Anda di halaman 1dari 92

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

A USIA 38 TAHUN G7P5A2


DENGAN POST SECTIO CAESAREA ATAS INDIKASI GEMELI DI
RUANG MAWAR RUMAH SAKIT DUSTIRA CIMAHI
Diajukan untuk memenuhi salah satu Tugas Stase Keperawatan Maternitas

Preseptor Akademik:
¹Monna Maharani Hidayat, M.Kep., Ns. Sp. Kep. Mat
²Siti Nurbayanti A., M.Kep., Ns.Sp.Kep.Mat

Disusun Oleh :
Kelompok 2
1. Muhamad Tirta Solehudin 2250321092
2. Nurani Radianti 2250321119
3. Sofia Muflihah 2250321165
4. Inggit Risma Waluya 2250321116
5. Siti Farida Nurullah 2250321091

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI


KESEHATAN UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI
2023
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang

telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan

makalah ini guna memenuhi salah satu tugas kelompok profesi Ners stase

keperawatan maternitas dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Ny.A Usia 38

Tahun G7p5a2 Dengan Post Sectio Caesarea Atas Indikasi Gemeli Di Ruang Mawar

Rumah Sakit Dustira Cimahi”.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari

bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga

makalah ini dapat terselesaikan. Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini

masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan

yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta

masukan bahkan kritikan yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami

berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi seluruh pembaca.

Cimahi, 21 Desember 2022

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................................................1
B. Tujuan..................................................................................................................................3
1. Tujuan Umum.............................................................................................................3
2. Tujuan Khusus............................................................................................................3
C. Manfaat................................................................................................................................3
1. Manfaat Teoritik..................................................................................................3
2. Manfaat Praktis.....................................................................................................4

BAB II TINJAUAN TEORI


A. Konsep Dasar Nifas.........................................................................................................5
1. Pengertian Nifas.........................................................................................................5
2. Tahapan Masa Nifas.................................................................................................5
3. Adaptasi Fisiologi Masa Nifas..............................................................................6
4. Adaptasi psikologis Ibu 15
5. Komplikasi 17
B. Konsep Dasar Sectio Caesarea (SC)..........................................................................18
1. Pengertian Sectio Caesarea (SC) 18
2. Tujuan 19
3. Etiologi 19
4. Jenis-jenis Sectio Caesarea (SC) 21
5. Indikasi Sectio Caesarea (SC) 23
6. Komplikasi 23
7. Penatalaksanaan 24
C. Konsep Dasar Gemeli (Kehamilan Kembar)...........................................................26
1. Pengertian Gemeli 26
2. Etiologi 26
3. Jenis Kehamilan Gemeli 26
4. Tanda dan Gejala Kehamilan Gemeli 27
5. Patofisiologi 28
6. Pathways 31
7. Manifestasi Klinis 31

ii
8. Komplikasi 32
9. Penatalaksanaan 34
10. Pemeriksaan Penunjang 34
D. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan pada Post Sectio Caesarea (SC) atas
indikasi Gemeli 35
1. Pengkajian Keperawatan 35
2. Diagnosa Keperawatan 39
3. Intervensi Keperawatan 40

BAB III TINJAUAN KASUS


1. Pengkajian Keperawatan 47
2. Diagnosa Keperawatan 64
3. Intervensi Keperawatan 64
4. Implementasi Keperawatan 69
5. Evaluasi Keperawatan 73

BAB IV PEMBAHASAN
1. Pengkajian Keperawatan 78
2. Diagnosa Keperawatan 81
3. Intervensi Keperawatan 82
4. Implementasi Keperawatan 83
5. Evaluasi Keperawatan 84

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN


1. Simpulan 85
2. Saran 86

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................................88

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persalinan adalah suatu proses dimana seorang wanita melahirkan bayi yang

diawali dengan kontraksi uterus yang teratur dan memuncak pada saat

pengeluaran bayi sampai dengan pengeluaran plasenta dan selaputnya dimana

proses persalinan ini akan berlangsung selama 12 sampai 14 jam (Kurniarum,

2016). Jenis persalinan terdapat 2 yaitu persalinan pervaginam dan persalinan

buatan ( section caesarea). Menurut Amru Sofian (2012) Sectio Caesarea adalah

suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui

dinding depan perut (Amin& Hardi, 2013).

Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai janin lahir. Lama kehamilan

normal dihitung dari hari pertama menstruasi terakhir (HPMT) yaitu 280 hari (40

minggu atau 9 bulan 7 hari). Kehamilan dibagi menjadi 3 trimester yaitu trimester

pertama mulai dari konsepsi sampai 3 bulan, trimester kedua mulai dari bulan

keempat sampai 6 bulan, trimester ketiga mulai dari bulan ketujuh sampai 9 bulan

(Saifuddin, 2009). Kehamilan kembar atau kehamilan multipel adalah suatu

kehamilan dengan dua janin atau lebih. Kehamilan multipel dapat berupa

kehamilan ganda/gemeli (2 janin), triplet ( 3 janin ), kuadruplet ( 4 janin ),

Quintiplet ( 5 janin ) dan seterusnya dengan frekuensi kejadian yang semakin

jarang (Nurgroho, 2011).

1
2

Masa nifas atau post partum disebut jugan pureperium yang berasal dari

bahasa latin yaitu dari kata puer yang berarti bayi dan parous yang berarti

melahirkan. Masa nifas dimulai sejak plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat

kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil (Dewi, 2020).

Di Indonesia sendiri, presentasi operasi SC sekira 5-15%, dirumah sakit

pemerintah sekita 11%, sementara dirumah sakit swasta bias lebih dari 30%.

Menurut Data Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, angka

kejadian SC di Indonesa 921.000 dari 4.039.000 persalinan atatu 22,8% dari

seluruh persalinan. (Marlina,2014).

Penyebab persalinan dengan bedah Sectio Caesarea ini bisa karena masalah di

pihak ibu maupun bayi. Terdapat dua keputusan bedah Sectiocaesarea, pertama

keputusan bedah Sectio Caesarea yang sudah didiagnosa sebelumnya. Penyebab

antara lain bayi sungsang, sebagian kasus mulut tertutupnya plasenta, bayi

kembar, kehamilan pada usia lanjut, sesar sebelumnya, dan sebagainya. Kedua

adalah keputusan diambil tiba-tiba karena tuntutan kondisi darurat. Contoh kasus

ini antara lain, persalinan berkepanjangan, bayi belum lahir lebih dari 24 jam

sejak ketuban pecah, kontraksi terlalu lemah dan sebagainya (Nurjannah, 2016).

Banyak sekali masalah yang sering dihadapi oleh ibu post Sectio Caesarea

diantaranya rasa nyeri, kecemasan, dan gangguan mobilitas. Gangguan-gangguan

tersebut membuat ibu post Sectio Caesarea merasa tidak nyaman atau

menimbulkan ketidaknyamanan ibu post Sectio Caesarea. Nyeri dirasakan ibu

post post Sectio Caesarea yang berasal dari 3 luka bekas sayatan operasi post
3

Sectio Caesarea berada dibawah perut. Tingkat keparahan nyeri yang dirasakan

oleh ibu post post Sectio Caesarea tergantung pada psikologis dan fisiologi

individu ibu dan toleransi yang di timbulkan nyeri (Manuaba, 2012).

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk melakukan Asuhan Keperawatan Ibu Post Partum Sectio Caesarea

dengan indikasi kehamilan gemeli di Ruang Mawar RS Dustira.

2. Tujuan Khusus

a. Mengkaji masalah kesehatan pada ibu post partum Sectio Caesarea dengan

Indikasi kehamilan gemeli di Ruang Mawar RS Dustira

b. Menetapkan atau menegakkan diagnosa keperawatan pada ibu post partum

Sectio Caesarea dengan Indikasi kehamilan gemeli di Ruang Mawar RS

Dustira

c. Merencanakan tindakan keperawatan pada ibu post partum Sectio

Caesarea dengan Indikasi kehamilan gemeli di Ruang Mawar RS Dustira

d. Melakukan tindakan keperawatan pada ibu post partum Sectio Caesarea

dengan Indikasi kehamilan gemeli di Ruang Mawar RS Dustira

e. Melakukan evaluasi keperawatan pada ibu post partum Sectio Caesarea

dengan Indikasi kehamilan gemeli di Ruang Mawar RS Dustira

3. Manfaat

a. Manfaat Teoritis
4

Sebagai study kasus bagi mahasiswa kesehatan khususnya keperawatan

mengenai Asuhan Keperawatan pada ibu post partum Sectio Caesarea

dengan Indikasi kehamilan gemeli

b. Manfaat Praktis

1) Bagi Klien

Sebagai pengetahuan dan ilmu baru untuk ibu mengenai pemberian

asuhan keperawatan pada ibu post partum Sectio Caesarea dengan

Indikasi kehamilan gemeli.

2) Bagi Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit

Sebagai konstribusi untuk pertimbangan pihak rumah sakit dalam

pembuatan Asuhan Keperawatan keperawatan pada ibu post partum

Sectio Caesarea dengan Indikasi kehamilan gemeli

3) Bagi Pendidikan

Menjadi sebuah referensi dan masukan untuk memperluas wawasan

dan pengetahuan mahasiswa jurusan Keperawatan yang berhubungan

dengan asuhan Keperawatan pada ibu post partum Sectio Caesarea

dengan Indikasi kehamilan gemeli


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP DASAR NIFAS

1. Pengertian Nifas

Masa nifas atau post partum disebut juga Puerperium yang berasal dari

bahasa latin vaitu dari kata puer vana berarti bavi dan parous yang berarti

melahirkan. Masa nifas dimulai sejak plasenta lahir dan berakhir ketika alat-

alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil (Dewi, 2020). Masa

nifas atau post partum adalah masa setelah persalinan selesai sampai 6 minggu

atau 42 hari.

Setelah masa nifas, organ reproduksi secara perlahan akan mengalami

perubahan seperti sebelum hamil. Selama masa nifas perlu mendapat

perhatian lebih dikarenakan angka kematian ibu 60% teriadi pada masa nifas.

Dalam angka kematian ibu (AKI) adalah penyebab banyaknya wanita

meninggal dari suatu penyebab kurangnya perhatian pada wanita postpartum

(Yanti, 2020). Periode nifas disebut juga trimester ke empat kehamilan.

2. Tahapan Masa Nifas

Masa nifas dibagi menjadi tiga tahapan yaitu:

a. Puerperium Dini : Masa kepulihan waktu 0-24 jam post partum, yakni saat

ibu diperbolehkan berdiri dan berialanialan.

5
6

b. Puerperium Intermedial : waktu 1-7 hari, masa kepulihan menyeluruh dari

organ-organ genetal kira-kira 6-8 minggu.

c. Remot Puerperium : Waktu 1-6 minggu post partum yang diperlukan

untuk pulih dan sehat sempurna terutama apabila ibu selama hamil

(persalinan mempunyai komplikasi).

3. Adaptasi Fisiologi Masa Nifas

a. Involusio uterus

Secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya

kembali seperti sebelum hamil, setelah plasenta lahir uterus merupakan

alat yang keras, karena kontraksi dan retraksi otot-ototnya. Fundus uteri

±3 jari dibawah pusat. Selama 2 hari berikutnya, besarnya tidak seberapa

berkurang tetapi sesudah 2 hari ini uterus mengecil dengan cepat sehingga

pada hari ke-10 tidak teraba dari luar. Setelah 6 minggu tercapainya lagi

ukurannya yang normal. Epitelerasi siap dalam 10 hari, kecuali pada tempt

plasenta dimana epitelisasi memakan waktu tiga minggu.

b. Serviks

Setelah persalinan, bentuk serviks agak mengganggu seperti corong

berwarna merah kehitaman. Konsistensinya lunak kadang-kadang terdapat

perlukaan-perlukaan kecil setelah bay lahir, tangan mash bisa mask rongga

rahim, setelah 2 jam dapat dilalui ole 2-3 jari dan setelah 7 hari hanya

dapat dilalui 1 jari.


7

c. Payudara

Konsentrasi hormone yang menstimulasi perkembangan payudara

selama wanita hamil (estrogen, progesterone, HG, prolaktin, kortisol dan

insulin) menurn dengan cepat setelah bayi lahir. Waktu yang dibutuhkan

hormone- hormon ini untuk kembali ke kadar sebelum hamil sebagian

ditentukan ole apakah ibu menyusui atau tidak. Keadaan payudara pada

dua hari pertama nifas sama dengan keadaan dalam masa kehamilan yang

belum mengandung susu melainkan colostrum. Colostrum adalah cairan

kuning yang mengandung banyak protein dan garam.

d. Sistem urinary

Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2-8 minggu, tergantung

pada :

1) Keadaan/status sebelum persalinan

2) Lamanya parts kala II dilalui

3) Besarya tekanan kepala yang menekan pada saat persalinan.

Disamping itu, dari hasil pemeriksaan sistokopik segera setelah

persalinan tidak menunjukkan adanya edema dan hyperemia diding

kandung kemih, akan tetapi sering terjadi extravasasi (extravasation,

artinya keluarnya darah dari pembuluh-pembuluh darah di dalam

badan) kemukosa. (Suherni, 2009).


8

e. Sistem endokrin

Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada

sistem endorin, terutama pada hormon-hormon yang berperan dalam

proses tersebut. Oksitosin diseklerasikan dari kelenjer otak bagian

belakang. Selama tahap ketiga persalinan, hormon oksitosin berperan

dalam pelepasan plasenta dan mempertahankan kontraksi, sehingga

mencegah perdarahan.

Isapan bayi dapat merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin. Hal

tersebut membantu uterus kembali ke bentuk normal. Pada wanita yang

menyusui bayinya, kadar prolaktin tetap tinggi dan pada permulaan ada

rangsangan folikel dalam ovarium yang ditekan. Pada wanita yang tidak

menyusui bayinya tingkat sirkulasi prolaktin menurun dalam 14-21 hari

setelah persalinan, sehingga merangsang kelenjer bawah dean otak yang

mengontrol ovarium kearah permulaan pola produksi estrogen dan

progesteron yang normal, pertumbuhan folikel, ovulasi, dan menstruasi.

Selama hamil volume darah normal meningkat walaupun

mekanismenya secara penuh belum dimengerti. Di samping itu,

progesteron mempengaruhi otot halus yang mengurangi perangsangan dan

peningkatan pembuluh darah. Hal ini sangat mempengaruhi saluran

kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar panggul, perineum dan vulva,

serta vagina.
9

f. Sistem gastointestinal

Sering terjadi konstipasi pada ibu setelah melahirkan. Hal ini

umumnya karena makan padat dan kurangnya berserat selama persalinan.

Seorang wanita dapat merasa lapar dan siap menvantap makananna dua

jam setelah persalinan. Kalsium sangat penting untuk gigi pada kehamilan

dan masa nifas, dimana pada masa in teriadi penurunan konsentrasi ion

kalsium karena meningkatnya kebutuhan kalsium pada ibu, terutama pada

bayi yang dikandungnya untuk proses pertumbuhan juga pada ibu dalam

masa laktasi (Saleha, 2009).

g. Sistem musculoskeletal

Beberapa gejala sistem muskuloskeletal yang timbul pada masa pasca

partum antara lain:

1) Nyeri punggung bawah, Nyeri punggung merupakan gejala pasca

partum jangka panjang yang sering terjadi. Hal ini disebabkan adanya

ketegangan postural pada sistem muskuloskeletal akibat posisi saat

persalinan.Penanganan: Selama kehamilan, wanita yang mengeluh

nyeri punggung sebaiknya dirujuk pada fisioterapi untuk mendapatkan

perawatan. Anjuran perawatan punggung, posisi istirahat, dan aktifitas

hidup sehari-hari penting diberikan. Pereda nyeri elektroterapeutik

dikontraindikasikan selama kehamilan, namun mandi dengan air

hangat dapat menberikan rasa nyaman pada pasien.


10

2) Sakit kepala dan nyeri leher,Pada minggu pertama dan tiga bulan

setelah melahirkan, sakit kepala dan migrain bisa terjadi. Gejala ini

dapat mempengaruhi aktifitas dan ketidakyamanan pada ibu post

partum. Sakit kepala dan nyeri leher yang jangka panjang dapat timbul

akibat setelah pemberian anestasi

3) Nyeri pelvis posterior, Nyeri pelvis posterior ditunjukan untuk rasa

nyeri dan disfungsi area sendi sakroiliaka. Gejala in timbul sebelum

nyeri punggung bawah dan disfungsi simfisis pubis yang ditandai

nyeri di atas sendi sakroiliaka pada bagian otot penumpu berat badan

serta timbul pada sat membalikan tubuh di tempat tidur. Nyeri ini

dapat menyebar ke bokong dan paha posterior. Penanganan:

pemakaian ikat (sabuk) sakroiliaka penyokong dapat membantu untuk

mengistirahatkan pelvis. Mengatur posisi yang nyaman saat istirahat

maupun bekerja, serta mengurangi aktifitas dan posisi yang dapat

memacu rasa nyeri.

4) Disfungsi simfisis pubis Merupakan istilah yang menggambarkan

gangguan fungsi sendi simfisis pubis dan nyeri yang dirasakan di

sekitar area sendi. Fungi sendi simfisis pubis adalah menyempurnakan

cincin tulang pelvis dan memindahkan berat badan melalui pada

posisis tegak. Bila sendi ini tidak menjalankan fungsi semestinya, akan

terdapat fungsi/stabilitas pelvis yang abnormal, diperburk dengan

terjadinya perubahan mekanis, yang dapat mrmpengaruhi gaya


11

berialan suatu gerakan lembut pada sendi simfisis pubis untuk

menumpu berat badan dan disertai rasa nyeri yang hebat. Penanganan:

tirah baring selama mungkin; pemberian pereda nyeri; perawatan ibu

dan bay yang lengkap; rujuk ke ahli fisioterapi untuk latihan abdomen

yang tepat; latihan meningkatkan sirkulasi; mobilisasi secara bertahap;

pemberian bantuan yang sesai.

h. Lochea

Lochea adalah cairan sekret vang berasal dari kavum uteri dan vagina

dalam masa nifas. Pada hari pertama dan kedua lochea rubra atau lochea

cruenta, terdiri atas darah segar bercampur sisa-sisa selaput ketuban, sel-

sel desidua, sisa-sisa verniks kaseosa, lanugo dan mekonium.

1) Lochea Rubra (cruenta) : Berisi darah segar dan sisa selaput ketuban,

sel-sel dari desidua, verniks kaseosa, lanugo dan mekonium.

2) Lochea Sanguinolenta : Berwarna merah kuning berisi darah dan

lendir hari ke 3-7 pasca persalinan

3) Lochea Serosa: berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari

ke 7-14 pasca persalinan.

4) Lochea Alba : cairan putih setelah 2 minggu.

5) Lochea Purulenta : terjadi infeksi, keluaran cairan seperti nanah berbau

busuk.

6) Lochea stasis : lochea tidak lancar keluarnya


12

i. Pembuluh darah rahim

Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh-pembuluh

darah yang besar, karena setelah persalinan tidak diperlukan lagi

peredaran darah yang banyak. Bila pembuluh darah yang besar, tersunbat

karena perubahan pada dindingnya dan diganti ole pembuluh-pembuluh

yang kiri.

j. Vagina dan perineum

Setelah persalinan dinding perut longgar karena disebabkan lama,

tetapi biasanya akan pulih kembali dalam 6 minggu. Pada wanita yang

asthenis menjadi diastasis dari otot-otot rectus abnominis sehingga

sebagian dari dining pert di garis tengah terdiri dari perineum, fascia tipis

dan kulit. Tempat yang lemah dan menoniol kalau berdiri atau mengeian.

Perubahan vagina, vagina mengecil dan timbul rugae (lipatan-lipatan

atau kerutan-kerutan) kembali. Teriadi robekan perineum pada hampir

semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan

berikutnya. Bila ada laserasi jalan lahir atau luka bekas episiotomi

(penvavatan mulut serambi kemaluan untuk mempermudah kelahiran bay)

lakukanlah penjahitan dan perawatan dengan baik (Suherni, 2009).

k. Sistem kardiovaskuler

1) Volume Darah

Perubahan volume darah tergantung pada beberapa factor misalnya

kehilangan darah selama melahirkan dan mobilisasi serta pengeluaran


13

cairan ekstravaskuler. Kehilangan darah merupakan akibat penurunan

volume darah total yang cepat tetapi terbatas. Pada minggu ketiga dan

keempat setelah bay lahir, volume darah biasanya menurun sampai

mencapai volume sebelum hamil. Hipervolemia yang diakibatkan

kehamilan menyebabkan kebanyakan ibu bisa mentoleransi kehilangan

darah saat melahirkan. Pasca melahirkan, shunt akan hilang dengan

tiba-tiba. Volume darah ibu relatif akan bertambah. Keadaan ini akan

menimbulkan dekompensasi kordis pada penderita vitum cordia. Hal

ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan timbulnya

hemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti sediakala.

Pada umumnya, hal ini terjadi pada hari ketiga sampai kelima post

patum. Tiga perubahan fisiologis pascapartum yang melindungi

wanita:

a. Hilangnya sirkulasi uteroplasenta yang mengurangi ukuran

pembuluh darah maternal 10%-15%.

b. Hilangnya fungsi endorin plasenta yang menghilangkan stimulus

vasodilatasi.

c. Terjadinya mobilisasi air ekstravaskuler yang disimpan selama

wanita hamil.

2) Curah Jantung, Denyut jantung, volume sekuncup, dan curah jantung

meningkat selama masa hamil. Segera setelah wanita melahirkan,

keadaan ini akan meningkat bahkan lebih tinggi selama 30-60 menit
14

karena darah yang biasanya melintasi sirkuit uteroplasenta tiba-tiba

kembali ke sirkulasi umum.

l. Tanda – tanda vital

Selama 24 jam pertama, suhu mungkin meningkat menjadi 38°C,

sebagai akibat meningkatya kerja otot, dehidrasi dan perubahan hormonal

jika terjadi peningkatan suhu 38°C yang menetap 2 hari setelah 24 jam

melahirkan, maka perlu dipikirkan adanya infeksi seperti sepsis

puerperalis (infeksi selama post partum), infeksi saluran kemih,

endometritis (peradangan endometrium), pembengkakan payudara, dan

lain-lain. Dalam periode waktu 6-7 jam sesudah melahirkan, sering

ditemukan adanya bradikardia 50-70 kali permenit (normalnya 80-100 kali

permenit) dan dapat berlangsung sampai 6-10 hari setelah melahirkan.

Takhikardia kurang sering terjadi, bila terjadi berhubungan dengan

peningkatan kehilangan darah dan proses persalinan yang lama.

Selama beberapa jam setelah melahirkan, ibu dapat mengalami

hipotensi orthostatik (penurunan 20 mmHg) yang ditandai dengan adanya

pusing segera setelah berdiri, yang dapat terjadi hingga 46 jam pertama.

Hasil pengukuran tekanan darah seharusya tetap stabil setelah melahirkan.

Peningkatan tekanan sisitolik 30 mmHg dan penambahan diastolik 15

mmHg yang disertai dengan sakit kepala dan gangguan penglihatan, bisa

menandakan ibu mengalami preeklamsia dan ibu perlu dievaluasi lebih


15

lanjut. Fungsi pernafasan ibu kembali ke fungsi seperti saat sebelum hamil

pada bulan ke enam setelah melahirkan (Maryunani, 2009).

m. Endometrium

Timbul trombosis, degenerasi dan nerosis, di tempat implantasi

plasenta. Pada hari-hari pertama, endometrium setebal 12,5 mm akibat

pelepasan desidua dan selaput janin.

4. Adaptasi psikologis ibu

Berdasarkan Yanti (2020) banyak wanita merasa tertekan pada saat

setelah melahirkan. Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi yang

harus dijalani. Tanggung jawab menjadi seorang ibu semakin besar dengan

lahirnya bai yang baru lahir. Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan ibu

mengalami fase-fase sebagai berikut:

a. Fase Taking in (0 - 2 hari)

Fase ini merupakan periode ketergantungan yang berlangsung pada

hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat in fokus

perhatian pada diri sendiri. Gangguan fisiologis yang mungkin dirasakan

ibu pada fase ini:

a) Kekecewaan karena tidak mendapatkan apa yang dinginkan tentang

bayinya

b) Ketidaknyamanan sebagai akibat perubahan fisik, misalnya rasa mulas

dan payudara bengkak

c) Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya


16

d) Suami atau keluarga yang mengkritik ibu tentang cara merawat

bayinya dan cenderung melihat saja tapa membantu.

b. Taking hold (hari 3 - minggu ke 5)

Fase taking hold adalah periode yang berlangsung antara 3-10 hari

setelah melahirkan. Pada fase ini ibu merasa kawatir atas

ketidakmampuannya dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi.

Ibu memiliki perasaan yang sangat sensitif sehingga mudah tersinggung

dan gampang marah. Tugas sebagai tenaga kesehatan adalah mengajarkan

cara merawat bayi, cara menyusui yang benar, cara merawat luka jahitan,

mengajarkan senam nifas, memberikan pendidikan kesehatan yang

diperlukan ibu.

c. Letting go (minggu ke 5 - 8)

Fase letting go merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran

barunya yang berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah

dapat menyesuaikan diri, merawat diri dan bayinya, serta kepercayaan

dirinya sudah meningkat.Pendidikan yang kita berikan pada fase

sebelumnya akan bermanfaat bagi ibu. Ibu lebih mandiri dalam memenuhi

kebutuhan diri dan bayinya. Dukungan dari suami dan keluarga masih

sangat diperlukan ibu. Suami dan keluarga dapat membantu dalam

merawat bayi, mengerjakan urusan rumah tangga sehingga tidak terlalu

terbebani.
17

5. Komplikasi

Perdarahan post partum (apabila kehilangan darah lebih dari 500 mL selama

24 jam pertama setelah kelahiran bayi)

a. Infeksi

1) Endometritis (radang edometrium)

2) Miometritis atau metritis (radang otot-otot uterus)

3) Perimetritis (rad ang peritoneum disekitar uterus)

4) Caked breast / bendungan asi (payudara mengalami distensi, menjadi

keras dan berbenjol-benjol)

5) Mastitis (Mamae membesar dan nyeri dan pada suatu tempat, kulit

merah, membengkak sedikit, dan nyeri pada perabaan. Jika tidak ada

pengobatanbisa terjadi abses)

6) Trombophlebitis (terbentuknya pembekuan darah dalam vena varicose

superficial yang menyebabkan stasis dan hiperkoagulasi pada

kehamilan dan nifas, yang ditandai dengan kemerahan atau nyeri.)

7) Luka perineum (Ditandai dengan : nyeri local, disuria, temperatur naik

38,3 °C, nadi < 100x/ menit, edema, peradangan dan kemerahan pada

tepi, pus atau nanah warna kehijauan, luka kecoklatan atau lembab,

lukanya meluas)

b. Gangguan psikologis

1) Depresi post partum

2) Post partum Blues


18

3) Post partum Psikosa

c. Penatalaksanaan

1) Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan)

2) 6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan miring

kanan kiri

3) Hari ke- 1-2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang

benar dan perawatan payudara, perubahan-perubahan yang terjadi pada

masa nifas.

4) pemberian informasi tentang senam nifas.

5) Hari ke- 2 : mulai latihan duduk

6) Hari ke- 3 : diperkenankan latihan berdiri dan berjalan

B. KONSEP DASAR SC ( Section Caesarea )

1. Pengertian

Sectio caesarea adalah persalinan melalui savatan pada dinding

abdomen dan uterus yang masih utuh dengan berat janin lebih dari 1000 gr

atau umur kehamilan > 28 minggu (Manuaba, 2012). Sectio caesarea

merupakan tindakan melahirkan bayi melalui insisi (membuat sayatan)

didepan uterus. Sectio caesarea merupakan metode yang paling umum untuk

melahirkan bayi, tetapi masih merupakan prosedur operasi besar, dilakukan

pada ibu dalam keadaan sadar kecuali dalam keadaan darurat menurut

Hartono (2014).
19

2. Tujuan

Tujuan melakukan sectio casarea (SC) adalah untuk mempersingkat

lamanya perdarahan dan mencegah terjadinya robekan serviks dan segmen

bawah rahim. Sectio caesarea dilakukan padaplasenta previa totalis dan

plasenta previa lainnya, jika perdarahan hebat. Selain dapat mengurangi

kematian bayi pada plasenta previa, sectio caesarea juga dilakukan untuk

kepentingan ibu, sehingga sectio caesarea dilakukan pada placenta previa

walaupun anak sudah mati.

3. Etiologi

Berdasarkan Manuaba (2012) indikasi ibu dilakukan sectio caesarea

adalah ruptur uteri iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini.

Indikasi dari janin adalah fetal distres dan janin besar melebihi 4.000 gram.

Dari beberapa faktor sectio caesarea diatas dapat diuraikan beberapa penyebab

sectio caesarea sebagai berikut:

a. CPD ( Chepalo Pelvik Disproportion)

Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul

ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat

menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara alami. Tulang-tulang

panggul merupakan susunan beberapa tulang yang membentuk rongga

panggul yang merupakan jalan yang harus dilalui ole janin ketika akan

lahir secara alami. Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan atau

panggul patologis juga dapat menyebabkan kesulitan dalam proses


20

persalinan alami sehingga harus dilakukan tindakan operasi. Keadaan

patologis tersebut menyebabkan bentuk rongga panggul meniadi asimetris

dan ukuran-ukuran bidang panggul menjadi abnormal.

b. PEB (Pre-Eklamsi Berat) Pre-eklamsi dan eklamsi

Merupakan kesatuan penyakit yang langsung disebabkan ole

kehamilan, sebab terjadinya mash belum jelas. Setelah perdarahan dan

infeksi, pre-eklamsi dan eklamsi merupakan penyebab kematian maternal

dan perinatal paling penting dalam ilmu kebidanan. Karena itu diagnosa

dini amatlah penting, yaitu mampu mengenali dan mengobati agar tidak

berlanjut menjadi eklamsi.

c. KPD (Ketuban Pecah Dini)

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda

persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar

ketuban pecah dini adalah hamil aterm di atas 37 minggu, sedangkan di

bawah 36 minggu. Ketuban dinyatakan pecah dini bila terjadi sebelum

proses persalinan berlangsung. Ketuban pecah dini merupakan masalah

penting dalam obstetric berkaitan dengan penyulit kelahiran premature dan

terjadinya infeksi khoriokarsinoma sampai sepsis yang meningkatkan

morbiditas dan mortalitas,perinatal dan menvebabkan infeksi ibu.

Penatalaksanaan sectio cesaria pada pasien yang mengalami KPD bila

ketuban pecah kurang dari 5 jam dan skor pelvik kurang dari 5.
21

d. Bayi Kembar (Gemeli)

Tidak selamanya bay kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena

kelahiran kembar memiliki resiko teriadi komplikasi vang lebih tinggi

daripada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami

sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit untuk dilahirkan secara

normal.

e. Faktor Hambatan Jalan Lahir

Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lair yang tidak

memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan

pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas.

f. Letak Sungsang

Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang

dengan kepala difundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum

uteri. Dikenal beberapa jenis letak sungsang, yakni presentasi bokong,

presentasi bokong kaki, sempurna, presentasi bokong kaki tidak sempurna

dan presentasi kaki

4. Jenis – jenis SC

a. Sectio cesaria transperitonealis profunda

Sectio cesaria transperitonealis profunda dengan insisi di segmen

bawah uterus. insisi pada bawah rahim, bisa dengan teknik melintang atau

memanjang. Keunggulan pembedahan in adalah:

a) Pendarahan luka insisi tidak seberapa banyak.


22

b) Bahaya peritonitis tidak besar.

c) Pert uterus umumnya kuat sehingga bahaya ruptur uteri dikemudian

hari tidak bear karena pada nifas segmen bawah uterus tidak seberapa

banyak mengalami kontraksi seperti korpus uteri sehingga luka dapat

sembuh lebih sempurna.

b. Sectio caesaria klasik atau section cecaria corporal

Pada cectio cesaria klasik ini di but kepada korpus uteri, pembedahan

ini yang agak mudah dilakukan, hanya di selenggarakan apabila ada

halangan untuk melakukan section caecaria transperitonealis profunda.

Insisi memanjang pada segmen atas uterus.

c. Sectio caesaria ekstra peritoneal

Section cacaria eksrta peritoneal dahulu di lakukan untuk mengurangi

bahaya injeksi perporal akan tetapi dengan kemajuan pengobatan terhadap

injeksi pembedahan in sekarang tidak banyak lagi di lakukan. Rongga

peritoneum tak dibuka, dilakukan pada pasien infeksi uterin berat.

d. Section caesaria hysteroctomi

Setelah sectio cesaria, dilakukan histeroktomi dengan indikasi:

1) Atonia uteri

2) Plasenta accrete

3) Myoma uteri

4) Infeksi intra uteri berat


23

5. Indikasi SC

a) Indikasi Ibu

1. Usia

2. Tulang panggul (CPD)

3. Persalinan sebelumna SC

4. Ketuban Pecah Dini

5. Rasa Takut Kesakitan

6. Partus Tidak Maju

7. Pre Eklampsia

b) Indikasi Janin

1. Ancaman Gawat Janin

2. Bayi Besar

3. Gamely (baji kembar)

4. Letak Sungsang

5. Factor Plasenta

6. Kelainan Tali Pusat

6. Komplikasi

a. Infeksi Puerperalis

b. Perdarahan

c. Luka kandung kemih

d. Embolisme paru - paru

e. kurang kuatnya perut pada dining uterus


24

7. Penatalaksanaan

Berdasarkan Manuaba (2012) penatalaksanaan pasien post SC sebagai berikut

a. Pemberian cairan Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi,

maka pemberian cairan per-intravena harus cukup banyak dan

mengandung elektrolit agar tidak terjadi hipotermi, dehidrasi, atau

komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan yang biasa diberikan

biasanya DS 10%, garam fisiologi dan RL secara bergantian dan jumlah

tetesan tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb rendah diberikan transfusi

darah sesuai kebutuhan.

b. Diet Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita

flatus lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral.

Pemberian minuman dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan

pada 6 - 10 jam pasca operasi, berupa air putih dan air teh.

c. Mobilisasi

1) Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah operasi

2) Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang sedini

mungkin setelah sadar

3) Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 Menit dan

diminta untuk bernatas dalam all menghembuskannya.

4) Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah

duduk (semifowler)
25

5) Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan belajar

duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan sendiri pada

hari ke-3 sampai hari ke5 pasca operasi.

d. Kateterisasi Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan

tidak enak pada penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan

perdarahan. Kateter biasanya terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi

tergantung jenis operasi dan keadaan penderita.

e. Pemberian obat-obatan

1. Antibiotik Cara pemilian dan pemberian antibiotic sangat berbeda-

beda setiap institusi Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja

saluran pencernaan

a. Supositoria = ketopropen sup 2×/24 jam

b. Oral = tramadol tiap 6 jam atau paracetamol

c. Injeksi = penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila perlu

d. Obat-obatan lain Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum

penderita dapat diberikan caboransia seperti neurobian I vit. C

2. Perawatan luka Kondisi balutan luka dilihat pada 1 har post operasi,

bila basah dan berdarah harus dibuka dan diganti Perawatan rutin Hal-

hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu, tekanan

darah, nadi, dan pernafasan.


26

C. KONSEP DASAR GEMELI ( Kehamilan Kembar )

1. Pengetian

Kehamilan kembar adalah satu kehamilan dengan dua janin.

Kehamilan tersebut selalu menarik perhatian wanita itu sendiri, dokter dan

masyarakat. Kehamilan kembar dapat memberikan resiko yang lebih tinggi

terhapap bayi dan ibu. Oleh karena itu, dalam menghadapi kehamilan kembar

harus dilakukan pengawasan hamil yang lebih intensif (Mochtar Rustam

2012).

2. Etiologi

Faktor-faktor yang dapat mempengarui persalinan pada kehamilam

gangga atau gemeli adalah :

a. Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah : bangsa, umur dan paritas

sering mempengaruhi kehamilan 2 telur

b. Faktor obat-obat induksi ovulasi profertil, domid dan hormone

gonadotropin dapat menyebabkan kehamilan dizigotik dan kembar lebih

dari dua Faktor keturunan Faktor penghambat yang mempengaruhi

segmentasi sebelum blastula terbentuk menghasilkan kehamilan kembar

dengan 2 amnion, 2 korion dan 2 plasenta seperti pada kehamilan kembar

dizigotik.

3. Jenis kehamilan gemeli

Kehamilan kembar dibagi menjadi 3 macam, menurut Mochtar,

Rustam (2012:260-261) adalah sebagai berikut:


27

a. Gemelli dizigotik = kembar dua telur , heterolog, biovuler dan praternal :

Kedua telur berasal dari :

a) ovarium dan dari

b) ovurium dan dari 1 folikel

c) dari ovarium kanan dan satu lagi dari ovarium kiri.

b. Gemelli monozigotik = kembar satu telur, homolog, uniovuler, identik

dapat terjadi karena :

a) Satu telur dengan 2 inti, hambatan pada tingkat blastula :

b) Hambatan pada tingkat segmentasi

c) Hambatan setelah amnion dibentuk, tetapi sebelum primitive

d) Conjoined twins, superfekkundasi 2 superfetasiConjoined twins atau

kembar siam adalah kembar dimana janin melengket satu dengan yang

lainnya. Misalnya torakopagus (dada dengan dada), abdominopagus

(perlengketan antara kedua abdomen), kraniopagus (kedua kepala) dan

sebagainya.

4. Tanda dan gejala kehamilan gemeli

Menurut Dutton, dkk (2012:156) tada dan geiala pada kehamilan

kembar adalah sebagai berikut:

1. Pada kehamilan kembar distensi uterus berlebihan, sehingga melewati

batas toleransinva dan seringkali teriadi parts prematurus. Usia kehamilan

makin pendek dan makin banyakya janin pada kehamilan kembar

2. Mual dan muntah berat karena HCG meningkat


28

3. Palpasi abdomen mendapatkan 3 atau lebih bagian tubuh yang besar

4. Auskultasi lebih dari satu denyut jantung yang terdengar jelas dan berbeda

(nonmaternal) lebih dari 10 denyut/menit. Kecurigaan meningkat jika

keluarga memiliki riwayat kehamilan kembar

5. Penggunaan stimulator ovulasi

6. Kebutuhan ibu akan zat-zat makanan pada kehamilan kembar bertambah

sehingga dapat menyebabkan anemia dan penyakit defisiensi lain.

7. Frekuensi hidramnion kira-kira sepuluh kali lebih besar pada kehamilan

kembar daripada kehamilan tunggal.

8. Frekuensi pre-eklamsia dan eklamsia juga dilaporkan lebih sering pada

kehamilan kembar.

9. Solusio plasenta dapat terjadi kemudian seperti sesak nafas, sering

kencing, edema dan varises pada tungkai bawah dan vulva.

5. Patofisiologi

Pada kehamilan kembar distensi uterus berlebihan, sehingga melewati

batas toleransi dan seringkali teriadi puts prematurus. Lama kehamilan

kembar dua rata-rata 260 hari, triplet 246 hari dan kuadruplet 235 hari. Berat

lair rata-rata kehamilan kembar ‡ 2500 gram, triplet 1800gram, kuadriplet

1400gram. Penentuan zigositas janin dapat ditentukan dengan melihat

plasenta dan selaput ketuban pada saat melahirkan. Bila terdapat satu amnion

yang tidak dipisahkan dengan korion maka bai tesebut adalah monozigotik.

Bila selaput amnion dipisahkan ole korion, maka janin tersebut bisa
29

monozigotik tetapi lebih sering dizigotik. Pada kehamilan kembar dizigotik

hampir selalu berjenis kelamin berbeda.

Secara umum, derajat dari perubahan fisiologis maternal lebih besar

pada kehamilan kembar dibanding dengan kehamilan tunggal. Pada trimester

1 sering mengalami nausea dan muntah yang melebihi yang dikarateristikan

kehamilan tunggal. Perluasan volume darah maternal normal adalah 500 ml

lebih besar pada kehamilan kembar.

Pada kehamilan kembar yang dengan komplikasi hidramnion, fungsi

ginjal maternal dapat mengalami komplikasi yang serius, besar

kemungkinannya sebagai akibat dari uropati obstruktif. Kadar kreatinin

plasma serta urin output maternal dengan segera kembali ke normal setelah

persalinan. Dalam kasus hidramnion berat, amniosintesis terapeutik dapat

dilakukan untuk memberikan perbaikan bagi ibu dan diharapkan untuk

memungkinkan kehamilan Berbagai macam stress kehamilan seta

kemungkinan-kemungkinan dari komplikasi-komplikasi maternal yang serius

hampir tapa kecuali akan lebih besar pada kehamilan kembar.

SC merupakan tindakan untuk melahirkan bay dengan berat di atas

500 gr dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi

dilakukan tindakan in yaitu distorsi kepala panggul, disfungsi uterus, distorsia

jaringan lunak, placenta previa dil, untuk ibu. Sedangkan untuk janin adalah

gawat janin. Janin besar dan letak lintang setelah dilakukan SC ibu akan

mengalami adaptasi post partum baik dari aspek kognitif berupa kurang
30

pengetahuan. Akibat kurang informasi dan dari aspek fisiologis yaitu produk

oxsitosin yang tidak adekuat akan mengakibatkan ASI yang keluar hanya

sedikit, luka dari insisi akan menjadi post de entris bagi kuman. Ole karena itu

perlu diberikan antibiotik dan perawatan luka dengan prinsip steril. Nyeri

adalah salah utama karena insisi yang mengakibatkan gangguan rasa nyaman.

Sebelum dilakukan operasi pasien perl dilakukan anestesi bisa bersifat

regional dan umum. Namun anestesi umum lebih banyak pengaruhnya

terhadap janin maupun ibu anestesi janin sehingga kadang-kadang bay lahir

dalam keadaan upnoe yang tidak dapat diatasi dengan mudah. Akibatnya janin

bisa mati, sedangkan pengaruhnya anestesi bagi ibu sendiri yaitu terhadap

tons uteri berupa atonia uteri sehingga darah banyak yang keluar. Untuk

pengaruh terhadap nafas yaitu jalan nafas yang tidak efektif akibat sekret yan

berlebihan karena kerja otot nafas silia yang menutup. Anestesi ini juga

mempengaruhi saluran pencernaan dengan menurunkan mobilitas usus.

Seperti yang telah diketahui setelah makanan mask lambung akan terjaadi

proses penghancuran dengan bantuan peristaltik usus.

Kemudian diserap untuk metabolisme sehingga tubuh memperoleh

energi. Akibat dari mortilitas yang menurun maka peristaltik juga menurun.

Makanan yang ada di lambung akan menumpuk dan karena reflek untuk batuk

juga menurun. Maka pasien sangat beresiko terhadap aspirasi sehingga perlu

dipasang pipa endotracheal. Selain itu motilitas yang menurn juga berakibat

pada perubahan pola eliminasi yaitu konstipasi (Prawirohardjo, 2014).


31

6. Pathway

7. Manifestasi klinik

Manifestasi klinis sectio caesarea menurut Doenges (2010) yaitu:

1. Nyeri akibat ada luka pembedahan

2. Adanya luka insisi pada bagian abdomen


32

3. Fundus uterus kontraksi kuat dan terletak di umbilicus

4. Aliran lokhea sedang dan bebas bekuan yang berlebihan (lokhea tidak

banyak)

5. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800 ml

6. Terpasang kateter urin

7. Bising usus terdengar samar

8. Komplikasi

Menurut Sunarsih (2011) komplikasi yang sering terjadi pada ibu SC adalah:

a. Infeksi puerperial : kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa nifas

dibagi menjadi:

1) Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari

2) Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan

perut sedikit kembung

3) Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik

b. Perdarahan : perdarahan banyak bisa terjadi jika pada saat pembedahan

cabang-cabang arteri uterine ikut terbuka atau karena atonia uteri.

c. Komplikasi-komplikasi lainnya antara lain luka kandung kencing,

embolisme paru yang sangat jarang terjadi.

d. Kurang kuatnya part pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan

berikutnya bisa terjadi ruptur uteri. Yang sering terjadi pada ibu bayi:

Kematian perinatal.

Komplikas SC dengan indikasi gamely


33

a. Komplikasi pada bayi

1) Prematuritas.

Sekitar 20% bayi dari kehamilan multiple merupakan bayi dengan

berat lahir rendah.

2) HMD (Hyalin Membrane Disease).

HMD atau yang dikenal sebagai Respiratory Distres Syndrom

3) (RDS) adalah penyebab tersering dari gagal nafas pada bayi

premature. Bayi kembar yang dilahirkan sebelum usia kehamilan

35minggu dua kali lebih sering menderita HMD dibandingkan dengan

bay tunggal yang dilahirkan pada usia kehamilan yang sama.

4) Asfiksia Saat Kelahiran/Depresi Nafas Perinatal

Bayi dari kehamilan multipel memiliki peningkatan frekuensi untuk

mengalami asfiksia saat kelahiran atau depresiperinatal dengan

berbagai sebab. Prolaps tali pusat, plasenta previa, dan ruptur uteri

dapat teriadi dan menyebabkan asfiksia janin.

b. Komplikasi pasca parts pada ibu Kehamilan kembar menurut Manuaba

(2012).

1) Atonia uteri

2) Retensio plasenta

3) Plasenta rest

4) Perdarahan perdarahan pasca patus pervagina

5)
34

9. Penatalaksanaan

1) Penatalaksanaan secara medis

a. Analgesik diberikan setiap 3 - 4 jam atau bila diperlukan seperti Asam

Mefenamat, Ketorolak, Tramadol.

b. Pemberian tranfusi darah bila terjadi perdarahan partum yang hebat.

c. Pemberian antibiotik seperti Cefotaxim, Ceftriaxon dan lain-lain.

d. Walaupun pemberian antibiotika sesudah Sectio Caesaria efektif dapat

dipersoalkan, namun pada umumnya pemberiannya dianjurkan.

e. Pemberian cairan parenteral seperti Ringer Laktat dan NaCI.

2) Penatalaksanaan Non-Medis/Keperawatan

a. Periksa dan catat tanda - tanda vital setiap 15 menit pada 1 jam

pertama dan 30 menit pada 4 jam kemudian.

b. Perdarahan dan urin harus dipantau secara ketat.

c. Mobilisasi Pada hari pertama setelah operasi penderita harus turn dari

tempat tidur dengan dibantu paling sedikit 2 kali. Pada hari kedua

penderita sudah dapat berjalan ke kamar mandi dengan bantuan.

d. Pemulangan Jika tidak terdapat komplikasi penderita dapat

dipulangkan pada hari kelima setelah operasi.

10. Pemeriksaan penunjang

Menurut Masjoer (2010) pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan

adalah:
35

1. USG, Ultrasonography untuk mengamati gerakan organ tubuh seperti

jantung, hati, empedu, limpa, pankreas, ginjal, kandung kemih, pembuluh

darah, janin dan embrio.

2. Uji laboratorium Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit, leukosit

dan hematokrit

3. Pemeriksaan elektrolit

a. Golongan darah

b. Kultur urine

D. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan pada Post Sectio Caesarea (SC) atas

indikasi Gemeli

1. Pengkajian

1) Pengkajian

Pada pengkajian klien dengan Sectio Caesarea, data yang dapat ditemukan

meliputi distress janin, kegagalan untuk melanjutkan persalinan, malposisi

janin, prolaps tali pust, abrupsio plasenta dan plasenta previa.

2) Identitas atau biodata Klien

Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, status

perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit nomor

register , dan diagnosa keperawatan.

3) Keluhan utama

4) Riwayat kesehatan

a. Riwayat kesehatan dahulu:


36

Penyakit kronis atau menular dan menurun sepoerti jantung,

hipertensi, DM, TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.

b. Riwayat kesehatan sekarang :

Riwayat pada saat sebelun inpartu di dapatka cairan ketuban yang

keluar pervaginan secara sepontan kemudian tidak di ikuti tanda-tanda

persalinan.

c. Riwayat kesehatan keluarga:

Adakah penyakit keturnan dalam keluarga seperti jantung, DM, HT,

TBC, penyakit kelamin, abortus, yang mungkin penyakit tersebut

diturunkan kepada klien.

5) Pola-pola fungsi kesehatan

a. Pola persepsi dan tata leksana hidup sehat karena kurangnya

pengetahuan klien tentang ketuban pecah serta kurangnya memjaga

kebersihan tubuhnya akan menimbulkan masala dalam perawatan

dirinya

b. Pola Nutrisi dan Metabolisme

Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena

dari keinginan untuk menyusui bayinya.

c. Pola aktifitas

Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti

biasanya, terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga


37

banyak, cepat lelah, pada klien nifas didapatkan keterbatasan aktivitas

karena mengalami kelemahan dan nyeri.

d. Pola eleminasi

Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering /susah

kencing selama masa nifas yang ditimbulkan karena terjadinya odema

dari trigono, yang menimbulkan inveksi dari retra sehingga sering

terjadi konstipasi karena penderita takut untuk melakukan BAB.

e. Istirahat dan tidur

Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur karena

adanya kehadiran sang bai dan nyeri epis setelah persalinan

f. Pola hubungan dan peran

Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga

dan orang lain.

g. Pola sensori dan kognitif

Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka janhitan

dan nyeri perut akibat involusi uteri, pada pola kognitif klien nifas

primipara terjadi kurangnya pengetahuan merawat bayinya.

h. Pola persepsi dan konsep diri

Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-

lebih menjelang persalinan dampak psikologis klien terjadi perubahan

konsep diri antara lain body image dan ideal diri.


38

i. Pola reproduksi dan social

Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual

atau fungsi dari seksual yang tidak adekuat karena adanya proses

persalinan dan nifas.

6) Pemeriksaan fisik

a. Kepala

Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang terdapat

adanya cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan

b. Leher

Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tioroid, karena

adanya proses menerang yang salah

c. Mata

Terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata, konjungtiva,

dan g keadaan selaput mata pucat (anemia) karena proses persalinan

yang mengalami perdarahan, sklera kuning

d. Telinga

Biasanya bentuk telingga simetris atau tidak, bagaimana kebersihanya,

adakah cairan yang keluar dari telinga.

e. Hidung

Adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum kadang-kadang

ditemukan pernapasan cuping hidung.


39

f. Dada

Terdapat adanya pembesaran payu dara, adanya hiper pigmentasi

areola mama dan papila mama

g. Abdomen

Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae mash terasa

nyeri. Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.

h. Genitalia

Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketubani) Anus

Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena rupture

i. Ekstermitas

Pemeriksaan odema untuk mrlihat kelainan-kelainan karena

membesamya uterus, karenan preeklamsia atau karena penyakit

jantung atau ginjal.

7) Tanda-tanda vital

Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun, nadi

cepat, pernafasan meningkat, suhu tubuh turun.

11. Diagnosa keperawatan

a. Nyeri akut

b. Gangguan mobilitas fisik

c. Menyusui tidak efektif

d. Risiko infeksi
40

13. Intervensi Keperawatan

No. SDKI SLKI SIKI


Diagnosa Tujuan Intervensi

1. Nyeri Akut Setalah dilakukan tindakan Keperawatan selama Manajemen nyeri


1×24 jam diharapkan Nyeri dapat teratasi dengan Tindakan

kriteria hasil: Observasi

Tingkat nyeri 1. Identifikasi lokasi, durasi, frekuensi,

1. Keluhan nyeri dari skala 1 ke skala 5 karakteristik, kualitas dan intensitas nyeri

2. Meringis dari skala 1 ke skala 3. 2. Identifikasi respon non verbal skala

3. Sikap protektif dari skala 1 ke 4. 3. Identifikasi factor yang

4. Gelisah dari skala 1 ke skala 5. Memperberat dan memperingan nyeri

5. Ketegangan otot dari skala 1 ke skala 5 4. Monitor keberhasilan terapi yang sudah

6. Mual muntah dari skala 1 ke skala 5 dilakukan

Ket: 5. Monitor efek samping penggunaan analgetik


41

1 : Meningkat Terapeutik

2: Cukup meningkat 1 Berikan tehnik non farmakologis dalam

3 : Sedang melakukan penanganan nyri

4 : Cukup menurun 2. Kontrol lingkungan yang memperberat

5. Menurun nyeri Edukasi

1. Jelaskan penyebab, priode dan pemicu nyeri

2. Ajarkan strategi meredakan nyeri

3. Mengajarkan dan menganjurkan untuk

memonitor nyerI secara mandiri

4. Mengajarkan tehnik non farmakologis yang

tepat

5. Menganjurkan menggunakan analgetik

secara tepat

Kolaborasi
42

Kolaborasi dalam pemberian analgetic jika


perlu

2. Gangguan Setalah dilakukan tindakan Keperawatan selama Dukungan ambulasi


Mobilitas Fisik 1×24 jam diharapkan Gangguan Mobilitas Fisik Tindakan

dapat teratasi dengan kriteria hasil: Observasi

Mobilitas fisik 1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik

1. Pergerakan ekstremitas dari skala 1 ke skala 5 lainnya

2. Kekuatan otot dari skala 1 ke skala 5 2. Identifikasi toleransi fisik melakukan

3. Rentang gerak ROM dari skala 1 ke skala 5 ambulasi

4. Kelemahan fisik dari skala 1 ke skala 5 3. Monitor tanda tanda vital

5. Gerakan tidak terkordinasi dari skala 1 ke skala 4. Monitor keadaan umum saat melakukan

5 ambulasi

Ket: Terapeutik

1 : Memburuk 1. Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat


43

2 : Cukup memburuk bantu


3 : Sedang 2. Fasilitasi melakukan mobilitasi fisik jika

4 : Cukup membaik perlu

5 : Membaik 3. libatkan keluarga untuk membantu pasien

dalam meningkatkan ambulasi

Edukasi

1. jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi

2. anjurkn melakukan ambulasi dini

3. anjurkan ambulasi sedang yang bisa

dilakukan

3. Menyusui Tidak Setalah dilakukan tindakan Keperawatan selama Edukasi menyusui


Efektif 1×24 jam diharapkan Menyusui Tidak Efektif Observasi

dapat teratasi dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan

Status menyusui menerima informasi


44

1. Perlekatan bayi pada payudara ibu dari skala 2. Identifikasi tujuan dan keinginan menyusui

1 ke skala 5 Terapeutik

2. Kemampuan ibu memposisikan bayi 1. Sediakan materi dan media penkes

dengan benar dari skala 1 ke skala 5 2. Jadwalkan pendidikan kesehatan

3. Tetetasan/pancaran ASI dari skala 1 ke skala 5 sesuai kesepakatan

4. Suplai ASI adekuat dari skala 1 ke skala 5 3. Berikan kesempatan untuk bertanya

5. Kepercayaan diri ibu dari skala 1 ke skala 5 4. Dukung ibu untuk meningkatkan

Ket: kepercayaan dalam menyusui

1 : Memburuk 5. Libatkan sistem pendukung (keluarga

2 : Cukup memburuk pasien) Edukasi

3 : Sedang 1. Berikan konseling menyusui

4 : Cukup membaik 2. Jelaskan manfaat menyusui bagi ibu dan bayi

5 : Membaik 3. Ajarkan 3 posisi menyusui

4. Ajarkan perawatan payudara.


45

4. Risiko Infeksi Setalah dilakukan tindakan Keperawatan selama Pencegahan infeksi

1×24 jam diharapkan Risiko Infeksi dapat teratasi Observasi

dengan kriteria hasil: 1. Monitor tanda-tanda infeksi

Tingkat infeksi 2. Batasi jumlah pengunjung

1.Demam dari skala 1 ke skala 5 3. Berikan perawatan luka

2. kemerahan dari skala 1 ke skala 5 4. Cuci tangan sebelum dan sesudah

3. Nyer dari skala 1 ke skala 5 kontak dengan pasien

4. Bengkak dari skala 1 ke skala 5 5. Pertahankan tehnik aseptik pada

5. cairan berbau dari skala 1 ke skala pasien berisiko tinggi

5 Ket: 6. Ajarkan cara cuci tangan ke

1 : Memburuk pasien Edukasi

2 : Cukup memburuk 1. Jelaskan ytanda dan gejala infeksi

3 : Sedang 2. Ajarkan cara cuci tangan ke pasie dan

4 : Cukup membaik keluarga yang berkunjung


46

5 : Membaik 3. Ajarkan etika batuk


4. Anjurkan meningkatkan nutrisi

Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian imunisasi jika perlu


BAB III
TINJAUAN KASUS

Tgl. Pengkajian : 2/1/2023 No. Register : 254095


Jam Pengkajian : 09.00 Tgl. Mrs: 31/12/2023
Ruang/ Kelas : Mawar

A. IDENTITAS

1. Identitas pasien

Nama : Ny.A

Umur : 38 Tahun, 6 Bulan, 25 Hari

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT

Gol.darah :-

Alamat : Cikalong wetan, Bandung Barat

2. Identitas penanggungjawab

Nama : Tn.S

Umur :-

Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : 41 Tahun

Pekerjaan : Wiraswasta

47
48

Alamat : Cikalong Wetan, Bandung Barat

Hub. dengan klien : Suami

B. STATUS KESEHATAN

1. Keluhan Utama

Klien mengeluh nyeri pada luka sesar

2. Riwayat Kesehatan Sekarang

Klien mengeluh nyeri, Nyeri terasa seperti ditusuk-tusuk, nyeri dirasakan

pada luka operasi bagian perut bawah dengan skala 5 (0-10), , nyeri dirasakan

berlebih ketika klien bergerak dan beraktifitas, dan berkurang ketika klien

berbaring.

3. Riwayat Obsetri

Kelahiran :
Komplikasi
Abortus, Keadaan Umur
kehamilan,
No Tahun Preterm, Penolong Tindakan anak anak &
persalinan
Aterm, sekarang JK
dan nifas
Mati

1 2004 Aterm Bidan Spontan Tidak ada Hidup 18/L

2 2009 Preterm Dokter Spontan Tidak ada Mati -

3 2010 Abortus Dokter Abortus Tidak ada - -

4 2011 Abortus - Abortus Tidak ada - -

5 2014 Aterm Bidan Spontan Tidak ada Hidup 9/P


49

6 2017 Aterm Dokter SC Tidak ada Hidup 7/P

4. Riwayat Kehamilan ini


HPHT : 5 Mei 2022

Kehamilan yang ke- : 7

HPL : 12 Februari 2023

Keluhan-keluhan : Tidak ada keluhan

Trimester I : Tidak ada keluhan

Trimester II : Tidak ada keluhan

Trimester III : Tidak ada keluhan

Pergerakan anak : Kapan : 20 minggu

Berapa kali : 3x

5. Riwayat persalinan sekarang

a. Tempat melahirkan : Rumah Sakit

b. Jenis persalinan : Sectio Caesarea

c. Ditolong oleh : Dokter Obgyn

d. Komplikasi kelainan dalam persalinan

Partus lama : 1 jam

Plasenta : Spontan : Tidak

Lengkap : Lengkap

Ukuran : 49 cm

Berat : 1922 gr
50

Sisa Plasenta : Tidak ada


Kelainan : Tidak ada

Perineum : Utuh : Tidak ada

Robek : Tidak ada

Episiotomi : Tidak ada

Anastesi : Ya

e. Perdarahan : Tidak ada

f. Lama persalinan : Tidak ada

Kala I : Tidak ada

Kala II : Tidak ada

Kala III : Tidak ada

g. Ketuban pecah : Amniotomy

Warna : Jernih

Bau/tidak : Tidak

Jumlah : 60 cc

h. Komplikasi : Kala I : Tidak ada

Kala II : Tidak ada

6. Riwayat penyakit sistemik yang pernah di derita : Tidak ada

penyakit sistemik yang diderita

7. Riwayat penyakit keluarga

Tidak ada keluarga yang memiliki Riwayat penyakit seperti Hipertensi, DM

dan Jantung.
51

8. Riwayat menstruasi

a. Menarche umur : Usia 14 Tahun

b. Siklus : 28 Hari, Teratur

c. Lamanya : 5 Hari

d. Keluhan disminore : Ya

e. Keluhan Keputihan : Ya

9. Kontrasepsi yang pernah digunakan : Tidak ada

10. Riwayat sosial

a. Kehamilan ini : Direncanakan

b. Perasaan tentang kehamilan ini : Klien merasa senang dengan

kehamilan ini dan diberkahi anak kembar

c. Status perkawinan : 21 Tahun, 1 Kali

d. Kawin I : Umur 17 Tahun

C. Keadaan Post Partum

1. Keadaan Umum : Baik


Kesadaran : Composmentis (15) E4V5M6

2. Tanda-tanda Vital

a. Tekanan Darah : 100/70 mmHg

b. Denyut Nadi : 76 x/m

c. Respirasi : 20 x/m

d. Temperatur : 36.4 C

3. Kepala
52

a. Rambut

Rambut terdistribusi merata, warna hitam, keadaan bersih

b. Muka

Bentuk muka lonjong, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan

c. Mata

Bentuk mata simetris, sklera berwarna putih, konjungtiva anemis, tidak

ada nyeri tekan, keadaan bersih

d. Hidung

hidung simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak ada polip

e. Bibir

bibir simetris, warna bibir agak pucat, bibir tidak pecah – pecah

f. Leher

tidak ada pembesaran kelenjar tiorid, tidak ada nyeri tekan

g. Telinga

telinga simetris, tidak ada serumen, tidak ada nyeri

tekan 4. Payudara

a. Keadaan puting susu : simetris


b. Areola : ada

c. Luka : tidak ada

d. Pembengkakan : tidak

e. Laktasi : Sudah ada

f. Colostrum : Sudah ada


53

g. Kebersihan : bersih
h. Kelainan : tidak ada

5. Pemeriksaan Abdomen

a. Striae : terdapat striare

b. Linea : terdapat linea

c. Bising usus : 7 x/menit

d. TFU : 2 jari dibawah pusat

e. Kontraksi uterus : lemah

f. Diastasis rectus abdominalis : Tidak terkaji

g. Kandung kemih : tidak ada distensi kandung kemih

6. Vagina

a. Lochea : rubra

b. Jumlah : 15cc

c. Bau : tidak

d. Warna : merah

e. Adanya rasa gatal : tidak

f. Kelainan : tidak

7. Vulva

a. Keadaan vulva : simetris

b. Kebersihan : bersih

c. Perineum : tidak ada robekan

Kebersihan : bersih
54

d. Rectum : normal

8. Ekstremitas atas :

a. Oedema : tidak ada

b. CRT : < 2 detik

9. Ektremitas bawah :

a. Kaji tromboflebitis atau tanda houman : tidak ada keluhan

b. Oedema : tidak ada

c. Varises : tidak ada

d. Refleks hammer : ada refleks patella dan ada refleks Babinski

e. CRT : < 2 detik

10. Pola Eliminasi

a. BAK Pertama setelah melahirkan melalui selang

kateter Frekuensi : Tidak terkaji (menggunakan selang

kateter) Warna : Kuning

Distensi kandung kemih : Tidak ada

Kesulitan : Tidak ada kesulitan

Cara mengatasi : Tidak ada

b. BAB pertama setelah

melahirkan Konsistensi : Lunak

Warna : Coklat

Frekuensi : 1 x/hari

Kesulitan : Tidak ada kesulitan


55

11. Status emosional : Klien merasa senang dengan kehamilan kali ini dengan

dikaruniai anak kembar laki-laki.

12. Kemampuan perawatan sendiri :

a. Perawatan buah dada : Dilakukan secara mandiri


b. Perawatan perineum : Perawatan perineum dibantu perawat

c. Vulva Hygiene : Dibantu oleh perawat

d. Lain-lain :-

13. Pola Kebutuhan sehari-hari

No Pola Sehari-hari Sebelum Melahirkan Setelah Melahirkan

1 Pola Nutrisi
Makan

Frekuensi 3x Sehari 3x Sehari

Jenis makanan Nasi dan Lauk Nasi dan Lauk

Pantangan Tidak ada Tidak ada

Keluhan Tidak ada Tidak ada

Minum

Jenis minum Air Putih Air Putih

Frekuensi 6-8 Gelas 6-8 Gelas

Keluhan Tidak ada Tidak ada

2 Eliminasi

BAK
56

Frekuensi 6x/hari Terpasang DC


Warna Jernih Jernih

Keluhan Tidak ada Tidak ada

BAB

Frekuensi 1x Sehari 1x sehari

Konsistensi Lunak Lunak

Warna Coklat Coklat

Keluhan Tidak ada Tidak ada

3 Pola istirahat dan tidur


Siang 2 Jam 1 Jam

Malam 8 Jam 8 Jam

Keluhan Tidak ada Tidak ada

4 Personal hygiene
Mandi 2x Sehari Tidak ada

Gosok gigi 2x sehari 2x sehari

Keramas 1x/2 hari Tidak ada

Perawatan payudara Mandiri Ya

Perawatan vulva Mandiri Ya

Keluhan Tidak ada Tidak ada

5 Pola aktifitas
Mandiri Mandiri Dibantu sebagian
57

Dibantu sebagian
Tergantung penuh

Keluhan

6 Pola seksual
Frekuensi 1 minggu 2 kali Tidak ada

Keluhan Tidak ada Tidak ada

11. Data Psikologis

a. Status emosi

1) Perasaan hari ini : tidak berdaya

2) Ekspresi emosi : tidak stabil selama interaksi

3) Afek : datar

b. Konsep diri

1) Gambaran diri : klien tidak malu dengan kondisinya

2) Identitas diri : identitas klien adalah seorang perempuan

3) Peran : klien berperan sebagai ibu, selain itu klien berperan sebagai

istri.

4) Ideal diri : klien menerima kondisinya saat ini

5) Harga diri : klien mengatakan sudah melakukan yang terbaik

12. Data sosial

a. Hubungan sosial
58

1) Orang yang berarti : orang tua, suami dan anak-anaknya

2) Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat : klien mengatakan

suka mengikuti rapat persit dan juga kegiatan dengan rekan-rekan

seperti arisan

3) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : tidak ada

c. Cara komunikasi : baik

d. Faktor sosial budaya : tidak ada masalah

13. Data spiritual

a. Nilai dan keyakinan : klien beragama islam dan percaya nilai dan

keyakinan agama yang dianutnya

b. Kegiatan ibadah : klien selalu menunaikan ibadah shalat wajib dan

Sunnah

c. Hambatan / kesulitan dalam kegiatan spiritual : ada hambatan karena

dengan keadaan klien yang sekarang dan klien sedang dalam

keadaan nifas

D. DATA PENGETAHUAN

Ibu sudah mengetahui dan paham tentang tanda bahaya post SC seperti kebutuhan

nutrisi, personal hygiene, tekhnik menyusui yang baik.

E. DATA PENUNJANG

1. Laboratorium

Tanggal: 31/12/2022
59

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan

Hematologi

Hemoglobin 12.3 g/dl 13.0-18.0

Eritrosit 4.2 10ˆ6/uL 4.0-5.5

Leukosit 10.70 10ˆ3/uL 4.00-10.00

Hematokrit 36.8 % 38.0-51.0

Trombosit 323 10ˆ3/uL 150-450

MCV, MCH, MCHC

MCV 88.2 fL 75.0-100.0

MCH 29.5 Pq 25.0-32.0

MCHC 33.4 g/dl 32.0-36.0

RDW 116 % 10.0-16.0

Hitung Jenis

Basofil 0.3 % 0.0-1.0

Eosinofil 1.7 % 1.0-4.0

Neutrofil Segmen 63.5 % 50.0-80.0

Limfosit 28.9 % 25.0-50.0

Monosit 28.9 % 4.0-8.0

NLR 5.6

Imunologi

Anti HIV(Rapid) Negatif Negatif


60

Hepatitis

HBsAg Non Reaktif Non Reaktif

F. TINDAKAN DAN TERAPI

Tanggal: 02/01/2022

Cara
No Nama Obat Dosis Tujuan pemberian dan rasional
Pemberian

1 Anbacim Diberikan untuk mengobati infeksi


1gr Intravena saluran kemih, kelamin, kulit dan

jaringan lunak

2 Parasetamol Diberikan untuk menurunkan demam


1gr IV Drip
dan nyeri

3 Oxytocin Diberikan untuk merangsang


1x2 Intramuskular kontraksi yang kuat pada dinding

Rahim/uterus

4 Metilergometrin Membantu menihngkatkan kontraksi


1x1 Intavena pada Rahim sehingga pendarahan

bisa segera berhenti

5 Suprafenid Diberikan untuk meredakan nyeri


3x1 Supositori sedang hingga berat dan nyeri pasca

operasi
61

6 Cefixime Diberikan untuk membunuh bakteri


200mg Oral
yang terdapat dalam tubuh

7 Dexketoprofen Diberikan untuk mengurangi nyeri


25mg Oral
pasca operasi.

Jumlah Cara
No Nama Terapi Tujuan pemberian dan rasional
Kebutuhan Pemberian

1 Ringer Laktat Diberikan untuk mempertahankan


20 Tpm Intravena hidrasi pada pasien setelah

kehilangan cairan tubuh

G. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Analisa Data

No Data Menyimpang Etiologi Masalah

1. DS: section Caesarea Nyeri Akut (D.0077)


- Klien mengeluh nyeri,

- Nyeri terasa seperti ditusuk-

tusuk, Insisi dinding abdomen

- Nyeri dirasakan pada luka

operasi bagian perut bawah

dengan skala 5 (0-10), Terputusnya


62

- Nyeri dirasakan berlebih inkontinuitas jaringan,

ketika klien bergerak dan pembuluh darah, dan


beraktifitas, dan berkurang saraf – saraf di sekitar

ketika klien berbaring. daerah insisi

- Klien tampak meringis

- Klienmengatakannyeri

diraasakan ketika banyak Merangsang


melakukan aktifitas dengan pengeluaran histamine

skala nyeri 5 (0-10) dan postaglandin

- TTV

TD : 100/70 mmHg

N : 76 x/menit Nyeri akut

R : 20 x/menit

S:36,4C

2. DS: - Luka post op SC Risiko infeksi (D.0142)


DO:

- Keadaan umum lemah

- Tampak terdapat luka operasi Jaringan terbuka

section caesarea pada perut

bawah dengan Panjang 12 cm


63

Kurang proteksi

Invasi Bakteri

Risiko Infeksi

3. DS : Luka post op SC Ganguan mobilitas fisik


- Klien mengatakan Nyeri (D.0054)

dirasakan berlebih ketika

klien bergerak dan Jaringan terbuka

beraktifitas

DO :

- Klien tampak susah Nyeri saat bergerak

melakukan aktiftas

- Klien tampak meringis

kesakitan Ganguan Mobilitas

- Klien tampak memegang Fisik

abdomen

- Skala nyeri 5 ( 0 – 10 )
64

2. Diagnosa Keperawatan (berdasarkan prioritas)

a. Nyeri akut b.d agen cedera fisik d.d Luka operasi SC pada perut bawah

b. Risiko infeksi d.d Efek prosedur invasif

c. Ganguan mobilitas fisik b.d nyeri d.d nyeri saat bergerak dan beraktivitas

3. Rencana Tindakan Keperawatan

DIAGNOSA PERENCANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


N
O KEPERAWAT TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

AN

1. Nyeri akut b.d Tingkat nyeri Manajemen 1. Untuk


agen cedera (L.08066) nyeri (I.08238) mengetahui

fisik d.d : Setelah dilakukan Observasi lokasi,

DS: tindakan keperawatan 1. Identifikasi karakteristik,

- Klien selama 1x24 jam lokasi, durasi,

mengeluh diharapkan nyeri karakteristik, frekuensi,

nyeri, berkurang dengan durasi, kualitas,

- Nyeri terasa kriteria hasil : frekuensi, intensitas

seperti 1. Keluhan nyeri kualitas, nyeri

ditusuk- menurun intensitas 2. Untuk

tusuk, 2. Meringis nyeri mengetahui

- Nyeri menurun 2. Identifikasi pengaruh

dirasakan pengaruh nyeri pada


65

pada luka nyeri pada kualitas

operasi kualitas hidup hidup

bagian perut Terapeutik 3. untuk

bawah 3. Berikan mengurangi

dengan skala teknik non rasa nyeri (mis.

5 (0-10), farmakologis TENS,

- Nyeri untuk hypnosis,

dirasakan mengurangi akupresur,

berlebih rasa nyeri terapi musik,

ketika klien (mis. TENS, biofeedback,

bergerak dan hypnosis, terapi pijat,

beraktifitas, akupresur, aromaterapi,

dan terapi musik, teknik

berkurang biofeedback, imajinasi

ketika klien terapi pijat, terbimbing,

berbaring. aromaterapi, kompres

DO: teknik hangat/dingin ,

- Klien imajinasi terapi bermain)

tampak terbimbing,

meringis kompres 4. Untuk

- Klien hangat/dingin mengetahui


66

mengatakan , terapi teknik non


nyeri bermain) farmakologis

diraasakan Edukasi untuk

ketika 4. Ajarkan mengurangi

banyak teknik non rasa nyeri

melakukan farmakologis 5. Kolaborasi

aktifitas untuk pemberian

dengan skala mengurangi analgetik,

nyeri 5 (0- rasa nyeri jika perlu

10) Kolaborasi

- TTV 5. Kolaborasi

TD : 100/70 pemberian

mmHg analgetik, jika

N : 76 x/menit perlu

R : 20 x/menit

S:36,4C

2. Risiko infeksi Tingkat Infeksi Pencegahan 1. Untuk


d.d Efek (L.14137) Infeksi (I.14539) mengetahui

prosedur invasif Setelah dilakukan Observasi tanda dan

DS: - tindakan keperawatan 1. Monitor gejala Infeksi

DO: selama 1x24jam tanda dan 2. Untuk


67

- Keadaan diharapkan tingkat gejala kenyamanan


umum lemah infeksi menurun
Infeksi pasien
- Tampak dengan kriteria hasil:
Terapeutik 3. Cuci tangan
terdapat luka 1. Demam
2. Batasi sebelum dan
operasi menurun
jumlah sesudah
section 2. Kemerahan
pengunjun kontak
caesarea menurun
g menghindari
pada perut 3. Nyeri Menurun
3. Cuci infeksi
bawah 4. Pembengkakan
tangan 4. Untuk
dengan menurun
sebelum meningkatka
Panjang 12
dan n asupan
cm
sesudah cairan

kontak 5. Kolaborasi

Edukasi pemberian

4. Anjurkan obat

meningkat

kan asupan

cairan

Kolaborasi

5. Kolaborasi

pemberian
68

obat

3. Ganguan Mobilitas fisik Dukungan 1. Untuk


mobilitas fisik (L.05042) Ambulasi mengetahui

b.d nyeri d.d : Setelah dilakukan (I.06171) adanya

DS : Tindakan keperawatan Observasi penyebab

- Klien selama 1x24 jam 1. identifikas imobilisasi

mengataka diharapkan mobilitas i adanya yang

n Nyeri fisik meningkat, nyeri disebabkan

dirasakan dengan kriteria hasil : Terapeutik nyeri

berlebih 1. Pergerakan 2. Fasilitasi 2. Memberikan

ketika ektremitas melakukan fasilitas

klien meningkat pergerakan untuk pasien

bergerak 2. Nyeri menurun 3. Libatakan bermobilisasi

dan 3. Kelemahan keluarga 3. Memberikan

beraktifitas fisik menurun untuk pasien

DO : 4. Kekuatan otot membantu kemudahan

- Klien meningkat pasien dalam

tampak Edukasi bermobilisasi

susah 4. Anjurkan 4. Memberikan

melakukan mobilisasi keterbiasaan

aktiftas dini pasien


69

- Klien mobilisasi
tampak pasca operasi

meringis

kesakitan

- Klien

tampak

memegang

abdomen

- Skala nyeri

5(0–10)

4. Implementasi

WAKTU
DIAGNOSA TTD
NO DAN IMPLEMENTASI
KEPERAWATAN PERAWAT
TANGGAL

1. Nyeri akut b.d agen 02/01/2023 1. Mengidentifikasi lokasi,


cedera fisik d.d :
08.00 karakteristik,durasi,
DS:
frekuensi,kualitas,
- Klien mengeluh
intensitas nyeri
nyeri,
R : Klien mengatakan nyeri Tirta
- Nyeri terasa
pada luka operasi dengan
70

seperti ditusuk- 08.10 skala 5 (0-10), nyeri terasa

tusuk, seperti ditusuk-tusuk, nyeri

- Nyeri dirasakan bertambah ketika klien

pada luka operasi beraktifitas dan berkurang

bagian perut 08.30 ketika klien berbaring

bawah dengan 2. Mengientifikasi

skala 5 (0-10), pengaruh nyeri pada

- Nyeri dirasakan 08.25 kualitas hidup

berlebih ketika R : Klien mengatakan sulit

klien bergerak dan untuk bergerak dan

beraktifitas, dan beraktifitas karena rasa

berkurang ketika nyeri yang dialami

klien berbaring. 08.40 3. Memberikan teknik non

DO: farmakologis untuk

- Klien tampak mengurangi rasa nyeri

meringis (Relaksasi nafas dalam)

- Klien mengatakan R : Klien mengatakan lebih

nyeri diraasakan merasa nyaman

ketika banyak 4. Mengajarkan teknik non

melakukan farmakologis untuk

aktifitas dengan mengurangi rasa nyeri


71

skala nyeri 5 (0- R : Klien mengatakan


10) mengerti cara melakukan

- TTV relaksasi nafas dalam

TD : 100/70 mmHg 5. Kolaborasi pemberian

N : 76 x/menit analgetic

R : 20 x/menit R : Klien diberikan

S:36,4C Dexketoprofen 25mg 3x1

Risiko infeksi d.d 02/01/2023 1. Memonitor tanda dan


2
Efek prosedur invasif 08.45 gejala Infeksi

DS: - 08.50 R : Klien tampak

DO: memegang pada luka Tirta

- Keadaan umum 08.55 operasi

lemah 2. Membatasi jumlah

- Tampak terdapat pengunjung

luka operasi 09.00 R : Pengunjung dibatasi dan

section caesarea hanya ada keluarga

pada perut bawah 09.15 3. Mencuci tangan

dengan Panjang 12 sebelum dan sesudah

cm kontak

R : Perawat mencuci tangan

sebelum tindakan dan


72

sesudah tindakan
4. Menganjurkan

meningkatkan asupan

cairan

R : Klien mengatakan akan

minum dengan rajin

5. Berkolaborasi

pemberian obat

R : Klien diberikan

antibiotik Cefixime 1gr

Ganguan mobilitas 02/01/2023 1. Mengientifikasi adanya


3
fisik b.d nyeri d.d : 08.00 nyeri

DS : R: Klien mengatakan nyeri

- Klien 09.20 pada luka operasi dengan Tirta

mengatakan skala 5 (0-10)

Nyeri dirasakan 09.25 2. Memfasilitasi

berlebih ketika melakukan pergerakan

klien bergerak R : Klien dibantu untuk

dan beraktifitas 09.30 bergerak oleh keluarga

DO : 3. Melibatakan keluarga

- Klien tampak untuk membantu pasien


73

susah melakukan R : Keluarga tampak

aktiftas membantu klien dalam

- Klien tampak melakukan kegiatan seperti

meringis ke kamar mandi

kesakitan 4. Menganjurkan

- Klien tampak mobilisasi dini

memegang R : Klien tampak

abdomen melakukan mobilitas dini

- Skala nyeri 5 ( 0

–10)

5. Evaluasi

WAKTU
DIAGNOSA TTD
NO DAN EVALUASI
KEPERAWATAN PERAWAT
TANGGAL

1. Nyeri akut b.d agen 02/01/2023 S:

cedera fisik d.d : DS: 14.00 1. Klien mengatakan

nyerinya 3 (0-10)

- Klien mengeluh 2. Klien mengatakan

nyeri, lebih merasa nyaman

- Nyeri terasa O:
74

seperti ditusuk- 1. Klien tampak tidak Tirta

tusuk, meringis

- Nyeri dirasakan 2. Klien tampak lebih

pada luka operasi nyaman dan tenang

bagian perut 3. Skala nyeri 3 (0-10)

bawah dengan 4. TD : 100/70 mmHg,

skala 5 (0-10), N : 81 x/menit, R :

- Nyeri dirasakan 20 x/menit, S : 36,5

berlebih ketika C

klien bergerak dan A : Masalah keperawatan

beraktifitas, dan belum teratasi

berkurang ketika P : Intervensi dilanjutkan

klien berbaring.

DO:

- Klien tampak

meringis

- Klien mengatakan

nyeri diraasakan

ketika banyak

melakukan

aktifitas dengan
75

skala nyeri 5 (0-

10)

- TTV

TD : 100/70 mmHg

N : 76 x/menit

R : 20 x/menit

S:36,4C

2. Risiko infeksi d.d 02/01/2023 S:-

Efek prosedur invasif 14.00 O:


DS: - 1. Klien tampak tidak

DO: memegang pada luka

- Keadaan umum operasi Tirta

lemah 2. Pengunjung dibatasi

Tampak terdapat luka dan hanya ada

operasi section keluarga

caesarea pada perut 3. Perawat mencuci

bawah dengan tangan sebelum

Panjang 12 cm tindakan dan sesudah

tindakan

4. Mencuci tangan

sebelum dan sesudah


76

kontak

5. Klien diberikan

antibiotik Cefixime

1gr

A : Masalah keperawatan

belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan

3. Ganguanmobilitas 02/01/2023 S:

fisik b.d nyeri d.d : 14.00 1. Klien mengatakan


DS : nyeri pada luka

- Klien operasi dengan skala Tirta

mengatakan 3 (0-10)

Nyeri dirasakan O:

berlebih ketika 1. Klien dibantu untuk

klien bergerak bergerak oleh

dan beraktifitas keluarga

DO : 2. Keluarga tampak

- Klien tampak membantu klien

susah dalam melakukan

melakukan kegiatan seperti ke

aktiftas kamar mandi


77

- Klien tampak 3. Klien tampak

meringis melakukan mobilitas

kesakitan dini

- Klien tampak

memegang

abdomen

Skala nyeri 5 ( 0 – 10

)
BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan antara teori

dengan kenyataan dalam melakukan Asuhan Keperawatan Postnatal Pada Ny.A Usia

38 Tahun P5A2 Dengan Post Sectio Caesarea Di Ruang Mawar Rumah Sakit TK II

Dustira Cimahi pada tanggal 02 Januari 2023, dengan melakukan wawancara secara

langsung kepada pasien dan keluarga, melakukan observasi secara langsung pada

pasien dan melakukan pemeriksaan fisik. Asuhan Keperawatan Postnatal Pada Ny.A

dilaksanakan melalui pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian,

diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.

Pada bagian ini penulis membahas beberapa kesenjangan antara teori yang

disajikan pada BAB II dengan kenyataan kasus aktual yang terdapat pada BAB III

yang ditemukan antara lain :

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

1. Pengumpulan Data

Hasil pengkajian yang dilakukan dengan wawancara, observasi dan

pemeriksaan fisik pada tanggal 02 Januari 2023, pada saat dilakukan

pengkajian klien yang bernama Ny. A berusia 38 tahun beragama islam,

seorang ibu rumah tangga mengatakan nyeri pada luka operasi dengan skala 5

(1-10), nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri dirasakan berlebih ketika klien

bergerak dan beraktifitas, dan berkurang ketika klien berbaring. Tanda-tanda

78
79

vital meliputi, Tekanan Darah : 100/70 mmHg, Denyut Nadi : 76 x/menit,

Respirasi : 20 x/menit, Temperatur : 36.4 C.

Riwayat kesehatan yang lalu klien mengatakan datang ke IGD pada

tanggal 31 Desember 2022 dengan keluhan mules sejak pukul 15.00 kemarin

atau tepatnya tanggal 30 Desember 2022 yang dirasakan makin lama makin

sering, keluhan mules disertai dengan keluarnya cairan yang tak tertahankan

berupa lendir bercampur darah, gerakan janin masih dirasakan. Klien

mengatakan melahirkan pada tanggal 01 Januari 2023, melalui prosedur sectio

caesarea dengan bayi kembar, dua-duanya berjenis kelamin laki-laki dengan

berat badan bayi Ny. A I 1.645 gram, panjang badan 40 cm dan lahir pukul

20.30 WIB. Serta berat badan bayi Ny. A II 1.920 gram , panjang badan 42

cm dan lahir pukul 20.34 WIB.

Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada Ny. A meliputi pemeriksaan

pada bagian kepala, payudara, abdomen, vagina, vulva, ekstrimitas atas dan

bawah. Pada bagian kepala didapatkan, 1) Rambut terdistribusi merata, warna

hitam, keadaan bersih, 2) Muka berbentuk lonjong, tidak ada lesi, tidak ada

nyeri tekan, 3) Mata simetris, sklera berwarna putih, konjungtiva anemis,

tidak ada nyeri tekan, keadaan bersih, 4) Hidung simetris, tidak ada nyeri

tekan, tidak ada polip, 5) Bibir simetris, warna bibir agak pucat, bibir tidak

pecah – pecah, 6) Leher, tidak ada pembesaran kelenjar tiorid, tidak ada nyeri

tekan, 7) Telinga simetris, tidak ada serumen, tidak ada nyeri tekan.
80

Pada bagian payudara ditemukan keadaan puting susu simetris, areola

ada, luka tidak ada, tidak ada pembengkakan, laktasi sudah ada, kolostrum

sudah ada, bersih dan tidak ada kelainan. Pada pemeriksaan abdomen terdapat

striae dan linea, bising usus 7 x/menit, tinggi fundus uteri 2 jari dibawah

pusat, kontraksi uterus lemah, diastasis rectus abdominalis tidak terkaji, tidak

ada distensi kandung kemih.

Pada bagian vagina dan vulva, lochea rubra, jumlah ±15cc, tidak bau,

berwana merah, tidak ada gatal, keadaan vulva simetris, bersih, tidak terdapat

robekan parineum, rectum normal. Tekahir, bagian ekstremitas atas dan

bawah, tidak ada oedema, CRT : < 2 detik, tidak terdapat varises, terdapat

refleks patella dan babinski, kekuatan otot 5 5

55

2. Pengelompokan Data

Setelah dilakukan pengkajian pada klien, penulis melakukan

pengelompokkan data, ditemukan nyeri akut disebabkan oleh agen pencedera

fisik (prosedur operasi) yang merupakan pengalaman sensori dan emosional

akibat dari kerusakan jaringan yang tejadi setelah intervensi bedah dengan

intensitas bervariasi 1-10 (1-3 ringan, 4-6 sedang dan 7-10 berat), serta

berlangsung singkat (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2018). Setelah dianalisa

didapatkan skala nyeri 5 pada Ny. A dan termasuk ke dalam nyeri sedang

sehingga dibuat kesimpulan masalah keperawatan yang terjadi adalah nyeri

akut berhubungan dengan agen pencedera fisik.


81

Pengelompokan data kedua ditemukan risiko infeksi disebabkan efek

prosedur invasif, yang merupakan keadaan dimana seseorang memiliki luka

sayatan berisiko terserang oleh virus, jamur bakteri atau sumber eksternal lain

(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2018). Setelah dianalisa didapatkan luka post sc

pada Ny. A dengan ukuran ±12 cm, sehingga dibuat kesimpulan masalah

keperawatan yang terjadi adalah risiko infeksi berhubungan dengan efek

prosedur invasif.

Pengelompokkan data ketiga ditemukan gangguan mobilitas fisik

disebabkan oleh rasa nyeri yang timbul, yang mengakibatkan keterbatasan

dalam bergerak secara bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan

dan aktivitas (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2018). Setelah dianalisa

didapatkan Ny. A merasa aktivitasnya terhambat akibat rasa nyeri yang

disebabkan oleh luka post sc, sehingga dibuat kesimpulan masalah

keperawatan yang terjadi adalah gangguan mobilitas fisik berhubungan

dengan nyeri yang dirasakan.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan yang penulis tegakkan berdasarkan hasil pengkajian

terhadap klien dan pengelompokkan data diatas yaitu :

1. Nyeri akut b.d agen cedera fisik d.d Luka operasi SC pada perut bawah

(D.0077)

2. Risiko infeksi d.d Efek prosedur invasif (D.0142)


82

3. Ganguan mobilitas fisik b.d nyeri d.d nyeri saat bergerak dan beraktivitas

(D.0054)

C. PERENCANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Perencanaan ini dibuat sesuai masalah yang muncul pada klien, dan

perencanaan tindakan keperawatan menurut teori yang dikemukakan oleh Tim

Pokja SIKI (2018), yakni terdapat observasi, terapeutik, edukasi dan kolaborasi.

Perencanaan tindakan keperawatan tersebut meliputi :

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik ( luka post sc )

Rencana tindakan keperawatan pada diagnosa nyeri akut menurut teori yang

dikemukakan oleh Tim Pokja SIKI (2018) adalah manajemen nyeri. Rencana

tindakan keperawatan atau intevensi yang sesuai dengan masalah yang

muncul pada klien meliputi : 1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,

frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, 2) Identifikasi pengaruh nyeri pada

kualitas hidup, 3) Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa

nyeri (mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat,

aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi

bermain), 4) Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri, 5)

Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu.

2. Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif

Rencana tindakan keperawatan pada diagnosa nyeri akut menurut teori yang

dikemukakan oleh Tim Pokja SIKI (2018) adalah pencegahan infeksi.

Rencana tindakan keperawatan atau intevensi yang sesuai dengan masalah


83

yang muncul pada klien meliputi : 1) Monitor tanda dan gejala Infeksi 2)

Batasi jumlah pengunjung, 3) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak, 4)

Anjurkan meningkatkan asupan cairan, 5) Kolaborasi pemberian obat.

3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri yang dirasakan

Rencana tindakan keperawatan pada diagnosa nyeri akut menurut teori yang

dikemukakan oleh Tim Pokja SIKI (2018) adalah dukungan ambulasi.

Rencana tindakan keperawatan atau intevensi yang sesuai dengan masalah

yang muncul pada klien meliputi : 1) Identifikasi adanya nyeri, 2) Fasilitasi

melakukan pergerakan, 3) Libatakan keluarga untuk membantu pasien, 4)

Anjurkan mobilisasi dini.

Beberapa intervensi keperawatan yang telah penulis rencanakan diatas pada

prinsipnya sesuai dengan referensi yang digunakan oleh penulis yaitu teori yang

dikemukakan oleh Tim Pokja SIKI (2018).

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Implementasi sesuai dengan yang digunakan oleh penulis yaitu teori yang

dikemukakan oleh Tim Pokja SIKI (2018). Pada tahap ini penulis tidak

menemukan kesenjangan antara teori dan kasus, implementasi dilakukan

berdasarkan intervensi yang telah direncanakan dan implementasi diberikan

secara spesifik dan berdasarkan rasional pada perencanaan. Pelaksanaan tindakan

keperawatan ini diberikan sesuai dengan rencana tindakan yang telah disusun dan

dipilih sesuai dengan masalah yang muncul pada klien, serta tindakan

keperawatan tersebut memenuhi kebutuhan klien dengan baik sehingga tujuan


84

keperawatan dapat tercapai dengan baik. Hal ini terlaksana karena adanya

kerjasama yang baik antara perawat, klien dan keluarga klien serta kolaborasi tim

medis lainnya.

E. EVALUASI KEPERAWATAN

Tahap evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan, tahap ini

dilakukan untuk menilai keberhasilan rencana dan pelaksanaan tindakan yang

telah dilakukan dalam memenuhi kebutuhan klien sesuai dengan batasan waktu

yang telah ditentukan. Format evaluasi yang penulis gunakan yaitu SOAP,

umumnya format tersebut berfungsi untuk mempermudah perawat dalam

memantau dan mengevaluasi kondisi klien. SOAP merupakan singkatan dari

subjektif, objektif, analisa dan planning (Dikutip dari Buku Ajar Manajemen

Keperawatan dan Kepemimpinan oleh Herni Sulastien (2021: 70)). Pada

praktiknya masalah keperawatan yang dapat teratasi sesuai dengan batasan waktu

yang telah ditentukan.


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Kelompok telah melakukan Asuhan Keperawatan Postnatal Pada Ny.A Usia

38 Tahun P5A2 Dengan Post Sectio Caesarea Di Ruang Mawar Rumah Sakit TK

II Dustira Cimahi pada tanggal 02 Januari 2023, pada saat dilakukan pengkajian

klien yang bernama Ny. A berusia 38 tahun beragama islam, seorang ibu rumah

tangga mengatakan nyeri pada luka operasi dengan skala 5 (1-10), nyeri seperti

ditusuk-tusuk, nyeri dirasakan berlebih ketika klien bergerak dan beraktifitas, dan

berkurang ketika klien berbaring. Tanda-tanda vital meliputi, Tekanan Darah :

100/70 mmHg, Denyut Nadi : 76 x/menit, Respirasi : 20 x/menit, Temperatur :

36.4 C. Dibuat kesimpulan masalah keperawatan yang terjadi adalah nyeri akut

berhubungan dengan agen pencedera fisik ditandai dengan luka operasi SC pada

perut bawah, risiko infeksi ditandai dengan efek prosedur invasif, gangguan

mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri ditandai dengan nyeri saat bergerak dan

beraktivitas.

Pada tahap perencanaan dibuat sesuai masalah yang muncul pada klien, dan

perencanaan tindakan keperawatan menurut teori yang dikemukakan oleh Tim

Pokja SIKI (2018), yakni terdapat observasi, terapeutik, edukasi dan kolaborasi.

Pada tahap implementasi penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan

kasus, implementasi dilakukan berdasarkan intervensi yang telah direncanakan

85
86

dan implementasi diberikan secara spesifik, yang mana tindakan keperawatan

memenuhi klien sehingga tujuan keperawatan dapat tercapai dengan baik. Hal ini

terlaksana karena adanya kerjasama yang baik dan partisipasi dari keluarga klien

dan keperawatan suatu tim medis lainnya. Penulis melakukan implementasi

terkait intervensi yang telah penulis rencanakan untuk mengatasi masalah

keperawatan yang dialami Ny. A pada tanggal 02 Januari 2023. Setelah kelompok

melakukan. Implementasi sesuai dengan masalah keperawatan yang dialami oleh

klien, klien menunjukan hasil yang positif terkait masalah keperawatan yang

dihadapinya, asuhan keperawatan dilakukan secara komprehensif sehingga

masalah keperawatan yang ada pada klien dapat teratasi dan teratasi sebagian

karena keterbatasan waktu penulis untuk memberikan intervensi dan

implementasi.

B. SARAN

Diharapkan dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan dalam melakukan

asuhan keperawatan pada klien dengan post partum secara komprehensif sesuai

dengan tahapan proses keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan,

perencanaan, implementasi dan evaluasi dapat dilakukan secara lebih teliti dan

sistematis sesuai dengan prioritas dan kebutuhan klien. Pada tahap pengkajian

dilakukan dengan cara wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik untuk

mengumpulkan dan mengelompokan data hendaknya lebih teliti sehingga semua

aspek kebutuhan klien dapat terkaji dengan baik.


87

Pada tahap diagnosa keperawatan diharapkan dalam menegakkan diagnosa

keperawatan sesuai dengan pengkajian dan pengelompokan data yang telah

dilakukan. Pada tahap perencanaan tindakan keperawatan ditentukan setelah data-

data terkumpul, dianalisa dan diagnosa keperawatan telah teridentifikasi sesuai

prioritas, tindakan keperawatan yang direncanakan diharapkan dapat tersusun

secara sistematis dengan batas waktu yang di prioritaskan. Pada tahap

implementasi diharapkan tindakan keperawatan direncanakan dan dapat

dilaksanakan dengan lebih sistematis dengan memprioritaskan tindakan

keperawatan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan klien. Pada tahap evaluasi

diharapkan penilaian keberhasilan rencana dan pelaksanaan tindakan yang telah

dilakukan dalam memenuhi kebutuhan klien sesuai dengan batas waktu yang telah

ditentukan.
DAFTAR PUSTAKA

Bluechek, G. M., Butcher, H. M., Dochterman, J. M. & Wagner, C. M., 2013.


Nursing Interventions Classification (NIC) Edisi Bahasa Indonesia. 6
ed.Yogyakarta: Mocomedia.

Dewi, R. S., Apriyanti, F., & Harmia, E. 2020. Hubungan Paritas Dan Anemia
Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini Di Rsud Bangkinang Tahun 2018.
Jurnal Kesehatan Tambusal, 1(2), 76-84.

Herdman, T. H. & Kamitsuru, S., 2015. Diagnosa Keperawatan: Definisi &


Klasifikasi 2015-2017. 10 penyunt. Jakarta: EGC.

Manuaba. I.B. 2012. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan
KB. Jakarta : EGC

Manuaba, I.B.G., 2012. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga


Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: Arcan.

Nugroho, T. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah Dan Paenyakit


Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika

Nurjannah, I., 2016. SDA (Intan's Screening Diagnoses Assesment). 6 ed.


Yogyakarta: Mocomedia.

PPNI (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: definisi dan Indikator


Diagnostik. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: definisi dan Indikator


Diagnostik. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: definisi dan Indikator


Diagnostik. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

88

Anda mungkin juga menyukai