Anda di halaman 1dari 47

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang.
Di Indonesia perkembangan kebidanan tidak begitu pesat, hal ini dapat dilihat
dari sejak dimulainya pelayanan kebidanan pada tahun 1853 sampai saat ini
perkembangan pelayanan belum dapat mencapai tingkat yang professional.
Pelayanan kebidanan yang diberikan lebih banyak ditujukan pada kesehatan ibu
dan anak, baik kesehatan fisik maupun psikologisnya. Ibu dan anak ini berada
didalam suatu keluarga yang ada didalam suatu masyarakat. Bidan sebagai
pelaksana utama yang memberikan pelayanan kebidanan, diharapkan mampu
memberikan pelayanan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat. Bidan
juga tinggal didalam suatu masyarakat di komunitas tertentu oleh karena itu
dalam memberikan pelayanan tidak hanya memandang ibu dan anak sebagai
individu tetapi juga mempertimbangkan factor lingkungan dimana ibu tinggal.
Lingkungan ini dapat berupa social, politik, dan keadaan ekonomi. Disini terlihat
jelas bahwa kebidanan komunitas sangat diperlukan, agar bidan dapat mengenal
kehidupan social dari ibu dan anak yang dapat mempengaruhi status
kesehatannya (Hirfa, 2017)
Continuity of care dalam kebidanan merupakan serangkaian kegiatan
pelayanan berkesinambungan mulai dari kehamilan persalinan, nifas, bayi baru
lahir, serta pelayanan keluarga berencana ( homer et all, 2014)
Kesehatan reproduksi telah menjadi perhatianpemerintah dan merupakan
masalah serius sepanjang hidup. Sasaran program kesehatan reproduksi di
Indonesia adalah seluruh remaja dan keluarganya agar memiliki perilaku yang
bertanggung jawab. Sebagai bagian dari hak reproduksi mereka pemerintah telah
mendukungpemberian informasi, konseling dan pelayanan kesehatan reproduksi
yang seluas-luasnya (Werdiyani dkk, 2012).
Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat
setelah Cina, India dan Amerika Serikat. Indonesia dengan luas wilayah
1.904.569 km2 memiliki penduduk sebanyak 258 juta jiwa dengan laju
pertumbuhan penduduk sebesar 1,49% (Central Intelligence Agency, 2016).

1
Angka Fertilitas atau Total Fertility Rate (TFR) Indonesia sebesar 2,6, sedangkan
rata-rata TFR negara ASEAN lainnya 2,4 (Kemenkes RI, 2014).
Jumlah penduduk yang besar dan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi
merupakan masalah bagi bangsa Indonesia. Dampak dari masalah tersebut
terhadap kesehatan reproduksi yaitu baby bom, paritas tinggi, kematian dan
kesakitan ibu tinggi, pola pengasuhan anak buruk, kualitas hidup rendah,
peningkatan aborsi (BKKBN, 2010). Laju pertumbuhan penduduk harus
diturunkan paling tidak menjadi 1,1%. Upaya yang dilakukan untuk menekan
laju pertumbuhan penduduk adalah dengan program KB (BKKBN, 2010).
Program KB dapat dijalankan melalui penggunaan Metode Kontrasepsi
Jangka Panjang (MKJP) dan non MKJP. Metode Kontrasepsi yang tergolong
MKJP antara lain Intra Uterine Device (IUD), implant, Metode Operatif Pria
(MOP) dan Metode Operatif Wanita (MOW). Metode kontrasepsi yang tergolong
non MKJP antara lain sanggama terputus, Metode Amenorea Laktasi 2 (MAL),
pantang berkala, kondom, difragma vagina, spermisida, pil KB, suntik KB
(BKKBN, 2010).
Program KB yang tidak terlaksana dengan baik juga masih menjadi masalah
bagi bangsa Indonesia. Banyak akseptor yang mengikuti program KB tetapi tidak
melaksanakan program sebagaimana mestinya seperti akseptor tidak melakukan
kontrol benang IUD secara rutin, sehingga membuat program KB tidak
terlaksana dengan baik. Program KB yang tidak terlaksana dengan baik
merupakan salah satu penyebab terjadinya laju pertumbuhan penduduk yang
tinggi (BKKBN, 2015).
Metode kontrasepsi baik MKJP maupun non MKJP masing-masing
mempunyai nilai efektifitas yang berbeda. Menurut BKKBN efektifitas dari
setiap kontrasepsi dinyatakan dalam terjadinya kehamilan pada pemakai metode
kontrasepsi per 100 akseptor. Adapun efektifitas metode kontrasepsi adalah
sebagai berikut IUD 0,1-1, efektifitas implant 0,2-1, efektifitas MOP 0,15-01,
efektifitas MOW 0,5-0,1, efektifitas suntik kombinasi 0,005-3, efektifitas suntik
DMPA 0,8-0,3, efektifitas pil progesteron 0,1-7, efektifitas pil kombinasi 0,3-8,
efektifitas MAL 0,5-2, efektifitas kondom pria 2-15, efektifitas sanggama
terputus 0,3-8, efektifitas diafragma 18-29, kondom wanita 5-21 (BKKBN,
2012).

2
Data SDKI 2012 mengenai alasan berhenti memakai alat/cara KB karena
hamil ketika memakai kontrasepsi menunjukkan prevalensi sebagai berikut: pil
10,9%, IUD 4,4%, suntik 3,2%, implant 2,5%, kondom pria 14,5%, Methode
Amenorrhea Lactational (MAL) 8,2%, pantang berkala 28,9%, senggama
terputus 24,6%, lainnya 17,8% (BPS dkk, 2012)
IUD merupakan salah satu kontrasepsi yang diprioritaskan pemakaiannya
oleh BKKBN. Hal tersebut karena efektifitas IUD cukup tinggi yaitu 0,1-1
kehamilan per 100 perempuan (BKKBN, 2012). Kehamilan pada akseptor IUD
dapat terjadi baik IUD in situ maupun ekspulsi yang tidak diketahui (Mochtar,
2012). Angka ekspulsi IUD sebesar 3-13% pada pemasangan masa interval, 9,5-
12,5% pada pemasangan pasca plasenta dan 25- 37% pada pemasangan pasca
persalinan (Kemenkes RI, 2013).

2. RumusanMasalah
1. Apakah masalah kesehatan yang terdapat dalam keluarga binaan?
2. Masalah apakah yang menjadi prioritas masalah kesehatan keluarga
binaan?
3. Apa saja rencana dalam memecahkan masalah kesehatan keluarga
binaan?
4. Bagaimana pelaksanaan dari rencana yang telah dibuat dalam
mengatasi masalah kesehatan keluarga?
5. Apakah hasil dari evaluasi tindakan yang telah diberikan?

3. Tujuan
1. Tujuan Umum Setelah akhir praktik asuhan kebidanan pemberdayaan
perempuan di komunitas, mahasiswa mampu melaksanakan asuhan
kebidanan pemberdayaan perempuan di komunitas secara
komprehensif.
2. Tujuan Khusus
Setelah melaksanakan praktik asuhan kebidanan pemberdayaan
perempuan di komunitas mahasiswa:
a. Mampu melakukan identifikasi masalah kesehatan keluarga
Tn. R.

3
b. Mampu menganalisa masalah kesehatan kelurga Tn. R
c. Mampu menentukan prioritas masalah kesehatan keluarga Tn.
Tn. R
d. Mampu menentukan antisipasi masalah kesehatan keluarga
Tn. R
e. Mampu melakukan perencanaan dalam masalah kesehatan
keluarga Tn. R
f. Mampu melaksanakan perencanaan yang telah dibuat umtuk
mengatasi masalah kesehatan keluarga Tn. R
g. Mampu melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah
dilaksanakan

4. Manfaat
a. Manfaat Untuk Lahan Praktik
Sebagai salah satu sumber informasi bagi penentu kebijakan dan
pelaksanaan program, dalam menyusun perencanaan, pelaksaan, dan
valuasi
a. Manfaat Untuk Akademik Kebidanan Poltekkes Jambi
Sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan program studi
Profesi Bidan di Akademik Kebidanan Poltekkes Jambi.
b. Manfaat Untuk Reverensi Lain
Dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta dapat
mengaplikasikan ilmu dalam penerapan manajemen asuhan kebidanan
dengan pendokumentasian.

5. Ruang Lingkup

Ruang lingkup Asuhan Kebidanan Pemberdayaan Perempuan di


Komunitas dalam penulisan ini adalah terbatas pada Asuhan yang dilakukakn
pada 2 (satu) KK Binaan. Dilaksanakan di Kelurahan Penyengat Rendah RT
11. Kegiatan dilaksanakan dengan wawancara mendalam dan pemberian
asuhan sesuai dengan permasalahan yang ditemukan di dalam KK binaan.
Proses pembinaannya meliputi melakukan tinjauan tentang Keluarga dan

4
Identifikasi Keluarga, Analisa dan prioritas masalah, pelaksanaan serta
evaluasi. Aspek Pemberdayaan perempuan yang di kaji dalam hal ini adalah
meliputi : aspek kesejahteraan, aspek akses, aspek kesadaran kritis, aspek
pratisipasi dan aspek control.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Keluarga
1. Pengertian
Dep-kes RI .1988. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yg terdiri
dari kk dan beberapa orang yg berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah satu
atap dalam keadaan saling ketergantungan. (lusiana, dkk: 2017)
S.G.Baillon.1989. Keluarga adalah => dua orang atau lebih dari individu yg
bergabung karena hubungan darah, hub perkawinan, pengangkatan, dan mereka
hidup dalam satu rumah tangga beriteraksi satu sama lainnya dalam perannya
masing-masing serta mempertahankan suatu kebudayaan. Subdit. perkesmas dep-kes
RI. (Hirfa, 2017)
Keluarga adalah salah satu kelompok atau perkumpulan manusia yg hidup
bersama sebagai satu kesatuan / unit masyarakat terkecil dan biasanya selalu ada hub
darah, ikatan perkawinan, yg dipimpin oleh seorang kepala keluarga dan makan
dalam satu periuk.
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga
dan beberapa anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam suatu
rumah tangga karena pertalian darah dan ikatan perkawinan atau adopsi, dimana
antara satu dengan yang lainnya saling tergantung dan berinteraksi. Bila salah satu
anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan atau keperawatan, maka akan
berpengarung terhadap anggota-anggota yang lain dan keluarga-keluarga yang ada di
sekitarnya (Hirfa, 2017).
1. Bentuk Tipe Keluarga (Hirfa, 2017)
 Keluarga inti (Nuclear Familly), adalah keluarga yang terdiri dari ayah,
ibu dan anak-anak.
 Keluarga besar (ETtended Familly), adalah keluarga inti ditambah
sanak saudara,misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu,
paman, bibi, dan sebagainnya.
 Keluarga berantai (Serial Familly), adalah keluarga yang terdiri dari
wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu
keluarga inti.

6
 Keluarga duda/ janda (Composite), adalah keluarga yang terjadi karena
perceraian atau kematian.
 Keluarga berkomposisi, adalah yang perkawinannya berpoligami dan
hidup secarabersama-sama.
 Keluarga kabitas (Cabitation), adalah dua orang yang menjadi satau
tanpa pernikahan tetapi membentuk satu keluarga.
2. Pemegang Kekuasaan dalam Keluarga Pemegang kekuasaan keluarga
menurut (Hirfa, 2017):
 Patrikal, yang dominan memegang kekuasaan dalam keluarga adalah
pihak ayah.
 Matrikal, yang dominan memegang kekuasaan dalah keluarga adalah
pihak ibu.
 Equalitarian, yang dominan memegang kekuasaan dalam keluarga
adalah pihak ayahdan ibu.
3. Peranan Keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat
kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu.
Menurut (Hirfa, 2017) peranan dalam keluarga adalah:
 Peranan ayah
Sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anak, pecari nafkah,
pendidik, pelindung, kepala keluarga, anggota dari kelompok
sosialnya, anggota masyarakat dari lingkungannya.
 Peranan ibu
Sebagai istri dan ibu dari anak-anak, mengurus rumah tangga,
mengasuh dan pendidik,pelindung dari salah satu kelompok dari
peranan sosialnya, serta sebagai anggota masnyarakat dari
lingkungannya, pencari nafkah tambahan dalam keluarga.
 Peranan anak
Melaksanakan peranan psikososial sesuai tingkat perkembangan baik
fisik, mental maupun spiritial.

7
4. Fungsi Keluarga
 Fungsi biologis
Untuk meneruskan keturunan, memelihara dan membesarkan anak,
memenuhi kebutuhan gizi keluarga, memelihara dan merawat anggora
keluarga.
 Fungsi psikologis
o Memberikan kasih sayang dan rasa aman.
o Memberikan kasih sayang diantara anggota keluarga.
 Fungsi sosial
o Membina sosialisasi pada anak.
o Membentuk norma tingkah laku sesuai tingkat perkembangan
anak.
 Fungsi ekonomi
o Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk
memenuhi kebutuhankeluarga.
o Mencari sumber penghasilan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan keluarga.
o Menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga dimasa yang
akan datang.
 Fungsi Pendidikan
o Menyekolahkan anak untuk membekali pendidikan,
ketrampilan dan membentuk perilaku sesuai bakat dan minat
yang dimilikinya.
o Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan
datang, memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.
o Mendidik anak sesuai tingkat perkembangannya.
5. Gambaran Keluarga Sehat
Gambaran keluarga sehat dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. Anggota keluarga dalam kondisi sehat fisik, mental maupun sosial.
b. Cepat meminta bantuan tenaga kesehatan atau unit pelayanan
kesehatan bilatimbul masalah kesehatan pada salah satu anggota
keluarga.

8
c. Di rumah tersedia kotak berisi obat-obatan sederhana untuk P3K.
d. Tinggal di rumah dan lingkungan yang sehat.
e. Selalu memperhatikan kesehatan keluarga dan masyarakat.
Seorang bidan yang bekerja di komuniti harus mengetahui
data wilayah kerjanya, data tersebut mencakup komposisi keluarga,
keadaan sosial, ekonomi, adat kebiasaan, kehidupan beragama, status
kesehatan serta masalah ibu dan anak balita. Keberhasilan bidan yang
bekerja dibidang komuniti tergantung pada peningkatan kesehatan ibu
dan anak balita di wilayah kerjanya.
Sasaran umum kebidanan komunitas asalah ibu dan anak
dalam keluarga. Menurut undang-undang no.12 tentang kesehatan,
yang dimaksud dengan keluarga adalah suami, istri, anak dan anggota
keluarg a lainnya.
Di dalam kesehatan keluarga, kesehatan istri mencakup
kesehatan masa pra kehamilan,persalinan, pasca persalinan dan masa
di luar masa kehamilan (masa interfal) sertapersalinan. Upaya
kesehatan ibu dan anak dilakukan melalui peningkatan kesehatan
anakdalam kandungan, masa bayi, masa balita dan masa pra sekolah.

B. Tugas Keluarga
Ada lima tugas keluarga dalam bidang kesehatan menurut (hirfa,2017)
 Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggotanya
 Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
 Memberikan perawatan pada anggota yang sakit dan yang tidak dapat
membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda
 Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan
perkembangan kepribadian anggota keluarga
 Mempertahankan hubungan social balik antara keluarga dan lembaga
kesehatan yang ada
Pada dasarnya tugas keluarga ada 8 tugas pokok sebagai berikut :
1. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya
2. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga

9
3. Pembagian masing-masing anggota sesuai dengan kedudukannya
masing-masing
4. Sosialisasi antar anggota keluarga
5. Pengatur jumlah anggota keluarga
6. Pemelihara ketertiban anggota keluarga
7. Penempatan anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas
8. Membangkitkan dorongan dan semangat pada anggota keluarga.

C. Analisis situasi partisifatif (PRA)


Salah satu metode yang dianggap tepat dalam melakukan upaya analisis
situasi kesehatan dan memiliki keterkaitan dengan faktor sosiokultural adalah
Participatory Rural Appraisal (PRA=pengkajian pedesaan secara partisipatif).
PRA mulai dikembangkan awal dasawarsa 1990-an oleh Robert Chambers. PRA
didefinisikan sebagai “sekumpulan pendekatan dan metode yang mendorong
masyarakat pedesaan untuk turut serta meningkatkan dan menganalisis
pengetahuan mereka mengenai hidup dan kondisi mereka sendiri, agar dapat
membuat rencana dan tindakan”. Teknik-teknik kajian yang dikembangkan
dalam pendekatan ini hanyalah merupakan alat pada proses belajar dengan
masyarakat, yang tidak berhenti pada saat pengkajian keadaan saja, tetapi
sampai pada perencanaan dan pengembangan program. Beberapa pengertian
partisipasi antara lain sebagai berikut.
1. Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat kepada proyek
tanpa ikut serta dalam pengambilan keputusan.
2. Partisipasi adalah "pemekaan" (membuat peka) pihak masyarakat
untuk meningkatkan kemauan menerima dan kemampuan untuk
menanggapi proyek-proyek pembangunan.
3. Partisipasi adalah suatu proses yang aktif , yang mengandung arti
bahwa orang atau kelompok yang terkait, mengambil inisiatif dan
menggunakan kebebasan untuk melakukan hal itu.
4. Partisipasi adalah pemantapan dialog antara masyarakat setempat
dengan para staf yang melakukan persiapan, pelaksanaan, monitoring
proyek, agar memperoleh informasi mengenai konteks lokal dan
dampak-dampak sosial.

10
5. Partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam
perubahan yang ditentukannya sendiri.
6. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri,
kehidupan, dan lingkungan mereka.
7. Partisipasi adalah kontribusi, partisipasi sama dengan organisasi, atau
sama dengan proses penguatan (Elly dwi, 2018).
Terdapat berbagai istilah/nama untuk metode ini, yang pada dasarnya
lebih merupakan adaptasi metode partisipatif ke dalam suatu wilayah isu
tertentu, namun substansi yang dimaksud sama. Prinsip dalam PRA
antara lain sebagai berikut.
1. Mengutamakan yang terabaikan (keberpihakan) Permasalahan yang
menjadi prioritas didahulukan untuk kepentingan kesehatan
penduduk.
2. Pemberdayaan masyarakat Masyarakat terlibat aktif dalam pemecahan
masalah dengan cara ikut serta dalam perencanaan dan pelaksanaan
setiap kegiatan interveni kesehatan.
3. Masyarakat sebagai pelaku, sebaliknya “orang luar” hanyalah
fasilitator Masyarakat mempunyai kontribusi besar untuk merubah
permasalahan yang ada dan menjadi tanggung jwabnya untuk
menyelesaikan, tenaga kesehatan hanya sebagai fasilitator untuk
mendampingi selama proses penyelesaian masalah.
4. Saling belajar dan menghargai perbedaan Sikap ini sangat dibutuhkan
karena keberagaman membuat segala sesuatu yang besar menjadi
lebih mudah dilaksanakan.
5. Santai dan informal Disesuaikan dengan kondisi dimasyarakat yang
lebih fleksibel dalam menangani kondisi tertentu.
6. Triangulasi (check and re-check) Setiap proses kegiatan dilakukan
untuk memantau keberhasilan kegiatan.
7. Mengoptimalkan hasil keputusan untuk menyelesaikan masalah yang
sudah disepakati ditindaklanjuti dan dilaksanakan dengan semaksimal
mungkin.
8. Orientasi praktis (implementasi)
9. Keberlanjutan dan selang waktu

11
10. Belajar dari kesalahan Pengalaman dalam meneyelsaikan satu
masalah menjadi acuan untuk menyelesaikan masalah berikutnya.
Bilamana terdapat kekurangan diharapkan untuk selanjutnya tidak
terjadi lagi.
11. Terbuka Keterbukaan untuk saling bekerja sama sangat membantu
peran serta masyarakat dalam meneyelesaikan masalah bersama.

D. Konsep pemberdayaan Perempuan


Secara etimologis pemberdayaan berasal dari kata dasar daya yang berarti
kekuatan atau kemampuan. Maka pemberdayaan dimaknai sebagai proses untuk
memperoleh daya, kekuatan atau kemampuan dari pihak yang memiliki daya
kepada pihak yang kurang atau belum berdaya.
Pemberdayaan adalah proses kepada masyarakat agar menjadi berdaya,
mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau
keberdayaan untuk menentukan pilihan hidupnya, pemberdayaan juga harus
ditujukan pada kelompok atau lapisan masyarakat yang tertinggal. Jadi dapat
disimpulkan Pemberdayaan yaitu sebuah proses dan tujuan untuk memperkuat
kekuasaan atau keberdayaan kelompok maupun individu yang lemah dalam
masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan.
Sebagai tujuan pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh suatu perubahan
sosial. Masyarakat yang berdaya dan memiliki pengetahuan dan mampu
memenuhi kebutuhan hidup baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial
seperti memiliki kepercayaan diri dan mempunyai mata pencarian dalam
melaksanakan tugas-tugas kehidupannya.
Pemberdayaan menunjuk pada kemampuan seseorang, khususnya kelompok
rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuasaan atau kemampuan dalam
memenuhi kebutuhan dasarnya, mereka juga dapat menjangkau sumber-sumber
produktif yang memungkinkan dapat meningkatkan pendapatan dan
memperoleh barang dan jasa yang mereka perlukan.

12
Untuk melakukan pemberdayaan perlu tiga langkah yang berkesinambungan
yaitu:
1. Pemihakan, artinya perempuan sebagai pihak yang diberdayakan
harus lebih dipihak dari pada laki-laki.
2. Penyiapan, artinya pemberdayaan menuntut kemampuan perempuan
untuk bisa ikut mengakses, berpartisipasi, mengontrol, dan
mengambil manfaat.
3. Perlindungan, artinya memberikan proteksi sampai dapat dilepas.

Strategi Pemberdayaan Perempuan Kesadaran mengenai peran


perempuan mulai berkembang yang diwujudkan dalam pendekatan program
perempuan dalam pembangunan. Hal ini didasarkan pada satu pemikiran
mengenai perlunya kemandirian bagi kaum perempuan, supaya pembangunan
dapat dirasakan oleh semua pihak. Karena perempuan merupakan sumber
daya manusia yang sangat berharga sehingga posisinya di ikut sertakan dalam
pembangunan. Tujuan dari pendekatan ini adalah menekankan pada sisi
produktivitas tenaga kerja perempuan, khususnya terkait dengan
pemberdayaan perempuan, sedangkan sasarannya adalah kalangan
perempuan dewasa. Untuk meningkatkan akses perempuan agar supaya bisa
meningkatkan pemberdayaan.

E. Asuhan Kebidanan
1. Keluarga Berencana
Intra Uterine Device (IUD)
 Pengertian IUD
IUD adalah suatu benda kecil yang terbuat dari plastik yang
lentur, mempunyai lilitan tembaga atau juga mengandung hormon dan
dimasukkan ke dalam rahim melalui vagina dan mempunyai benang
(Handayani, 2010).
 Kelebihan IUD
Penggunaan IUD sebagai alat kontrasepsi mempunyai banyak
keuntungan yaitu (Mochtar, 2012):

13
o Hanya memerlukan satu kali motivasi dan pemasangan.
o Tidak ada efek sistemik.
o Dapat mencegah kehamilan dalam jangka panjang.
o Sederhana, ekonomis, mudah dipakai, dan cocok untuk
penggunaan masal.
o Kegagalan yang disebabkan karena kesalahan akseptor tidak
banyak.
o Efektivitas tinggi.
o Kesuburan dapat pulih kembali (reversibel).
o Tidak diperlukan tingkat pendidikan tertentu pada akseptor
sehingga dapat dipakai di daerah pedesaan.
 Kekurangan IUD
Penggunaan IUD sebagai alat kontrasepsi selain mempunyai banyak
kelebihan juga mempunyai kekurangan yaitu (Manuaba, 2010):
o Masih terjadi kehamilan dengan IUD in situ.
o Terdapat perdarahan (spotting dan menometroragia).
o Leukorea, sehingga menguras protein tubuh dan liang
senggama terasa lebih basah.
o Dapat terjadi infeksi.
o Tingkat akhir infeksi menimbulkan kemandulan primer atau
sekunder dan kehamilan ektopik.
o Tali IUD dapat menimbulkan perlukaan portio uteri dan
mengganggu hubungan seksual.
 Efektifitas IUD
Efektifitas IUD dinyatakan dalam angka kontinuitas yaitu berapa lama
IUD tetap tinggal in-utero tanpa ekspulsi spontan, terjadinya
kehamilan, pengangkatan karena alasan medis atau pribadi. Efektifitas
IUD tergantung pada variabel administratif, pasien dan medis,
kemungkinan ekspulsi dari pihak akseptor, kemampuan akseptor
untuk mengetahui terjadinya ekspulsi dan kemudahan akseptor untuk
mendapatkan pertolongan medis (Hartanto, 2010).

14
Efektifitas IUD 13 sebagai kontrasepsi dalam mencegah kehamilan
cukup tinggi yaitu 0,1- 1 kehamilan per 100 perempuan (BKKBN,
2012).
 Jenis IUD Jenis IUD dapat dibedakan menjadi beberapa macam.
Berikut penggolongan jenis IUD (Hartanto, 2010):
o Un-Medicated IUD
Lippes Loop Ada 4 macam IUD tipe Lippes Loop yaitu:
 Lippes Loop A: panjang 26,2 mm, lebar 22,2 mm,
benang biru, satu titik pada pangkal IUD dekat benang
ekor.
 Lippes Loop B: panjang 25,2 mm, lebar 27,4 mm, 2
benang hitam, bertitik 4.
 Lippes Loop C: panjang 27,5 mm, lebar 30 mm 2
benang kuning, bertitik 3.
 Lippes Loop D: panjang 27,5 mm, lebar 30 mm 2
benang putih, bertitik 2.
o Medicated IUD
Copper IUD
 CuT-200 : panjang 36 mm, lebar 32 mm, mengandung
200 mm2 Cu, daya kerja 3 tahun. 14
 CuT-200B : seperti CuT-200, tetapi ujung bagian
bawah batang IUD berbentuk bola.
 CuT-200Ag : seperti CuT-200, tetapi mengandung inti
Ag di dalam tembaganya.
 CuT-220C : panjang 36 mm, lebar 32 mm, 220 mm2
Cu di dalam tujuh selubung, 2 pada lengan dan 5 pada
batang vertikal, daya kerja 3 tahun.
 CuT-380A : panjang 36 mm, lebar 32 mm, 314 mm2
kawat Cu pada batang vertikal, 2 sebulung Cu seluas
380 mm2 pada masing-masing lengan horizontal, daya
kerja 8 tahun.

15
 CuT-380 Ag : seperti CuT-380A, hanya dengan
tambahan inti Ag di dalam kawat Cu-nya, daya kerja 5
tahun.
 CuT-380S : selubung Cu diletakkan pada ujung-ujung
lengan horizontalnya dan berada di dalam plastiknya
daya kerja 2,5 tahun.
 Nova-T : panjang 32 mm, lebar 32 mm, 200 mm2 luas
permukaan Cu dengan inti Ag di dalam kawat Cu-nya
daya kerja 5 tahun.
 ML Cu-250 : 220 mm2 luas permukaan kawat Cu,
benang ekor 2 lembar, berwarna hitam atau tidak
berwarna, daya kerja 3 tahun. 15
 ML Cu-375 : 375 mm2 luas permukaan kawat Cu,
benang ekor 2 lembar, berwarna hitam atau tidak
berwarna, daya kerja 5 tahun.
 Cu-7 : panjang 36 mm, lebar 26 mm, mengandung 200
mm2 luas permukaan Cu, diameter tabung inserter
paling kecil sehingga dianjurkan untuk nuligravida
daya kerja 3 tahun.
 MPL-Cu 240 Ag: 240 mm2 luas permukaan Cu,
dengan inti Ag di dalam kawat Cu.
o IUD yang Mengandung Hormon
 Progestasert-T : panjang 36 mm, lebar 32 mm, dengan
2 lembar benang ekor wrna hitam, mengandung 38 mg
progesterone, dan barium sulfat, melepaskan 65 mcg
progesterone per hari, tabung inserternya berbentuk
lengkung, daya kerja 18 bulan.
 LNG-20 : mengandung 46-60 mg Levonorgestrel,
dengan pelepasan 20 mcg/hari.
 Kegagalan IUD
Kegagalan IUD dapat didefinisikan sebagai kehamilan yang terjadi
pada aseptor IUD. Akseptor IUD adalah PUS yang menggunakan alat
kontrasepsi IUD. Kehamilan pada akseptor IUD dapat terjadi IUD in

16
situ 16 maupun ekspulsi tanpa diketahui pemakainya, dua dari 3
kehamilan terjadi dengan IUD in situ (Mochtar, 2012). Kehamilan
dengan IUD in situ bisa terjadi karena pemasangan IUD yang tidak
mencapai fundus uteri kemudian menyebabkan daerah ini bebas dari
pengaruh IUD sehingga terjadi konsepsi, nidasi, dan kehamilan
berlangsung (Manuaba, 2010).
o Dampak Dampak dari kegagalam IUD yaitu kehamilan dengan
IUD in situ menimbulkan risiko bagi ibu abortus, sepsis,
meningkatkan risiko kehamilan etopik bagi janin
meningkatkan frekuensi berat lahir rendah, kelahiran prematur
(Cunningham, 2012), selain itu kehamilan dengan IUD in situ
dapat meningkatkan risiko infeksi intrauterus, plasenta previa
(Varney, 2007)
o Penanganan Kegagalan IUD
Berikut merupakan langkah yang harus dilakukan apabila
menghadapi kehamilan dengan IUD in situ (Mochtar, 2012):
 Bila benang masih dapat terlihat, maka dianjurkan
untuk mencabut IUD.
 Bila benang tidak terlihat, biarkan IUD in situ (tetapi
dalam pengawasan ketat bahaya infeksi dan sepsis).
 Bila IUD dilapisi tembaga atau logam lainnya, IUD
dianjurkan untuk dicabut karena mempunyai efek
teratogenik pada janin dan dikhawatirkan akan terjadi
abortus septik. 17
 Bila menggunakan IUD tanpa tambahan logam dan
bila IUD tidak dapat dikeluarkan karena benang tidak
terlihat, maka kehamilan dapat diteruskan. Tidak
pernah dilaporkan terjadi malformasi janin akibat IUD
in situ sampai kehamilan cukup bulan. IUD yang tetap
berada di luar kantung amnion, akan keluar bersama
selaput ketuban atau plasenta sewaktu melahirkaN.
o Penanganan kehamilan apabila IUD ekspulsi spontan adalah
pemberi perawatan kehamilan atau merujuk untuk dilakukan

17
aborsi mengacu pada keputusan akseptor ingin
mempertahankan kehamilannya atau tidak (Varney, 2007)
 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kegagalan IUD Menurut Mochtar
(2012) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kegagalan IUD adalah
jenis IUD meliputi ukuran dan luas permukannya, umur akseptor,
lamanya pemakaian, dan kurang teraturnya akseptor menjalani jadwal
kontrol untuk periksa ulangan. Menurut Hartanto (2010) faktor yang
mempengaruhi kegagalan IUD tergantung pada IUDnya yang meliputi
ukuran, bentuk dan bahan tambahan Cu atau Progesterone dan
akseptornya yang meliputi umur, paritas, frekuensi senggama.
 Jenis IUD
Menurut beberapa literatur jenis IUD mempengaruhi
kegagalan IUD. Jenis IUD yang mempengaruhi kegagalan IUD dapat
dilihat dari ukuran, luas permukaan, bentuk dan bahan tambahan yang
dikandung dalam IUD Mochtar (2012) dan Hartanto (2010).
Berdasarkan ukuran, IUD dengan ukuran dan luas permukaan kecil
lebih berpeluang untuk gagal akan tetapi ukuran IUD juga
memperhatikan paritas akseptor, pada nuligravida dianjurkan
menggunakan IUD Cu-7 karena lebar IUD paling kecil diantara IUD
lainnya (Hartanto, 2010).
IUD Lippes Loop memiliki angka kegagalan 2 per 100 wanita
per tahun, sedangkan IUD berbentuk T yang tersedia sudah dengan
tambahan Cu (Manuaba, 2010). Berdasarkan jenis bahan
tambahannya IUD dengan tambahan Cu bekerja dengan mengganggu
pengambilan esterogen endogenous oleh mukosa uterus, sedangkan
IUD dengan tambahan progesteron mengentalkan lendir serviks
sehingga mengganggu proses implantasi (Hartanto, 2010).
Jenis IUD yang digunakan di Indonesia saat ini adalah IUD
Cu-T 380A dan Nova T. Perbedaan antara kedua jenis IUD tersebut
adalah pada panjang dan luas permukaan Cu, IUD Cu-T 380A
mempunyai panjang 36mm dan luas permukaan Cu 380 mm2
sedangkan Nova T mempunyai panjang 32mm dan luas permukaan
Cu 200 mm2 (Hartanto, 2010).

18
 Umur Akseptor
Umur adalah lama hidup seseorang. Berdasarkan status
kesehatan reproduksi, usia dibagi menjadi 35 tahun (Manuaba, 2010).
Umur merupakan variabel yang selalu diperhatikan dalam
penyelidikan epidemiologi, angka kesakitan maupun angka kematian
dan hampir semua keadaan menunjukkan hubungan dengan umur.
Umur juga dapat mempengaruhi terjadinya kehamilan pada akseptor
IUD. Semakin tua usia makin rendah angka kehamilan, ekspulsi dan
pengangkatan/pengeluaran IUD (Hartanto, 2010).
Umur mempengaruhi kemampuan seorang wanita untuk
menghasilkan sel telur dan hamil. Masa subur wanita berlangsung
ketika berumur 20-35 tahun. Wanita akan menurun kesuburannya
setelah 35 tahun (Manuaba, 2010) sehingga kesempatan terjadi
kehamilan semakin rendah. Hasil penelitian Thonneau, et al (2006) di
Paris menyatakan terdapat hubungan yang signifikan pada wanita
berumur >35 tahun dibandingkan wanita berumur.

F. Keputihan
1) Definisi Keputihan
Keputihan dikalangan medis dikenal dengan istilah leukore atau fluor albus, yaitu
keluarnya cairan dari vagina (Ababa, 2013). Leukore adalah semua pengeluaran
cairan dari alat genetalia yang bukan darah tetapi merupakan manifestasi klinik
berbagai infeksi, keganasan atau tumor jinak organ reproduksi. Pengertian lebih
khusus keputihan merupakan infeksi jamur kandida pada genetalia wanita dan
disebabkan oleh organisme seperti ragi yaitu candida albicans (Manuaba, 2014).
Keputihan dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu keputihan normal (fisiologis)
dan keputihan abnormal (patologis). Keputihan normal dapat terjadi pada masa
menjelang dan sesudah menstruasi, pada sekitar fase sekresi antara hari ke 10-16 saat
menstruasi, juga terjadi melalui rangsangan seksual. Keputihan abnormal dapat
terjadi pada semua alat genitalia (infeksi bibir kemaluan, liang senggama, mulut
rahim, rahim dan jaringan penyangga, dan pada infeksi penyakit hubungan seksual)
(Manuaba, 2015).

19
Keputihan bukan merupakan penyakit melainkan suatu gejala. Gejala
keputihan tersebut dapat disebabkan oleh faktor fisiologis maupun faktor patologis.
Gejala keputihan karena faktor fisiologis antara lain :
a. Cairan dari vagina berwarna kuning
b. Tidak berwarna, tidak berbau, tidak gatal
c. Jumlah cairan bisa sedikit, bisa cukup banyak
Gejala keputihan karena faktor patologis antara lain:
a. Cairan dari vagina keruh dan kental
b. Warna kekuningan, keabu-abuan, atau kehijauan
c. Berbau busuk, amis, dan terasa gatal
d. Jumlah cairan banyak (Katharini 2016).
2. Penyebab Keputihan
Keputihan bukan merupakan penyakit tetapi hanya suatu gejala penyakit,
sehingga penyebab yang pasti perlu ditetapkan. Oleh karena itu untuk mengetahui
adanya suatu penyakit perlu dilakukan berbagai pemeriksaan cairan yang keluar dari
alat genitalia tersebut. Pemeriksaan terhadap keputihan meliputi pewarnaan gram
(untuk infeksi jamur), preparat basah (infeksi trikomonas), preparat KOH (infeksi
jamur), kultur atau pembiakan (menentukan jenias bakteri penyebab), dan pap smear
(untuk menentukan adanya sel ganas) (Manuaba, 2015).
Menurut Ababa (2013), penyebab paling sering dari keputihan tidak normal
adalah infeksi. Organ genitalia pada perempuan yang dapat terkena infeksi adalah
vulva, vagina, leher rahim, dan rongga rahim. Infeksi ini dapat disebabkan oleh:
a. Bakteri (kuman)
1. Gonococcus Bakteri ini menyebabkan penyakit akibat hubungan seksual,
yang paling sering ditemukan yaitu gonore. Pada laki-laki penyakit ini
menyebabkan kencing nanah, sedangkan pada perempuan menyebabkan
keputihan.
2. Chlamydia trachomatis Keputihan yang ditimbulkan oleh bakteri ini tidak
begitu banyak dan lebih encer bila dibandingkan dengan penyakit gonore.
3. Gardnerella vaginalis Keputihan yang timbul oleh bakteri ini berwarna putih
keruh keabu-abuan, agak lengket dan berbau amis seperti ikan, disertai rasa
gatal dan panas pada vagina.
b. Jamur Candida

20
Candida merupakan penghuni normal rongga mulut, usus besar, dan vagina.
Bila jamur candida di vagina terdapat dalam jumlah banyak dapat menyebabkan
keputihan yang dinamakan kandidosisvaginalis. Gejala yang timbul sangat
bervariasi, tergantung dari berat ringannya infeksi. Cairan yang keluar biasanya
kental, berwarna putih susu, dan bergumpal seperti kepala susu atau susu pecah,
disertai rasa gatal yang hebat, tidak berbau dan berbau asam. Daerah vulva (bibir
genitalia) dan vagina meradang disertai maserasi, fisura, dan kadangkadangdisertai
papulopustular. Keputihan akibat Candida terjadi sewaktu hamil maka bayi yang
dilahirkan melalui saluran vagina pun akan tertular. Penularan terjadi karena jamur
tersebut akan tertelan dan masuk kedalam usus. Dalam rongga mulut, jamur tersebut
dapat menyebabkan sariawan yang serius jika tidak diberi pengobatan. Pada suatu
saat jamur yang tertelan tadi akan menyebar ke organ lain, termasuk ke alat kelamin
dan menimbulkan keputihan pada bayi perempuan.

c. Parasit
Parasit ini menimbulkan penyakit yang dinamakan trikomoniasis. Infeksi akut
akibat parasit ini menyebabkan keputihan yang ditandai oleh banyaknya keluar
cairan yang encer, berwarna kuning kehijauan, berbuih menyerupai air sabun, dan
baunya tidak enak. Meskipun dibilas dengan air, cairan ini tetap keluar. Keputihan
akibat parasit ini tidak begitu gatal, namun vagina tampak merah, nyeri bila ditekan,
dan pedih bila kencing. Kadang–kadang terlihat bintik–bintik perdarahan seperti
buah strawberry. Bila keputihan sangat banyak, dapat timbul iritasi di lipat paha dan
sekitar bibir genitalia. Pada infeksi yang telah menjadi kronis, cairan yang keluar
biasanya telah berkurang dan warnanya menjadi abu–abu atau hijau muda sampai
kuning. Parasit lain yang juga menyebabkan keputihan adalah cacing kremi. Cacing
ini biasanya menyerang anak perempuan umur 2–8 tahun. Infeksi terjadi akibat
sering bermain di tanah, atau penjalaran cacing dari lubang dubur ke alat genital.
Keputihan akibat cacing kremi dasertai rasa gatal, sehingga anak sering menggaruk
genitalianya sampai menimbulkan luka.
d. Virus
Keputihan akibat infeksi virus sering disebabkan oleh Virus Herpes Simplex
(VHS) tipe 2 dan Human Papilloma Virus (HPV).Infeksi HPV telah terbukti dapat
meningkatkan timbulnya kankerserviks, penis, dan vulva. Sedangkan virus herpes

21
simpleks tipe 2dapat menjadi faktor pendamping.Keluhan yang timbul pada infeksi
VHS tipe 2 berupa rasaterbakar, nyeri, atau rasa kesemutan pada tempat masuknya
virustersebut. Pada pemeriksaan tampak gelembung–gelembung kecilberisi vesikel
(cairan), berkelompok, dengan dasar kemerahan yangcepat pecah dan membentuk
tukak yang basah. Kelenjar limfesetempat teraba membesar dan nyeri. Pada
perempuan, penyakit inidapat disertai keluhan nyeri sewaktu kencing, keputihan, dan
radangdi mulut rahim. Pencetus berulangnya penyakit ini adalah stres,aktivitas sek,
sengatan matahari, beberapa jenis makanan, dankelelahan.
Penyebab lain keputihan selain infeksi (Katharini, 2012) antara lain :
a. Benda asing dalam vaginaBenda asing di vagina akan merangsang
produksi cairan yangberlebihan. Pada anak–anak, benda asing dalam
vagina berupa biji–bijian atau kotoran yang berasal dari tanah. Pada
perempuan dewasabenda asing dapat berupa tampon, kondom yang
tertinggal didalamakibat lepas saat melakukan senggama, cincin pesarium
yang dipasangpada penderita hernia organ kandungan (prolaps uteri),
atau adanyaIUD pada perempuan yang ber-KB spiral.Cairan yang keluar
mula–mula jernih dan tidak berbau. Tetapijika terjadi luka dan infeksi
dengan jasad renik normal yang biasanyahidup di vagina, keputihan
menjadi keruh dan berbau, tergantungpenyebab infeksinya
b. Penyakit organ kandunganKeputihan juga dapat timbul jika ada penyakit
di organkandungan, misalnya peradangan, tumor ataupun kanker.
Tumor,misalnya papiloma, sering menyebabkan keluarnya cairan
encer,jernih, dan tidak berbau. Pada kanker rahim atau kanker serviks
(leherrahim), cairan yang keluar bisa banyak disertai bau busuk dan
kadangdisertai darah.
c. Penyakit menahun atau kelelahan kronisKelelahan, anemia (kurang darah),
sakit yang telah berlangsung lama, perasaan cemas, kurang gizi, usia
lanjut,terlalu lama berdiri di lingkungan yang panas, peranakan turun
(prolapsuteri), dan dorongan seks tidak terpuaskan dapat juga
menimbulkan keputihan. Keputiohan juga berhubungan dengan keadaan
lain seperti penyakit kencing manis (diabetes mellitus), kehamilan,
memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen–progesteron seperti pil
KB atau memakai obat steroid jangka panjang.

22
d. Gangguan keseimbangan hormon Hormon estrogen diperlukan untuk
menjaga keasaman vagina, kehidupan Lactobacilli doderleins, dan
proliferasi (ketebalan) sel epitel skuamosa vagina sehingga membran
mukosa vagina membentuk barier terhadap invasi bakteri. Dengan
demikian tidak mudah terkena infeksi. Hal–hal diatas dapat terjadi karena
dalam sel epitel vagina yang menebal banyak mengandung glikogen.
Lactobacilli doderlein yang dalam keadaan normal hidup di vagina, akan
memanfaatkan glikogen tadi selama pertumbuhannya dan hasil
metabolismenya akan menghasilkan asam laktat. Timbulnya suasana
asam laktat akan menyuburkan pertumbuhan Lactobacilli dan
Corynebacteria acidogenic, tetapi mencegah pertumbuhan bakteri
lainnya. Proses diatas akan mempertahankan pH vagina yang dalam
keadaan normal memang bersifat asam, yaitu sekitar 3,5–4,5. Keluarnya
mucus servix (lendir leher rahim) sehingga vagina tidak terasa kering
juga dipengaruhi oleh stimulasi estrogen. Hormon estrogen yang
dihasilkan oleh indung telur akan berkurang pada perempuan menjelang
dan sesudah menopouse (tidak haid). Akibatnya dinding vagina menjadi
kering, produksi glikogen menurun dan Lactobacilli menghilang.
Keadaan tersebut menyebabkan menghilangnya suasana asam sehingga
vagina dan uretra mudah terinfeksi dan sering timbul gatal. Akibat rasa
gatal di vagina, maka garukan yang sering dilakukan menyebabkan
terjadinya luka–luka yang mudah terinfeksi dan menyebabkan keputihan.
Kekurangan atau hilangnya estrogen juga dapat diakibatkan dibuangnya
kedua ovarium (indung telur) akibat kista atau kanker, atau karena radiasi
(penyinaran) indung telur yang terserang kanker. Pada masa pubertas,
remaja putri masih mengalami ketidakseimbangan hormonal. Akibatnya
mereka juga seringmengeluh keputihan selama beberapa tahun sebelum
dan sesudah menarche (haid pertama).
e. Fistel di vaginaTerbentuknya fistel (saluran patologis) yang menghubungkan
vagina dengan kandung kemih atau usus, bisa terjadi akibat cacatbawaan,
cedera persalinan, kanker, atau akibat penyinaran pada pengobatan
kanker serviks. Kelainan ini akan menyebabkan timbulnya cairan di

23
vagina yang bercampur feses atau air kemih. Biasanya mudah dikenali
karena bau dan warnanya
3. Pencegahan Keputihan
Menurut Army (2017), beberapa hal yang dapat dilakukan dalammencegah
keputihan patologis antara lain :
a. Menjaga kebersihan, diantaranya:
 Mencuci bagian vulva (bagianluar vagina) setiap hari dan menjaga
agar tetap kering untuk mencegahtumbuhnya bakteri dan jamur;
 Saat menstruasi biasakan menggantipembalut apabila sudah terasa
basah dan lembab
 Menggunakansabun non parfum saat mandi untuk mencegah
timbulnya iritasi pada Vagina
 Menghindari penggunaan cairan pembersih kewanitaanyang
mengandung deodoran dan bahan kimia terlalu berlebihan,karena hal
itu dapat mengganggu pH cairan kewanitaan dan dapatmerangsang
munculnya jamur atau bakteri
 Setelah buang airbesar, bersihkan dengan air dan keringkan dari arah
depan ke belakanguntuk mencegah penyebaran bakteri dari anus ke
vagina
 Menjagakuku tetap bersih dan pendek. Kuku dapat terinfeksi
Candida akibatgarukan pada kulit yang terinfeksi. Candida yang
tertimbun dibawahkuku tersebut dapat menular ke vagina saat mandi
atau cebok.
b. Memperhatikan pakaian, diantaranya:
 Apabila celana dalam yangdipakai sudah terasa lembab sebaiknya
segera diganti dengan yang kering dan bersih
 Menghindari pemakaian pakaian dalam ataucelana panjang yang
terlalu ketat karena dapat meningkatkankelembaban organ kewanitaan
 Tidak duduk dengan pakaian basah(misalnya: selesai olahraga dan
selesai renang karena jamur lebihsenang pada lingkungan yang basah
dan lembab
 Menggunakanpakaian dalam dari bahan katun karena katun menyerap
kelembabandan menjaga agar sirkulasi udara tetap terjaga.
24
c. Mengatur gaya hidup, diantaranya:
 Menghindari seks bebas atauberganti–ganti pasangan tanpa
menggunakan alat pelindung seperti kondom
 Mengendalikan stres
 Rajin berolahraga agar staminatubuh meningkat untuk melawan
serangan infeksi
 Mengkonsumsidiet yang tinggi protein. Mengurangi makanan tinggi
gula dankarbohidrat karena dapat mengakibatkan pertumbuhan
bakteri yang merugikan
 Menjaga berat badan tetap ideal dan seimbang.Kegemukan dapat
membuat kedua paha tertutup rapat sehinggamengganggu sirkulasi
udara dan meningkatkan kelembaban sekitar vagina
 Apabila mengalami keputihan dan mendapatkanpengobatan antibiotik
oral (yang diminum) sebaiknya mengkonsumsiantibiotik tersebut
sampai habis sesuai dengan yang diresepkan agarbakteri tidak kebal
dan keputihan tidak datang lagi
 Apabilamengalami keputihan yang tidak normal segera datang ke
fasilitaspelayanan kesehatan agar segera mendapatkan penanganan
dan tidakmemperparah keputihan.Menurut beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam mencegahkeputihan antara lain :
o Menjaga kebersihan organ genitalia. Salah satunya dengan
menggantipakaian dalam dua kali sehari.
o Dalam keadaan haid atau memakai pembalut wanita,
mengunakancelana dalam harus yang pas sehingga pembalut
tidak bergeser daribelakang ke depan.
o Cara cebok / membilas yang benar adalah dari depan
kebelakang. Jikaterbalik, ada kemungkinan masuknya bakteri
atau jasad renik daridubur ke alat genitalia dan saluran
kencing.
d. Menghindari penggunaan celana dalam yang ketat atau dari bahanyang tidak
menyerap keringat seperti nilon, serta tidak memakai celana yang
berlapis–lapis atau celana yang terlalu tebal karena akan menyebabkan
kondisi lembab disekitar genitalia. Keadaan yang lembab akan
25
menyuburkan pertumbuhan jamur. Usahakan memakai celana dalam dari
bahan katun atau kaos.
e. Usahakan tidak memakai celana dalam atau celana orang lain. Karena hal ini
memungkinkan terjadinya penularan infeksi jamur Candida,Trichomonas,
atau virus yang cukup besar.

26
BAB III

PROSES PEMBINAAN

A. Tinjauan Tentang Keluarga

1. Biodata keluarga

Nama Kepala Keluarga : Tn. R

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 40 Tahun

Agama : Islam

Suku Bangsa : Melayu/ Jambi

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Swasta

Penghasilan Perbulan : < 500.000  500.000-1 juta √> 1 juta

Status Pernikahan : (M), usia menikah suami: 24th, istri: 22 th

Alamat : RT. 11 penyengat rendah

Anggota Keluarga
No Nama Tgl Lahir L/P Hub. Pendidikan Pekerjaan
Keluarga

1 Ny. Mariani 05/12/198 P Isteri SMA IRT


5

2 maryilah 03/05/2012 P Anak SD -

3 M. Rozi 1/102/015 L Anak SD -

2. Factor social ekonomi

27
Tn. R bekerja sebagai berjualan sayur di pasar. Pendapatannya selalu
diserahkan seluruhnya kepada isteri (Ny. M) untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari,
keperluan sekolah anak-anak. Ny. M. tidak pernah bekerja. Meskipun demikian
kebutuhan keluarga selalu di prooritaskan di keluarga Tn. R. Ny. M mempunyai 2
anak. Dalam sehari-hari Tn. Rsebagai ketua RT 02 selalu mengikuti kegiatan-
kegiatan yang diselenggarakan oleh Kelurahan seperti undangan musyawarah
pembangunan Desa atau kepentingan lainnya. Begitupula Ny. M yang selalu
diizinkan suaminya untuk mengikuti kegiatan sosial yang ada di RT 02 yaitu
pengajian ibu-ibu seminggu sekali dan untuk pengajian gabungan RT seminggu
sekali.

3. Faktor Lingkungan

Di kelurahan Penyengat Rendah ini terdapat sarana pendidikan SD, sarana


ibadah mushola, dan terdapat lapangan bulu tangkis dan lapangan sepak bola, dan
terdapat lapangan volley yang sudah tidak dirawat lagi. Mayoritas penduduk di
kelurahan ini berasal dari suku Melayu. Untuk kondisi lingkungan rumah Tn. R dan
Ny. M belum memenuhi standar PHBS. Dimana memiliki sarana air yang memadai
dengan sumur sendiri, memiliki jamban didalam rumah dan tempat pembuangan
sampah.Tapi Tn. R merokok didalam rumah

4. Penggunaan sarana kesehatan

Di Kelurahan Penyengat Rendah ini terdapat puskesmas pembantu yang


jaraknya <1 km dari rumah Tn. R, dan terdapat 1 posyandu Balita yang gabung
dengan RT 01 dilaksanakan setiap tanggal 20.Bidan desa tinggal di rumah dinas di
belakang pustu sehingga saat warga desa membutuhkan pertolongan medis setiap
saat bidan desanya selalu ada. Di RT 02 ini juga terdapat dukun beranak/paraji.

5. Riwayat kesehatan keluarga

Dalam keluarga Tn. R selama satu tahun terakhir tidak ada yang sakit
maupun meninggal dunia.

6. Pemberdayaan perempuan

a) Kesejahteraan

28
Kebiasaan makan Ny. M setiap hari makan 3 kali, dan tidak ada
perbedaan menu makan antara Bapak, Ibu, maupun untuk anak-
anaknya. Ibu mengatakan berganti pakaian 2 kali setiap hari dan
berganti pakai dalam 3 kali setiap hari. Ibu memiliki waktu istirahat
yang cukup karena tidak bekerja. Penghasilan dari Tn. R setiap
bulannya lebih dari satu juta setiap bulan yang semuanya diserahkan
ke ibu untuk mengelolanya. Dari penghasilan tersebut ibu tidak ada
mengalokasikan untuk pemeliharaan kesehatan. Ibu tidak pernah
terpikir untuk meningkatkan pendidikan karena sedang fokus dengan
keluarga dan untuk persiapan biaya sekolah anak. Selama menikah
dengan Tn. R ibu tidak pernah mengalami kekerasan baik fisik
maupun psikis. Ibu tidak pernah mengalami kekerasansosial.

Tabel 2.1

Skoring Data Pertanyaan dalam Aspek


Kesejahteraan KK Tn. R

No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Jumlah

Pertanyaan
Skor 2 2 2 2 1 2 2 2 1 1 2 2 2 23
Kode :

- Kurang baik =1

- Baik =2

Dari tabel 2.1 dapat dlihat bahwa total skor keseluruhan pertanyaan dalam aspek
kesejahteraan adalah 26, sedangkan untuk hasil skor jawaban KK Tn. R di aspek ini
adalah 23, jadi skor aspek kesehateraan KK Tn. R khususnya Ny. M adalah 23/26 *
100% = 88,5 %.
Untuk hasil perjumlahan skor akhir dapat di kategorikan :

- Rendah : 0 – 33,3%

- Sedang : 33,4% - 66,7%

29
- Tinggi : 66,8% -100%

Sehingga dapat disimpulkan bahwa KK Tn. R khususnya Ny. M memiliki


kesejahteraan yang tinggi yaitu 88,5 %. Sedangkan 11,5% sisanya terdapat masalah
yaitu pertama tidak adanya penghasilan mandiri oleh Ny. M sehingga kebutuhan
hanya dicukupi dari penghasilan Tn. R. Selanjutnya ibu juga tidak punya kesempatan
untuk melanjutkan pendidikan, karena beranggapan sudah terlanjur berhenti dari
selesai SMA dan sekarang lebih focus untuk mengurus kesehatan dirinya, dan juga
biaya sekolah anak- anaknya.

Kesejahteraan mencakup pengertian yang luas, meliputi kedaan baik dan sehat
atau sejahtera dan kepentingan sebagian besar manusia termasuk kebutuhan fisik,
mental, spiritual, perasaan dan ekonomi. Kesejahteraan juga dapat diartikan sebagai
suatu kondisi di mana individu maupun kelompok dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya dan memaksimalkan kesempatan sosial di mana kondisi tersebut dapat
dirancang baik oleh individu maupun institusi yang nantinya dapat meningkatkan
standar kehidupanmasyarakat.

Faktor internal keluarga yang mempengaruhi kesejahteraan meliputi: pendapatan,


pendidikan, pekerjaan, jumlah anggota keluarga, umur, kepemilikan aset dan
tabungan; sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi kesejahteran adalah
kemudahan akses finansial padalembaga keuangan, akses bantuan pemerintah,
kemudahan akses dalam kredit barang/peralatan dan lokasi tempat tinggal. (Iskandar,
2005)

Faktor demografi dan sosial ekonomi yang berpengaruh terhadap kesejahteraan


adalah jumlah anggota, umur suami dan istri, pendidikan suami dan istri, pendapatan,
kepemilikan aset, status pekerjaan suami sebagai pedagang, dan bukan buruh.

b) Akses

Ny. M mengetahui dimana saja tempat pelayanan kesehatan yang dapat


dikunjungi setiap saat. Ibu menggunakan fasilitas kesehatan terdekat yaitu Pustu
yang jaraknya < 1 km dan bidan desanya yang tinggal di rumah dinas dekat Pustu.
Namun jika bidan tidak sedang berada ditempat ibu tidak mau beralih ke peayanan
kesehatan lain. Ibu mendapatkan pelayanan kesehatan dengan baik dan ramah oleh

30
petugas kesehatan yang melayani serta biaya untuk pelayanan kesehatannya
terjangkau oleh ibu. Di pustu juga menyediakan pelayanan kontrasepsi yang cukup
memadai dan terjangkau dengan kondisi keuangan ibu. Ibu sudah memiliki tempat
tinggal sendiri sejak 2010 dan ada jamban keluarga sendiri serta memiliki
ruang/kamar tempat istirahat sendiri bersama suami. Ibumemiliki tabungan sendiri
yang disediakan untuk biaya sekolah anak. Ibu tidak dapat dengan mudah
memperoleh pinjaman kredit untuk peningkatan ekonomi dari pemerintah, karena ibu
tidak memiliki usaha mikro yang biasanya menjadi syarat/agunan dalam proses
pinjaman. Ibu tidak memiliki kesempatan untuk meningkatkan pendidikan yang
disediakan oleh pemerintah dikarenakan kurang informasi dan lebih berfikir untuk
focus kepada pendidikan anak-anaknya. Ibu aktif mengikuti kegiatan sosial yang
tersedia di RT 02 seperti arisan dan pengajian, dan ibu membantu kegiatan suami
sebagai ketua Rt 02.

Tabel 2.2

Skoring Data Pertanyaan dalam Aspek Akses


KK Tn. R

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Jumlah
No Pertanyaan

Skor 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 23

Kode :

- Kurang baik =1

- Baik =2

Dari tabel 2.2 bahwa total skor keseluruhan pertanyaan dalam aspek akses
adalah 30, sedangkan untuk hasil skor jawaban KK Tn. R di aspek ini
adalah 27, jadi skor aspek akses KK Tn. R khususnya Ny. M adalah 27/30
* 100% = 90 %

31
Untuk hasil perjumlahan skor akhir dapat di kategorikan :

- Kurang : 0 – 33%

- Cukup : 34% - 66%

- Baik : 67% -100%

Sehingga dapat disimpulkan bahwa KK Tn. R khususnya Ny. M


memiliki fasilitas akses dalam kategori baik yaitu 90 %. Sedangkan 10%
lainnya adalah terdapat kekurangan pada keberadaan bidan, Ny.
Mbeberapa kali mengunjungi namun tidak dapat ditemui sehingga ibu
terkendala dalam berobat. Kemudian pinjaman kredit untuk peningkatan
ekonomi dari pemerintah sulit ibu dapatkan karena ibu belum ingin
mempunyai usaha kecil micro yang biasanya dijadikan syarat dalam
peminjaman kredit. Ibu juga tidak memiliki kesempatan untuk
meningkatkan pendidikan yang disediakan oleh pemerintah karena
kurangnya informasi mengenai ini, kemudian juga sekarang lebih focus
untuk mengurus kesehatan dirinya, keluarga dan juga biaya sekolahanak-
anaknya.

Akses pada informasi adalah aliran informasi yang tidak tersumbat


antara masyarakat dengan masyarakat lain dan antara masyarakat dengan
pemerintah. Informasi meliputi ilmu pengetahuan, program dan
kinerjapemerintah, hak dan kewajiban dalam bermasyarakat, ketentuan
tentang pelayanan umum, perkembangan permintaan dan penawaran pasar,
dsb. Masyarakat terpencil biasanya tidak mempunyai akses terhadap
semua informasi tersebut, karena hambatan bahasa, budaya dan jarak fisik.

Masyarakat yang informed mempunyai posisi yang baik untuk


memperoleh manfaat dari peluang yang ada, memanfaatkan akses terhadap
pelayanan umum, menggunakan hak-haknya, dan membuat pemerintah
dan pihak-pihak lain yang terlibat bersikap akuntabel atas kebijakan dan
tindakan yang mempengaruhi kehidupan masyarakat.

c) KesadaranKritis

32
Ny. M mengetahui hak-hak sebagai istri dalam berumah tangga
seperti mendapat perlakuan yang baik oleh suami, dimanjakan oleh suami,
jabat tangan ketika suami akan bepergian atau baru pulang dari bepergian,
saat mencurahkan keluhannya selalu didengarkan oleh suami. Ibu sudah
mendapatkan hak-hak kesehatan reproduksi diantaranya hak untuk bebas
memilih hak atas keseteraan dan bebas dari segala bentuk diskriminasi dan
lain sebagainya, namun ibu tidak mengetahui bahwa hal itu adalah tentang
hak-hak reproduksi. Ibu sudah tidak mempercayai kalau kodrat perempuan
di sekitar sumur, dapur dan kasur. Ibu mempercayai kalau perempuan
terbuat dari tulang rusuk laki-laki dan jika tidak melayani suami dalam
berhubungan intim akan dikutuk oleh malaikat sampai subuh karena sudah
dijelaskan dalam ajaran agama. Ibu masih percaya untuk menghentikan
kehamilan dapat dilakukan dengan minum air tape karena air tape
membuat panas kandungan ibu sehingga akan mengeluarkan bayinya. Ibu
mengetahui bahwa setiap jenis alat KB punya efek samping, saat setelah
anak keempat lahir ibu menggunakan alat kontrasepsi suntik 3 bulan dan
tidak ada masalah dengan alat KB yang dipakai.

Tabel 2.3
Skoring Data Pertanyaan dalam Aspek Kesadaran Kritis KK Tn. R

No. Pertanyaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah

Skor 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10

Kode :
- Jawaban Ya (baik) =2
- Jawaban Tidak (Kurang Baik) =1

Dari tabel 2.3 bahwa total skor keseluruhan pertanyaan dalam aspek Kesadaran
Kritis adalah 20, sedangkan untuk hasil skor jawaban KK Tn. R diaspek ini adalah

33
10, jadi skor aspek Kesadaran Kritis KK Tn. R khususnya Ny. P adalah 10/20*100%
= 50%

Untuk hasil perjumlahan skor akhir dapat di kategorikan :


-Kurang :0–33%
-Cukup : 34% -66%
-Baik : 67% - 100%

Sehingga dapat disimpulkan bahwa KK Tn. R khususnya Ny. Mmemiliki


aspek kesadaran kritis dalam kategori cukup yaitu 50 %. Sedangkan 50 % nya
terdapat permasalahan pada kesadaran tentang hak-hak perempuan dan kesehatan
reproduksi.
Banyak perepmpuan yang tidak mengetahui hak nya, karena dalam
kehidupan perempuan, fungsi reproduksi mereka yang akan diperankan hanya pada
wilayah domestic membuat perempuan lebih biasa dengan berbagai kewajibannya,
misalnya sebagai seorang isteri dan ibu, mengatur rumah dan tangga dan
mendampingi suami. Begitu juga dengan arti sehat, perempuan lebih menganggap
kesehatan yang berkaitan dengan organ tubuhnya, padahal makna kesehatan tidak
hanya demikian. (Mariana, 2003)
Dalam hal kesadaran kritis ini masyarakat secara keseluruhan khususnya
perempuan dituntut untuk terlibat langsung dalam penciptaan struktur baru yang
lebih baik dan adil dalam sistem kehidupan sosial, ekonomi, politik dan budaya.
Dengan kesadaran kritis dan didorong oleh kerja-kerja intelektual dan sosial,
masyarakat akan melihat dunia sebagai pilihan-pilihan jalan hidupnya. Kesadaran
kritis akan melahirkan tindakan dan sikap masyarakat untuk hidup lebih baik dan
turut serta terlibat sebagai aktor dari kemajuan zaman. Kesadaran kritis menjadi
point penting dari usaha transformasi menjadi masyarakat yang berbudaya dan
berdaya. Krisisnya kesadaran kritis di tengah masyarakat telah menjadikan manusia
bergantung kepada orang lain dan melihat kehidupan sebagai hal yang harus dijalani
dan diakhiri dengan hukum alam dan coretan takdir tuhan.
a. Partisipasi
Ibu selalu diajak berdiskusi oleh suami dalam pengambilan keputusan di
keluarga, contohnya saat akan membeli perabot rumah. Saat ibu mempunyai

34
pendapat atau saran yang positif selalu diterima atau didengar oleh suami. Ibu
diberikan kesempatan oleh suami untuk mengikuti kegiatan diluar rumah agar ibu
tetap bersosialisasi dengan warga di sekitar. Ibu memiliki kesempatan untuk
memutuskan hamil atau tidak hamil dan jumlah anak dalam keluarga karena
merupakan hak reproduksi perempuan, contohnya pada kehamilan saat ini. Ibu tidak
selalu dilibatkan dalam kegiatan sosial di masyarakat, seperti PKK, Posyandu. Ibu
tidak selalu diberikan kesempatan untuk mengajukan pendapat atau saran-saran pada
setiap kegiatan di masyarakat dan tidak diundang untuk ikut serta membahas
kebijakan pembangunan di desa serta ibu tidak mendapatkan kesempatan untuk
berpendapat. Ibu mendapatkan kesempatan untuk bertanya pada bidan atau
dokter/nakes lainnya saat memperoleh pelayanan kesehatan bidan atau dokter/nakes
lainnya dan bidan atau nakes lainnya menyediakan waktu untuk mendengarkan
keluhan-keluhan yang disampaikan olehibu.
Tabel 2.4
Skoring Data Pertanyaan dalam Aspek Partisipasi KK Tn. R

No. Pertanyaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah

Skor 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 14

Kode :
- Kurang baik =1
- Baik =2

Dari tabel 2.4 bahwa total skor keseluruhan pertanyaan dalam aspek
Partisipasi adalah 20, sedangkan untuk hasil skor jawaban KK Tn. R di aspek ini
adalah 14, jadi skor aspek Partisipasi KK Tn. R khususnya Ny. M adalah 14/20 *
100% = 70%
Untuk hasil perjumlahan skor akhir dapat di kategorikan :
- Kurang :0–33%
- Cukup :34%- 66 %

35
- Baik :67%- 100%
Sehingga dapat disimpulkan bahwa KK Tn. R khususnya Ny. M memiliki
Partisipasi dalam kategori baik yaitu 70 %. Sedangkan 30% sisanya kekurangan pada
keterlibatan Ny. M dalam kegiatan sosial di masyarakat, seperti PKK, Posyandu.
Kemudian juga dalam membahas kebijakan pembangunan di desa.
Kedaan yang pasif dan kurang informasi yang mempengaruhi daya kritis
perempuan untuk terlibat dalam pengambilan keputusan desa. Perempuan desa harus
di dorong dan diberi kesempatan untuk berorganisasi. Dengan dibentuknya
organisasi/kelompok maka memungkinkan terjadinya proses kerjasama dan
komunikasi dalam usaha penyelesaian masalah yang dihadapi bersama. Dalam
berorganisasi hendaknya tidak sekedar mengkalkulasi keuntungan ekonomi yang
akan diperoleh melainkan kebersamaan. Terbentuknya Kelompok mampu membantu
upaya memelihara sosial kapital di lingkungan desa. Kegiatanpertemuan yang berupa
arisan, pengajian dan sebagainya merupakan sarana bagi masyarakat umum untuk
berkomunikasi dan saling tukar informasi serta meningkatkan kapasitas penyelesaian
masalah secara bersama. Pada Pemberdayaan aspek sosial meliputi kegiatan rutin
PKK, arisan dan pengajian. Melalui kegiatan tersebut perempuan desa mendapatkan
informasi, pengetahuan maupun ketrampilan meskipun masih terbatas.
Proses sharing, penyampaian pendapat, dan pengambilan keputusan secara
kolektif. Masyarakat dibiasakan dalam kondisi “untuk kepentingan bersama” dalam
setiap tindakan yang dilakukan. Pemberdayaan politik bagi perempuan desa masih
kurang. Perempuan desa belum banyak terlibat dalam pengambilan keputusan di
tingkat desa. Secara kuantitas terdapat partisipasi perempuan dalam rapat desa
meskipun kecil. Namun, belum memenuhi kualitas partisipasi yang diharapkan
dikarenakan secara internal perempuan masih pasif dan kurang informasi yang
mempengaruhi daya kritis perempuan untuk terlibat dalam pengambilan keputusan
desa.

b. Kontrol
Ibu memiliki kuasa untuk menentukan berapa jumlah anak yang diinginkan di
keluarga. Ibu memiliki kuasa untuk menentukan pilihan ber KB atau tidak. Ibu
memiliki kuasa untuk mengatur hak-hak kesehatan reproduksi. Ibu memiliki kuasa
menolak ajakan suami untuk melakukan hubungan intim ketika ibu tidak siap dengan

36
cara berkomunikasi dengan baik. Ibu tidak memiliki kuasa untuk mengatur
pengelolaan penghasilan keluarga karena suami tidak menyerahkan semua
penghasilanya kepada ibu. Ibu tidak memiliki kuasa untuk mengontrol kebijakan
pembangunan di desa yang berkaitan dengan pemberdayaan perempuan dan ibu tidak
memiliki kuasa untuk menolak kebijakan pembangunan yang akan merugikan
kaumperempuan.
Tabel 2.5
Skoring Data Pertanyaan dalam Aspek Akses KK Tn. R

Jumlah
No. Pertanyaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9

12
Skor 2 1 1 2 1 2 1 1 1

Kode :
- Kurang baik =1
Baik =2
-
Dari tabel 2.5 bahwa total skor keseluruhan pertanyaan dalam aspek Kontrol
adalah 18, sedangkan untuk hasil skor jawaban KK Tn. R di aspek ini adalah 12, jadi
skor aspek control KK Tn. R khususnya Ny. M adalah 12/18*100% = 67 %
Untuk hasil perjumlahan skor akhir dapat di kategorikan :
- Kurang :0–33%
- Cukup : 34% -66%
- Baik : 67% - 100%
Sehingga dapat disimpulkan bahwa KK Tn. R khususnya Ny. M memiliki
Aspek kontrol dalam kategori baik yaitu 67 %. Sedangkan 33% sisanya adalah
masalah pada tidak bisa nya Ny. M mengatur keuangan sendiri karena ibu tidak
mempunyai penghasilan sendiri, sehingga ibu hanya mengatur penghasilan dari
suami. Selain itu ibu belum memiliki kuasa untuk mengontrol/ menolak kebijakan
pembangunan di desa ibu yang berkaitan dengan pemberdayaan perempuan. Hal ini
dikarenakan perempuan belum memiliki kepercayaan diri sehingga segan dan takut
untuk berpartisipasi. Serta dukungan dan motivasi dari pemerintah desa maupun

37
masyarakat setempat belum ada.
Dari hasil skoring dan presentasi beberapa aspek di atas, dapat kita lihat
bahwa presentasi terendah adalah aspek partisipasi, dimana dalam hal ini ibu tidak
pernah dilibatkan dalam kegiatan sosial di masyarakat, seperti PKK, Posyandu. Ibu
tidak selalu diberikan kesempatan untuk mengajukan pendapat atau saran-saran pada
setiap kegiatan di masyarakat dan tidak diundang untuk ikut serta membahas
kebijakan pembangunan di desa serta ibu tidak mendapatkan kesempatan untuk
berpendapat. Karena menurut ibu biasanya yg di undang untuk hal demikian adalah
suami dan untuk perempuan lebih banyak ibu-ibu kader atau yg aktif dalam PKK.
Keadaan yang pasif dan kurang informasi yang mempengaruhi daya kritis
perempuan untuk terlibat dalam pengambilan keputusan desa. Perempuan desa harus
di dorong dan diberi kesempatan untuk berorganisasi. Proses sharing, penyampaian
pendapat, dan pengambilan keputusan secara kolektif. Masyarakat dibiasakan dalam
kondisi “untuk kepentingan bersama” dalam setiap tindakan yang dilakukan.
Pemberdayaan politik bagi perempuan desa masih kurang. Perempuan desa belum
banyak terlibat dalam pengambilan keputusan di tingkat desa. Secara kuantitas
terdapat partisipasi perempuan dalam rapat desa meskipun kecil. Namun, belum
memenuhi kualitas partisipasi yang diharapkan dikarenakan secara internal
perempuan masih pasif dan kurang informasi yang mempengaruhi daya kritis
perempuan untuk terlibat dalam pengambilan keputusan desa.
A. Pembinaan Keluarga
1. Identifikasi Masalah Kesehatan Keluarga
a. Data Subjektif
1) Identitas

Nama klien/ibu : Ny. M

Umur : 36 tahun

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT
Alamat : RT 02 Penyengat Penyengat Rendah
2) Keluhan : mengatakan keputihan saat baru menggunakan KB iud
3) Riwayat menstruasi

38
Umur menarche 14 tahun, lamanya haid 5-6 hari, jumlah darah haid
2-3 x ganti softek, siklus haid 28 hari, teratur, konsistensi cair
Masalah lain : tidak ada
4) Riwayat perkawinan
menikah
5) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu :
N Tahu Temp Um Jenis Penolon penyul JK Keadaa
o n at ur persalin g it anak/ n anak
partu partus ham an persalin BB sekara
s il an ng

1 2012 BPS ater spontan bidan t.a.a P/ sehat


m 3100

2 2015 BPS ater spontan bidan t.a.a L/ Sehat


m 3200

6) Riwayat kehamilan sekarang : tidak ada


7) Riwayat penyakit / operasi yang lalu : tidak ada
8) Riwayat penyakit dalam keluarga : Tidak ada
9) Riwayat yang berhubungan dengan masalah kesehatan reproduksi :
Tidak ada
10) Riwayat keluarga berencana : suntik
11) Pola makan / minum / eliminasi / istirahat :
Pola makan 3x/hari, pola minum 8 gelas/hari, jenis makan minum
yang dikonsumsi : Nasi, lauk pauk, sayur, dan buah, air putih. Pola
eliminasi BAK 5-6 x/hari, BAB 1 x/ hari
Kelainan / masalah yang ditemukan pada pola eliminasi : tidak ada
Pola istirahat/ tidur : 6-7 jam/ hari. Tidur terakhir jam 06.00 wib
Masalah/ gangguan yang ditemui pada pola istirahat : tidak ada
12) Riwayat psikososial : keluarga mendukung kegiatan yang dilakukan
13) Riwayat perilaku kesehatan :
Miras : Tidak ada, minum obat zat adiktif : tidak ada, merokok : ada

39
b. Data Objektif
1) Pemeriksan fisik
Keadaan umum : baik
TTV: TD 120/80mmHg, Nadi :80 x/menit, R : 18x/menit, suhu :
36,5°C
Turgor : Baik, BB : 55 Kg
Rambut/ kepala : bersih, mata tidak ikterus, konjungtiva merah
muda, penglihatan jelas, Muka tidak tampak kelainan, gigi tidak ada
masalah, hidung tidak tampak kelainan, leher tidak tampak kelainan
Payudara simetris, putting susu menonjol, aerola mamae bersih
Pengeluaran ASI : tidak ada
Abdomen, bekas operasi tidak ada
2) Pemeriksaan penunjang : tidak dilakukan
3) Tindakan dan terapi yang diberikan : Tidak ada
2. Analisa Masalah Kesehatan Keluarga
Dari hasil pengkajian data yang telah dilaksanakan didapatkan masalah
kesehatan keluarga Tn. R sebagai berikut:
a. Penjajakan kesehatan tahap I, Ancaman Kesehatan
1) Kurangnya pengetahuan keluarga tentang keputihan
2) Kurangnya pengetahuan tentang informasi bahaya merokok
b. Penjajakan kesehatan tahap II

No Data Masalah Kesehatan

1 Kurangnya pengetahuan Keluarga kurang memahami


keluarga tentang keputihan tentang cara mengatasi
yag terjadi pada Ny. M keputihan pada Ny.M dan
kebersihan organ intim

2 Kurangnya pengetahuan keluargabelum mengetahui


tentang bahaya merokok sepenuhnya tentang bahaya
merokok

3. Prioritas Masalah
Sesuai data yang diperoleh saat pengkajian terhadap beberapa masalah-
masalah kesehatan yaitu:

40
a) Kurangnya pengetahuan tentang keputihan
SKALA PRIORITAS

No Masalah Kriteria Perhitungan Skore Pembenaran

1 WUS aseptor KB Sifat masalah 3/3 x 1 1 Tidak/ kurang sehat


IUD dengan °Ancaman kesehatan
keputihan °Keadaan sakit
°Situasi krisis

Kemungkinan 1/2 x 2 1 Masalah hanya


masalah dapat diubah sebagian yang dapat
°Dengan mudah diubah karena
°Hanya sebagian keputihan dapat
°Tidak dapat diatasi dengan
pengobatan
farmakologi dan non
farmakologi.

Potensial masalah 2/2 x 1 1 Jika tidak diobati akan


untuk dicegah berkontribusi terhadap
°Tinggi
infeksi
°Cukup
°Rendah (Manuaba,2015).

Menonjolnya masalah 0/2 x 1 0 keluarga kurang


°Masalah berat harus memahami akan
ditangani bahaya keputihan jika
°Masalah yang tidak dibiarkan
perlu ditangani
°Masalah tidak
dirasakan

TOTAL 3

b) Kurangnya pengetahuan keluarga tentang bahaya merokok


SKALA PRIORITAS

No Masalah Kriteria Perhitungan Skore Pembenaran

1 Keluarga kurang Sifat masalah 1/3 x 1 1/3 Situasi krisis


mengetahui

41
tentang bahaya °Ancaman kesehatan
merokok °Keadaan sakit
°Situasi krisis

Kemungkinan 1/2 x 2 1 Masalah hanya


masalah dapat diubah sebagian yang dapat
°Dengan mudah diubah karena
°Hanya sebagian masalah hanya bisa
°Tidak dapat diatasi apabila Tn. R
sadar tentang bahaya
merokok, dan mau
untuk berhenti
merokok.

Potensial masalah 2/2 x 1 1 Jika tidak diberikan


untuk dicegah informasi tentang
°Tinggi pengetahuan bahaya
°Cukup merokok, maka Tn.
°Rendah Rtidak akan pernah
tahu tentang bahaya
merokok

Menonjolnya masalah 0/2 x 1 0 Keluarga kurang


°Masalah berat harus mengetahui tentang
ditangani informasi yang
°Masalah yang tidak dibutuhkan, terutama
perlu ditangani informasi tentang
°Masalah tidak bahaya merokok
dirasakan

TOTAL 2 1/3

Berdasarkan total skore diatas maka urutan prioritas masalah dalam keluarga
TN. R adalah sebagai berikut :
a) Keluarga terutama Ny. M kurang memahami tentag keputihan pada
pemakaian alat kontrasepsi IUD. Sifat dari masalah ini ancaman kesehatan
dengan total nilai skore total 3.
b) Keluaraga kurang paham tentang bahaya merokok bagi kesehatan. Sifat dari
masalah ini yaitu situasi krisis dengan total nilai skore 2 1/3.

42
B. Pembinaan Keluarga
1. Identifikasi masalah kesehatan keluarga
2. Analisa masalah kesehatan keluarga
3. Prioritas masalah
4. Masalah kesehatan keluarga
5. Rencana pembinaan keluarga
6. Pelaksanaan pembinaan keluarga
7.
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan Penelitian dengan judul “HubunganPenggunaan dan Lama


Penggunaan JenisKontrasepsi Hormonal dengan KejadianKeputihan pada Akseptor
KeluargaBerencana di Wilayah Kerja PuskesmasKartasura Sukoharjo” dengan
hasilpenelitian menunjukkan bahwa terdapathubungan penggunaan jenis
kontrasepsihormonal dengan kejadian keputihan (Pvalue = 0,012) (Sari KS, Suryani
ES, danHandayani R, 2010). Penelitian denganjudul “Gambaran Keluhan-keluhan
AkibatAlat Kontrasepsi IUD pada Akseptor IUD diWilayah Kerja Puskesmas
Sukajadi KotaBandung didapatkan hasil terdapat keluhanakseptor KB IUD antara
lain perubahansiklus menstruasi, peningkatan jumlahdarah menstruasi, spooting,
dismenorhe,gangguan hubungan seksual, leukorea,dan perubahan tekanan darah
(Intan SK.,Tanti KD., Sunarmani., 2017)
Berdasarkan penelitian M R Purbowanti 2015 dengan penelitian Penggunaan
alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR), dapat menimbulkanterjadinya reaksi terhadap
benda asing danmemicu pertumbuhan jamur kandida yangsemula saprofit menjadi
patogen sehinggaterjadi kandidiasis vagina dengan gejalatimbulnya keputihan yang
berlebihan(Darmani, Endang Herliyanti. 2003). Darihasil penelitian dapat diketahui
bahwalamanya penggunaan KB IUDmempengaruhi terjadinya keluhan keputihan.
Hasil penelitian tersebutdikuatkan dengan hasil analisis bahwasignifikansi lambda
yang dihasilkan adalah0,002 (p<0,05) dan nilai r menunjukkan0,630 dengan
demikian ada hubunganyang bermakna antara lamanya penggunaan KB IUD dengan

43
kejadiankeputihan pada akseptor IUD. Keeratanhubungan yang dihasilkan adalah
kuat.Berdasarkan hasil analisis tersebut makaHo diterima.
Berdasarkan hasil penelitian rani pratama putri tahun 2016 akseptoryang
tidak mengalami keluhan keputihandikarenakan selalu menjaga kebersihanvaginanya
dengan baik dan melakukanpencegahan keputihan yang lain sepertitidak memakai
celana dalam yang ketat,tidak menggunakan pembersih vaginasecara berlebihan,
tidak mengalami stress,tidak mengalami infeksi vagina, dan tidakmengonsumsi obat
antibiotik. Akseptor rajinmelakukan kunjungan ulang, satu bulanpaska pemasangan,
tiga bulan kemudian,setiap enam bulan berikutnya, dan satutahun sekali. Semua hal
tersebut dapatmencegah munculnya keputihan, sehinggaakseptor KB IUD tidak
mengalami keluhankeputihan. penggunaan jenis kontrasepsi hormonaldengan
kejadian keputihan pada akseptorKB (p value = 0,002)
Berdasarkan hasil dilapangan dan didapat dari penelitian di berbagai jurnal
seingga dalam hal ini tidak ditemukan adanya kesenjangan teori dengan praktik di
lahan. Pengetahuan, derajat kesehatan, lingkungan, perilaku dan upaya kesehatan
pada dasarnya datang dari pengalaman dan merupakan hasil dari tahu seseorang
melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu sehingga pengetahuan
berperan penting dalam membentuk tindakan seseorang. Tindakan yang dimaksud
merupakan suatu tindakan dalam memberikan rangsangan kepada keluarga yang
berupa penyuluhan, agar dapat mengerti tentang keputihan yang dialami dan cara
mengatasinya sehingga dalam hal ini pengetahuan merupakan hasil dari tahu dari
pengalaman, pengetahuan, dan informasi yang didapat seseorang untuk
meningkatkan pengetahuan tentang alat kontrasepsi IUD dan keputihan yang
dialami.

44
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah pelaksanaan kebidanan komunitas di kelurahan penyengat rendah
dapat diambil kesimpulan bahwa masalah kesehatan yang ada adalah sebagai
berikut : Kurangnya pengetahuan PUS dengan kebersihan organ intim dan
perilaku hidup bersih dan sehat, dan setelah dilakukan asuhan kebidanan pada
keluarhga Tn. R maka PUS mengetahui cara melakukan kebersihan organ intim,
cara mengatasi masalah keputihan yang di alami. Dan dapat melakukan perilaku
hidup bersih dan sehat terutama mengurangi merokok.
Sehingga dalam hal ini tidak ditemukan adanya kesenjangan teori dengan
prakti di lahan. Pengetahuan, derajat kesehatan, lingkungan, perilaku dan upaya
kesehatan pada dasarnya datang dari pengalaman dan merupakan hasil dari tahu
seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu sehingga
pengetahuan berperan penting dalam membentuk tindakan seseorang.. Tindakan
yang dimaksud merupakan suatu tindakan dalam memberikan rangsangan kepada
keluarga yang berupa penyuluhan, agar dapat mengerti tentang cara mengatasi
keputihan dan kebersiha organ intim, dan perilaku hidup bersih dan sehat.
Mengurangi merokok sehingga dalam hal ini pengetahuan merupakan hasil dari
tahu dari pengalaman, pengetahuan, dan informasi yang didapat seseorang untuk
meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan keluarga.

45
Setelah akhir praktik kebidanan komunitas, mahasiswa mampu
melaksanakan asuhan kebidanan komunitas secara komprehensif meliputi :
1. Pengkajian terhadap keluarga Tn.R khususnya masalah keputihan dan
perilaku hidup bersih dan sehat
2. Menginterpretasikan masalah apa saja yang terjadi pada keluargaTn. R
3. Menentukan diagnose potensial apa yang terjadi pada keluarga binaan
4. Menentukan antisipasi masalah
5. Melakukan perencanaan terhadap masalah yang terjadi
6. Melaksanaan perencanaan yang telah dibuat
7. Memberikan penyuluhan pada keluarga
8. Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilaksanakan

B. Saran
1. Bagi keluarga
a. Sebaiknya keluarga Tn. R mulai mengetahui cara mengatasi keputihan
dan kebersihan organ intim, perilaku hidup bersih dan sehat
b. Sebaiknya keluarga Tn.R lebih memperhatikan tentang bagaimana
menghadapi masalah keputihan
2. Bagi Mahasiswa
Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam mengelola asuhan
kebidanan komunitas sehingga dapat mengaplikasi teori - teori yang ada
dengan keadaan yang ada di lapangan.

46
DAFTAR PUSTAKA

hirfa turami 2017, asuhan kebidanan komunitas

rani pratama putri 2016, Effectivity of Intra Uterine Devices (IUD) as a


Contraception Devices

Radita K. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan jenis lain spotting,


perubahan siklus menstruasi, amenorhae, dismenorhea, kontrasepsi yang digunakan
pada
pasangan usia subur [skripsi]. Semarang:Universitas Diponegoro; 2009.

Badan Koordinasi Keluarga BerencanaNasional (BKKBN).


Perkembanganpencapaian peserta KB baru menurut alatkontrasepsi [internet].
Jakarta: BKKBN;2011 [diakses tanggal 11 April 2016].Tersedia dari:
http//www.bkkbn.go.id/

Badan Koordinasi Keluarga BerencanaNasional (BKKBN). Target 2012,


KBdiarahkan ke metoda jangka panjang[internet]. Jakarta: BKKBN; 2012
[diaksestanggal 11 April 2016]. Tersedia
dari:http://www.bkkbn.go.id/ViewBerita.aspx?BeritaID=294

47

Anda mungkin juga menyukai