Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

“PROSES KEPERAWATAN KRITIS PADA SISTEM KARDIOVASKULAR”

“CHF”

Dosen Pembimbing :

Faqih Nafiul Umam, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun Oleh : Kelompok 1/ KEPERAWATAN 7C

1. Anisa Irmaya P (201802093)

2. Bagas Puguh S (201802097)

3. Elvina (201802104)

4. Felisia Putri C K (201802106)

5. Novita Sinta W (201802117)

6. Nur Rohmah (201802119)

7. Oktavia Ragil T (201802120)

8. Wahyu Ahmmad R (201802132)

PRODI STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI HUSADA MULIA
MADIUN
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT dengan rahmat dan karunianya penulis telah dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “PROSES KEPERAWATAN KRITIS PADA
SISTEM KARDIOVASKULAR”. Sholawat serta salam penulis kirimkan kepada junjungan
Nabi Muhammad SAW berserta keluarga dan sahabat beliau sekalian.

Dalam penyelesaian penulisan makalah ini penulis mendapat bimbingan,arahan dan


bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya. Segala usaha telah dilakukan untuk menyempurnakan makalah ini. Namun
penulis menyadari bahwa dalam makalah ini mungkin masih ditemukan kekukarangan dan
kekhilafan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat dijadikan
masukkan guna perbaikan di masa yang akan datang.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................5
C. Tujuan Masalah.............................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian CHF...............................................................................6
B. Trend dan Issue Perawatan Kritis CHF........................................6
C. Penyebab CHF.................................................................................6
D. Klasifikasi CHF................................................................................7
E. Tanda dan Gejala CHF...................................................................7
F. Patofisiologi CHF.............................................................................8
G. Pemeriksaan Penunjang CHF........................................................9
H. Pendidikan Kesehatan CHF...........................................................10
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian........................................................................................14
B. Analisa Data......................................................................................19
C. Diagnosa Keperawatan...................................................................20
D. Rencana Tindakan...........................................................................21
BAB IV PENUTUP
A.    Kesimpulan...................................................................................24
B.     Saran.............................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Jantung merupakan salah satu organ terpenting dalam tubuh manusia, apabila
jantung tidak bisa berfungsi secara normal untuk mempompa darah keseluruh tubuh
dan menyuplai kebutuhan metabolisme tubuh maka sangat berbahaya bagi tubuh yang
dapat menyebabkan kematian. Akibat dari perubahan gaya hidup, peningkatan
konsumsi kalori, lemak dan garam, merokok serta penurunan aktivitas menyebabkan
peningkatan insiden penyakit jantung. Salah satu penyakit yang menyerang sistem
kardiovaskular yaitu gagal jantung kongestif. Congestive Heart Failure (CHF) atau
gagal jantung merupakan sindrom klinis atau sekumpulan tanda dan gejala ditandai
oleh sesak nafas dan fatik (saat istirahat atau saat aktivitas) yang disebabkan oleh
ketidakmampuan jantung untuk memompakan darah keseluruh tubuh selama adekuat,
akibat adanya gangguan struktural dan fungsional dari jantung (Marulam M, 2015).
Menurut LeMone (2012) akibat lanjut dari penyakit gagal jantung secara cepat
berpengaruh terhadap kekurangan penyediaan darah, sehingga menyebabkan
kematian sel akibat kekurangan oksigen yang dibawa dalam darah itu sendiri.
Kurangnya suplay oksigen keotak (Cerebral Hypoxia), menyebabkan seseorang
kehilangan kesadaran dan berhenti bernafas dengan tiba-tiba yang bisa berakibat pada
keadaan terburuk yaitu kematian.
Peran perawat sebagai tenaga kesehatan professional sangatlah diharapkan
dalam memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif meliputi bio-psikososio-
spiritual, guna meminimalkan penderita CHF. Peran seorang perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif dengan menggunakan empat
aspek diantaranya peran promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Dalam upaya
promotif perawat berperan dengan memberikan pendidikan kesehatan meliputi
pengertian, penyebab, tanda dan gejala dari penyakit CHF sehingga dapat mencegah
bertambahnya jumlah penderita. Dalam upaya preventif, merawat memberikan
pendidikan kesehatan kepada klien yang sudah terkena penyakit CHF agar tidak
terjadi komplikasi yang tidak diinginkan, seperti pembatasan cairan, pembatasan
aktifitas, mengurangi makanan tinggi garam, mengurangi makanan berlemak untuk
mencegah terjadinya penumpukan plak pada pembuluh darah, serta diharapkan untuk
rajin mengontrol tekanan darah untuk menghindari terjadinya komplikasi. Peran

4
perawat dalam upaya kuratif yaitu memberikan tindakan keperawatan sesuai dengan
masalah dan respon klien terhadap penyakit yang diderita, seperti : memberikan klien
istirahat fisik dan psikologis, mengelola pemberian terapi oksigen, dan tindakan
kolaboratif pemberian obat digitalis. Sedangkan peran perawat dalam upaya
rehabilitatif, merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi penderita CHF, yaitu
dengan melakukan latihan fisik, seperti senam jantung serta rutin melakukan medical
check up.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Pengertian CHF
2. Apa Saja Trend dan Issue Perawatan Kritis CHF
3. Apa Penyebab CHF
4. Apa saja Klasifikasi CHF
5. Apa Tanda dan Gejala CHF
6. Bagaimana Patofisiologi CHF
7. Apa saja Pemeriksaan Penunjang CHF
8. Apa saja Pendidikan Kesehatan CHF
9. Bagaimana Asuhan Keperawatan CHF
C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk mengetahui apa Pengertian CHF
2. Untuk mengetahui apa Saja Trend dan Issue Perawatan Kritis CHF
3. Untuk mengetahui apa Penyebab CHF
4. Untuk mengetahui apa saja Klasifikasi CHF
5. Untuk mengetahui apa Tanda dan Gejala CHF
6. Untuk mengetahui bagaimana Patofisiologi CHF
7. Untuk mengetahui apa saja Pemeriksaan Penunjang CHF
8. Untuk mengetahui apa saja Pendidikan Kesehatan CHF
9. Untuk mengetahui bagaimana Asuhan Keperawatan CHF

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN CHF
Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung adalah sindrom klinis
(sekumpulan tanda dan gejala), ditandai oleh sesak nafas (saat istirahat atau saat
aktifitas) yang disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi jantung (Marulam M,
2014).
Gagal jantung kongestif adalah keadaan ketika jantung tidak mampu lagi
memompakan darah secukupnya dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi tubuh untuk
keperluan metabolisme jaringan tubuh pada kondisi tertentu, sedangkan tekanan
pengisian kedalam jantung masih cukup tinggi (Aspani, 2016).

Gagal jantung adalah ketidakmampuan jaringan untuk memompa darah dalam


jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan.
(Smeltzer & Bare, 2013).
B. Trend dan Issue Perawatan Kritis CHF
1. Hipertensi berperan besar dalam perkembangan penyakit jantung yang merupakan
penyebab utama kematian di seluruh dunia.
2. Angka kejadian penyakit hipertensi terus meningkat sehingga kejadian penyakit
jantung hipertensi yang dapat menyebabkan gagal jantung kongestif semakin
meningkat.
3. Prevalensi penyakit jantung hipertensi pada gagal jantung kongestif dewasa yang
masih sangat tinggi.
4. Pentingnya pengontrolan tekanan darah secara rutin pada pasien hipertensi agar
tidak kekambuhan dan timbul gagal jantung kongestif
C. Penyebab CHF
Menurut Black & Hawks (2014) penyebab CHF terbagi menjadi dua, yaitu:
1. Faktor intrinsik yang diakibatkan oleh penyakit Arteri Koroner (PAK). PAK
mengurangi aliran darah melalui arteri sehingga mengurangi penghantaran
oksigen ke miokardium.
2. Penyebab lain yang cukup sering adalah infark miokardium. Selama infark
miokardium, miokardium kekurangan darah dan jaringan mengalami kematian
sehingga tidak dapat berkontraksi, miokardium yang tersisa harus melakukan
kompensasi untuk kehilangan jaringan tersebut. Penyebab lainnya adalah

6
penyakit katup, kardiomiopati, dan distritmia. Sedangkan, pada faktor
ekstrinsik disebabkan oleh peningkatan afterload (misalnya hipertensi),
peningkatan volume sekuncup jantung dan hypovolemia atau peningkatan
preload, dan peningkatan kebutuhan tubuh (kegagalan keluaran yang tinggi,
misalnya tiritoksitosis, kematian).
D. Klasifikasi CHF
Klasifikasi fungsional gagal jantung menurut New York Heart Association (NYHA)
a. Kelas I : Tidak ada keterbatasan aktivitas fisik. Aktivitas fisik biasa tidak
menyebabkan keletihan atau dispnea.
b. Kelas II : sedikit keterbatasan fisik. Merasa nyaman saat istirahat,tetapi
aktifitas fisik biasa menyebabkan keletihan atau dyspnea.
c. Kelas III : keterbatasan nyata aktifitas fisik tanpa gejala. Gejala terjadi bahkan
saat istirahat. Jika aktivitas fisik di lakukan, gejala meningkat.
d. Kelas IV : Tidak mampu melaksanakan aktivitas fisik tanpa gejala. Gejala
terjadi bahkan pada saat istirahat, jika aktivitas fisik dilakukan gejala akan
meningkat.
E. Tanda dan Gejala CHF
Menurut Arif masjoer 2001 Gejala yang muncul sesuai dengan gejala jantung
kiri diikuti gagal jantung kanan dapat terjadinya di dada karana peningkatan
kebutuhan oksigen. Pada pemeriksaan fisik ditemukan tanda – tanda gejala gagal
jantung kongestif biasanya terdapat bunyi derap dan bising akibat regurgitasi mitral.
Tanda dominan Meningkatnya volume intravaskuler. Kongestif jaringan akibat
tekanan arteri dan vena meningkat akibat penurunan curah jantung. Manifestasi
kongesti dapat berbeda tergantung pada kegagalan ventrikel mana yang terjadi .
1. Gagal jantung kiri :
Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri karena ventrikel kiri tak mampu
memompa darah yang datang dari paru. Manifestasi klinis yang terjadi yaitu :
a. Dispnue
Terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli dan mengganggu pertukaran
gas. Dapat terjadi ortopnu. Beberapa pasien dapat mengalami ortopnu pada
malam hari yang dinamakan Paroksimal Nokturnal Dispnea ( PND).
b. Batuk
c. Cheynes stokes
d. Orthopnea

7
e. Kogestif vena pulmonalis
f. Mudah lelah
Terjadi karena curah jantung yang kurang yang menghambat jaringan dari
sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan sisa hasil
katabolisme, juga terjadi karena meningkatnya energi yang digunakan untuk
bernafas dan insomnia yang terjadi karena distress pernafasan dan batuk.
g. Kegelisahan dan kecemasan Terjadi akibat gangguan oksigenasi jaringan,
stress akibat kesakitan bernafas dan pengetahuan bahwa jantung tidak
berfungsi dengan baik.

2. Gagal jantung kanan:


a. Kongestif jaringan perifer dan viseral.
b. Edema ekstrimitas bawah (edema dependen), biasanya edema pitting, penambahan
berat badan.
c. Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi akibat
pembesaran vena di hepar.
d. Anorexia dan mual, terjadi akibat pembesaran vena dan statis vena dalam rongga
abdomen.
e. Nokturia
f. Kelemahan
g. Nausea
h. Ascites
i. Tanda-tanda penyakit kronik

F. PATOFISIOLOGI CHF
Proses perjalanan penyakit menurut Black dan Hawks (2014) dan LeMone
(2012), yaitu Jantung yang mengalami kegagalan, pada waktu istirahat pun memompa
semaksimal mungkin sehingga kehilangan cadangan jantung. Jantung yang lemah
memiliki kemampuan jantung yang terbatas untuk berespon terhadap kebutuhan tubuh
terhadap peningkatan keluaran dalam keadaan stress. Jika curah jantung tidak
mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik, mekanisme kompensasi
diaktifkan, termsuk respon neurohormonal.
Mekanisme ini membantu meningkatkan kontraksi dan mempertahankan
integritas sirkulasi, tetapi jika terus berlangsung akan menyebabkan pertumbuhan otot

8
yang abnormal dan rekonfigurasi (remodeling jantung). Respon kompensatorik
terhadap penurunan curah jantung adalah dilatasi ventrikel, peningkatan stimulasi
sistem saraf simpatif dan aktifasi sistem reninangiotensin. Perubahan jantung juga
didukung dengan adanya peningkatkan volume darah melalui retensi air dan natrium
oleh ginjal, karena kadar aldosteron dan katekolamin dalam plasma meningkat.
Mekanisme kompensasi yang sudah tidak lagi efektif tentu saja menyebabkan
terjadinya penambahan beban pada jantung yang sudah bekerja sangat kuat. Hipertrofi
miokardium menjadi rusak karena keperluan oksigen pada massa otot yang membesar
menjadi meningkat. Jantung melebar melampaui batas ketegangan kontraksi secara
wajar. Penambahan volume darah berakibat bendungan yang nyata yang selanjutnya
menekan jantung. Akhirnya curah jantung menjadi menurun.
Gagal jantung kiri dapat berkembang menjadi gagal jantung kanan akibat
meningkatnya tekanan vaskular paru sehingga membebani ventrikel kanan. Selain
secara tidak langsung melalui pembuluh paru tersebut, disfungsi ventrikel kiri juga
berpengaruh langsung terhadap fungsi ventrikel kanan melalui fungsi anatomis
biokimiawinya. Kedua ventrikel mempunyai satu dinding yang sama yaitu septum
interventrikularis yang terletak dalam perikardium. Selain itu, perubahanperubahan
biokimia seperti berkurangnya cadangan nonepineprin miokardium selama gagal
jantung dapt merugikan kedua ventrikel. Infark ventrikel kanan dapat timbul
bersamaan dengan infark ventrikel kiri, terutama infark dinding inferior. Infark
ventrikel kanan jelas merupakan faktor predisposisi terjadinya gagal jantung kanan.
Kongesti vena sistemik akibat gagal jantung kanan bermanifestasi sebagai pelebaran
vena leher, hepatomegali, dan edema perifer.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG CHF
Menurut Doenges (2000) pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk
menegakkan diagnosa CHF yaitu:
1. Elektro kardiogram (EKG)
Hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpangan aksis, iskemia, disritmia,
takikardi, fibrilasi atrial
2. Scan jantung
Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan pergerakan dinding.
3. Sonogram (echocardiogram, echokardiogram doppler)
Dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik, perubahan dalam fungsi/struktur
katub atau area penurunan kontraktilitas ventricular.

9
4. Kateterisasi jantung
Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu membedakan gagal jantung
kanan dan gagal jantung kiri dan stenosis katub atau insufisiensi.
5. Rongent Dada
Dapat menunjukan pembesaran jantung, bayangan mencerminkan dilatasi atau
hipertrofi bilik atau perubahan dalam pembuluh darah abnormal
6. Elektrolit
Mungkin berubah karena perpindahan cairan/penurunan fungsi ginjal, terapi
diuretik
7. Oksimetri Nadi
Saturasi oksigen mungkin rendah terutama jika gagal jantung kongestif akut
menjadi kronis.
8. Analisa Gas Darah (AGD)
Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis respiratori ringan (dini) atau
hipoksemia dengan peningkatan PCO2 (akhir)
9. Pemeriksaan Tiroid
Peningkatan aktivitas tiroid menunjukkan hiperaktivitas tiroid sebagai pre
pencetus gagal jantung kongestif
10. Ekokardiografi
Ekokardiografi sebaiknya digunakan sebagai alat pemeriksaan diagnostik yang
pertama untuk manajemen gagal jantung; sifatnya tidak invasiv dan segera dapat
memberikan diagnosis disfungsi jantung. Dengan adanya kombinasi M-Mode,
ekokardiografi 2D, dan Doppler, maka pemeriksaan invasive lain tidak lagi
diperlukan. Gambaran yang paling sering ditemukan pada gagal jantung akibat
penyakit jantung iskemik, kardiomiopati dilatasi, dan beberapa kelainan katup
adalah dilatasi ventrikel kiri yang disertai hipokinesis seluruh dinding vertikel
H. PENDIDIKAN KESEHATAN CHF
Pendidikan kesehatan yang perlu diberikan pada pasien dengan CHF untuk bisa
mandiri antara lain : Tanda dan Gejala CHF, manajemen berat badan, rekomendasi
diit dan pengobatan (Whasburn, 2008). Menurut Bruner (2005), Pada saat pasien
pulang untuk menjalani perawatan di rumah, pasien atau pengasuh diberikan
pendidikan kesehatan dan akan dapat :
1. Mengidentifikasi CHF sebagai penyakit kronis yang dapat dikelola dengan obat-
obatan dan dapat dilakukan manajemen secara mandiri

10
2. Mengambil dan minum obat setiap hari, sesuai program.
3. Memantau dampak dari obat-obatan.
4. Mengenali tanda-tanda dan gejala hipotensi ortostatik dan bagaimana untuk
mencegahnya.
5. Timbang berat badan sendiri setiap hari. Dapatkan berat pada waktu yang sama
setiap hari (misalnya, setiap pagi setelah buang air kecil). Mencatat dan
melaporkan kenaikan berat badan > 2-3 lb (0,9-1,4 kg) dalam 1 hari atau 5 lb (2,3
kg) dalam 1 minggu.
6. Batasi asupan natrium untuk 1-3 kg sehari: beradaptasi diet dengan memeriksa
label nutrisi untuk memeriksa kandungan natrium melayani, menghindari
makanan kaleng atau olahan, makan makanan segar atau beku, berkonsultasi
rencana diet ditulis dan daftar makanan diperkenankan dan dibatasi, menghindari
penggunaan garam, dan menghindari ekses dalam makan dan minum.
7. Review program kegiatan :
- Berpartisipasi dalam program latihan sehari-hari.
- Meningkatkan kemampuan berjalan dan kegiatan lainnya secara bertahap,
asalkan tidak menyebabkan kelelahan yang tidak biasa atau dyspnea.
- Menghemat energi dengan menyeimbangkan aktivitas dengan waktu istirahat.
- Hindari aktivitas pada titik ekstrem panas dan dingin, yang meningkatkan
kerja jantung.
- Mengakui bahwa pengkondisian udara bisa saja penting dalam lingkungan
yang panas lembab.
8. Mengembangkan metode untuk mengelola stress.
9. Buat janji teratur dengan dokter atau klinik.
10. Waspada untuk gejala yang mungkin mengindikasikan CHF berulang.
- Ingat gejala yang diamali ketika sakit dimulai.
- Laporkan segera ke dokter atau klinik hal-hal berikut: Peningkatan berat badan
> 2-3 lb (0,9-1,4 kg) dalam 1 hari, atau 5 lb (2,3 kg) dalam 1 minggu
- Kehilangan nafsu makan
- Sesaknapas yang tidakbiasa dengan aktivitas
- Pembengkakan pergelangan kaki atau perut
- Batuk terus-menerus
- Gelisah saat tidur, peningkatan jumlah bantal yang diperlukan untuk tidur
Penatalksanaan Pasien CHF Berbasis Telenursing

11
1. Pendidikan Kesehatan Melalui Telepon
Berikut adalah contoh penggunaan telepon untuk pendidikan kesehatan yang
dilakukan di klinik. Pendidikan dapat sangat efektif melalui telepon karena kontak
dengan pasien bisa lebih sering dari pada kunjungan kantor, informasi dapat lebih
dari sekali untuk memastikan pemahaman. Namun, untuk menjadi efektif, harus
dilakukan dengan benar. Walaupun mungkin ada lebih banyak waktu untuk
membahas masalah dengan pasien di telepon dari pada di kantor, perawat
mencoba untuk fokus pada satu topik selama percakapan mereka sehingga mereka
tidak membebani pasien dengan banyak informasi.
Dengan bantuan sebuah modul pendidikan, informasi jelas, konsisten, berulang,
dan di ikuti untuk memastikan bahwa pasien mengerti. Bahan tertulis biasanya
dikirimkan kepada psien setelah percakapan telepon, dan setelah menerima materi,
perawat memanggil pasien lagi memberikan penjelasan. Skrip yang tersedia
menggunakan perangkat lunak dan ditulis oleh staf klinik. Pertanyaan dan
jawaban dalam skrip memberikan bantuan pasien mengatur dan mencapai tujuan.
Mislanya, jika pasien CHF sedang berjuang untuk mengurangi garam dalam
dietnya, skrip akan memandu perawat untuk mengatakan, “Saya memahami
bahwa Anda mencari cara untuk mengurangi asupan garam Anda. Ini ada
beberapa cara bahwa kami dapat membantu Anda mencapai tujuan.” Perawat itu
kemudian akan memberikan beberapa pilihan pada pasien seperti menghilngkan
makanan yang tinggi dalam garam dari dietnya, atau tidak menambah garam
untuk makanan pada hari-hari tertentu dalam seminggu. Perawat selalu meminta
izin sebelum membahas isu-isu sensitif dengan pasien. Dalam manajemen
perawatan CHF pasien berbicara kepada perawat yang sama setiap kali mereka
dipanggil. Setelah pasien dalam program, hubungan tergantung pada gejala
mereka, bisa mingguan setiap minggu, bulanan, atau setiap tiga bulan dan
dijadwalkan (Mikelson, 2010).
Pendidikan kesehatan pada pasien dengan CHF sangat penting diberikan dan akan
efektif bila dilakukan secara terus menerus. Meskipun ringkasan informasi yang
diterima pasien ketika mereka habis dari rumah sakit itu disesuaikan dan ditujukan
untuk pasien, juga dilayani sebagai sumber informasi setelah pulang. Untuk tujuan
ini, mereka menggunakan pemnberian informasi. Kurangnya pertukaran informasi
dan kolaborasi di seluruh tingkat organisasi dalam perawatan kesehatan dengan
baik didokumentasikan (Vosipala, 2008).

12
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Contoh Kasus

Pasien Tn. R usia 71 tahun, datang ke RS dibawa ke IGD pada tanggal 28/03/2019
pukul 10.00 WIB oleh istrinya Ny.S dengan keluham sesak napas +/- 2jam sebelum masuk ke
IGD, setelah dilakukan TTV didapatkan hasil TD : 90/50 mmHg, N : 60 x/m, RR : 28 x/m,
S : 36o C. Pasien mengatakan kurang lebih 1 minggu pernah dirawat dengan diagnose
kardiomiopati dilatasi, pasien juga mengatakan keluarganya tidak memeliki Riwayat penyakit
seperti ini/tidak memliki peyakit keturunan. Kemudian pasien dirawat di ruang cemara
hingga tanggal 02/03/2019 dan pada pukul 15.00WIB pasien dipindahkan ke ICU dengan
keluhan sesak napas KU lemah, kesadaran CM saat dikaji didapatkan TTV TD : 100/70
mmHg, N : 83 x/m, RR : 27 x/m, S : 37 oC, CRT < 3s, pernapsan dispneu tidak ada cuping
hidung dan terpasang O2 nasal kanule 3lpm, akral hangat kesadaran CM GCS 15 E4 M6 V5.
Pupil isokor, ekstremitas bawah lemah kekuatan otot didapatkan 5, tidak ada cidera, pasien
mendapatkan terapi obat IVFD RL Gtt XV x/menit, Nacl 100 Cc drip 1 ampul Dobutamin gtt
3 micro, Furosemid 1-1-0, Letonal 1x25 mg, Digoxin 2x1 tab, Captopril 2x6,25 tab, Aspilet
1x1 tablet dan dlikakuan pemeriksaan penunjang

13
TINJAUAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : Tn. R
TTL : 24/01/1947
Umur   : 71 tahun
Jenis kelamin                  : Laki-laki
Agama                               : Islam
Pendidikan                       : SMA
Alamat                               : Jln. Bujana Rasyid No. 154 Muara Enim
Pekerjaan                          : Pensiunan PNS
Tanggal masuk                  : 02-03-2018
No RM                                : 01.55.17
Diagnosa Medis                : CHF e.c. DCM/HHD, Syok Kardiogenik

Nama Penanggung Jawab


Nama   : Ny. S
Pendidikan                 : SMA
Alamat               : Jln. Bujana Rasyid No. 154 Muara Enim
Agama                           : Islam
Pekerjaan                         : IRT
Hubugan dengan pasien  : Istri

B. RIWAYAT KESEHATAN
1) Keluhan utama
Pasien mengeluh sesak napas
2) Riwayat kesehatan sekarang
Pasien megatakan sesak napas +/- 2 jam sebelum masuk rumah sakit, dibawa ke
IGD Rumah Sakit pada tanggal 28/02/2019 jam 10.00 WIB, dengan TD : 90/50mmHg,
N : 60 x/menit, RR: 28 x/menit T: 36°C. Kemudian pasien dirawat di ruang Cemara
sampai tanggal 02/03/2018, pasien pindah ke ruang ICU tanggal 02/03/2019 jam 15.00
WIB dengan keluhan sesak napas, KU lemah, Kesadaran composmentis, saat dikaji
TD : 100/75 mmHg, N : 83 x/menit, RR : 27 x/menit, S: 37 0C.

14
3) Riwayat kesehatan dahulu
Pasien mengatakan +/- 1 minggu yang lalu dirawat dengan kardiomiopati
dilatasi.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan keluarganya  tidak ada yang mempunyai sakit seperti ini,
tidak mempunyai penyakit keturunan dan tidak mempunyai penyakit menular.

C. PENGKAJIAN PRIMER
1. Airway
Tidak terdapat lendir atau sputum pada jalan napas pasien, tidak ada bunyi napas
tambahan.
Dx : -
2. Breathing
Menggunakan otot tambahan, RR : 27 x/menit, napas tidak ada cuping hidung,
terpasang O2 nasal kanule 3 liter/menit, pernapasan dispneu, kedalaman napas dangkal,
tidak terpasang ventilator.
Dx : ketidakefektifan pola napas
3. Circulation
Tidak ada sianosis, akral kulit hangat, CRT < 3 detik. TD : 100/75 mmHg,
N : 72 x/menit, RR : 27 x/menit, S: 37 0C., tidak terdapat perdarahan.
Dx : -
4. Disability
Tingkat kesadaran Composmentis, GCS 15 = E4 M6 V5, Pupil isokor, diameter pupil 2
mm kanan dan kiri, ekstremitas bawah lemah, nilai kekuatan otot
5 5
5 5
Dx : -
5. Eksposure
Tidak ada cedera leher, tidak ada jejas, tidak ada fraktur
Dx : -

15
D.  PENGKAJIAN SEKUNDER
1. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum     : Lemah
Kesadaran              : Composmentis          GCS 15 = E 4 M 6 V5
Tanda-tanda vital :
Td     :100/75 mmHg
Nadi : 83X/ menit
RR    : 27 x/ menit
S      : 37 0 C
SpO2 : 99 %
Kepala                      : Mesosephal, rambut hitam, tidak rontok dan bersih
Mata                         : cekung, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik
Hidung                    : Bersih, tidak ada discharge, tak ada nafas cuping hidung.
Mulut                       : Bersih mukosa bibir kering, tidak ada sianosis.
Telinga                     : Simetris, bersih, tidak ada serumen.
Leher                        : Tidak ada kaku kuduk, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
nyeri tekan.
Dada                         : Simetris, ada retraksi otot dada, pengembangan dada simetris.
Jantung                    :
I    : Ictus kordis tak tampak 
Pa : ictus kordis teraba di SIC IV& V mid klavikula

               Pe : Pekak, tak ada pembesaran jantung


               A   : Bunyi jantung murni BJ  I-II
Paru               
                I    : Ada otot bantu pernpasan
                Pa : Vocal premitus kanan dan kiri sama
                Pe : Sonor di seluruh lapang paru
                A   : Ronkhi.
Abdomen                         
                 I    : Perut tampak datar, simetris
                 Au : Bising usus 11 x/menit
                 Pa  : tidak ada distensi, tak ada pembesaran hati dan limfa.
                 Pe  : timpani

16
Genetalia                 : Tidak terpasang kateter (riwayat BPH)
Ektremitas              : Normal, tidak sianosis, kapilery refill time < 3 detik, tidak ada oedem, 
                                ekstremitas bawah mengalami kelemahan
Kulit                       : kulit tampak sedikit kering, sawo matang dan, turgor kulit baik.

E. Data Penunjang
1. Hasil Pemeriksaan EKG
   Kesan : Reguler
2. Hasil Pemeriksaan Echocardiography
Kesan : Delated Cardiomiopaty
3. Hasil Rontgen Thorax
Kesan : KArdiomegali, Susp. Bronchopneumonia kanan DD/edma paru
4. Hasil Laboratorium
Hasil pemriksaan laboratorium tanggal 01 maret 2018 jam 00.42 WIB

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan


Hematologi
Hemoglobin 12,7 g/dl 11,7-15,5
Leokosit 7,68 10^/ul 4,0-10,0
Hematokrit 36,5 % 35-47
Eritrosit 4,38 10^6/ul 3,8-5,2
Trombosit 271 10^3/ul 150-400
MCV 83,3 u/L 82-92
MCH 29,0 pg 27-31
MCHC 34,8 g/dl 32-36
Differensial Count
NEUT% 74,7 % 50-70
LYMPH% 14,1 % 0-40
MONO% 9,5 % 2-8
EO% 1,7 % 1-3
BASO% 0,3 %
Kimia Klinis
BSS 158 mg/dl 70-115
Colesterol total 280 mg/dl < 200

17
Ureum *118 mg/dl 10-50
Creatinin *3,1 mg/dl L,0,9-1,3 P. 0,6-1.1

       5. Terapi Obat


Tanggal 02/03/2018
1. IVFD RL Gtt XV x/menit
2. Nacl 100 Cc drip 1 ampul Dobutamin gtt 3 micro           
3. Furosemid 1-1-0
4. Letonal 1x25 mg
5. Digoxin 2x1 tab
6. Captopril 2x6,25 tab
7. Aspilet 1x1 tablet

F. Analisa Data

18
Nama   : Tn. R
Umur : 71 thn
No. Data Fokus Etiologi Problem Ttd
1 Ds : pasien mengatakan sesak  Penurunan ekspansi paru Pola Napas Tidak
nafas Efektif
Do : - TD     :100/75 mmHg
Nadi : 83X/ menit
RR    : 27 x/ menit
S      : 37 0 C
SpO2 : 99 %
        -Terpasang O2 3
liter/menit
        -Ada otot bantu
pernapasan
        -Pola nafas tidak efektif
        - Kedalaman pola napas
         Dangkal
   -Ada bunyi tambahan      ronkhi

2 Ds : Pasien mengatakan sesak  Perubahan kontraktilitas Resiko penurunan


nafas curah jantung
Do : -Pasien mampu duduk
TD     :100/75 mmHg
Nadi : 83X/ menit
RR    : 27 x/ menit
S      : 37 0 C
SpO2 : 99 %

3 Ds :-Pasien mengatakan sesakKetidakseimbangan antaraIntoleransi aktivitas


Nafas suplai dan kebutuhan
      -Pasien mengatakan lemah oksigen
Do :-Pasien tampak
keletihan/lemah
       -Pasien tampak tirah

19
baring ditempat tidur
       -Terpasang O2  3
liter/menit
    TD :100/75 mmHg
Nadi : 83X/ menit
RR    : 27 x/ menit
S      : 37 0 C
SpO2 : 99 %
G. Diagnosa Keperawatan
Nama   : Tn. R
Umur   : 71 tahun
No Diagnosa Keperawatan ttd
1. Risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
kontraktifitas
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai O 2
dengan kebutuhan oksigen

H. Intervensi Keperawatan
No Rencana Keperawatan ttd
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi

1. Setelah dilakukan tindakanObservasi

20
1 keperawatan selama 2x7 jam 1. Identifikasi tanda/gejala primer
Penurunan curah jantung (meliputi
diharapkan tidak terjadi penurunan
dispenea, kelelahan, adema ortopnea
curah jantung, dengan Kriteria paroxysmal nocturnal dyspenea,
peningkatan CPV)
Hasil :
2. Identifikasi tanda /gejala sekunder
1. Kekuatan nadi perifer penurunan curah jantung (meliputi
peningkatan berat badan, hepatomegali
meningkat
ditensi vena jugularis, palpitasi, ronkhi
2. Lelah menurun basah, oliguria, batuk, kulit pucat)
3. Monitor tekanan darah
3. Dispne menurun
4. Monitor intake dan output cairan
4. Tekanan darah membaik 5. Monitor saturasi oksigen
6. Monitor keluhan nyeri dada (mis.
  
Intensitas, lokasi, radiasi, durasi,
presivitasi yang mengurangi nyeri)
7. Monitor EKG 12 sadapoan
8. Monitor aritmia (kelainan irama dan
frekwensi)
9. Monitor nilai laboratorium jantung (mis.
Elektrolit, enzim jantung, BNP, Ntpro-
BNP)
10. Monitor fungsi alat pacu jantung
11. Periksa tekanan darah dan frekwensi nadi
sebelum dan sesudah aktifitas
12. Periksa tekanan darah dan frekwensi nadi
sebelum pemberian obat (mis.
Betablocker, ACEinhibitor, calcium
channel blocker, digoksin)
Terapeutik

1. Posisikan pasien semi-fowler atau fowler


dengan kaki kebawah atau posisi nyaman
2. Berikan diet jantung yang sesuai (mis.
Batasi asupan kafein, natrium, kolestrol,
dan makanan tinggi lemak)
3. Fasilitasi pasien dan keluarga untuk
modifikasi hidup sehat
4. Berikan terapi relaksasi untuk
mengurangi stres, jika perlu
5. Berikan dukungan emosional dan
6. spiritual
7. Berikan oksigen untuk memepertahankan
saturasi oksigen >94%
Edukasi

1. Anjurkan beraktivitas fisik sesuai


toleransi
2. Anjurkan beraktivitas fisik secara
bertahap

21
3. Anjurkan berhenti merokok
4. Ajarkan pasien dan keluarga mengukur
intake dan output cairan harian
Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika


perlu
2. Rujuk ke program rehabilitasi jantung
2. Setelah dilakukan tindakanObservasi
2 keperawatan selama 2x7 jam 1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan
diharapkan pola napas membaik, upaya napas
2. Monitor pola napas (seperti bradipnea,
dengan takipnea, hiperventilasi, Kussmaul,
Kriteria Hasil : Cheyne-Stokes, Biot, ataksik)
3. Monitor adanya sumbatan jalan napas
1. Dyspnea menurun 4. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
2. Frekuensi napas 5. Auskultasi bunyi napas
6. Monitor saturasi oksigen
3. Kedalaman napas 7. Monitor nilai AGD (Analisis Gas Darah)
8. Monitor hasil x-ray toraks
Terapeutik

1. Atur interval waktu pemantauan respirasi


sesuai kondisi pasien
2. Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi

1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan


2. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

3. Setelah dilakukan tindakanObservasi


keperawatan selama 2x7 jam 1. Identifkasi gangguan fungsi tubuh yang
diharapkan aktivitas dapat mengakibatkan kelelahan
2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
meningkat, dengan 3. Monitor pola dan jam tidur
Kriteria Hasil : 4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
selama melakukan aktivitas
1. Keluhan lelah menurun Terapeutik
2. Dyspnea saat dan setelah
1. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah
aktivitas menurun stimulus (mis. cahaya, suara, kunjungan)
3. Frekuensi nadi membaik 2. Lakukan rentang gerak pasif dan/atau
aktif
3. Berikan aktivitas distraksi yang
menyenangkan
4. Fasilitas duduk di sisi tempat tidur, jika
tidak dapat berpindah atau berjalan

22
Edukasi

1. Anjurkan tirah baring


2. Anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap
3. Anjurkan menghubungi perawat jika
tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
4. Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
Kolaborasi

1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara


meningkatkan asupan makanan

BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Gagal jantung kongestif adalah keadaan ketika jantung tidak mampu lagi
memompakan darah secukupnya dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi tubuh
untuk keperluan metabolisme jaringan tubuh pada kondisi tertentu, sedangkan
tekanan pengisian kedalam jantung masih cukup tinggi (Aspani, 2016).
Adapun penyebab gagal jantung diakibatkan oleh penyakit Arteri Koroner
(PAK) dan penyebab lain seperti infark miokardium. Yang ditandai dengan
Gelisah dan cemas, edema, bunyi nafas mengi, sesak nafas dan mudah lelah .
setelah diberikan penatalaksanaan di rumah sakit kemudian pasien dibekali
pendidikan kesehatan untuk diterapkan dirumah seprti kewaspadaan jikagejala

23
yang mungkin mengindikasikan CHF berulang seperti ingat gejala yang dimulai
ketika sakit, laporkan segera ke dokter atau klinik , sesaknapas yang tidakbiasa
dengan aktivitas, pembengkakan pergelangan kaki atau perut, batuk terus-
menerus, Gelisah saat tidur, peningkatan jumlah bantal yang diperlukan untuk
tidur.

B. SARAN
Kami yakin dalam penyusunan makalah dan askep (asuhan keperawatan) ini
belum begitu sempurna karena kami dalam tahap belajar, maka dari itu kami
berharap bagi kawan-kawan semua bias memberi saran dan usul serta kritikan
yang baik dan membangun sehingga, makalah ini menjadi sederhana dan
bermanfaat. Dan apabila ada kesalahan dan kejanggalan kami mohon maaf karena
kami hanyalah memiliki ilmu dan kemampuan yang terbatas. Semoga askep ini
dapat pula menambah wawasan bagi mahasiswa lain.

DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer & Bare. (2013). Buku ajar keperawatan medikal bedah Brunner & Suddarth. Edisi
12. Jakarta: EGC.

Black, J.M & Hawks J. H (2014). Keperawatan medikal bedah: managemen klinis untuk
hasil yang diharapkan. Edisi 8 Jilid 1. Singapura: Elsevier.

Aspaiani,RY. (2016). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Pada pasien Gangguan


Kardiovaskuler : aplikasi nic&noc. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

24

Anda mungkin juga menyukai