Anda di halaman 1dari 3

Resume

Judul : filsafat ilmu

Istilah filsafat bisa ditinjau dari dua segi, semantic dan praktis. Dari segi semantic
perkataan filsafat berasal dari bahasa yunani, philosophia yang berarti philos = cinta, suka
(loving) dan Sophia = pengetahuan, hikmah (wisdom). Jadi philosophia berarti cinta kepada
kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran. Maksudnya, setiap orang yang berfilsafah akan
menjadi bijaksana. Orang yang cinta kepada pengetahuan disebut philosopher dalam
bahasa arab disebut failasuf. Dari segi praktis filsafat berarti alam pikiran atau alam berfikir.
Maknanya berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh.

Rene Descartes, seorang pelopor filsafat modern dan pelopor pembaharuan pada
abad ke 717 terkenal ucapannya, “cogito ergo sum” yang berarti karena berfikir, maka saya
ada sebagai landasan filsafatnya. Berfilsafat berartiberpangkal kepada suatu kebenaran
yang fundamental atau pengalaman yang asasi.

Menurut Prof. dr. N. Driyarkara S. J. Filsafat adalah pikiran manusia yang radikal,
dengan mengesampingkan pendapat-pendapat dan pendirian-pendirian yang diterima saja
dengan mencoba memperlihatkan pandangan yang merupakan akar dari lain-lain
pandangan dan sikap praktis. Pandangan kepada sebab-sebab yang terakhir atau sebab
pertama (filsafat causes), dan tidak diarahkan kepada sebab yang terdekat (secondary
causes), sepanjang kemungkinan yang ada pada budi nurani manusia sesuai
kemampuannya.

Alfred Narth Whichead mendefinisikan filsafat adalah keinsyafan dan pandangan


jauh kedepan dan suatu kesadaran akan hidup. Pendeknya, kesadaran akan kepentingan
yang memberikan semangat kepada seluruh usaha peradaban manusia.

Beberapa pendapat para ahli mengenai filsafat yaitu:

1. Aristoteles (382-322 S.M) murid plato, mendefinisikan filsafat sebagai ilmu


pengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu
metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik dan estetika. Dia juga
berpendapat bahwa filsafat itu menyelidiki sebab dan asas segala benda.
2. Cicero (106- 43 S.M). Filsafat adalahpengetahuan tentang sesuatu yang maha
agung fan usaha-usaha mencapai hal tersebut.
3. Al-Farabi (870 -950 M). seorang filsuf muslim mendefinisikan filsafat sebagai ilmu
pengethuan tentang alam maujud, bagaimana hakikatnya yang sebenarnya.
4. 4. Immanuel kant (1724 – 1804). Mendefinisikan filsafat sebagai ilmu pokok dan
pangkal segala pengethuan yang mencakup di dalmnya empat persoalan yaitu :
metafisika, etka, agama, antropologi.

Objek kajian filsafat ilmu

Pada dasrnya, setiap ilmu memiliki dua macam objek, yaitu objek material dan
objek formal. Objek material adalah sesuatu yang dijadikan sasaran penyelidikan, seperti
tubuh manusia adalah objek material ilmu kedokteran. Filsafat sebagai proses berpikir
yaitu sistematis dan adil juga memiliki objek material dan objek formal.
Objek material filsafat adalah segala yang ada. Segala yang ada mencakup ada yang
tampak dan tidak tampak. Objek material filsafat atas tiga bagian, yaitu yang ada dalam
alam empiris, yang ad adalam pikiran, dan yang ada dalam kemungkinan adapun, objek
formal, dan rasional adalah sudut pandnag yang menyeluruh, radikal dan rasional tentang
segala yang ada. Setelah berjalan beberapa lama kajian yang terkait dengan hal yang
empiris semakin bercabang dan berkembang, sehingga menimbulkan spesialisasi dan
menampakkan kegunaan yang praktis.

Dalam prespektif ini dapat diuraikan bahwa filsafat ilmu pada prinsipnya memiliki
dua obyek substantive dan dua obyek instrumentatif, yaitu:

1. Obyek subtantif, yang terdiri dari dua hal, yaitu :


a. Fakta (kenyataan)
Data empiric sensual tersebut harus byektif tidak boleh masuk subyektifitas
peneliti. Fakta bukan sekedar data empiric sensual, tetapi data yang sudah
dimaknai atau diinterpretasikan, sehingga subyektfitas peneliti. Tetapi
subyektifitas di sini tidak berarti sesuai selera peneliti, subyektifitas di sini tidak
berarti sesuai selera peneliti, subyektif disini dalam arti tetap selektif sejak dari
pengumpulan data, analisis sampai pada kesimpulan. Data selektifnya mungkin
berupa ide, moral dan lain-lain. Orang mengamati terkait langsung dengan
perhatiannya dan juga terkait pada konsep-konsep yang dimiliki. Kenyataan itu
terkonstruk dalam moral realism, sesuatu itu sebagai nyata apabila ada
korespondenasi dan koherensi anata emiri dengan skema rasional.
b. Kebenaran
Yang empiric factual koheren dengan kebenaran trensenden berupa wahyu.
Paramagtisme, mengakui kebenaran apabila factual berfungsi. Rumusan
subtantif tentang kebenaran ada beberapa teori, menurut Michael Wiliams ada
lima teori yang relavan tentang kebenaran, yaitu:
- Kebenaran preposisi, yaitu teoru kebenaran yang didasarkan pada
kebenaran preposisinya baik prposisi formal maupun proposisi materialnya.
- Kebenaran korespondensi, teori kebenaran yang mendasarkan suatu
kebenaran pada adaya korespondensi antara pernyataan dengan
kenyataan (fakta yang satu dengan fakta yang lain). Selanjutnya teori ini
kemudian berkembang menjadi teori kebenaran structural paradigmatic,
yaitu teori kebenaran yang mendasarkan suatu kebenaran pada upaya
mengkonstruk beragam konsep dalam tatanan struktur teori (struktur
ilmu/structure of science) tertentu yang kokoh untuk menyederhanakan
yang kompleks atau sering
- Kebenaran koherensi atau konsistensi, yaitu teori kebenaran yang
mendasarkan suatu kebenaran pada adanya kesesuaian suatu pernyataan
ainnya yang sudah lebih dahulu diketahui, diterima dan diakui
kebenarannya.
- Kebenaran performatif, yaitu kebenaran yang mengakui bahwa sesuatu
dianggap benar apabila dapat diaktualisasikan dalam tindakan.
- Kebenaran pragmatic, yaitu teori kebenaran yang mengakui bahwa sesuatu
itu benar apabila mempunyai kegunaan pratis. Dengan kata lain sesuatu itu
dianggap benar apabila mendatangkan manfaat dan salah apabila tidak
mendatangkan manfaat.

Obyek kajian filsaat ilmu sebagaimana diungkapkan di atas di dalamnya sebenrnya


menunjukan masalah-masalah yang dikaji dalam filsafat ilmu, masalah-masalah dalam
filsafat ilmu pada dasarnya menunjukan topic-topik kajian yang patinyadapat masuk ke
dalam salah satu lingkup filsafat ilmu. Adapun masalah-masalah yang berada dalam lingkup
filsafat ilmu adalah (ismaun) :

1. Masalah-masalah metafisis tentang ilmu.


2. Masalah-masalah metodologis tentang ilmu
3. Masalah-masalah logis tentang ilmu
4. Masalah-masalah logis gentang ilmu
5. Masalah-masalah etis tentang ilmu
6. Masalah-masalah tentang estetika

Tujuan belajar filsafat ilmu

Tujuan yang akan dicapai dalam proses belajar filsafat ilmu bagi mahasiswa dan
dosen adalah:

- Mendalami unsur-unsur pokok ilmu, sehingga secara menyeluruh kita


dapat memahami sumber, hakikat dan tujuan ilmu.
- Memahami sejarah pertumbuhan, perkembangan, dan kemajuan lmu di
berbagaibidang, sehingga kita mendapat gambaran tentang proses ilmu
kontemporer secara hstoris.
- Menjadi pedoman bagi para mahasisw dalam mendalami studi di pergirian
tinggi, terutma untuk membedakan persoalan yang ilmiah dan non ilmiah.
- Mendorong para calon ilmuan untuk konsisten dalam mendalami ilmu dan
mengembangkannya.
- Mempertegas bahwa dalam persoalan sumber dn tujuan antara ilmu dan
agama tidak ada pertentangan.

Anda mungkin juga menyukai