Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem organ dalam tubuh manusia ada beberapa macam, diantaranya adalah

sistem muskuloskeletal. Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk

tubuh, membantu proses pergerakan, serta melindungi organ-organ tubuh yang

lunak. Komponen utama dari sistem muskuloskeletal merupakan jaringan ikat.

Sistem ini terdiri atas tulang, sendi, otot rangka, tendon, ligamen, bursa, dan

jaringan-jaringan khusus yang menghubungkan struktur-struktur tersebut

(Patofisiologi, 2002). Ada tiga macam tumor tulang yaitu yang bersifat lunak,

ganas dan yang memiliki lesi di tulang (berlubangnya struktur karena jaringan

akibat cedera atau penyakit). Selain itu ada yang bersifat primer dan skunder.

Pada tumor tulang sekunder misalnya, seseorang terkena tumor payudara,

kemudian menjalar ke tulang dan selanjutnya menggerogoti tulang tersebut.

Kanker tulang ini merupakan kelompok tumor tulang yang ganas.

Dari berbagai macam jaringan yang menyusun sistem ini, bermacam-macam pula

gangguan yang dapat ditimbulkan. Salah satu gangguan itu yaitu Benigna

BoneTumor and Maligna Bone Tumor. Tumor ini sering terjadi pada anak-anak,

karena sifatnya yang jinak tumor ini tidak berbahaya. Tumor-tumor jaringan lunak

merupakan suatu golongan heterogen kelainan-kelainan yang berasal dari jaringan

asal mesodermal. Dalam jaringan ini termasuk organ gerak, seperti otot-otot dan

tendon, kapsula, sendi dan juga semua struktur lemak dan jaringan ikat

penyangga, yang berada diantara komponen-komponen epitelial dan di sekitar

1
organ-organ. Sering juga kelainan yang berasal dari struktur mesenkimal, tetapi

yang terletak dalam organ tertentu, dibicarakan dan ditangani sebagai kelainan

organ-organ itu dan tidak dimasukkan dalam golongan tumor jaringan lunak.

Tumor tulang Benigna dan Maligna memiliki prevalensi yang jarang (kurang dari

1% dari seluruh kasus tumor), namun tumor ini mengakibatkan dampak yang

cukup fatal bagi penderitanya. Penderita tumor tulang seringkali merasakan nyeri

yang hebat bahkan pasien tidak mampu menjalankan aktivitasnya. Selain itu

penderita juga dapat berisiko mengalami cidera akibat fraktur patologik.

Peran perawat dalam penyembuhan dan perawatan klien sangat dibutuhkan,

karena umumnya pada pasien tumor tulang ini pasien mengalami kesulitan

bergerak. Bahkan efek dari tindakan medis juga cukup mengganggu, misalnya

pada kemoterapi dan pembedahan. Oleh karena itu perawat juga harus mengetahui

tumor tulang Benigna dan Maligna secara menyeluruh. Hal ini ditujukan agar

perawat mampu bertindak secara profesional dalam asuhan keperawatan dan

memberikan perawatan yang supportif pada penderita tumor tulang.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1. Apakah definisi Tumor tulang?

1.2.2. Apa etiologi Tumor tulang Benigna dan Maligna?

1.2.3. Apa saja faktor resiko tumor tulang ?

1.2.4. Apa saja jenis-jenis tumor tulang Benigna & Maligna?

1.2.5. Bagaimana patofisiologi Tumor tulang Benigna dan Maligna?

1.2.6. Apa manifestasi Tumor tulang Benigna dan Maligna?

1.2.7. Apa saja pemeriksaan penunjang Tumor Tulang Benigna & Maligna?

2
1.2.8. Bagaimana penatalaksanaan medis Tumor tulang Benigna dan Maligna?

1.2.9. Bagaimana Asuhan Keperawatan klien dengan Tumor tulang Benigna dan

Maligna?

1.3 Tujuan

1.3.1. Mengetahui definisi Tumor tulang.

1.3.2. Mengetahui etiologi Tumor tulang Benigna dan Maligna.

1.3.3. Mengetahui Faktor resiko tumor tulang.

1.3.4. Mengetahui Jenis-jenis tumor tulang Benigna & Maligna.

1.3.5. Mengetahui patofisiologi Tumor tulang Benigna dan Maligna.

1.3.6. Mengetahui manifestasi klinis Tumor tulang Benigna dan Maligna.

1.3.7. Mengetahui Pemeriksaan penunjang Tumor Tulang Benigna & Maligna.

1.3.8. Mengetahui penatalaksanaan medis Tumor tulang Benigna dan Maligna.

1.3.9. Mengetahui Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan tumor tulang Benigna

dan Maligna

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Definisi Tumor Tulang

Tumor tulang adalah pertumbuhan abnormal pada sel-sel (neoplasma) di

dalam tulang yang kemungkinannya benigna (non kanker) atau maligna

(kanker). Neoplasma adalah masa abnormal dari jaringan, yang

pertumbuhannya pesat dan tidak terkoordinasi dari pada jaringan normal dan

berlangsung lama serta berlebihan setelah perhentian stimulus yang

menimbulkan perubahan tersebut (Robin 1999, 261,basic of pathology

disease).

Tumor tulang ini dapat di bedakan menjadi dua yaitu:

1. Tumor tulang primer

a. Tumor tulang primer merupakan tumor tulang yang berasal dari dalam

tulang itu sendiri (osteogenik).

Jinak : osteoid osteoma

Ganas : oesteosarkoma

b. Tumor yang membentuk tulang rawan (kondrogenik)

Jinak : Kondroblastoma

Ganas : Kondrosarkoma

2. Tumor jaringan ikat (fibrogenik)

a. Jinak : Non Ossifying Fibroma

b. Ganas : Fibrosarkoma

3. Tumor sumsum tulang (myelogenik)

Ganas : multiple myeloma

4
4. Tumor tulang sekunder / metastasik

Tumor tulang sekunder merupakan tumor tulang yang berasal dari

metastase tumor yang berasal dari organ/bagian tubuh yang lain, misalnya

pada tumor tulang yang terjadi dari tumor payudara, prostase, paru-paru.

Terutama sekali tumor yang berada pada akses utama sistem vaskuler.

2.2. Etiologi Tumor Tulang Benigna dan maligna

1. Tumor Jinak (Benigna)

Tumor Tulang Jinak (Benigna Bone Tumor) adalah pertumbuhan

abnormal pada sel-sel di dalam tulang yang kemungkinannya benigna (non

kanker) atau tumor jinak (benigna) tidak menyerang dan menghancurkan

tissue(sekumpulan sel terinterkoneksi yang membentuk fungsi serupa

dalam suatu organisme) yang berdekatan, tetapi mampu tumbuh membesar

secara lokal.Biasanya setelah dilakukan operasi pengangkatan (tumor

jinak), tumor jenis initidak akan muncul lagi.

2. Tumor Ganas (Maligna)

Tumor jenis ini lebih dikenal dengan istilah Kanker, yang memilikipotensi

untuk menyerang dan merusak tissue yang berdekatan, baik

denganpertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi)

ataumenyebabkan terjadinya metastasis (migrasi sel ke tempat yang jauh).

2.2.1. Etiologi Tumor Tulang Benigna

Penyebab dari tumor tulang tidak diketahui. Tumor tulang

biasanyamuncul pada area yang sedang mengalami pertumbuhan yang

cepat. Tetapi padapenelitian biomolekuler lebih lanjut ditemukan

5
beberapa mekanisme terjadinyaneoplasma tulang, yaitu melalui

identifikasi mutasi genetik yang spesifik danpenyimpangan kromosom

pada tumor. Keabnormalan dari gen supresor tumordan gen pencetus

oncogen. Tumor histogenik memiliki dua level tipe, yaitu:

1.benigna bone tumor;

2. maligna bone tumor.

Menurut penelitian juga disebutkan bahwa terjadinya mutasi

cromosom P53 dan Rb juga dapat menjadi penyebab terjadinya tumor

(Robins 1999, 551,Basic of Pathology Disease). Selain itu

penyebabnya bisa karena adanya trauma dan infeksi yang berulang

misalnya Bone infarct, osteomyelitis chronicpaget disease. Faktor

lingkungan berupa paparan radiasi dan zat karsinogenik (timbal, karbon

dan bahan metal lain), serta gaya hidup (perokok, alkoholik, dan sering

terpapar stress) juga merupakan factor predisposisi terjadinya tumor

tulang ini.

2.2.2. Etiologi Tumor Tulang Maligna

Faktor penyebab tumor maligna jaringan lunak yaitu:

1. Faktor genetik atau keturunan dimana bisa diturunkan dari

embrionik mesoderm.

2. Virus, Virus dapat dianggap bisa menyatukan diri dalam sel

sehingga mengganggu generasi mendatang dari populasi sel.

3. Pemajanan terhadap radiasi pengionisasi dapat terjadi saat

prosedur radiografi berulang atau ketika terapi radiasi digunakan

untuk mengobati penyakit.

6
4. Agens hormonal, Pertumbuhan tumor mungkin dipercepat dengan

adanya gangguan dalam keseimbangan hormon baik dalam

pembentukan hormon tubuh sendiri (endogenus) atau pemberian

hormon eksogenus.

5. Kegagalan sistem imun, Kegagalan sisem imun untuk berespon

dengan tepat terhadap sel-sel maligna memungkinkan tumor

tumbuh sampai pada ukuran yang terlalu besar untuk diatasi oleh

mekanisme imun normal.

6. Agens kimia, Kebanyakan zat kimia yang berbahaya menghasilkan

efek-efek toksik dengan menggunakan struktur DNA pada bagian-

bagian tubuh (zat warna amino aromatik, anilin, nikel, seng,

polifinil chlorida).

2.3.Faktor Risiko Tumor Tulang

Beberapa faktor resiko yang menyebabkan terjadinya tumor tulang yaitu:

1. Kecepatan pertumbuhan tulang yang memacu timbulnya tumor tulang

ganas selama masa kanak-kanak terutama daerah metafise tulang

panjang.

2. Beberapa kasus pada tumor tulang ganas disebabkan oleh kelainan DNA

pada tulang faktor genetik contohnya:

a. Retinoblastoma kelainan pada gen 13q14

b. Displasi tulang, penyakit paget, fibrous displasia, enchondromatosis,

eksostosis herediter multiple

c. L1-Fraumenisyndrome (mutasi TP 53)

7
d. Rothmund-thomson sindrom yaitu kelainan pada resesif autosomal

yang berkaitan dengan kelainan tulang kongenitaaaal, displasia

rambut dan kulit, hipogonadism, dan katarak

e. Gaya hidup yang tak sehat misalnya merokok, makanan dan

minuman yang mengandung karbon.

2.4.Jenis-jenis Tumor Tulang Benigna dan Maligna

1. Benigna

a. Osteokondroma

Osteokondroma (Eksostosis Osteokartilaginous) merupakan tumor

tulang jinak yang paling sering ditemukan. Biasanya menyerang usia

10-20 tahun. Tumor ini tumbuh pada permukaan tulang sebagai

benjolan yang keras. Penderita dapat memiliki satu atau beberapa

benjolan, 10% dari penderita yang memiliki beberapa

osteokondroma, akan mengalami kelaganasan tulang yang disebut

kondrosarkoma, tetapi penderita yang hanya memiliki satu

osterokondroma, tidak akan menderita kondrosarkoma.

b. Kondroma jinak

Kondroma Jinak biasanya terjadi pada usia 10-30 tahun, timbul

dibagian tengah tulang. Beberapa jenis kondroma menyebabkan

nyeri. Jika tidak menimbulkan nyeri, tidak perlu diangkat atau

diobati. Untuk memantau perkembangannya, dilakukan foto rontgen.

Jika tumor tidak dapat di diagnosis melalui foto rontgen atau jika

menyebabkan nyeri, mungkin perlu dilakukan biopsi untuk

8
menentukan apakah tumor tersebut bisa berkembang menjadi kanker

atau tidak.

c. Kondroblastoma

Kondroblastoma merupakan tumor yang jarang terjadi, yang tumbuh

pada ujung tulang. Biasanya timbul pada usia 10-20 tahun. Tumor

ini dapat menimbulkan nyeri, yang merupakan petunjuk adanya

penyakit ini. Pengobatan terdiri dari pengangkatan melalui

pembedahan; kadang setelah dilakukan pembedahan, tumor bisa

tumbuh kembali.

d. Fibroma Kondromiksoid

Fibroma Kondromiksoid merupakan tumor yang sangat jarang, yang

terjadi pada usia kurang dari 30 tahun. Nyeri merupakan gejala yang

biasa dikeluhkan. Tumor ini akan memberikan gambaran yang khas

pada foto rontgen. Pengobatannya adalah pengangkatan melalui

pembedahan.

e. Osteoid Osteoma

Osteoid Osteoma adalah tumor yang sangat kecil, yang biasanya

tumbuh dilengan atau tungkai, tetapi dapat terjadi pada semua

tulang. Biasanya akan menimbulkan nyeri yang memburuk pada

malam hari dan berkurang dengan pemberian aspirin dosis rendah.

Kadang otot di sekitar tumor akan mengecil (atrofi) dan keadaan ini

akan membaik setelah tumor diangkat. Skening tulang menggunakan

pelacak radioaktif bisa membantu menentukan lokasi yang tepat dari

tumor tersebut. Kadang-kadang tumor sulit ditentukan lokasinya dan

9
perlu dilakukan pemeriksaan tambahan seperti CT scan dan foto

rontgen dengan teknik yang khusus. Pengangkatan tumor melalui

pembedahan merupakan satusatunya cara untuk mengurangi nyeri

secara permanen. Bila penderita enggan menjalani pembedahan,

untuk mengurangi nyeri bisa diberikan aspirin.

f. Tumor Sel Raksasa

Tumor Sel Raksasa biasanya terjadi pada usia 20 tahun dan 30 tahun.

Tumor ini umumnya tumbuh di ujung tulang dan dapat meluas ke

jaringan di sekitarnya, biasanya menimbulkan nyeri. Pengobatan

tergantung dari ukuran tumor. Tumor dapat diangkat melalui

pembedahan dan lubang yang terbentuk bisa diisi dengan cangkokan

tulang atau semen tulang buatan agar struktur tulang tetap terjaga.

Pada tumor yang sangat luas kadang perlu dilakukan pengangkatan

satu segmen tulang yang terkena. Sekitar 10 % tumor akan muncul

kembali setelah pembedahan, walaupun jarang tumor ini bisa

tumbuh menjadi kanker.

2. Maligna

a. Khondrosarcoma

Chondrosarcoma adalah tumor yang terdiri dari sel-sel kartilago

(tulang rawan) yang ganas, merupakan jenis tumor ganas kedua yang

paling banyak didapati diderita. Kebanyakan Chondrosarcoma

tumbuh lambat atau merupakan tumor derajat rendah yang sering

dapat disembuhkan dengan pembedahan. Namun, ada juga tumor

derajat tinggi yang cenderung untuk menyebar. Biasanya untuk

10
menegakkan diagnosis perlu dilakukan biopsi. Tumor jenis ini harus

diangkat seluruhnya melalui pembedahan karena tidak bereaksi

terhadap kemoterapi maupun terapi penyinaran. Amputasi tungkai

atau lengan jarang diperlukan. Jika tumor diangkat seluruhnya, lebih

dari 75% penderita bertahan hidup.

b. Ewings sarcoma

Ewings sarcoma ditemukan oleh Dr. James Ewing pada tahun 1921,

dan sering ditemukan muncul pada masa pubertas, dimana tulang

tumbuh sangat cepat. Jenis tumor ini jarang ditemukan pada anak

yang berumur kurang dari 10tahun dan hamper tidak pernah

ditemukan pada anak-anak afro-amerika.Ewings sarcoma bisa

tumbuh di bagian tubuh manapun, namun paling seringditemukan

pada tulang panjang anggota gerak, panggul atau dada, bahkan

jugabisa tumbuh di tulang tengkorak atau tulang pipih lainnya.

c. Fibrosarkoma dan Histiositoma Fibrosa Malign

Kanker ini biasanya berasal dari jaringan lunak (jaringan ikat

selaintulang, yaitu ligamen, tendo, lemak dan otot) dan jarang

berawal dari tulang.Kanker ini biasanya ditemukan pada usia lanjut

dan usia pertengahan. Tulang yang paling sering terkena adalah

tulang pada tungkai, lengan dan rahang. Fibrosarkoma dan

histiositoma fibrosa maligna mirip dengan osteosarcoma dalam

bentuk, lokasi dan gejala-gejalanya, pengobatannya juga sama.

11
d. Mieloma multipel

Mieloma multipel merupakan kanker tulang primer yang paling

sering ditemukan, yang berasal dari sel sumsum tulang yang

menghasilkan sel darah, umumnya terjadi pada orang dewasa.

Tumor ini dapat mengenai satu atau lebih tulang sehingga nyeri

dapat muncul pada satu tempat atau lebih. Pengobatannya rumit,

yaitu meliputi kemoterapi, terapi penyinaran dan pembedahan.

e. Osteosarkoma

Osteosarkoma (sarkoma osteogenik) adalah tumor tulang ganas,

yang biasanya berhubungan dengan periode kecepatan pertumbuhan

pada masa remaja. Osteosarkoma merupakan tumor ganas yang

paling sering ditemukan pada anak-anak. Rata-rata penyakit ini

terdiagnosis pada umur 15 tahun. Angka kejadian pada anak laki-laki

dan anak perempuan adalah sama, tetapi pada akhir masa remaja

penyakit ini lebih banyak ditemukan pada anak laki-laki. Penyebab

yang pasti tidak diketahui. bukti-bukti mendukung bahwa

osteosarcoma merupakan penyakit yang diturunkan.

Osteosarkoma cenderung tumbuh di tulang paha (ujung bawah),

tulang lengan atas (ujung atas) dan tulang kering (ujung atas). Ujung

tulang-tulang tersebut merupakan daerah dimana terjadi perubahan

dan kecepatan pertumbuhan yang terbesar. Meskipun demikian,

osteosarkoma juga bias tumbuh di tulang lainnya. Gejala yang paling

sering ditemukan adalah nyeri. sejalan dengan pertumbuhan tumor,

juga bisa terjadi pembengkakan dan pergerakan yang terbatas.

12
Tumor di tungkai menyebabkan penderita berjalan timpang,

sedangkan tumor di lengan menimbulkan nyeri ketika lengan dipakai

untuk mengangkat sesuatu benda. Pembengkakan pada tumor

mungkin teraba hangat dan agak memerah. Tanda awal dari penyakit

ini bisa merupakan patah tulang karena tumor bisa menyebabkan

tulang menjadi lemah. patah tulang di tempat tumbuhnya tumor

disebut fraktur patologis dan seringkali terjadi setelah suatu gerakan

rutin.

f. Limfoma Tulang Maligna

Limfoma Tulang Maligna (Sarkoma Sel Retikulum) biasanya timbul

pada usia 40- 50 tahun. Bisa berasal dari tulang manapun atau

berasal dari tempat lain di tubuh kemudian menyebar ke tulang.

Biasanya tumor ini menimbulkan nyeri dan pembengkakan, dan

tulang yang rusak lebih mudah patah. Pengobatan terdiri dari

kombinasi kemoterapi dan terapi penyinaran, yang sama efektifnya

dengan pengangkatan tumor. Amputasi jarang diperlukan.

2.5.Patofisiologi Tumor Tulang Benigna dan Maligna

Tumor ganas merupakan proses yang biasanya makan waktu lama sekali,

bermula ketika sel abnormal diubah oleh mutasi genetik dari DNA seluler.

Sel abnormal ini membentuk klon dan mulai berfoliferasi secara abnormal,

mengabaikan sinyal mengatur pertumbuhan dalam lingkungan sekitar sel

tersebut kemudian dicapai suatu tahap dimana sel mendapatkan ciri-ciri

invasif. Dan terjadi perubahan pada jaringan sekitarnya sel-sel tersebut

menginfiltrasi jaringan sekitarnya dan memperoleh akses ke limfe dan

13
pembuluh-pembuluh darah, melalui pembuluih darah tersebut sel-sel dapat

terbawa ke area lain dalam tubuh untuk membentuk metastase.

Penyebaran limfogen terjadi karena sel kanker menyusup ke saluran

limfe kemudian ikut aliran limfe menyebar dan menimbulkan metastasis di

kelenjar limfe regional. Pada umumnya kanker mula-mula menyebar dengan

cara ini baru kemudian menyebar hematogen, pada permulaan penyebaran

hanya terjadi pada satu kelenjar limfe saja tetapi selanjutnya terjadi pada

kelenjar limfe regional lainnya. Setelah menginfiltrasi kelenjar limfe sel

kanker dapat menembus dinding struktur sekitar menimbulkan perlekatan.

Kelenjar limfe satu dengan yang lain sehingga membentuk paket kelenjar

limfe. Penyebaran hematogen terjadi akibat sel kanker menyusup ke kapiler

darah kemudian masuk ke pembuluh darah dan menyebar mengikuti aliran

darah vena sampai organ lain.

Tulang adalah suatu jaringan dinamis yang tersusun dari tiga jenis sel:

osteoblas, osteosit, dan osteoklas. Osteoblas membangun tulang dengan

membentuk kolagen tipe I dan proteoglikan sebagai matriks tulang atau

jaringan osteoid melalui suatu proses yang disebut osifikasi. Ketika sedang

aktif menghasilkan jaringan osteoid, osteoblas, mensekresikan sejumlah besar

fosfatase alkali, yang memegang peranan dalam mengendapkan kalsium dan

fosfat kedalam matriks tulang. Sebagian dari fosfotase alkali akan memasuki

aliran darah, dengan demikian maka keadaan fosfotase alkali di dalam darah

dapat menjadi indikator yang baik tentang pembentukan tulang setelah

mengalami patah tulang atau pada kasus metastasis kanker ke tulang. Osteosit

adalah sel-sel tulang dewasa yang bertindak sebagai suatu lintasan untuk

14
pertukaran kimiawi untuk tulang yang padat. Osteoklas adalah sel-sel besar

berinti banyak yang memungkinkan mineral dan matriks tulang dapat

diabsorbsi. Tidak seperti osteoblas dan osteosit, osteoklas adalah proses

pengikisan tulang.

Metabolisme tulang diatur oleh beberapa hormon yaitu hormon

kalsitonin, hormon paratiroid dan vit D. Suatu peningkatan kadar hormone

kalsitonin mempunyai efek terjadinya peningkatan absorbsi ke dalam tulang

sehingga mengakibatkan terjadinya pengapuran tulang yang menjadikan

tulang-tulang rawan menjadi keras. Jika terjadi peningkatan hormon

paratiroid (PTH) mempunyai efek langsung menyebabkan kalsium dan fosfat

diabsorbsi dan bergerak memasuki serum. Di samping itu peningkatan kadar

PTH secara perlahan-lahan menyebabkan peningkatan jumlah dan aktivitas

osteoklas, sehingga terjadi demineralisasi. Peningkatan kadar kalsium serum

pada hiperparatiroidisme dapat pula menimbulkan pembentukan batu ginjal.

Vitamin D mempengaruhi deposisi dan absorbsi tulang seperti yang terlihat

pada kadar PTH yang tinggi.

15
2.6.PATHWAY

16
2.7. Manifestasi Klinis Tumor Tulang Benigna dan Maligna

1. Manifestasi Klinis Tumor Tulang Benigna

Pasien umumnya memiliki riwayat nyeri berulang, memburuk pada

malam hari dan biasanya tidak sanggup beraktivitas. Massa dan

pembengkakan mungkin dapat diketahui dengan palpasi, tetapi gejala

pokok (kehilangan berat badan, demam, berkeringat pada malam hari,

lemas) biasanya tidak ditemukan, kecuali pada kasus tumor metastase.

Lesi yang berdekatan bergabung dan dapat menyebabkan tumor tidak

terkendali, bernodul dan nyeri. Tumor jaringan lunak seringkali

dirasakan kurang nyeri bahkan tidak nyeri. Nyeri ini disebabkan

tertekannya saraf-saraf nyeri oleh massa.

2. Manifestasi Klinis Tumor Tulang Maligna

a. Nyeri

Nyeri merupakan gejala yang paling banyak ditemukan, sekitar

75% pasien dengan tumor tulang maligna merasakan nyeri. Gejala

nyeri yang ditimbulkan tergantung pada predileksi serta ukuran

tumor. Gejala dini biasanya berupa nyeri yang bersifat tumpul

akibat pembesaran tumor yang perlahan-lahan. Nyeri berlangsung

lama dan memburuk pada malam hari. Saat istirahat nyeri tidak

menghilang, nyeri diperberat oleh adanya fraktur patologis.

b. Pembengkakan, Pembengkakan lokal biasa ditemukan.

c. Massa yang teraba-teraba yang diakibatkan penonjolan tulang.

d. Frekuensi miksi meningkat

17
Manifestasi klinis ini ditemukan pada tumor tulang maligna di pelvis,

namun manifestasi klinis ini tidak selalu ada di setiap tumor tulang maligna.

Gejala yang ditimbulkan tergantung dari gradenya. Pada grade tinggi, selain

pertumbuhan tumor cepat juga disertai nyeri yang hebat. Sedangkan pada

grade rendah, pertumbuhan tumor lambat dan biasanya disertai keluhan orang

tua seperti nyeri pinggul dan pembengkakan.

2.8.Pemeriksaan Penunjang

Diagnosis didasarkan pada riwayat, pemeriksaan fisik, dan penunjang

diagnosis seperti CT, mielogram, asteriografi, MRI, biopsi, dan pemeriksaan

biokimia darah dan urine. Pemeriksaan foto toraks dilakukan sebagai

prosedur rutin serta untuk follow-up adanya stasis pada paru-paru. Fosfatase

alkali biasanya meningkat pada sarkoma osteogenik. Hiperkalsemia terjadi

pada kanker tulang metastasis dari payudara, paru, dan ginjal. Gejala

hiperkalsemia meliputi kelemahan otot, keletihan, anoreksia, mual, muntah,

poliuria, kejang dan koma. Hiperkalsemia harus diidentifikasi dan ditangani

segera. Biopsi bedah dilakukan untuk identifikasi histologik. Biopsi harus

dilakukan untuk mencegah terjadinya penyebaran dan kekambuhan yang

terjadi setelah eksesi tumor., (Rasjad, 2003).

2.9.Penatalaksanaan Medis Tumor Tulang Benigna dan Maligna

1. Penatalaksanaan Medis Tumor Tulang Benigna

Penatalaksanaan tumor tulang benigna biasanya tidak terlalu sulit

dibanding dengan tumor tulang maligna. Pada tumor tulang benigna yang

jelas, misalnya non-ossifying fibrosa, osteokondroma yang kecil biasanya

tidak diperlukan tindakan khusus. Apabila jenis tumor diragukan maka

18
perlu dilakukan pemeriksaan biopsi. Tujuan pengambilan biopsi adalah

memperoleh material yang cukup untuk pemeriksaan histologis, untuk

membantu menetapkan diagnosis serta staging tumor. Waktu pelaksanaan

biopsi sangat penting sebab dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan

radiologis yang dipergunakan pada staging.

2. Penatalaksanaan Medis Tumor Tulang Maligna

Penatalaksanaan tumor tulang maligna merupakan bentuk kerja tim antara

dokter dengan profesional kesehatan lainnya. Para radiologist, diperlukan

untuk melihat faktor- faktor untuk evaluasi kecepatan perkembangan

tumor, diagnosis spesifik, dan pembesaran tumor. Perawat dan ahli gizi,

terlibat menjelaskan kepada pasien efek samping dari penanganan tumor

tulang maligna dan memberikan dorongan kesehatan makanan untuk

membantu melawan efek samping tersebut.

Jenis terapi yang diberikan kepada pasien tergantung pada beberapa hal

seperti:

a. Ukuran dan lokasi dari kanker.

b. Menyebar tidaknya sel kanker tersebut.

c. Grade dari sel kanker tersebut.

d. Keadaan kesehatan umum pasien.

Pasien dengan tumor tulang maligna memerlukan terapi kombinasi

pembedahan(surgery), kemoterapi dan radioterapi;

1) Surgery

Langkah utama penatalaksanaan tumor tulang maligna pembedahan

karena tumor tulang ini kurang berespon terhadap terapi radiasi dan

19
kemoterapi. Variasi penatalaksanaan bedah dapat dilakukan dengan

kuret intralesi untuk lesi grade rendah, eksisi radikal, bedah beku

hingga amputasi radikal untuk lesi agresif grade tinggi. Lesi besar

yang rekuren penatalaksanaan paling tepat adalah amputasi.

2) Kemoterapi

Kemoterapi, meskipun bukan yang paling utama, namun ini

diperlukan jika kanker telah menyebar ke area tubuh lainnya. Terapi

ini menggunakan obat anti kanker (cytotoxic) untuk menghancurkan

sel-sel kanker. Namun kemoterapi dapat memberikan efek samping

yang tidak menyenangkan bagi tubuh. Efek samping ini dapat

dikontrol dengan pemberian obat.

3) Radioterapi

Prinsip radioterapi adalah membunuh sel kanker menggunakan sinar

berenergi tinggi. Radioterapi diberikan apabila masih ada residu

tumor, baik makro maupun mikroskopik. Radiasi diberikan dengan

dosis per fraksi 2,5 Gy per hari dan total 50-55 Gy memberikan hasil

bebas tumor.

20
BAB III

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN KEPERAWATAN

3.1.Pengkajian

a. Pengkajian Identitas Klien

1) Pasien (diisi lengkap)

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Status Perkawinan :

Agama :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Alamat :

Tgl Masuk RS :

2) Penanggung Jawab (diisi lengkap)

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Agama :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Alamat :

b. Riwayatkesehatan

1). Riwayat kesehatan sekarang

21
Klien mengatakan nyeri pada ekstremitas, sering berkeringat pada

malam hari, nafsu makan berkurang dan sakit kepala.

2). Riwayat kesehatan dahulu

a) Kemungkinan pernah terpapar sering dengan radiasi sinar radio

aktif dosis tinggi

b) Kemungkinan pernah mengalami fraktur

c) Kemungkinan sering mengkonsumsi kalsium dengan batas narmal

d) Kemungkinan sering mengkonsumsi zat-zat toksik seperti :

makanan dengan zat pengawet, merokok dan lain-lain

c. Riwayat kesehatan keluarga

a) Kemungkinan ada salah seorang keluarga yang pernah menderita

kanker

d. Pengkajian fisik

a) Teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta

adanya pelebaran vena

b) Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta

pergerakan yang terbatas

c) Adanya tanda-tanda inflamasi

d) Pemeriklsaan TTV klien

3.2.Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi jaringan saraf atau inflamasi.

2. Resiko cedera berhubungan dengan tumor

3. Resiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis dan kerusakan

jaringan

22
4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan dan

kerusakan muskuloskeletal .

5. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan biofisik dan penanganan

6. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian dan perubahan status

kesehatan

3.3.Intervensi

1. Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi jaringan saraf atau inflamasi.

Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional

Hasil

Pasien akan : Catat dan kaji lokasi Untuk mengetahui

Meningkatkan dan intensitas nyeri respon dan sejauh

kenyamanan (skala 0-10). Selidiki mana tingkat

Dapat mengendalikan perubahan karakteristik nyeri pasien.

nyeri nyeri Mencegah

Dapat melaporkan Berikan tindakan pergeseran tulang dan

karakteristik nyeri. kenyamanan (contoh penekanan pada

ubah posisi sering, jaringan yang luka

pijatan lembut). Peningkatan vena

Berikan sokongan return, menurunkan

(support) pada edema, dan

ektremitas yang luka. mengurangi nyeri.

Berikan lingkungan Agar pasien dapat

yang tenang. beristirahat dan

Kolaborasi dengan mencegah timbulnya

23
dokter tentang stress

pemberian Untuk mengurangi

analgetik, kaji rasa sakit / nyeri.

efektifitas dari

tindakan penurunan

rasa nyeri.

2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan dan

kerusakan muskuloskeletal

Tujuan & kriteria hasil Intervensi Rasional

Pasien akan : Berikan terapi latihan Meningkatkan sirkulasi

Menunjukkan fisik : ambulasi, darah muskuloskeletal,

mobilitas keseimbangan, mempertahankan tonus

Melakukan aktivitas mobilitas sendi. otot, mempertahakan

kehidupan sehari-hari Bantu dan dorong gerak sendi, mencegah

secara mandiri. perawatan diri kontraktur/atrofi dan

mencegah reabsorbsi

kalsium karena

imobilisasi.

Meningkatkan

kemandirian klien

dalam perawatan diri

sesuai kondisi

keterbatasan klien.

24
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan biofisik dan penanganan

tujuan & kriteria hasil Intervensi Rasional

Pasien akan : Bimbinngan antisipasi : Dapat membantu pasien

Menunjukkan persiapkan pasien /orang terdekat memulai

adaptasi dengan terhadap kritis proses adaptasi pada

ketunadayaan fisik, perkembangan atau status baru dan

penyesuaian kritis situasional menyiapkan beberapa

psikososial. Peningkatan citra tubuh untuk efek samping.

Menunjukkan citra : tingkatkan persepsi Membantu mengartikan

tubuh positif dan sadar dan tak sadar masalah sehubungan

harga diri positif. pasien serta sikap dengan pola hidup

Menunjukkan terhadap tubuh pasien sebelumnya dan

kepuasan terhadap Peningkatan koping : membantu pemecahan

penampilan dan bantu pasien masalah. Contohnya,

fungsi tubuh. beradaptasi dengan takut kehilamngan

Menunjukkan persepsi stresor, kemandirian,

keinginan untuk perubahan atau kemampuan bekerja,

menyentuh bagian ancaman dsb.

tubuh yang Meningkatkan

mengalami gangguan kemandirian dan

meningkatkan perasaan

harga diri.

25
4. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian dan perubahan status

kesehatan

Tujuan & kriteria Intervensi Rasional

hasil

Pasien akan : Penurunan ansietas Untuk Minimalkan

Menunjukkan rasa Teknik menenangkan kekhawatiran, ketakutan,

aman yang optimal diri prasangka, atau perasaan

tidak tenang yang

berhubungan dengan

sumber bahaya yang

diantisipasi dan tidak

jelas

Untuk meredakan

kecemasan pada pasien

yang mengalami distres

akut

5. Resiko cedera berhubungan dengan tumor

Tujuan & kriteria Intervensi Rasional

hasil

Pasien akan : Menejemen lingkungan: Mencegah potensi cedera

Pasien dan keluarga pantau lingkungan fisik dan memberikan

dapat memfasilitasi keamanan. keamanan lingkungan

mempersiapkan Berikan bimbingan dan sekitar pasien terhadap

26
lingkungan yang pengalaman belajar cedera.

aman. tentang kesehatan Untuk meningkatkan

Pasien dan keluarga individu yang kondusif. pengetahuan kesehatan

dapat menghindari Identifikasi faktor resiko pasien dalam mencegah

cidera fisik. potensial terjadinya faktor resiko cidera.

Dapat memodofikasi cidera. Untuk mengetahui dan

gaya hidup untuk mencegah faktor resiko

mengurangi resiko potensial yg dapat

mengakibatkan cidera.

6. Resiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis dan kerusakan

jaringan

Tujuan & kriteria Intervensi Rasional

hasil

Pasien akan : Pengendalian infeksi : Mencegah terjadinya

Terbebas dari tanda minimalkan penyebaran penyebaran agens yang

dan gejala infeksi dan penularan agens menyebabkan infeksi.

Memperlihatkan infeksius mengidentifikasi dini

higiene personal Perlindungan infeksi : infeksi dan mencegah

yang adekuat cegah dan deteksi dini infeksi berlanjut

infeksi pada pasien yang agar klien dan keluarga

beresiko dapat secara mandiri

Ajarkan klien dan meenghindari infeksi

keluarga cara tanpa bantuan perawat.

27
menghindar infeksi.

3.4. Implementasi

Implementasi dilakukan berdasarkan intervensi yang telah direncanakan.

3.5. Evaluasi

1. Nyeri akut berkurang

2. Resiko cedera berkurang

3. Resiko infeksi berkurang atau teratasi

4. Hambatan mobilitas fisik teratasi

5. Gangguan citra tubuh berkurang

6. Ansietas teratasi

28
BAB IV

PENUTUP

4.1.Simpulan

Kanker tulang merupakan neoplasma tulang primer yang sangat ganas.

Tumor ini tumbuh dibagian metafisis tulang tempat yang paling sering

terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama lutut.(

Price. 1998: 1213 ).

Kanker tulang ( osteosarkoma ) lebih sering menyerang kelompok usia

15 25 tahun ( pada usia pertumbuhan ). ( Smeltzer. 2001: 2347 ). Rata-rata

penyakit ini terdiagnosis pada umur 15 tahun. Angka kejadian pada anak laki-

laki sama dengan anak perempuan. Tetapi pada akhir masa remaja penyakit

ini lebih banyak di temukan pada anak laki-laki. Sampai sekarang penyebab

pasti belum diketahui

Tanda dan gejala dari Osteosarkoma adalah Nyeri dan/ atau

pembengkakan ekstremitas yang terkena, pembengkakan pada atau di atas

tulang atau persendian serta pergerakan yang terbatas, teraba massa tulang

dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanya pelebaran vena dan

gejala-gejala penyakit metastatik meliputi nyeri dada, batuk, demam, berat

badan menurun dan malaise.

29
4.2.SARAN

Makalah sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami sebagai

kelompok mengharapkan kritikan dan saran dari dosen pembimbing dan

teman teman sesama mahasiswa. Selain itu penyakit osteosarkoma ini

sangat berbahaya dan kita sebagai host harus bisa menerapkan pola hidup

sehat agar kesehatan kita tetap terjaga.

30
DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddart. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Vol 3. Ed 8. EGC.

Jakarta.

Doengoes, Marilynn E. Et al. 1999, Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC

Price, Sylvia Anderson. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit. Edisi 4. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Rahmadi, Agus. 1993. Perawatan Gangguan Sistem Muskuloskletal. Banjarbaru:

Akper Depkes.

Reeves, J. Charlene. Et al. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Ed. I. Salemba

medika. Jakarta

Tucker, Susan Martin et al.1999, Standar Perawatan Pasien Edisi V Vol 3,

Penerbit Buku Kedokteran EGC

. 2003. Catatan Kuliah Medikal Bedah III. (Print out). Jurusan Keperawatan

Banjarbaru

31

Anda mungkin juga menyukai