Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Sebagian umat Islam, kita tentu mengetahui dengan baik bahwa Allah
SWT telah menetapkan batas-batas dalam pergaulan. Yang mana dalam pergaulan
terkadang manusia tidak lepas dari kesalahan, dosa, dan kekhilafan. Untuk itu
perlu rujukannya dalam bertingkah laku. Rujukan tersebut diantaranya adalah
hadits-hadits sabda Rasulullah SAW, karena risalah pertama yang disampaikan
kepada umat Islam adalah tentang akhlak. Hendaknya dalam kehidupan sehari-
hari kita mengikuti petunjuk-petunjuk yang telah disampaikan pada
kita secara jelas. Agar dalam pergaulan sehari-hari, kita tidak melampaui batas
yang telah ditetapkan, maka kita harus dapat memahami sabda-sabda Rasulullah
tersebut.
Seperti yang kita ketahui bersama, bahwa hanya pergaulan bebas dan
semacamnya hampir-hampir tidak memiliki rem atau batasan, kaum muda saat
ini berbuat sekehendak hatinya. Begitu pula halnya kebiasaan nongkrong atau
duduk dipinggir jalan hampir jadi tradisi serta hubungan silaturrahmi pun jarang
dilakukan.
Untuk itulah, kita sebagai orang yang berilmu agar bisa mencari jalan
keluar untuk berbagai macam permasalahan dan kemudian kita dapat
memprakteknya dalam kehidupan sehari-hari.

B. Rumusan Masalah
1. Larangan berduaan tanpa mahram.
2. Sopan santun duduk dipinggir jalan.
3. Menyebarluaskan salam.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Larangan Berduaan Tanpa Mahram

‫ه‬ ‫ه‬ ‫ه‬ ‫ه‬ ‫ه‬


‫صقللىَّ ُالقلق ُيعليييقه ُيويسقليم ُيييطقل ل‬
ُ:‫ب ُييقلقققوُلل‬ ‫ت ُيرلسققوُيل ُايلَلقه ُ ي‬
‫ ُيسقيع ل‬،َ‫يعين ُابيهن ُيعلباَسس ُيرضيي ُايلَلله ُيعينَقلهيما‬
،‫ٍ ُيويل ُتليساَفهلر ُايلَييميرأيلة ُإهلل ُيميع ُهذيِ ُ ييميرسم«ٍ ُفيقيقاَيم ُيرلجلل‬,‫»يل ُيييليوُلن ُيرلجلل ُبهاَهيميرأيسة ُإهلل ُيويميعيهاَ ُلذو ُ ييميرسم‬

ُ:‫ ُققيقاَيل‬،‫ت ُهفقق ُيغقيزيوهة ُيكقيذا ُيويكقيذا‬ ‫ه ه‬ ‫ه ه‬


‫ ُيوإهننقق ُايكتلتيبق ل‬،‫ت ُيحاَلجقةة‬
‫ ُإهلن ُايميرأيهتقق ُيخيريجق ي‬،‫ُ ُيقيقاَ ُيرلسققوُيل ُايلَلقه‬:‫فيقيقققاَيل‬
ٍ﴾‫ظ ُلَهلميسلهسم‬
‫ ُيوالَليف ل‬،‫ ُ﴿لمتلقيفلق ُيعليييهه‬.ٍ«‫ك‬ ‫ه‬ ‫ه ه‬
‫ ُفيلحلج ُيميع ُايميرأيته ي‬،‫»انيطيليق‬
Artinya: Ibnu Abbas ‘anhu, ia berkata: Saya mendengar Nabi şallaLlāhu
‘alaihi wasallam berkhutbah seraya bersabda: “Janganlah sekali-kali seorang
laki-laki berduaan dengan seorang wanita kecuali wanita itu disertai
mahramnya. Dan seorang wanita juga tidak boleh bepergian sendirian, kecuali
ditemani oleh mahramnya.” Tiba-tiba berdirilah seorang laki-laki dan bertanya,
“Ya, Rasulullah, sesungguhnya isteriku hendak menunaikan ibadah haji,
sedangkan aku telah ditugaskan pergi berperang ke sana dan ke situ; bagaimana
ini?” Rasulullah şallaLlāhu ‘alaihi wasallam pun menjawab: “Tunaikanlah
ibadah haji bersama isterimu.” (Şaĥīĥ Muslim )1

1. Penjelasan Hadits
Larangan tersebut, antara lain dimaksudkan sebagai batasan dalam
pergaulan antara lawan jenis demi menghindari fitnah. Dalam kenyataannya, di
negara-negara yang menganut pergaulan bebas, norma-norma hukum dan
kesopanan merupakan salah satu pembeda antara manusia dengan binatang
seakan-akan hilang. Hal ini karena kesenangan dan kebebasan dijadikan sebagai

1 Nashiruddin Al-Albani Muhammad. Shahih sunan ibnu majah, Jakarta, Ebook C


reator, 2008 hal. 1991 no. 2467

2
rujukan utama. Akibatnya, perzinahan sudah bukan hal yang aneh, tetapi sudah
biasa terjadi, bahkan di tempat-tempat umum sekalipun. Kalau demikian adanya,
apa bedanya antara manusia dengan binatang ?
Oleh karena itu, larangan Islam, tidak semata-mata untuk membatasi
pergaulan, tetapi lebih dari itu yaitu, untuk menyelamatkan peradaban manusia.
Berduaan dengan lawan jenis merupakan salah satu langkah awal terhadap
terjadinya fitnah. Dengan demikian, larangan perbuatan tersebut, sebenarnya
sebagai langkah preventif (bersifat mencegah) agar tidak melanggar norma-norma
hukum yang telah ditetapkan oleh agama dan yang telah disepakati masyarakat.
Adapun larangan kedua, tentang wanita yang bepergian tanpa mahram,
terjadi perbedaan pendapat di antara para ulama. Ada yang menyatakan bahwa
larangan tersebut sifatnya mutlak. Dengan demikian, perjalanan apa saja, baik
yang dekat maupun yang jauh, harus disertai mahram. Ada yang berpendapat
bahwa perjalanan tersebut adalah perjalanan jauh yang memerlukan waktu
minimal dua hari. Ada pula yang berpendapat bahwa larangan tersebut ditujukan
bagi wanita yang masih muda-muda saja, sedangkan bagi wanita yang sudah tua
diperbolehkan, dan masih banyak pendapat lainnya.
Sebenarnya, kalau dikaji secara mendalam, larangan wanita mengadakan
safar (perjalanan) adalah sangat kondisional. Seandainya wanita tersebut dapat
menjaga diri dan meyakini tidak akan terjadi apa-apa. Serta merasa bahwa ia akan
merepotkan mahramnya setiap kali akan pergi. Maka perjalanannya dibolehkan.
Misalnya pergi untuk kuliah, kantor dan lain-lain. Namun demikian, lebih baik
ditemani oleh mahramnya, kalau tidak merepotkan dan menganggunya.
Dengan demikian, yang menjadi standar adalah kemaslahatan dan
keamanan. Begitu pula pergi haji, kalau diperkirakan akan aman, apalagi pada
saat ini telah ada petugas pembimbing haji yang akan bertanggung jawab terhadap
keselamatan dan kelancaran para jamaah haji, maka seorang wanita yang pergi
haji tidak disertai mahramnya diperbolehkan kalau memang dia sudah memenuhi
persyaratan untuk melaksanakan ibadah haji.

3
B. Sopan santun duduk di pinggir jalan

‫يِ ُعقن ُا نَلَلهبق ُص للىَّ ُالَلقه ُعلييقهه ُوسقلم ُيقاَيل ُإهيقلقاَلكم ُوايل لقوُس ُهف ُالَططرقيقاَ ه‬ ‫هس‬
‫ت‬ ‫ل‬ ‫يي ل ي‬ ‫ل يي يي ي‬ ‫يعقين ُأيهبق ُيسقعيد ُايلقليدهر ن ي ي ن ي‬
‫صقللىَّ ُالَلقله ُيعليييقهه‬ ‫ه‬ ‫ققيقاَلَلوُا ُيققاَ ُرسققوُيل ُالَلقهه ُمققاَ ُلَينَققاَ ُبقدد ُهمقن ُيماَلَههسقنَاَ ُنيقتحقلد ه‬
‫ث ُفييهققاَ ُققيقاَيل ُيرلسققوُلل ُالَلقه ُ ي‬
‫ي ي ل ي ي ي يي ل‬ ‫ي يل‬
‫صقهر ُيويكق ط‬ ‫س ُفيأييعطلوُا ُالَطلهريقيق ُيحلققله ُقيقاَلَلوُا ُيويمقاَ ُيحطققله ُقيقاَيل ُيغق ط‬ ‫ه‬ ‫هل‬ ‫ل ه‬
‫ف‬ ‫ض ُالَيبي ي‬ ‫يويس يم ُفيإيذا ُيأبيقييتليم ُإل ُالَييميجل ي‬
‫ايلييذىَ ُورطد ُالَلسيلهم ُوايليمر ُهباَلَيمعرو ه‬
‫ف ُيوالَنَلقيهلي ُيعين ُالَيلمينَيكهر‬ ‫ي ي ل ي يل‬ ‫يي‬

Artinya:Dari Abu Said Al Khudri RA dari Nabi Muhammad SAW,


bahwasanya beliau bersabda, "Janganlah kamu duduk-duduk dijalan!" Para
sahabat bertanya, "Ya Rasulullah, kami tidak mendapatkan tempat lain pengganti
dari tempat duduk-duduk kami. Bukankah kami hanya berbincang-bincang saja
di sana?" Rasulullah SAW menjawab, "Kalau kalian masih ingin duduk-duduk di
sana, maka berikanlah hak jalan.' Para sahabat bertanya, "Apakah hak jalan itu
ya Rasulullah?" Rasulullah SAW menjawab, "Memelihara pandangan mata,
mencegah kejahatan, menjawab salam, dan amr ma'ruf nahi munkar (memerintah
kebaikan dan mencegah kemungkaran)." {Muslim }2

1. Penjelasan Hadits
Rasulullah SAW melarang duduk di pinggir jalan, baik di tempat duduk
yang khusus, seperti diatas kursi, di bawah pohon, dan lain-lain. Sebenarnya
larangan tersebut bukan berarti larangan pada tempat duduknya, yakni bahwa
membuat tempat duduk di pinggir jalan itu haram. Terbukti ketika para sahabat
merasa keberatan dan berargumen bahwa hanya itulah tempat mereka mengobrol.
Rasulullah SAW. pun membolehkannya dengan syarat mereka harus memenuhi
hak jalan, yaitu berikut ini.

2 Nashiruddin Al-Albani Muhammad. Shahih sunan ibnu majah, Jakarta, Ebook C


reator, 2008 hal. 1425 no. 20

4
a. Menjaga Pandangan Mata
Menjaga pandangan merupakan suatu keharusan begi setiap muslim atau
muslimat, sesuai dengan perintah Allah SWT. Dalam al-Qur'an :
Artinya : "Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah
mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu
adalah lebih Suci bagi mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang
mereka perbuat".
Hal itu tidak mungkin dapat dihindari bagi mereka yang sedang duduk
dipinggir jalan. Ini karena akan banyak sekali orang yang lewat, dari berbagai usia
dan berbagai tipe. Maka bagi para lelaki jangalah memandang dengan sengaja
kepada para wanita yang bukan muhrim dengan pandanagan syahwat. Begitu
pula, tidak boleh memandang dengan pandangan sinis atau iri kepada siapa saja
yang lewat. Pandangan seperti tidak hanya akan melanggar aturan Islam. Tetapi
akan menimbulkan kecurigaan, persengketaan dan kemarahan dari orang yang
dipandangnya, apalagi begi mereka yang mudah tersinggung. Oleh karena itu,
mereka yang sedang duduk dipinggir harus betul-betul menjaga pandangannya.
b. Tidak Menyakiti
Tidak boleh menyakiti orang-orang yang lewat, dengan lisan, tangan, kaki,
dan lain-lain. Dengan lisan misalnya mengata-ngatai atau membicarakannya,
dengan tangan misalnya melempar dengan batu-batu kesil atau benda apa saja
yang akan menyebabkan orang lewat sakit dan tersinggung, tidak memercikkan
air, dan lain-lain yang akan menyakiti orang yang lewat atau menyinggung
perasaannya.
c. Menjawab Salam
Menjawab salam hukumnya adalah wajib meskipun mengucapkan- nya
sunnat. Oleh karena itu, jika ada yang mengucapkan salam ketika duduk dijalan,
hukum menjawabnya adalah wajib.
d. Memerintahkan kepada Kebaikan dan Melarang kepada Kemungkaran.
Apabila sedang duduk di jalan kemudian melihat ada orang yang berjalan
dengan sombong atau sambil mabuk atau memakai kendaraan dengan ngebut, dan
lain-lain, diwajibkan menegurnya atau memberinya nasihat dengan cara yang

5
bijak. Jika tidak mampu, karena kurang memiliki kekuatan untuk itu, doakanlah
dalam hati supaya orang tersebut menyadari kekeliruan dan kesombongannya.
Dari penjelasan hadits tersebut memang di benarkan bahwa tidak bolek
duduk-duduk di pinggir jalan, sebab dapat menggagu orang yang lewat. Dan
larang tersebut dimaksutkan tidak boleh membuat tempat duduk di pinggir jalan.
Serta dibolekan duduk-duduk asalkan sesuai dengan apa yang disyaratkan oleh
Rasulullah.

C. Menyebar luaskan salamalam


‫ن ُفيملر ُبه ه‬
‫ص يقبقيياَسن ُفييس ليم ُيعلييي ه قيم ُيويح لد ي‬ ‫هس‬ ‫ه‬
‫ث ُثيقاَبه ل‬
‫ت ُأينقلهل‬ ‫يعين ُيسلياَسر ُقياَيل ُلكينَ ل‬
‫ت ُأييمشي ُيميع ُيثاَبت ُايلَبلقينَاَه ن ي‬
‫س ُأينلقله ُيكققاَين ُييهشققي ُيمقيع ُيرلسققوُهل‬ ‫س ُفيمقلر ُبه ه‬
‫صق يقبقيياَسن ُفييسقليم ُيعلييي ه قيم ُيويحقلد ي‬
‫ث ُأينيق ل‬
‫ه‬
‫يكققاَين ُيييشققي ُيمقيع ُأينيق س ي‬
‫ه‬
‫صبقيياَسن ُفييسليم ُيعلييي ه يم‬ ‫ه‬ ‫ه‬
‫صللىَّ ُالَلله ُيعليييه ُيويسليم ُفييملر ُبه ي‬
‫الَله ُ ي‬
Artinya: Dari Sayyar, dia berkata, "Saya pernah berjalan bersama Tsabit Al
Bunani melewati anak-anak seraya mengucapkan salam kepada mereka." Tsabit
berkata, bahwasanya ia pernah berjalan bersama Anas melewati anak-anak dan
Anas pun mengucapkan salam kepada anak-anak. Anas berkata bahwasanya ia
pernah berjalan bersama Rasulullah SAW melewati anak-anak, kemudian beliau
mengucapkan salam kepada mereka."3
1. Penjelasan Hadits
Salam merupakan salah satu identitas seorang muslim untuk saling
mendoakan antara sesama muslim setiap kali bertemu. Mengucapkan salam
menurut kesepakatan ulama, hukumnya adalah sunat mu’akkad. Firman Allah
SWT di dalam Al-Quran:

.َ‫يوإهيذا ُلحنييتليم ُبهتيهحيلسة ُفييحيطوُا ُبهأييحيسين ُهمينَقيهاَ ُأييو ُلرطدويهاَ ُإهلن ُالَليه ُيكاَين ُيعيلىَّ ُلكنل ُيشييسء ُيحهسيةبا‬
Artinya: “Apabila ada orang memberi hormat (salam) kepada
kamu,balaslah hormat (salamnya) itu dengan cara yang lebih baik, atau balas

3 Kahar Munsyur, Bulughul Maram, Jakarta: PT. Rineka Cipta, cet. 3, hal.225

6
penghormatan itu (serupa dengan penghormatannya). Sesungguhnya Tuhan itu
menghitung segala sesuatu.(Q.S.An-Nisa- 86)
Mengucapkan salam tidak hanya disunnahkan ketika berjumpa dengan
orang yang dikenal sahaja, tetapi juga ketika bertemu dengan orang yang tidak
dikenali,orang yang di dalam kenderaan kepada yang berjalankaki, orang yang
berjalan kepada yang duduk, kelompok yang sedikit kepada yang ramai.
Bagi permasalahan menjawab salam bagi orang bukan Islam, para ulama
berpakat bahawa menjawab salam Ahli Kitab dengan lafaz “wa’alikum”, jika
sekiranya Ahli Kitab tersebut memberi salam “al-samu’alaikum” atau ragu
dengan apa yang dia katakan. Manakala Ibnu Hajar menyatakan bahawa
menjawab salam dzimmi adalah fardhu kerana ayat menjawab salam itu berisi
perintah menjawab salam secara umum. Manakala tentang lafaz
“assalamu’alaikum”, Ibn Qayyim berkata “menurut dalil-dalil dan kaidah-kaidah
syariat, jawaban kepadanya adalah “wa ‘alaika al-salam” kerana ia termasuk
sikap yang adil dan Allah juga memerintahkan perbuatan yang baik.

BAB II
PENUTUP

7
A. KESIMPULAN
Dari pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwasanya:
1. Larangan berduaan antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram dan
belum resmi menikah.
2. Larangan bepergian kecuali dengan mahramnya.
3. Kemudian larangan duduk dipinggir jalan, disini Rasulullah SAW,
membolehkan dengan syarat harus memenuhi hak jalan antara lain :
a. Menjaga pandangan mata
b. Menjawab salam
c. Memerintahkan kepada kebaikan dan melarang kepada kemungkaran.
4. Salam, merupakan salah satu identitas seorang muslim untuk saling
mendoakan antar sesama muslim setiap kali bertemu.

DATAR PUSTAKA

8
Ash Shidqi, Teuku Muhammad Hasby, Mutiara Hadits 6, Semarang ;PT Pustaka
Rizqi Putra, 2003.

Nashiruddin Al-Albani Muhammad. Shahih sunan ibnu majah, Jakarta, Ebook C


reator, 2008

Kahar Munsyur, Bulughul Maram, Jakarta: PT. Rineka Cipta, cet. 3,

Anda mungkin juga menyukai