Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Perencanaan pendidikan merupakan suatu proses kegiatan untuk mencapai
pengalokasian sumber daya pendidikan pada sistem pendidikan secara efisien,
adil, dan rasonal.Tugas pokok perencanaan pendidikan adalah menentukan
keadaan yang sebaik-baiknya dari hubungan-hubungan internal dan eksternal
dalam suatu sistem pendidikan untuk mencapai keseimbangan yang sebaik-
baiknya dalam keadaan yang berubah secara dinamis dan mempengaruhi ke arah
perubahan yang diinginkan. Dalam rangka pandangan ini maka perencanaan
pendidikan menjadi suatu keharusan bagi pembangunan bangsa dan negara.
Perencanaan dalam dunia pendidikan tentu sangat penting untuk dilakukan
untuk mempersiapkan bagaimana sebuah proses pembelajaran yang nantinya akan
digunakan dapat sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada di kelas. Perencanaan
dibuat untuk mempertegas garis untuk menuju tercapainya sebuah tujuan dalam
pendidikan.
Perencanaan ini sendiri dilakukan oleh berbagai elemen di bidang
pendidikan, mulai dari pemerintah khususnya menteri pendidikan dan
kebudayaan, kemudian pemerintah di setiap daerah, lembaga kependidikan,
kepala sekolah, staf guru, staf karyawan sampai pada siswa itu sendiri.
Menentukan kebijakan, prioritas, kebutuhan, biaya dalam proses
pendidikan tentu dibutuhkan analisis yang rasional dan sistematik agar dapat
memaksimalkan efisiensi dan efektivitas pencapaian tujuan tersebut. Tidak
terlepas dari itu, adanya analisis-analisis menjadi fokus pada perencanaan
pendidikan guna mencapai sumber daya pendidikan yang optimal berdasarkan
pendeteksian masalah pendidikan yang selanjutnya akan diselesaikan. Analisis-
analisis tersebut antara lain: Analisis Kohort, Analisis Efisiensi Penyelenggaraan
Pendidikan, dan Analisis dan Diagnosis dalam Perencanaan Pendidikan.
Dalam makalah ini kami hanya membahas mengenai analisis dan
diagnosis dalam perencanaan pendidikan karena perencan apendidikan harus
memiliki pemahaman mengenai sistem pendidikan secara luas dan mendalam
serta mengetahui apa yang relevan dan penting unyuk tugasnya sebagai seorang
perencana.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalahnya
adalah sebagai berikut bagaimana konsep analisis dan diagnosis dalam
perencanaan pendidikan?

C. Tujuan Penelitian
Disusunnya makalah ini bertujuan Untuk mengetahui konsep analisis dan
diagnosis dalam perencanaan pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Analisis dan Diagnosis


Dalam kamus Webster’s New Collegiate, istilah analisis dan diagnosis
didefinisikan sebagai suatu investigasi atau suatu penelitian terhadap penyebab
atau terhadap sifat dari suatu kondisi, suatu situasi, atau suatu masalah. Dalam
kamus itu juga dikatakan bahwa analisis dan diagnosis merupakan suatu
pernyataan atau suatu kesimpulan yang berhubungan dengan sifat atau sebab dari
beberapa fenomena.
Ketika dikatakan analisis dan diagnosis dalam perencanaan pendidikan,
maksudnya adalah bagaimana penyelidikan dilakukan terhadap struktur sistem
pendidikan. Perencanaan pendidikan harus memiliki pemahaman terhadap sistem
pendidikan secara luas dan dalam, serta mengetahui apa yang relevan dan penting
untuk tugasnya sebagai seorang perencana. Sebagai perencana pendidikan, harus
berpikir secara sungguh-sungguh tentang bagaimana sistem pendidikan
berinteraksi dengan sektor lain, seperti bidang politik, ekonomi, budaya, dan
sosial.
B. Bidang Analisis dan Diagnosis
Bidang-bidang ini terdiri dari dua kelompok yaitu yang terkait dengan system
pendidikan itu sendiri dan yang ada di luar system pendidikan.
1. Analisis dan Diagnosis Sistem Pendidikan
Hal-hal yang harus diteliliti oleh perencana pendidikan meliputi:
a. Ketersediaan pendidikan, meliputi jumlah sekolah, ruang kelas, guru, fasilitas
pelatihan guru, laboratorium, bengkel, buku, dan lain-lain yang merupakan
bagian dari keseluruhan sistem pendidikan untuk keperluan bidang tugasnya.
b. Efisiensi internal pada setiap jenjang sekolah meliputi angka mengulang dan
putus sekolah, angka melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya, dan
angka naik kelas dan angka kelulusan untuk melihat masalah pemborosan
diberbagai sistem pendidikan.
c. Arus Siswa. Ini berkaitan dengan bidang efisiensi terhadap apa yang terjadi
pada siswa selama proses pendidikan berlangsung di sekolah-sekolah.
d. Sumber Daya Finansial. Diagnosis harus meliputi sumber daya finansial yang
disediakan untuk sistem pendidikan baik untuk biaya pembangunan seperti
pembangunan sekolah baru dan pengadaan perabotannya, maupun biaya rutin
seperti gaji guru, pemeliharaan gedung, dan biaya rutin lainnya.
e. Biaya. Ini meliputi mendiagnosis semua alat dan teknik yang digunakan
untuk menentukan biaya pendidikan. Perbandingan antara biaya yang
digambarkan dan ditetapkan harus sungguh-sungguh terlihat dengan jelas.
f. Masalah Persamaan dan Perbedaan. Persamaan memperoleh akses pendidikan
dan persamaan memperoleh kesempatan pendidikan telah menjadi perhatian
yang penting bagi pendidik dan pengambil keputusan. Ada tiga sumber untuk
mengetahui perbedaan memperoleh akses pendidikan yaitu perbedaaan
berdasarkan status sosial, jenisn kelamin dan wilayah.
g. Struktur Sistem Pendidikan. Perencana pendidikan harus mampu
menyederhanakan struktur sistem pendidikan yang ada dengan
memvisualisasikan dalam bentuk grafik dan bagan.

2. Analisis dan Diagnosis Bidang-bidang di Luar Sistem Pendidikan


a. Faktor Demografi
Ini meliputi pertumbuhan penduduk usia sekolah yang harus diketahui
perencana mengenai kebutuhan masyarakat untuk pendidikan dimasa depan.
b. Faktor Sosial Ekonomi
Ini meliputi struktur kelas sosial suatu negara, aspirasinya, sikapnya dan
harapannya tentang pendidikan, distribusi penduduk berdasarkan desa dan
kota dan pentingnya migrasi ke kota, dan situasi ekonomi pada umumnya
serta prospeknya di masa depan. Faktor lainnya juga harus diperhitungkan,
tetapi faktor di atas adalah yang utama.
c. Faktor Politik
Meliputi pertanyaan terkait dengan stabilitas politik dan dampaknya pada
kebijakan pemerintah terhadap pendidikan.
d. Efisiensi Eksternal Sistem Pendidikan
Ini menunjuk kepada kesesuaian antara pendidikan dan kebutuhan
masyarakat, khususnya tenaga kerja.
e. Kebutuhan Pendidikan
Ini mungkin sukar untuk dijelaskan, tetapi bagaimanapun kita tahu bahwa
kebutuhan-kebutuhan itu ada.

C. Pengorganisasian Analisis dan Diagnosis


Dalam pengorganisasian kegiatan diagnosis adalah membatasi masalah dena
mendapatkan kejelasan mengenai tujuan dari kegiatan diagnosis yang akan
dilakukan. Sehingga diagnosis membantu untuk memahami, dan bagaimana hal
itu akan dijelaskan oleh kegiatan nyata perencanaan. Dengan demikian, diagnosis
ini akan berhubungan dengan metode dan teknik diagnosis yang akan digunakan.
Elemen berikutnya dalam mengorganisasi diaginosis adalah memilih sumber
informasi guna memperoleh Informasi (data) yang menjadi bahan baku untuk
metode dan teknik diagnosis yang akan digunakan. Elemen terakhir organisasi
diagnosis adalah presentasi yang dilakukan guna memberikan pemahaman oleh
para perencana dan masyarakat.
D. Metode Analisis dan Diagnosis
Metode analisis dan diagnosis digunakan untuk mendapatkan informasi yang
lengkap dan akurat tentang penyebab munculnya permasalahan pada output sistem
pendidikan. Metode diagnosis diarahkan pada hal-hal berikut:
1. Arus Siswa
Banyak analisis dan diagnosis sistem pendidikan harus ditunjang oleh
informasi yang tepat mengenai posisi siswa pada sistem pendidikan dengan
memperhatikan aspek kuantitatif dan aspek kualitatif.
a. Angka Pemasukan.
Angka pemasukan bertujuan untuk membuat kebiajakan dan perencanaan.
Untuk pembuat kebijakan, pendidikan dasar universal berarti bahwa angka
pemasukan akan menjadi 100%, juga perbedaan menurut jenis kelamin dan letak
geografis dapat direfleksikan pada angka pemasukan yang telah dirinci. Dalam
menghitung dan menyajikan angka pemasukan, sangat penting utnuk
memperhatikan tingkat pengelompokkan berdasarkan jenis kelamin dan wilayah
secara geografis.
b. Angka Naik Tingkat, Mengulang, dan Putus Sekolah.
Informasi yang penting bagi kegiatan perencanaan pendidikan menuntut
pengumpulan data yang sangat penting. Setiap sekolah perlu menyediakan data
jumlah siswa yang naik, mengulang atau putus sekolah di setiap tingkat. Angka
naik tingkat, mengulang dan putus sekolah merupakan kepentingan utama dalam
mementukan efisiensi sistem pendidikan seperti halnya kualitas pelayanan
pendidikan yang diterima. Penerjemahan dari ratio ini akan dapat dilakukan
berdasarkan pengelompokkan menurut tingkatan yang berbeda-beda. Keputusan
dalam pengelompokkan data menurut level tertentu, akan menentukan
kebermaknaan pekerjaan yang dihasilkan dan lebih luas dalam memberikan
kontribusi pada pekerjaan unit perencanaan dan pertimbangan pembuat kebijakan.
c. Angka Melanjutkan ke Jenjang Pendidikan yang Lebih Tinggi.
Adanya perbadaan karakter sistem pendidikan dibagi menurut level atau
menurut siklusnya, memiliki level pendidikan dasar dengan lama belajar enam
tahun, level sekolah menengah juga enam tahun yang dibagi ke dalam dua siklus
yang masing-masingnya selama enam tahun, dan pendidikan tinggi yang beragam
lama waktunya. Sifat masing-masing level pendidikan memiliki karakteristik dari
segi pedagogis, sifat bangunan, dan pelatihan guru untuk setiap level pendidikan,
ini diperlukan untuk mengetahui berapa banyak arus siswa dari level yang satu ke
level berikutnya. Untuk ini kita mempunyai angka melanjutkan (transition rate).
Seperti angka (ratio) yang lainnya, angka melanjutkan studi juga akan
diekspresikan dalam bentuk presentase.
d. Efisiensi Internal Sistem Pendidikan.
Istilah efisiensi berasal dari ilmu ekonomi, merujuk kepada jumlah output yang
diperoleh dari jumlah input yang ada. Output kegiatan pendidikan adalah semua
yang dipelajari di sekolah, berapa banyak dipelajari dan seberapa baik dipelajari.
Apa yang dipelajari sebagai pemerolehan pengetahuan kognitif yang akan
diujikan. Bersamaan dengan ini adalah sikap (yang mempunyai rentan dari sikap
pada pelajaran dan pengetahuan menuju sikap terhadap otoritas, bahkan sikap
terhadap negara, dan sikap terhadap pimpinannya) pada semua yang dipelajari di
sekolah meskipun jarang dinyatakan secara eksplisit juga termasuk dalam output
pendidikan. Konsepsi output harus dibuat secara sederhana untuk tujuan praktis
dalam perencanaan pendidikan, sehingga terdefinisikan output sistem pendidikan
sebagai siswa yang lulus dari program pendidikannya. Definisi ini berasumsi
bahwa faktanya siswa telah berhasil menyelesaikan siklus pendidikan, telah lulus
dari sekolah dan ujian, maka siswa telah memperoleh pengetahuan dan sikap yang
menjadi batasan output secara lebih lengkap dan lebih kompleks.
Sementara itu, input pendidikan secara mendasar dapat dikatakan sebagai
pemanfaatan input yang dibutuhkan di sekolah oleh siswa setiap tahunnya, seperti:
ruang kelas, guru, buku teks, pelajaran sekolah, perabotan, kurikulum, dan
pekerjaan pedagogis lainnya. Ketika semua input ini diuangkan, maka input
diartikan sebagai pengeluaran biaya per siswa dalam satu tahun. Lebih banyak
tahun yang digunakan siswa untuk menyelesaikan pendidikannya lebih banyak
juga input yang dihabiskan, karena semakin panjang siklusnya (siswa mengulang
beberapa tahun) semakin besar lagi input yang mereka habiskan. Apabila terdapat
angka mengulang dan angka putus sekolah, hal tersebut dinamakan pemborosan
pendidikan dan mengurangi tingkat efisiensi. Semakin banyak yang putus
sekolah dan yang mengulang berarti pemborosan semakin besar, dan efisiensi
semakin berkurang.
Dalam bahasan mengenai sebagai efsiensi eksternal sistem pendidikan, siswa
dapat menyelesaikan program pendidikannya dengan periode tertentu seminimal
mungkin, tetapi tidak menjamin bahwa kualitas sumber daya atau akan cepat
bekerja atau berguna untuk masyarakat setelah siswa meninggalkan bangku
sekolah. Dengan demikian, hal tersebut merujuk pada tingkat kegunaan atau
keterpakaian lulusan sekolah pada dunia kerja.
e. Analisis Kohort.
Analisis Kohort merupakan suatu teknik analisis yang akan menyediakan
informasi secara rinci mengenai apa yang terjadi pada siswa dalam siklus
pendidikan tertentu sebagaimana mereka bergerak dari tahun ke tahun dan dari
kelas yang satu ke kelas yang lain. Analsis ini memberikan pengetahuan mengenai
berapa banyak siswa yang sampai menyelesaikan di kelas VI, berapa banyak yang
mengulang dan yang putus sekolah. Dengan demikian, analisis kohort adalah
analisis yang melakukan penelusuran terhadap kelompok siswa yang masuk di
kelas I pada tahun yang sama hingga mereka menyelesaikan program
pendidikannya.

2. Analisis Biaya
Pentingnya menganalisis biaya bagi perencana pendidikan adalah terutama
untuk hal yang mendesak saat ini ketika perencana melihat suatu negara telah
menghabiskan 25%, 30%, 40%, dan lebih banyak lagi jumlah anggaran negaranya
untuk pembangunan sistem pendidikan. Sering ditemukan bahwa pembiayaan
pendidikan dilakukan tidak merata di mana wilayah perkotaan memperoleh biaya
lebih banyak dari wilayah pedesaan, dan pendidikan tinggi memperoleh
pembiayaan lebih banyak dari pendidikan dasar(per siswanya). Pada kasus ini,
kecenderungan pembiayaan pada pendidikan sesungguhnya mungkin diciptakan
perbedaan yang tidak fair antara bagian penduduk. Pada banyak kasus, perhatian
utama biaya pendidikan bagi perencana yaitu perlu mengetahui dari mana sumber
pembiayaan itu dan bagaimana penggunaannya atau penyalurannya. Ini berarti
perencana harus melakukan analisis terhadap pembiayaan pendidikan dengan
tujuan:
1. Untuk memenuhi kemungkinan ketidakseimbangan dalam pengalokasian
sumber daya pendidikan pada berbagai jenis sistem pendidikan atau pada
berbagai wilayah yang ada di suatu negara.
2. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi dan bertanggung
jawab terhadap meningkatnya pembiayaan pendidikan.
3. Untuk melihat sumber daya potensial yang dapat digunakan bagi pembiayaan
pendidikan.
a. Sumber Pembiayaan Pendidikan
Untuk mengetahui dari mana biaya pendidikan diperoleh di masa depan adalah
penting untuk diketahui dari mana biaya pendidikan di masa lalu berasal.
Perencana perlu mengetahui siapa penanggung jawab utama pada pembiayaan
pendidikan. Dan apa saja sumber daya potensial yang masih relatif belum
dimanfaatkan. Perencana akan melihat bahwa tidak semua pembiayaan
pendidikan berasal dari anggaran pemerintah, dan perencana ketahui bahwa
sumber pembiayaan pendidikan adalah banyak. Ada lima jenis sumber
pembiayaan pendidikan yang tidak saling terbuka, dan nyatanya dapat
memberikan kontribusi bersama-sama pada pembiayaan sistem pendidikan.
1. Sumber Pemerintah.
Ini menunjuk pada pembiayaan yang berasal dari pajak, pinjaman pemerintah
seperti isu obligasi dan pinjaman, simpanan, dan lain-lain, dan dari bantuan asing.
Pendidikan biasanya dibiayai dari pendapat umum, tetapi banyak negara melihat
pembiayaan pendidikan mereka dialokasikan melalui peningkatan pajak
pendidikan. Bantuan negara asing mungkin berupa dukungan umum pada
program pemerintah, atau mungkin berupa proyek khusus tidak secara langsung
berupa anggaran pendidikan.
2. Sumber Swasta.
Ini menunjuk pada lembaga keagamaan dan lembaga lainnya yang mendukung
sekolah-sekolah swasta. Sangat sering ini diperoleh dalam bentuk sekolah yang
dilaksanakan oleh pihak swasta, keagamaan atau yayasan kebangsaan dan
beroperasi di luar pengawasan langsung pemerintah. Tentu saja ini termasuk
sumber pembiayaan yang paling utama.
3. Klien dan Sistem Pendidikan.
Ini menunjuk kepada siswa itu sendiri dan orang tuanya yang dapat membantu
mendukung biaya pendidikannya sendiri dengan membayar iuran pendidikan
(SPP) dan yang lainnya. Ini bagaimanapun di luar skop pembicaraan saat ini dan
hal itu terefleksi pada filsafat sosial politik yang terkait dengan pendidikan umum
di beberapa negara.
4. Penghasilan Sekolah dan Masyarakat.
Ini meliputi semua jenis aktivitas yang dilakukan sekolah seperti menjual hasil
pertanian dan hasil kerajinan yang merupakan bagian dari program sekolah. Ini
juga dapat meliputi performance budaya, berperan di pasar kerja, atau kesempatan
untuk membangun gedung atau melengkapi perabotan sekolah, misalnya ini dapat
termasuk bekerja dengan masyarakat membangun sekolahnya atau masyarakat
malahan diatur oleh sekolah untuk meningkatkan uang. Ada juga kasus lembaga
pendidikan memiliki penghasilan sendiri dari hasil menyewakan property dan dari
aset keuangan lainnya.
5. Subsidi Melalui Institusi.
Ini akan menggunakan kasus di mana kegiatan pendidikan seperti latihan
keterampilan dibiayai olehperusahaan baik secara langsung maupun tidak
langsung melalui pajak. Meskipun pembiayaan pelatihan disediakan oleh instansi
pemerintah mungkin dapat diidentifikasi dalam anggaran pemerintah, pelatihan
yang dilakukan oleh suatu organisasi atau oleh industri swasta mungkin sama atau
bahkan lebih penting dalam mengembangkan keterampilan vokasional.

b. Biaya Pendidikan
1. Biaya Pembangunan.
Biaya pembangunan meliputi biaya untuk pengadaan dan pembelian tanah,
membangun gedung sekolah, menyediakan perabotan sekolah, dan lain-lain.
Dengan kata lain, biaya pembangunan meliputi semua biaya yang dibutuhkan
untuk melengkapi barang-barang yang diperlukan guna memberikan pelayanan
pendidikan dalam periode waktu yang relatif lama.
2. Biaya Rutin.
Biaya rutin meliputi semua bentuk biaya yang harus dikeluarkan secara teratur
berulang-ulang setiap bulan, setiap semester, atau setiap tahun. Biaya rutin
meliputi: gaji guru, gaji staf administrasi dan pegawai lainnya, biaya operasional
dan pemeliharaan gedung dan perabot sekolah termasuk air dan listrik, bahan
pelajaran yang habis pakai seperti alat tulis kantor, biaya buku teks, transport
sekolah, pemeliharaan kesehatan, dan perbaikan gizi warga sekolah. Pada
perhatian perencana pendidikan sangat dibutuhkan. Dengan jelas bahwa di sini
ada kaitan antara biaya pembangunan dan biaya rutin.
c. Biaya Menurut Jenjang dan Jenis Pendidikan
Merinci pembiayaan pendidikan berdasarkan jenjang dan jenisnya akan
membantu perencana untuk melihat bagian mana dari sistem itu yang kurang
dibiayai dibanding dengan jumlah siswa yang dilayani. Perencana harus mencoba
untuk memperoleh data tentang pembiayaan pendidikan menurut jenjang dan jenis
pendidikan untuk beberapa tahun secara berturut-turut. Ini adalah bentuk lain dari
pengelompokkan: bahkan mengumpulkan data biaya keseluruhan sistem
pendidikan, perencana mendorong untuk mengumpulkannya berdasarkan jenjang
dan jenis sekolah. Dengan membandingkan trend ini, perencana dapat melihat
sekolah mana dari pembangunan sistem pendidikan yang tercepat dan
mengonsumsi paling banyak uang. Ini juga akan membantu untuk
membandingkan pembiayaan nyata pada orientasi kebijakan resmi dan pernyataan
pemerintah.
d. Biaya Satuan
Biaya satuan adalah paling menarik dan teknik yang paling bermanfaat dalam
masalah analisis biaya. Biaya satuan juga paling sulit untuk dikerjakan karena
data yang dibutuhkan sangat banyak. Konsep biaya satuan adalah menunjuk
kepada jumlah biaya rutin yang dihabiskan setiap siswa selama satu tahun ajaran.
Biaya satuan biasanya dihitung untuk suatu sistem pendidikan secara keseluruhan,
atau dilakukan hanya untuk satu jenjang pendidikan terntentu. Atau bahkan untuk
satu sekolah tertentu saja. Dengan kata lain biaya satuan dapat disebut biaya
pendidikan untuk satu siswa dalam satu tahun pada jenjang pendidikan tertentu.
Biaya satuan adalah apa yang perencana sebut sebagai ringkasan data statistik,
yang mencantumkan semuanya. Itulah sebabnya kenapa perencana harus sangat
hati-hati dalam menghitungnya. Juga ketika perencana menggunakan biaya satuan
pertama kali untuk diperbandingkan, ini adalah sangat penting yang dapat
dihitung dengan cara yang sama untuk setiap jenjang dan jenis sekolah. Bahkan
biaya satuan itu sendiri mengatakan kepada perencana sangat sedikit tentang
keuntungan, biaya satuan hanya berguna ketika perencana membandingkan biaya
satuan untuk perencanaan dan untuk mereka yang perhatian terhadap pembuatan
kebijakan.
3. Analisis Personil dan Fasilitas
Setiap negara mempunyai sejumlah personil pendidikan (guru, staf nonguru,
dan tenaga administrasi) dan fasilitas fisik sekolah, gedung sekolah dan segala
perabotannya. Yang menjadi pusat perhatian perencana adalah kesesuaian jumlah
dan kualitas dari personil dan fasilitas itu. Perencana memerlukan pengetahuan
tentang kesesuaian jumlah dan mutunya sesuai dengan yang dibutuhkan yang
terdapat dalam rencana pendidikan secara nasional. Dengan kata lain, untuk
menyusun rencana, perencana perlu mengetahui apa yang perencana miliki
sekarang, dan apa yang akan perencana bangun dan kembangkan di kemudian
hari.
a. Personil
1. Guru
Perhatian perencana adalah kepada rencana kebutuhan guru di masa depan.
Tentu saja ini dilakukan sebagai fungsi pertumbuhan jumlah siswa pada setiap
jenjang dan jenis sekolah. Cara yang paling cepat untuk pemborosan uang dan
usaha dalam pembangunan pendidikan adalah membangun sekolah yang mewah
dan mahal tapi kemudian tidak didukung oleh guru-guru dan stafnya yang
berkualitas.
Jenis guru bermacam-macam, dan dapat dikelompokkan berdasarkan kriteria
sebagai berikut:
(a) Jenjang dan jenis pendidikan (guru SD, SMP, SMA atau Universitas)
(b) Kualifikasinya (Diploma, Sarjana, Magister, Doktor)
(c) Spesialisasinya (Matematika, Bahasa, IPA, IPS, dan lain-lain)
(d) Lokasi tempat bertugas (desa, kota)
(e) Jenis kelamin (laki-laki, perempuan)

Anda mungkin juga menyukai