Anda di halaman 1dari 97

SKRIPSI

PENGARUH KETERLIBATAN ORANG TUA DENGAN KECEMASAN


ANAK PASCA OPERASI DI RUANG POST ANESTHESIA CARE
UNIT (PACU) RSUP DR. M. DJAMIL PADANG

Penelitian Keperawatan Medikal Bedah

OLEH

ISKA AYU PUTRI


BP. 1911319010

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERITAS ANDALAS
TAHUN 2020

49
SKRIPSI

PENGARUH KETERLIBATAN ORANG TUA DENGAN KECEMASAN


ANAK PASCA OPERASI DI RUANG POST ANESTHESIA CARE
UNIT (PACU) RSUP DR. M. DJAMIL PADANG

Penelitian Keperawatan Medikal Bedah

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)


Pada Fakultas Keperawatan
Universitas Andalas

Oleh :

ISKA AYU PUTRI


BP. 1911319010

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERITAS ANDALAS
TAHUN 2020

i
PERSETUJUAN SKRIPSI

SKRIPSI ini telah disetujui


Pada tanggal Januari 2021

Oleh :

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Esi Afriyanti, S.Kp.M.Kes Ns. Esthika Ariany M S,Kep, M.Kep


NIP: 197604162001122001 NIP : 198709272019032007

Mengetahui,
Ketua Prodi S1 Keperawatan
Fakultas Keperawatan
Universitas Andalas

Emil Huriani, S. Kp., MN


NIP. 19780817200112200

ii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI

PENGARUH KETERLIBATAN ORANG TUA DENGAN KECEMASAN


ANAK PASCA OPERASI DI RUANG POST ANESTHESIA CARE
UNIT (PACU) RSUP DR. M. DJAMIL PADANG

ISKA AYU PUTRI


BP. 1911319010

Skripsi ini telah diuji dan dinilai oleh panitia penguji pada Fakultas
Keperawatan Universitas Andalas pada tanggal Januari 2021

Panitia Penguji

1. Esi Afriyanti, S.Kp.M.Kes (............................)

2. Ns. Esthika Ariany M S,Kep, M.Kep (............................)

3. Hema Malini,S.Kp,MN, PhD (............................)

4. Ns. Dorisnita, M.Kep (............................)

5. Ns. Zifriyanthi Minanda Putri, M.Kep (............................)

iii
UCAPAN TERIMAKASIH

Segala puji dan syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan Rahmat dan Karunia kepada makhluk-Nya. Shalawat serta salam

dikirimkan kepada Baginda Nabi Muhammmad SAW sehingga peneliti dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Keterlibatan Orang Tua

Dengan Kecemasan Anak Pasca Operasi Di Ruang Post Anesthesia Care

Unit (Pacu) Rsup Dr. M. Djamil Padang. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan pada Fakultas Keperawatan

Universitas Andalas.

Terima kasih yang sebesar-besarnya peneliti ucapkan kepada pembimbing

Ibu Esi Afriyanti, S.Kp.M.Kes dan Ibu Ns. Esthika Ariany M S,Kep, M.Kep yang

telah penuh telaten dan penuh kesabaran dalam membimbing peneliti dalam

menyusun skripsi ini. Selain itu juga ucapan terima kasih kepada:

1. Ibu Hema Malini, S.Kp, MN, PhD selaku Dekan Fakultas Keperawatan

Universitas Andalas Padang.

2. Ibu Emil Huriani, S. Kp., MN selaku Ketua Program Studi S1 Keperawatan

Fakultas Keperawatan Universitas Andalas.

3. Ibu Ns. Leni Merdawati, S.Kep, M.Kep selaku dosen pembimbing akademik.

4. Direktur RSUP DR. M. DJAMIL Padang beserta pihak terkait yang telah

memberi izin dan kesempatan untuk melakukan penelitian di ruang Post

Anasthesia Care Unit ( PACU).

iv
5. Seluruh Dosen Fakultas Keperawatan Universitas Andalas yang telah

memberikan berbagai ilmu pengetahuan kepada peneliti selama perkuliahan.

6. Orang tua dan keluarga yang selama ini selalu memberikan dukungan

maksimal dan do’a tulus kepada peneliti dalam seluruh tahapan proses

penyusunan proposal ini.

Peneliti menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam

skripsi ini. Oleh karena itu, peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran dari

berbagai pihak demi lebih baiknya skripsi ini.

Padang, Januari 2021

Peneliti

v
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
JANUARI 2021

Nama : Iska Ayu Putri


No. BP : 1911319010

Pengaruh Keterlibatan Orang Tua dengan Kecemasan Anak Pasca Operasi


di ruang Post Anasthesia Care Unit (PACU) RSUP Dr. M. Djamil
Padang

ABSTRAK

Anak-anak yang menjalani operasi rawat inap menghabiskan sebagian besar


waktunya di rumah sakit adalah di ruangan PACU. Anak-anak seringkali
merasakan takut atau cemas saat mereka berada dalam perawatan medis Respon
emosional ini dapat menunda perawatan medis yang penting, membutuhkan lebih
banyak waktu untuk menyelesaikannya, dan dapat mengurangi kepuasan pasien.
Oleh sebab itu kondisi ini harus segera di atasi.. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh keterlibatan orang tua terhadap kecemasan anak pasca
operasi di post anesthesia care unit (PACU) RSUP Dr. M.Djamil Padang tahun
2020. Penelitian ini dilakukan dilakukan di post anesthesia care unit (PACU)
RSUP Dr. M.Djamil Padang dari Agustus 2020 – Januari 2021. Penelitian ini
merupakan Quasi experiment dengan pre and post-test without control group
desain yang dilakukan pada 15 responden. Tingkat kecemasan anak dinilai
menggunakan facial image scale (FIS), Hasil uji statistic menggunakan paired t
test didapatkan p value yaitu 0,000 artinya terdapat pengaruh keterlibatan orang
tua terhadap kecemasan anak pasca operasi di post anesthesia care unit (PACU)
RSUP Dr. M.Djamil Padang, dengan perbedaan rata-rata tinjgkat kecemasan yaitu
2,467. Diharapkan dengan mengetahui pengaruh keterlibatan orang tua pelayanan
kesehatan khususnya keperawatan dapat menjadikannya sebagai salah satu
intervensi dalam penurunan kecemasan anak pasca operasi.
Kata kunci : Anak, Kecemasan, Keterlibatan Orang Tua, Pasca Operasi
Daftar Pustaka : 41 (2010 -2020)

FACULTY OF NURSING
ANDALAS UNIVERSITY
JANUARY 2020

Name : Iska Ayu Putri


No. BP : 1911319010

vi
The Influence of Parents' Involvement with Postoperative Anxiety of Children
in the Post Anasthesia Care Unit (PACU) Dr. M. Djamil Hospital Padang

ABSTRACT

Children undergoing inpatient surgery spent the majority of their time (54% of
the total visit time) in the hospital in the PACU room. Children often feel fear or
anxiety when they are in medical care This emotional response can delay
important medical care, take more time to complete, and can reduce patient
satisfaction. Therefore this condition must be overcome immediately.This study
aims to determine the effect of parental involvement on children's postoperative
anxiety in the post anesthesia care unit (PACU) Dr. M. Djamil Padang in 2020.
This research was conducted at the post anesthesia care unit (PACU) Dr. M.
Djamil Padang from August 2020 - January 2021. This research is a Quasi
experiment with pre and post-test without control group design which was
conducted on 15 respondents. The level of children's anxiety was assessed using
the facial image scale (FIS). The results of statistical tests using the paired t test
obtained a p value of 0.000, which means that there is an effect of parental
involvement on postoperative anxiety in the post-surgery care unit (PACU) RSUP
Dr. M. Djamil Padang, with the difference in the average level of anxiety, namely
2.467. It is hoped that by knowing the effect of the involvement of parents in
health services, especially in nursing, it can make it an intervention in reducing
postoperative anxiety in children.

Keywords : Anxiety, Children, Parental Involvement, Post Operation


Bibliography : 41 (2010-2020)

vii
DAFTAR ISI

Halaman Sampul Dalam......................................................................................i


Halaman Prasyarat Gelar...................................................................................ii
Persetujuan Skripsi............................................................................................iii
Penetapan Panitia Penguji.................................................................................iv
Ucapan Terimakasih............................................................................................v
Abstrak................................................................................................................vi
Abstract...............................................................................................................vii
Daftar Isi............................................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. LATAR BELAKANG.................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.............................................................................8
C. TUJUAN......................................................................................................8
1. Tujuan Umum.........................................................................................8
2. Tujuan Khusus........................................................................................8
D. MANFAAT..................................................................................................9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................10
A. Anak...........................................................................................................10
a. Pengertian Anak....................................................................................10
b. Hak- Hak Anak.....................................................................................11
B. Kecemasan.................................................................................................13
1. Pengertian Kecemasan..........................................................................13
2. Tingkat Kecemasan...............................................................................14
3. Faktor- Faktor yang Mempengaruhu Kecemasan.................................15
C. Keterlibatan Orang Tua..............................................................................16
1. Pengertian Keterlibatan Orang Tua.......................................................16
2. Konsep yang Mendasari Asuhan Keperawatan dengan Melibatkan
Orang tua..............................................................................................16
3. Elemen Pokok Asuhan yang Berpusat Pada Keluarga..........................17
4. Macam- Macam Keterlibatan Orang Tua..............................................18

viii
5. Keterlibatan Orang Tua dalam Perawatan Anak di PACU...................20
C. Anastesi......................................................................................................23
1. Definisi Anastesi...................................................................................23
2. Tahap Anastesi......................................................................................23
3. Jenis- jenis Anastesi..............................................................................25
4. Risiko Efek Samping dan Komplikasi Anastesi..................................29
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL................................................................31
A. Kerangka Teori..........................................................................................31
B. Kerangka Konsep.......................................................................................33
C. Hipotesis.....................................................................................................34
BAB IV METODE PENELITIAN........................................................................35
A. Jenis Penelitian..........................................................................................35
B. Populasi Dan Sampel.................................................................................36
C. Waktu dan Tempat Penelitian....................................................................38
D. Definisi Operasional..................................................................................38
E. Instrumen Penelitian...................................................................................39
F. Etika Penelitian...........................................................................................40
G. Metode Pengumpulan Data........................................................................42
H. Teknik Pengolahan Data............................................................................43
I. Analisis Data...............................................................................................44
BAB V HASIL PENELITIAN............................................................................47
A. Gambaran Umum Penelitian....................................................................47
B. Gambaran Karakteristik Responden........................................................48
C. Analisa Univariat.....................................................................................49
1. Tingkat Kecemasan Anak....................................................................49
D. Analisa Biavariat......................................................................................50
1. Uji Normalitas......................................................................................50
2. Pengaruh Keterlibatan Orang Tua dengan Kecemasan Anak Pasca
Operasi di Ruang PACU.....................................................................51
BAB VI PEMBAHASAN...................................................................................52

ix
A. Tingkat Kecemasan Anak Sebelum dan Sesudah Dilakukan Intervensi
Keterlibatan Orang Tua di Ruang Post Anasthesia Care Unit (PACU)
RSUP Dr. M. Djamil PAdang Tahun 2020..............................................52
B. Pengaruh Keterlibatan Orang Tua dengan Kecemasan Anak Pasca Operasi
..................................................................................................................54
BAB VII PENUTUP............................................................................................58
A. Kesimpulan .............................................................................................58
B. Saran ........................................................................................................58
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................60

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Master Tabel


Lampiran 2. Lampiran Hasil Uji Statistik
Lampiran 3. Kuesioner Tingkat Kecemasan Akibat Hospitalisasi
Lampiran 4. Protokol Intervensi Keterlibatan Orang Tua (Keluarga)
Lampiran 5. Jadwal Kegiatan Peneletian
Lampiran 6. Anggaran Biaya Penelitian
Lampiran 7. Surat Izin Penelitian
Lampiran 8. Surat Telah Melakukan Penelitian
Lampiran 9. Kartu Bimbingan Skripsi
Lampiran 10. Lembar Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 11. Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 12. Dokumentasi Penelitian
Lampiran 13. Curiculum Vitae

xi
DAFTAR BAGAN
Bagan 3.1 Kerangka Teori
Bagan 3.2 Kerangka Konsep

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Desain Penelitian


Tabel 4.2 Variabel dan Definisi Operasional
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Anak Pasca Operasi di Ruang Post
Anasthesia Care Unit (PACU) RSUP Dr. M.Djamil Padang Tahun
2021 (n=15)

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Umur Anak Pasca Operasi di Ruang Post
Anasthesia Care Unit (PACU) RSUP Dr. M.Djamil Padang Tahun
2021 (n=15)

Tabel 5.3 Tingkat Kecemasan Anak Sebelum dan Sesudah Dilakukan Intervensi
Keterlibatan Orang Tua di Ruang Post Anasthesia Care Unit (PACU)
RSUP Dr. M.Djamil Padang Tahun 2021 (n=15)

Tabel 5.4 Hasil Uji Normalitas dari Tingkat Kecemasan Anak Sebelum dan
Sesudah Dilakukan Intervensi Keterlibatan Orang Tua di Ruang Post
Anasthesia Care Unit (PACU) RSUP Dr. M.Djamil Padang Tahun
2021 (n=15)

Tabel 5.5 Pengaruh Keterlibatan Orang Tua dengan Kecemasan Anak Pasca
Operasi di Ruang Post Anasthesia Care Unit (PACU) RSUP Dr.
M.Djamil Padang Tahun 2021 (n=15)

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Post Anasthesia Care Unit (PACU) merupakan ruangan tempat

pengawasan dan pengelolaan secara ketat pada pasien yang baru saja menjalani

operasi sampai dengan keadaan umum pasien stabil. Periode postanesthesia

memberikan pemantauan transisi dari periode intraoperatif atau prosedur untuk

menilai dan mengelola hemodinamik pasien, analgesik dan kesiapan umum untuk

pemulihan yang cepat dan optimal. (Sine, 2008; Lerwick, 2016).

Anak-anak yang menjalani operasi rawat inap menghabiskan sebagian

besar waktunya (54% dari total waktu kunjungan) di rumah sakit adalah di

ruangan PACU (Cullen et al., 2009). Sementara itu di ruangan PACU RSUP Dr

M. Djamil Padang pada tahun 2019 ditemukan 1469 pasien anak yang menjalani

operasi dan dirawat di PACU dan dari jumlah tersebut pasien yang paling banyak

dan paling susah mengendalikan ketakutan adalah anak usia pra sekolah yaitu 3

sampai 5 tahun. Usia 3-5 tahun merupakan masa seorang anak memandang

keluarga masih merupakan fokus dalam hidupnya, imaturitas kognitif

mengakibatkan pandangan yang tidak logis terhadap dunia sekitar, perilaku masih

egosentris namun pengertian terhadap pandangan orang lain mulai tumbuh.

(Soetjiningsih & Ranuh, 2012)

Anak-anak seringkali merasakan takut atau cemas saat mereka berada

dalam perawatan medis (Lerwick, 2016). Karena tingkat perkembangan mereka

1
2

dan perkembangan kognitif yang terbatas, anak-anak menggunakan perilaku,

bukan kata-kata, untuk mengkomunikasikan emosi yang mereka rasakan. Hal ini

menghalangi tenaga medis melaksanakan perjanjian medis dan karena itu

mengakibatkan lamanya waktu perawatan (Rodriguez et al, 2012)

Post Anesthesia Care Unit (PACU) mencakup masa transisi dari ruang

operasi ke bangsal, dan kebanyakan pasien menghabiskan beberapa jam pertama

setelah operasi dan periode langsung pasca operasi mereka di PACU. Ada

beberapa penelitian yang tentang berapa lama pulih sadar pasien di PACU.

Penelitian di Nigeria menerangkan bahwa 270 anak yang dijadikan subjek

penelitian hanya 65 pasien yang mengalami komplikasi pasca-anestesia dengan

tiga pasien mengalami keterlambatan pulih sadar. Setelah itu, tidak ada penelitian

lain yang mempublikasikan tentang komplikasi keterlambatan pulih sadar pasca-

anestesia pada pasien pediatric (Dinata et al, 2015).

Keterlambatan pulih sadar terjadi ketika pasien gagal mendapatkan

kembali kesadaran dalam waktu 30–60 menit setelah anestesia, merupakan efek

residual dari obat anestesia, sedatif, serta analgesik. Keterlambatan pulih sadar

dapat terjadi sebagai akibat overdosis obat absolut atau relatif atau potensiasi obat

anestesia dengan obat lainnya. Kemungkinan penyebab lain adalah hipotermia,

gangguan metabolik berat, atau stroke perioperasi. Keterlambatan pulih sadar

yang disebabkan proses organik dikhawatirkan menimbulkan gejala sisa (sekuele)

yang harus dikelola dengan tepat. Penatalaksanaan komplikasi ini adalah dengan

mengamankan jalan napas dan juga sirkulasi serta mencari kemungkinan

penyebab (Dinata et al, 2015).


3

Menurut Mecca sekitar 90% pasien akan kembali sadar penuh dalam

waktu 15 menit. Tidak sadar yang berlangsung di atas 15 menit dianggap

prolonged, bahkan pasien yang sangat rentan harus merespons stimulus dalam 30

hingga 45 menit setelah anestesia. Sisa efek sedasi dari anestesia inhalasi dapat

mengakibatkan keterlambatan pulih sadar, terutama setelah prosedur operasi yang

lama, pasien obesitas, atau ketika diberikan anestesi konsentrasi tinggi yang

berlanjut sampai akhir operasi (Barash et al, 2013)

Pasien pediatrik bukanlah pasien dewasa yang berukuran kecil.

Penatalaksanaan anestesia yang aman bergantung pada penilaian karakteristik

fisiologis, anatomis, serta farmakologis dari kelompok masing-masing. Biasanya

dosis didasarkan pada berat badan, hal ini karena berkorelasi erat dengan

kompartemen cairan tubuh (Butterworth et al, 2013). Sebagian besar penelitian

yang diterbitkan selama dekade terakhir ini telah melaporkan tingkat morbiditas

serta mortalitas pediatric terkait anestesia kurang dari satu per 10.000 anastesia

(Dinata et al, 2015)

Manajemen penurunan keadaan morbiditas di PACU merupakan bagian

penting dari pencegahan nyeri pasca bedah yang persisten. Empat puluh satu

persen (41%) pasien di PACU dilaporkan merasakan nyeri sedang atau berat,

sementara itu sebagian besar pasien di PACU ditandai dengan sejumlah gangguan

fisiologis yang disebabkan oleh anestesi dan pembedahan, yang mempengaruhi

banyak organ dan system, yang akan memperburuk hasil (Wu and Raja, 2011).

Di RSUP Dr. M. Djamil Padang, penanganan nyeri sudah dilakukan untuk

intra operasi anak yaitu dengan cara mengkombinasikan anestesinya dengan


4

anestesi epidural caudal, sehingga rasa nyeri yang dialami anak sudah dapat

diminimalisir. Selain rasa nyeri, 40% hingga 60% anak-anak yang menjalani

prosedur pembedahan menderita tingkat kecemasan dan stres yang tinggi. Induksi

anestesi bisa sangat membebani anak-anak dan mungkin memiliki efek merusak

pada kesehatan fisiologis dan mental anak. Untuk itu perlu upaya yang dilakukan

agar kecemasan dalam anestesi pediatric ini dapat diminimalisir (Blake S, 2019;

Chorney et al, 2012)).

Penelitian menunjukkan ada korelasi yang jelas antara perawatan

kesehatan, rawat inap dan mengatasi kecemasan pada anak-anak (Lerwick , 2011;

Lerwick, 2013;). Perkembangan kognitif anak-anak melarang kapasitas mereka

untuk menentukan parameter suatu peristiwa, khusus untuk durasi atau intensitas.

Oleh karena itu, respons trauma pada anak dapat dipicu oleh perasaan bahwa

mereka mengalami perawatan medis yang lebih sering atau lebih parah daripada

yang sebenarnya terjadi (McMurtry et al, 2011).

Trauma menyebabkan peningkatan kadar katekolamin (epinefrin dan

norepinefrin), yang mengakibatkan peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis. Ini

juga mengurangi kortikosteroid, dan serotonin, yang mengakibatkan

ketidakmampuan untuk memoderasi respon melawan atau lari katekolamin

(Lerwick, 2016). Pada anak-anak, respons fisiologis ini biasanya menghasilkan

pola disosiatif seperti respons membeku atau menyerah. Anak-anak mungkin

menyerah dalam ketidakberdayaan, bersembunyi dari pengalaman menakutkan,

melekat pada sosok atau objek keterikatan, tidak mampu mengkomunikasikan


5

kebutuhan mereka dengan jelas, atau diatasi dengan emosi yang melumpuhkan

(Lerwick, 2016).

Anak-anak seringkali mengalami trauma psikologis yang ditunjukkan

oleh kecemasan, agresi, kemarahan, dan ekspresi emosi yang serupa, karena

mereka kurang dapat mengontrol lingkungannya. Rasa tidak berdaya ini,

ditambah dengan rasa takut dan sakit dapat menyebabkan anak-anak merasa tidak

berdaya dalam pengaturan perawatan kesehatan. Respon emosional ini dapat

menunda perawatan medis yang penting, membutuhkan lebih banyak waktu untuk

menyelesaikannya, dan dapat mengurangi kepuasan pasien. Proses

profesionalisme perawatan kesehatan diberikan juga untuk mencegah trauma dan

mengurangi kecemasan yang disebabkan perawatan kesehatan (Lerwick, 2016).

Perilaku orang dewasa adalah komponen non-farmakologis yang sangat

penting dalam pengobatan nyeri pasca operasi anak-anak di PACU. Perilaku

verbal dan nonverbal perawat dan orang tua di PACU mempengaruhi nyeri pasca

operasi pada anak-anak ini. Misalnya, gangguan verbal (mis., Humor, berbicara

tentang hewan peliharaan) dan gangguan nonverbal (misalnya, bermain game,

menonton TV) yang digunakan oleh orang dewasa cenderung mengurangi nyeri

anak dengan mengalihkan perhatian anak dari rasa sakit mereka (Jenkins et al,

2019).

Perawatan yang dengan melibatkan keluarga khususnya orangtua adalah

pendekatan perencanaan dan pemberian perawatan kesehatan yang didasarkan

pada kemitraan antara pasien, keluarga, penyedia layanan kesehatan, dan rumah

sakit. Perawatan yang berpusat pada keluarga mendorong pendekatan tim yang
6

kolaboratif yang menghargai kekuatan, budaya, tradisi, dan keahlian individu dan

keluarga (American Academy of Pediatrics Committee on Pediatric Emergency

Medicine, 2006).

Keluarga merupakan bagian integral dari tim perawatan dan harus

dilibatkan dalam perawatan. Upaya harus dilakukan untuk membangun kolaborasi

dengan berkomunikasi secara terbuka, mengembangkan visi bersama untuk

perawatan dan penyembuhan anak (Chorney et al, 2010). Memberikan perawatan

dengan cara melibatkan orang tua akan meningkatkan hasil dengan mendorong

komunikasi di antara semua pemangku kepentingan, meningkatkan koordinasi

dan mempromosikan integrasi perawatan medis. Meskipun perhatian pada

perawatan yang berpusat pada keluarga dalam spesialisasi seperti pediatri, masih

jarang dilakukan (Committee on Hospital Care, 2003).

Perawatan yang berpusat pada keluarga telah menarik perhatian selama

beberapa tahun terakhir dan telah dipromosikan oleh organisasi seperti Institute of

Medicine dan National Institutes of Health. Dalam konteks perawatan perioperatif

pediatrik, semakin banyak penelitian yang meneliti peran orang tua di Unit

Perawatan Pasca Anestesi (PACU) (Chorney et al, 2013). Laporan efek kehadiran

orang tua di PACU pada kecemasan dan nyeri pada anak-anak beragam, dan

sementara beberapa penelitian melaporkan penurunan menangis dan lebih sedikit

perubahan perilaku pasca operasi pada anak-anak yang orang tuanya hadir di

PACU, sementara ada juga penelitian lain tidak menemukan perubahan tersebut

(Fina et al, 1997; Fiorentini, 1993 ). Lardner et al (2010)

menyimpulkankehadiran orang tua di PACU menurunkan perubahan perilaku


7

negatif pada 2 minggu pasca operasi tetapi tidak ada perbedaan dalam keadaan

menangis di PACU. Chorney et al (2013) menyimpulkan bahwa orang dewasa

dapat memengaruhi kesusahan dan penanganan anak-anak di unit perawatan pasca

anestesi. Empati, gangguan, dan pembicaraan yang meyakinkan dapat membantu

dalam menjaga anak agar tidak menjadi tertekan dan pembicaraan nonprocedural

serta gangguan dapat memberi isyarat kepada anak-anak untuk mengatasinya.

Sementara itu di Ruangan PACU Dr. M. Djamil Padang Perawatan yang

dilakukan belum ada melibatkan orang tua. Orang tua hanya di berada di luar

ruangan, sementara kondisi anak di ruangan tersebutpun beragam, ada yang

menangis, tertekan serta tidak mau diajak bicara. Dari observasi peneliti terhadap

20 orang anak berusia 3-5 tahun 15 orang anak (75%) menunjukkan reaksi agresif

dengan marah dan berontak, ekspresi verbal menangis dengan mengeluarkan kata-

kata marah, tidak mau bekerjasama dengan perawat dan ketergantungan dengan

orangtua. Observasi ini peneliti lakukan selama saat menjalani dinas selama bulan

Januari- Februari 2020 diruang PACU RSUP Dr M DJAMIL Padang.

Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan pada tanggal 15-19 Juli

2020 di ruang PACU RSUP Dr M DJAMIL Padang dengan metode observasi

langsung terhadap 10 anak, dimana 7 anak ketika sadar langsung menangis dan

berteriak. Peneliti mencoba menggali apa yang dirasakan anak , anak gelisah dan

meronta memanggil ibunya. Ketika anak ditanya apakah merasakan sakit , 2 anak

hanya diam, 3 anak mengatakan tidak sakit dan 5 lainnya tetap menangis dan

berteriak. Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “Pengaruh Keterlibatan Orang Tua dengan Kecemasan Pasca Opresi
8

pada Anak-anak di Ruangan Post Anasthesia Care Unit (PACU) RSUP Dr. M.

Djamil Padang”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah

sebagai berikut, “Apakah Terdapat Pengaruh Keterlibatan Orang Tua dengan

Kecemasan Anak Pasca Operasi di ruang Post Anasthesia Care Unit (PACU)

RSUP Dr. M. Djamil Padang ?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui Pengaruh Keterlibatan Orang Tua dengan Kecemasan Anak

Pasca Operasi di ruang Post Anasthesia Care Unit (PACU) RSUP Dr. M. Djamil

Padang

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui kecemasan anak sebelum dan sesudah diberikan intervensi

keterlibatan orang tua di ruang Post Anasthesia Care Unit (PACU) RSUP

Dr. M. Djamil Padang

b. Mengetahui pengaruh keterlibatan orang tua terhadap kecemasan anak di

ruang Post Anasthesia Care Unit (PACU) RSUP Dr. M. Djamil Padang.
9

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Dapat menjadi pengalaman dan pengetahuan tentang proses penelitian

khususnya tentang pengaruh keterlibatan orang tua terhadap kecemasan anak di

ruang Post Anasthesia Care Unit (PACU) RSUP Dr. M. Djamil Padang.

2. Bagi Rumah Sakit dan Profesi Keperawatan

Dapat mengetahui manfaat keterlibatan orang tua dalam menurunkan

kecemasan anak pasca operasi di ruang Post Anasthesia Care Unit (PACU) RSUP

Dr. M. Djamil Padang.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi sumber informasi dan referensi

dalam melakukan penelitian yang berhubungan dengan pengaruh keterlibatan

orangtua dengan kecemasan anak pasca operasi di ruang post anestesi care unit

(PACU).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anak

1. Pengertian anak

Secara umum yang dimaksud dengan anak adalah keturunan atau

generasi sebagai suatu hasil dari hubungan kelamin atau persetubuhan (sexual

intercoss) antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan baik dalam

ikatan perkawinan maupun diluar perkawinan. Kemudian di dalam hukum

adat sebagaimana yang dinyatakan oleh Soerojo Wignjodipoero yang dikutip

oleh Tholib Setiadi, dinyatakan bahwa Anak merupakan generasi penerus

tempat ditumpahkannya harapan orang tuanya dan tempat pelindung

orangtuanya (Tholib Setiady, 2010)

Anak adalah seorang yang dilahirkan dari perkawinan antar seseorang

perempuan dengan seorang laki-laki, tanpa menyangkut bahwa seseorang

yang dilahirkan oleh wanita, meskipun dilahirkan melalui pernikaan atau

tidak, tetap dikatakan seorang anak (Arliman, 2015)

Anak adalah kunci masa depan dari sebuah peradapan. Tanpa adanya

anak-anak, sama saja peradapan tersebut terancam akan hilang di kemudian

hari. Tentu karena tidak ada yang merawat peradapan tersebut. Tidak ada lagi

yang dapat meneruskan jalannya peradapan, ketika mereka yang tela menua

kehilangan kemampuan untuk melanjutkan langkah, dan disinilah terlihat

10
11

pentingnya peran dan keberadaan anak-anak, merekalah yang akan

menggantikan peran orangtua pada saat mereka dewasa nanti (Tyas, 2020).

2. Hak-hak anak

Hak-hak dasar anak adalah sebagai berikut : (Tyas, 2019)

a. Hak hidup

Semua makhluk hidup di dunia memiliki hak hidup dan tidak terkecuali

anak-anak

b. Hak pangan

Semua makhluk hidup termasuk anak-anak membutuhkan makanan untuk

dapat beraktivitas dengan baik. Tanpa makanan yang baik dalam hal

kualitas dan jumlah, aktivitas yang dapat dilakukan oleh anak tentu

berkurang. Bahkan sejak dalam kandunganpun anak berhak untuk

mendapatkan makanan bergizi, terlebih setelah lahir.

c. Hak sandang

Sandang atau pakaian yang layak bukan berarti harus baju bermerek,

mahal dan mewah. Baju itu kesempitan, semahal apapun akan membuat si

pemakai tidak leluasa bergerak. Hal yang perlu diutamakan adalah

kerapian dan kebersihan. Selain itu juga sopan dan pantas. Terkadang

orangtua terlalu mengatur baju yang harus dikenakan anak.

d. Hak tempat tinggal

Tempat tinggal yang dimaksud adalah tempat tinggal yang layak, tidak

perlu mewah atau besar, namun yang utama tempat tinggal ini layak
12

sebagai tempat yang dapat melindungi anak dari berbagai suasa, tempat

istirahat, berkumpul dengan keluarga serta tidak mengganggu aktivitas.

Selain hak-hak dasar di atas hak-hak anak lainnya adalah sebagai berikut:

(Zein, 2016)

a. Hak memperoleh perlindungan dari bentuk diskriminasi dan hukuman

b. Memperoleh perlindungan dan perawatan, seperti kesejahteraan,

keselamatan dan kesehatan

c. Tugas Negara menghormati tanggung jawab, hak dan kewajiban orang tua

serta keluarga

d. Negara mengakui hak hidup anak, serta kewajiban Negara menjamin

perkembangan dan kelangsungan hidup anak

e. Hak memperoleh kebangsaan, nama dan hubungan keluarga

f. Hak untuk tinggal bersama orang tua

g. Kebebasan menyatakan pendapat

h. Kebebasan berfikir, berkeyakinan dan beragama

i. Kebebasan untuk berhimpun, berkumpul dan berserikat

j. Memperoleh informasi dan aneka ragam sumber yang diperlukan

k. Memperoleh perlindungan akibat kekerasan fisik, mental, penyalahgunaan,

penelantaran atau perlakuan salah (eksploitasi) serta penyalahgunaan

seksual

l. Memperoleh perlindungan ukum teradap gangguan

m. Perlindungan anak yang tidak mempunyai orangtua menjadi kewajiban

Negara
13

n. Memperoleh pelayanan kesehatan

o. Hak-hak atas pendidikan

Alasan pentingnya anak memperoleh haknya: (Tyas, 2019)

a. Anak-anak adalah kunci masa depan dari sebuah peradapan. Tanpa adanya

anak-anak, sama saja peradapan tersebut terancam akan hilang di

kemudian hari. Tentu karena tidak ada yang merawat peradapan tersebut.

b. Anak-anak yang terpenuhi dengan seimbang antara hak dan kewajibannya

akan terdidik menjadi seseorang yang berbudi baik dan berdisiplin di

kemudian hari. Tentunya hal ini akan menguntungkan bagi orang-orang di

sekelilingnya.

c. Hal yang paling utama, anak-anak juga manusia. Artinya mereka juga

memiliki hak dan kewajiban sendiri. Tentu hal ini disesuaikan dengan

umur mereka.

Dari tiga alasan tersebut, dapat disimpulkan begitu pentingnya hak dan

kewajiban bagi seorang anak. Anak yang terpenuhi hak dan kewajibannya akan

terdidik menjadi seseorang yang berbudi baik dan berdisiplin di kemudian hari,

dan tentunya hal ini akan menguntungkan bagi orang-orang disekelilingnya.

B. Kecemasan

1. Pengertian kecemasan

Kecemasan adalah keadaan psikologis dan fisiologis dengan karakteristik

kognitif, somatik, emosional, dan komponen perilaku. Bentuk gangguan

kecemasan tersebut memiliki gejala seperti peningkatan tekanan darah,

peningkatan denyut jantung tinggi, berkeringat, kelelahan, perasaan tidak enak,


14

ketegangan, mudah tersinggung, dan gelisah (Lee et al. 2011). Kecemasan

didefinisikan sebagai keadaan tidak nyaman atau ketakutan sebagai akibat dari

antisipasi kejadian atau situasi yang nyata dirasakan (Labrague & Mcenroe-petitte

2016).

2. Tingkat kecemasan

Tingkat kecemasan terdiri dari :

a. Kecemasan ringan

Kecemasan ringan, yaitu kecemasan yang berhubungan dengan

ketegangan dalam kehidupan sehari–hari dan menyebabkan seseorang

menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Kecemasan dapat

memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan perkembangan.

b. Kecemasan sedang

Kecemasan sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal

yang penting dan mengesampingkan yang lain. Orang tersebut mengalami

perhatian selektif, namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah.

c. Kecemasan berat

Kecemasan berat ini sangat mengurangi lahan persepsi seseorang.

Seseorang cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan

spesifik serta tidak dapat berpikir tentang hal lain. Semua perilaku

ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan

banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area lain.

d. Panik
15

Panik yaitu kecemasan yang berhubungan terperangah, ketakutan dan

teror. Kehilangan kendali dapat menyebabkan orang tersebut yang

mengalami panik sehingga tidak mampu melakukan sesuatu walaupun

dengan pengarahan. Panik melibatkan disorganisasi kepribadian.

Seseorang dengan panik, terjadi peningkatan aktivitas motorik, penurunan

kamampuan berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang

dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat kecemasan ini tidak

sejalan dengan kehidupan dan jika berlangsung terus dalam waktu yang

lama dapat terjadi kelelahan yang sangat bahkan kematian (Stuart 2007).

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kecemasan

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan menurut (Varcarolis et al.

2010) antara lain:

a. Potensial stresor. Stresor psikososial menyebabkan perubahan dalam

kehidupan sehingga seseorang terpaksa beradaptasi.

b. Tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan seseorang

mudah mengalami stres.

c. Tipe kepribadian. Misalnya tipe kepribadian Sanguinis cenderung ingin

populer, ingin disenangi orang lain, suka berbicara, dan emosinya tidak stabil.

Orang sanguinis juga agak pelupa, sulit berkonsentrasi, cenderung berpikir

pendek, dan hidupnya serba tidak teratur. Sedangkan tipe kepribadian

melankolis sebaliknya yaitu cenderung melihat masalah dari sisi negatif,

murung, mudah tertekan, mempunyai sifat pendendam, mudah merasa

bersalah, lebih menekankan pada cara dari pada tercapainya tujuan, terlalu
16

kritis menganalisa dan merencanakan, standar tinggi, sulit bersosialisasi,

sensitif terhadap kritik yang menentang dirinya, dan sulit mengungkapkan

perasaan.

d. Usia. Seseorang yang lebih muda lebih mudah terkena stres. Namun dari

penelitian (Tang & Tse 2014), lansia juga cenderung mengalami peningkatan

kecemasan, depresi dan stres disebabkan sakit atau memiliki penyakit kronik.

e. Jenis kelamin. Tingkat kecemasan wanita baik sebelum maupun sesudah

kateterisasi jantung lebih tinggi jika dibandingkan laki-laki (Moradi &

Hajbaghery 2015).

C. Keterlibatan Orang Tua

1. Pengertian keterlibatan orang tua

Keterlibatan orang tua adalah bentuk partisipasi orang tua dalam kegiatan

anak (Irawan et al, 2020), termasuk dalam asuhan keperawatan. Dalam

kegiatan perawatan pada dasarnya setiap asuhan anak yang diwarat di rumah

sakit memelukan Keterlibatan orang tua. Waktu kunjungan untuk anaknya

harus terbuka 24 jam, tersedia aktivitas bermain dan layanan pendidikan

kesehatan pada orangtua yang terprogram secara regular. Anak membutukan

orangtua selama proses hospitalisasi (Supartini, 2004).

2. Konsep yang mendasari asuan keperwatan dengan melibatkan orangtua

Ada 2 konsep yang mendasari asuan yang melibatkan orangtua atau berpusat

pada keluarga antara lain : (Supartini, 2004)


17

a. Fasilitas keterlibatan orangtua dalam perawatan dan peningkatan

kemampuan keluarga dalam merawat anaknya. Perawat juga mempunya peran

penting untuk memfasilitasi hubungan orang tua dan anknya selama di Rumah

sakit. Harus diupayakan jangan sampai terjadi perpisahan antara orangtua dan

anaknya di rumah sakit. Hal ini bertujuan agar dengan difasilitasinya

hubungan antara orangtua anaknya, orangtua diharapkan mempunyai

kesempatan untuk meneruskan peran dan tugasnya merawat anak selama di

rumah sakit. Perawat juga mempunyai peran penting untuk meningkatkan

kemampuan orangtua dalam merawat anaknya.

b. Orangtua dipandang sebagai sebjek yang punya potensi untuk

melaksanakan perawatan pada anaknya. Diharapkan selama perawatan

anaknya di rumasakit, terjadi proses belajar pada orang tua baik dalam hal

peningkatan pengetahuan maupun keterampilan yang berhubungan dengan

keadaan sakit anaknya. Dengan demikian pada saat anak diperbolehkan

pulang ke rumah, orangtua sudah mempunyai seperangkat ilmu pengetauan

dan keterampilan dalam hal perawatan anaknya,

3. Elemen pokok asuhan yang berpusat pada keluarga (Supartini, 2004)

a. Hubungan anak dan orangtua adalah unik, berbeda antara yang satu

dengan lainnya. Setiap anak mempunyai karakteristik yang berbeda dan

berespons teradap sakit dan perawatan di ruma sakit secara berbeda pula.

Demikian pula orangtua mempunyai latar belakang individu yang berbeda

dalam berespons terhadap kondidi anak dan perawatan di rumah sakit.


18

b. Orangtua dapat memberikan asuhan yang efektif selama ospitalisasi

anaknya. Telah terbukti dalam beberapa penelitian bahwa anak akan

merasa aman apabila berada di samping orangtuanya, terlebih lagi pada

saat menghadapi situasi menakutkan seperti dilakukan prosedur invasive.

Dengan demikian tujuan asuhan akan tercapai dengan baik apabila ada

kerja sama yang baik anatara perawat dan orangtua

c. Kerjasama dalam model asuhan adalah fleksibel dan menggunakan konsep

dasar asuhan keperawatan anak. Saat tertentu perawat dapat melakukan

asuhan keluarga dan keluarga dapat melakukan asuan keperawatan. Pada

kondisi tertentu ketika orangtua harus meninggalkan anak sesaat (misalnya

membeli obat, dan pergi ke kamar kecil), perawat harus siap

menggantikannnya. Sebaliknya orangtua harus belajar tindakan

keperawatan, seperti memberikan kompres, mengukur suhu, atau

mengobservasi gejala panas pada anak melalui proses pendidikan yang

diberikan oleh perawat.

d. Keberhasilan pendekatan ini bergantung pada kesepakatan tim keseatan

untuk mendukung kerjasama yang aktif dari orangtua. Kesepakatan untuk

menggunakan pendekatan family centered tidak cukup hanya dari perawat

tetapi juga dari seluruh petugas kesehatan yang lain.

4. Macam-Macam Keterlibatan Orang Tua

Menurut Hurlock (1990) ada beberapa sikap orang tua yang khas dalam

mengasuh anaknya, antara lain:


19

a. Melindungi secara berlebihan. Perlindungan orang tua yang berlebihan

mencakup pengasuhan dan pengendalian anak yang berlebihan.

b. Permisivitas terlihat pada orang tua yang membiarkan anak berbuat sesuka

hati dengan sedikit pengendalian.

c. Memanjakan  yang berlebih. Memanjakan membuat anak egois, menuntut

d. Penolakan  dapat dinyatakan dengan mengabaikan kesejahteraan anak   

atau dengan menuntut terlalu banyak dari anak dan anak bermusuhan.

e. Penerimaan  orang tua ditandai oleh perhatian besar dan kasih sayang pada

anak, orang tua yang menerima, memperhatikan perkembangan

kemampuan anak dan memperhitungkan minat anak.

f. Dominasi. Anak  yang didominasi oleh salah satu atau kedua orang tua

bersifat jujur, sopan dan berhati-hati tetapi cenderung malu, patuh dan

mudah dipengaruhi orang lain, mengalah dan sangat sensitif.

g. Tunduk pada anak, Orang tua yang tunduk pada anak nya membiarkan

anak  mendominasi mereka dan rumah mereka.

h. Favoritisme.

Meskipun mereka berkata bahwa mereka mencintai semua anak dengan

sama rata, kebanyakan orang tua mempunyai favorit. Hal ini membuat

mereka lebih menuruti dan mencintai anak favoritnya dari pada anak lain

dalam keluarga.

i. Ambisi orang tua

Hampir semua orang tua mempunyai ambisi bagi anak mereka seringkali

sangat tinggi sehingga tidak realistis. Ambisi ini sering dipengaruhi oleh
20

ambisi orang tua yang tidak tercapai dan hasrat orang tua supaya anak

mereka naik di tangga status sosial.

5. Keterlibatan orangtua dalam perawatan anak di PACU

Banyak penelitian memberikan bukti kebutuhan orang tua akan

dukungan selama rawat inap anak mereka (Connell dan Bradley, 2000). Para

orang tua merasa masuknya anak mereka ke rumah sakit merupakan

pengalaman yang menegangkan. Mereka harus mengatasi kecemasannya

sendiri tentang kondisi anak mereka dan sering stres dengan penampilan

anaknya, sekaligus diharapkan memberikan dukungan kepada anaknya yang

sakit. Orang tua mengalami perubahan dalam peran orang tua mereka karena

anak mereka diasuh oleh tenaga kesehatan di lingkungan yang asing (Simons,

2002).

Coyne (1995) menunjukkan bahwa tingkat keterlibatan orang tua

dalam pengasuhan anak mereka mungkin dipengaruhi oleh jumlah dukungan

perawat untuk orang tua. Dukungan perawat juga dapat mempengaruhi

perasaan orang tua terhadap pengasuhan anak mereka. Schaffer et al (2000)

meninjau survei kepuasan orang tua berdasarkan perspektif orang tua. Lima

tema utama diturunkan dari tanggapan orang tua:

a. Peduli

b. Komunikasi

c. Keamanan

d. Lingkungan fisik

e. Apresiasi
21

Orang tua ingin perawat memperlakukan mereka dengan hormat dan

menunjukkan dukungan serta kepekaan. Mereka juga menginginkan pengasuh

yang mendengarkan dan menjawab pertanyaan mereka, dengan demikian

menunjukkan pentingnya berbicara dengan orang tua dan menjaga jalur

komunikasi terbuka. Ada bukti yang menunjukkan bahwa hambatan utama

keterlibatan orang tua terkait dengan komunikasi perawat-orang tua. Kawik

(1996) mempelajari persepsi perawat dan orang tua tentang partisipasi dan

kemitraan. Ditemukan bahwa meskipun orang tua bersedia untuk terlibat

dalam perawatan anak mereka, mereka mengalami kesulitan sebagai akibat

dari informasi yang tidak memadai dan keengganan perawat untuk

melepaskan kendali atas asuhan keperawatan.

Dalam studi lain, Dearmun (1992) melaporkan bahwa baik orang tua

maupun perawat tidak memiliki pemahaman yang jelas tentang pendekatan

kemitraan. Coyne (1995) mempelajari pandangan orang tua tentang kemitraan

dalam perawatan anak mereka yang dirawat di rumah sakit. Ditemukan bahwa

orang tua bersedia dan sangat termotivasi untuk memberikan pengasuhan,

tetapi mereka mengeluhkan kurangnya informasi tentang peran yang

diharapkan. Franck et al (2001) melaporkan bahwa orang tua tidak selalu

merasa didukung oleh perawat dan dokter sehubungan dengan kekhawatiran

mereka tentang nyeri pada bayi mereka. Oleh karena itu, akan terlihat bahwa

ada kebutuhan untuk eksplorasi lebih lanjut tentang dukungan perawat-orang

tua untuk mengidentifikasi bagaimana perawat dapat meningkatkan praktik

mereka.
22

Saat melakukan studi yang bertujuan mengembangkan protokol untuk

kehadiran orang tua dalam PACU. Sejumlah gagasan yang terbentuk

sebelumnya dan bidang perhatian yang disorot oleh staf PACU adalah:

(Whitehurst, 2009)

a. Para orang tua seringkali panik ketika melihat anaknya berada di area yang

memiliki peralatan berteknologi tinggi.

b. Ketika anak-anak tidur, mereka tidak mendapat manfaat dari kehadiran

orang tua mereka.

c. Banyak orang tua yang tidak benar-benar ingin masuk ke PACU, tetapi

merasa tertekan.

d. Orang tua sering kali menghalangi staf di PACU.

e. Banyak orang tua sebenarnya tidak mendapat manfaat dari kehadiran

mereka karena kecemasan mereka meningkat.

f. Mungkin ada keadaan darurat yang melibatkan anak mereka.

g. Mungkin ada keadaan darurat yang melibatkan pasien lain.

Sebagai penyedia layanan kesehatan, filosofi kami adalah memberikan

perawatan dengan kualitas tertinggi kepada pasien kami. Namun di banyak

rumah sakit tidak ada kebijakan yang tegas untuk mengizinkan anggota

keluarga melihat orang yang mereka cintai segera setelah operasi. Dengan

demikian orang tua secara rutin tidak didorong untuk menghibur dan

mendukung anak-anak mereka di Unit Perawatan Pasca Anestesi. Evolusi

perawatan 'yang berpusat pada keluarga' harus menghasilkan orang tua

didorong untuk bersama dan merawat anak-anak mereka selama rawat inap.
23

Hal ini terbukti bermanfaat bagi semua pihak. Sementara kehadiran orang tua

di ruang anestesi telah menjadi praktik yang lebih diterima, hal yang sama

tidak dapat dikatakan tentang Unit Perawatan Pasca Anestesi meskipun ada

rekomendasi yang dibuat oleh Departemen Kesehatan (Whitehurst, 2009)

D. Anestesi

1. Definisi Anastesi

Kata 'anestesi' berarti 'kehilangan sensasi'. Anestesi digunakan untuk

menghentikan tubuh dari rasa sakit selama operasi atau prosedur diagnostik. Ini

dilakukan dengan memblokir sinyal rasa sakit itu meneruskan saraf ke otak. Tidak

semua jenis anestesi membuat tubuh tidak sadarkan diri. Anestesi bisa diberikan

dengan berbagai cara dan dapat diterapkan ke berbagai bagian tubuh.Anestesi

telah membuat banyak operasi hari ini menjadi mungkin dan telah dilakukan

membawa manfaat besar. Anestesi modern sangat aman dan bisa dilakukan

disesuaikan dengan kebutuhan pribadi dan jenis operasi yang akan dilakukan

(Oxford University Hospitals, 2019).

2. Tahap anastesi

Tahapan Anestesi Berdasarkan Klasifikasi Guedel

a. Tahap 1 - Analgesia atau Disorientasi: Tahap ini dapat dimulai di area

penahanan anestesiologi pra operasi, di mana pasien diberi obat dan mungkin

mulai merasakan efeknya tetapi belum menjadi tidak sadar. Tahap ini biasanya

digambarkan sebagai "tahap induksi". Pasien dibius tetapi percakapan.

Pernapasan lambat dan teratur. Pada tahap ini, pasien berkembang dari
24

analgesia bebas amnesia menjadi analgesia dengan amnesia bersamaan

(Winterberg et al, 2018). Tahap ini berakhir dengan hilangnya kesadaran.

b. Tahap 2 - Kegembiraan atau Delirium: Tahap ini ditandai dengan fitur-fitur

seperti disinhibition, delirium, gerakan tidak terkontrol, hilangnya refleks bulu

mata, hipertensi, dan takikardia. Refleks jalan napas tetap utuh selama fase ini

dan seringkali hipersensitif terhadap stimulasi. Manipulasi jalan nafas selama

tahap anestesi harus dihindari, termasuk penempatan dan pelepasan tabung

endotrakeal dan manuver penyedotan yang dalam. Ada risiko lebih tinggi

terjadinya spasme laring (penutupan pita suara tanpa disengaja) pada tahap ini,

yang dapat diperburuk oleh manipulasi saluran napas. Akibatnya, kombinasi

antara gerakan kejang, muntah, dan pernapasan yang cepat dan tidak teratur

dapat mengganggu jalan napas pasien (Siddiqui and Kim, 2020). Agen yang

bertindak cepat membantu mengurangi waktu yang dihabiskan di tahap 2

sebanyak mungkin dan memfasilitasi masuk ke tahap 3.

c. Tahap 3 - Bedah Anestesi: Ini adalah tingkat anestesi yang ditargetkan untuk

prosedur yang memerlukan anestesi umum. Gerakan mata yang terhenti dan

depresi pernapasan adalah ciri khas dari tahap ini. Manipulasi jalan nafas

aman pada level ini. Ada empat "standar" yang dijelaskan untuk tahap ini

(Hedenstierna et al, 2015). Selama standar 1, masih ada pernapasan spontan

yang teratur, pupil yang menyempit, dan pandangan sentral. Namun, refleks

kelopak mata, konjungtiva, dan menelan biasanya menghilang di bidang ini.

Selama standar 2, terjadi penghentian respirasi secara intermiten bersamaan

dengan hilangnya refleks kornea dan laring. Gerakan mata terhenti dan
25

peningkatan lakrimasi juga dapat terjadi. Standar 3 ditandai dengan relaksasi

lengkap otot interkostal dan perut serta hilangnya refleks cahaya pupil. Bidang

ini disebut sebagai "anestesi bedah sejati" karena merupakan kondisi ideal

untuk sebagian besar operasi. Akhirnya, Standar 4 ditandai dengan respirasi

yang tidak teratur, gerakan tulang rusuk paradoks, dan kelumpuhan diafragma

penuh yang mengakibatkan apnea (Siddiqui and Kim, 2020).

d. Tahap 4 - Overdosis: Tahap ini terjadi ketika terlalu banyak agen anestesi

diberikan relatif terhadap jumlah rangsangan pembedahan, yang

mengakibatkan perburukan otak yang sudah parah atau depresi meduler.

Tahap ini dimulai dengan penghentian pernapasan dan diakhiri dengan potensi

kematian. Otot rangka menjadi lembek, dan pupil difiksasi dan dilatasi pada

tahap ini (Mayer et al, 2018). Tekanan darah biasanya jauh lebih rendah dari

biasanya, dengan denyut nadi yang lemah dan sudah berdenyut karena

penekanan pompa jantung dan vasodilatasi di aliran darah tepi. Tanpa

dukungan kardiovaskular dan pernapasan, tahap ini mematikan. Oleh karena

itu, tujuan dari ahli anestesi adalah untuk mentransisikan pasien secepat

mungkin ke anestesi stadium 3 dan menyimpannya di sana selama operasi

berlangsung (Siddiqui and Kim, 2020).

3. Jenis-jenis anastesi

Ada tiga jenis anestesi utama yaitu: (Oxford University Hospitals,

2019).

a. Anestesi umum
26

Merupakan suatu tindakan Anastesi yang membuat tertidur dan tetap

dalam keadaan ketidaksadaran, anastesi ini dikendalikan oleh ahli anestesi.

Untuk beberapa operasi anestesi umum sangat penting. Pada anastesi ini

pasien akan tertidur dan tidak merasakan apa-apa selama prosedur.

Sebelum operasi dimulai, obat anestesi disuntikkan ke pembuluh darah

atau diberikan kepada pasien sebagai gas anestesi yang dihirup ke dalam

paru-paru. Obat atau gas dibawa ke otak dalam aliran darah, di mana

mereka memimpin ke keadaan anestesi (di mana pasien menjadi tidak

sadar). Sebagai obat bius / gas hilang, kesadaran dan sensasi pasien secara

bertahap akan kembali.

b. Anestesi regional

Anestesi umum tidak selalu diperlukan atau dianjurkan untuk semua

operasi. Anestesi regional dapat digunakan untuk mematikan rasa pada

area yang luas tubuh Anda dan berarti Anda tidak harus tidur. Ada tiga

jenis anestesi regional:

1) spinal atau tulang belakang

Anestesi spinal

Ini adalah salah satu jenis anestesi regional yang paling umum. Itu

melibatkan suntikan anestesi ke dalam cairan yang mengelilingi saraf

di bagian bawah tulang belakang. Ini digunakan untuk operasi di

bawah ini pinggang atau di daerah panggul. Itu bisa membuat Anda

benar-benar mati rasa dari pinggang ke bawah hingga beberapa jam.

2) Epidural
27

Epidural menggunakan teknik yang mirip dengan anestesi spinal,

dengankateter plastik sempit (tabung fleksibel halus) tertinggal di

tempat yang disebut 'ruang epidural' dekat saraf di punggung Anda.

Artinya file ahli anestesi dapat memberi Anda dosis berulang dari

anestesi lokal dan obat penghilang rasa sakit tanpa harus memberi

Anda suntikan lebih lanjut. Ini membuat itu berguna untuk operasi

yang lebih lama pada bagian bawah tubuh.

Dengan bisa meningkatkan dosis sesuai kebutuhan, ahli anestesi bisa

memberi Anda dosis obat keseluruhan yang lebih rendah, sehingga

rasa sakit Anda dikendalikan tanpa kehilangan perasaan sama sekali.

Epidural dapat berguna untuk menghilangkan rasa sakit pasca operasi,

karena kateter dapat dibiarkan selama beberapa hari.

3) blok saraf regional

Teknik serupa dapat digunakan untuk membuat mati rasa bagian

tubuh lainnya. Untuk Misalnya, lengan Anda bisa mati rasa dengan

suntikan ke samping leher atau ketiak Anda, agar bahu atau

pergelangan tangan Anda dapat dirawat

Tergantung pada jenis operasi yang Anda lakukan, ahli anestesi dapat

menggunakan teknik untuk benar-benar mematikan rasa bagian tubuh

Anda. Anestesi regional semakin sering digunakan untuk menghindari

kemungkinan efek samping dari anestesi umum. Ini juga bisa berguna

dalam orang yang terlalu lemah untuk menjalani anestesi

umum.Dengan anestesi regional, sejumlah kecil obat anestesi


28

disuntikkan di dekat saraf yang menghubungkan bagian tubuh Anda

dengan Anda otak. Anestesi sementara mencegah pengiriman saraf

pesan apa pun ke otak Anda. Di sinilah rasa sakit dicatat, oleh

memutus sinyal dari saraf, bagian dari tubuh Anda dioperasi tidak bisa

merasakan sakit apapun. Terkadang anestesi regional digunakan

bersama anestesi umum

c. Anestesi lokal

Untuk operasi pada area kecil tubuh dimungkinkan untuk dilakukan secara

sederhana menyuntikkan anestesi lokal di lokasi operasi. Anestesi lokal

mematikan rasa hanya sebagian kecil dari tubuh. Teknik ini sering

dilakukan oleh ahli bedah atau dokter umum di unit operasi kecil dan

biasanya hanya digunakan untuk operasi yang pendek dan sederhana

seperti menjahit melukai atau menghilangkan tahi lalat. Anestesi regional

dan lokal tidak menyebabkan hilangnya kesadaran (tidak akan membuat

Anda tertidur); mereka hanya menghentikanmu dari rasa sakit. Namun,

Anda mungkin juga bisa mendapatkan obat penenang untuk membuat

Anda mengantuk, jika Anda menjalani anestesi lokal atau regional.

Sedasi menggunakan sedikit anestesi atau obat serupa untuk membuatnya

Anda merasa mengantuk dan rileks selama prosedur. Sedasi juga dapat

digunakan sebagai satu-satunya metode pereda nyeri selama prosedur yang

tidak memerlukan anestesi, tetapi mungkin tidak menyenangkan atau tidak

nyaman. Jika Anda mengalami anestesi yang berarti Anda akan terjaga

selama sebuah prosedur, Anda mungkin ingin mendengarkan musik untuk


29

mengalihkan perhatian Anda dari suara teater. Beberapa teater mungkin

juga memberikan Anda pilihan untuk menonton film

4. Risiko efek samping dan komplikasi anastesi

Risiko efek samping dan komplikasi

Manfaat operasi perlu dipertimbangkan terhadap risiko prosedur anestesi dan

obat yang digunakan. Ini akan berbeda dari orang ke orang

Risiko bagi individu akan bergantung pada:

a. Apakah Anda menderita penyakit lain

b. Faktor pribadi, seperti apakah Anda merokok atau kelebihan berat badan

c. Apakah Anda sedang menjalani operasi yang rumit, lama atau sedang

dilakukan dalam keadaan darurat

Efek samping

Kebanyakan orang tidak mengalami masalah setelah operasi dan anestesi

mereka. Bagaimana Anda jatuh akan tergantung pada jenis anestesi yang

digunakan dan operasi yang Anda lakukan, berapa banyak obat pereda nyeri

yang Anda butuhkan dan kesehatan umum Anda.

Namun, Anda mungkin menderita beberapa jenis efek samping dan hampir

semua perawatan, termasuk obat anaeshetic, memiliki beberapa jenis efek

samping. Efek samping yang tidak menyenangkan biasanya tidak berlangsung

lama. Beberapa sebaiknya dibiarkan luntur dan yang lainnya dapat dirawat

Komplikasi

Komplikasi adalah kejadian yang tidak diharapkan dan tidak diinginkan yang
30

dapat berkembang karena pengobatan. Contohnya alergi yang tidak terduga

terhadap obat atau kerusakan gigi yang disebabkan oleh kesulitan memasang

selang pernapasan.
BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Teori

Kerangka teori disusun berdasarkan teori dan konsep-konsep yang terkait

dengan variabel penelitian yang telah tersusun pada tinjauan teoritis. Teori dan

konsep yang memayungi kerangka penelitian ini meliputi konsep kecemasan yang

meliputi pengertian kecemasan, tingkat kecemasan dan faktor - faktor yang

mempengaruhi kecemasan, konsep keterlibatan orangtua dan konsep anestesi.

Kecemasan adalah keadaan psikologis dan fisiologis dengan karakteristik

kognitif, somatik, emosional, dan komponen perilaku. Keterlibatan orang tua

adalah bentuk partisipasi orang tua dalam kegiatan anak (Irawan et al, 2020),

termasuk dalam asuhan keperawatan. Dalam kegiatan perawatan pada dasarnya

setiap asuhan anak yang dirawat di rumah sakit memerlukan keterlibatan orang

tua.

Orangtua dipandang sebagai subjek yang punya potensi untuk

melaksanakan perawatan pada anaknya. Diharapkan selama perawatan anaknya di

rumah sakit, terjadi proses belajar pada orang tua baik dalam hal peningkatan

pengetahuan maupun keterampilan yang berhubungan dengan keadaan sakit

anaknya.

Hubungan anak dan orangtua adalah unik, berbeda antara yang satu

dengan lainnya. Orangtua dapat memberikan asuhan yang efektif selama

ospitalisasi anaknya. Kerjasama dalam model asuhan adalah fleksibel dan

menggunakan konsep dasar asuhan keperawatan anak.

31
32

Keberhasilan mengikutsertakan orang tua ini bergantung pada kesepakatan

tim kesehatan untuk mendukung kerjasama yang aktif dari orangtua. Kesepakatan

untuk menggunakan pendekatan family centered tidak cukup hanya dari perawat

tetapi juga dari seluruh petugas kesehatan yang lain.

Pada anak yang baru menjalanan post anastesi atau baru menjalani

tindakan operasi sangat dibutuhkan kehadiran orang tua. Karena dengan adanya

orangtua anak-anak merasa aman dan nyaman sehingga bisa menurunkan rasa

kecemasan anak.
33

- Tingkat stresor
- Tingkat pendidikan
- Tipe kepribadian
- Usia Perawat
- Jenis Kelamin

Asuhan
Keperawatan
Fisiologis
Orangtua

Anak Kecemasan

Psikologis

Operasi - Kecemasan ringan


- Kecemsan sedang
- Kecemasan berat
- Panik
Anastesi Post Anastesi

Keterangan :

Diteliti

Tidak Diteliti

Bagan 3.1
Kerangka Teori
( Labeague & Mcenroe-petitte, 2016; Varcarolis et al, 2010; Tang & Tse, 2014;
Supartini, 2004; Oxford University Hospitals, 2019)

B. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah suatu diagram sederhana yang

menunjukkan variabel dan hubungan antar variabel (Dahlan, 2008). Kerangka

konsep disusun berdasarkan intisari dari teori-teori yang telah dituangkan dalam
34

tinjauan pustaka pada bab II. Kerangka konsep ini memberikan gambaran tentang

jalannya penelitian, dimana konsep-konsep yang terkait dengan inti penelitian

dirangkai dan disusun dalam bentuk bagan kerangka konsep.

Variabel Independen Variabel Dependen

Keterlibatan Orang Tua Kecemasan Anak

Bagan 3.2
Kerangka Konseptual

C. Hipotesis

Ha:

Ada Pengaruh Keterlibatan Orangtua dengan kecemasan anak pasca

operasi di Post Anasthesia Care Unit RSUP Dr. M. Djamil Padang


BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan desain

eksperimental. Metode eksperimental merupakan penelitian yang digunakan untuk

mengetahui akibat dari sesuatu yang diberikan kepada responden, untuk melihat

adanya pengaruh perlakuan (Sugiyono, 2017).

Adapun jenis design pre and post-test without control group desain, yaitu

peneliti memberikan perlakuan tertentu pada suatu kelompok yang diobservasi

setelah dilakukan intervensi. Dalam penelitian ini, peneliti melibatkan orangtua

pada pasien anak dengan post operasi di ruang PACU RSUP Dr. M. Djamil

Padang sebagai perlakuan.

Pre test Treatmen Post test


O1 X O2

Keterangan :

O1 : Pretest

X : Perlakuan

O2 : Posttest

Bagan 3.3
Bagan Pre Experiment One Group Pre Test-Post Test Design

35
36

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek dan atau objek yang akan menjadi

sasaran penelitian (Riyanto & Hatmawan,2020). Objek tersebut dapat berupa

manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, benda-benda mati lainnya, peristiwa dan

gejala yang terjadi di dalam masyarakat atau di dalam alam(Notoatmodjo, 2012).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien anak yang dirawat di ruangan

post anesthesia care unit (PACU) RSUP Dr. M. Djamil Padang yaitu orang

pasien anak pada bulan Januari sampai Juli 2020 sebanyak 520 orang anak.

Dengan rata-rata jumlah pasien anak tiap bulannya 74 orang anak. Responden

dipilih dari populasi sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi.

2. Sampel

Besar sampel dalam penelitian ini diukur berdasarkan rumus

penentuan besar sampel untuk penelitian analitik numeric berpasangan

(Sastroasmoro and Ismael, 2016) sebagai berikut:

n=

2
n= (1,65+1,28)x 0,817
0,63
2
n = (2,92)x 0,817
0,63
2
n= 2,38
0,63

n= 3,782
n=14,3
37

Keterangan :
N = perkiraan besar sampel
Zα = derivate baku alfa (untuk α=0.05 = 1,64)
Zβ = derivate baku beta (untuk β = 0,1 =1,28)
S = Simpangan baku gabungan antar kelompok (0,817) (Wati,
2015)
X1–X2 = Selisih minimal rerata yang dianggap bermakna (0,63)
(Wati, 2015)

Berdasarkan perhitungan di atas maka didapatkan jumlah sampel 14

orang dan untuk menghindari adanya sampel yang dropout maka dilakukan

koreksi sebesar 10 % maka jumlah sampel yang dikumpulkan adalah 15 orang

(Sastroasmoro and Ismael, 2016).

a. Kriteria Sampel

1) Kriteria Inklusi :

a. Pasien usia 3-5 tahun

b. Pasien anak usia 3-5 tahun dengan general anestesi

c. Orang tua pasien bersedia dijadikan sampel dengan menandatangani surat

persetujuan

d. Orang tua pasien dapat berkomunikasi dengan baik

2) Kriteria Eksklusi :

a. Keadaan umum klien tidak baik (sesak nafas, palpitasi, patigue)

b. Cara Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan non probability sampling

suatu pengambilan sampel bukan secara acak atau non random dengan teknik

pengambilan sampel yaitu dengan dengan teknik purposive sampling dimana


38

pengambilan sampel penelitian sesuai dengan kriteria inklusi (Sastroasmoro and

Ismael, 2016).

C. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian dimulai dari bulan Agustus sampai Januari 2021. Penelitian

dimulai dari kegiatan penyusunan proposal bulan Agustus sampai Januari 2020.

Dan tempat penelitian di ruang Post Anesthesia Care Unit (PACU) RSUP Dr. M.

DJAMIL Padang.

D. Defenisi Operasional

Variabel yaitu suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau

kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian diambil kesimpulan (Sugiyono, 2013). Variabel

independen yaitu keterlibatan Orangtua dan variabel dependen dalam penelitian

ini yaitu kecemasan pasien anak di ruangan PACU. Defenisi operasional dari

variabel dalam penelitian ini tersusun dalam tabel berikut


39

Tabel 4.1
Defenisi Operasional

Variabel Defenisi Cara ukur Alat ukur Skala ukur Hasil ukur
Independen
dan Dependen
Keterlibatan Sikap, tindakan, adanya - - - -
Orang Tua kegiatan menemani anak
(Variabel usia pra sekolah pada saat
Independen) diruangan PACU setelah
dilakukan prosedur operasi
Kecemasan Kecemasan merupakan Observasi kuesioner Rasio Skor Minimu-
(Variabel reaksi emosional dari tingkat Maximum
Dependen) keadaan jiwa individu kecemasan Skor 1 : sangat
yang gejalanya bisa akibat tidak cemas
bersifat psikologis dan hospitalisasi ditunjukkan
fisiologis yang muncul facial image dengan sudut
akibat gangguan dan scale (FIS), bibirterangkat
ancaman fisik maupun keatas kearah
psikologis respon stres mata
Skor 2 : tidak
cemas
ditunjukkan
dengan sudut
bibir
sedikitterangkat
keatas kearah
mata
Skor 3 : cemas
ringan
ditunjukkan
dengan sudut
bibir ditarik
kesamping atau
tidak bergerak
Skor 4 : cemas
sedang
ditunjukkan
dengan sudut
bibir ditarik
kearah dagu
Skor 5 : sangat
cemas (cemas
berat) ditunjukkan
dengan sudut
bibirsangat
ditekuk ke bawah
dagu
40

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan suatu alat yang digunakan untuk

mengumpulkan data penelitian (Notoatmodjo, 2012). Instrumen yang digunakan

dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan

data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau

pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2014). Semua

daftar pertanyaan yang ada pada kuesioner bersifat baku dan sudah lulus uji

kelayakan baku dan sudah lulus uji kelayakan.

Alat yang digunakan dalam penilaian kecemasan adalah kuesioner tingkat

kecemasan akibat hospitalisasi facial image scale (FIS), yang merupakan

kuesioner tertutup yang berisi gambar raut wajah, yang berupa ceklis observasi.

Masing-masing gambar raut wajah diberi nilai mulai dari 1 sangat tidak cemas

dan sangat cemas diberi nilai 5. Observasi dengan kuesioner ini dilakukan pada

anak yang berada di ruangan PACU RSUP Dr. M. Djamil Padang setelah sadar

dari anastesi. Anak-anak kemudian didampingi oleh orang tua sampai anak

dipindahkan ke ruangan untuk menurunkan kecemasan pasca anastesi. Observasi

kecemasan anak dilakukan kembali setelah anak didamping orang tua selama 30

menit.

F. Etika Penelitian

Etika penelitian adalah sikap dan acuan yang harus diperhatikan ketika

melakukan sebuah penelitian (Notoatmodjo, 2012). Peneliti akan melakukan

penelitian dengan menekankan masalah etika penelitian yang meliputi :


41

1. Informed consent

Inform consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan

responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consect

tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan (Hidayat, 2017). Lembaran

persetujuan diberikan kepada responden yang memenuhi kriteria inklusi, bila

responden menolak maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati

harkat dan martabat subjek sebagai manusia.

2. Anomity (tanpa nama)

Masalah etika kepertawatan merupakan masalah yang memberikan

jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau

mencantumkan nama responden pada alat ukur dan hanya menuliskan kode pada

lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang disajikan (Hidayat, 2017).

3. Confidentially

Masalah ini adalah masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya.

Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti,

hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset (Hidayat,

2017).
42

G. Metode Pengumpulan Data

1. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder.

a. Data Primer

Jenis data primer yang dikumpulkan adalah; data umum pasien anak yang

dijadikan subjek peneliti seperti umur, jenis kelamin, daerah asal. Pasien yang

terpilih sebagai sampel dibagi secara acak menjadi satu kelompok.

b. Data Sekunder

Data sekunder meliputi data gambaran RSUP Dr. M. Djamil Padang dan

jumlah pasien di ruangan PACU RSUP Dr. M. Djamil Padang. Data ini

dikumpulkan dengan melihat langsung ke lapangan dan mewawancarai pihak

Rumah Sakit.

2. Prosedur Kerja

a. Persiapan

Pada tahap persiapan peneliti melakukan beberapa kegiatan seperti

mengurus perizinan, pemilihan sampel, dan informed consent kepada

orang tua. Melakukan pengumpulan data dibantu oleh 2 orang enumerator

yang sebelumnya telah dilakukan persamaan persepsi.

b. Pre test

Sebelum dilakukan intervensi kepada orang tua, peneliti

melakukan pre test untuk mengukur tingkat kecemasan pada anak dengan

menggunakan tingkat kecemasan akibat hospitalisasi facial image scale

(FIS).
43

c. Intervensi

Dalam penelitian ini, penelitian memberikan intervensi pelibatan

keluarga yang terdiri dari 2 sesi. Pada sesi 1, peneliti memberikan

informasi tentang kondisi ruangan PACU, menjaga privasi pasien lain dan

menjelaskan mengenai kondisi anak pasca operasi. Pada sesi 2, peneliti

menjelaskan kepada orang tua tentang bagaimana menemani anak, tentang

cara mendampingi anak sesuai dengan kemauan anak, menenangkan anak

selama di ruangan PACU dan memberikan perawatan kepada anak. Waktu

untuk pada setiap sesi adalah 5 menit. Pemberian intervensi menggunakan

protokol intervensi keterlibatan orangtua.

d. Post test

Pada tahap post test, peneliti kembali mengukur tingkat kecemasan

anak dengan menggunakan kuesioner tingkat kecemasan akibat

hospitalisasi facial image scale (FIS).

H. Teknik Pengolahan Data

1. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan cara :

a. Pengecekan Data (Editing)

Memeriksa apakah daftar pertanyaan, yang dilakukan pada saat

pengumpulan data telah terisi dengan baik dan melakukan perbaikan data

yang salah untuk mempersiapkan proses pengolahan selanjutnya.


44

b. Pengkodean Data (Coding)

Apabila proses editing telah selesai dilakukan maka hasil catatan

atau jawaban kuesioner yang dinilai telah memenuhi syarat data, maka

dilakukan proses memberi kode pada daftar pertanyaan yaitu merubah dari

bentuk huruf menjadi angka untuk memudahkan pengolahan.

c. Memasukan Data (Entry Data)

Pada tahap ini data yang diberi kode dimasukkan ke dalam master

tabel yang tersedia atau pada program data.

d. Pengecekan Kembali (Cleaning)

Sebelum analisis data, terhadap data yang telah dimasukkan perlu

dilakukan pengecekkan kelengkapan data untuk memastikan bahwa data

telah bersih dari kesalahan dalam pengkodean maupun dalam membaca

kode sehingga data dapat dianalisis.

e. Pengolahan Data (Processing)

Pengolahan data dengan menggunakan program komputer. Hasil

pengolahan data disajikan dalam bentuk tabel distribusi dan tabel silang.

I. Analisis data

a. Analisis univariat

Analisa univariat dilakukan untuk melihat masing-masing dari hasil

penelitian dengan judul Pengaruh Keterlibatan Orang Tua dengan Kecemasan

Anak Pasca Operasi di ruang Post Anasthesia Care Unit RSUP Dr. M. Djamil
45

Padang yaitu distribusi frekuensi kelompok yang mendapatkan pendampingan

orang tua, dan data rata-rata kecemasan pasien

b. Analisis bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk melihat pengaruh keterlibatan orang tua

dengan Kecemasan Anak Pasca Operasi di Post Anasthesia Care Unit RSUP Dr.

M. Djamil Padang. Untuk melihat pengaruh tersebut, analisa dilakukan dengan

menggunakan uji statistik paired sample t test Untuk semua variabel ditetapkan

signifikasi dengan derajat penolakan 5% (p=0,05). Jika didapat p<0,05, maka

hipotesis nol ditolak yang berarti ada pengaruh antara variabel independen dengan

variabel dependen. Jika data tidak normal makan dilakukan uji mann withney.
BAB V

HASIL PENELITIAN

A. GAMBARAN UMUM PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan menilai Pengaruh

Keterlibatan Orang Tua dengan Kecemasan Anak Pasca Operasi di ruang

Post Anasthesia Care Unit (PACU) RSUP Dr. M. Djamil Padang. Penelitian

ini dilakukan pada tanggal 5 - 9 Januari 2021 di ruang Post Anasthesia Care

Unit (PACU) RSUP Dr. M. Djami. Penelitian ini memiliki desain penelitian

pre and post-test without control group desain dengan jumlah sampel

penelitian 15 responden.

Jadwal kegiatan dilaksanakan sesuai dengan kontrak yang telah

disepakati bersama responden yang dilaksanakan selama 5 hari. Kegiatan

Sebelum melakukan intervensi peneliti menjelaskan tujuan dan manfaat dari

keterlibatan orang tua dan memberikan lembar persetujuan responden,

apabila responden setuju maka peneliti menilai tingkat kecemasan pada

masing-masing responden, kemudian setelah melakukan intervensi peneliti

menilai kembali tingkat kecemasan responden dengan menggunakan facial

image scale (FIS),

Setelah mengumpulkan data, peneliti melakukan pengolahan data

secara komputerisasi. Analisa data yang digunakan adalah analisa univariat

dan analisa bivariat.

47
48

B. GAMBARAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Anak Pasca Operasi di


Ruang Post Anasthesia Care Unit (PACU) RSUP Dr.
M.Djamil Padang Tahun 2021 (n=15)

Karakteristik F %
Jenis kelamin
1. Laki- 7 46,7
laki 8 53,3
2. Pere
mpuan
Total 15 100

Pada tabel 5.1 dapat dilihat tentang distribusi frekuensi karakteristik

Anak Pasca Operasi di Ruang Post Anasthesia Care Unit (PACU) RSUP Dr.

M.Djamil Padang tahun 2020 bahwa lebih dari setengah responden berjenis

kelamin perempuan yaitu sebanyak 53,3%.

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Umur Anak Pasca Operasi di Ruang


Post Anasthesia Care Unit (PACU) RSUP Dr. M.Djamil
Padang Tahun 2021 (n=15)

No. Karakteristik Min Max Mean


1 Umur 3 5 3,73

Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa usia minimal responden adalah

3 tahun dan usia maksimal 5 tahun dengan rata-rata usia responden 3,73

tahun.
49

C. ANALISA UNIVARIAT

Analisa univariat pada penelitian untuk melihat gambaran dari tingkat

kecemasan anak sebelum dan sesudah dilakukan intervensi.

1. Tingkat Kecemasan Anak

Tabel 5.3 Tingkat Kecemasan Anak Sebelum dan Sesudah


Dilakukan Intervensi Keterlibatan Orang Tua di Ruang
Post Anasthesia Care Unit (PACU) RSUP Dr. M.Djamil
Padang Tahun 2021 (n=15)

Tingkat N Mean SD Min-Maks 95% CI


Kecemasan
Anak
Prestest 15 4,80 0,414 4–5 4,57 – 5,03
Posttest 15 2,33 0,617 1–3 1,99 – 2,68

Tabel 5.3 menjelaskan tentang gambaran kecemasan pada anak dengan

general anastesi sebelum dan sesudah diberikan intervensi keterlibatan

orang tua. Sebelum intervensi nilai rata-rata tingkat kecemasan responden

adalah 4,80 dengan standar deviasi 0,414 dan nilai tingkat kecemasan

tertinggi adalah 5 (sangat cemas). Hasil analisa didapatkan bahwa 95%

diyakini rata-rata skor tingkat kecemasan sebelum dilakukan intervensi

ketelibatan orang tua diantara 4,57 sampai dengan 5,03, sedangkan

setelah dilakukan intervensi keterlibatan orang tua rata-rata skor tingkat

kecemasan responden menjadi 2,33 serta standar deviasi 0,617, tingkat

kecemasan terendah adalah 1 (sangat tidak cemas) dan tingkat kecemasan

tertinggi adalah 3 (cemas ringan). Hasil Analisa didapatkan bahwa 95%

diyakini rata-rata skor tingkat kecemasan setelah diberikan intervensi

keterlibatan orang tua diantara 1,99 – 2,68


50

D. ANALISA BIVARIAT

1. Uji Normalitas Sebelum dilakukan analisa bivariat dilakukan uji

normalitas yaitu uji Shapiro-wilk untuk hipotesis yang akan digunakan

pada pretest dan posttest responden. Uji Shapiro-wilk dipakai jika sampel

kurang dari 50 orang.

Tabel 5.4 Hasil Uji Normalitas dari Tingkat Kecemasan Anak Sebelum
dan Sesudah Dilakukan Intervensi Keterlibatan Orang Tua di
Ruang Post Anasthesia Care Unit (PACU) RSUP Dr.
M.Djamil Padang Tahun 2021 (n=15)

Uji Shapiro-Wilk
Variabel P value
Tingkat Kecemasan
Anak
Pretest 0,000
Posttest 0,001

Tabel 5.4 menjelaskan hasil normalitas yang didapatkan untuk prestest

tingkat kecemasan anak nilai p = 0,000 (< 0.05), posttest tingkat kecemasan

anak nilai p = 0,001(< 0.05). Jadi data tingkat kecemasan anak responden

terdistribusi tidak normal. Maka uji hipotesis yang digunakan untuk data

kecemasan anak adalah uji mann Whitney


51

2. Pengaruh Keterlibatan Orang Tua Dengan Kecemasan Anak Pasca

Operasi Di Ruang Pacu

Tabel 5.5 Pengaruh Keterlibatan Orang Tua dengan Kecemasan Anak


Pasca Operasi di Ruang Post Anasthesia Care Unit (PACU)
RSUP Dr. M.Djamil Padang Tahun 2021 (n=15)

Tingkat N Mean Selisih P value


kecemasan Mean
Anak
Pretest 15 4,80
2,467 0,000
Posttest 15 2,33

Hasil analisa pada tabel 5.5 didapatkan rata rata tingkat kecemasan

responden sebelun terapi intervensi keterlibatan orang tua adalah 4,80 dan

menjadi 2,33 setelah dilakukan melibatkan orang tua, sehingga dapat dilihat

terjadi penurunan rata-rata tingkat kecemasan sebesar 2,467. Hasil uji statistic

menggunakan mann witney didapatkan p value sebesar 0,000 yang berarti

terdapat pengaruh keterlibatan orang tua terhadap tingkat kecemasan anak

pasca operasi.
BAB VI

PEMBAHASAN

A. Tingkat Kecemasan Anak Sebelum dan Sesudah Dilakukan Intervensi

Keterlibatan Orang Tua di Ruang Post Anasthesia Care Unit (PACU)

RSUP Dr. M.Djamil Padang Tahun 2021

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa sebelum intervensi nilai

rata-rata tingkat kecemasan responden adalah 4,80 dengan standar deviasi

0,414 dan nilai tingkat kecemasan tertinggi adalah 5 (sangat cemas). Hal ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Shadegi et al (2017) yang

menemukan bahwa sebanyak 69,4 % anak yang menjalanai operasi berada

pada kategori tingkat kecemasan berat. Berdasarkan hasil distribusi frekuensi

karakteristik Anak Pasca Operasi di Ruang Post Anasthesia Care Unit

(PACU) RSUP Dr. M.Djamil Padang tahun 2020 bahwa lebih dari setengah

responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 53,3%. Berdasarkan

hasil responden bahwa usia minimal responden adalah 3 tahun dan usia

maksimal 5 tahun dengan rata-rata usia responden 3,73 tahun.

Anak-anak seringkali merasakan takut atau cemas saat mereka berada

dalam perawatan medis (Lerwick, 2016). Karena tingkat perkembangan

mereka dan perkembangan kognitif yang terbatas, anak-anak menggunakan

perilaku, bukan kata-kata, untuk mengkomunikasikan emosi yang mereka

rasakan (Rodriguez et al, 2012).

52
53

Trauma menyebabkan peningkatan kadar katekolamin (epinefrin dan

norepinefrin), yang mengakibatkan peningkatan aktivitas sistem saraf

simpatis. Ini juga mengurangi kortikosteroid, dan serotonin, yang

mengakibatkan ketidakmampuan untuk memoderasi respon melawan atau lari

katekolamin (Lerwick, 2016). Anak-anak seringkali mengalami trauma

psikologis yang ditunjukkan oleh kecemasan, agresi, kemarahan, dan ekspresi

emosi yang serupa, karena mereka kurang dapat mengontrol lingkungannya.

Rasa tidak berdaya ini, ditambah dengan rasa takut dan sakit dapat

menyebabkan anak-anak merasa tidak berdaya dalam pengaturan perawatan

kesehatan (Jenkins et al, 2019).

Menurut Caumo (2018) anak yang mengalami kecemasan dapat

dipengaruhi oleh keadaan psikologis atau mekanisme koping yang dimiliki

oleh anak, faktor lingkungan seperti pengalaman lingkungan anak sejak dini

seperti pelralatan rumah sakit serta bagaimana orang tua memberikan rasa

nyaman terhadap anak. Kecemasan yang dirasakan oleh anak sejak dini akan

berdampak pada kondisi fisik dan kesahatan anak serta mengganggu

perkembangan anak (Thoyibah, 2019).

Oleh sebab itu, kecemasan pada anak harus diperhatikan terutama

untuk orang tua sebagai pembentuk karakter anak. Menurut Harvard

Medical School (2018) para orang tua dapat mengelihkan rasa cemas pada

anak dengan memberi nama terhadap rasa cemas dan menggambarkannya,

lihat situasi yang memicu kecemasan, berikan contoh kepada anak karena
54

orang tua merupakan role model emosional anak, narasikan dunia anak

apakah mereka aman atau berbahaya.

B. Pengaruh Keterlibatan Orang Tua dengan Kecemasan Anak Pasca

Operasi

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa hasil uji statistic

menggunakan mann witney didapatkan p value sebesar 0,000 yang berarti

terdapat pengaruh keterlibatan orang tua terhadap tingkat kecemasan anak

pasca operasi. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan

Sadeghi et al (2017) menyatakan bahwa kehadiran orang tua dalam tindakan

pasca operasi dapat mengurangi kecemasan anak dan meningkatkan kepuasan

orang tua.

Keluarga merupakan bagian integral dari tim perawatan dan harus

dilibatkan dalam perawatan. Upaya harus dilakukan untuk membangun

kolaborasi dengan berkomunikasi secara terbuka, mengembangkan visi

bersama untuk perawatan dan penyembuhan anak (Chorney et al, 2010).

Laporan efek kehadiran orang tua di PACU terhadap kecemasan

menyimpulkan bahwa kehadiran orang tua di PACU menurunkan perubahan

perilaku negatif pada 2 minggu pasca operasi termasuk kecemasan dan

memberikan dampak yang positif bagi anak (Lardner et al, 2010).

Pengasuhan yang berpusat pada keluarga adalah tingkat pengasuhan

standar emas dan merupakan praktik pengasuhan perencanaan yang efektif

bagi anak-anak (Blake, 2019). Praktik kehadiran orang tua selama induksi
55

pelayanan post operatif adalah hal biasa di banyak rumah sakit sementara

masih kontroversial di rumah sakit lain, Namun, keselarasan yang kuat dari

hal ini dengan model pengasuhan yang berpusat pada keluarga, pada anak

model pengasuhan ini tidak dapat disangkal (Gill et al, 2014).

Studi yang dilakukan oleh Yousef et al (2018) menemukan bahwa

awalnya keterlibatan orang tua untuk hadir baik peri operatif maupun pasca

operasi hanya dapat menambah waktu saja. Namun, setelah penerapan proses

kehadiran orang tua terstruktur, ternyata keterlibatan orang tua sangat

bermanfaat pada proses peri operatif maupun post operatif, kemampuan

orang tua untuk membantu anak dapat membantu kecepatan induksi anestesi,

kemudian keterlibatan orang tua pasca operasi dapat membantu menurunkan

tingkat kecemasan pada anak (Manyande et al,2015).

Kehadiran orang tua menawarkan manfaat bagi anak dan orang tua

ketika direncanakan dengan tim perawatan kesehatan dan merupakan aspek

penting dari perawatan holistic (Waseem et al. 2018). Hal ini akan membantu

petugas medis dan merasakan manfaat dari kehadiran orang tua dalam

pelayanan perioperatif karena praktik ini akan membantu anak mendapatkan

pelayanan psikologis termasuk kecemasan (The Children Hospital At

Westmead, 2014) Manfaat kehadiran orang tua juga sangat jelas ditunjukkan

dalam literatur, yang menyatakan bahwa kehadiran orang tua selama

pealayanan operatif meningkatkan pengalaman perawatan tidak hanya untuk

pasien dan orang tua tetapi juga membantu dokter dan tenaga medis lain yang

merawat ketika orang tua memahami peran mereka (Sadeghi et al 2017).


56

Kecemasan orang tua mempengaruhi kecemasan anak dan hal ini

telah terbukti terkait dengan perubahan perilaku negative pada anak (Kain et

al, 2018). Intervensi yang tampaknya sederhana, dengan memiliki orang tua

yang siap di PACU menghasilkan efek positif dalam mengurangi perubahan

perilaku pasca operasi yang negative pada anak. Ini menunjukkan bahwa

respon psikologis setelah operasi pada anak-anak dapat dipengaruhi

kehadiran orang tua dalam proses intervensi (Lardner et al, 2010).

Aguilar Cordero et al (2014) mendukung pentingnya kehadiran orang

tua sebagai metode untuk mengurangi kortisol saliva sebagai indikator stres

fisiologis dan kecemasan, kortisol disekresi oleh sumbu adrenal hipofisis

hipotalamus sebagai reaksi terhadap stress. Selain itu menurut Ozdogan et al

(2017) juga menemukan kadar kortisol berkurang pada anak-anak yang

memiliki orang tua selama prosedur perioperatif, yang menegaskan bahwa

tingkat kecemasan dan stress pada anak menurun selama fase tersebut.

Oleh karena itu, kehadiran orang tua sangat penting dilakukan guna

mencapai hasil perawatan kesehatan terbaik bagi anak. Memasukkan

kunjungan post operasi sebelum prosedur, memberikan kesempatan untuk

membiasakan anak dan orang tua dengan lingkungan dan urutan kejadian

selama proses perawatan serta dapat juga memberikan hasil yang lebih

optimal (Sjoberg et al, 2015). Orang tua akan memiliki kesempatan untuk

dapat membuat keputusan yang tepat tentang pengasuhan anak mereka, hal

Ini akan menciptakan pemberdayaan orang tua karena mereka terlibat dalam

pengasuhan anak (Boles, 2016). Bertemu dengan tim (petugas kesehatan)


57

sebelum maupun sesudah tindakan operasi akan membantu mengurangi

kecemasan orang asing bagi anak, membangun kepercayaan dengan dokter

dan membantu menjaga keterikatan yang sehat dengan orang tua (Blake,

2019).
BAB VII

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hasil penelitian mengenai pengaruh Keterlibatan Orang Tua dengan

Kecemasan Anak Pasca Operasi di ruang Post Anasthesia Care Unit (PACU)

RSUP Dr. M. Djamil Padang dapat disimpulkan sebagaiberikut :

1. Rata-rata Nilai kecemasan anak pasca operasi sebelum keterlibatan

orang tua di ruang post anasthesia care unit (PACU) RSUP Dr. M.

Djamil Padang adalah 4,80 Rata-rata nilai kecemasan anak pasca operasi

setelah keterlibatan orang tua di ruang post anasthesia care unit (PACU)

RSUP Dr. M. Djamil Padang adalah 2,33 (tidak cemas)

2. Pengaruh keterlibatan orang tua terhadap tingkat kecemasan anak pasca

operasi didapatkan nilai p value sebesar 0,000 yang artinya terdapat

pengaruh keterlibatan orang tua terhadap tingkat kecemasan anak pasca

operasi di ruang post anesthesia care unit (PACU) RSUP Dr. M. Djamil

Padang

B. Saran

Saran yang di berikan peneliti yaitu :

1. Bagi perkembangan ilmu keperawatan

Dengan adanya penelitian ini bisa memberikan tambahan informasi ilmu

keperwatan mengenai adanya pengaruh keterlibatan orang tua terhadap

tingkat kecemasan anak pasca operasi.

58
59

2. Bagi pelayanan keperawatan dan kesehatan

Diharapkan penelitian ini disajikan untuk sumber data serta informasi

dalam penelitian yang sama bagi mahasiswa keperawatan dan

keterliabatan orang tua dapat diterapkan sebagai salah satu intervensi

dalam penurunan tingkat kecemasan anak pasca operasi.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan adanya penelitian lanjutan mengenai keefektifan keterlibatan

orang tua dibandingkan dengan intervensi penurunan kecemasan lainnya.


58
59

DAFTAR PUSTAKA

Aguilar Cordero MJ, Sánchez-López AM, Mur Villar N, García Garcia I,


Rodríguez López MA, Ortegón Piñero A et al. Salivary cortisol as an
indicator of physiological stress in children and adults; a systematic
review. Nutricion Hospitalaria 2014;29(5):960–968

American Academy of Pediatrics Committee on Pediatric Emergency Medicine;


American College of Emergency Physicians Pediatric Emergency
Medicine Committee, O’Malley P, Brown K, Mace SE: Patient- and
family-centered care and the role of the emergency physician providing
care to a child in the emergency department. Pediatrics 2006;
118:2242–4

Apfelbaum JL, Silverstein JH, Chung FF, et al. Practice guidelines for
postanesthetic care: an updated report by the American Society of
Anesthesiologists Task Force on Postanesthetic Care. Anesthesiology
2013;118(2):291–307.

Arliman L. 2015. Komnas AM dan perlindungan Anak Pelaku Tindak Pidana.


Yogyakarta: Deepublis

Boles J. Children’s Corner: Perspectives on supportive care. Preparing children


and families for procedures or surgery. Pediatric Nursing.
2016;42(3):147–9.

Butterworth JF, Mackey DC, Wasnick JD. Pediatric anesthesia. Dalam: Morgan
GE, Mikhail M, penyunting. Clinical anesthesiology. Edisi ke-5. New
York: McGraw Hill; 2013. hlm. 877–905.

Chorney JM, Tan ET, Martin SR, Fortier MA, and Kain ZN. 2012. Children’s
Behavior in the Postanesthesia Care Unit: The Development of the
Child Behavior Coding System-PACU (CBCS-P) Journal of Pediatric
Psychology 37(3) pp. 338–347,

Committee on Hospital Care. American Academy of Pediatrics: Family-centered


care and the pediatrician’s role. Pediatrics 2003; 112:691–6

Connell J, Bradley S (2000) Visiting children in hospital: a vision from the past.
Paediatr Nurs 12(3): 32–5

Coyne IT (1995) Partnership in care: parents’ views of participation in their


hospitalized child’s care. J Clin Nurs 4: 71–9
60

Cullen, K., Hall, M., & Golosinskiy, A. (2009). Ambulatory surgery in the United
States, 2006. Hyattsville, MD: U.S. Dept. of Health and Human
Services, Centers for Disease Control and Prevention.

Dearmun AK (1992) Why involve the parents? Child Health 2(4): 166–70

Dunn M, Reilly M, Johnston A, Hoopes R, Abraham M: Development and


dissemination of potentially better practices for the provision of family-
centered care in neonatology: The family-centered care map. Pediatrics
2006; 118: S95–107

Fina DK, Lopas LJ, Stagnone JH, Santucci PR. Parent participation in the
postanesthesia care unit: Fourteen years of progress at one hospital. J
Perianesth Nurs. 1997; 12:152–62. [PubMed: 9214939]

Fiorentini SE. Evaluation of a new program: Pediatric parental visitation in the


postanesthesia care unit. J Post Anest Nurs. 1993; 8:249–56.

Fortier, M. A., MacLaren, J. E., Martin, S. R., Perret, D., & Kain, Z. N. (2009).
Pediatric pain after ambulatory

Franck LS, Scurr K, Couture S (2001) Parent views of infant pain and pain
management in the neonatal intensive care unit. Newborn Infant Nurs
Rev 1(2): 106–13

Gill FJ, Pascoe E, Monterosso L, Young J, Burr C, Tanner A et al. Parent and
staff perceptions of family-centered care in two Australian children’s
hospitals. Eur J Person Centered Healthc 2014;1(2):317–325

Hedenstierna G, Edmark L. Effects of anesthesia on the respiratory system. Best


Pract Res Clin Anaesthesiol. 2015 Sep;29(3):273-84. [PubMed]

Hidayat, A. A. (2017). Metode Penelitian Keperawatan dan Kesehatan. Jakarta:


Salemba Medika.

Irawan et al, 2020. Pendidikan Tinggi di Masa Pandemi. Transformasi, Adaptasi,


dan Metamorfosis Menyongsong New Normal. Yogyakarta; Zahir
Publising

Jenkins BM, Fortier MA, Stevenson R, Makhlouf M, Lim P, Converse R, Kain


ZN. 2019. Changing healthcare provider and parent behaviors in the
pediatric post-anesthesia-care-unit to reduce child pain: Nurse and
parent training in postoperative stress Pediatric Anesthesia.
2019;29:730–737.
61

Julie L Lerwick. Minimizing pediatric healthcare-induced anxiety and trauma


World J Clin Pediatr 2016 May 8; 5(2): 143-150

Kain ZN, Mayes LC, O’Connor TZ, Cicchetti DV. Preoperative anxiety in
children. Predictors and outcomes. Arch Pediatr Adolesc Med
2018;150:1238 – 45

Kawik L (1996) Nurses’ and parents’ perceptions of participation and partnership


in caring for a hospitalized child. Br J Nurs 5(7): 430–4

Lardner et al. 2010. the Effects of Parental Presence in the Postanesthetic Care
Unit on Children’s Postoperative Behavior: A Prospective,
Randomized, Controlled Study. International Anesthesia Research
Society

Lerwick JL. The impact of child-centered play therapy on anxiety levels in pre-
neurosurgical pediatric patients. Doctoral dissertation 2011. Corvallis,
OR: Oregon State University. [accessed 2015 Jun 23. Available from:
URL:
https://ir.library.oregonstate.edu/xmlui/bitstream/handle/1957/25410/Le
rwickJulieL2012.pdf

Luo S and Min S. Postoperative pain management in the postanesthesia care unit:
an update.Journal of Pain Research. 2017; 10 2687–2698

Manyande A, Cyna AM, Yip P, Chooi C, Middleton P. Non-pharmacological


interventions for assisting the induction of anaesthesia in children.
Cochrane Database Syst Rev. 2015;(7):CD006447.

Mayer S, Boyd J, Collins A, Kennedy MC, Fairbairn N, McNeil R. Characterizing


fentanyl-related overdoses and implications for overdose response:
Findings from a rapid ethnographic study in Vancouver, Canada. Drug
Alcohol Depend. 2018 Dec 01;193:69-74. [PMC free article] [PubMed]

McMurtry CM, Noel M, Chambers CT, McGrath PJ. Children’s fear during
procedural pain: preliminary investigation of the Children’s Fear Scale.
Health Psychol 2011; 30: 780-788 [PMID: 21806301 DOI:
10.1037/a0024817]

Mecca RS. Postoperative recovery. Dalam: Barash PG, Cullen BF, Stoelting RK,
penyunting. Clinical anesthesia. Edisi ke7. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins; 2013. hlm. 1380–405.

Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka


Cipta.
62

Ozdogan HK, Cetinalp S, Kuran G, Tugal O, Tahiroglu M, Herdem UE Haytoglu


S. The effects of maternal presence during anesthesia induction on
salivary cortisol levels in children undergoing tonsillectomy and/or
adenoidectomy. J Clin Anesth 2017;39:64–66.

Rodriguez CM, Clough V, Gowda AS, Tucker MC. Multimethod assessment of


children’s distress during noninvasive outpatient medical procedures:
child and parent attitudes and factors. J Pediatr Psychol 2012; 37: 557-
566 [PMID: 22427698 DOI: 10.1093/jpepsy/ jss005]

Sadeghi A, Khaleghnejad Tabari A, Mahdavi A, Salarian S, Razavi S. Impact of


parental presence during induction of anesthesia on anxiety level among
pediatric patients and their parents: a randomized clinical trial.
Neuropsychiatr Dis Treat 2017;12:3237–3241.

Sastroasmoro S and Ismael S. 2016. Dasar- Dasar Metodologi Penelitian Klinis


Edisi ke 5. Jakarta: Sagung Seto

Schaffer P, Vaughn G, Kenner C, Donohue F, Longo A (2000) Revision of a


parent satisfaction survey based on the parent perspective. J Pediatr
Nurs 15(6): 373–7

Siddiqui BA and Kim PY. 2020. Anesthesia Stages. StatPearls Publishing LLC

Simons J. 2002. Parents’ support and satisfaction with their child’s postoperative
care. BRITISH JOURNAL OF NURSING, 2002, VOL 11, NO 22

Sine R. Beyond ‘White Coat Syndrome’ Fear of doctors and tests can hinder
preventive health care, 2008. Available from: URL:
http://www.webmd.com/anxiety-panic/ features/beyond-white-coat-
syndrome

Sjöberg C, Amhliden H, Nygren JM, Arvidsson S, Svedberg P. The perspective of


children on factors influencing their participation in perioperative care.
J Clin Nurs 2015;24(1):2945–2953.

Sugiyono. (2017). Statistika untuk Penelitian. Bandung: ALFABETA.

Supartini, 2004. Buku Ajar Konsep Dasar keperawatan Anak. Jakarta: EGC

The Children’s Hospital at Westmead. Policy no: O/C/06:8179–01:03.


Anaesthesia: Parents attending the induction of – CHW. Policy and
procedure. Sydney: The Children’s Hospital at Westmead; 2014

Tyas, 2020. Ak dan Kewajiban Anak. Jawa Tenga. Alprin


63

Waseem H, Mazzamurro RS, Fisher AH, Bhowmik S, Zaman RA, Andrew A et


al. Parental satisfaction with being present in the operating room during
the induction of anesthesia prior to pediatric neurosurgical intervention:
A qualitative analysis. J Neurosurg Pediatr 2018;21(5):528–534

Whitehurst E. 2009. Parental Presence within the Post-Anaesthetic Care Unit.


British Journal of Anaesthetic and Recovery Nursing: Parental Presence
within the Post-Anaesthetic Care Unit

Winterberg AV, Colella CL, Weber KA, Varughese AM. The Child Induction
Behavioral Assessment Tool: A Tool to Facilitate the Electronic
Documentation of Behavioral Responses to Anesthesia Inductions. J
Perianesth Nurs. 2018 Jun;33(3):296-303.e1. [PubMed]

Wu CL, Raja SN. Treatment of acute postoperative pain. Lancet.


2011;377(9784):2215–2225.Sommer M, de Rijke JM, van Kleef M, et
al. The prevalence of postoperative pain in a sample of 1490 surgical
inpatients. Eur J Anaesthesiol. 2008;25(4):267–274.

Yousef Y, Drudi S, Sant’Anna AM, Emil S. Parental presence at induction of


anesthesia: Perceptions of a pediatric surgical department before and
after program implementation. J Pediatr Surg 2018;53(8):1606–1610

Zein MF.2016. Model Perlindungan Anak Berbassis Teknologi Informasi.


Indonesia: Perpustakaan Nasional.
64

Lampiran 1. Master Tabel Penelitian Pengaruh Keterlibatan Orang Tua


dengan Kecemasan Anak Pasca Operasi di Ruang Post Anesthesia Care Unit
(PACU) RSUP Dr. M. Djamil Padang

No JK Usia Pre Test Post Test


1 2 3 5 3
2 1 3 5 2
3 1 4 4 2
4 2 4 5 3
5 2 3 5 2
6 1 3 5 2
7 2 5 5 3
8 2 3 5 2
9 1 4 5 3
10 1 3 4 2
11 1 5 5 2
12 2 4 5 3
13 1 5 5 3
14 2 3 4 1
15 2 4 5 2
65

Lampiran 2. Lampiran Hasil Uji Statistik


ANALISA DATA

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Laki - Laki 7 46.7 46.7 46.7

Valid Perempuan 8 53.3 53.3 100.0

Total 15 100.0 100.0

Descriptives

Statistic Std. Error

Umur Mean 3.73 .206

Lower Bound 3.29


95% Confidence Interval for
Mean
Upper Bound 4.18

5% Trimmed Mean 3.70

Median 4.00

Variance .638

Std. Deviation .799

Minimum 3

Maximum 5

Range 2

Interquartile Range 1

Skewness .555 .580


66

Kurtosis -1.132 1.121

Mean 4.80 .107

Lower Bound 4.57


95% Confidence Interval for
Mean
Upper Bound 5.03

5% Trimmed Mean 4.83

Median 5.00

Variance .171

Pre Eksperimen Std. Deviation .414

Minimum 4

Maximum 5

Range 1

Interquartile Range 0

Skewness -1.672 .580

Kurtosis .897 1.121

Post Eksperimen Mean 2.33 .159

Lower Bound 1.99


95% Confidence Interval for
Mean
Upper Bound 2.68

5% Trimmed Mean 2.37

Median 2.00

Variance .381

Std. Deviation .617

Minimum 1

Maximum 3

Range 2

Interquartile Range 1

Skewness -.312 .580


67

Kurtosis -.404 1.121

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Umur .287 15 .002 .783 15 .002

Pre Eksperimen .485 15 .000 .499 15 .000

Post Eksperimen .305 15 .001 .766 15 .001

a. Lilliefors Significance Correction


Ranks

Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

Pre 15 23.00 345.00

VAR00001 Post 15 8.00 120.00

Total 30

Test Statisticsa

VAR00001

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 120.000

Z -4.894

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .000b

a. Grouping Variable: Kelompok

b. Not corrected for ties.


61

Lampiran 3. Kuesioner Tingkat Kecemasan Akibat Hospitalisasi

Kuesioner Tingkat Kecemasan Akibat Hospitalisasi

Facial Image Scale (FIS)

Kode Responden :
Umur :
Tanggal  observasi :

Beri tanda (√) pada gambar dengan ekspresi wajah responden dengan penentuan
skor:
1)Gambar 1 adalah sangat tidak cemas ditunjukkan dengan sudut bibirterangkat
keatas kearah mata dan memiliki skor 1
2)Gambar 2 adalah tidak cemas ditunjukkan dengan sudut bibir sedikitterangkat
keatas kearah mata dan memiliki skor 2
3)Gambar 3 adalah cemas ringan ditunjukkan dengan sudut bibir ditarik
kesamping atau tidak bergerak dan memiliki skor 3.
4)Gambar 4 adalah cemas sedang ditunjukkan dengan sudut bibir ditarik kearah
dagu dan memiliki skor 4.
5)Gambar 5 adalah sangat cemas (cemas berat) ditunjukkan dengan sudut
bibirsangat ditekuk ke bawah dagu hingga menangis dan memiliki skor 5.
62

Lampiran 4. Protokol Intervensi Keterlibatan Orangtua

PROTOKOL INTERVENSI KETERLIBATAN ORANGTUA

(KELUARGA)

TAHAP TINDAKAN

Persiapan 1. Pastikan dan identifikasi kebutuhan orangtua responden


Petugas 2. Cuci tangan sesuai prosedur
3. Gunakan alat pelindung diri sesuai kebutuhan
4. Menjelaskan inform consent kepda orang tua anak

Persiapan 1. Identifikasi responden


Orangtua 2. Memahami inform consent
responden
3. Menjaga Privasi lingkungan dan pasien yang lain di ruangan
PACU
4. Memahami penjelasan tentang prosedur tindakan yang akan
dilakukan saat mendampingi anak
5. Gunakan alat pelindung diri sesuai kebutuhan
63

Pelaksanaan 1. Sebelum anak didekatkan dengan orang tua, terlebih dahulu anak
di ukur skor kecemasannya sesaat setelah anak bangun dari
anesthesi.
2. Setelah anak stabil perawat mendekatkan orang tua kepada anak
di ruangan PACU.
3. Orang tua mendampingi anak selama proses pemulihan pasca
operasi di ruangan PACU.
4. Orang tua menemani anak dan memberikan kenyamanan kepada
anak selama proses pemulihan anak pasca operasi di ruangan
PACU.
5. Orang tua menenangkan anak jika anak menangis selama proses
pemuliham pasca operasi di ruangan PACU.
6. Setelah 30 menit anak didampingi orang tua, dilakukan penilaian
kecemasan anak dengan menggunakan kuesioner FIS.
7. Melakukan transfer pasien ke ruang rawat biasa
8. Orang tua melepaskan APD dan mencuci tangan dengan handrub
9. Perawat melepaskan APD dan mencuci tangan dengan handrub
10. Dokumentasikan skor kecemasan anak pada saat sebelum dan
sesudah pendampingan orang tua dilakukan.
11. Dokumentasikan segala tindakan yang dilakukan orang tua
kepada anak dan respon anak selama di dampingi oleh orang tua
Lampiran 5. Jadwal Kegiatan Penelitian
JADWAL KEGIATAN PENELITIAN
Nama : Iska Ayu Putri

No.BP : 1911319010

Judul : Pengaruh Keterlibatan Orang Tua Dengan Kecemasan Anak Pasca Operasi Di Ruang Post Anesthesia Care Unit (Pacu) Rsup
Dr. M. Djamil Padang
November Desember Januari Februari Maret April
No. Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Pengajuan Judul Penelitian                                                

2 Acc Judul Penelitian                                                

3 Penyusunan Proposal Penelitian                                                

4 Persiapan Ujian Proposal                                                

5 Ujian Seminar Proposal                                                

6 Perbaikan Proposal Penelitian                                                

7 Pelaksanaan Penelitian                                                

8 Pengolahan dan Analisa Data                                                

9 Penyusunan Hasil Penelitian                                                


61

10 Ujian Skripsi

11 Perbaikan hasil ujian skripsi

Penyusunan hasil penelitian dan pengadaan


12
skripsi
Lampiran 6. Anggaran Biaya Penelitian

ANGGARAN BIAYA PENELITIAN

Judul : Pengaruh Keterlibatan Orang Tua dengan Kecemasan Anak Pasca

Operasi di ruang Post Anasthesia Care Unit (PACU) RSUP Dr. M.

Djamil Padang

Peneliti :Iska Ayu Putri

No. BP :1911319010

No Kegiatan Biaya

1. Penyusunan proposal penelitian Rp. 300.000

2. Pengadaan proposal dan ujian proposal Rp. 400.000

3. Pelaksanaan Penelitian Rp. 300.000

4. Penyusunan dan perbaikan skripsi Rp. 100.000

5. Pengadaan skripsi dan ujian akhir Rp. 600.000

Jumlah Rp. 1.700.000

Padang, Januari 2021

Peneliti

Iska Ayu Putri


61

Lampiran 7. Surat Izin Penelitian


62

Lampiran 8. Surat Telah Melakukan Penelitian


63

Lampiran 9. Kartu Bimbingan Skripsi


64

Lampiran 10. Lembar Permohonan Menjadi Responden


65

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth. : Calon Responden Di Ruang PACU RSUP Dr. M.Djamil Padang

Dengan hormat,

Saya yang bertandatangan dibawah ini adalah mahasiswa Fakultas

Keperawatan Universitas Andalas :

Nama : ISKA AYU PUTRI


NIM : 1911319010

Akan mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Keterlibatan Orang Tua

Dengan Kecemasan Anak Pasca Operasi Di Ruang Post Anesthesia Care

Unit (Pacu) Rsup Dr. M. Djamil Padang” Penelitian ini tidak akan

menimbulkan akibat yang merugikan pada Bapak/ Ibu sebagai responden.

Kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya untuk

keperluan penelitian. Jika terjadi sesuatu yang tidak memungkinkan ini, saya

memohon kesediaan untuk menandatangani lembar persetujuan dengan menjawab

pertanyaan-pertanyaan yang ada.Atas perhatian dan kesediaan Bapak/Ibu menjadi

responden, saya ucapkan terima kasih.

Padang, Januari 2021

Peneliti
66

Lampiran 11. Lembar Persetujuan Menjadi Responden


FORMAT PERSETUJUAN IKUT DALAM PENELITIAN
(INFORMEDCONSENT)

Yang bertanda tangan dibawah ini


Inisial Responden / Inisial Orangtua :
Jenis Kelamin :
Usia :
MR :

Setelah memperoleh penjelasan dari :


Nama : ISKA AYU PUTRI
NIM : 1911319010
Fakultas : Keperawatan Universitas Andalas

Mengenai penelitian tentang “Pengaruh Keterlibatan Orangtua Dengan


Kecemasan Anak Pasca Operasi di Ruang Post Anestesia Care Unit
Rsup Dr M Djamil Padang”, dengan ini menyatakan
BERSEDIA/TIDAK BERSEDIA untuk ikut serta berpartisipasi menjadi
responden penelitian. Orang Tua responden bersedia untuk tidak
mendokumentasikan (memfoto dan memvidiokan) kegiatan selama
mendampingi anak di ruang Post Anesthesia Care Unit (PACU).

Padang, Januari 2021


PenelitiYang membuatpernyataan

(ISKA AYU PUTRI) ( )


67

Lampiran 12. Curiculum Vitae


CURICULUM VITAE

Nama : Iska Ayu Putri

Tempat tanggal lahir : Padang, 3Juni 1989

Pekerjaan : Mahasiswi Fakultas Keperawatan Unand

Status : Kawin

Nama Bapak : Ismal

Nama Ibu : Yusniwarti (alm)

Nama Suami : Teguh Irawan Rauf S.Kom

Riwayat Pendidikan : 1. Sekolah Dasar (1995 – 2001)


1. Sekolah Menengah Pertama (2001 – 2004)
2. Sekolah Menengah Atas (2004 -2007)
3. Diploma III (2007 – 2010)
4. FKEP Unand (2019 – sekarang )

Riwayat Pekerjaan : Perawat Pelaksana di RSUP Dr.M.Djamil Padang -


sekarang
68

Lampiran 13. Dokumentasi Penelitian

Anda mungkin juga menyukai