Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH MIKROKIMIA

AGEN ANTIMIKROBA

DISUSUN OLEH :

NAMA : nuuraa ruzqaa

NIM : G301 22 020

KELAS :B

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS TADULAKO

PALU
2023

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta
hidayahnya kepada saya sehingga penulisan makalah ini dapat terselesaikan.
Penulisan makalah ini adalah sebagai salah satu persyaratan tugas mata kuliah
Pengantar Mikrokimia. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan
dalam penulisan makalah ini, oleh karena itu demi kesempurnaan makalah ini
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat demi sempurnanya
makalah ini.

Palu, 27 November 2023

Nuuraa Ruzqaa
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Antimikroba (AM) adalah bahan-bahan atau obat-obat yang digunakan untuk
memberantas infeksi oleh mikroorganisme pada manusia, termasuk golongan akan
dibicarakan yang berhubungan dengan farmasi antara lain antibiotika, antiseptika,
desinfekstansia, khemoteraputika dan preservatif. Obat-obat yang digunakan untuk
membasmi mikroorganisme (mikroba) yang menyebabkan infeksi pada manusia,
hewan ataupun tumbuhan harus bersifat toksisitas selektif artinya obatatau zat tersebut
harus bersifat sangat toksis terhadap mikroorganisme atau mikroba penyebab
penyakit, tetapi relatif tidak toksis terhadap jasad inang atau hospes.
Dalam pengobatan suatu infeksi dengan menggunakan anti mikroba (AM)
terhadap organisme (manusia, hewan dan tumbuhan),maka akan dihadapkan atas tiga
faktor yaitu: 1. Faktor mikroorganismenya sebagai agen patogen (M) 2. Faktor hospes
atau inang yaitu manusia yang diinfeksi oleh mikroorganisme (H) 3. Faktor anti
mikrobanya (AM). Suatu AM memperlihatkan toksisitas yang selektif, dimana
obatnya lebih toksis terhadap mikroorganismenya dibandingkan pada sel hospes. Hal
ini dapat terjadi karena pengaruh obat yang selektif terhadap mikroorganisme atau
karena obat pada reaksi-reaksi biokimia penting dalam sel parasit lebih unggul dari
pada pengaruhnya terhadap sel hospes. Disamping itu juga struktur sel
mikroorganisme berbeda dengan struktur sel manusia atau hospe, inang.
Obat-obat AM mempunyai 5 mekanisme kerja utama antara lain:
1. Bersifat sebagai antimetabolit.
AM bekerja dengan cara memblok tahap metabolik spesifik
mikroorganisme, seperti sulfonamida dan trimetoprin. Sulfonamida
menghambat pertumbuh-an sel dengan menghambat sintesis asam folat
oleh bakteri. Sulfonamida bebas secara struktur mirip dengan asam folat,
para amino benzoic acid (PABA) dan bekerja secara kompetitif untuk
enzim-enzim yang langsung mempersatukan PABA dan sebagian pteridin
menjadi asam dihidropteroat. Trimetoprin secara struktur analog pteridin
yang dibagi oleh enzim dihidro-folat reduktase dan bekerja sebagai
penghambat kompetitif enzim tersebut yang dapat mengurangi dihidrofolat
menjadi tertrahidrofolat.
2. Penghambatan terhadap sintesis dinding sel
Anti mikroba golongan ini dapat menghambat akvitas enzim yang
dapat merusak dinding sel mikroorganisme. Yang termasuk kelompok
ini antara lain penisilin, sefalosporin, vankomisin, sikloserin,
basitrasin. Penilsilin yang bekerja sebagai analog struktur D-alanil-D-
alnin yang menempati tempat dari enzim transpeptidase yang
menimbulkan cross-link an-tara bagian dinding sel mikroorganisme
atau bakteri. Penisilin dapat meng-hambat pembentukan cross-link
tersebut.
3. Penghambatan fungsi permeabilitas
membran sitoplasma Disini antimikroba bekerja secara langsung pada
membran sitoplasma yang mempengaruhi permeabilitasdan menyebabkan
keluranya senyawa-senyawa intraseluler mikroorganisme atau bakteri.
Dalam hal iniantimikroba dapat: (1) berinteraksi dengan sterol pada
membran sitoplasma pada sel-sel jamur seperti amfoterisin B dan nistatin,
(2) merusak membran sitoplasma sel bakteri gram negatif, misalnya
polimiksin dan kolistin.
4. Penghambatan sintetis protein.
Antimikroba ini mempengaruhi fungsi ribosom pada
mikroorganisme yang menyebabkan sintesis protein dan lain-lain.
Dalam hal ini dapat: a. Berinteraksi dengan ribosom 30S, termasuk
kelompok ini adalah aminoglukosida, tetrasiklin dan lain-lain.
Aminoglikusida yang menyebabkan akumulasi sintesis awal yang
kompleks. Salah dalam menterjemahkan kode mRNA dan
menghasilkan polipetida yang abnormal. Tetrasiklin bekerja dengan
menghambat ikatan aminoasil t-RNA dengan ribosom mRNA
kompleks. b. Berinteraksi dengan ribosom 50S misalnya pada
kloramfenikol, linkomisin, klindamisin, eritromisin.
5. Penghambat asam nukleat
Dalam hal ini antimikroba mempengaruhi metabolisme asam
nukleat. Se-bagai contoh rifampisin, mengikat dan menghambat DNA-
dependentRNA polimerase, yang ada pada bakteri. Kuinolon
menghambat DNA girase dan Metronidazol yang menghambat sintesis
DNA.
BAB 2
PEMBAHASAN
B. Efektivitas Anti Mikroba
Kefektivan anti mikroba pada pengobatan infeksi dalam klinis tergantung pada
kemampuan obat untuk membatasi atau mengurangi mikroorganisme pada tempat
infeksi. Pada kebanyakan infeksi mekanisme pertahanan lokal dan sitemik memain-
kan peranan penting dalam menurunkan efek patogenitas suatu mikroorganisme.
Obat-obat yang bersifat bakteriostatik terutama menghambat replikasi dari mikro-
organisme, sedangkan obat-obat yang yang bersifat bakterosid menyebabkan ke-
matian suatu mikroorganisme. Derajat strain mikroorganisme secara in vitro dapat
dipengaruhi terutama oleh obat anti mikroba yang dipelajari di laboratorium untuk
mengetahui kadar hambatan minimum (KHM) atau MIC (minimal Inhibitory
Consentration) yaitu konsentrasi anti mikroba yang terendah yang masih dapat
menghambat pertumbuhan mikroorganisme.
Penggunaan anti mikroba yang tepat meliputi pertimbangan kepekaan obat
terhadap mikroorganisme patogen dan beberapa faktor lain , termasuk kemungkinan
efek yang merugikan toksisitas secara langsung, reaksi alergi, gangguan pada flora
normal mikroorganisme. Pada keadaan ternetu dibutuhkan pertimbangan-
pertimbangan dalam penggunaan kombinasi obat-obat anti mikroba dan pengguna-
annya untuk propilaktis. Pengobatan dengan anti mikroba secara empirik adalah terapi
yang dimulai sebelum mikroorganisme patogen tersebut yang spesifik diidentifikasi.
Halini didasarkan atas tanggapan bahwa pada infeksi diperlukan pengobatan yang
cepat. Sebelum terapi seperti ini dilakukan ada beberapa hal yang harus diperhatikan:
1. Membuat diagnosis klinik dari infeksi mikroorganisme
2. mendapatkan contoh atau sampel untuk pemeriksaan laboratorium
3. Membuat diagnosis mikrobiologi
4. Memutuskan apa perlu atau tidaknya pengobatan mendahului hasil tes
laboratorium.
5. Memilih secara optimal satu atau lebih dari satu macam obat.

C. ANTIBIOTIKA
Penemuan penisilin secara kebetulan oleh Sir Alexander Fleming pada tahun 1929
adalah merupakan faktor utama untuk dimulainya keaktifan riset yang menajubkan dan
berhasil tentang bahan-bahan yangbbersifat anti infeksi yang umum dikenal sebagai
antibiotika. Akan tetapi penemuan Fleming tersebut tidak mem-punyai arti dalam pengobatan
prkatis, sebelum Florey dan Chain serta kawan-kawan di Oxfort (1940) melakukan penerapan
antibiotika tersebut dalam terapi. Namun jauh sebelumnya manusia telah menggunakan
sejumlah bahan yang pada saat ini diduga efektif karean mengandung bahan yang besifat
sebagai antibiotika. Sejak tahun 500 sampai 600 SM, bangsa Cina telah menggunakan dadih
kedelai yang dicetak untuk mengobati borok, bisul dan infeksi-infeksi lainnya. Vuillemnin
pada tahun 1889 telah menggunakan istilah antibiosis (melawan hidup) untuk digunakan
dalam konsep biologis “ survival of the fittest” yaitu suatu organisme yang menghancurkan
yang lainnya untuk menlanjutkan hidupnya sendiri. Dari kata dasar inilah berkembang
menjadi kata antibiotika yang luas digunakan. Penggunaannya semikian luasnya, bukan saja
oleh masyarakat awam, tetapi juga digunakann oleh professi kesehatan dan ilmu pengetahuan
secara umum, sehingga istilah tersebut hampir tidak mungkin untuk didefinisikan secara
memuaskan. Waksman mengajukan definisi yang lebih luas digunakan, bahwa antibiotika
atau bahan antibiotik aadalah bahan yang dihasilkan oleh mikroorganisme, yang mem-punyai
kemampunan menghamabat atua mematikan mikroorganisme lain. Namun batasan tersebut
bahwa antibiotika merupakan produk yang dihasilkan oleh mikroorga-nisme tidak sesuai lagi
dengan penggunaan pada umumnya. Benedict dan Langlyke lebih tepat melukiskan
penggunaan istilah tersebut lebih luas, yaitu antibiotika suatu senyawa kimia diturunkan dari
atau diproduksi oleh organisme hidup, yang dalam konsentrasi kecil mempunyai kemampuan
untuk menghimbisi proses kehidupan mikroorganisme lain. Pada saat sekarang ini dengan
adanya keaktifan dari dalam bidang kimia sintetis, untuk memperoleh bahan yang bersifat
sebagai antibiotika, yang dibuat secara sintesa, maka menjadi perlu menambahkan kualifikasi
dari definisi tersebut untuk senyaw-senyawa yang diperoleh secara sintetik.

Program skrining yang luas direncanakan untuk menemukan bahan yang mungkin
efektif untuk pengobatan infeksi yang sampai saat ini telah resisten ter-hadap bahan
kemoterapeutika, maupun untuk memperoleh terapi yang aman dan lebih cepat terhadap
suatu infeksi. Pengembangan antibiotika yang berspektrum luas mulai pula dilakukan seperti
tetrasiklin, kloramfenikol, juga pengisolasian anti fungi seperti nistatin dan griseo fulvin.
Produksi antibiotika dalam jumlah besar semakin bertambah, yang dapat digunakan untuk
mengobati infeksi-infeksi yang telah mengalami kekebalan terhadap beberapa antibiotika
yang telah ada. Produksi antibiotika secara komersial untuk penggunaan medis, mengikuti
suatu pola umum, yang berbeda dalam detail untuk masing-masing antibiotika. Bagan umum
tersebut dapat dibagi atas 6 tahap yaitu:

1. Persiapan biakan murni organisme yang diinginkan.

2. Fermentasi untuk pembentukan antibiotika yang diinginkan

3. Isilasi antibiotika dari media kultur

4. Pemurnian

5. Penetapan potensi, uji sterilitas, uji pirogen

6. Formulasi ke dalam bentuk sediaan yang stabil dan dapat diterima.

Kemampuan suatu antibiotika, misalnya kloramfenikol, tetrasiklin untuk mengham-


bat pertumbuhan banyak mikroorganisme diberi nama sebagai antibiotika yang berspektrum
luas, sedangkan antibiotika lainnya yang hanya dapat menghambat pertumbuhan
mikroorganisme tertentu saja seperti penisilin, basitrasin, nistatin disebut berspektrum sempit.
BAB 3

PENUTUP

Antimikroba (AM) adalah bahan-bahan atau obat-obat yang digunakan untuk


memberantas infeksi oleh mikroorganisme pada manusia, termasuk golongan akan
dibicarakan yang berhubungan dengan farmasi antara lain antibiotika, antiseptika,
desinfekstansia, khemoteraputika dan preservatif. Kefektivan anti mikroba pada pengobatan
infeksi dalam klinis tergantung pada kemampuan obat untuk membatasi atau mengurangi
mikroorganisme pada tempat infeksi. Pada kebanyakan infeksi mekanisme pertahanan lokal
dan sitemik memain-kan peranan penting dalam menurunkan efek patogenitas suatu
mikroorganisme.

Penggunaan anti mikroba yang tepat meliputi pertimbangan kepekaan obat terhadap
mikroorganisme patogen dan beberapa faktor lain , termasuk kemungkinan efek yang
merugikan toksisitas secara langsung, reaksi alergi, gangguan pada flora normal
mikroorganisme. Kemampuan suatu antibiotika, misalnya kloramfenikol, tetrasiklin untuk
mengham-bat pertumbuhan banyak mikroorganisme diberi nama sebagai antibiotika yang
berspektrum luas, sedangkan antibiotika lainnya yang hanya dapat menghambat pertumbuhan
mikroorganisme tertentu saja seperti penisilin, basitrasin, nistatin disebut berspektrum sempit.

Anda mungkin juga menyukai