PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Apendisitis adalah peradangan dari apendik periformis, dan merupakan penyebab
abdomen akut yang paling sering (Dermawan & Rahayuningsih,2010). Istilah usus buntu
yang dikenal di masyarakat awam adalah kurang tepat karena usus yang buntusebenarnya
adalah sekum. Apendiks diperkirakan ikut serta dalm system imun sektorik di saluran
pencernaan. Namun, pengangkatan apendiks tidak menimbulkan efek fungsi system imun
yang jelas (syamsyuhidayat, 2005). Peradangan pada apendiks selain mendapat intervensi
farmakologik juga memerlukan tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi dan
dan pembentukan masa periapendikular. Perforasi dengan cairan inflamasi dan bakteri
atau terjadi peritonitis. Apabila perforasi apendiks disertai dengan material abses, maka
akan memberikan manifestasi nyeri local akibat akumulasi abses dan kemudian juga
akan memberikan respons peritonitis. Manifestasi yang khas dari perforasi apendiks
adalah nyeri hebat yang tiba-tiba datang pada abdomen kanan bawah (Tzanakis, 2005).
Namun, dalm tiga-empat dasawarsa terakhir kejadiannya menurun secara bermakna. Hal
ini di duga disebabkan oleh meningkatnya penggunaan makanan berserat pada diit
indonesia, apendisitis akut merupakan salah satu penyebab dari akut abdomen dan
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan banyaknya kasus dan pentingnya penanganan penyakit Apendisitis, rumusan
masalahnya adalah “ Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan Apendisitis ?”
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu mengetahui dan menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan
Apendisitis sesuai standar keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a) Mengetahui pengkajian pada pasien dengan Apendisitis beserta keluarganya.
b) Mampu menganalisa data pada pasien dengan Apendisitis
c) Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada pasien Apendisitis
d) Mampu mengetahui penyusunan perencanaan keperawatan pada pasien Apendisitis.
e) Mampu melaksanakan implementasi pada pasien Apendisitis
f) Mengetahui evaluasi pada pasien dengan Apendisitis
1.3 Manfaat
1) Bagi Penulis
Diharapkan agar penulis mempunyai tambahan wawasan dan pengetahuan dalam
penatalaksanaan pada pasien dengan penyakit Apendisitis dan dalam memberikan asuhan
keperawatan pada klien dengan Apendisitis
2) Bagi Pasien dan Keluarga
Agar pasien dan keluarga mempunyai pengetahuan tentang perawatan pada pasien
Apendisitis.
3) Bagi Institusi Pelayanan
Memberikan bantuan yang mempengaruhi perkembangan klien untuk mencapai
tingkat asuhan keperawatan dan tindak lanjut untuk perawatan mutu pasien khusus penderita
Apendisitis.
4) Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai sumber bacaan atau referensi untuk meningkatkan kualitas pendidikan
keperawatan dan sebagai masukan dalam peningkatan pada pasien Apendisitis terutama
dibidang dokumentasi asuhan keperawatan.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
suatu bagian seperti kantung yang non fungsional dan terletak di bagian
akut pada kuadran bawah kanan rongga abdomen, penyebab paling umum
akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing (apendiks). Infeksi ini bisa
bisa pecah. Usus buntu merupakan saluran usus yang ujungnya buntu dan
menonjol dari bagian awal usus besar atau sekum (cecum). Usus buntu
(http://www.google.com).
vermi formis atau peradangan infeksi pada usus buntu (apendiks) yang
7
2.2 ANATOMI FISIOLOGI
1. Anatomi
muncul seperti corong dari akhir seikum pintu keluar yang sempit tetapi
1) Duodenum
terdapat pancreas.
5 cm.
b. Usus besar
1) Seikum
2) Kolon asenden
4) Kolon transfersum
5) Kolon desendens
6) Kolon sigmoid
7) Rektum
8) Anus
2.3 ETIOLOGI
2004).
2.4 KLASIFIKASI
2.5 PATOFISIOLOGI
saat ini terjadi apendisitis akut local yang ditandai oleh nyeri epigastrum.
Bila sekresi mukus terus berlanjut tekanan akan terus meningkat. Hal
Bila dinding yang telah rapuh itu pecah akan terjadi apendisitis perforasi.
Bila semua proses diatas berjalan lambat, omentum dan usus yang
berdekatan akan bergerak ke arah apendiks hingga timbul suatu massa lokal
dinding apendiks lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan
orang tua perforasi mudah terjadi karena telah ada gangguan pembuluh
: nyeri kuadran kanan bawah disertai dengan mual, muntah, dan anoreksia,
pada titik mc. Burney nyeri tekan setempat karena tekanan, leukosit PMN
meningkat, obstruksi fekalit atas massa fekal padat, suhu kurang lebih 37,50
2.7 KOMPLIKASI
perut kuadran kanan bawah dengan tanda peritonitis umum atau abses yang
2000).
non spesifik seperti fekalit dan pola gas dan cairan yang abnormal
yang dapat menyerupai nyeri kuadran kanan bawah karena iritasi saraf
atau kronis.
Penatalaksanaan bedah ada dua cara yaitu non bedah (non surgical)
a. Batasi diet dengan makan sedikit dan sering (4-6 kali perhari)
pasase makanan
pada makanan
memperberat esofagistis
4. Pembedahan
Insisi tranversal 5 cm atau oblik dibuat di atas titik maksimal nyeri tekan
atau massa yang dipalpasi pada fosa iliaka kanan. Otot dipisahkan ke
3.1 PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses keperawatan, untuk itu
diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang masalah-masalah klien sehingga dapat
memberikan arah terhadap tindakan keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan
sangat bergantuang pada tahap ini. Tahap ini terbagi atas:
A. Pengumpulan Data
1. Anamnesa
Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa, status perkawinan,
pendidikan, pekerjaan, no. register, tanggal MRS, tanggal pengkajian, diagnosa medis.
Keluhan Utama
Klien akan mendapatkan nyeri di sekitar epigastrium menjalar keperut kanan
bawah.timbul keluhan nyeri perut kanan bawah mungkin beberapa jam kemudian setelah
nyeri dipusat atau diepigastrium, nyeri dirasakan terus menerus keluhan yang menyertai
antara lain mual muntah, panas
Riwayat Psikososial
Merupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan peran klien
dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-
harinya baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat
Pola Eliminasi
Biasanya terjadi gangguan eliminasi terutama pada awitan awal dengan gejala
konstipasi bisa juga mengalami diare pada penyakit appendicitis
Pola Aktivitas
Karena timbulnya nyeri, maka keterbatasan gerak pada kasus appendicitis terganggu
begitu juga dengan aktivitas sehari-hari klien dapat terganggu Karena tanda dan gejala yang
muncul
Pemeriksaan fisik
1. Kepala dan wajah : uraikan bentuk rambut seperti hitam, pendek, lurus, alopsia, kulit
kepala kotor/ tidak kotor
2. Mata : anemis tidak anemis, ikterik tidak ikterik.
3. Kesadaran : kompos mentis
4. Hidung : tidak ada deformitas, tidak ada pernafasan cuping hidung.
5. Mulut dan faring : tidak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi pendarahan,
mukosa mulut tidak pucat.
6. Telinga : tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada lesi atau nyeri
tekan.
7. Leher : biasanya JVP dalam batas normal
8. Thorax/dada :
Inspeksi : biasanya simetris kiri kanan, tidak ada lesi, pernafasan Bradikardi.
Palpasi : taktil fremitus seimbang kanan kiri.
Perkusi : tidak ada nyeri pada perkusi dada
Auskultasi : terdapat napas pendek/ tidak,ada ronki/tidak
9. Abdomen :
Inspeksi : distensi abdomen
Auskultasi : peristaltic usus hilang
Palpasi : tidak ada pembesaran hepar
Perkusi : ada nyeri yang khas pada bagian kanan bawah
10. Genitalia : biasanya tidak ada edema
11. Ekstermitas : ekstermitas dingin atau pucat, bagaimana kekuatan otot
Pemeriksaan Diagnostik
A) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah didapatkan leukositosis pada kebanyakan kasus appendicitis,
terutama pada kasus dengan komplikasi, pada appendicular infiltrate, LED akan meningkat.
Pemeriksaan urin untuk melihat adanya eritrosit, leukosit dan bakteri dalam urin.
Pemeriksaan ini sangat membantu dalam menyingkirkan diagnose banding seperti infeksi
saluran kemih atau batu ginjal yang mempunyai gejala klinis yang hamper sama
denganappendisitis
B)Pemeriksaan lain-lain
(1) Pemeriksaan radiologis, foto polos abdomen pada appendicitis akut yang terjadi lambat
dan telah terjadi komplikasi (misalnya peritonitis)
(2) Appendicogram, hasil positif bila : non filling, partial filling, mouse tail cut off
(3) Pemeriksaan USG, bila hasil meragukan bisa dilakukan pemeriksaan USG
(4) CT-SCAN, dapat menunjukan tanda-tanda dari appendicitis, selain itu juga dapat
menunjukan komplikasi dari appendisitas seperti bila terjadi abses
1) Resiko kurang volume cairan berhubungan dengan adanya mual dan muntah
3.3 NCP
Tujuan :
Kriteria Hasil:
Rencana tindakan :
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan resiko infeksi dapat berkurang
Kriteria hasil :
Tidak ada tanda tanda infeksi
Rencana Tindakan :
1) Beri obat pencahar sehari sebelum operasi dan dengan melakukan klisma.
Rasional : Obat pencahar dapat merangsang peristaltic usus sehingga bab dapat
lancar. Sedangkan klisma dapat merangsang peristaltic yang lebih tinggi, sehingga
dapat mengakibatkan ruptura apendiks.
2) Anjurkan klien mandi dengan sempurna.
Rasional : Kulit yang bersih mempunyai arti yang besar terhadap timbulnya mikro
organisme.
3) HE tentang pentingnya kebersihan diri klien.
4) Rasional : Dengan pemahaman klien, klien dapat bekerja sama dalam pelaksaan
tindakan.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri dapat berkurang
Kriteria Hasil :
Rencana Tindakan :
1) Kaji tingkat nyeri, lokasi dan karasteristik nyeri.
Rasional : Untuk mengetahui sejauh mana tingkat nyeri dan merupakan indiaktor
secara dini untuk dapat memberikan tindakan selanjutnya.
2) Anjurkan pernapasan dalam.
3) Rasional : Pernapasan yang dalam dapat menghirup O2 secara adekuat sehingga otot-
otot menjadi relaksasi sehingga dapat mengurangi rasa nyeri.
4) Lakukan gate control.
Rasional : Dengan gate control saraf yang berdiameter besar merangsang saraf yang
berdiameter kecil sehingga rangsangan nyeri tidak diteruskan ke hypothalamus.
5) Beri analgetik.
Rasional : Sebagai profilaksis untuk dapat menghilangkan rasa nyeri (apabila sudah
mengetahui gejala pasti).
24
1. Pathways Keperawatan
Hiperplasis folikel limfoid, fekalit, benda asing, cacing, tumor, atau neoplasma
Apendisitis
Kronik
Akut
Terjadi pembengkakan
Aliran arteri terganggu (infeksi, bakteri, ulcerasi)
Intervensi :
kemampuan koping
post operasi
infeksi Intervensi :
peritonitis
c. Lakukan pencucian tangan yang baik dan perawatan luka yang aseptik
Rasional : Menurunkan resiko penyebaran bakteri
Intervensi :
permukaan alveolar
saluran pernafasan
/ jelas
nafas
Intervensi :
Rasional : Batuk paling efektif pada pasien posisi duduk, tinggi atau
nafas adventinus
ekspirasi