Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PENGERTIAN PENDIDIKAN ISLAM DAN

DASAR DASAR PENDIDIKAN ISLAM

TUGAS KELOMPOK 1 ILMU PENDIDIKAN ISLAM DAN BUDAYA LOKAL

DISUSUN OLEH:

LUSI INTAN PERNANDA (2102020026)

TENRI ALYANI (2102020025)

YANA SEIN (210202007 )

PRODI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALOPO

2021
 Kata pengantar.................
 Daftar isi...................................
 BAB 1 PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG..............
B. RUMUSAN MASALAH................
C. TUJUAN PEMBAHASAN....................
 BAB ll PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PENDIDIKAN ISLAM
B. DASAR DASAR PENDIDIKAN ISLAM
 BAB lll PENUTUP
A. KESIMPULAN

B. SARAN

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat ALLAH SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah dengan judul
materi ‘’pengertian pendidikan islam dan dasar dasar pendidikan islam"Ini dapat tersusun sampai
dengan selesai.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca.Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa memotivasi dalam kehidupan
sehari hari.

Kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah
ini.Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini .

Palopo, 30 september 2021

penyusun

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan Islam merupakan hal yang tidak bisa terlepas dari kehidupan umat Islam. Pendidikan
merupakan unsur terpenting bagi manusia untuk meningkatkan kadar keimanannya terhadap Allah
SWT, karena orang semakin banyak mengerti tentang dasar-dasar Ilmu Pendidikan Islam maka
kemungkinan besar mereka akan lebih tau dan lebih mengerti akan terciptanya seorang hamba yang
beriman. Manusia hidup dalam dunia ini tanpa mengenal tentang dasar-dasar Ilmu Pendidikan Islam,
maka jelas bagi mereka sulit untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, apa lagi menjadi hamba yang
beriman. Dalam kaitannya pernyataan di atas dapat diberikan definisi bahwa kita perlu mempelajari
suatu hal yang lebih dalam tentang Islam. Namun banyak orang yang belum mengerti apa saja yang
menjadi dasar-dasar Ilmu Pendidikan Islam.

Oleh sebab itu, dalam makalah ini akan ada pembahasan mengenai pengertian dan dasar-dasar
pendidikan dalam islam.

B. Rumusan masalah

1. Apa pengertian pendidikan islam?

2. Dasar-dasar pendidikan islam?

C. Tujuan pembahasan

 Untuk menambah pengetahuan dan di harapkan bermanfaat bagi kita semua


 memenuhi tugas mata kuliah pendidikan islam dan budaya lokal .

BAB ll

A. Pengertian pendidikan islam.

Pengertian pendidikan dengan seluruh totalitasnya dalam konteks Islam inheren dengan konotasi istilah
“tarbiyah, ta’lim, dan ta’dib” yang harus dipahami secara bersama-sama. Ketiga istilah ini mengandung
makna yang mendalam menyangkut manusia dan masyarakat serta lingkungan yang dalam
hubungannya dengan Tuhan saling berkaitan satu sama lain. Istilah-istilah itu pula sekaligus menjelaskan
ruang lingkup pendidikan Islam: informal, formal dan non formal.

Al-Tarbiyah Kata tarbiyah berasal berasal dari kata rabba, yarubbu, rabban yang berarti mengasuh,
memimpin, mengasuh (anak). Penjelasan atas kata Al-Tarbiyah ini lebih lanjut dapat dikemukakan
sebagai berikut. rabba, yarubbu tarbiyatan yang mengandung arti memperbaiki (ashlaha), menguasai
urusan, memelihara dan merawat, memperindah, memberi makna, mengasuh, memiliki, mengatur, dan
menjaga kelestarian maupun eksistensinya. Dengan menggunakan kata yang ketiga ini, meka terbiyah
berarti usaha memelihara, mengasuh, merawat, memperbaiki dan mengatur kehidupan peserta
didik, .Dengan demikian, pada kata Al-Tarbiyah tersebut mengandung cakupan tujuan pendidikan, yaitu
menumbuhkan dan mengembangkan potensi; dan proses pendidikan, yaitu memelihara, mengasuh,
merawat, memperbaiki dan mengaturnya. Karena demikian luasnya pengertian Al-Tarbiyah ini, maka
ada sebagian pakar pendidikan, seperti Naquib al-Attas yang tidak sependapat dengan pakar pendidikan
lainnya yang menggunakan kata Al-Tarbiyah dengan arti pendidikan. Menurutnya kata Al-Tarbiyah
terlalu luas arti dan jangkauannya. Kata tersebut tidak hanya menjangkau manusia melainkan juga
menjaga alam jagat raya sebagaimana tersebut. Benda-benda alam selain manusia, menurutnya tidak
dapat dididik, karena benda-benda alam selain manusia itu tidak memliki persyaratan potensional
seperti akal, pancaindera, hati nurani, insting, dan fitrah yang meungkinkan untuk dididik. Yang memiliki
potensi-potendi akal, pancaindera, hati nurani insting dan fitrah itu hanya manusia. Untuk itu Naquib al-
Attas lebih memiliki kata al-ta'dib (sebagaimana nanti akan dijelaskan) untuk arti penidikan., dan bukan
kata Al-Tarbiyah. Al-Ta’lim Mahmud Yunus dengan singkat mengartikan al-Ta'lim adalah hal yang
berkaitan dengan mengajar dan melatih. Sementara itu Muhammad Rasyid Ridha mengartiakn al-Ta'lim
sebagai proses transmisi berbagai ilmu pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya batasan dan
ketentuan tertentu.Sedangkan H.M Quraisy Shihab, ketika mengartikan kata yu’allimu sebagaimana
terdapat pada surah al-Jumu'ah (62) ayat 2, dengan arti mengajar yang intinya tidak lain kecuali mengisi
benak anak didik dengan pengetahuan yang berkaitan dengan alam metafisika serta fisika.Kata al-Ta'lim
dalam al-Quran menunjukan sebuah proses pengajaran, yaitu menyampaikan sesuatu berupa ilmu
pengetahuan, hikmah, kandungan kitab suci, wahyu, sesuatu yang belum diketahui manusia,
keterampilan membuat alat pelindung, ilmu laduni (yang langsung dari tuhan), nama-nama atau simbol-
simbol dan rumus-rumus yang berkaitan dengan alam jagat raya, dan bahkan ilmu yang terlarang seperti
sihir.

B. Dasar dasar pendidikan islam.

a. Pengertian Dasar Ilmu Pendidikan Islam

Dasar (Arab: Asas; Inggris: Foudation; Perancis: Fondement; Laitn: Fundamentum) secara bahasa
berarti alas, fundamen, pokok atau pangkal segala sesuatu ( pendapat, ajaran, aturan).[[3]] Dasar
menurut Ramayulis, adalah landasan untuk berdirinya sesuatu.[[4]] Maka fungsi dasar ialah memberikan
arah kepada tujuan yang akan dicapai dan sekaligus sebagai landasan untuk berdirinya sesuatu. Dasar
mengandung pengertian sebagai berikut: Pertama, sumber dan sebab adanya sesuatu. Umpamanya,
alam rasional adalah dasar alam inderawi. Artinya, alam rasional merupakan sumber dan sebab adanya
alam inderawi. Kedua, proposisi paling umum dan makna paling luas yang dijadikan sumber
pengetahuan, ajaran atau hukum. Umpamanya, dasar induksi adalah prinsip yang membolehkan pindah
dari hal-hal yang khusus kepada hal-hal yang umum. Dasar untuk pindah dari ragu kepada yaqin adalah
kepercayaan kepada Tuhan bahwa Dia tidak mungkin menyesatkan hamba-hambaNya.

Dasar ilmu pendidikan Islam tentu saja didasarkan pada falsafah hidup umat Islam dan tidak didasarkan
kepada falsafah hidup suatu negara, tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu. Ajaran itu bersumber dari al-
Qur`an, sunnah Rasulullah saw, (selanjutnya disebut Sunnah), dan ra`yu ( hasil pikir manusia). Tiga
sumber ini harus digunakan secara hirarkis. Al-Qur`an harus didahulukan. Apabila suatu ajaran atau
penjelasan tidak ditemukan di dalam al-Qur`an, maka harus dicari di dalam sunnah, apabila tidak
ditemukan juga dalam sunnah, barulah digunakan ra`yu. Sunnah tidak bertentangan dengan al-Qur`an ,
dan ra`yu tidak boleh bertentangan dengan al-Qur`an dan sunnah.

b. Macam-macam Dasar-dasar Pendidikan Islam

Dasar-dasar pendidikan Islam, secara umum dibagi kepada dasar pokok, dasar tambahan dan dasar
oprerasional. Dasar pokok adalah al-Quran dan as-Sunnah, dasar tambahan berupa perkataan dan
perbuatan serta sikap para sahabat, ijtihad, mashlahah mursalah,urf. Sedangkan dasar operasional
meliputi dasar historis, sosial, ekonomi, politik,psikologis dan fisikologis.

1) Dasar Pokok dan Tambahan

a) Al-Qur`an

Al-Qur`an adalah kalam Allah SWT yang diturunkan kepada Muhammad saw dalam bahasa Arab yang
terang, guna menjelaskan jalan hidup yang bermaslahat bagi umat manusia baik di dunia maupun di
akhirat. Terjemahan al-Qur`an kedalam bahasa lain dan tafsirannya bukanlah al-Qur`an, dan karenanya
bukan nash yang qath`i dan sah dijadikan rujukan dalam menarik kesimpulan ajarannya.

Menurut M. Quraish Shihab hubungan al-Qur`an dan ilmu tidak di lihat dari adakah suatu teori
tercantum di dalam al-Qur`an, tetapi adakah jiwa ayat-ayatnya. menghalangi kemajuan ilmu atau
sebaliknya, serta adakah satu ayat al-Qur`an yang bertentangan dengan hasil penemuan ilmiah yang
telah mapan. Kemajuan ilmu tidak hanya dinilai dengan apa yang dipersembahkannya kepada
masyarakat, tetapi juga diukur terciptanya suatu iklim yang dapat mendorong kemajuan ilmu itu.[[8]]
Dalam hal ini para ulama` sering mengemukakan perintah Allah SWT langsung maupun tidak langsung
kepada manusia untuk berfikir, merenung, menalar dan sebagainya, banyak sekali seruan dalam al-
Qur`an kepada manusia untuk mencari dan menemukan kebenaran dikaitkan dengan peringatan,
gugatan,atau perintah supaya ia berfikir, merenung dan menalar.

Sedangkan menurut al-Syaibani, dalam al-Quran terdapat unsur-unsur perutusan Nabi Muhammad Saw
baik berupa akidah, ibadah, dan perundang-undangan yang menjadi dasar tujuan pendidikan Islam.[[9]]
Seperti perutusan Nabi Muhammad Saw mendirikan masyarakat manusia yang bersih, bersih akidah,
bersih hubungan dan bersih perasaan dan tingkah laku. Maka pendidikan yang didasari al-Quran adalah
pendidikan yang mementingkan pembinaan pribadi dari segala seginya dan menekankan kesatuan
manusia yang tidak ada perpisahan antara jasmani, akal dan perasaan.

b) Sunnah

Al-Qur`an disampaikan oleh Rasulallah saw kepada manusia dengan penuh amanat, tidak
sedikitpun ditambah ataupun dikurangi. Selanjutnya, manusialah hendaknya yang berusaha
memahaminya, menerimanya dan kemudian mengamalkannya.
Para ulama meyatakan bahwa kedudukan Sunnah terhadap al-Qur`an adalah sebagai penjelas. Bahkan
Umar bin al-Khaththab mengingatkan bahwa Sunnah merupakan penjelasan yang paling baik. Ia berkata
“ Akan datang suatu kaum yang membantahmu dengan hal-hal yang subhat di dalam al-Qur`an. Maka
hadapilah mereka dengan berpegang kepada Sunnah, karena orang-orang yang bergelut dengan sunah
lebih tahu tentang kitab Allah SWT.

Menurut Abdurrahman al-Nahlawi mengemukakan dalam lapangan pendidikan sunnah mempunyai dua
faedah:

1) Menjelaskan sistem pendidikan Islam sebagaimana terdapat di dalam al-Qur`an dan menerangkan
hal-hal rinci yang tidak terdapat di dalamnya

2) Menggariskan metode-metode pendidikan yang dapat di praktikkan.[10]

Dengan adanya sunnah sebagai sumber hukum kedua setelah al-Quran, maka dalam pendidikan apa
yang dijelaskan Rasulullah baik berupa perkataan, perbuatan maupun taqrir akan menjadi sumber dasar
dalam pendidikan baik sebagai simtem pendidikan maupun metodologi pendidikan Islam yang harus
dijalani. Apalagi secara ilmiah, Rasulullah dengan al-Quran dan penjelasan Rasul berupa sunnah selama
23 tahun saja dapat sukses melakukan perubahan peradaban masyarakat Arab dari Jahiliyah menjadi
peradaban madani. Padahal biasanya perdaban itu dibentuk minimal 100 tahun yang telah berjalan.

c. Ra`yu

Masyarakat selalu mengalami perubahan, baik pola-pola tingkah laku, organisasi, susunan lembaga-
lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang dan sebagainya.

Pendidikan sebagai lembaga sosial akan turut mengalami perubahan sesuai dengan perubahan yang
tejadi di masyarakat. Kita tahu perubahan-perubahan yang ada di zaman sekarang atau mungkin
sepuluh tahun yang akan datang mestinya tidak dijumpai pada masa Rasulullah saw, tetapi memerlukan
jawaban untuk kepentingan pendidikan di masa sekarang. Untuk itulah diperlukan ijtihad dari pendidik
muslim.

Dasar hukum yang memboleh ijtihad dengan penggunaan ra’yu adalah sebuah hadits percakapan
Rasulullah dengan Muaz bin Jabal ketika akan diutus di Yaman.

Ijtihad pada dasarnya merupakan usaha sungguh- sungguh orang muslim untuk selalu berprilaku
berdasarkan ajaran Islam. Untuk itu manakala tidak ditemukan petunjuk yang jelas dari al-Qur`an
ataupun Sunnah tentang suatu prilaku ,orang muslim akan mengerahkan segenap kemampuannya untuk
menemukannya dengan prinsip-prinsip al-Qur`an atau Sunnah.

Ijtihad sudah dilakukan para ulama sejak zaman shahabat. Namun, tampaknya literatur-literatur
yang ada menunjukkan bahwa ijtihad masih terpusat pada hukum syara’, yang dimaksud hukum
syara’,menurut Ali Hasballah ialah proposisi-proposisi yang berisi sifat-sifat syariat (seperti wajib, haram,
sunnat) yang di sandarkan pada perbuatan manusia, baik lahir maupun bathin.[12] Kemudian dalam
hukum tentang perbuatan manusia ini tampaknya aspek lahir lebih menonjol ketimbang aspek bathin.
Dengan perkataan lain, fiqih zhahir lebih banyak digeluti dari pada fiqih bathin. Karenanya, pembahasan
tentang ibadat, muamalat lebih dominan ketimbang kajian tentang ikhlas, sabar, memberi maaf,
merendahkan diri, dan tidak menyakiti oang lain. Ijtihad dalam lapangan pendidikan perlu mengimbangi
ijtihad dalam lapangan fiqih (lahir dan bathinnya)

Berdasarkan ra’yu sebagai dasar tambahan, sumber pendidikan Islam pada masa Khulafa ar-Rasyidin
sudah mengalami perkembangan, dimana selain al-Quran dan as-Sunnah, perkataan, sikap dan
perbuatan para sahabat dapat dijadikan pegangan dasar pendidikan Islam. Diantara beberapa
perkataan, perbuatan dan sikap para sahabat, menurut para ahli sejarah Islam antara lain sebagai
berikut:

1) Abu Bakar melakukan kodifikasi al-Quran

2) Umar bi Khattab sebagai bapak reaktutor terhadap ajaran Islam yang dapat dijadikan sebagai strategi
pendidikan Islam

3) Usman bin Affan sebagai bapak pemersatu sistematika penulisan ilmiah melalui upaya
mempersatukan sistematika penuliasan al-Quran

4) Ali bin Abi Thalib sebagai perumus konsep-konsep pendidikan.[13]

Setelah Islam mengalami perkembangan wilayah sampai ke Afrika Utara bahkan Spanyol,maka pusat
pendidikan Islam tersebar di kota-kota besar seperti Makkah dan Madinah ( Hijaz), Basrah dan
Kuffah(Iran), Damsyik dan Palestina, dan Fustat (Mesir). Dengan meluasnya wilayah Islam, maka masalah
pendidikan Islam mengalami perkembangan baru sebagai interaksi dengan nilai-nilai daerah kekusaan
Islam pada saat itu, sehingga memerlukan pemikiran yang mendalam untuk mengatasi permasalahan
tersebut, yang dikenal dengan proses ijtihad.

Ijtihad di bidang pendidikan ternyata semakin perlu, sebab ajaran Islam yang terdapat dalam al-Quran
dan as-sunnah hanya berupa prinsip-prinsip pokok saja. Hal ini dilakukan para ulama dengan kompetensi
yang mereka untuk memerinci hukum-hukum Islam, sebagaimana kita ketahui ulama di bidang fikih
( Fuqaha), seperti Imam Malik, Imam Syafi’i, Imam Hanafi dan Imam Ahmad bin Hambal menghasilkan
beberapa produk hukum fikih hasil ijtihad yang mereka lakukan. Begitu pula di bidang tafsir, akhlak, dan
pendidikan, Hal ini didasarkan sebuah hadits Rasulullah saw tentang anjuran melakukan ujtihad,

Berikutnya dasar hasil pemikiran ra’yu adalah mashlahah mursalah (kemaslahatan umat) yaitu
menetapkan peraturan atau ketetapan undang-undang yang tidak disebutkan dalam al-Quran dan as-
Sunnah atas pertimbangan penarikan kebaikan dan menghindarkan kerusakan.[14] Penarikan kebaikan
dan menghindar kerusakan bisa diterima selama tidak menyalahi keberadaan-keberadaan al-Quran dan
as-Sunnah,benar-benar membawa kemaslahatan.

Mashlahah mursalah ini, menurut Abdul Wahhab Khallaf dalam Ramayulis, diterima sebagai dasar
pendidikan Islam selama tidak menyalahi keberadaan al-Quran dan as-Sunnah, benar-benar membawa
kemaslahatan, menolak kemudaratan setelah melalui tahapan observasi, dan

kemaslahatan yang bersifat universal untuk totalitas masyarakat.[15]

Selain mashlahah mursalah yang dapat menjadi dasar pendidikan Islam hasil ra’yu adalah berupa ‘Urf,
yaitu nilai-nilai dan istiadat masyarakat. Menurut Al Sahad al-Jundi dalam Ramayulis,’Urf diartikan
sesuatu yang tertanam dalam jiwa berupa hal-hal yang berulang dilakukan secara rasional menurut
tabiat yang sehat.[16] Dasar pendidikan dengan mashlahah mursalah dan ‘urf ini dapat dijadikan asas
pendidikan selama tidak bertentangan dengan al-Quran dan as-Sunnah.

2) Dasar Operasional Pendidikan Islam

Dasar-dasar oprerasional pendidikan Islam yang terbentuk sebagai aktualisasi dari dasar ideal, menurut
Hasan Langgulung ada enam macam, yaitu dasar historis, dasar sosial, dasar ekonomi, dasar politik,
dasar psikologis dan dasar fisiologis.

Dasar historis adalah pengalaman masa lalu berupa peraturan dan budaya masyarakat sebagai mata
rantai yang berkelanjutan dari cita-cita dan praktik pendidikan Islam. Sedangkan dasar sosial adalah
dasar yang memberikan kerangka budaya dimana pendidikan berkembang. Dasar ekonomi merupakan
yang memberikan persepektif terhadap potensi manusia berupa materi dan persiapan yang mengatur
sumber-sumbernya yang bertanggung jawab terhadap anggaran pembelajaannya. Dasar politik sebagai
dasar yang memberikan bingkai dan ideologi dasar yang digunakan sebagai tempat bertolak untuk
mencapai tujuan yang dicita-citakan dan rencana yang dibuat.

Dasar psikologis adalah dasar yang memberikan informasi tentang watak peserta didik, guru dalam
proses pendidikan. Dasar fisiologis merupakan dasar yang memberikan kemampuan memilih yang
terbaik, sistem dan mengontrol dalam menentukan yang terbaik untuk dilaksanakan.
BAB lll
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Dasar-dasar pendidikan islam adalah suatu landasan atau fondasi bagaimana suatu pendidikan itu
bisa berdiri baik dan kuat.

2. Pendidikan Islam harus mengunakan Al Qur’an sebagai sumber utama dalam merumuskan
beberapa teori tentang pendidikan islam. Semua bidang pendidikan selalu berlandaskan pada ayat-ayat
al-Quran, misal pendidikan di bidang kesehatan terdapat dalam QS.asy-Syuara(26):80, bidang hukum
terdapat al-Maidah (5):42, dan masih banyak lagi ayat al-Quran yang menjadi dasar pendidikan.

3. Al-Hadits adalah sumber kedua agama dan ajaran Islam. Apa yang disebutkan dalam Al-Quran
dijelaskan atau dirinci lebih lanjut oleh Rasulullah dengan sunah beliau, dan yang lebih penting lagi
dalam As Sunnah bahwa dalamnya terdapat cerminan tingkah laku dan kepribadian Rasulullah saw yang
merupakan tauladan dan edukatif bagi manusia.

4. Ijtihad adalah penetapan suatu hukum syar’i yang belum ditegaskan hukumnya dalam al-Quran dan
as-Sunah, ijtihad ini dilakukan oleh para mujtahid. Namun demikian, ijtihad harus mengikuti kaidah –
kaidah yang ada dan tidak boleh bertentangan dengan kandungan al-Quran dan as-Sunah/al-Hadits.
Oleh Karena itu, ijtihad dipandang sebagai salah satu sumber hokum islam yang sangat penting,
termasuk dalam aspek pendidikan yang sangat dibutuhkan sepanjang masa setelah Rasulullah wafat.
B. Saran

Hendaknya makalah ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber pembelajaran bagi pembaca. Dan
makalah ini bias bermanfaat bagi banyak pihak, utamanya bagi penyusun dan pembaca.

Anda mungkin juga menyukai