serta sikap yang baik/mulia dalam
menjalankan tugas-tugasnya. Berdasarkan hasil observasi, guru di lembaga
tersebut telah menunjukan signifikasi dalam menjadi model yang baik di dalam
proses pengajarannya. Guru datang tepat waktu, memberikan contoh sikap dan
perilaku yang baik, serta tidak membeda-bedakan antara siswa yang satu dengan
yang lain, baik dalam hal keaktifan di dalam kelas.

Sesuai dengan teori Bandura tentang Modelling, bahwasannya individu


bertingkah laku melalui proses modeling atau meniru, terutama untuk anak usia
balita atau masa TK. Oleh sebab itu, anak usia TK harus mendapatkan model atau
percontohan yang baik di sekolahnya, yaitu melalui gurunya. Hal tersebut
bertujuan agar dalam bertingkah laku dalam lingkup sosialnya, anak-anak tersebut
dapat melakukan perilaku-perilaku atau sikap-sikap yang baik. Anak-anak meniru
dengan cara mengamati, apabila guru dalam kelas terbiasa menunjukan sikap
disiplin dan tingkah laku yang baik, maka anak-anak tersebut juga akan terdorong
untuk memiliki sikap, kebiasaan dan tingkah laku serupa.

Motivasi guru yang professional haruslah tinggi. Karena tidak dapat


dipungkiri apabila dalam proses mengajarnya seorang guru akan mendapatkan
rintangan-rintangan atau kondisi-kondisi tertentu. Motivasi yang tinggi ini akan
mendorong seorang guru untuk bertanggung jawab terhadap tugas-tugasnya.

Berdasarkan hasil observasi, guru di lembaga tersebut memiliki semangat


yang tinggi dalam proses pengajaran. Hal tersebut menunjukan salah satu ciri-ciri
bahwa guru tersebut memiliki motivasi yang tinggi dalam mengajar. Demikian
pula dalam hasil wawancara yang kami lakukan. Telah disampaikan oleh salah
satu guru di lembaga tersebut, bahwa motivasi mengajar beliau disana adalah

14
karena ingin memajukan pendidikan di daerah pedalaman dan sebagai uji
tantangan dalam mengajar.

Dalam observasi yang kami lakukan, telah diketahui bahwa guru mengajar
sesuai dengan kurikulum yang ditetapkan. Demikian pula dalam hasil wawancara.
Tema pembelajaran dan pengajaran yang diberikan kepada murid adalah yang
sesuai dengan ketetapan dari dinas pendidikan, termasuk dalam aspek
penilaiannya. Aspek penilaian terhadap proses pembelajaran itu sendiri meliputi
perkembangan motorik kasar dan motorik halus pada murid, dan penanaman nilai
religious, penanaman kehidupan sosial dan moral. Hal tersebut telah dilakukan
sesuai dengan kurikulum yang digunakan, meskipun dalam hasil wawancara itu
sendiri tidak dijelaskan sistem penilaian itu sendiri seperti apa.

Good Conditioner sangatlah dibutuhkan oleh guru dalam menjalankan


profesionalismenya. Seperti yang terdapat pada teori B.F Skinner mengenai
opernt conditioning, dimana dalam proses belajar mengajar peran dari
pengkondisi sangatlah penting. Dalam hasil observasi, guru tidak membeda-
bedakan antara murid yang aktif atau tidak aktif di dalam kelas, hal tersebut dapat
diasumsikan bahwa guru tersebut memiliki tujuan untuk meminimalkan adanya
kondisi yang mendiskriminasi yang dapat menjatuhkan mental murid-muridnya.
Sesuai dengan hasil wawancara, dalam mendorong prestasi murid-murid di
lembaga tersebut, guru akan memberikan sebuah reward terhadap murid yang
mampu berprestasi. Dari perlakuan tersebut, dapat diketahui jika guru berharap
antusias murid-murid dalam berprestasi semakin terdorong, meskipun dalam
kenyataannya di lembaga tersebut hanya memiliki dana yang terbatas. Pemberian
punishment atau hukuman terhadap murid yang membuat kesalahan, sama sekali
tidak ditekankan di lembaga tersebut, “Di sekolah ini kami sangat-sangat tidak
menyarankan penggunaan punishment, karena menurut kami punishment bukan
suatu ide untuk member efek jera pada masa TK. Masa TK adalah masa belajar
sosial”. Hal tersebut menolak teori yang dikemukakan oleh B.F Skinner tentang
pemberian punishment untuk menekan timbulnya perilaku negative pada murid.

Dari pengondisian yang dilakukan oleh guru tersebut dapat kita ketahui
bahwa guru di lembaga tersebut mencoba seprofesional mungkin dengan

15
melakukan hal-hal yang mengandung nilai positif daripada memberikan sebuah
hukuman. Penolakan pemberian hukuman diharapkan tidak memberikan dampak
berkepanjangan bagi murid agar murid tidak menanamkan rasa tidak suka
terhadap guru.

16
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa guru merupakan suatu profesi, yang
berarti bukan jabatan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru dan tidak
dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang pendidikan. Seorang guru
harus profesional agar dapat mewujudkan sekolah berbasis pengetahuan, yaitu
pemahaman tentang pembelajaran, kurikulum, dan perkembangan manusia
termasuk gaya belajar. Guru juga merupakan contoh atau suri teladan bagi peserta
didik. Dan keberhasilan seorang guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya sebagai seorang pengajar sangat tergantung pada diri pribadi masing-
masing guru dalam lingkungan tempat ia bertugas.

5.2 Saran
Penjabaran makalah tentang Profesionalisme Guru ini, diharapkan kita dapat
menjadi seorang guru yang professional dan menjadi contoh atau suri teladan
yang baik bagi peserta didik.

17
DAFTAR PUSTAKA
Ditjen Dikti. (2004). Peningkatan kualitas pembelajaran. Jakarta: Direktorat
Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan, Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional.

Aqib, Zainal. 2002. Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran. Surabaya: Insan


Cendekia

Purwanto, Ngalim. 2002. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: Remaja
Rosda Karya

Colin Marsh. 2008. Becoming a Teacher: Knowledge, Skills, and Issues, 4th
Edition, Pearson Education Australia.

Priatna, Asep. Pengaruh Profesionalitas Guru Terhadap Kualitas Pembelajaran


Pada SM A di Kota Bandung. STKIP Bandung

(https://media.neliti.com/media/publications/74435-ID-pengaruh-profesionalitas-
guru-terhadap-k.pdf )

I G. A. K. Wardani. 2012. MENGEMBANGKAN PROFESIONALISME


PENDIDIK GURU Kajian Konseptual dan Operasional; Jurnal Pendidikan,
Volume 13, Nomor 1, Maret 2012, 32-44. Universitas Terbuka.

18
LAMPIRAN

19
Lampiran 1
A. PROFIL SEKOLAH
1. Nama sekolah : TK ‘Aisyiyah Bustanul Athfal 04
2. Nomor statistik : 00405052610998
3. Alamat : Dusun Perinci, Gading Kulon, Dau
4. Provinsi : Jawa Timur
5. Kecamatan : Dau
6. Kelurahan : Gading Kulon
7. Kabupaten/kota : Malang
8. Daerah : Perdesaan
9. Status sekolah : Swasta
10. Tahun berdiri : 2004
11. Karyawan
a. Kepala sekolah : Nurhayati, S.Pd.i
b. Karyawan : 1. Widayu, S.Pd.i
2. Fadilahtul Ilmi, S.Pd.i
12. Visi
Membentuk anak menjadi insan yang mempunyai kecerdasan intelektual,
kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual
13. Misi
Mendidik merupakan ibadah dalam rangka mewujudkan anak yang
cerdas, beriman dan bertaqwa kepada Allah.

20
Lampiran 2

A. Data hasil observasi


Tema : Professionalisme guru
Nama Sekolah : TK ‘Aisyiyah Bustanul Athfal
Tanggal Wawancara : 11 Mei 2018

NO Sumber Pertanyaan Wawancara Hasil


wawancara
1 Guru Apa motivasi Anda sebagai
guru ?

2 Syarat apa yang harus


dipenuhi guru untuk
mengajar di sekolah ini ?

3 Apakah guru-guru disini


termasuk Anda mengajar
sesuai pelajaran atau
kompetensi yang di dapat ?

4. Bagaimana cara Anda


menyikapi siswa yang
berprestasi ?

21
5. Apa yang Anda lakukan
ketika ada siswa yang
melakukan kesalahan ?

6. Bagaimana cara menilai


dan mengevaluasi hasil
pembelajaran siswa

7. Bagaimana cara anda


menciptakan lingkungan
pembelajaran yang efektif
kepada siswa ?

22
Tema : Profesionalisme Guru

Nama Sekolah : TK ‘Aisyiyah Bustanul Athfal


Tanggal Obervasi : 12 Mei 2018
Subjek yang diamati : Guru TK

NO PERISTIWA HASIL OBSERVASI (√) KETERANGAN


YANG DIAMATI MUNCUL/SESUAI TIDAK
MUNCUL/TIDAK
SESUAI
1 Guru memiliki Guru datang tepat pada
kedisiplinan untuk waktunya.
hadir ke kelas
secara tepat waktu.

2 Guru memiliki Guru memiliki


motivasi untuk semangat saat
mengajar dikelas. mengajar.
3 Keprofesionalan Guru sudah sesuai
sebagai guru dengan pertanyaan
yang kami ajukan.

4. Tidak Guru tidak


mendiskriminasi membedakan
siswa di dalam kelas sekelompok siswa yang
aktif dan siswa yang
tidak aktif.
5. Sikap dan perilaku Guru mencontohkan
guru di sekolah kepada siswa sikap dan
perilaku yang baik.
6. Pemahaman guru Guru dapat menguasai
tentang materi yang materi pembelajaran.
disampaikan

7. Kesesuaian Guru mengajar sudah


kurikulum yang sesuai dengan
diajarkan kurikulum

23
Lampiran 3

Dokumentasi kegiatan

24

Anda mungkin juga menyukai