PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kebutuhan adalah suatu keadaan yang ditandai oleh perasaan
kekurangan dan ingin diwujudkan melalui suatu usaha atau tindakan.
Adapun kebutuhan yang paling mendasar yang harus di penuhi oleh setiap
individu yakni : Kebutuhan Keamanan (Safety Needs), Kebutuhan Seks
(Sex Needs), Kebutuhan Ekonomi (Economical Needs), Kebutuhan
Rohani (Spritual Needs), Kebutuhan Inovasi (Innovation Needs).
Dari kelima kebutuhan mendasar tersebut memiliki keterkaitan
satu dengan yang lainnya sehingga semua kebutuhan dasar tersebut harus
terpenuhi dengan semestinya, salah satu kebutuhan mendasar yang kita
ketahui adalah kebutuhan seksual karena kebutuhan seksual merupakan
yang harus benar-benar terpenuhi dan apabila kebutuhan seksual ini tidak
terpenuhi maka akan terjadi sesuatu penyimpangan seksual.
1.2
Rumusan Masalah
1. Apa pengertian seksualitas ?
2. Apa saja fungsi seksualitas?
3. Apa pengertian kesehatan seksualitas?
4. Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan seks manusia?
5. Apa pengertian respon seksual manusia?
6. Bagaimana respon seksualitas pada wanita dan pria?
7. Apa saja permasalahan seksualitas?
8. Bagaimana cara membantu kesulitan seksual?
1.3
Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian seksualitas
2. Untuk mengetahui fungsi seksualitas
3. Untuk mengetahui pengertian kesehatan seksualitas
4. Untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan seks manusia
5. Untuk mengetahui pengertian respon seksual manusia
1
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1
Pengertian Seksualitas
2.2
Fungsi Seksualitas
1. Kesuburan
Pada beberapa kebudayaan, seorang wanita muda mungkin merasakan
adanya keinginan yang kuat untuk membuktikan kesuburannya bahkan
walaupun ia sebenarnya belum menginginkan anak pada tahap kehidupannya
saat itu. Ini adalah macam masyarakat yang secara tradisional wanita hanya
dianggap layak dinikahi apabila ia sanggup membuktikan kesuburannya.
2. Kenikmatan
Mungkin pendorong primer atau mendasar perilaku seksual adalah
kenikmatan atau kesenangan yang dirasakan yaitu suatu kombinasi kenikmatan
sensual dan kenikmatan khas seksual yang berkaitan dengan orgasme.
3. Mempererat ikatan dan meningkatkan keintiman pasangan
Dalam suatu pertalian seksual yang ekslusif, pasangan melakukan secara
bersama-sama hal-hal yang tidak ingin mereka lakukan dengan orang lain. Ini
adalah esensi dari keintiman seksual. Efektivitas seks dalam memperkuat
keintiman tersebut berakar dari risiko psikologis yang terlibat; secara khusus,
resiko ditolak, ditertawakan, mendapati bahwa dirinya tidak menarik, atau
kehilangan kendali dapat memadamkan gairah pasangan.
4. Meningkatkan harga diri
Merasa mampu secara seksual bagi orang lain, atau berhasil dalam upaya
seksual, secara umum dapat meningkatkan harga diri.
5. Mencapai kekuasaan atau dominasi dalam hubungan
Kekuasaan (power) seksualitas cenderung dianggap sebagai salah satu
aspek maskulinitas, dengan pria, baik karena alasan sosial maupun fisik,
biasanya berada dalam posisi dominan. Namun, seks dapat digunakan untuk
mengendalikan hubungan baik oleh pria dan wanita dan karenanya sering
merupakan aspek penting dalam dinamika hubungan. Kekuasaan tersebut
mungkin dilakukan dengan mengendalikan akses ke interaksi seksual,
menentukan bentuk pertalian seksual yang dilakukan, dan apakah proses
menimbulkan efek positif pada harga diri pasangan. Sementara dapat terus
menjadi faktor dalam suatu hubungan yang sudah berjalan, hal ini juga
merupakan aspek yang penting dan menarik dalam perilaku awal masa
berpacaran.
6. Mengurangi ansietas atau ketegangan
Menurunnya gairah yang biasanya terjadi setelah orgasme dapat
digunakan sebagai cara untuk mengurangi ansietas atau ketegangan.
7. Keuntungan materi
Prostitusi adalah bentuk yang jelas dari aktivitas seksual untuk
memperoleh keuntungan dan hal ini sering merupakan akibat dari kemiskinan.
Pernikahan, sampai masa ini masih sering dilandasi oleh keinginan untuk
memperoleh satu bentuk perlindungan dan bukan semata mata ikatan emosional
komitmen untuk hidup bersama. ( Glasier, 2005 )
2.3
Kesehatan Seksual
Kesehatan seksual adalah kemampuan seseorang mencapai kesejahteraan
fisik, mental dan sosial yang terkait dengan seksualitas, hal ini tercermin dari
ekspresi yang bebas namun bertanggung jawab dalam kehidupan pribadi dan
sosialnya misalnya dalam menjaga hubungan dengan teman atau pacar dalam
batasan yang diperbolehkan oleh norma dalam masyarakat atau agama. Kondisi
ini hanya bisa dicapai bila hak seksual individu perempuan dan laki-laki diakui
dan dihormati (BKKBN, 2006).
2.4
1.
Tahap oral: Sampai mencapai umur sekitar 1-2 tahun, tingkat kepuasan seks
dengan menghisap puting susu ibu, dot botol, menghisap jari tangan, Dengan
bayi baru dapat tidur setelah disusui ibu, menghisap botol atau tidur sambil
menghisap jarinya. Oleh karena itu perilaku demikian tidak perlu dilarang.
2.
Tahap anal: Kepuasan seks anak didapat melalui rangsangan anus saat buang air
besar, antara umur 3-4 tahun sering duduk lama ditoilet, sehingga kepuasannya
tercapai.
3.
Tahap falik: Terjadi sekitar umur 4-5 tahun, dengan jalan mempermainkan alat
kelaminnya.
4.
Tahap laten: Terjadi sekitar umur 6-12 tahun. Tingkah laku seksual seolah-olah
terbenam, karena mungkin lebih banyak bermain, mulai masuk sekolah, dan
adanya pekerjaan rumah dari sekolah, Sehingga anak-anak cepat lelah dan lekas
tertidur, untuk siap bangun pagi dan pergi ke sekolah.
5. Tahap
genital: Umur anak sekaitar 12-15 tahun. Tanda seks sekunder mulai
berkembang dan keinginan seks dalam bentuk libido mulia tampak dan terus
berlangsung sampai mencapai usia lanjut. Suara mulai berubah, keinginan
dipuja dan memuja mulai muncul, keingian dicumbu dan mencumbu pun mulai
tampak. Saat ini masa yang sangat berbahaya, sehingga memerlukan perhatian
orang tua. Pada wanita telah mulai datang bulan (menstruasi) dan pria mulai
mimpi basah sehingga dapat menyebabkan kehamilan atau hamil bila mereka
melakukan hubungan seksual. Karena kematangan jiwa dan jasmani belum
mencapai tingkat dewasa, sehingga bila terjadi kehamilan yang tidak dihendaki,
memberikan dampak kejiwaan yang sangat menyedihkan. (Chandranita, 2009)
perubahan di tubuh yang berlangsung tanpa dapat diduga sementara perubahanperubahan hormon menimbulkan dampak pada reaktivitas emosi.
2. Pasangan dan awal perkawinan
Setelah perkawinan dimulai, tantangannya adalah membangun rasa aman dalam
pertalian seksual yang juga mulai kehilangan pengaruh pengalaman barunya.
Pada tahap inilah membangun komunikasi yang baik menjadi sangat penting
untuk kelanjutan perkembangan pertalian seksual. Apabila pasangan tidak
mengembangkan cara-cara yang memungkinkan pasangannya mengetahui apa
yang mereka nikmati dan apa yang tidak menyenangkan maka akan muncul
masalah yang seharusnya dapat dihadapi dan dipecahkan.
3. Awal menjadi orang tua
Kehamilan, dan beberapa bulan setelah kelahiran, menimbulkan kebutuhan
lebih lanjut akan penyesuaian seksual. Wanita besar kemungkinannya
mengalami penurunan keinginan seksual dan kapasitas untuk menikmati seks
menjelang akhir kehamilnya karena terjadinya perubahan-perubahan fisik dan
mekanis. Periode pascanatal, karena berbagai alasan merupakan salah satu
periode saat munculnya kesulitan-kesulitan seksual yang apabila pasangan
obesitas
belum
mengembangkan
metode-metode
yang
sesuai
untuk
Pada kelompok yang lebih tua lagi masalah seksual yang kita hadapi terutama
adalah masalah ereksi pada pria dan hilangnya minat seksual pada wanita.
Proses penuaan memang menimbulkan dampak pada seksualitas tetapi tentu
tidak selalu negatif. Pasangan pada usia ini lebih kecil kemungkinannya
meminta pertolongan dalam konteks keluarga berencana atau kesehatan
reproduksi. (Glasier, 2005)
2.5
2.6
Respon wanita
- Kepala klitoris retraksi dibawah pembungkus klitoris.
- Sepertiga bagian bawah vagina membesar.
- Warna kulit berubah terlihat kemerahan di payudara, abdomen, atau
dipermukaan yang lain.
Respon Pria
- Kepala penis sedkit membesar.
- Scrotum menegang dan menebal.
- Testis terangkat dan membesar.
10
2.7
Permasalahan Seksualitas
11
2. Kelelahan
Rasa lelah adalah momok yang paling menghantui pasangan pada jaman
ini dalam melakukan hubungan seks. Apalagi dengan meningkatnya tuntutan
hidup, sang wanita harus ikut bekerja di luar rumah demi mencukupi kebutuhan
sehari-hari. Pada waktu suami istri pulang dari kerja, mereka akan merasa lelah.
Dan pasangan yang sedang lelah jarang merasakan bahwa hubungan seks menarik
minat. Akhirnya mereka memilih untuk tidur. Kelelahan bisa menyebabkan
bertambahnya usaha yang diperlukan untuk memuaskan kebutuhan lawan jenis
dan merupakan beban yang membuat kesal yang akhirnya bisa memadamkan
gairah seks.
3. Konflik
Sebagian pasangan memainkan pola konflik merusak yang berwujud
sebagai perang terbuka atau tidak mau berbicara sama sekali satu sama lain.
Konflik menjadi kendala hubungan emosional mereka. Bahkan ini bisa menggeser
proses foreplay. Pasangan dapat mempertajam perselisihan mereka dengan
menghindari seks atau mengeluarkan ungkapan negatif atau membandingkan
dengan orang lain, yang sangat melukai perasaan pasangannya. Kemarahan dan
kecemasan yang tidak terpecahkan bisa menyebabkan sejumlah masalah seksual
antara lain masalah ereksi, hilang gairah atau sengaja menahan diri untuk tidak
bercinta. Perbedaan antara satu orang dan lainnya biasanya tidak baik dan tidak
juga buruk. Jadi haruslah dipandang hanya sebagai perbedaan. Kemarahan,
ketegangan atau perasaan kesal akan selalu menghambat gairah seks.
4. Kebosanan
Seperti halnya menggosok gigi atau menyetel alarm jam, seks bisa
dianggap seperti kerja malam. Hubungan seks yang rutin sebelum tidur sering
menjadi berlebihan sampai ke suatu titik yang membosankan. Yang mendasari
rasa bosan itu adalah kemarahan yang disadari atau tidak disadari karena harapan
anda tidak terpenuhi. Masalah ini diderita oleh kebanyakan pasangan yang sudah
hidup bersama bertahun-tahun. Sebagian pasangan yang sudah hidup bersama
untuk jangka waktu yang lama merasa kehilangan getaran kenikmatan yang
datang ketika melakukan hubungan seks dengan pasangan yang baru. Orang
demikian melihat rayuan penguat ego, dibandingkan bila bersenggama dengan
mitra baru. (Bobak, 2005)
12
2.8
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Seksualitas adalah kebutuhan dasar manusia dalam manifestasi kehidupan
yang berhubungan dengan alat reproduksi. (Mitayani : 2009). Sedangkan menurut
WHO dalam Mardiana (2012) seksualitas adalah suatu aspek inti manusia
sepanjang kehidupannya dan meliputi seks, identitas dan peran gender, orientasi
seksual, erotisme, kenikmatan, kemesraan dan reproduksi.
Respon seksual pada manusia ada empat tahap yaitu : Fase Rangsangan
(Exicetement), Fase Plateau (penguatan respon fase exicetement), Fase Orgasme
(penyaluran kumpulan darah dan tegangan otot), Fase Resolusi (fisiologis dan
psikologis kembali kedalam keadaan tidak terangsang). Walaupun sama-sama
memiliki persamaan dasar, respon seksual pada wanita terdapat beberapa
perbedaan dengan laki-laki. Pada umumnya, wanita memiliki fase plateau yang
cukup lama dibandingkan dengan laki-laki. Selain itu, wanita juga dapat
mengalami fase orgasmik yang berulang kali dengan interval fase resolusi yang
pendek. Sedangkan pada laki-laki, setelah fase orgasmik laki-laki akan mengalami
fase resolusi yang cukup lama. Semakin tua usia laki-laki, biasanya semakin lama
fase resolusi tersebut.
3.2 Saran
Penulis
Saya sebagai penulis berharap materi ini dapat memberikan
wawasan yang lebih luas bagi saya dan pembaca tentang materi Respon
Seksual pada matakuliah Maternitas ini, semoga kita semua bisa menjadi
perawat yang baik dan bisa menyelesaikan sekolah perawat ini dengan
sukses serta dapat menyerap ilmu yang diperoleh dengan baik yang akan
digunakan untuk menjadi seorang perawat yang professional nantinya.
Pembaca
14
15