Anda di halaman 1dari 10

A.

Pendahuluan
Pengangguran merupakan salah satu penyakit ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap
tingkat pertumbuhan ekonomi. Pengangguran mengakibatkan orang tidak memiliki pendapatan
dan mendorong mereka jatuh ke jurang kemiskinan. Secara umum pemerintah mengatasi
pengangguran dengan mengupayakan memperluas kesempatan kerja, baik di sektor
pemerintahan maupun sektor swasta.
Masalah pengangguran selalu menjadi permasalahan yang sulit terpecahkan disetiap
negara. Sebab jumlah penduduk yang bertambah semakin besar tiap tahunnya, akan
menyebabkan meningkatnya jumlah orang pencari kerja, dan seiring itu tenaga kerja juga akan
bertambah. Jika tenaga kerja tidak dapat terserap ke dalam lapangan pekerjaan maka mereka
akan tergolong ke dalam orang yang menganggur.

Pengangguran terjadi disebabkan antara lain, yaitu karena


a. Kondisi ekonomi.
b. Kebijakan Pemerintah yang tidak berpihak kepada rakyat.
c. Pengembangan sektor ekonomi non-real,pendidikan yang rendah dan tidak memiliki
keterampilan.
d. Keterbatasan lapangan kerja yang tersedia lebih kecil dari jumlah pencari kerja.
e. Kompetensi pencari kerja tidak sesuai dengan pasar kerja.
f. Memiliki pedidikan yang tinggi tapi tidak memilki peluang kerja dikarena tidak memiliki
akses sehingga berpotensi untuk tidak dapat tertampungnya lulusan program pendidikan
di lapangan kerja setiap tahun selalu meningkat tidak pernah mengalami penurunan.
g. Budaya suatu daerah dimana yang berkerja itu hanya perempuan saja sementara kaum
adam tidak berkerja.
h. Kurang efektifnya informasi pasar kerja bagi para pencari kerja.

Fenomena pengangguran juga berkaitan erat dengan terjadinya pemutusan hubungan kerja, yang
disebabkan antara lain;
a. Perusahaan yang menutup/mengurangi bidang usahanya akibat krisis ekonomi atau
keamanan yang kurang kondusif, peraturan yang menghambat investasi, hambatan dalam
proses ekspor impor, dan lain-lain.
b. Keterbatasan lapangan pekerjaan yang tersedia di Indonesia sangat cukup tinggi dari tahun
ke tahun, lapangan pekerjaan merupakan indikator penting tingkat kesejahteraan
masyarakat dan sekaligus menjadi indikator keberhasilan penyelenggaraan "pendidikan"
dalam mengurangi angka kemiskinan yang ada.

B. Pembahasan
 Konsep Ketenagakerjaan
1) Tenaga Kerjaa.
Badan Pusat Statistik mendefinisikan tenaga kerja (manpower) sebagai seluruh penduduk
dalam usiakerja (15 tahun keatas) yang berpotensi memproduksi barang dan jasa. BPS (Badan
Pusat Statistik) membagi tenaga kerja (employed), yaitu:1
a. tenaga kerja penuh (full employed), adalah tenaga kerja yang mempunyai jumlah jam
kerja > 35 jam dalam seminggu dengan hasil kerja tertentu sesuai dengan uraian tugas.
b. tenaga kerja tidak penuh atau setengah pengangguran (under employed), adalah tenaga
kerja dengan jam kerja < 35 jam seminggu.
c. tenaga kerja yang belum bekerja atau sementara tidak bekerja (unemployed), adalah
tenaga kerja dengan jam kerja 0 > 1 jam perminggu.

Menurut undang-undang No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Pasal 1, tenaga


kerja adalah setiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik didalam maupun diluar
hubungan kerja guna menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Menurut Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Pasal 8 mengenai
perencanaan tenaga kerja dan informasi ketenagakerjaan meliputi: Kesempatan kerja, Pelatihan
kerja, Produktivitas tenaga kerja, Hubungan industrial, Kondisi lingkungan kerja, Pengupahan
dan Kesejahteraan tenaga kerja.2
Masalah ketenagakerjaan terus menerus mendapat perhatian dari berbagai pihak, seperti
pemerintah, lembaga pendidikan, masyarakat dan keluarga. Pemerintah melihat masalah
ketenagakerjaan sebagai salah satu bahkan sentral pembangunan nasional, karena
ketenagakerjaan itu pada hakikatnya adalah tenaga pembangunan yang banyak sumbangannya

1
Badan Pusat Statistik Kota Bandar Lampung, 2015 Tersedia Di: Www.Bps.Go.Id. Situs Resmi Badan Pusat
Statistik
2
Undang-Undang Ri. No. 13 Tahun 2003. Tentang Ketenagakerjaan
terhadap keberhasilan pembangunan bangsa termasuk pembangunan di sektor ketenagaan itu
sendiri. Dimana pembangunan ketenagakerjaan bertujuan untuk:
a. Memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara optimum.
b. Menciptakan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja yang sesuai dengan
pembangunan nasional.
c. Memberikan perlindungan bagi tenaga kerja dalam mewujudkan kesejahteraannya
d. Meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya.

2) Kesempatan Kerja
Kesempatan kerja adalah banyaknya orang yang dapat tertampung untuk bekerja pada
suatu instansi. Kesempatan kerja ini akanmenampung semua tenaga kerja yang tersedia apabila
lapangan pekerjaan yang tersedia mencukupi atau seimbang dengan banyaknya tenaga kerja
yang tersedia. Kebijaksanaan negara dalam kesempatan kerja meliputi upaya-upaya untuk
mendorong pertumbuhan dan perluasan lapangan kerja di setiap daerah, serta perkembangan
jumlah dan kualitas angkatan kerja yang tersedia agar dapat memanfaatkan seluruh potensi
pembangunan di daerah masing-masing. Kesempatan kerja dapat tercipta apabila terjadi
permintaan tenaga kerja di pasar kerja, sehingga dengan kata lain kesempatan kerja juga
menujukkan permintaan terhadap tenaga kerja.
Kesempatan kerja menurut Tambunan93, adalah termasuk lapangan pekerjaan yang sudah
diduduki (employment) dan masih lowong, yang mana terciptanya kesempatan kerja bagi orang
yang menganggur.
Perluasan kesempatan kerja produktif bukan berarti hanya menciptakan lapangan usaha
baru. Melainkan pula usaha peningkatan produktivitas kerja yang pada umumnya disertai dengan
pemberian upahyang sepadan dengan apa yang telah dikerjakan oleh setiap pekerja. Pada
dasarnya ada dua cara yang dapat ditempuh untuk memperluas kesempatan kerja:
a. Pengembangan industri terutama padat karya yang dapat menyerap relatif banyak tenaga
kerja dalam proses produksi; dan
b. Melalui berbagai proyek pekerjaan umum seperti pembuatan jalan, saluran air,
bendungan jembatan dan sebagainya.

3
Tambunan.Tenaga Kerja. (Yogyakarta: Bpfe 2002), hlm. 80.
Tenaga kerja yang berproduksi akan memperoleh balas jasa atau imbalan yang berupa
upah/gaji, sehingga semakin banyak tenaga kerja yang berproduksi berarti akan semakin banyak
warga masyarakat yang memproleh penghasilan. Tetapi kenyataannya sering berbeda, dan inilah
beban pemerintah dan masyarakat Indonesia dalam mengatasi tenaga kerja yang kompleks ini.
Penyerapan tenaga kerja selain berkaitan dengan kebutuhan untuk memperoleh penghasilan bagi
tenaga kerja, juga berkaitan dengan pendapatan nasional, sebab jumlah barang dan jasa yang
dihasilkan oleh penduduk suatu bangsa akan mempengaruhi jumlah pendapatan nasionalnya

3) Lapangan Pekerjaan atau Lapangan Usaha


Menurut sensus penduduk 2000, lapangan pekerjaan adalah bidang kegiatan dari
usaha/perusahaan/instansi dimana seseorang bekerja atau pernah bekerja. Lapangan usaha adalah
bidang kegiatan dari pekerjaan / usaha / perusahaan / kantor / tempat seseorang bekerja.
Lapangan pekerjaan ini dibagi dalam 10 golongan, terdiri dari 5 sub sektor pertanian dan 5 sektor
lainnya.4
a. Sektor pertanian:a)
a) Sub sektor pertanian tanaman pangan.
b) Sub sektor perkebunan.
c) Sub sektor perikanan.
d) Sub sektor peternakan.
e) Sub sektor pertanian lainnya.
b. Sektor industri pengolahan.
c. Sektor perdagangan.
d. Sektor jasa.
e. Sektor angkutan.
f. Sektor lainnya.

Dari masing-masing sektor lapangan pekerjaan itu tentu akan menyerap tenaga kerja.
Bagi yang sedikit kreatif tentu tidak hanya memiliki orientasi mencari kerja, namun bisa melihat
potensi dan peluang dari berbagai sector lapangan kerja untuk dijadikan peluang usaha.
Penciptaan lapangan kerja dan peningkatan produktivitas di sektor-sektor kegiatan yang semakin
meluas akan menambah pendapatan bagi penduduk yang bersangkutan. Kebijaksanaan yang

4
Badan Pusat Statistik Kota Bandar Lampung, 2015
diarahkan pada perluasan kesempatankerja dan peningkatan produktivitas tenaga kerja harus
dilihat dalamhubungan dengan kebijaksanaan yang menyangkut perataan pendapatandalam
masyarakat. Salah satu kebijaksanaan kesempatan kerja adalah mengadakan identifikasi
terperinci, tidak hanya mengenai jumlah angkatankerja, melainkan juga lokasi dan penggolongan
menurut lingkungan hidup, persebaran antara daerah, antar sektor, antar kota/pedesaan dan
sebagainya.
Kebijakan negara dalam lapangan kerja meliputi upaya-upaya untuk mendorong
pertumbuhan dan perluasan kesempatan kerja di setiap daerah, serta perkembangan jumlah dan
kualitas angkatan kerja yang tersedia agar dapat memanfaatkan seluruh potensi pembangunan di
daerah masing-masing.Bertitik tolak dari kebijaksanaan tersebut maka dalam rangka mengatasi
masalah perluasan kesempatan kerja dan mengurangi pengangguran,
Departemen Tenaga Kerja dalam UU. No. 13 Tahun 2003tentang ketenagakerjaan
memandang perlu untuk menyusun program yang mampu baik secara langsung maupun tidak
langsung dapat mendorong penciptaan lapangan kerja dan mengurangi pengangguran.

4) Kebutuhan Tenaga Kerja


Kebutuhan tenga kerja sangat penting dalam masyarakat karena merupakan salah satu
faktor potensial untuk pembangunan ekonomi secara keseluruhan. Tenaga kerja menjadi sangat
penting peranannya dalam pertumbuhan ekonomi dan pembangunan karena dapat meningkatkan
output dalam perekonomian berupa produk domestik regional bruto (PDRB). Karena
pertumbuhan penduduk semakin besar,maka semakin besar juga angkatan kerja yang akan
mengisi produksi sebagai input. Tenaga kerja merupakan faktor yang terpenting dalam proses
produksi. Sebagai sarana produksi, tenaga kerja lebih penting dari pada sarana produksi yang
lain seperti bahan mentah, tanah, air, dan sebagainya.

5) Penyediaan Tenaga Kerja


Penyediaan tenaga kerja adalah jumlah penduduk yang sedang dan siap untuk bekerja dan
pengertian kualitas usaha kerja yang diberikan. Secara umum, penyediaan tenaga kerja
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jumlah penduduk, tenaga kerja, jam kerja, pendidikan,
produktivitas, dan lain-lain.5 Penyediaan tenaga kerja dipengaruhi oleh jumlah penduduk dan

5
Tambunan, Op.Cit, hlm. 97.
struktur umur. Semakin banyak penduduk dalam umur anak-anak, semakin kecil jumlah yang
tergolong tenaga kerja.
Penyediaan tenaga kerja juga dipengaruhi oleh lamanya orang bekerja setiap minggu.
Lamanya orang bekerja setiap minggu tidak sama. Ada orang yang bekerja penuh. Akan tetapi
banyak juga orang yang bekerja hanya beberapa jam seminggu atas keinginan dan pilihan sendiri
atau karena terpaksa berhubung terbatasnya kesempatan untuk bekerja penuh. Oleh sebab itu,
penyediaan tenaga kerja tidak cukup hanya dengan memperhatikan jumlah orang yang bekerja,
akan tetapi perlu juga memperhatikan berapa jam setiap orang itu bekerja dalam seminggu.
Penyediaan tenaga kerja juga dipengaruhi oleh tingkat produktivitas kerja. Banyak orang
yang bekerja keras akan tetapi banyak juga orang yang bekerja dengan hanya sedikit usaha. Hasil
yang diperoleh dari dua cara kerja tersebut tentu akan berbeda. Produktivitas kerja seseorang
juga dipengaruhi oleh motivasi dari tiap-tiap individu, tingkat pendidikan dan latihan yang sudah
diterima, dan kemampuan manajemen. Orang yang berpendidikan atau latihan yang lebih tinggi
pada dasarnya mempunyai produktivitas kerja yang lebih tinggi juga. Manajemen yang relatif
baik akan mampu mengarahkan karyawannya untuk berproduktivitas kerja tinggi.

C. Pemasalahan Ekonomi : Dampak Covid-19 TerhadapTenaga Kerja Di Indonesia


Tenaga kerja merupakan penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut Undang-
Undang No 13 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap
orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk
memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Secara garis besar penduduk suatu
negara dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Penduduk
tergolong tenaga kerja jika penduduk tersebut telah memasuki usia kerja. Batas usia kerja yang
berlaku di Indonesia adalah berumur 15 tahun-64 tahun.
Tenaga kerja merupakan penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut Undang-
Undang No 13 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap
orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk
memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Secara garis besar penduduk suatu
negara dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Penduduk
tergolong tenaga kerja jika penduduk tersebut telah memasuki usia kerja. Batas usia kerja yang
berlaku di Indonesiaadalah berumur 15 tahun-64 tahun.
Pekerja informal, yang menyumbang sekitar 61 persen dari tenaga kerja global sangat
rentan selama pandemic karena mereka harus menghadapi risiko K3 yang lebih tinggi dan
kurangnya perlindungan yang memadai. Bekerja dengan tidak adanya perlindungan, seperti cuti
sakit atau tunjangan pengangguran, membuat para pekerja ini mungkin perlu memilih antara
kesehatan dan pendapatan, yang berisiko terhadap kesehatan mereka, kesehatan orang lain serta
kesejahteraan ekonomi mereka.6
Selain pengangguran dan setengah pengangguran; krisis juga akan berdampak pada
kondisi kerja, upah dan akses atas perlindungan sosial, dengan dampak negatif khususnya pada
kelompok-kelompok tertentu yang lebih rentan terhadap dampak pasar kerja yang buruk. 7
Pandemi juga dapat memiliki dampak ekonomi yang tidak proporsional pada segmen tertentu
dari populasi, yang dapat memperburuk ketimpangan yang mempengaruhi sebagian besar
kelompok pekerja, seperti :
1. Pekerja yang sudah memiliki masalah dengan kondisi kesehatan.
2. Kaum muda yang sudah menghadapi tingkat pengangguran dan setengah pengangguran
yang lebih tinggi.
3. Pekerja yang lebih tua yang mungkin menghadapi risiko lebih tinggi terkena masalah
kesehatan yang serius dan kemungkinan menderita kerentanan ekonomi.
4. Perempuan yang terlalu banyak mewakili pekerjaan-pekerjaan yang berada di garis depan
dalam menangani pandemi dan yang akan menanggung beban yang tidak proporsional
dalam tanggung jawabperawatan terkait dengan penutupan sekolah atau sistem
keperawatan.
5. Pekerja yang tidak terlindungi, termasuk pekerja mandiri, pekerja kasual dan pekerja
musiman (gig workers) yang tidak memunyai akses terhadap mekanisme cuti dibayar
atau sakit.
6. Pekerja migran yang mungkin tidak dapat mengakses tempat kerja mereka di Negara
tujuan ataupun kembali pulang kepada keluarga mereka.
Para pekerja ini tidak hanya mengalami kerentanan dalam hal ekonomi, akan tetapi dalam
hal kesehatan juga. Mereka cenderung memiliki potensi yang lebih besar untuk tertular virus
corona karena tetap beraktivitas di tengah wabah yang semakin meluas. Para pengemudi ojek

6
Salim dan Budi sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia, (Rajawali Pers, Jakarta, 2008), hlm 21.
7
Aminuddin Ilmar, Hukum Penanaman Modal Di Indonesia Cetakan Ke-4, (Kencana, Jakarta, 2010), hlm 16.
online, pedagang kecil, tukang becak, hingga tukang pijat, mengalami kerentanan tertular karena
pekerjaan mereka menuntut untuk berinteraksi dengan banyak orang.
Walaupun tetap bekerja, para pekerja rentan ini mengalami penurunan pendapatan secara
drastis dan bahkan ada yang tanpa pendapatan. Jayadi seorang penjual makanan yang mengaku
setelah ada virus corona ini pendapatannya berkurang hingga 70-80% karena pembelinya
berkurang drastis. Hal senada dialami oleh Johan (25 tahun), seorang operasional Kedai Kopi di
Yogyakarta mengaku mengalami penurunan pendapatan sebesar 75%. “Sejak ada Covid-19, para
pelanggan terutama mahasiswa pada takut keluar rumah, jadi anjlok penjualannya”sebut Johan.
Menurutnya, jika kondisi seperti ini berlangsung lebih dari bulan Juni 2020, kemungkinan besar
pemilik kedai kopi dapat menutup bisnisnya yang juga berakibat merumahkan para pekerjanya.
Hal serupa dialami oleh Dayat (38 tahun), pekerja mandiri yang juga membangun usaha
wisata dengan warga desanya di Kulonprogo. Denganadanya pandemi Covid-19, dia dan warga
desanya harus menutup kegiatan wisata yang mereka kelola. Hal ini mengakibatkan mereka tidak
bekerja sama sekali. Dengan suara yang terdengar sayu, Dayat bercerita bahwa “ada 51
pengelola, 4 warung warga, 3 penjaga bood wisata, dan 15 pemilik lahan yang sekarang gak ada
pemasukannya.” Dikarenakan tanpa pendapatan, maka mereka mengandalkan tabungan untuk
mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Melihat dampak ekonomi dari pandemi Covid-19 di atas, menunjukan kepada kita bahwa
kondisi pekerja rentan pada kenyataannya berbeda-beda. Perbedaan tempat tinggal antara desa
dan kota hingga perbedaan kepemilikan properti dan jenis usaha atau pekerjaan, berbeda pula
cara mereka bertahan hidup di tengah-tengah krisis. Bagi pekerja rentan yang hidup di daerah
perkotaan, tantangan mereka lebih berat, apalagi yang memiliki jumlah tanggungan keluarga
yang banyak dan hidup di kontrakan atau kos-kosan. Selain harus berpikir bagaimana cara agar
tetap bisa makan, mereka juga harus berpikir keras tentang bagaimana cara untuk membayar
kos/kontrak.

Berikut ini beberapa masalah ketenagakerjaan di Indonesia :8


1. Rendahnya kualitas tenaga kerja, Kualitas tenaga kerja dalam suatu negara dapat
ditentukan dengan melihat tingkat pendidikan negara tersebut. Sebagian besar tenaga
kerja diIndonesia, tingkat pendidikannya masih rendah. Hal ini menyebabkan penguasaan
ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi rendah. Minimnya penguasaan ilmu
8
Ana Rokhmatussa’dyah, Hukum Investasi Dan Pasar Modal cet-2, (Sinar grafika, Jakarta, 2010), hlm 39.
pengetahuan dan teknologi menyebabkan rendahnya produktivitas tenaga kerja, sehingga
hal ini akan berpengaruh terhadaprendahnya kualitas hasil produksi barang dan jasa.
2. Jumlah angkatan kerja yang tidak sebanding dengan kesempatan kerja, Meningkatnya
jumlah angkatan kerja yang tidak diimbangi oleh perluasan lapangan kerja akan
membawa beban tersendiri bagi perekonomian. Angkatan kerja yang tidak tertampung
dalam lapangan kerja akan menyebabkan pengangguran. Padahal harapan pemerintah,
semakin banyaknya jumlah angkatan kerja bisa menjadi pendorong pembangunan
ekonomi.
3. Persebaran tenaga kerja yang tidak merata, Sebagian besar tenaga kerja di Indonesia
berada di Pulau Jawa. Sementara di daerah lain masih kekurangan tenaga kerja, terutama
untuk sektor pertanian, perkebunan, dan kehutanan. Dengan demikian di Pulau Jawa
banyak terjadi pengangguran, sementara di daerah lain masih banyak sumber daya alam
yang belum dikelola secara maksimal.
4. Pengangguran, Terjadinya krisis ekonomi di Indonesia banyak mengakibatkan industri di
Indonesia mengalami gulung tikar. Akibatnya, banyak pula tenaga kerja yang berhenti
bekerja. Selain itu, banyaknya perusahaan yang gulung tikar mengakibatkan semakin
sempitnya lapangan kerja yang ada. Di sisi lain jumlah angkatan kerja terus meningkat.
Dengan demikian pengangguran akan semakin banyak.
5. Problem Gaji/UMR, Salah satu problem yang langsung menyentuh kaum buruh adalah
rendahnya atau tidak sesuainya pendapatan (gaji) yang diperoleh dengan tuntutan untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya beserta tanggungannya. Faktor ini, yakni kebutuhan
hidup semakin meningkat, sementara gaji yang diterima relatif tetap, menjadi salah satu
pendorong gerak protes kaum buruh. Adapun dalam sistem ekonomi Kapitalis, rendahnya
gaji buruh justru menjadi penarik bagi para investor asing. Termasuk pemerintah, untuk
kepentingan peningkatan pendapatan pemerintah (bukan rakyat), justru memelihara
kondisi seperti ini. Kondisi ini menyebabkan pihak pemerintah lebih sering memihak
“sang investor”, dibanding dengan buruh (yang merupakan rakyatnya sendiri) ketika
terjadi krisis perburuhan. Rendahnya gaji juga berhubungan dengan rendahnya kualitas
SDM. Persoalannya bagaimana, SDM bisa meningkat kalau biaya pendidikan mahal.
Solusi terhadap problem UMR dan UMD ini tentu saja harus terus diupayakan dan
diharapkan mampu membangun kondisi seideal mungkin.
Maka dari pada itu, pengusaha dan organisasi mereka harus mematuhi saran yang
diberikan oleh otoritas nasional dan lokal, termasuk terkait pengaturan kerja dan
mengomunikasikan informasi penting kepada pekerja. Mereka harus menilai potensi risiko
gangguan terhadap usaha, meninjau atau menyusun rencana kesinambungan usaha yang
konsisten dengan pedoman yang diberikan oleh otoritas nasional dan lokal demi meningkatkan
ketahanan usaha dan mendukung pekerja dan keluarga mereka. Pengusaha harus
mengidentifikasi dan mengurangi risiko terhadap pekerja dan orang lain terkait dengan tempat
kerja yang diakibatkan oleh wabah dan mempromosikan kebersihan di tempat kerja. Mereka juga
harus menilai tanggung jawab perusahaan untuk kompensasi pekerja, khususnya di sektor-sektor
berisiko tinggi, serta mencari saran dan dukungan dari pengusaha dan organisasi keanggotaan
bisnis yang dapat menyalurkan keprihatinan kepada pemerintah dan membentuk langkah-
langkah kebijakan yang kondusif untuk ketahanan dan keberlanjutan usaha.

Anda mungkin juga menyukai