Anda di halaman 1dari 11

BAB I

KONSEP DASAR

A. ANATOMI FISIOLOGI

Hati merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia, mempunyai berat


sekitar 1.5 kg. Walaupun berat hati hanya 2-3% dari berat tubuh , namun hati
terlibat dalam 25-30% pemakaian oksigen. Sekitar 300 milyar sel-sel hati
terutama hepatosit yang jumlahnya kurang lebih 80%, merupakan tempat
utama metabolisme intermedier (Dwisang, 2014).
Hati manusia terletak pada bagian atas cavum abdominis, dibawah
diafragma, dikedua sisi kuadran atas, yang sebagian besar terdapat pada
sebelah kanan. Beratnya 1200-1600 gram. Permukaan atas terletak bersentuhan
dibawah diafragma, permukaan bawah terletak bersentuhan di atas organ-organ
abdomen. Hepar difiksasi secara erat oleh tekanan intraabdominal dan
dibungkus oleh peritonium kecuali di daerah posterior-posterior yang
berdekatan dengan vena cava inferior dan mengadakan kontak langsung
dengan diafragma (Dwisang, 2014).
Hepar dibungkus oleh simpai yg tebal, terdiri dari serabut kolagen dan
jaringan elastis yg disebut Kapsul Glisson. Simpai ini akan masuk ke dalam
parenchym hepar mengikuti pembuluh darah getah bening dan duktus biliaris.
Massa dari hepar seperti spons yg terdiri dari sel-sel yg disusun di dalam
lempengan-lempengan/ plate dimana akan masuk ke dalamnya sistem
pembuluh kapiler yang disebut sinusoid. Sinusoid-sinusoid tersebut berbeda
dengan kapiler-kapiler di bagian tubuh yang lain, oleh karena lapisan endotel
yang meliputinya terediri dari sel-sel fagosit yg disebut sel kupfer. Sel kupfer
lebih permeabel yang artinya mudah dilalui oleh sel-sel makro dibandingkan
kapiler-kapiler yang lain .Lempengan sel-sel hepar tersebut tebalnya 1 sel dan
punya hubungan erat dengan sinusoid. Pada pemantauan selanjutnya nampak
parenkim tersusun dalam lobuli-lobuli. Di tengah-tengah lobuli terdapat 1 vena
sentralis yg merupakan cabang dari vena-vena hepatika (vena yang
menyalurkan darah keluar dari hepar). Di bagian tepi di antara lobuli-lobuli
terhadap tumpukan jaringan ikat yang disebut traktus portalis/triad yaitu traktus
portalis yang mengandung cabang-cabang v.porta, A.hepatika, ductus biliaris.
Cabang dari vena porta dan A.hepatika akan mengeluarkan isinya langsung ke
dalam sinusoid setelah banyak percabangan Sistem bilier dimulai dari
canaliculi biliaris yang halus yg terletak di antara sel-sel hepar dan bahkan turut
membentuk dinding sel. Canaliculi akan mengeluarkan isinya ke dalam
intralobularis, dibawa ke dalam empedu yg lebih besar , air keluar dari saluran
empedu menuju kandung empedu (Dwisang, 2014).
Hati merupakan pusat dari metabolisme seluruh tubuh, merupakan
sumber energi tubuh sebanyak 20% serta menggunakan 20 – 25% oksigen
darah. Ada beberapa fungsi hati yaitu (Dwisang, 2014) :
1. Fungsi hati sebagai metabolisme karbohidrat
Pembentukan, perubahan dan pemecahan KH, lemak dan protein saling
berkaitan 1 sama lain. Hati mengubah pentosa dan heksosa yang diserap
dari usus halus menjadi glikogen, mekanisme ini disebut glikogenesis.
Glikogen lalu ditimbun di dalam hati kemudian hati akan memecahkan
glikogen menjadi glukosa. Proses pemecahan glikogen mjd glukosa
disebut glikogenelisis. Karena proses-proses ini, hati merupakan sumber
utama glukosa dalam tubuh, selanjutnya hati mengubah glukosa melalui
heksosa monophosphat shunt dan terbentuklah pentosa. Pembentukan
pentosa mempunyai beberapa tujuan: Menghasilkan energi, biosintesis
dari nukleotida, nucleic acid dan ATP, dan membentuk/ biosintesis
senyawa 3 karbon (3C) yaitu piruvic acid (asam piruvat diperlukan dalam
siklus krebs).
2. Fungsi hati sebagai metabolisme lemak
Hati tidak hanya membentuk/ mensintesis lemak tapi sekaligus
mengadakan katabolisis asam lemak. Asam lemak dipecah menjadi
beberapa komponen :
a. Senyawa 4 karbon – keton bodies
b. Senyawa 2 karbon – active acetate (dipecah menjadi asam lemak dan
gliserol)
c. Pembentukan cholesterol
d. Pembentukan dan pemecahan fosfolipid
3. Fungsi hati sebagai metabolisme protein
Hati mensintesis banyak macam protein dari asam amino. Dengan proses
deaminasi, hati juga mensintesis gula dari asam lemak dan asam amino.
Dengan proses transaminasi, hati memproduksi asam amino dari bahan-
bahan non nitrogen. Hati merupakan satu-satunya organ yang membentuk
plasma albumin dan ∂ - globulin dan organ utama bagi produksi urea.
4. Fungsi hati sehubungan dengan pembekuan darah
Hati merupakan organ penting bagi sintesis protein-protein yang berkaitan
dengan koagulasi darah, misalnya: membentuk fibrinogen, protrombin,
faktor V, VII, IX, X. Benda asing menusuk kena pembuluh darah – yang
beraksi adalah faktor ekstrinsi, bila ada hubungan dengan katup jantung –
yang beraksi adalah faktor intrinsik.
5. Fungsi hati sebagai metabolisme vitamin
Semua vitamin disimpan di dalam hati khususnya vitamin A, D, E, K
6. Fungsi hati sebagai detoksikasi
Hati adalah pusat detoksikasi tubuh, Proses detoksikasi terjadi pada proses
oksidasi, reduksi, metilasi, esterifikasi dan konjugasi terhadap berbagai
macam bahan seperti zat racun, obat over dosis.
7. Fungsi hati sebagai fagositosis dan imunitas
Sel kupfer merupakan saringan penting bakteri, pigmen dan berbagai
bahan melalui proses fagositosis. Selain itu sel kupfer juga ikut
memproduksi ∂ - globulin sebagai imun livers mechanism.
8. Fungsi hemodinamik
Hati menerima ± 25% dari cardiac output, aliran darah hati yang normal ±
1500 cc/ menit atau 1000 – 1800 cc/ menit. Darah yang mengalir di dalam
a.hepatica ± 25% dan di dalam v.porta 75% dari seluruh aliran darah ke
hati. Aliran darah ke hepar dipengaruhi oleh faktor mekanis, pengaruh
persarafan dan hormonal, aliran ini berubah cepat pada waktu exercise,
terik matahari, shock. Hepar merupakan organ penting untuk
mempertahankan aliran darah.

B. DEFINISI
Hiperbilirubinemia adalah kadar bilirubin yang dapat menimbulkan efek
patologi. Tingginya kadar bilirubin yang dapat menimbulkan efek patologi pada
setiap bayi berbeda-beda. Dapat juga diartikan sebagai ikterik dengan
konsentrasi bilirubin, yang serumnya menjurus kearah terjadinya kern ikterus
bila kadar bilirubin tidak dikendalikan (Marmi, 2015).
Hiperbilirubinemia adalah suatu keadaan kadar bilirubin serum total yang lebih
dari 10 mg/dl pada 24 jam pertama yang ditandai dengan tampaknya ikterik pada
kulit, sklera, dan organ lain (Ridha, 2014).
Hiperbilirubinemia adalah suatu keadaan pada bayi baru lahir dimana kadar
bilirubin serum total lebih dari 10 mg/dl pada 24 jam pertama kehidupan dengan
ditandai adanya ikterik, keadaan ini terjadi pada bayi baru lahir yang disebut
ikterik neonatus yang bersifat patologis atau yang lebih dikenal dengan
hiperbilirubinemia yang merupakan suatu keadaan meningkatnya kadar bilirubin
di dalam jaringan ekstra vaskuler sehingga konjungtiva, kulit, dan mukosa akan
berwarna kuning (Hidayat, 2008).

C. ETIOLOGI
Penyebab ikterik pada neonatus dapat berdiri sendiri ataupun dapat disebabkan
oleh beberapa faktor (Ridha, 2014) :
1. Penurunan Berat Badan abnormal (7-8% pada bayi baru lahir yang menyusui
ASI, >15% pada bayi cukup bulan)
2. Pola makan tidak ditetapkan dengan baik
3. Kesulitan transisi ke kehidupan ekstra uterin
4. Usia kurang dari 7 hari
5. Keterlambatan pengeluaran feses (meconium).

D. MANIFESTASI KLINIS
Adapun tanda-tanda hiperbilirubinemia sebagai berikut (Ridha, 2014):
1. Warna kuning yang dapat terlihat pada sklera, selaput lender, kulit atau organ
lain akibat penumpukan bilirubin
2. Ikterik terjadi pada 24 jam pertama
3. Peningkatan konsentrasi bilirubin 5 mg% atau lebih setiap 24 jam.
4. Konsentrasi bilirubin serum 10 mg% pada neonatus cukup bulan, dan 12,5
mg% pada neonatus kurang bulan.
5. Ikterik yang disertai proses hemolisis.
6. Ikterik yang disertai dengan berat badan lahir kurang 2000 gr, masa esfasi
kurang 36 mg, defikasi, hipoksia, sindrom gangguan pernafasan, infeksi
trauma lahir kepala, hipoglikemia, hiperkarbia.

E. PATOFISIOLOGI
Ikterus pada neonatus disebabkan oleh stadium maturase fungsional (fisiologis)
atau manifestasi dari suatu penyakit (patologik). Tujuh puluh lima persen dari
bilirubin yang ada pada neonatus berasal dari penghancuran hemoglobin dan dari
myoglobin sitokorm, katalase dan triptofan pirolase. Satu gram hemoglobin
yang hancur akan menghasilkan 35 mg bilirubin. Bayi cukup bulan akan
menghancurkan eritrosit sebanyak 1 gram /hari dalam bentuk bentuk bilirubin
indirek yang terikat dengan albumin bebas (1 gram albumin akan mengikat 16
mg Bilirubin). Bilirubin indirek dalam lemak dan bila sawar otak terbuka ,
bilirubin akan masuk ke dalam otak dan terjadi Kern Ikterus. Yang memudahkan
terjadinya hal tersebut adalah imaturitas, asfiksia/ hipoksia, trauma lahir, BBLR
(kurang dari 2000 g), infeksi , hipoglikemia, hiperkarbia, dan lain- lain, di dalam
hepar bilirubin akan diikat oleh enzim glucuronil transverase menjadi bilirubin
direk yang larut dalam air, kemudian diekskresi ke sistem empedu selanjutnya
masuk ke dalam usus dan menjadi sterkobilin. Sebagian diserap kembali dan
keluar melalui urine urobilinogen. Pada neonatus bilirubin direk dapat diubah
menjadi bilirubin indirek di dalam usus karena disini terdapat beta-
glukoronidase yang berperan penting terhadap perubahan tersebut. Bilirubin
indirek ini diserap kembali ke hati yang disebut siklus Intrahepatik (Mendri &
Prayogi, 2017)
H. KLASIFIKASI
Menurut (Ridha, 2014) dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu ikterik
fisiologis dan ikterik patologis:
1. Ikterik fisiologis
Ikterik fisiologis yaitu warna kuning yang timbul pada hari kedua atau ketiga
dan tampak jelas pada hari kelima sampai keenam dan menghilang sampai
hari kesepuluh. Ikterik fisiologis tidak mempunyai dasar patologis potensi
kern icterus. Bayi tampak biasa, minum baik, berat badan naik biasa, kadar
bilirubin serum pada bayi cukup bulan tidak lebih dari 12 mg/dl dan pada
BBLR 10 mg/dl, dan akan hilang pada hari keempat belas, kecepatan kadar
bilirubin tidak melebihi 5% perhari.
2. Ikterik patologis
Ikterik ini mempunyai dasar patologis, ikterik timbul dalam 24 jam pertama
kehidupan: serum total lebih dari 12 mg/dl. Terjadi peningkatan kadar
bilirubin 5 mg% atau lebih dalam 24 jam. Konsentrasi bilirubin serum serum
melebihi 10 mg% pada bayi kurang bulan (BBLR) dan 12,5 mg%pada bayi
cukup bulan, ikterik yang 10 disertai dengan proses hemolisis
(inkompatibilitas darah, defisiensi enzim G-6-PD dan sepsis). Bilirubin direk
lebih dari 1 mg/dl atau kenaikan bilirubin serum 1 mg/dl per-jam atau lebih
5 mg/dl perhari. Ikterik menetap sesudah bayi umur 10 hari (bayi cukup
bulan) dan lebih dari 14 hari pada bayi baru lahir BBLR. Beberapa keadaan
yang menimbulkan ikterik patologis:
a) Penyakit hemolitik, isoantibody karena ketidak cocokan golongan darah
ibu dan anak seperti rhesus antagonis, ABO dan sebagainya.
b) Kelainan dalam sel darah merah pada defisiensi G-PD (Glukosa-6
Phostat Dehidrokiknase), talesemia dan lain-lain.
c) Hemolisis: Hematoma, polisitemia, perdarahan karena trauma lahir.
d) Infeksi: Septisemia, meningitis, infeksi saluran kemih, penyakit,karena
toksoplasmosis, sifilis, rubella, hepatitis dan sebagainya.
e) Kelainan metabolik: hipoglikemia, galaktosemia.
f) Obat- obatan yang menggantikan ikatan bilirubin dengan albumin seperti
solfonamida, salisilat, sodium benzoate, gentamisin, dan sebagainya.
g) Pirau enterohepatic yang meninggi: obstruksi usus letak tinggi, penyakit
hiscprung, stenosis, pilorik, meconium ileus dan sebagainya.

I. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat ditimbulkan penyakit ini yaitu terjadi kern ikterus yaitu
keruskan otak akibat perlangketan bilirubin indirek pada otak. Pada kern ikterus
gejala klinik pada permulaan tidak jelas antara lain : bayi tidak mau menghisap,
letargi, mata berputar-putar, gerakan tidak menentu (involuntary movements),
kejang tonus otot meninggi, leher kaku, dan akhirnya opistotonus. Selain itu
dapat juga terjadi Infeksi/sepsis, peritonitis, pneumonia (Ridha, 2014).

J. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS
Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan pada ikterik neonatus adalah
(Mendri & Prayogi, 2017) :
1. Kadar bilirubin serum (total). Kadar bilirubin serum direk dianjurkan untuk
diperiksa, bila dijumpai bayi kuning dengan usia kurang lebih dari 10 hari
dan tau dicurigai adanya suatu kolestatis.
2. Darah tepi lengkap dan gambaran apusan darah tepi untuk melihat morfologi
eritrosit dan hitumg retikulosit
3. Penentuan golongan darah dan factor Rh dari ibu dan bayi. Bayi yang berasal
dari ibu dengan Rh negative harus dilakukan pemeriksaan golongan darah,
faktor Rh uji coombs pada saat bayi dilahirkan, kadar hemoglobin dan
bilirubin tali pusat juga diperiksa (Normal bila Hb >14mg/dl dan bilirubin
Tali Pusat , < 4 mg/dl ).
4. Pemeriksaan enzim G-6-PD (glukuronil transferase ).
5. Pada Ikterus yang lama, lakukan uji fungsi hati (dapat dilanjutkan dengan
USG hati, sintigrafi sistem hepatobiliary, uji fungsi tiroid, uji urine terhadap
galaktosemia.
6. Bila secara klinis dicurigai sepsis, lakukan pemeriksaan kultur darah, dan
pemeriksaan C reaktif protein (CRP).

K. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan medis pada ikterik neonatus menurut (Marmi, 2015):
1. Mempercepat metabolisme dan pengeluaran bilirubin
a) Menyusui bayi denga ASI, bilirubin dapat pecah jika bayi banyak
mengeluarkan feses dan urine, untuk itu bayi harus mendapatkan cukup
ASI. Seperti yang diketahui ASi memiliki zat zat terbaik yang dapat
memperlancar BAB dan BAK
b) Pemberian fenobarbital, fenobarbital berfungsi untuk mengadakan
induksi enzim mikrosoma, sehingga konjungsi bilirubin berlangsung
dengan cepat.
2. Fototerapi
Fototerapi diberikan jika kadar bilirubin dari suatu senyawa tetrapirol yang
sulit larut dalam air menjadi senyawa dipirol yang mudah larut dalam air, dan
dikeluarkan melalui urine, tinja, sehingga kadar bilirubin menurun. Foto
terapi dapat menimbulkan dekomposisi bilirubin dari suatu senyawa
tetrapirol yang sulit larut dalam air menjadi senyawa dipirol yang mudah larut
dalam air dan cairan empedu duodenum dan menyebabkan bertambahnya
pengeluaran cairan empedu kedalam usus sehingga peristaltic usus menngkat
dan bilirubin akan keluar dalam feses.
3. Transfusi Tukar
Transfuse tukar dilakukan pada keadaan hiperbilirubinemia yang tidak dapat
diatasi dengan tindakan lain, misalnya telah diberikan fototerapi kadar
bilirubin tetap tinggi. Pada umumnya transfuse tukar dilakukan pada ikterus
yang disebabkan hemolisis yang terdapat pada ketidakselarasan rhesus ABO,
defisiensi enzim glukuronil transferase G-6-PD, infeksi toksoplasmosis dan
sebagainya. Indikasi untuk melakukan transfusi tukar adalah kadar bilirubin
indirek lebih dari 20 mg%, peningkatan kadar bilirubin indirek cepat yaitu
0,3-1 mg% per-jam, anemia berat pada neunatus dengan gejala gagal jantung,
bayi dengan kadar hemoglobin tali pusat kurang dari 14 mg% dan uji comb
positif. Tujuan transfuse tukar adalah mengganti ertitrosit yang dapat menjadi
hemolisis, membuang 13 antibodi yang menyebabkan hemolisis, menurunkan
kadar bilirubin indirek dan memperbaiki anemia
Daftar Pustaka

Dwisang, E. L. (2014). Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat dan Paramedis.


Tanggerang Selatan: Binarupa Aksara.

Hidayat, A. A. (2008). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Salemba


Medika

Marmi. (2015). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mendri, N., & Prayogi, A. S. (2017). Asuhan Keperawatan Pada Anak Sakit & Bayi
Resiko Tinggi. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

NANDA. (2017). Diagnosis Keperawatan Definisi Dan Klasifikasi 2018-2020.


Jakarta : EGC.

NIC. (2016). Nursing Interventions Classification (NIC), 6th edition. ELSEVIER.

NOC.(2016). Nursing Outcomes Classification (NOC), 6th edition. ELSEVIER.

Ridha N. (2014). Buku Ajar Keperawatan Pada Anak. Jakarta: Pustaka Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai