PENDAHULUAN
1.4 MANFAAT
1.4.1 Bagi Institusi
1. Digunakan sebagai buku bacaan di perpustakaan agar bisa bermanfaat bagi para pembaca.
2. Sebagai bahan bandingan persepsi tentang masalah yang menyertai lansia.
1.4.2 Bagi Profesi
1. Perawat lebih mengetahui penanganan sosial lansia.
2. Perawat lebih memahami tentang penatalaksanaan dan asuhan keperawatan lansia dari aspek
sosial.
1.4.3 Bagi Penyusun
1. Sebagai ilmu pengetahuan tentang masalah yang dihadapi lansia.
2. Lebih tahu ,tentang permasalahan yang dialami lansia di lingkungan sosial.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Spatial Separation
Peningkatan prevalensi migrasi desa-kota, menyebabkan banyak penduduk lansia
yang ditinggal oleh keluarganya. Meningkatnya mobilitas penduduk yang pada umumnya
dilakukan oleh penduduk usia muda menyebabkan banyak penduduk lansia tidak dapat lagi
menjadi satu dengan keluarga (spatial separation). Kondisi semacam ini jelas sangat
menyulitkan untuk tetap menyantuni orang tua mereka pada usia lanjut.
2. Cultural Separation
Pembangunan juga berdampak pada peningkatan pendidikan wanita.
Peningkatan pendidikan akan menyebabkan nilai waktu wanita di luar rumah akan lebih
tinggi. Hal tersebut menyebabkan berkurangnya alokasi waktu untuk pekerjaan-pekerjaan
kerumahtanggaan, termasuk mengurus orang tua. Selain pendidikan wanita, peningkatan
pendidikan generasi muda secara keseluruhan dan juga akibat kemajuan komunikasi
menyebabkan terjadi perbedaan nilai budaya yang cukup tajam antara penduduk usia muda
dan lanjut usia. Perbedaan tersebut akan mengakibatkan kesulitan untuk menggabungkan
keduanya dalam satu kehidupan.
Fenomena ini disertai perubahan bentuk keluarga dari keluarga luas menjadi keluarga
inti. Dalam suatu keluarga luas, beban sosial dan ekonomi keluarga dapat ditanggung
bersama antara orang tua dan anak. Sementara itu, dalam usia lanjut, tugas perawatan orang
tua dapat dilakukan oleh anak. Akan tetapi, dalam keluarga inti hal semacam itu telah
berubah sama sekali akibat terjadinya perges-eran fungsi sosial dan ekonomi. Peran anak di
bidang sosial seperti membantu pekerjaan rumah tangga, akan digantikan oleh orang lain,
biasanya pembantu. Demikian juga dalam menemani dan merawat orang tua yang lanjut usia.
Peran tersebut tidak lagi dilakukan oleh anak tetapi akan diambil alih oleh institusi atau
pemerintah. Apabila hal ini yang terjadi maka lansia pada akhirnya bukan lagi bagian dari
suatu keluarga.
3. Economic Separation
Bersamaan dengan proses pembangunan, sistem perekonomian akan mengalami
perubahan dari perekonomian tradisional ke perekonomian modern. Peranan orang tua yang
tinggi dalam ekonomi secara tradisional, akan berkurang dalam masyarakat modern. Hal ini
disebabkan angkatan kerja muda dengan pendidikan lebih baik lebih mampu menyesuaikan
diri dengan teknologi baru dan akan mempunyai penghasilan yang lebih baik dari orang
tuanya. Peningkatan mobilitas vertikal telah menyebabkan perubahan sikap perilaku dan
aspirasi mereka terhadap aspek-aspek sosial budaya dan bahkan ekonomi. Hal ini
diperkirakan telah menyebabkan berkurangnya rasa tanggung jawab untuk menyantuni
keluarga pada usia lanjut. Dilihat dari segi ekonomi, ada kecenderungan bahwa rumah tangga
sebagai a unit of production shared telah berubah. Terlihat adanya pemilahan produksi
antargenerasi, bahkan cenderung ke antarindividu. Hal ini jelas akan menyebabkan penduduk
lanjut usia akan mengalami kesulitan dalam ekonomi.
Selain itu dalam masyarakat modern peranan orang tua sebagai sumber pengetahuan
dan kebijaksanaan telah berkurang. Dalam masyarakat tradisional, peranan orang tua sangat
penting dalam meneruskan pengetahuan secara lisan kepada anaknya. Dalam era modern,
pengetahuan disalurkan melalui institusi-institusi formal seperti sekolah, perpustakaan, dan
mass media. Oleh karenanya para orang tua merasa kehilangan rasa keintiman dan hubungan
antar individu dalam keluarga, sehingga mereka merasa diasingkan.
Berkaitan dengan semua perubahan-perubahan tersebut, status orang tua juga
mengalami perubahan yang berarti. Status orang tua yang tinggi dalam masyarakat dengan
sistim keluarga luas, akan cenderung rendah pada masyarakat dengan keluarga inti. Status
penduduk tua cenderung tinggi di masyarakat pertanian, akan rendah di masyarakat industri
Berdasarkan hal tersebut terlihat perubahan yang terjadi menyebabkan berkurangnya
peran dan status lansia dalam keluarga. Selain itu juga mulai terlihat hilangnya bentuk-bentuk
dukungan sosial-ekonomi secara tradisional.
a. Masih besarnya jumlah Lajut Usia yang berada dibawah garis kemiskinan.
b. Makin melemahnya nilai kekerabatan, sehingga anggota keluarga yang berusia
lanjut kurang diperhatikan, dihargai dan dan dihormati, berhubung terjadi perkembangan pola
kehidupan keluarga yang secara fisik lebih mengarah pada bentuk keluarga kecil.
c. Lahirnya kelompok masyarakat industri, yang memiliki ciri kehidupan yang lebih
bertumpu kepada individu dan menjalankan kehidupan berdasarkan perhitungan untung rugi,
lugas dan efisien, yang secara tidak langsung merugikan kesejahteraan lanjut usia.
d. Masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga profesional pelayanan lanjut usia dan
masih terbatasnnya sarana pelayanan dan fasilitas khusus bagi lanjut usia dengan berbagai
bidang pelayanan pembinaan kesejahteraan lanjut usia.
e. Belum membudaya dam melembaganya kegiatan pembinaan kesejateraan lanjut usia
2. Permasalahan Khusus
Menurut Departemen Sosial Republik Indonesia (1998), berbagai permasalahan khusus
yang berkaitan dengan kesejahteraan lanjut usia adalah sebagai berikut:
a. Berlangsungnya proses menjadi tua, yang berakibat timbulnya masalah baik fisik,
mental maupun sosial. Mundurnya keadaan fisik yang menyebabkan penuaan peran sosialnya
dan dapat menjadikan mereka lebih tergantung kepada pihak lain.
b. Berkurangnya integrasi sosial Lanjut Usia, akibat produktivitas dan kegiatan Lanjut
Usia menurun. Hal ini berpengaruh negatif pada kondisi sosial psikologis mereka yang
merasa sudah tidak diperlukan lagi oleh masyarakat lingkungan sekitarnya.
c. Rendahnya produktivitas kerja lanjut usia dibandingkan dengan tenaga kerja muda
dan tingkat pendidikan serta ketrampilan yang rendah, menyebabkan mereka tidak dapat
mengisi lowongan kerja yang ada, dan terpaksa menganggur.
d. Banyaknya lanjut usia yang miskin, terlantar dan cacat, sehingga diperlukan bantuan
dari berbagai pihak agar mereka tetap mandiri serta mempunyai penghasilan cukup.
e. Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah kepada tatanan masyarakat
individualistik, sehingga Lanjut Usia kurang dihargai dan dihormati serta mereka tersisih dari
kehidupan masyarakat dan bisa menjadi terlantar.
f. Adanya dampak negatif dari proses pembangunan seperti dampak lingkungan,
polusi dan urbanisasiyang dapat mengganggu kesehatan fisik lanjut usia
2.6 Asuhan Keperawatan Lansia
A. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas Klien
Meliputi nama klien , umur , jenis kelamin , status perkawinan, agama, tangggal MRS ,
informan, tangggal pengkajian, No Rumah klien dan alamat klien.
2. Orang-orang terdekat
Status perkawinan, kebiasaan pasien di dalam tugas-tugas keluarga dan fungsi-
fungsinya, pengaruh orang terdekat, proses interaksi dalam keluarga.
3. Kultural
Latar belakang etnis, tingkah laku mengusahakan kesehatan (sistem rujukan penyakit),
nilai-nilai yang berhubungan dengan kesehatan dan keperawatan, faktor-faktor kultural yang
dihubungkan dengan penyakit secara umum dan respons terhadap rasa sakit, kepercayaan
mengenai perawatan dan pengobatan.
4. Keluhan Utama
Keluhan biasanya berupa menyediri (menghindar dari orang lain) komunikasi kurang
atau tidak ada , berdiam diri dikamar ,menolak interaksi dengan orang lain, tidak melakukan
kegiatan sehari hari , dependen.
5. Faktor predisposisi
Kehilangan, perpisahan ,harapan orang tua yang tidak realistis ,kegagalan /frustasi
berulang, tekanan dari kelompok sebaya; perubahan struktur sosial. Terjadi trauma yang tiba
tiba misalnya harus dioperasi , kecelakaan dicerai suami ,putus sekolah ,PHK, perasaan malu
karena sesuatu yang terjadi ( korban perkosaan ,dituduh KKN, dipenjara tiba tiba)
perlakuan orang lain yang tidak menghargai klien/ perasaan negatif terhadap diri sendiri yang
berlangsung lama.
6. Aspek fisik / biologis
Hasil pengukuran tada vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan , TB, BB) dan keluhafisik
yang dialami oleh klien
7. Aspek Psikososial
a. Genogram yang menggambarkan tiga generasi
b. Konsep diri;
1) Citra tubuh :
2) Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah atau tidak menerima
perubahan tubuh yang telah terjadi atau yang akan terjadi. Menolak penjelasan perubahan
tubuh , persepsi negatip tentang tubuh. Preokupasi dengan bagia tubuh yang hilang ,
mengungkapkan keputus asaan, mengungkapkan ketakutan.
3) Identitas diri
Ketidakpastian memandang diri , sukar menetapkan keinginan dan tidak mampu mengambil
keputusan
4) Peran
Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit , proses menua , putus sekolah,
PHK.
5) Ideal diri
Mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya : mengungkapkan keinginan yang terlalu
tinggi.
6) Harga diri
Perasaan malu terhadap diri sendiri , rasa bersalah terhadap diri sendiri , gangguan hubungan
sosial , merendahkan martabat , mencederai diri, dan kurang percaya diri.
c. Klien mempunyai gangguan / hambatan dalam melakukan hubunga sosialdengan orang
lain terdekat dalam kehidupan, kelempok yang diikuti dalam masyarakat.
d. Keyakinan klien terhadap tuhan dan kegiatan untuk ibadah ( spritual)
8. Status Mental
Kontak mata klien kurang /tidak dapat mepertahankan kontak mata , kurang dapat
memulai pembicaraan , klien suka menyendiri dan kurang mampu berhubungan dengan orang
lain , Adanya perasaan keputusasaan dan kurang berharga dalam hidup.
9. Mekanisme Koping
Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau menceritakan nya pada orang orang
lain ( lebih sering menggunakan koping menarik diri)
10. Aspek Medik
Terapi yang diterima klien bisa berupa therapy farmakologi ECT, Psikomotor,therapy
okopasional, TAK , dan rehabilitas.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Harga diri rendah berhubungan dengan merasakan/mengantisipasi kegagalan pada
peristiwa-peristiwa kehidupan.
2. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan ketidakseimbangan sistem saraf;
kehilangan memori; ketidakseimbangan tingkah laku adaptif dan kemampuan memecahkan
masalah.
3. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional/maturasional.
4. Ketidakpatuhan berhubungan dengan sistem penghargaan pasien; keyakinan kesehatan,nilai
spiritual, pengaruh kultural.
C. Rencana Keperawatan
1. Intervensi Diagnosa 1:
a. Dorong pengungkapan perasaan, menerima apa yang dikatakannya.
Rasionalnya: membantu pasien/orang terdekat untuk memulai menerima perubahan dan
mengurangi ansietas mengenai perubahan fungsi/gaya hidup.
b. Bantu pasien dengan menjelaskan hal-hal yang diharapkan dan hal-hal tersebut
mungkin di perlukan untuk dilepaskan atau dirubah.
Rasionalnya: memberi kesempatan untuk mengidentifikasi kesalahan konsep dan mulai
melihat pilihan-pilihan; meningkatkan orientasi realita.
c. Berikan informasi dan penyerahan ke sumber-sumber komunitas.
Rasionalnya: memungkinkan pasien untuk berhubungan dengan grup yang diminati
dengan cara yang membantu dan perlengkapan pendukung, pelayanan dan konseling.
2. Intervensi Diagnosa 2:
a. Kaji munculnya kemampuan koping positif, misalnya penggunaan teknik
relaksasi keinginan untuk mengekspresikan perasaan.
Rasionalnya: jika individu memiliki kemampuan koping yang berhasil dilakukan dimasa
lampau, mungkin dapat digunakan sekarang untuk mengatasi tegangan dan memelihara rasa
kontrol individu.