Pendahuluan
Pengangguran merupakan salah satu penyakit ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap
tingkat pertumbuhan ekonomi. Pengangguran mengakibatkan orang tidak memiliki pendapatan
dan mendorong mereka jatuh ke jurang kemiskinan. Secara umum pemerintah mengatasi
pengangguran dengan mengupayakan memperluas kesempatan kerja, baik di sektor
pemerintahan maupun sektor swasta.
Masalah pengangguran selalu menjadi permasalahan yang sulit terpecahkan disetiap
negara. Sebab jumlah penduduk yang bertambah semakin besar tiap tahunnya, akan
menyebabkan meningkatnya jumlah orang pencari kerja, dan seiring itu tenaga kerja juga akan
bertambah. Jika tenaga kerja tidak dapat terserap ke dalam lapangan pekerjaan maka mereka
akan tergolong ke dalam orang yang menganggur.
Fenomena pengangguran juga berkaitan erat dengan terjadinya pemutusan hubungan kerja, yang
disebabkan antara lain;
a. Perusahaan yang menutup/mengurangi bidang usahanya akibat krisis ekonomi atau
keamanan yang kurang kondusif, peraturan yang menghambat investasi, hambatan dalam
proses ekspor impor, dan lain-lain.
b. Keterbatasan lapangan pekerjaan yang tersedia di Indonesia sangat cukup tinggi dari tahun
ke tahun, lapangan pekerjaan merupakan indikator penting tingkat kesejahteraan
masyarakat dan sekaligus menjadi indikator keberhasilan penyelenggaraan "pendidikan"
dalam mengurangi angka kemiskinan yang ada.
B. Pembahasan
Konsep Ketenagakerjaan
1) Tenaga Kerjaa.
Badan Pusat Statistik mendefinisikan tenaga kerja (manpower) sebagai seluruh penduduk
dalam usiakerja (15 tahun keatas) yang berpotensi memproduksi barang dan jasa. BPS (Badan
Pusat Statistik) membagi tenaga kerja (employed), yaitu:1
a. tenaga kerja penuh (full employed), adalah tenaga kerja yang mempunyai jumlah jam
kerja > 35 jam dalam seminggu dengan hasil kerja tertentu sesuai dengan uraian tugas.
b. tenaga kerja tidak penuh atau setengah pengangguran (under employed), adalah tenaga
kerja dengan jam kerja < 35 jam seminggu.
c. tenaga kerja yang belum bekerja atau sementara tidak bekerja (unemployed), adalah
tenaga kerja dengan jam kerja 0 > 1 jam perminggu.
1
Badan Pusat Statistik Kota Bandar Lampung, 2015 Tersedia Di: Www.Bps.Go.Id. Situs Resmi Badan Pusat
Statistik
2
Undang-Undang Ri. No. 13 Tahun 2003. Tentang Ketenagakerjaan
terhadap keberhasilan pembangunan bangsa termasuk pembangunan di sektor ketenagaan itu
sendiri. Dimana pembangunan ketenagakerjaan bertujuan untuk:
a. Memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara optimum.
b. Menciptakan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja yang sesuai dengan
pembangunan nasional.
c. Memberikan perlindungan bagi tenaga kerja dalam mewujudkan kesejahteraannya
d. Meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya.
2) Kesempatan Kerja
Kesempatan kerja adalah banyaknya orang yang dapat tertampung untuk bekerja pada
suatu instansi. Kesempatan kerja ini akanmenampung semua tenaga kerja yang tersedia apabila
lapangan pekerjaan yang tersedia mencukupi atau seimbang dengan banyaknya tenaga kerja
yang tersedia. Kebijaksanaan negara dalam kesempatan kerja meliputi upaya-upaya untuk
mendorong pertumbuhan dan perluasan lapangan kerja di setiap daerah, serta perkembangan
jumlah dan kualitas angkatan kerja yang tersedia agar dapat memanfaatkan seluruh potensi
pembangunan di daerah masing-masing. Kesempatan kerja dapat tercipta apabila terjadi
permintaan tenaga kerja di pasar kerja, sehingga dengan kata lain kesempatan kerja juga
menujukkan permintaan terhadap tenaga kerja.
Kesempatan kerja menurut Tambunan93, adalah termasuk lapangan pekerjaan yang sudah
diduduki (employment) dan masih lowong, yang mana terciptanya kesempatan kerja bagi orang
yang menganggur.
Perluasan kesempatan kerja produktif bukan berarti hanya menciptakan lapangan usaha
baru. Melainkan pula usaha peningkatan produktivitas kerja yang pada umumnya disertai dengan
pemberian upahyang sepadan dengan apa yang telah dikerjakan oleh setiap pekerja. Pada
dasarnya ada dua cara yang dapat ditempuh untuk memperluas kesempatan kerja:
a. Pengembangan industri terutama padat karya yang dapat menyerap relatif banyak tenaga
kerja dalam proses produksi; dan
b. Melalui berbagai proyek pekerjaan umum seperti pembuatan jalan, saluran air,
bendungan jembatan dan sebagainya.
3
Tambunan.Tenaga Kerja. (Yogyakarta: Bpfe 2002), hlm. 80.
Tenaga kerja yang berproduksi akan memperoleh balas jasa atau imbalan yang berupa
upah/gaji, sehingga semakin banyak tenaga kerja yang berproduksi berarti akan semakin banyak
warga masyarakat yang memproleh penghasilan. Tetapi kenyataannya sering berbeda, dan inilah
beban pemerintah dan masyarakat Indonesia dalam mengatasi tenaga kerja yang kompleks ini.
Penyerapan tenaga kerja selain berkaitan dengan kebutuhan untuk memperoleh penghasilan bagi
tenaga kerja, juga berkaitan dengan pendapatan nasional, sebab jumlah barang dan jasa yang
dihasilkan oleh penduduk suatu bangsa akan mempengaruhi jumlah pendapatan nasionalnya
Dari masing-masing sektor lapangan pekerjaan itu tentu akan menyerap tenaga kerja.
Bagi yang sedikit kreatif tentu tidak hanya memiliki orientasi mencari kerja, namun bisa melihat
potensi dan peluang dari berbagai sector lapangan kerja untuk dijadikan peluang usaha.
Penciptaan lapangan kerja dan peningkatan produktivitas di sektor-sektor kegiatan yang semakin
meluas akan menambah pendapatan bagi penduduk yang bersangkutan. Kebijaksanaan yang
4
Badan Pusat Statistik Kota Bandar Lampung, 2015
diarahkan pada perluasan kesempatankerja dan peningkatan produktivitas tenaga kerja harus
dilihat dalamhubungan dengan kebijaksanaan yang menyangkut perataan pendapatandalam
masyarakat. Salah satu kebijaksanaan kesempatan kerja adalah mengadakan identifikasi
terperinci, tidak hanya mengenai jumlah angkatankerja, melainkan juga lokasi dan penggolongan
menurut lingkungan hidup, persebaran antara daerah, antar sektor, antar kota/pedesaan dan
sebagainya.
Kebijakan negara dalam lapangan kerja meliputi upaya-upaya untuk mendorong
pertumbuhan dan perluasan kesempatan kerja di setiap daerah, serta perkembangan jumlah dan
kualitas angkatan kerja yang tersedia agar dapat memanfaatkan seluruh potensi pembangunan di
daerah masing-masing.Bertitik tolak dari kebijaksanaan tersebut maka dalam rangka mengatasi
masalah perluasan kesempatan kerja dan mengurangi pengangguran,
Departemen Tenaga Kerja dalam UU. No. 13 Tahun 2003tentang ketenagakerjaan
memandang perlu untuk menyusun program yang mampu baik secara langsung maupun tidak
langsung dapat mendorong penciptaan lapangan kerja dan mengurangi pengangguran.
5
Tambunan, Op.Cit, hlm. 97.
struktur umur. Semakin banyak penduduk dalam umur anak-anak, semakin kecil jumlah yang
tergolong tenaga kerja.
Penyediaan tenaga kerja juga dipengaruhi oleh lamanya orang bekerja setiap minggu.
Lamanya orang bekerja setiap minggu tidak sama. Ada orang yang bekerja penuh. Akan tetapi
banyak juga orang yang bekerja hanya beberapa jam seminggu atas keinginan dan pilihan sendiri
atau karena terpaksa berhubung terbatasnya kesempatan untuk bekerja penuh. Oleh sebab itu,
penyediaan tenaga kerja tidak cukup hanya dengan memperhatikan jumlah orang yang bekerja,
akan tetapi perlu juga memperhatikan berapa jam setiap orang itu bekerja dalam seminggu.
Penyediaan tenaga kerja juga dipengaruhi oleh tingkat produktivitas kerja. Banyak orang
yang bekerja keras akan tetapi banyak juga orang yang bekerja dengan hanya sedikit usaha. Hasil
yang diperoleh dari dua cara kerja tersebut tentu akan berbeda. Produktivitas kerja seseorang
juga dipengaruhi oleh motivasi dari tiap-tiap individu, tingkat pendidikan dan latihan yang sudah
diterima, dan kemampuan manajemen. Orang yang berpendidikan atau latihan yang lebih tinggi
pada dasarnya mempunyai produktivitas kerja yang lebih tinggi juga. Manajemen yang relatif
baik akan mampu mengarahkan karyawannya untuk berproduktivitas kerja tinggi.
6
Salim dan Budi sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia, (Rajawali Pers, Jakarta, 2008), hlm 21.
7
Aminuddin Ilmar, Hukum Penanaman Modal Di Indonesia Cetakan Ke-4, (Kencana, Jakarta, 2010), hlm 16.
online, pedagang kecil, tukang becak, hingga tukang pijat, mengalami kerentanan tertular karena
pekerjaan mereka menuntut untuk berinteraksi dengan banyak orang.
Walaupun tetap bekerja, para pekerja rentan ini mengalami penurunan pendapatan secara
drastis dan bahkan ada yang tanpa pendapatan. Jayadi seorang penjual makanan yang mengaku
setelah ada virus corona ini pendapatannya berkurang hingga 70-80% karena pembelinya
berkurang drastis. Hal senada dialami oleh Johan (25 tahun), seorang operasional Kedai Kopi di
Yogyakarta mengaku mengalami penurunan pendapatan sebesar 75%. “Sejak ada Covid-19, para
pelanggan terutama mahasiswa pada takut keluar rumah, jadi anjlok penjualannya”sebut Johan.
Menurutnya, jika kondisi seperti ini berlangsung lebih dari bulan Juni 2020, kemungkinan besar
pemilik kedai kopi dapat menutup bisnisnya yang juga berakibat merumahkan para pekerjanya.
Hal serupa dialami oleh Dayat (38 tahun), pekerja mandiri yang juga membangun usaha
wisata dengan warga desanya di Kulonprogo. Denganadanya pandemi Covid-19, dia dan warga
desanya harus menutup kegiatan wisata yang mereka kelola. Hal ini mengakibatkan mereka tidak
bekerja sama sekali. Dengan suara yang terdengar sayu, Dayat bercerita bahwa “ada 51
pengelola, 4 warung warga, 3 penjaga bood wisata, dan 15 pemilik lahan yang sekarang gak ada
pemasukannya.” Dikarenakan tanpa pendapatan, maka mereka mengandalkan tabungan untuk
mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Melihat dampak ekonomi dari pandemi Covid-19 di atas, menunjukan kepada kita bahwa
kondisi pekerja rentan pada kenyataannya berbeda-beda. Perbedaan tempat tinggal antara desa
dan kota hingga perbedaan kepemilikan properti dan jenis usaha atau pekerjaan, berbeda pula
cara mereka bertahan hidup di tengah-tengah krisis. Bagi pekerja rentan yang hidup di daerah
perkotaan, tantangan mereka lebih berat, apalagi yang memiliki jumlah tanggungan keluarga
yang banyak dan hidup di kontrakan atau kos-kosan. Selain harus berpikir bagaimana cara agar
tetap bisa makan, mereka juga harus berpikir keras tentang bagaimana cara untuk membayar
kos/kontrak.