MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Biokimia
Yang dibina oleh Prof. Dr. Subandi, M.Si dan Suharti,M.Si, Ph.D
Oleh:
Hanie Vidya Christie (140331808584)
Ika Budi Yuliastini
(140331808586)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada pembahasan tentang asam nukleat telah dijelaskan bahwa gen
mengandung informasi-informasi genetik yang akan diwariskan dari suatu
organisme atau diekspresikan dalam wujud sifat-sifat yang dapat diamati pada
suatu organisme. Gen merupakan segmen atau bagian dari molekul DNA
(deoxyribonucleic acid) yang mengandung semua informasi genetik yang
diperlukan untuk sintesis produk. Sebagai materi genetika, gen dalam DNA
memiliki beberapa fungsi, yaitu;
1. Fungsi Genotip: penyimpan informasi genetika yang akan diturunkan dari
induk kepada keturunannya dari generasi ke generasi yang akan menentukan
ekspresi karakteristik tertentu (fenotip) dari keturunannya. Fungsi ini
dilaksanakan melalui replikasi DNA
2. Fungsi Fenotip: DNA berfungsi untuk mengatur perkembangan fenotip
organisme. sifat yang muncul merupakan hasil interaksi gen dengan faktor
lingkungannya. Fungsi ini dilaksanakan melalui ekspresi gen.
3. Fungsi Fungsi evolusioner: DNA harus mampu berubah sewaktu-waktu
sehingga organisme yg bersangkutan dapat beradaptasi dengan kondisi
lingkungannya yang terus berubah.
Ekspresi gen
(dalam bentuk urutan basa pada DNA atau RNA) menjadi produk sintesis berupa
protein atau polipeptida, dan lebih jauh lagi fenotipe. Informasi yang
dibawa bahan genetik tidak bermakna apa pun bagi suatu organisme apabila tidak
diekspresikan. Proses ekspresi gen akan menentukan sifat yang muncul dari suatu
organisme. Sifat yang dimiliki oleh suatu organisme merupakan hasil proses
metabolisme yang terjadi di dalam sel. Sel secara tepat mampu mengatur ekspresi
gen. Sel prokariot dan eukariot mampu mengatur pola ekspresi gen dalam
merespon perubahan kondisi lingkungan.
Secara umum, proses ekspresi gen terdiri atas tahapan transkripsi DNA dan
translasi mRNA menghasilkan protein. Protein merupakan merupakan produk dari
aliran informasi genetik. Lebih lanjut proses ekspresi gen terdiri dari tahapan yang
lebih spesifik, antara lain transkripsi DNA (menghasilkan primary RNA), post
transcription
modification (menghasilkan
mRNA),
translasi
mRNA
suatu produk, sedangkan organ lain disintesis produk yang lain. Hal ini hanya
mampu dilakukan dengan mengendalikan ekspresi gen. Saat suatu gen aktif
mensintesis protein yang dibutuhkan, gen lainnya dapat tidak aktif (tidak
diekspresikan), meskipun berasal dari satu sel genetik yang sama. Jadi walaupun
sebagian besar sel dalam suatu organisme memiliki rangkaian genetik yang sama
atau identik, hanya sejumlah kecil gen yang diekspresikan pada waktu yang
bersamaan dan pada organ tertentu.
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Apa saja tipe-tipe modifikasi post translasi?
2. Bagaimana perbedaan post translasi pada Golongan Darah O, A, B dan AB?
3. Bagaimana merancang percobaan untuk membedakan keempat golongan
4.
5.
6.
7.
darah?
Bagaimana sistem ekspresi gen pada sel prokariotik dan eukariotik
Bagaimana proses pengendalian ekspresi gen bagi sel?
Bagaimana mekanisme pengendalian lac operon pada bakteri?
Bagaimana aplikasi pengendalian ekspresi gen dalam bioteknologi?
C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Menjelaskan tipe-tipe modifikasi post translasi
2. Menjelaskan perbedaan post translasi pada Golongan Darah O, A, B dan AB
3. Merancang percobaan untuk membedakan keempat Golongan Darah
4. Mengetahui sistem ekspresi gen pada sel prokariotik dan eukariotik
5. Menjelaskan pentingnya pengendalian ekspresi gen bagi sel.
6. Menjelaskan mekanisme pengendalian lac operon pada bakteri
7. Memberikan contoh aplikasi pengendalian ekspresi gen dalam bidang
bioteknologi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Post Translasi
Protein adalah polimer yang berfungsi sebagai penyususn protoplasma dan
struktur tubuh lainnya, yang dapat berupa enzim atau hormon. Mekanisme sintesis
pada protein terjadi melalui dua tahap utama yaitu transkripsi dan translasi.
Transkripsi adalah pencetakan mRNA oleh DNA, sedangkan translasi adalah
penerjemahan kode oleh tRNA berupa urutan yang dikehendaki. Translasi pada
sintesis protein mengacu pada fase perakitan protein dalam sel yang melibatkan
ribosom di mana RNA diterjemahkan untuk menghasilkan rantai asam
amino.Translasi bukan akhir jalur ekspresi genom. Polipeptida hasil translasi tidak
langsung aktif, untuk menjadi protein aktif atau fungsional dalam sel maka protein
harus diproses sekurang kurangnya satu satu dari empat tipe pemrosesan pada
post translasi.
1. Definisi Post Translasi
Modifikasi post translasi adalah perubahan yang terjadi pada struktur
protein setelah menyelesaikan dan pelepasan polipeptida dari ribosom. Polipeptida
muncul dari ribosom non-aktif, dan sebelum menerima perannya yang paling
fungsional di dalam sel itu harus mengalami sedikitnya satu dari empat tipe proses
post-translational yaitu: 1)Protein Folding (Pelipatan Protein), 2) Proteolytic
cleavage
(pemotonganproteolitik),
3)
Chemical
modification
pelipatan yang tepat seringkali dibantu oleh protein-protein tertentu yang disebut
Chaperon.
(1) Motif struktural sekunder rantai polipeptida membentuk mili detik selama
denaturasi.
(2) Motif struktural sekunder saling berhubungan satu dengan yang lain dan
struktur tersier secara berangsur-angsur terbentuk. Dengan kata lain, protein
mengikuti suatu tahapan pelipatan. Lebih dari satu tahapan yang mungkin
diikuti suatu protein dapat untuk terhubung secara benar pada struktur lipatan
(Radford, 2000). Jika satu struktur yang salah tidak stabil menyebabkan
struktur terbuka, menyebabkan protein kedua meneruskan rute yang produktif
ke arah konformasi yang benar (Gambar 1.3).
b. Cleavageproteolitik(Pembelahan Proteolitik)
Pembelahan proteolitik mempunyai dua fungsi dalam proses translasi dari
protein. Yang pertama untuk memindahkan potongan pendek dari daerah terminal
N dan C polypeptida, menyisakan molekul tunggal dipendekkan yang terlipat
dalam protein aktif. Kedua digunakan untuk memotong polyproteins ke dalam
Beberapa protein
sebagai
poliprotein,
Berikut ini adalah contoh post translasional modifikasi kimia dari anak Sapi
a. Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen
A di permukaan membran selnya dan menghasilkan antibody terhadap
antigen B dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah Anegatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah Anegatif atau O-negatif.
b. Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel
darah merahnya dan menghasilkan antibody terhadap antigen A dalam serum
darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah B-negatif hanya dapat
menerima darah dari orang dengan golongan darah B-negatif atau O-negatif.
c. Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan
antigen A dan B serta tidak menghasilkan antibody terhadap antigen A
maupun B. Sehingga, orang dengan golongan darah AB-positif dapat
menerima darah dari orang degan golongan darah ABO apapun dan disebut
resipien universal. Namun, orang dengan golongan darah AB-positif tidak
dapat mendonorkan darah kecuali pada sesama AB-positif.
d. Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi
memproduksi antiodi terhadap antigen A dan B. Sehingga, orang dengan
golongan darah O-negatif dapat mendonorkan darahnya kepada orang dengan
golongan darah A,B,O apapun dan disebut donor Universal. Namun, orang
dengan golongan darah O-negatif hanya dapat menerima darah dari sesame
O-negatif.
Secara umum, golongan darah O adalah yang paling umum di jumpai di
dunia meskipun di beberapa Negara seperti Swedia dan Norwegia, golongan darah
A lebih dominan. Antigen A lebih umum di jumpai dibanding dengan antigen B.
Karena golongan darah AB memerlukan keberadaan dua antigen, A dan B,
golongan darah ini adalah jenis yang paling jarang dijumpai di dunia.
Ayah
O
AB
O, A
O, B
A, B
O, A
O, A
O, A, B, AB
A, B, AB
O, B
O, A, B, AB
O, B
A, B, AB
AB
A, B
A, B, AB
A, B, AB
A, B, AB
Anti B
+
+
Anti AB
+
+
+
Anti D (Rh)
+
+
+
Gol. Darah
A+
B+
AB+
_
Ket :
(+) : Menggumpal
(-) : Melarut (tidak menggumpal)
O+
Keterangan :
- Jika aglutinin A (serum alfa) + aglutinogen A = terjadi aglutinasi
(penggumpalan)
- Jika aglutinin B (serum beta) + aglutinogen B = terjadi aglutinasi
(penggumpalan)
- Jika anti Rhesus (anti bodi Rhesus) + antigen Rhesus = terjadi aglutinasi
(penggumpalan)
- Darah + anti Rhesus = aglutinasi (terdapat anti gen) (Rhesus gol. Rhesus +)
- Darah + serum alfa = aglutinasi (terdapat aglutinogen A) (gol A)
- Darah + serum beta = aglutinasi (terdapat aglutinogen B) (gol B)
Penggunaan serum alfa-beta hanya untuk verifikasi (kepastian) saja. Tidak
digunakan pun tidak apa-apa.Secara kesehatan golongan Rhesus (Rh) sangat
penting untuk di ketahui karena dengan mengetahui Rhesus maka kita bias
mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Untuk lebih jelas kita dapat melihat tabel
kecocokan darah yang diantaranya adalah :
Tabel 5. Kecocokan RBC
Gol.Darah
resipien
OO+
AA+
BB+
ABAB+
Donor
O
O+
A+
B+
AB
AB+
Donor
A
AB
B. EKSPRESI GEN
Gen merupakan unit molekul DNA atau RNA dengan panjang molekul
tertentu yang membawa informasi mengenai urutan asam amino yang lengkap
suatu protein atau yang menentukan struktur lengkap suatu molekul rRNA atau
tRNA. Gen mengandung informasi genetik yang dapat diwariskan dan
diekspresikan. Ekspresi gen adalah rangkaian proses penerjemahan informasi
genetik menjadi produk sintesis berupa protein atau polipeptida. Lebih jauh lagi,
ekspresi gen adalah proses penentuan sifat (fenotip) dari suatu organisme oleh
gen. Sifat yang dipunyai oleh suatu organisme merupakan hasil proses
metabolisme yang terjadi di dalam sel. Sel secara tepat mampu mengatur ekspresi
gen. Sel prokariot dan eukariot mampu mengatur pola ekspresi gen dalam
merespon perubahan kondisi lingkungan. Proses ekspresi gen digunakan
organisme untuk mengatur perkembangan fenotip organisme dari genotipnya,
beradaptasi terhadap respon lingkungan, tanda terjadinya kelainan dalam tubuh,
dan digunakan dalam differensiasi sel, serta fungsi biologis lainnya.
Ekspresi gen dilakukan dua tahap yaitu transkripsi dan translasi. Proses
transkripsi terjadi di dalam inti sel, sedangkan translasi berlangsung di
sitoplasma, sehingga RNA harus dikeluarkan dari inti sel ke sitoplasma. Tahapan
ekspresi gen, yaitu :
digunakan
untuk
rangkaian
proses metabolisme
yang
sama.
Ada dua sistem pengendali genetik pada prokariot yaitu pengendali positif
dan pengendali negatif. Pengendali positif adalah operon yang dapat diaktifkan
oleh produk ekspresi gen regulator (aktifator). Sedangkan pengendali negatif
adalah operon yang dinonaktifkan oleh produk ekspresi gen regulator (represor).
Produk ekspresi gen (aktifator ataupun represor) bekerja dengan cara menempel
pada sisi pengikatan protein regulator pada daerah promoter gen yang diatur.
Pengikatan ini ditentukan oleh molekul efektor. Molekul efektor berupa molekul
kecil seperti asam amino, gula atau metabolit serupa. Ada dua jenis molekul
efektor yaitu induser (pengaktif ekspresi gen) dan represor (penekan ekspresi
gen). Pengendalian positif dan negatif dibedakan menjadi dua sistem yaitu sistem
yang dapat diinduksi dan sistem yang direpresi.
a. Sistem regulasi negatif pada sistem ekspresi gen prokariot
menyebabkan RNA polimerase tidak dapat melakukan transkripsi gengen struktural, sehingga operon mengalami represi (penekanan). Proses
ini akan terjadi secara terus menerus selama tidak ada induser di dalam
sel. Ini disebut dengan mekanisme efisiensi seluler karena sel tidak perlu
mengaktifkan operon jika memang tidak ada induser sehingga energi
seluler dapat dihemat. Pada gambar (2) menjelaskan jika ada induser
maka, induser melekat pada bagian represor dan mengubah struktur dari
RNA
polimerase akan terus berjalan. Pada gambar (3) represor yang dihasilkan
pada gen regulator tidak berikatan dengan ko-represor akan menjadi tidak
aktif dan transkripsi pun akan tetap berjalan. Gambar (4) represor yang
berikatan dengan ko-represor pada sisi allosteriknya akan menghambat
transkripsi.
b. Sistem regulasi positif pada sistem ekspresi prokariot
sampai pasca translasi. Regulasi ekspresi gen dapat ditinjau dari tiga sesi,
yaitu :
1. Pengendalian ekspresi genetik dapat ditinjau dari 3 sisi, yaitu :
1) sinyal pengendali ekspresi;
2) level pengendalian ekspresi;
3) mekanisme pengendalian
2. Sinyal pengendali ekspresi meliputi semua molekul yang berperanan
dalam proses pengendalian ekspresi, misalnya faktor transkripsi dan
protein regulator khusus
3. Level pengendalian ekspresi terjadi pada tahapan :
1) inisiasi transkripsi dan perpanjangan transkrip;
2) pengakhiran (terminasi) transkripsi;
3) pengendalian pasca-transkripsi dan
4) pengendalian selama proses translasi dan pasca translasi
4. Mekanisme pengendalian ekspresi gen membahas proses
rinci
Gambar 2.10
Ringkasan
keseluruhan proses
dari ekspresi gen
pada sel eukariot.
Tiap level
pengendalian yang
disajikan pada gambar
tersebut merupakan
pengendali potensial
dimana ekspresi gen
dapat di on atau offkan, dipercepat atau
diperlambat.
sehingga
langsung
dapat
dimanfaatkan
dalam
proses
(b) Ada laktosa : depresi ekspresi gen (represor inaktif, operon on)
ditranslasi
menghasilkan
-galaktosidase,
permease
dan
Gambar 2.16 Ada laktosa, tidak ada glukosa (Kadar cAMP Tinggi) :
mRNA Lac disintesis dalam jumlah melimpah
Mekanisme ini cocok untuk organisme yang tidak dapat meregulasi
apa yang dimakan inang. Sel prokariot ini mempunyai kemampuan
beradaptasi dengan baik dengan cara meregulasi ekspresi gen pada
individunya.
6. Aplikasi pengendalian ekspresi
Perkembangan embrio sampai menjadi makhluk dewasa merupakan hasil
suatu program genetik yang berjalan secara teratur dan rapi. Embrio berkembang
dari zigot bersel tunggal. Dalam perkembangan embrio, terjadi berbagai tahapan
serta diferensiasi sel. Setiap tahapan akan mengalami regulasi. Satu gen yang
diekspresikan pada satu tahap akan mengendalikan ekspresi gen pada tahap
berikutnya.
Contoh :
Perkembangan
embrio
lalat
buah
yang
dimulai
dari
tahap
BAB III
PENUTUP
Berdasarkan
makalah
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, N.A., Reece, J.B., & Mitchell, L.G. Tanpa Tahun. Biologi Edisi Kelima
Jilid Satu. Terjemahan Rahayu Lestari. 2002. Jakarta: Erlangga.
http://biologimoelaporan29.blogspot.com/2013/02/praktikum-golongandarah.html di akses pada hari sabtu tanggal 26 Maret 2016
http://id.wikipedia.org/wiki/Golongan_darah di akses pada hari sabtu tanggal 26
Maret 2016
http://laporanpraktikumbiologi001.blogspot.com/ di akses pada hari sabtu tanggal
26 Maret 2016
Ngili, Y. 2009. Biokimia: Struktur dan Fungsi Biomolekul. Yogyakarta: Graha
Ilmu
Page, David S.. 1989. Prinsip-Prinsip Biokimia Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga
Poedjiadi, A., & Supriyanti, T. 2006. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: Universitas
Indonesia Press.
Subandi, Muntholib, & Susanti, E. 2003. Biokimia Umum. Malang: Universitas
Negeri Malang