Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN ANAK DENGAN DIARE

OLEH:

I GUSTI AYU AGUNG INDRIANA SURYANINGRAT


199012160

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2019
KONSEP DASAR PENYAKIT

1. Definisi
Diare adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang abnormal
(lebih dari 3 kali/hari), serta perubahan dalam isi (lebih dari 200 gr/hari) dan
konsistensi (feces cair). Hal ini biasanya dihubungkan dengan adanya kondisi
yang menyebabkan perubahan pada sekresi usus, absorpsi mukosal, atau motilitas
usus (Sarwono, 2001).

2. Epidemiologi
Diare akut merupakan masalah umum ditemukan diseluruh dunia. Di USA
dengan penduduk sekitar 200 juta diperkirakan 99 juta episode diare akut pada
dewasa terjadi setiap tahunnya. WHO memperkirakan ada sekitar 4 miliar kasus
diare akut setiap tahun dengan mortalitas 3-4 juta pertahun. Bila angka itu
diterapkan di Indonesia, setiap tahun sekitar 100 juta episode diare pada orang
dewasa per tahun. Dari laporan surveilan terpadu tahun 1989 jumlah kasus diare
didapatkan 13,3 % di Puskesmas, di rumah sakit didapat 0,45% pada penderita
rawat inap dan 0,05 % pasien rawat jalan. Penyebab utama disentri di Indonesia
adalah Shigella, Salmonela, Campylobacter jejuni, Escherichia coli, dan
Entamoeba histolytica. Disentri berat umumnya disebabkan oleh Shigella
dysentery, kadang-kadang dapat juga disebabkan oleh Shigella flexneri,
Salmonella dan Enteroinvasive E.coli.

3. Penyebab / etiologi
Penyebab utama diare akut adalah bakteri, parasit, maupun virus. Penyebab lain
yang dapat menimbulkan diare akut adalah cacing, toksin dan obat. Penyebab
diare dapat dibagi dalam beberapa faktor yaitu (Guyton & Hall, 2011):
a. Faktor infeksi
Infeksi enteral (infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan
penyebab utama diare)
1) Infeksi Virus
a) Retavirus
 Penyebab tersering diare akut pada bayi, sering didahului atau
disertai dengan muntah.
 Timbul sepanjang tahun, tetapi biasanya pada musim dingin.
 Dapat ditemukan demam atau muntah.
b) Enterovirus
 Biasanya timbul pada musim panas.
c) Adenovirus
 Timbul sepanjang tahun.
 Menyebabkan gejala pada saluran pencernaan/pernafasan.
d) Norwalk
 Epidemik
 Dapat sembuh sendiri (dalam 24-48 jam).
2) Infeksi Bakteri
a) Stigella
 Semusim, puncaknya pada bulan Juli-September
 Insiden paling tinggi pada umur 1-5 tahun
 Dapat dihubungkan dengan kejang demam.
 Muntah yang tidak menonjol
 Sel polos dalam feses
 Sel batang dalam darah
b) Salmonella
 Semua umur tetapi lebih tinggi di bawah umur 1 tahun
 Menembus dinding usus, feses berdarah, mukoid
 Mungkin ada peningkatan temperature
 Muntah tidak menonjol
 Sel polos dalam feses
 Masa inkubasi 6-40 jam, lamanya 2-5 hari.
 Organisme dapat ditemukan pada feses selama berbulan-bulan.
c) Escherichia coli
 Baik yang menembus mukosa (feses berdarah) atau yang
menghasilkan enterotoksin.
 Pasien (biasanya bayi) dapat terlihat sangat sakit.
d) Campylobacter
 Sifatnya infasiv pada bayi dapat menyebabkan diare berdarah
tanpa manifestasi klinik yang lain.
 Kram abdomen yang hebat
 Muntah/dehidrasi jarang terjadi
e) Yersinia Enterecolitica
 Sering didapatkan sel polos pada feses
 Mungkin ada nyeri abdomen yang berat
 Diare selama 1-2 minggu.
 Sering menyerupai apendicitis.
3) Infeksi Parasit
Seperti cacing (ascaris), protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia
lamblia, Tricomonas hominis dan jamur (Candida albicans) (Depkes,
2010).
b. Faktor Malabsorpsi
1) Malabsorbsi karbohidrat
a) Disakarida seperti : intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa
b) Monosakarida seperti : intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa
2) Malabsorbsi lemak : long chain triglyceride.
3) Malabsorbsi protein : asam amino, B-laktoglobulin
c. Faktor Makanan
Makanan yang beracun dan alergi terhadap makanan.
d. Penyebab lain
1) Imunodefisiensi
2) Gangguan psikologis (cemas dan takut)

4. Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama gangguan
osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus yang
berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul
diare.
Kedua akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus
akan terjadi peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan
selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
Ketiga gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan
mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan
sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan
mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan
diare pula.
Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme hidup
ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung,
mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan
akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan
diare.

5. Klasifikasi
Diare diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
a. Diare Akut
Diare yang awalnya mendadak dan berlangsung singkat, dalam beberapa jam
sampai 7 atau 14 hari.
b. Diare Kronik
Diare yang berlangsung lebih dari tiga minggu. Ketentuan ini berlaku bagi
orang dewasa, sedangkan pada bayi dan anak ditetapkan batas waktu dua
minggu.
Diare kronik dibagi menjadi tiga, yaitu :
1) Diare osmotik : Dijelaskan dengan adanya faktor malabsorpsi akibat
adanya malabsorpsi karbohidrat, lemak, atau protein
2) Diare sekretorik : Terdapat gangguan transport akibat adanya perbedaan
osmotik dengan mukosa yang besar.
3) Diare inflamasi : Diare dengan kerusakan dan kematian enterosit disertai
dengan peradangan.

6. Manifestasi klinis
Mula-mula anak cengeng, gelisah, suhu tubuh naik, nafsu makan
berkurang kemudian timbul diare. Tinja mungkin disertai lendir dan darah. Warna
tinja makin lama berubah kehijauan karena bercampur dengan empedu. Daerah
anus dan sekitarnya timbul luka lecet karena sering defekasi dan tinja yang asam
akibat laktosa yang tidak diabsorbsi usus selama diare. Gejala muntah dapat
timbul sebelum atau selama diare dan dapat disebabkan karena lambung turut
meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit. Bila
kehilangan cairan terus berlangsung tanpa pergantian yang memadai gejala
dehidrasi mulai tampak yaitu : BB turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-
ubun cekung (bayi), selaput lendir bibir dan mulut, serta kulit kering. Bila terus
berlanjut, akan terjadi renjatan hypovolemik dengan gejala takikardi, denyut
jantung menjadi cepat, nadi lemah dan tidak teraba, tekanan daran turun, pasien
tampak lemah dan kesadaran menurun, karena kurang cairan, deuresis berkurang
(oliguria-anuria). Bila terjadi asidosis metabolik pasien akan tampak pucat, serta
nafas cepat dan dalam (pemafasan kusmaul) (Sarwono, 2001).
Pasien dengan diare akibat infeksi sering mengalami nausea, muntah,
nyeri perut sampai kejang perut, demam dan terjadi renjatan hipovolemik.
Kekurangan cairan menyebabkan pasien akan merasa haus, lidah kering, tulang
pipi menonjol, turgor kulit menurun, serta suara menjadi serak, gangguan
biokimiawi seperti asidosis metabolik akan menyebabkan frekuensi pernafasan
lebih cepat dan dalam (pernafasan kusmaul). Bila terjadi renjatan hipovolemik
berat maka denyut nadi cepat (lebih dari 120 kali/menit) tekanan darah menurun
tak terukur, pasien gelisah, muka pucat, ujung ekstremitas dingin dan kadang
sianosis, kekurangan kalium dapat menimbulkan aritmia jantung. Perfusi ginjal
dapat menurun sehingga timbul anuria, sehingga bila kekurangan cairan tak
segera diatasi dapat timbul penyulit berupa nekrosis tubular akut (Brunner &
Suddart, 2002).

7. PEMERIKSAAN FISIK
a. Inspeksi :
1) Klien tampak muntah
2) Klien tampak sering buang air besar dengan konsistensi yang cair
3) Ubun-ubun dapat ditemukan tampak cekung
4) Membran mukosa kering
5) Daerah anus tampak lecet-lecet
6) Klien tampak lemas
7) Frekuensi napas meningkat (pernapasan cepat dan dalam)
8) Mata tampak cekung
b. Auskultasi :
1) Bising usus >12 detik per menit
c. Palpasi :
1) Denyut nadi meningkat
2) Turgor kulit menurun
d. Perkusi :
1) Adanya distensi abdomen

8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada klien dengan diare meliputi :
a. Pemeriksaan Tinja
1) Makroskopis dan mikroskopis
2) pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet dinistest,
bila diduga terdapat intoleransi gula
3) Bila diperlukan, lakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.
b. Pemeriksaan Darah
1) pH darah dan cadangan dikali dan elektrolit (Natrium, Kalium, Kalsium
dan Fosfor) dalam serum untuk menentukan keseimbangan asam basa.
2) Kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
c. Doudenal Intubation ( pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum )
Untuk mengatahui jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif,
terutama dilakukan pada penderita diare kronik.
d. Pemeriksaan Urine Lengkap
e. Pemeriksaan Biakan Empedu bila demam tinggi dan dicurigai infeksi
sistemik
Pemeriksaan sediaan darah malaria serta serologi helicobacter jejuni sangat
dianjurkan.

9. KRITERIA DIAGNOSTIK
Diare akut karena infeksi dapat ditegakkan diagnostik etiologi bila anamnesis,
manifestasi klinis dan pemeriksaan penunjang mendukungnya.
Beberapa petunjuk anamnesis yang mungkin dapat membantu diagnosis:
a. Bentuk feses (watery diarrhea atau inflammatory diare)
b. Makanan dan minuman 6-24 jam terakhir yang dimakan/minum oleh
penderita.
c. Adakah orang lain sekitarnya menderita hal serupa, yang mungkin oleh karena
keracunan makanan atau pencemaran sumber air.
d. Dimana tempat tinggal penderita.
Umumnya diare akut besifat ringan dan merupakan self-limited disease. Indikasi
untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut yaitu diare berat disertai dehidrasi,
tampak darah pada feses, panas > 38,5o C, diare > 48 jam tanpa tanda-tanda
perbaikan, kejadian luar biasa (KLB).

10. THERAPY / TINDAKAN PENANGANAN


Penatalaksanaan pada pasien diare meliputi:
a. Rehidrasi Sebagai Prioritas Utama Terapi
Hal-hal yang harus diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi yang cepat
dan akurat, yaitu:
1) Jenis cairan yang hendak digunakan
Cairan ringer laktat merupakan cairan pilihan dengan jumlah kalium yang
rendah bila dibandingkan dengan kalium tinja. Bila tidak ada RL dapat
diberikan NaCl isotonik (0,9%) yang sebaiknya ditambahkan dengan 1
ampul nabik 7,5% 50 ml pada setiap 1 liter NaCl isotonik. Pada keadaan
diare akut awal yang ringan dapat diberikan cairan oralit yang dapat
mencegah dehidrasi dengan segala akibatnya.
2) Upaya Rehidrasi Oral (URO)
URO berdasarkan prinsip bahwa absorpsi natrium usus (dan juga elektrolit
lain dan air) dilakukan oleh absorpsi aktif molekul makanan tertentu
seperti glukosa (yang dihasilkan dari pemecahan sukrosa ) atau L asam
amino (yang dihasilkan dari pemecahan protein dan peptida). Bila
diberikan cairan isotonik yang seimbang antara glukosa dan garamnya,
absorpsi ikatan glukosa-natrium akan terjadi dan ini akan diikuti dengan
absorpsi air dan elektrolit yang lain. Proses ini akan mengoreksi
kehilangan air dan elektrolit pada diare. Campuran garam dan glukosa ini
dinamakan Oral Rehydration Salt (ORS) atau di Indonesia dikenal sebagai
cairan rehidrasi oral (Oralit).

Komposisi cairan oralit yang dianjurkan WHO/UNICEF


Jumlah Konsentrasi
Kandungan Ion
(g/l) (mmol/l)
Natrium klorida 3,5 Natrium 90

Trinatrium sitrat, 2,9 Kalium 10*


dihidrat clorida
Kalium clorida 1,5 Sitrat 80
Glukosa 20,0 Glukosa 111
(anhidrous)
* Natrium bikarbonat 2,5 g bikarbonat 30 mmol/L

3) Jalan pemberian cairan


 Oral untuk dehidrasi ringan/sedang/tanpa dehidrasi bila anak mau
minum dan kesadaran baik
 Intragastrik untuk dehidrasi ringan/sedang/tanpa dehidrasi bila anak
tidak mau minum atau kesadaran menurun.
 Intravena untuk dehidrasi berat.
4) Jumlah cairan
Jumlah cairan yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan cairan anak.
Tubuh dalam keadaan normal terdiri dari 60 % air dan 40 % zat padat
seperti protein, lemak dan mineral. Pada anak pemasukan dan pengeluaran
harus seimbang, bila terganggu harus dilakukan koreksi mungkin dengan
cairan parentral, secara matematis keseimbangan cairan pada anak dapat
di gambarkan sebagai berikut :

Kebutuhan cairan Kebutuhan


Umur Berat Badan
total/24 jam cairan/Kg BB/24 jam
3 hari 3,0 250 – 300 80 – 100
10 hari 3,2 400 – 500 125 – 150
3 bulan 5,4 750 – 850 140 – 160
6 bulan 7,3 950 – 1100 130 – 155
9 bulan 8,6 1100 – 1250 125 – 165
1 tahun 9,5 1150 – 1300 120 – 135
2 tahun 11,8 1350 – 1500 115 – 125
4 tahun 16,2 1600 – 1800 100 – 110
6 tahun 20,0 1800 – 2000 90 – 100
10 tahun 28,7 2000 – 2500 70 – 85
14 tahun 45,0 2000 – 2700 50 – 60
18 tahun 54,0 2200 – 2700 40 – 50

Jumlah cairan yang hilang menurut derajat dehidrasi pada anak di bawah 2
tahun adalah sebagai berikut :
Derajat dehidrasi PWL NW CWL Jumlah
Ringan 50 100 25 175
Sedang 75 100 25 200
Berat 125 100 25 250
Keterangan:
PWL : Previous Water loss (ml/kg BB)
NWL : Normal Water losses (ml/kg BB)
CWL : Concomitant Water losses (ml/kg BB)

5) Jadwal (kecepatan) pemberian cairan


a) Belum ada dehidrasi
 Oral sebanyak anak mau minum (ad libitum) atau 1 gelas setiap
kali buang air besar.
 Parental dibagi rata-rata 24 jam.
b) Dehidrasi ringan
 1 jam pertama : 25-50 ml/kgBB peroral atau intragastrik.
 selanjutnya : 125 ml/kgBB/hari atau ad libitum
c) Dehidrasi sedang
 1 jam pertama : 50-100 ml/kgBB peroral atau intragastrik
 selanjutnya : 125 ml/kgBB/hari atau ad libitum
d) Dehidrasi berat, untuk anak 1 bulan – 2 tahun dengan BB 3-10 kg.
 1 jam pertama : 40 ml/kgBB/jam atau 10 tetes/kgBB/menit
(dengan infus berukuran 1 ml = 15 tetes) atau 13 tetes/kgBB/menit
(dengan infus berukuran 1 ml = 20 tetes)
 7 jam kemudian : 12 ml/kg/jam atau 3 tetes/kgBB/menit (dengan
infus berukuran 1 ml = 15 tetes) atau 4 tetes/kgBB/menit (1 ml =
15 tetes) atau 3 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
b. Dietetik
Untuk mencegah kekurangan nutrisi, diet pada anak diare harus tetap
dipertahankan, yang meliputi :
1) Susu (ASI/ PASI rendah laktosa)
2) Makanan setengah padat /lunak (nasi tim)
Bila anak berusia 4 bulan atau lebih dan sudah dapat makanan padat atau
lunak (MPASI), makanan ini harus diteruskan dan disesuaikan dengan
umurnya. Bayi umur 6 bulan atau lebih harus mulai diberi makanan lunak.
3) Pemberian makanan mulai diberikan setelah dehidrasi teratasi. Paling
tidak 50% dari energi diet harus berasal dari makanan. Pemberiannya
dengan porsi kecil dan sering (6 kali/hari) dan anak dibujuk untuk makan.
c. Obat-Obatan
1) Obat anti sekresi (asetosal, klorpromazin)
2) Obat spasmolitik (papaverin, ekstrakbelladone)
3) Antibiotik (diberikan bila penyebab infeksi teiah diidentifikasi (Depkes
RI, 2011)

11. KOMPLIKASI
Adapun komplikasi dari diare meliputi (Price, 2005) :
a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).
Derajat Dehidrasi
Menurut banyaknya cairan yang hilang, derajat dehidrasi dapat dibagi
berdasarkan:
1) Kehilangan berat badan
b) Tidak ada dehidrasi, bila terjadi penurunan berat badan 2,5%.
c) Dehidrasi ringan bila terjadi penurunan berat badan 2,5-5%.
d) Dehidrasi berat bila terjadi penurunan berat badan 5-10%
2) Skor Mavrice King
Bagian tubuh Nilai untuk gejala yang ditemukan
yang diperiksa 0 1 2
Keadaan umum Sehat Gelisah, Mengigau,
cengeng, apatis, koma atau syok
Kekenyalan kulit Normal
Sangat kurang
Mata Normal ngantuk
Sangat cekung
Ubun-ubun besar Normal Sedikit kurang
Sangat cekung
Mulut Normal Sedikit cekung
Kering &
Denyut nadi Kuat Sedikit cekung
Kering sianosis
Sedang Lemah
Keterangan :
 Jika mendapat nilai 0-2 dehidrasi ringan
 Jika mendapat nilai 3-6 dehidrasi sedang
 Jika mendapat nilai 7-12 dehidrasi berat.
3) Gejala Klinis
Berikut ini merupakan tabel klasifikasi derajat dehidrasi berdasarkan
penilaian observasi

OBSERVASI
Dehidrasi
Penilaian Tanpa Dehidrasi Dehidrasi Berat
Ringan Sedang
Baik, sadar Gelisah, rewel Lesu, lunglai atau
Keadaan umum
tidak sadar
Normal Cekung Sangat cekung dan
Mata
kering
Air mata Ada Tidak ada Tidak ada
Mulut dan lidah Basah Kering Sangat kering
Minum biasa, Haus, ingin Tidak mau minum
Rasa haus
tidak haus minum banyak
Turgor Kulit Kembali cepat Kembali lambat Kembali sangat
lambat

4) Turgor Kulit
Menentukan elastisitas turgor kulit, kulit perut dijepit antara ibu jari dan
telunjuk (selama 30-60 detik) kemudian dilepaskan, jika kulit kembali
dalam :
 1 detik : elastisitas turgor kulit agak kurang (dehidrasi ringan)
 1-2 detik : elastisitas turgor kulit kurang (dehidrasi sedang)
 2 detik : elastisitas turgor kulit sangat kurang (dehidrasi berat).
b. Renjatan hipovolemik.
c. Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi,
perubahan pada elektro kardiagram).
d. Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim lactase karena
kerusakan vili mukosa, usus halus.
e. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
f. Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga
mengalami kelaparan.

12. PROGNOSIS
Dengan penggantian cairan yang adekuat, perawatan yang mendukung, dan terapi
antimikrobial jika diindikasikan, prognosis diare infeksius hasilnya sangat baik
dengan morbiditas dan mortalitas yang minimal. Seperti kebanyakan penyakit,
morbiditas dan mortalitas ditujukan pada anak-anak dan pada lanjut usia. Di
Amerika Serikat, mortalits berhubungan dengan diare infeksius < 1,0 %.

A. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
a. Identitas
Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun pertama
kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11 bulan.
Kebanyakan kuman usus merangsang kekebalan terhadap infeksi, hal ini
membantu menjelaskan penurunan insidence penyakit pada anak yang lebih
besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas aktif mulai terbentuk.
Kebanyakan kasus karena infeksi usus asimptomatik dan kuman enteric
menyebar terutama klien tidak menyadari adanya infeksi. Status ekonomi juga
berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan perawatannya .
b. Keluhan Utama
BAB lebih dari 3 kali dalam sehari.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir saja.
Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari
(diare akut), lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare
kronis).
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau kortikosteroid
jangka panjang (perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit),
alergi makanan, ISPA, ISK.
e. Riwayat Nutrisi
Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang dewasa,
porsi yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan susu. Cara
pengelolahan makanan yang baik, menjaga kebersihan dan sanitasi makanan,
kebiasan cuci tangan.
f. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.
g. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan
lingkungan tempat tinggal.
h. Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan
1) Pertumbuhan
a) Kenaikan BB karena umur 1 –3 tahun berkisar antara 1,5-2,5 kg (rata-
rata 2 kg), PB 6-10 cm (rata-rata 8 cm) pertahun.
b) Kenaikan linkar kepala : 12cm ditahun pertama dan 2 cm ditahun
kedua dan seterusnya.
c) Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham pertama dan gigi
taring, seluruhnya berjumlah 14 – 16 buah
d) Erupsi gigi : geraham pertama menyusul gigi taring.
2) Perkembangan
a) Tahap perkembangan Psikoseksual menurut Sigmund Freud.
Fase anal :
Pengeluaran tinja menjadi sumber kepuasan libido, mulai menunjukan
keakuannya, cinta diri sendiri/ egoistic, mulai kenal dengan tubuhnya,
tugas utamanyan adalah latihan kebersihan, perkembangan bicara dan
bahasa (meniru dan mengulang kata sederhana, hubungan
interpersonal, bermain).
b) Tahap perkembangan psikososial menurut Erik Erikson.
Autonomy vs Shame and doundt
Perkembangn ketrampilan motorik dan bahasa dipelajari anak toddler
dari lingkungan dan keuntungan yang ia peroleh dari kemampuannya
untuk mandiri (tak tergantug). Melalui dorongan orang tua untuk
makan, berpakaian, BAB sendiri, jika orang tua terlalu over protektif
menuntut harapan yanag terlalu tinggi maka anak akan merasa malu
dan ragu-ragu seperti juga halnya perasaan tidak mampu yang dapat
berkembang pada diri anak.
c) Gerakan kasar dan halus, bacara, bahasa dan kecerdasan, bergaul dan
mandiri : Umur 2-3 tahun :
 berdiri dengan satu kaki tampa berpegangan sedikitpun 2
hitungan (GK)
 Meniru membuat garis lurus (GH)
 Menyatakan keinginan sedikitnya dengan dua kata (BBK)
 Melepasa pakaian sendiri (BM)

i. Pemeriksaan Fisik
1) Pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan
mengecil, lingkar kepala, lingkar abdomen membesar,
2) Keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun.
3) Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada
anak umur 1 tahun lebih
4) Mata : cekung, kering, sangat cekung
5) Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen,
peristaltic meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah,
minum normal atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan haus,
minum sedikit atau kelihatan bisa minum
6) Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena
asidosis metabolic (kontraksi otot pernafasan)
7) Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi
menurun pada diare sedang .
8) Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu
meningkat > 375 0
c, akral hangat, akral dingin (waspada syok),
capillary refill time memajang > 2 dt, kemerahan pada daerah perianal.
9) Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400
ml/ 24 jam ), frekuensi berkurang dari sebelum sakit.
10) Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa mengalami
stress yang berupa perpisahan, kehilangan waktu bermain, terhadap
tindakan invasive respon yang ditunjukan adalah protes, putus asa, dan
kemudian menerima.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN (Berdasarkan Prioritas)


a. Diare berhubungan dengan malabsorpsi, toksin, parasit ditandai dengan
defekasi feces cair > 3 kali dalam 24 jam dan bising usus hiperaktif.
b. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit (reaksi antibodi yang
mempengaruhi pusat termoregulasi di hipotalamus) ditandai dengan takipnea,
kulit terasa hangat dan suhu tubuh meningkat 39,0 0C.
c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi ditandai dengan
kemerahan pada area anogenital dan kerusakan lapisan kulit (lecet).
d. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
ditandai dengan mata cekung, crt > 2 detik, diare terus menerus frekuensi 5-6
x/hari
e. Risiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan diare
3. RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnoa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1 Diare berhubungan Setelah dilakukan asuhan Label NIC : Diarrhea Management Label NIC : Diarrhea Management
dengan malabsorpsi, keperawatan selama 3 x 24  Monitor tanda dan gejala diare  Diare mengindikasikan adanya
 Identifikasi factor penyebab diare
toksin, parasit jam diharapkan diare  Ukur haluaran diare
gangguan dan adanya perubahan
berkurang dengan kriteria  Pantau dan kaji warna, volume, frekuensi pada sekresi usus, absorpsi
ditandai dengan
hasil : dan konsistensi feses. mukosal, atau motilitas usus
defekasi feces cair >
Label NOC : Bowel  Edukasi pemberian diet rendah serat  Memberikan intervensi sesuai
3 kali dalam 24 jam  Kolaborasi pemberian antidiare (zink) 1 dengan factor penyebab diare
Elimination
dan bising usus tablet (20 mg) per hari selama 10 hari  Untuk mengetahui frekuensi diare
 Pola eliminasi normal
hiperaktif.  Melaporkan diare dan jumlah feses
Label NIC : Fluid/Electrolyte Management  Untuk mengetahui adanya kelainan
berkurang
 Monitor tanda ketidakseimbangan elektrolit dalam feses
 Monitor vital sign  Mengurangi beban kerja usus
Label NOC :  Mengurangi gejala diare
 Monitor kehilangan cairan melalui diare dan
Gastrointestinal Function
muntah
 Klien dapat mentoleransi  Monitor hasil LAB yang mengacu pada Label NIC : Fluid/Electrolyte

makanan dan minuman kehilangan cairan Management


 Catat intake dan output cairan  ketidakseimbangan elektrolit
Label NOC : Fluid Balance  Edukasi keluarga mengenai pentingnya
menandakan tubuh mengalami
pemberian cairan peroral
 Nadi teraba dehidrasi
 Kolaborasi pemberian cairan
 Turgor kulit kembali  vital sign menggambarkan keadaan
 Jika ada akses IV, berikan cairan
dalam < 2 detik umum pasien
100ml/kgBB dalam 3 jam dengan
 Serum elektrolit dalam  mengetahui jumlah cairan yang
pembagian 30ml/kgBB pada 30 menit
batas normal keluar agar dapat memberikan
pertama dan dilanjutkan 70ml/kgBB dalam
terapi cairan dengan tepat
Label NOC : Electrolyte & 2,5 jam berikutnya.  untuk mengetahui jenis cairan yang
 Jika tidak ada akses IV maka berikan oralit
Acid/Base Balance diberikan kepada pasien
 pH dalam batas normal
melalui NGT atau oroparingeal gastric tube  mengetahui status balance cairan
 bikarbonat dalam datas dengan dosis 20ml/kgBB selama 6 jam atau pasien
sampai adanya akses IV.  pemenuhan kebutuhan cairan tubuh
normal
 pCO2 dalam batas pasien yang hilang
normal Label NIC : Nutrition Management
 Monitor berat badan pasien Label NIC : Nutrition Management
Label NOC : Hydration  Dorong intake makanan yang adekuat sesuai  berat badan dapat mengindikasikan
 fungsi kognitif normal kondisi pasien (tinggi protein dan tinggi adanya kekurangan cairan
 intake cairan adekuat kalori).  agar nutrisi klien dapat terpenuhi
 Lanjutkan pemberian ASI jika  ASI mengandung imunitas
 Susu sebagai nutrisi tambahan bagi
memungkinkan.
 Berikan susu formula untuk anak tidak pasien
 Mencukupi kebutuhan nutrisi klien
diberi ASI jika penyebab diare bukan karena
susu (rekomendasi International Child Label NIC : Skin Surveilance
Health Review Collaboration, 2011).  Mengetahui adanya gangguan
 Berikan makan sedikit tapi sering.
 Edukasi pemberian dietyang sesuai integritas kulit akibat peningkatan
 Kolaborasi pemberian jenis makanan jika frekuensi BAB
diindikasikan.  Agar tidak terjadi infeksi dan
irirtasi
Label NIC : Skin Surveilance
 Observasi warna kulit di area anogenital Label NIC : Acid Base Management :
 Pertahankan daerah anogenital tetap kering
Metabolic Alkalosis
 Nilai AGD dapat menunjukkan
Label NIC : Acid Base Management : keadaan asam dan basa dalam
Metabolic Alkalosis tubuh akibat diare
 Monitor kehilangan asam
 Monitor nilai AGD
 Kolaborasi pemberian antiemetic jika
diperlukan
 Kolaborasi pemberian isotonic hydrocloride
jika diperlukan
2 Hipertermi NOC : Thermoregulasi NIC : Fever Treatment Fever Treatment
Setelah diberikan asuhan  Kaji tanda dan gejala awal hipertermi  Hipertermi menunjukkan proses
berhubungan dengan  Cek tanda vital sign klien
keperawatan selama 3 x24 penyakit infeksi akut, dimana pola
proses penyakit  Selimuti klien
jam, diharapkan  Kompres klien pada lipat paha dan aksila demam dapat menunjukkan
(reaksi antibodi yang
Termoregulasi klien adekuat dengan air hangat diagnosis
mempengaruhi pusat dengan kriteria hasil :  Ajarkan keluarga melakukan kompres hangat  Tanda vital merupakan acuan untuk
termoregulasi di  Suhu tubuh dalam  Kolaborasikan dengan tim medis untuk mengetahui keadaan umum klien
pemberian anti piretik  Pemberian obat-obatan antipiretik
hipotalamus) rentang normal 36-37˚ C  Kolaborasi untuk pemberian cairan intravena seperti paracetamol tablet dapat
ditandai dengan  Nadi dan RR dalam
Heat / Cold Application membantu menurunkan demam
rentang normal
takipnea, kulit terasa
 Tidak ada perubahan  Jelaskan penggunaan kompres hangat atau klien
hangat dan suhu dingin, alasan untuk pengobatan, dan  Selimuti klien untuk mencegah
warna kulit dan tidak ada
tubuh meningkat bagaimana hal tersebut dapat mempengaruhi hilangnya kehangatan tubuh klien
pusing
 Pemberian cairan intravena sering
39,0 0C. gejala nyeri klien
digunakan untuk mencegah
 Kaji kemungkinan kontraindikasi terhadap
dehidrasi dan hemokonsentrasi yang
kompres dingin atau hangat, seperti
berlebihan
penurunan atau tidak ada sensasi, penurunan  Kompres air hangat pada lipat paha
sirkulasi, dan penurunan kemampuan untuk dan aksila efektif menyebabkan
berkomunikasi suhu tubuh menurun melalui
 Tentukan ketersediaan dan kondisi kerja peristiwa konduksi
yang aman terhadap semua peralatan yang
digunakan untuk aplikasi kompres hangat
atau dingin
 Pilih bagian yang akan di kompres, pilih
daerah alternatif ketika aplikasi langsung
tidak memungkinkan
 Gunakan kain lembab diatas permukaan
kulit untuk menambah sensasi dari terapi
kompres dingin / hangat, bila perlu
 Intruksikan kepada klien atau keluarga klien
untuk menghindari penggunaan kompres
hangat atau dingin di daerah kulit yang
terdapat luka
 Pantau temperatur terapi, terutama ketika
menggunakan kompres hangat
 Tentukan durasi yang tepat dari tindakan ini
sesuai dengan respon klien
 Periksa daerah yang di kompres dengan hati-
hati untuk mengetahui adanya tanda-tanda
iritasi kulit atau kerusakan jaringan pada 5
menit pertama dan kemudian lanjutkan
selama prosedur masih diterapkan
 Evaluasi kondisi umum, keamanan, dan
kenyamanan klien terhadap pengobatan
 Evaluasi dan dokumentasikan respon
terhadap terapi hangat / dingin yang telah
dilakukan

3 Kerusakan integritas Setelah diberikan asuhan Skin Care: Topical Treatment


1. Pantau tanda dan gejala kerusakan
kulit berhubungan keperawatan selama 3 x 24 1. Dapat segera mengetahui jika
integritas kulit
dengan iritasi jam diharapkan kerusakan 2. Berikan bedak tabur pada pasien sesuai
terjadi kerusakan integritas kulit
2. Untuk menghindari adanya luka
integritas kulit klien
ditandai dengan indikasi
pada kulit akibat garukan
berkurang dengan kriteria 3. Jaga agar linen tetap bersih, kering, dan
kemerahan pada area 3. Mandi dapat membantu
hasil : bebas kerutan.
anogenital dan membersihkan kulit dari kuman
Allergic response: localized 4. Ajarkan klien dan keluarga untuk tidak
kerusakan lapisan untuk menghindari adanya infeksi
menggaruk terlalu keras atau menggaruk
- Lokasi ruam (-) 4. Untuk membantu mengurangi rasa
kulit (lecet). - Kemerahan pada kulit (-) dengan menggunakan kain atau ujung – gatal yang timbul
ujung jari. 5. Mencegah penyebaran kuman ke
- Rasa gatal pada kulit
5. Ajarkan pasien mandi dan membersihkan kulit melalui linen
berkurang
kulit dengan sabun antibacterial 6. Obat topical dapat membantu
6. Kolaborasi pemberian obat antimikrobial mempercepat proses penyembuhan
Tissue Integrity: Skin and dan inflamasi topikal.
Mucous Membranes Skin surveillance Skin surveillance
- Integritas kulit yang baik 1. Inspeksi kulit klien untuk melihat adanya 1. Dapat segera mengetahui jika
bisa dipertahankan kemerahan dan lesi. terjadi kerusakan pada kulit
(sensasi, elastisitas, 2. Monitor kulit klien terhadap kekeringan sehingga dapat diberikan perawatan
dan kelembaban yang berlebihan. Monitor
temperatur, hidrasi, adanya lesiserosi kulit lebih lanjut. lebih awal
2. Kondisi kulit terlalu kering dan
pigmentasi)
- Tidak ada luka/lesi pada terlalu lembab dapat memudahkan
kulit terjadinya kerusakan pada kulit
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2010). Referat Penatalaksanaan Diare Menurut Who Tahun 2005.


(Online), (Available at :
http://referensikedokteran.blogspot.com/2010/07/referat-penatalaksanaan-
diare-menurut_166.html, diakses 22 juli 2016)

Brunner & Suddart. (2002). Keperawatan Medikal Bedah.Edisi 8. Jakarta : EGC

Depkes RI. (2010). Pedoman Penanganan Diare. Jakarta

Depkes RI. (2011). Situasi Diare Di Indonesia. Jakarta

Guyton, Arthur C., dkk. (2011). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta:
EGC

Joanne & Gloria. (2008). Nursing Intervension Classification Fifth Edition, USA :
Mosby Elsevier

Leksana, E. (2010). Terapi Cairan dan Darah, (Online),


(http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/27_177Terapicairandandarah.pdf/27_17
7Terapicairandandarah.pdf, diakses 22 juli 2016)

Mansjoer, Arif. Et al. (2000). Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Edisi 3. Jakarta :
Media Aesculapius FKUI

NANDA. (2015). Diagnose Keperawatan : Definisi & Klasifikasi 2015-2017. Edisi


10. Jakarta : EGC

Price, A. Sylvia. (2005). Patofisiologi. Edisi 6. Jakarta: EGC

Sarwono, W. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Sue, Marion, Meridean, Elizabeth. (2008). Nursing Outcomes Classification Fifth


Edition, USA : Mosby Elsevier

Rulam. (2011). Diare Akut Karena Infeksi. (online) http://www.infodiknas.com/diare-


akut-karena-infeksi.html (diakses tanggal 22 juli 2016)

Wong, Donna L., (2012). Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik, Edisi Keempat.
Jakarta: EGC.
Zein, Umar. (2014). Diare Akut Infeksius pada Dewasa. (online)
http://library.usu.ac.id/download/fk/penydalam-umar4.pdf (diakses tanggal 22
juli 2016)

Anda mungkin juga menyukai