Anda di halaman 1dari 5

PROPOSAL PENELITIAN HUKUM

UPAYA PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK SEBAGAI


KORBAN KEKERASAN DI MASA PANDEMI COVID 19

NAMA : LUTFIYYAH MUTHI'AH

NPM : B1A019084

KELAS : D

SEMESTER : 4

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS BENGKULU

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kekerasan terhadap anak adalah semua bentuk perlakuan menyakitkan secara fisik

ataupun emosional, penyalahgunaan seksual, pelalaian, yang mengakibatkan cedera atau

kerugian pada kesehatan anak, kelangsungan hidup anak, tunbuh kembang anak, atau

martabat anak, yang dilakukan dalam konteks hubungan tanggung jawab, kepercayaan

atau kekuasaan.

Kekerasan terhadap anak dapat terjadi kapan saja dan dimana saja termasuk pada saat

di rumah, di tempat bermain, dan juga di sekolah. Namun karena adanya pandemic covid

19 ini yang mana anak-anak lebih banyak menghabiskan waktu dirumah, maka kekerasan

tersebut banyak dilakukan oleh para orangtua karena menurut Kementerian

Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak Republik Indonesia, kondisi rumah

tangga sangat rentan di masa pandemic. Hal tersebut disebabkan karena banyak anggota

keluarga yang harus tinggal di rumah dalam waktu yang lama. Belum lagi masalah

ekonomi akibat kehilangan penghasilan dan persoalan lainnya.

Oleh karena itu marak terjadi kasus kekerasan terhadap anak di masa pandemic ini.

Berdasarkan data SIMFONI PPA, pada 1 Januari – 19 Juni 2020 telah terjadi 3.087 kasus

kekerasan terhadap anak, diantaranya 852 kekerasan fisik, 768 psikis, dan 1.848 kasus

kekerasan seksual. Dapat dilihat berdasarkan data tersebut, kasus kekerasan terhadap anak

tergolong tinggi.

Berdasarkan pernyataan diatas penulis ingin mengetahui apa saja upaya perlindungan

hukum terhadap anak yang mengalami kekerasan di masa pandemic covid 19 ini. Di
Indonesia terdapat Undang-undang Nomor 35 tahun 2014 sebagai salah satu bentuk

upaya perlindungan hukum terhadap anak. Di dalam pasal 1 Undang-undang Nomor 35

tahun 2014 disebutkan bahwa :

1. Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk

anak yang masih dalam kandungan.

2. Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi

anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan

berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan,

serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

3. Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri atas suami istri,

atau suami istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya,

atau keluarga sedarah dalam garis lurus ke atas atau ke bawah sampai dengan

derajat ketiga. Dan seterusnya.

Dan upaya perlindungan yang ada di Undang-undang Nomor 35 tahun 2014 terdapat di

ketentuan pasal 69 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut “ perlindungan khusus bagi

anak korban kekerasan fisik dan/atau psikis sebagaimana dimaksud dalam pasal 59 ayat (2)

huruf I dilakukan melalui upaya :

a. penyebarluasan dan sosialisasi ketentuan peraturan perundang-undangan yang

melindungi anak korban tindak kekerasan; dan

b. pemantauan, pelaporan, dan pemberian sanksi.

Dan pasal 69A yang berbunyi “ perlindungan khusus bagi anak korban kejahatan seksual

sebagaimana dimaksud dalam pasal 59 ayat (2) huruf j dilakukan melalui upaya :

a. Edukasi tentang kesehatan reproduksi, nilai agama, dan nilai kesusilaan.


b. Rehabilitasi social

c. Pendampingan psikososial pada saat pengobatan sampai pemulihan; dan

d. Pemberian perlindungan dan pendampingan pada setiap tingkat pemeriksaan mulai

dari penyidikan, penuntutan, sampai dengan pemeriksaan di siding pengadilan.

Menurut pasal 71D Undang-undang Nomor 35 tahun 2014 yang berbunyi :

(1) setiap anak yang menjadi korban sebagaimana dimaksud dalam pasal 59 ayat (2)

huruf b, huruf d, huruf f, huruf h, huruf I, dan huruf j berhak mengajukan ke

pengadilan berupa ha katas restitusi yang menjadi tanggung jawab pelaku kejahatan.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan restitusi sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) diatur dengan peraturan pemerintah.

Sesuai dengan Undang-undang diatas menurut penulis upaya perlindungan hukum

terhadap anak sebagai korban kekerasan sudah bagus namun implementasi dari Undang-

undang tersebut masih belum maksimal sehingga masih banyak anak-anak yang menjadi

korban kekerasan terutama di masa pandemic ini.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalahnya adalah apa
yang dimaksud dengan kekerasan terhadap anak dan bagaimana upaya perlindungan
hukum terhadap anak sebagai korban kekerasan.

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang dikemukakan diatas maka tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui apa pengertian dari kekerasan tetrhadap anak dan juga untuk
mengetahui bagaimana upaya perlindungan hukum terhadap anak sebagai korban
kekerasan yang ada di Indonesia.
D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa memberikan manfaat yang luas, baik secara
teoritis maupun praktis.

1. Secara teoritis diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan


pemikiran bagi perkembangan ilmu hukum.
2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi gambaran, masukan, dan saran
bagi masyarakat umum dan penegak hukum.

E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum empiris yaitu penelitian yang titik
fokusnya adalah pada perilaku masyarakat.

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini penulis menggunakan data sekunder sebagai
data utama. Data sekunder yaitu data yang terdiri dari bahan hukum primer yang
berupa Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak dan
dari bahan hukum sekunder yaitu berupa website.

Anda mungkin juga menyukai