OLEH:
1. Definisi
Diare adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang abnormal
(lebih dari 3 kali/hari), serta perubahan dalam isi (lebih dari 200 gr/hari) dan
konsistensi (feces cair). Hal ini biasanya dihubungkan dengan adanya kondisi
yang menyebabkan perubahan pada sekresi usus, absorpsi mukosal, atau motilitas
usus (Sarwono, 2001).
2. Epidemiologi
Diare akut merupakan masalah umum ditemukan diseluruh dunia. Di USA
dengan penduduk sekitar 200 juta diperkirakan 99 juta episode diare akut pada
dewasa terjadi setiap tahunnya. WHO memperkirakan ada sekitar 4 miliar kasus
diare akut setiap tahun dengan mortalitas 3-4 juta pertahun. Bila angka itu
diterapkan di Indonesia, setiap tahun sekitar 100 juta episode diare pada orang
dewasa per tahun. Dari laporan surveilan terpadu tahun 1989 jumlah kasus diare
didapatkan 13,3 % di Puskesmas, di rumah sakit didapat 0,45% pada penderita
rawat inap dan 0,05 % pasien rawat jalan. Penyebab utama disentri di Indonesia
adalah Shigella, Salmonela, Campylobacter jejuni, Escherichia coli, dan
Entamoeba histolytica. Disentri berat umumnya disebabkan oleh Shigella
dysentery, kadang-kadang dapat juga disebabkan oleh Shigella flexneri,
Salmonella dan Enteroinvasive E.coli.
3. Penyebab / etiologi
Penyebab utama diare akut adalah bakteri, parasit, maupun virus. Penyebab lain
yang dapat menimbulkan diare akut adalah cacing, toksin dan obat. Penyebab
diare dapat dibagi dalam beberapa faktor yaitu (Guyton & Hall, 2011):
a. Faktor infeksi
Infeksi enteral (infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan
penyebab utama diare)
1) Infeksi Virus
a) Retavirus
Penyebab tersering diare akut pada bayi, sering didahului atau
disertai dengan muntah.
Timbul sepanjang tahun, tetapi biasanya pada musim dingin.
Dapat ditemukan demam atau muntah.
b) Enterovirus
Biasanya timbul pada musim panas.
c) Adenovirus
Timbul sepanjang tahun.
Menyebabkan gejala pada saluran pencernaan/pernafasan.
d) Norwalk
Epidemik
Dapat sembuh sendiri (dalam 24-48 jam).
2) Infeksi Bakteri
a) Stigella
Semusim, puncaknya pada bulan Juli-September
Insiden paling tinggi pada umur 1-5 tahun
Dapat dihubungkan dengan kejang demam.
Muntah yang tidak menonjol
Sel polos dalam feses
Sel batang dalam darah
b) Salmonella
Semua umur tetapi lebih tinggi di bawah umur 1 tahun
Menembus dinding usus, feses berdarah, mukoid
Mungkin ada peningkatan temperature
Muntah tidak menonjol
Sel polos dalam feses
Masa inkubasi 6-40 jam, lamanya 2-5 hari.
Organisme dapat ditemukan pada feses selama berbulan-bulan.
c) Escherichia coli
Baik yang menembus mukosa (feses berdarah) atau yang
menghasilkan enterotoksin.
Pasien (biasanya bayi) dapat terlihat sangat sakit.
d) Campylobacter
Sifatnya infasiv pada bayi dapat menyebabkan diare berdarah
tanpa manifestasi klinik yang lain.
Kram abdomen yang hebat
Muntah/dehidrasi jarang terjadi
e) Yersinia Enterecolitica
Sering didapatkan sel polos pada feses
Mungkin ada nyeri abdomen yang berat
Diare selama 1-2 minggu.
Sering menyerupai apendicitis.
3) Infeksi Parasit
Seperti cacing (ascaris), protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia
lamblia, Tricomonas hominis dan jamur (Candida albicans) (Depkes,
2010).
b. Faktor Malabsorpsi
1) Malabsorbsi karbohidrat
a) Disakarida seperti : intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa
b) Monosakarida seperti : intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa
2) Malabsorbsi lemak : long chain triglyceride.
3) Malabsorbsi protein : asam amino, B-laktoglobulin
c. Faktor Makanan
Makanan yang beracun dan alergi terhadap makanan.
d. Penyebab lain
1) Imunodefisiensi
2) Gangguan psikologis (cemas dan takut)
4. Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama gangguan
osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus yang
berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul
diare.
Kedua akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus
akan terjadi peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan
selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
Ketiga gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan
mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan
sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan
mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan
diare pula.
Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme hidup
ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung,
mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan
akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan
diare.
5. Klasifikasi
Diare diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
a. Diare Akut
Diare yang awalnya mendadak dan berlangsung singkat, dalam beberapa jam
sampai 7 atau 14 hari.
b. Diare Kronik
Diare yang berlangsung lebih dari tiga minggu. Ketentuan ini berlaku bagi
orang dewasa, sedangkan pada bayi dan anak ditetapkan batas waktu dua
minggu.
Diare kronik dibagi menjadi tiga, yaitu :
1) Diare osmotik : Dijelaskan dengan adanya faktor malabsorpsi akibat
adanya malabsorpsi karbohidrat, lemak, atau protein
2) Diare sekretorik : Terdapat gangguan transport akibat adanya perbedaan
osmotik dengan mukosa yang besar.
3) Diare inflamasi : Diare dengan kerusakan dan kematian enterosit disertai
dengan peradangan.
6. Manifestasi klinis
Mula-mula anak cengeng, gelisah, suhu tubuh naik, nafsu makan
berkurang kemudian timbul diare. Tinja mungkin disertai lendir dan darah. Warna
tinja makin lama berubah kehijauan karena bercampur dengan empedu. Daerah
anus dan sekitarnya timbul luka lecet karena sering defekasi dan tinja yang asam
akibat laktosa yang tidak diabsorbsi usus selama diare. Gejala muntah dapat
timbul sebelum atau selama diare dan dapat disebabkan karena lambung turut
meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit. Bila
kehilangan cairan terus berlangsung tanpa pergantian yang memadai gejala
dehidrasi mulai tampak yaitu : BB turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-
ubun cekung (bayi), selaput lendir bibir dan mulut, serta kulit kering. Bila terus
berlanjut, akan terjadi renjatan hypovolemik dengan gejala takikardi, denyut
jantung menjadi cepat, nadi lemah dan tidak teraba, tekanan daran turun, pasien
tampak lemah dan kesadaran menurun, karena kurang cairan, deuresis berkurang
(oliguria-anuria). Bila terjadi asidosis metabolik pasien akan tampak pucat, serta
nafas cepat dan dalam (pemafasan kusmaul) (Sarwono, 2001).
Pasien dengan diare akibat infeksi sering mengalami nausea, muntah,
nyeri perut sampai kejang perut, demam dan terjadi renjatan hipovolemik.
Kekurangan cairan menyebabkan pasien akan merasa haus, lidah kering, tulang
pipi menonjol, turgor kulit menurun, serta suara menjadi serak, gangguan
biokimiawi seperti asidosis metabolik akan menyebabkan frekuensi pernafasan
lebih cepat dan dalam (pernafasan kusmaul). Bila terjadi renjatan hipovolemik
berat maka denyut nadi cepat (lebih dari 120 kali/menit) tekanan darah menurun
tak terukur, pasien gelisah, muka pucat, ujung ekstremitas dingin dan kadang
sianosis, kekurangan kalium dapat menimbulkan aritmia jantung. Perfusi ginjal
dapat menurun sehingga timbul anuria, sehingga bila kekurangan cairan tak
segera diatasi dapat timbul penyulit berupa nekrosis tubular akut (Brunner &
Suddart, 2002).
7. PEMERIKSAAN FISIK
a. Inspeksi :
1) Klien tampak muntah
2) Klien tampak sering buang air besar dengan konsistensi yang cair
3) Ubun-ubun dapat ditemukan tampak cekung
4) Membran mukosa kering
5) Daerah anus tampak lecet-lecet
6) Klien tampak lemas
7) Frekuensi napas meningkat (pernapasan cepat dan dalam)
8) Mata tampak cekung
b. Auskultasi :
1) Bising usus >12 detik per menit
c. Palpasi :
1) Denyut nadi meningkat
2) Turgor kulit menurun
d. Perkusi :
1) Adanya distensi abdomen
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada klien dengan diare meliputi :
a. Pemeriksaan Tinja
1) Makroskopis dan mikroskopis
2) pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet dinistest,
bila diduga terdapat intoleransi gula
3) Bila diperlukan, lakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.
b. Pemeriksaan Darah
1) pH darah dan cadangan dikali dan elektrolit (Natrium, Kalium, Kalsium
dan Fosfor) dalam serum untuk menentukan keseimbangan asam basa.
2) Kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
c. Doudenal Intubation ( pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum )
Untuk mengatahui jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif,
terutama dilakukan pada penderita diare kronik.
d. Pemeriksaan Urine Lengkap
e. Pemeriksaan Biakan Empedu bila demam tinggi dan dicurigai infeksi
sistemik
Pemeriksaan sediaan darah malaria serta serologi helicobacter jejuni sangat
dianjurkan.
9. KRITERIA DIAGNOSTIK
Diare akut karena infeksi dapat ditegakkan diagnostik etiologi bila anamnesis,
manifestasi klinis dan pemeriksaan penunjang mendukungnya.
Beberapa petunjuk anamnesis yang mungkin dapat membantu diagnosis:
a. Bentuk feses (watery diarrhea atau inflammatory diare)
b. Makanan dan minuman 6-24 jam terakhir yang dimakan/minum oleh
penderita.
c. Adakah orang lain sekitarnya menderita hal serupa, yang mungkin oleh karena
keracunan makanan atau pencemaran sumber air.
d. Dimana tempat tinggal penderita.
Umumnya diare akut besifat ringan dan merupakan self-limited disease. Indikasi
untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut yaitu diare berat disertai dehidrasi,
tampak darah pada feses, panas > 38,5o C, diare > 48 jam tanpa tanda-tanda
perbaikan, kejadian luar biasa (KLB).
Jumlah cairan yang hilang menurut derajat dehidrasi pada anak di bawah 2
tahun adalah sebagai berikut :
Derajat dehidrasi PWL NW CWL Jumlah
Ringan 50 100 25 175
Sedang 75 100 25 200
Berat 125 100 25 250
Keterangan:
PWL : Previous Water loss (ml/kg BB)
NWL : Normal Water losses (ml/kg BB)
CWL : Concomitant Water losses (ml/kg BB)
11. KOMPLIKASI
Adapun komplikasi dari diare meliputi (Price, 2005) :
a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).
Derajat Dehidrasi
Menurut banyaknya cairan yang hilang, derajat dehidrasi dapat dibagi
berdasarkan:
1) Kehilangan berat badan
b) Tidak ada dehidrasi, bila terjadi penurunan berat badan 2,5%.
c) Dehidrasi ringan bila terjadi penurunan berat badan 2,5-5%.
d) Dehidrasi berat bila terjadi penurunan berat badan 5-10%
2) Skor Mavrice King
Bagian tubuh Nilai untuk gejala yang ditemukan
yang diperiksa 0 1 2
Keadaan umum Sehat Gelisah, Mengigau,
cengeng, apatis, koma atau syok
Kekenyalan kulit Normal
Sangat kurang
Mata Normal ngantuk
Sangat cekung
Ubun-ubun besar Normal Sedikit kurang
Sangat cekung
Mulut Normal Sedikit cekung
Kering &
Denyut nadi Kuat Sedikit cekung
Kering sianosis
Sedang Lemah
Keterangan :
Jika mendapat nilai 0-2 dehidrasi ringan
Jika mendapat nilai 3-6 dehidrasi sedang
Jika mendapat nilai 7-12 dehidrasi berat.
3) Gejala Klinis
Berikut ini merupakan tabel klasifikasi derajat dehidrasi berdasarkan
penilaian observasi
OBSERVASI
Dehidrasi
Penilaian Tanpa Dehidrasi Dehidrasi Berat
Ringan Sedang
Baik, sadar Gelisah, rewel Lesu, lunglai atau
Keadaan umum
tidak sadar
Normal Cekung Sangat cekung dan
Mata
kering
Air mata Ada Tidak ada Tidak ada
Mulut dan lidah Basah Kering Sangat kering
Minum biasa, Haus, ingin Tidak mau minum
Rasa haus
tidak haus minum banyak
Turgor Kulit Kembali cepat Kembali lambat Kembali sangat
lambat
4) Turgor Kulit
Menentukan elastisitas turgor kulit, kulit perut dijepit antara ibu jari dan
telunjuk (selama 30-60 detik) kemudian dilepaskan, jika kulit kembali
dalam :
1 detik : elastisitas turgor kulit agak kurang (dehidrasi ringan)
1-2 detik : elastisitas turgor kulit kurang (dehidrasi sedang)
2 detik : elastisitas turgor kulit sangat kurang (dehidrasi berat).
b. Renjatan hipovolemik.
c. Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi,
perubahan pada elektro kardiagram).
d. Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim lactase karena
kerusakan vili mukosa, usus halus.
e. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
f. Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga
mengalami kelaparan.
12. PROGNOSIS
Dengan penggantian cairan yang adekuat, perawatan yang mendukung, dan terapi
antimikrobial jika diindikasikan, prognosis diare infeksius hasilnya sangat baik
dengan morbiditas dan mortalitas yang minimal. Seperti kebanyakan penyakit,
morbiditas dan mortalitas ditujukan pada anak-anak dan pada lanjut usia. Di
Amerika Serikat, mortalits berhubungan dengan diare infeksius < 1,0 %.
1. PENGKAJIAN
a. Identitas
Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun pertama
kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11 bulan.
Kebanyakan kuman usus merangsang kekebalan terhadap infeksi, hal ini
membantu menjelaskan penurunan insidence penyakit pada anak yang lebih
besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas aktif mulai terbentuk.
Kebanyakan kasus karena infeksi usus asimptomatik dan kuman enteric
menyebar terutama klien tidak menyadari adanya infeksi. Status ekonomi juga
berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan perawatannya .
b. Keluhan Utama
BAB lebih dari 3 kali dalam sehari.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir saja.
Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari
(diare akut), lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare
kronis).
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau kortikosteroid
jangka panjang (perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit),
alergi makanan, ISPA, ISK.
e. Riwayat Nutrisi
Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang dewasa,
porsi yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan susu. Cara
pengelolahan makanan yang baik, menjaga kebersihan dan sanitasi makanan,
kebiasan cuci tangan.
f. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.
g. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan
lingkungan tempat tinggal.
h. Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan
1) Pertumbuhan
a) Kenaikan BB karena umur 1 –3 tahun berkisar antara 1,5-2,5 kg (rata-
rata 2 kg), PB 6-10 cm (rata-rata 8 cm) pertahun.
b) Kenaikan linkar kepala : 12cm ditahun pertama dan 2 cm ditahun
kedua dan seterusnya.
c) Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham pertama dan gigi
taring, seluruhnya berjumlah 14 – 16 buah
d) Erupsi gigi : geraham pertama menyusul gigi taring.
2) Perkembangan
a) Tahap perkembangan Psikoseksual menurut Sigmund Freud.
Fase anal :
Pengeluaran tinja menjadi sumber kepuasan libido, mulai menunjukan
keakuannya, cinta diri sendiri/ egoistic, mulai kenal dengan tubuhnya,
tugas utamanyan adalah latihan kebersihan, perkembangan bicara dan
bahasa (meniru dan mengulang kata sederhana, hubungan
interpersonal, bermain).
b) Tahap perkembangan psikososial menurut Erik Erikson.
Autonomy vs Shame and doundt
Perkembangn ketrampilan motorik dan bahasa dipelajari anak toddler
dari lingkungan dan keuntungan yang ia peroleh dari kemampuannya
untuk mandiri (tak tergantug). Melalui dorongan orang tua untuk
makan, berpakaian, BAB sendiri, jika orang tua terlalu over protektif
menuntut harapan yanag terlalu tinggi maka anak akan merasa malu
dan ragu-ragu seperti juga halnya perasaan tidak mampu yang dapat
berkembang pada diri anak.
c) Gerakan kasar dan halus, bacara, bahasa dan kecerdasan, bergaul dan
mandiri : Umur 2-3 tahun :
berdiri dengan satu kaki tampa berpegangan sedikitpun 2
hitungan (GK)
Meniru membuat garis lurus (GH)
Menyatakan keinginan sedikitnya dengan dua kata (BBK)
Melepasa pakaian sendiri (BM)
i. Pemeriksaan Fisik
1) Pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan
mengecil, lingkar kepala, lingkar abdomen membesar,
2) Keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun.
3) Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada
anak umur 1 tahun lebih
4) Mata : cekung, kering, sangat cekung
5) Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen,
peristaltic meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah,
minum normal atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan haus,
minum sedikit atau kelihatan bisa minum
6) Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena
asidosis metabolic (kontraksi otot pernafasan)
7) Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi
menurun pada diare sedang .
8) Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu
meningkat > 375 0
c, akral hangat, akral dingin (waspada syok),
capillary refill time memajang > 2 dt, kemerahan pada daerah perianal.
9) Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400
ml/ 24 jam ), frekuensi berkurang dari sebelum sakit.
10) Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa mengalami
stress yang berupa perpisahan, kehilangan waktu bermain, terhadap
tindakan invasive respon yang ditunjukan adalah protes, putus asa, dan
kemudian menerima.
Guyton, Arthur C., dkk. (2011). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta:
EGC
Joanne & Gloria. (2008). Nursing Intervension Classification Fifth Edition, USA :
Mosby Elsevier
Mansjoer, Arif. Et al. (2000). Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Edisi 3. Jakarta :
Media Aesculapius FKUI
Sarwono, W. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Wong, Donna L., (2012). Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik, Edisi Keempat.
Jakarta: EGC.
Zein, Umar. (2014). Diare Akut Infeksius pada Dewasa. (online)
http://library.usu.ac.id/download/fk/penydalam-umar4.pdf (diakses tanggal 22
juli 2016)