Anda di halaman 1dari 6

Peran tenaga akuntansi dalam penerapan PPK-BLUD sangat penting untuk menghasilkan

laporan keuangan yang dapat diandalkan. Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) memiliki
Pola Pengelolaan Keuangan (PPK) yang menerapkan prinsip fleksibilitas berupa
keleluasaan untuk menerapkan praktek-praktek bisnis yang sehat untuk meningkatkan
pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagai pengecualian dari ketentuan pengelolaan
keuangan dari PEMDA (Pemerintah Daerah) pada umumnya. Meskipun BLUD telah
memiliki kewenangan dalam mengatur keuangannya sendiri, dalam pelaksanaan
kegiatannya, BLUD harus tetap mengutamakan efektivitas dan efisiensi serta kualitas
pelayanan umum kepada masyarakat tanpa mengutamakan untuk memperoleh
keuntungan. Secara teknis, fleksibilitas PPK BLUD dijelaskan lebih lanjut dalam Peraturan
Kementerian Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007.
Dalam melaksanakan pertanggung jawaban keuangannya, BLUD menyelenggarakan
akuntansi dan menghasilkan laporan keuangan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan
(SAK) yang diterbitkan oleh asosiasi profesi akuntansi Indonesia. Penerapan standar
tersebut menggunakan basis akrual dalam pengakuan biaya, pendapatan, aset, kewajiban,
dan ekuitas dana. BLUD memiliki kewajiban untuk menyusun laporan
keuangan semesteran dan tahunan yang terdiri dari Laporan Operasional, Neraca, Laporan
Arus Kas, dan Catatan Atas Laporan Keuangankepada Pejabat Pengelola Keuangan Daerah
(PPKD) untuk dikonsolidasikan dengan Laporan Keuangan Daerah. Selanjutnya, laporan
keuangan yang telah disusun oleh BLUD di-audit oleh BPK (Badan Pemeriksa Keuangan)
sebagaimana telah diatur dalam peraturan perundang-undangan.
Adanya peraturan yang mewajibkan setiap BLUD untuk menyusun Laporan Keuangan
dengan basis akrual mendorong meningkatnya kebutuhan terhadap tenaga akuntansi.
Berdasarkan kondisi yang ada, puskesmas yang telah menyandang status BLUD di beberapa
daerah di Indonesia masih belum memiliki pegawai yang dengan latar belakang akuntansi.
Hal tersebut menyebabkan adanya pegawai dengan rangkap tugas, yaitu melaksanakan
tugas sebagai tenaga kesehatan sekaligus bertanggung jawab dalam pelaporan keuangan
BLUD, sehingga pegawai yang tidak memiliki latar belakang ilmu akuntansi mengalami
kesulitan karena harus melaksanakan tugas-tugas yang bukan merupakan bidang
keahliannya. Permasalahan tersebut menyebabkan proses dalam menyiapkan Laporan
Keuangan BLUD menjadi lebih lama dan potensi terjadi kesalahan dalam melaksanakan
prosedur akuntansi menjadi semakin besar. Oleh karena itu, adanya peran tenaga akuntansi
sangat penting dalam membantu kelancaran pelaksanaan tugas dan mencapai PPK BLUD
yang efektif dan efisien.
LAPORAN KEUANGAN
PUSKESMAS; PROSES
AKUNTANSI UNTUK
PELAPORAN KEUANGAN
FEB 26, 2018BY ADMIN MVP IN ARTIKEL

FacebookTwittergoogle_plusShare
Oleh; Tubagus Raymond
Pendahuluan
Laporan keuangan sebenarnya merupakan hasil akhir dari sebuah proses
akuntansi. Kualitas & validitas laporan keuangan akan bergantung pada
proses akuntansi yang telah dilakukan. Karena itu, dalam beberapa artikel
terdahulu tentang laporan keuangan Puskesmas diawali dengan persiapan
neraca awal hinga proses akuntansi yang terkait jurnal. Walaupun
model/format laporan keuangan Puskesmas “agak berbeda” untuk yang
BLUD dan non BLUD, tetapi semuanya tetap harus menekankan  pada
proses akuntansi.
Review artikel terdahul tentang laporan keuangan Puskesmas
Beberapa artikel tentang penyusunan laporan keuangan Puskesmas dalam
WEB ini bertujuan untuk memandu Puskesmas dalam menyusun &
menyajikan laporan keuangan dengan kualitas yang baik. Berikut adalah
beberapa artikel yang terkait dengan laporan keuangan Puskesmas;
1. Penyusunan neraca awal puskesmas 
2. Akuntansi pendapatan,
3. Pencatatan atas pembelian aktiva & hutang (pengakuan),
4. Pencatatan beban & pelusan hutang,
5. Akuntansi BPP & penyusutan aktiva tetap.
Tulisan tentang laporan keuangan Puskesmas diatas sebagai panduan
dalam menyusun laporan keuangan. Dalam tulisan tersebut juga
disertakan tekhnis penjurnalan disertai dengan metode akuntansi yang
digunakan. Juga disarankan tentang waktu jurnal dilakukan.
Perbedaan pencatatan antara Puskesmas BLUD & non BLUD
Laporan keuangan Pusekesmas BLUD mengacu pada PERMENDAGRI 61
2007 (Sebagai BLUD), dan juga mengacu pada PERMENDAGRI 64 2013
yang telah di implementasikan dalam peraturan kepala daerah setempat
(Sebagai SKPD). Sedangkan Puskesmas non BLUD hanya mengacu kepada
PERMENDAGRI 64 2013 yang telah di implementasikan dalam peraturan
kepala daerah setempat (Sebagai SKPD).
Secara tekhnis akuntansi ada beberapa perbedaan mendasar antara
Puskesmas BLUD dan Puskesmas non BLUD (Sebagai SKPD), yaitu;
1. Pengakuan terhadap ”dana APBD”. Puskesmas BLUD mengakui dana
APBD Sebagai pendapatan APBD. Sedangkan Puskesmas non BLUD
mengakui dana APBD Sebagai “penambahan Ekuitas (RK PPKD) yang
nantinya akan direkonsiliasi dalam laporan keuangan PEMDA. Berikut
perbedaan jurnalnya :

2. Pelaporan. Puskesmas BLUD menyajikan laporan keuangan seperti;


laporan posisi keuangan (neraca), laporan operasional (LO), laporan arus
kas (LAK), laporan perubahan ekuitas (LPE), & catatan atas laporan
keuangan. Sedangkan Puskesmas non BLUD (Sebagai SKPD) menyajilam
laporan keuangan laporan posisi keuangan (neraca), laporan operasional
(LO), laporan realisasi anggaran (LRA), laporan perubahan ekuitas (LPE),
& catatan atas laporan keuangan.

Metode perpetual/fisik & FIFI/rata2, mana yang digunakan?


Seperti tulisan sebelumnya, kerumitan dalam menggunakan metode
akuntansi  perpetual dengan FIFO seperti disyratkan dalam
PERMENDAGRI 64 2013, akan terjadi dalam menyusun laporan
keuangan Puskesmas non BLUD. Bagi Puskesmas BLUD, secara otomatis
harus menggunakan konsep yang sama karena PERMENDAGRI 61 2007
tidak mengaturnya.  Beberapa alasan telah dikemukakan dalam tulisan
sebelumnya (LAPORAN KEUANGAN PUSKESMAS; AKUNTANSI BPP
& PENYUSUTAN AKTIVA TETAP), tentang kesulitan Puskesmas
bahkan RS (pemerintah) apabila menggunakan metode tersebut.
Walaupun metode perpetual sangat baik dalam menjaga kekuratan
persediaan, namun juga harus dipertimbangkan kendala yang dihadapi
dan kesiapan RS & Puskesmas dalam mengimplementasikannya.
Perlu diingat bahwa laporan keuangan bukanlah pekerjaan mengisi angka
dalam format laporan yang sudah tersedia. Laporan keuangan merupakan
tahap akhir dari proses akuntansi yang panjang melalui jurnal. Karena
itu, berdasarkan pengalaman membantu RS & Puskesmas, sebaiknya
menggunakan metode fisik dengan rata-rata tertimbang. Dalam PP 71
tahun 2010 tentang Standar akuntansi pemerintahan (SAP) membolehkan
untuk memilih antara metode fisik (periodik) atau perpetual. Juga
membolehkan untuk memilih anatara metode FIFO atay rata-rata
tertimbang.
 

Anda mungkin juga menyukai