Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KOMPETENSI PROFESIONALISME GURU

DI SUSUN OLEH :
YUNDA ARDIANTI MAHFIDA
2013100005
PENDIDIKAN MATEMATIKA

UNIVERSITAS WIDYA DHARMA KLATEN


PADA TAHUN AJARAN 2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
BAB I.................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG..............................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH........................................................................1
C. TUJUAN.............................................................................................2
BAB II................................................................................................................3
PEMBAHASAN..................................................................................................3
A. PENGERTIAN PROFESIONALISME
GURU................................................................................................3
B. PERLUNYA GURU YANG
PROFESIONAL...................................................................................3
C. ASPEK-ASPEK KOMPETENSI
GURU...............................................................................................4
D. UPAYA MENINGKATKAN PROFESIONALISME
GURU...............................................................................................6
E. PERSYARATAN GURU PROFESIONAL
BAB III...............................................................................................................8
PENUTUP..........................................................................................................10
A. KESIMPULAN......................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................11

I
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa,karena atas rahmat dan
karunia- Nya makalah yang berjudul “KOMPETENSI PROFESIONALISME GURU“
dapat diselesaikan tepat waktu.Makalah ini disusun sebagai tugas matakuliah
komputer.
Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih sangat banyak kekurangan di dalam nya yang perlu
diperbaiki kembali,untuk itu saya sangat mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun semangat untuk kesempurnaan makalah ini.Sehingga,
dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Klaten, Mei 2021

Penulis

II
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kompetensi merupakan kemampuan dan berwenangan guru dalam
melaksanakan profesi keguruannya. Kata “profesional” berasal dari kata sifat yang
berarti pencaharian dan sebagai kata benda yang berarti orang yang mempunyai
keahlian seperti guru, dokter, hakim, dan sebagainya. Dengan kata lain pekerjaan yang
bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang
khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang
karena tidak dapat memperoleh pekerjaan lain (Uzer Usman, 1995: 14).

Dengan bertitik tolak pada pengertian ini, maka pengertian guru profesional
adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan
sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan
maksimal.

Dengan kata lain guru profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih
dengan baik, serta memiliki pengalaman yang kaya bidangnya, (Uzer Usman, 1995: 15).
Yang dimaksud dengan terdidik dan terlatih bukan hanya memperoleh pendidikan formal
tetapi juga harus menguasai landasanlandasan kependidikan.

Guru memiliki peran yang sangat strategis dalam proses pembelajaran. Peran
strategis guru dalam proses pembelajaran ini memiliki dampak pada kompetensi yang
dicapai siswa berupa pengetahuan, keterampilan dan moral. Guru yang profesional pasti
akan dapat menghasilkan pendidikan yang berkualitas. Hal ini dapat dicapai dengan cara
menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, sehingga mampu memberikan motivasi
dan semangat belajar siswa. Guru profesional akan dapat melaksanakan pembelajaran
yang dapat menumbuhkan kreatifitas peserta didik.

Melalui strategi pembelajaran yang tepat dan beragam, peserta didik diharapkan
tidak hanya memahami materi saja tetapi juga dapat mendorong siswa lebih aktif dalam
proses pembelajaran. Semua itu dapat tercipta karena adanya latar belakang pendidikan
guru yang sesuai dengan bidang studi yang diampu, yang dibekali dengan pengetahuan
sesuai dengan bidangnya.

Guru profesional tidak hanya dituntut untuk mampu memiliki kepribadian yang
matang, penguasaan ilmu yang kuat, keterampilan mengajar, pengembangan profesi,
tetapi juga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran sesuai bidang studi yang dikuasai.
Tetapi pada kenyataan, masih banyak masyarakat yang beranggapan bahwa siapapun
bisa mengajar sehingga merasa tidak perlu memperhatikan latar belakang pendidikan.

B. RUMUSAN MASALAH
a. Apa itu profesionalisme guru ?
b. Mengapa kita memerlukan guru yang profesional ?
c. Apa saja aspek-aspek kompetensi guru profesional ?
d. Upaya apa saja untuk meningkatkan profesionalisme guru ?
e. Apa saja syarat menjadi guru profesional ?
C. TUJUAN
a. Makalah ini dibuat agar para pembaca mengetahui apa itu profesionalisme guru.
b. Agar para pembaca mengetahui mengapa di era yang sekarang kita memerlukan
guru yang profesional.

1
c. Bagi para pembaca yang ingin jadi guru bisa mengetaui apa saja aspek-aspek
yang untuk menjdai guru yang profesional dan upaya apa saja yang perlu
ditingkatkan agar menjadi guru yang profesional.
d. Agar para pemabaca mengetahui apa sajakah persyaratan menjadi guru
profesional.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PROFESIONALISME GURU

Ahmad Tafsir mendefinisikan bahwa profesionalisme adalah paham yang


mengajarkan bahwa setiap pekerjaan harus dilakukan oleh orang yang profesional.
Istilah profesional aslinya adalah kata sifat dari kata ”profession” (pekerjaan) yang berarti
sangat mampu melakukan pekerjaan. Sebagai kata benda, profesional lebih berarti
orang yang melaksanakan sebuah profesi dengan menggunakan profesi sebagai mata
pencaharian (Mc. Leod,1989). Dalam kamus bahasa Indonesia edisi kedua (1991), guru
diartikan sebagai orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya) mengajar. Dalam
bahasa Arab disebut ” Mu’alim”, dalam bahasa inggris ”teacher” memiliki arti sederhana
yakni ” A person whose occuption is teaching others” (Mc. Leod,1989) artinya seseorang
yang pekerjaannya mengajar orang lain.

Profesionalisme guru merupakan kondisi, arah, nilai,tujuan, dan kualitas suatu


keahlian dan kewenangan dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang berkaitan
dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata pencaharian. Adapun guru yang
profesional itu sendiri adalah guru yang berkualitas, berkompeten, dan guru yang
dikehendaki untuk mendatangkan prestasi belajar serta mampu mempengaruhi proses
belajar siswa yang nantinya akan menghasilkan prestasi belajar siswa yang lebih baik.

Adapun mengenai kata Profesional Uzer Usman (2011: 14-15) memberikan


suatu kesimpulan bahwa suatu pekerjaan yang bersifat profesional memerlukan
beberapa bidang ilmu yang secara sengaja harus dipelajari dan kemudian diaplikasikan
bagi kepentingan umum. Kata prifesional itu sendiri berasal dari kata sifat yang berarti
pencaharian dan sebagai kata benda yang berarti orang yang mempunyai keahlian
seperti guru, dokter, hakim, dan sebagainya. Dengan kata lain, pekerjaan yang bersifat
profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khusus
dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena
tidak dapat memperoleh pekerjaan lain. Dengan bertitik tolok pada pengertian ini, maka
pengertian guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian
khusus dalam bidang keguruan 23 sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya
sebagai guru dengan kemampuan yang maksimal.

B. PERLUNYA GURU YANG PROFESIONAL

Dalam pendidikan, guru adalah seorang pendidik, pembimbing, pelatih, dan


pemimpin yang dapat menciptakan iklim belajar yang menarik, memberi rasa aman,
nyaman dan kondusif dalam kelas. Keberadaannya di tengah-tengah siswa dapat
mencairkan suasana kebekuan, kekakuan, dan kejenuhan belajar yang terasa berat
diterima oleh para siswa. Kondisi seperti itu tentunya memerlukan keterampilan dari
seorang guru, dan tidak semua mampu melakukannya. Menyadari hal itu, maka penulis
menganggap bahwa keberadaan guru profesional sangat diperlukan.

Menanggapi kembali mengenai perlunya seorang guru yang profesional, penulis


berpendapat bahwa guru profesional dalam suatu lembaga pendidikan diharapkan akan
memberikan perbaikan kualitas pendidikan yang akan berpengaruh terhadap prestasi
belajar siswa. Dengan perbaikan kualitas pendidikan dan peningkatan prestasi belajar,
maka diharapkan tujuan pendidikan nasional akan terwujud dengan baik.

3
Dengan demikian, keberadaan guru profesional selain untuk mempengaruhi
proses belajar mengajar, guru profesional juga diharapkan mampu memberikan mutu
pendidikan yang baik sehingga mampu menghasilkan siswa yang berprestasi. Untuk
mewujudkan itu, perlu dipersiapkan sedini mungkin melalui lembaga atau sistem 24
pendidikan guru yang memang juga bersifat profesional dan memeliki kualitas
pendidikan dan cara pandang yang maju.

C. ASPEK-ASPEK KOMPTENSI GURU PROFESIONAL

Dalam pembahasan profesionalisme guru ini, selain membahas mengenai


pengertian profesionalisme guru, terlebih dahulu penulis akan menjelaskan mengenai
kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru yang profesional. Karena seorang guru
yang profesional tentunya harus memiliki kompetensi profesional. Dalam buku yang
ditulis oleh E. Mulyasa (2011: 75) menjelaskan bahwa kompetensi yang harus dimiliki
seorang guru itu mencakup empat aspek sebagai berikut:

1. Kompetensi Pendagogik.

a. Mulyasa (2011: 75) mengungkapkan dalam Standar Nasional Pendidikan,


penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir a dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik
adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi
pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

b. Lebih lanjut, dalam RPP tentang guru (E. Mulyasa, 2011: 75) mengungkapkan
bahwa kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelola
pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi hal-hal sebagai
berikut:
a) Pemahaman wawasan atau landasan pendidikan.
b) Pemahaman terhadap peserta didik 25.
c) Pengembangan terhadap kurikulum/ silabus.
d) Perencanaan pembelajaran.
e) Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis.
f) Pemanfaatan teknologi pembelajaran.
g) Evaluasi Hasil Belajar (EHB).
h) Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimiliki.
2. Kompetensi Kepribadian.
Mulyasa (2011: 117) menjelaskan kompetensi kepribadian dalam Standar
Nasional Pendidikan, yang tercantum dalam Pasal 28 ayat (3) butir b, dikemukakan
kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi
peserta didik dan berakhlak mulia.

Menurut Abdul Hadis dan Nurhayati (2010: 27-28) menjabarkan kompetensi


profesional menjadi subkompetensi dan pengalaman belajar yang berdasarkan LPTKI
(Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan Indonesia) di Unesa Surabaya tahun 2006
sebagai berikut:

a. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap,stabil,dewasa,arif dan berwibawa.


b. Menampilkan diri sebagai pribadi yang berakhlak mulia dan sebagai teladan bagi
peserta didik dan masyarakat.
c. Mengevaluasi kinerja sendiri.
d. Mengembangkan diri secara berkelanjutan.

4
Oleh sebab itu, guru adalah panutan bagi peserta didik dan menjadi sosok seorang
guru haruslah memiliki kekuatan kepribadian yang positif yang dapat dijadikan sumber
inspirasi bagi peserta didik. Seperti yang diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantara dalam
sistem pendidikan yang diinginkan yaitu guru harus “ing ngarsa sung tuladha, ing madya
mangun karsa, tut wuru handayani” yang artinya bahwa guru harus menjadi contoh dan
teladan yang baik, membangkitkan motivasi belajar sisiwa serta mendorong/
memberikan dukunagan dari belakang.

3. Kompetensi Profesional.

Mulyasa (2011: 135) menjelaskan kompetensi profesional dalam Standar Nasional


Pendidikan, yang tercantum dalam Pasal 28 ayat (3) butir c dikemukakan bahwa yang
dimaksud kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran
secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing pesrta 27 didik memenuhi
standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.

Secara umum, ruang lingkup kompetensi profesional guru menurut E. Mulyasa (2011:
135) adalah:

a) Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan baik filosofis dan psikologis.
b) Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai dengan tingkat perkembangan
perilaku peserta didik.
c) Mampu menangani mata pelajaran atau bidang studi yang ditugaskan kepadanya.
d) Mengerti dan dapat menerapkan metode mengajar yang sesuai.
e) Mampu menggunakan berbagai alat pelajaran dan media serta fasilitas yang lain.
f) Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pengajaran.
g) Mampu melaksanakan evaluasi belajar.
h) Mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik.

Sedangkan secara khusus, kompetensi profesionalisme guru dapat dijabarkan oleh


E.Mulyasa (2011: 136) sebagai berikut:

a) Memahami Standar Nasional Pendidikan


b) Mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
c) Menguasai materi standar d) Mengelola program pembelajaran
d) Mengelola kelas
e) Menggunakan media dan sumber pembelajaran
f) Menguasai landasan-landasan kependidikan
g) Memahami dan melaksanakan pengembangan peserta didik
h) Memahami dan menyelenggarakan administrasi sekolah
i) Memahami penelitian dalam pembelajaran

Kompetensi profesionalisme guru berhubungan dengan kompetensi yang


menuntut guru untuk ahli di bidang pendidikan sebagai suatu pondasi yang dalam
melaksanakan profesinya sebagai seorang guru profesional. Karena dalam menjalankan
profesi keguruan, terdapat kemampuan dasar dalam penegetahuan tentang belajar dan
tingkah laku manusia, bidang studi yang dibinanya, sikap ang tepat tentang lingkungan
belajar mengajar dan mempunyai keterampilan dalam teknik mengajar.

5
4. Kopetensi Sosial.

Mulyasa (2011: 173) menjelaskan tentang kompetensi sosian dalam Standar Nasional
Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir d dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan
kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Menurut Abdul Hadis
dan Nurhayati (2010: 27-28) yang berdasarkan hasil rapat Asosiasi LPTKI (Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan Indonesia) di Unesa Surabaya Tahun 2006, menjelaskan
kompetensi sosial dapat dijabarkan menjadi sub kompetensi dan pengalaman belajar
sebagai berikut:

a. Berkomunikasi secara efektif dan empatik dengan peserta didik,orang tua


peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan dan masyarakat.
1. Mengkaji hakikat dan prinsip-prinsip komunikasi yang efektif dan empatik.
2. Berlatih berkomunikasi secara efektif dan empatik.
3. Berlatih mengevaluasi komunikasi yang efektif dan empatik.
b. Berkontribusi terhadap pengembangan pendidikan disekolah dan masyarakat.
1. Berlatih berbagai macam progam untuk pengembangan pendidikan
dilingkungan sekolah dan lingkungan sekitar.
2. Berlatih berperan serta dalam penyelenggaraan berbagai progam disekoalh
dan dilngkungan nya.
c. Berkontribusi terhadap pengembangan pendidikan di tingkat
lokal,regional,nasional,global:
1. Berlatih mengidentifikasi dan menganalisis masalah-masalah pendidikan
pada tataran lokal,regional,nasional,global.
2. Berlatih mengembangkan alternatif pemecahan masalah-masalah pendidikan
pada tataran lokal,regional,nasional, dan global.
3. Berlatih merancang progam pendidikan pada tataran lokal,regional,nasional
dan global.
d. Memanfaatkan teknologi komunikasi dan informasi (ICT) untuk berkomunikasi
dan mengembangkan diri:
1. Mengkaji berbagai perangkat ICT
2. Berlatih mengoperasikan berbagai peralatan ICT untuk berkomunikasi.
3. Berlatih memanfaatkan ICT untuk berkomunikasi dan mengembangkan
kemampuan profesional.

Kompetensi sosial guru merupakan kemampuan guru untuk menyesuaikan diri


kepada tuntunan kerja di lingkungan sekitar pada saat menjalankan tugasnya sebagai
seorang guru. Dalam menjalani perannya tersebut guru, sebisa mungkin harus dapat
menjadi sosok pencetus dan pelopor pembangunan di lingkungan sekitar terutama yang
berkaitan erat dengan pendidikan. Melalui interaksinya yang baik dengan peserta didik,
sesama pendidik, tenaga pendidik dan wali peserta didik tentunya akan sangat
29mendukung proses pendidikan sehingga mencapai tujuan pendidikan yang lebih baik.

D. UPAYA-UPAYA UNTUK MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU

Profesionalisme guru merupakan acuan yang sangat penting bagi peningkatan


dunia pendidikan. banyak cara yang dilakukan untuk meningkatkan profesionalisme
guru. Jalan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan Profesionalisme guru antara lain:

1. Peningkatan kesejahteraan.
Agar seorang guru bermartabat dan mampu “membangun” manusia muda dengan penuh
percaya diri, guru harus memiliki kesejahteraan yang cukup (gaji yang memadai). Perlu

6
ditata ulang sistem penggajian guru agar gaji yang diterimanya setiap bulan dapat
mencukupi kebutuhan hidup dirinya dan keluarganya dan pendidikan putra-putrinya.
Dengan penghasilan yang mencukupi, tidak perlu guru bersusah payah untuk mencari
nafkah tambahan di luar jam kerjanya. Guru akan lebih berkonsentrasi pada profesinya,
tanpa harus mengkhawatirkan kehidupan rumah tangganya serta khawatir akan
pendidikan putra-putrinya. Guru mempunyai waktu yang cukup untuk mempersiapkan diri
tampil prima di depan kelas. Jika mungkin, seorang guru dapat meningkatkan profesinya
dengan menulis buku materi pelajaran yang dapat dipergunakan diri sendiri untuk
mengajar dan membantu guru-guru lain yang belum mencapai tingkatnya. Hal ini dapat
lebih menyejahterakan kehidupan guru dan akan lebih meningkatkan status sosial guru.
Guru akan lebih dihormati dan dikagumi oleh anak didiknya. Jika anak didik mengagumi
gurunya maka motivasi belajar siswa akan meningkat dan pendidikan pasti akan lebih
berhasil.

2. Kurangi beban guru dari tugas-tugas administrasi yang sangat menyita waktu.
Sebaiknya tugas-tugas administrasi yang selama ini harus dikerjakan seorang guru,
dibuat oleh suatu tim di Diknas atau Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) yang
disesuaikan dengan kondisi daerah dan bersifat fleksibel (bukan harga mati) lalu
disosialisasikan kepada guru melalui sekolah-sekolah. Hal ini dapat dijadikan sebagai
pegangan guru mengajar dalam mengajar dan membantu guru-guru pemula untuk
mengajar tanpa membebani tugas-tugas rutin guru.

3. Penyelenggaraan pelatihan dan sarana.


Salah satu usaha untuk meningkatkan profesionalitas guru adalah pendalaman materi
pelajaran melalui pelatihan-pelatihan. Beri kesempatan guru untuk mengikuti pelatihan-
pelatihan tanpa beban biaya atau melengkapi sarana dan kesempatan agar guru dapat
banyak membaca buku-buku materi pelajaran yang dibutuhkan guru untuk
memperdalam pengetahuannya.

4. Pembinaan perilaku kerja.


Studi-studi sosiologi sejak zaman Max Weber di awal abad ke-20 dan penelitian
penelitian manajemen dua puluh tahun belakangan bermuara pada satu kesimpulan
utama bahwa keberhasilan pada berbagai wilayah kehidupan ternyata ditentukan oleh
perilaku manusia, terutama perilaku kerja.

5. Penciptaan waktu luang.


Waktu luang sudah lama menjadi sebuah bagian proses pembudayaan. Salah satu
tujuan pendidikan klasik (Yunani-Romawi) adalah menjadikan manusia makin menjadi
"penganggur terhormat", dalam arti semakin memiliki banyak waktu luang untuk
mempertajam intelektualitas dan kepribadian.

6. Memahami tuntutan standar profesi yang ada.


Upaya memahami tuntutan standar profesi yang ada (di Indonesia dan yang berlaku di
dunia) harus ditempatkan sebagai prioritas utama jika guru kita ingin meningkatkan
profesionalismenya. Hal ini didasarkan kepada beberapa alasan sebagai berikut:
Pertama, persaingan global sekarang memungkinkan adanya mobilitas guru secara
lintas negara. Kedua, sebagai profesional seorang guru harus mengikuti tuntutan
perkembangan profesi secara global, dan tuntutan masyarakat yang menghendaki
pelayanan vang lebih baik. Cara satu-satunya untuk memenuhi standar profesi ini adalah
dengan belajar secara terus menerus sepanjang hayat, dengan membuka diri yakni mau
mendengar dan melihat perkembangan baru di bidangnya.

7. Mencapai kualifikasi dan kompetensi yang dipersyaratkan.


Kemudian upaya mencapai kualifikasi dan kompetensi yang dipersyaratkan juga tidak
kalah pentingnya bagi guru. Dengan dipenuhinya kualifikasi dan kompetensi yang
memadai maka guru memiliki posisi tawar yang kuat dan memenuhi syarat yang
dibutuhkan. Peningkatan kualitas dan kompetensi ini dapat ditempuh melalui

7
diklat/penataran dan berbagai upaya lain untuk memperoleh sertifikasi

8. Membangun hubungan kesejawatan yang baik dan luas termasuk lewat organisasi
profesi.
Upaya membangun hubungan kesejawatan yang baik dan luas dapat dilakukan guru
dengan membina jaringan kerja atau networking. Guru harus berusaha mengetahui apa
yang telah dilakukan oleh sejawatnya yang sukses

9. Mengembangkan etos kerja atau budaya kerja yang mengutamakan pelayanan


bermutu tinggi.
Selanjutnya upaya membangun etos kerja atau budaya kerja yang mengutamakan
pelayanan bermutu tinggi kepada konstituen merupakan suatu keharusan di zaman
sekarang. Semua bidang dituntut untuk memberikan pelayanan prima. Guru pun harus
memberikan pelayanan prima kepada konstituennya yaitu siswa, orangtua dan sekolah.
Terlebih lagi pelayanan pendidikan adalah termasuk pelayanan publik vang didanai,
diadakan, dikontrol oleh dan untuk kepentingan publik. Oleh karena itu guru harus
mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada publik.

10. Mengadopsi inovasi atau mengembangkan kreativitas dalam pemanfaatan teknologi


komunikasi dan informasi mutakhir agar senantiasa tidak ketinggalan dalam
kemampuannya mengelola pembelajaran. Guru dapat memanfaatkan media dan ide-ide
baru bidang teknologi pendidikan seperti media presentasi, komputer dan juga
pendekatan-pendekatan baru bidang teknologi pendidikan.

E. SYARAT-SYARAT MENJADI GURU PROFESIONAL

Dilihat dari tugas dan tanggung jawabnya, tenaga kependidikan ternyata bahwa untuk
menyandang pekerjaan dan jabatan tersebut dituntut beberapa persyaratan. Menurut
Muhammad Ali ( 1985 : 35 ) sebagai berikut :

1. Menuntut adanya keterampilan yang berdasarkan konsep dan teori ilmu pengetahuan
yang mendalam
2. Menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang
profesinya
3. Menuntut tingkat pendidikan keguruan yang memadai
4. Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang
dilaksanakannya
5. Memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupannya

Untuk itulah seorang guru harus mempersiapkan diri sebaik – baiknya untuk memenuhi
panggilan tugasnya, baik berupa im-service training (diklat/penataran) maupun pre
service training (pendidikan keguruan secara formal). Secara khusus, sebagai sebuah
profesi keguruan, ada beberapa kriteria seorang guru. Menurut versi National Education
Association (NEA), guru berarti jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual, menggeluti
suatu batang tubuh ilmu yang khusus, memerlukan persiapan profesional yang lama,
memerlukan latihan dalam jabatan yang berkesinambungan, menjanjikan karier hidup
dan keanggotaan yang permanen, menentukan standarnya sendiri, lebih mementingkan
layanan di atas keuntungan pribadi, mempunyai organisasi profesional yang kuat dan
terjalin erat.

Tidak mudah menjadi guru, perlu persiapan, latihan, pembiasaan dan pendidikan yang
cukup. Itulah sebabnya, salah satu kompetensi guru profesional itu harus ada ijazah
guru. Ijazah bukan semata-mata karena alasan formalitas.

8
Selain itu sebagaimana dikemukakan oleh tim pembina kuliah Didaktik metodik
kurikulum UPI ( 1989 : 9 ) persyaratan guru adalah :

1. Persyaratan Fisik yaitu kesehatan jasmani


2. Persyaratan psikis yaitu sehat rohaninya serta diharapkan memiliki bakat dan
minat keguruan
3. Persyaratan mental yaitu memiliki sikap mental yang baik terhadap profesi
keguruan mencintai dan mengabdi dedikasi pada tugas jabatannya.
4. Persyaratan moral yaitu sifat susila dan budi pekerti yang luhur
5. Persyaratan intelektual atau akademis yaitu mengenal pengetahuan dan
keterampilan khusus yang diperoleh dari lembaga pendidikan guru yang memberi
bekal untuk menunaikan tugas sebagai pendidik formal di sekolah
6. Berdasarkan PP nomor 19 tahun 2007 tentang standar nasional pendidikan,
standar tenaga pendidik ditetapkan, pendidik pada usia dini SD/MI, SMP/MTs,
SMA/MA atau bentuk lain yang sederajat memiliki kualifikasi akademik pendidikan
minimum Diploma IV atau sarjana S1, latar belakang pendidikan tinggi dibidang
pendidikan anak usia dini , SD/ MI, SMP/MTs, SMA atau yang sederajat dan
kependidikan lain atau psikologi dan sertifikasi profesi guru

Guru yang memenuhi persyaratan atau yang profesional tentunya akan dapat
menumbuhkan perhatian siswa dalam belajar, sehingga dapat mewujudkan situasi
belajar mengajar yang baik. Sebagaimana Nana Sudjana ( 2000 : 16 ) menyatakan :
“Tanggung jawab dalam mengembangkan profesi pada dasarnya ialah tuntunan dan
panggilan untuk selalu mencintai, menghargai, menjaga, dan meningkatkan tugas
dan tanggung jawab terhadap profesi. Guru harus sadar bahwa tugas dan tanggung
jawabnya tidak bisa dilakukan oleh orang lain kecuali oleh dirinya sendiri.”

9
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Jadi kesimpulan nya profesionalisme guru merupakan kondisi, arah, nilai,tujuan, dan
kualitas suatu keahlian dan kewenangan dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang
berkaitan dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata pencaharian. Adapun guru yang
profesional itu sendiri adalah guru yang berkualitas, berkompeten, dan guru yang dikehendaki
untuk mendatangkan prestasi belajar serta mampu mempengaruhi proses belajar siswa yang
nantinya akan menghasilkan prestasi belajar siswa yang lebih baik.

Dalam pendidikan, guru adalah seorang pendidik, pembimbing, pelatih, dan pemimpin
yang dapat menciptakan iklim belajar yang menarik, memberi rasa aman, nyaman dan kondusif
dalam kelas. Keberadaannya di tengah-tengah siswa dapat mencairkan suasana kebekuan,
kekakuan, dan kejenuhan belajar yang terasa berat diterima oleh para siswa. Kondisi seperti itu
tentunya memerlukan keterampilan dari seorang guru, dan tidak semua mampu melakukannya.
Menyadari hal itu, maka penulis menganggap bahwa keberadaan guru profesional sangat
diperlukan.

Banyak persyaratan untuk menjadi seorang guru. Guru yang memenuhi persyaratan atau
yang profesional tentunya akan dapat menumbuhkan perhatian siswa dalam belajar, sehingga
dapat mewujudkan situasi belajar mengajar yang baik. Sebagaimana Nana Sudjana ( 2000 : 16 )
menyatakan : “Tanggung jawab dalam mengembangkan profesi pada dasarnya ialah tuntunan
dan panggilan untuk selalu mencintai, menghargai, menjaga, dan meningkatkan tugas dan
tanggung jawab terhadap profesi. Guru harus sadar bahwa tugas dan tanggung jawabnya tidak
bisa dilakukan oleh orang lain kecuali oleh dirinya sendiri.”

10
Daftar pustaka

https://www.blogbarabai.com/2014/09/makalah-profesionalisme-guru-kompetensi.html
https://belajarwebdiyutubeblog.wordpress.com/2017/01/27/makalah-profesionalisme-guru/
https://makalah-ibnu.blogspot.com/2010/01/kompetensi-profesionalisme-
guru.html#axzz6u66HpHxz

11

Anda mungkin juga menyukai