Anda di halaman 1dari 44

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa telah
memberikan

rahmat

dan

karunia-Nya

kepada

penulis

sehingga

dapat

menyelesaikan tugas mata kuliah Sistem Neurobehavior dengan judul Defisit


Perawatan Diri
Dalam penyusunan tugas makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penulis
hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah
ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan rekan-rekan serta para
dosen kami, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi dapat teratasi.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada rekan-rekan serta para dosen yang telah membantu dalam menyelesaikan
tugas makalah ini dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang
telah memberikan bantuan dalam penulisan makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis telah berusaha semaksimal
mungkin sesuai kemampuan. Namun sebagai manusia biasa, penulis tidak luput
dari kesalahan dan kekhilafan baik dari segi teknik penulisan maupun tata bahasa.
Tetapi walaupun demikian, penulis berusaha sebisa mungkin menyelesaikan karya
tulis meskipun tersusun sangat sederhana.
Demikian semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para
pembaca pada umumnya. Penulis mengharapkan saran serta kritik dari berbagai
pihak yang bersifat membangun.
Surabaya, 28 Mei 2016

Penulis

BAB 1
1

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Keperawatan jiwa adalah suatu pelayanan kesahatan
tentang masalah kesehatan jiwa dari rentang sehat jiwa
sampai gangguan jiwa yang terjadi pad anak sampai
lansia. Salah satu pilar model keperawatan profesional
adalah

pelayanan

eperawatan

dengan

asuhan

keperawatan. Dan sistem pemberian asuhan keperawatan


yang diterapkan adalah asuhan keperawatan dengan
menerapkan

proses

keperawatan.

Salah

satu

asuhan

keperawatan yang dibahas adalah asuhan keperawatan


pada klien dengan gangguan defisit perawatan diri.
Kurangnya perawatan diri pada pasien gangguan jiwa
terjadi akibat adanya perubahan proses pikir, sehingga
kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri
menurun.

Defisit

perawatan

diri

tampak

dari

ketidakmampuan merawat kebersihan diri, makan secara


mandiri, berhias diri secara mandiri, dan eliminasi/toileting
(BAK/BAB) secara mandiri. (Keliat B,2011).
Kegagalan

dalam

memberi

koping

yang

sesuai

dengan tekanan yang di alami dalam jangka panjang


mengakibatkan
gangguan
bervariatif,

individu

mental.

mengalami

Gangguan

tergantung

dari

metal
berat

berbagai

macam

tersebut

sangan

ringannya

sumber

tekanan, perbedaan antar individu dan latar belakang


individu yang bersangkutan.
Pemeliharaan hygine perorangan diperlukan untuk
kenyamanan individu, keamanan, dan kesehatan. Seperti

pada orang sehat dapat memenuhi kebutuhan personal


hygienenya sendiri. Cara perawatan diri menjadi rumit
dikarenakan kondisi fisik atau keadaan emosional klien.
Selain itu, beragam faktor pribadi dan sosial budaya
mempengaruhi praktik hygene klien.
Karena perawatan hygiene sering kali memerlukan
kontak

yang

menggunakan

dekat

dengan

keterampilan

klien

maka

perawat

komunikasi

untuk

meningkatan hubungan terapeutik dan belajar tentang


kebutuhan emosional klien.
1.2

Rumusan Masalah
a. Apa definisi dari defisit perawatan diri ?
b. Apa saja etiologi dari defisit perawatan diri ?
c. Bagaimana manifestasi klinis dari defisit perawatan
diri ?
d. Apa saja jenis-jenis dari defisit perawatan diri ?
e. Bagaimana mekanisme koping dario defisit perawatan
diri ?
f. Apa saja batasan karakteristik dari defisit perawatan
diri ?
g. Bagaimana pelaksanaan defisit perawatan diri ?
h. Apa saja rentang respon kjognitif dari defisit perawatan
diri ?
i. Bagaimana asuhan keperawatan jiwa defisit perawatan
diri ?

1.3

Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang asuhan keperawatan pada klien dengan
gangguan defist perawatan diri dan memberi pengetahuan kepada
mahasiswa dan mahasiswi tentang asuhan keperawatan pada klien
defisit perawatan diri.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi defisit perawatan diri
b. Mahasiswa mampu menjelaskan etiologi defisit perawat diri

c. Mahasiswa mampu menjelaskan manifestasi klinis defisit


perawatan diri
d. Mahasiswa mampu menjelaskan jenis-jenis defisit perawatan
diri
e. Mahasiswa mampu menjelaskan rentang respon defisit
perawatan diri
f. Mahasiswa

mampu

menjelaskan

mekanisme

koping defisit perawatan diri


g. Mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksanaan
defisit perawatan diri
h. Mahasiswa mampu menjeolaskan rentang respon
kognitif defisit perawatan diri

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1

Definisi Defisit Perawatan Diri


Kurangnya perawatan diri pada pasien gangguan jiwa
terjadi akibat adanya perubahan proses pikir, sehingga
kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri
menurun.

Defisit

perawatan

diri

tampak

dari

ketidakmampuan merawat kebersihan diri, makan secara


mandiri, bepakaian secara mandiri, berhias diri secara
mandiri, dan eliminasi/toileting (BAK/BAB) secara mandiri.
(Keliat B,2011)
Menurut perry & poter (2009), hygine adalah ilmu
kesehatan yang perawatan diri manusia untuk memelihara
kesehatn mereka karena kondisi fisik atau keadaan emosi
klien, di sebut hygine perorangan. Personal hygine berasal
dari bahasa Yunani yang berarti Personal yang artinya
perorangan
perorangan

dan

Hygine

adalah

suatu

berarti

sehat

kebersihan

tindakan

unuk

memelihara

kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan


fisik dan psikis sesuai kondisi kesehatannya. (Wartonah,
2006)
Nanda

(2012).

Defisit

Perawatan

Diri

adalah

gangguan kemampuan melakukan aktifitas yang terdiri


dari mandi, berpakaian, makan, toileting, pengabaian

diri,atau kebersihan diri secara mandiri. Keadaan individu


mengalami suatu kerusakan fungsi motorik atau fungsi
kognitif, yang menyebabkan penurunan kemampuan untuk
melakukan masin-masing dari kelima aktifitas perawatan
diri.
2.2

Etiologi Defisit Perawatan Diri


Menurut Tarwoto dan Wartonah, penyebab kurang
perawatan diri adalah kelelahan fisik dan penurunan
kesadaran.

Penyebab

kurang

perawatan

diri,

dibagi

menjadi 2 faktor yaitu :


1. Faktor Predisposisi
a. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien
sehingga perkembagan inisiatif terganggu.
b. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak
mampu

melakukan

perawatan

diri.

Riwayat

kesehatan struktur dilobus frontal, dimana lobus


tersebut berpengaruh kepada proses kognitif, ada
riwayat keluarga yang menderita gangguan jiwa,
gangguan sistem limbic akan berpengaruh pada
fungsi perhatian, memori dan suplay oksigen serta
glukosa terganggu.
c. Kemampuan psikologi menurun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan
realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian
dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
Beberapa masalah psikologis yang menyebabkan
defisit perawatan diri diantaranya :
1) Harga diri rendah : pasien tidak mempunyai
motivasi untuk merawat diri.
2) Body Image

Gambaran

individu

terhadap

dirinya

sangat

mempengaruhi kebersihan diri, misalnya dengan


adanya perubahan fisik sehingga individu tidak
peduli dengan kebersihan dirinya.
3) Sosial
Kurang dukungan dan latihan

kemampuan

perawatan diri lingkungannya. Situasi lingkungan


mempengaruhi latihan ketidakmampuan dalam
perawatan diri.
2. Faktor Presipitasi
Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan
diri adalah penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau
perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami individu
sehingga

menyebabkan

individu

kurang

mampu

melakukan perawatan diri.


Menurut

DEPKES

(2000),

fsktor-faktor

mempengaruhi personal hygine adalah :


a. Body Image
Gambaran
individu
terhadap
dirinya

yang

sangat

mempengaruhi kebersihan diri, misalnya dengan


adanya perubahan fisik sehingga individu tidak
peduli dengan kebersihan dirinya.
b. Praktik Sosial
Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri,
maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola
personal hygine.
c. Status Sosial Ekonomi
Personal hygine memerlukan alat dan bahan seperti,
sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi
yang

semuanya

memerlukan

uang

untuk

menyediakannya.
d. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygine sangat penting karena
pengetahuan

yang

baik

dapat

meningkatkan

kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes


militus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
e. Budaya
Disebagian masyarakat jika individu sakit tertentu
tidak boleh di mandikan
f. Kebiasan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produkproduk tertentu dalam perawatan diri

seperti

penggunaan sabun, shampo, dll.


g. Kondisi fisik atau psikis, pada keadaan tertentu/sakit
kemapuan untuk merawat diri berkurang dan perlu
bantuan untuk melakukannya..

Dampak yang sering timbul pada masalah personal


hygine adalah :
1. Dampak Fisik
Banyak gangguan

kesehatan

yang

diderita

seseorang karena tidak terpelihara kebersihan


perorangan dengan baik, gangguan fisik yang
sering terjadi adalah : Gangguan integritas kulit,
gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada
mata dan telinga dan gangguan fisik dan kuku.
2. Dampak Psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengsn
personal hygine adalah gangguan kebutuhan rasa
nyaman,
kebutuhan

kebutuhan
harga

dicintai

diri,

dan

aktualisasi

mencintai,
diri,

dan

gangguan interaksi sosial.


2.3

Manifestasi Klinis Defisit Perawatan Diri


Adapun tanda dan gejala defisit perawatn diri menurut
(Fitria, 2009) adalah sebagai berikut :
1. Mandi/Hygine

Klien

mengalami

ketidakmampuan

dalam

membersihkan badan, memperoleh atau mendapatkan


sumber air mengatur suhu atau aliran air mandi,
mendapatkan

perlengkapan

mandi,

mengeringkan

tubuh, serta masuk dan keluar kamar mandi. Ditandai


dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki dan bau,
kuku panjang dan kotor.
2. Berpakaian/berdandan
Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau
mengambil potongan pakaian, menanggalkan pakaian,
serta memperoleh atau menukar palaian. Klien juga
memiliki ketidakmampuan untuk menggunakan pakaian
dalam, memilih pakaian, menggunakan alat tambahan,
menggunakan

kancing

mempertahanakan

tarik,

melepaskan

penampilan

pada

pakaian,

tingkat

yang

memuaskan. Ditandai dengan rambut acak-acakan,


pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, pada
pasien laki-laki tidak bercukur, pada wanita tidak
berdandan.
3. Makan
Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan
makanan,

mempersiapkan

makanan,mengambil
memasukkannya

ke

makanan,

makanan
mukut,

dari

mengunyah
wadah

mencerna

lalu

makanan

menurut cara yang di terima masyarakat, mengambil


cangkir atau gelas, serta mencerna cukup makanan
yang aman.
4. Toileting (BAK/BAB)
Klien memiliki keterbatasan

atau

ketidakmampuan

dalam mendapatkan jamban atau kamar kecil, dudu


atau bangkit dari jamban, memanipulasi pakaian untuk
toileting, membersihkan diri setelah BAK/BAB dengan
tepat, dan menyiram kamar kecil.

Menurut DEPKES (2000), tanda dan gejala klien dengan


defisit perawatan diri adalah :
A. Fisik
1. Badan bau, pakaian kotor.
2. Rambut dan kulit kotor.
3. Kuku panjang dan kotor.
4. Gigi kotor disertai mulut bau.
5. Penampilan tidak rapi.
B. Psikologis
1. Malas, tidak ada inisiatif.
2. Menarik diri, isolasi diri.
3. Merasa tak berdaya, rendah diri, dan merasa hina.
C. Sosial
1. Interaksi kurang.
2. Kegiatan kurang.
3. Tidak mampu berperilaku sesuai norma.
4. Cara makan tidak teratur, BAK dan BAB di
sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak
manpu secara mandiri.
2.4

Jenis-Jenis Defisit Perawatan Diri


Menurut (NANDA, 2012) jenis-jenis defisit perawatan diri,

antara lain :
1. Defisit Perawatan Diri : Mandi
Hambatan kemampuan diri

untuk

melakukan

dan

memyelesaikan mandi atau aktifitas perawaan diri


untuk diri sendiri.
2. Defisit Pearwatan Diri : Berpakaian
Hambatan
kemampuan
untuk

melakukan

atau

menyelesaikan aktifitas berpakaian dan berias untuk diri


sendiri.
3. Defisit Perawatan Diri : Makan
Hambatan
kemampuan
untuk

melakukan

atau

menyelesaikan aktifitas makan mandiri.


4. Defisit Perawatan Diri : Toileting
Hambatan
kemampuan
untuk
melakukan

atau

menyelesaikan

aktifitas

toileting

(BAK/BAB)

secara

mandiri.

10

2.5

Rentang Respon

ADAPTIF

MALADAPTIF

Pola
perawat
an
diri
seimban
g

Kadang
perawat
an
diri
kadang
tidak

Tidak
melakukan
perawatan
diri
saat
stress

Penjelasan :
a. Pola perawatan diri seimbang
Saat klien mendapat stress
berperilaku
dilakukan

adaptif,
klien

dan

maka

pola

seimbang,

klien

mampu
perawatan

masih

untuk
yang

melakukan

perawatan dirinya.
b. Kadang perawatn diri, kadang tidak
Saat klien mendapatkan stress kadang-kadang klien
tidak memperhatikan perawatan dirinya.
c. Tidak melakukan perawatan diri
Klien mengatakan dia tidak peduli dan tidak bisa
melakukan perawatan diri saat stress.
2.6

Mekanisme Koping
Menurut

Stuart

&

Sundeen,

mekanisme

koping

berdasarkan penggolongannya dibagi menjadi 2 yaitu :


a. Mekanisme Koping Adaptif
Mekanisme koping yang mendukung funsi integrasi,
pertumbuhan, belajar dan mencapai tujuan. Kategorinya

11

adalah klien bisa memenuhi kebutuhan perawatan diri


secara mandiri.
b. Mekanisme Koping Maladaptif
Mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi,
memecah

pertumbuhan,

menurunkan

otonomi

dan

cenderung mengusi lingkungan. Kategotinya adalah


tidak mau merawat diri.
Sedangkan menurut Sigmund Freud, bentuk-bentuk
mekanisme pertahanan ego untuk klien dengan defisit
perawatan diri antara lain sebagai berikut :
a. Regresi
Adalah kemunduran akibat stress terhadap perilaku dan
merupakan ciri khas dari suatu taraf perkembangan
yang lebih dini.
b. Penyangkalan
Merupakan
mekanisme

koping/pertahanan

untuk

mengurangi kesulitan untuk menegakkan diagnosis.


c. Isolasi diri, menarik diri
Bila individu menyangkal kenyataan, maka dia
menganggap

tidak

ada

atau

menolak

adanya

pengalaman yang tidak menyenangkan (sebenarnya


mereka sadari sepenuhnya) dengan maksud untuk
melindungi dirinya sendiri.
d. Intelektualisasi
Apabila individu menggunakan teknik intelektualisasi,
maka

dia

menghadapi

situasi

yang

seharusnya

menimbulkan perasan yang amat menekan dengan cara


analitik,
2.7

Batasan Karakteristik
Menurut NANDA-1

(2012),

batasan karakteristik

klien

dengan defisit perawatan diri yaitu :

12

A. Defisit perawatan diri, mandi


1. Ketidakmampuan untuk mengakses kamar mandi
2. Ketidakmampuan mengeringkan tubuh
3. Ketidakmampuan mengambil perlengkapan mandi
4. Ketidakmampuan menjangkau sumber air
5. Ketidakmampuan mengatur air mandi
6. Ketidakmampuan membasuh tubuh
B. Defisit perawatan diri, berpakaian
1. Ketidakmampuan mengancing pakaian
2. Ketidakmampuan mendapatkan pakaian
3. Ketidakmampuan mengenakan atribut pakaian
4. Ketidakmampuan mengenakan sepatu
5. Ketidakmampuan mengenakan kaos kaki
6. Ketidakmampuan melepaskan atribut pakaian
7. Ketidakmampuan melepas sepatu
8. Ketidakmampuan melepas kaos kaki
9. Hambatan memilih pakaian
10.
Hambatan
memepertahankan
penampilan
yang memuaskan
11.
Hambatan mengambil pakaian
12.
Hambatan mengenakan pakaian pada baguian
tubuh bawah
13.
Hambatan mengenakan pakaian pada bagia
tubuh atas
14.
Hambatan memasang sepatu
15.
Hambatan memasang kaos kaki
16.
Hambatan melepaskan pakaian
17.
Hambatan melepas sepatu
18.
Hambatan melepas kaos kaki
19.
Hambatan menggunakan alat bantu
20.
Hambatan menggunakn resleting
C. Defisit perawatan diri, makan
1. Ketidakmampuan
mengambil
makan
memasukkan ke dalam mulut
2. Ketidakmampuan mengunyah makanan
3. Ketidakmampuan mengahsbiskan makanan
4. Ketidakmampuan
menempatkan
makanan
perlengkapan makan
5. Ketidakmampuan
menggunakan
makan
6. Ketidakmampuan

dan

ke

perlengkapan

memakan makanan dengan cara

yang dapat diterima oleh sosial


7. Ketidakmampuan memakan makanan dengan aman

13

8. Ketidakmampuan

memanipulasi

makanan

dalam

mulut
9. Ketidakmampuan membuka wadah makanan
10.
Ketidakmampuan mengambil gelas dan cangkir
11.
Ketidakmampuan makanan untuk dimakan
12.
Ketidakmampuan menelan makanan
13.
Ketidakmampuan menggunakan alat bantu
D. Defisit perawatan diri, toileting
1. Ketidakmampuan melakukan hygine eliminasi yang
tepat
2. Ketidakmampuan menyiram toilet atau kursi buang
air
3. Ketidakmampuan naik ke toilet atau commode
4. Ketidakmampuan memanipulasi pakaian untuk
eliminasi
5. Ketidakmampuan untuk duduk di toilet
2.8

Penatalaksanaan
a. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri
b. Membimbing dan menolong klien merawat diri
c. Ciptakan lingkungan yang mendukung

2.9

Rentang Respon Kognitif


Asuhan yang dapat dilakukan keluarga bagi klien yang
tidak dapat merawat diri sendiri adalah :
1. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri
a) Bina hubungan saling percaya
b) Bicarakan tentang pentingnya kebersihan
c) Kuatkan kemampuan klien merawat diri
2. Membimbing dan meolong klien merawat diri
a) Bantu klien merawat diri
b) Ajarkan keterampilan secara bertahap
c) Buatkan jadwal setiap hari
3. Ciptakan lingkungan yang mendukung
a) Sediakan perlengkapan yang dibutuhkan

untuk

mandi
b) Dekatkan peralatan mandi biar mudah dijangkau
klien
14

c) Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi


klien, misalnya kamar mandi yang dekat dan tertutup
2.10 Asuhan Keperawatan Teori
A. Pengkajian
Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan
jiwa berupa faktor presipitasi, penilaian stressor, sumber
koping yang dimiliki pasien. Setiap melakukan pengajian
,tulis tempat klien dirawat dan tanggal dirawat isi
pengkajian meliputi :
a) Identitas Pasien
Identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin,
agama,

pendidikan,

pekerjaan,

alamat,

status

perkawinan, diagnosa medis,


Identitas penanggung jawab
Identitas penanggung jawab meliputi nama, umur,
pendidikan, pekerjaan, alamat dan hubungan dengan
klien.
b) Keluhan Utama
Klien tidak mempunyai motivasi untuk melakukan
aktifitas kebersihan diri atau perawatan diri.
c) Alasan Masuk
Defisit dalam merawat diri, dari perawatan diri yang
biasa dilakukan dan sekarang jarang dilakukan
dengan di awali masalah seperti senang menyendiri,
tidak mau banyak berbicara dengan orang lain,
jarang mandi atau membersihkan tubuhnya.
d) Faktor yang Mempengaruhi
1. Faktor Predisposisi
a. Perkembangan : keluarga terlalu melindungi
dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.

15

b. Biologis : penyakit kronis yang menyebabkan


klien untuk tidak mampu melakukan perawatan
diri.
c. Kemampuan psikologi menurun : klien dengan
gangguan jiwa dengan kemampuan reaitas
yang kurang menyebabkan ketidakpedulian
dirinya dan lingkungan termasuk perawatan
diri.
d. Sosial : kurang dukungan dan latihan
kemampuan perawatan diri lingkungannya.
Situasi lingkungan mempengaruhi latihan
kemampuan dalam perawatan diri.
2. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah
penurunan

motivasi,

kerusakan

kognisi

atau

perceptual, cemas, lelah atau lemah yang dialami


individu sehingga menyebabkan individu kurang
mempu melakukan perawatan diri. Cara menilai
klien

menilai

msalah

merupakan

awal

dari

terbentuknya sumber koping, jika sumber koping


tidak adekuat, bahkan jika ada namun mekanisme
koping

maladaptif

maka

akan

menimbulkan

permasalahan.
e) Aspek fisik / biologi
1. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum pasien
1) Tanda-tanda vital (TD, RR, nadi, suhu)
2) Tingkat kesadaran : composmentis
3) Keadaan umum : lelah, lemah
b. Rambut
Keadaan kesuburan rambut, keadaan rambut
yang mudah rontok, keadaan rambut yang
kusam, keadaan tekstur.
c. Kepala
Adanya botak atau alopesia, ketombe, berkutu.
d. Mata

16

Periksa kebersihan mata, mata gatal atau mata


merah, mata simetris, konjungtiva pucat, sclera
putih
e. Hidung
Lihat kebersihan hidung, membran mukosa,
f. Mulut
Lihat keadaa mukosa mulut, kelembapannya,
kebersihannya.
g. Gigi
Lihat adakah karang gigi, adakah karies,
kelengkapan gigi.
h. Telinga
Lihat adakah kotoran, adakah lesi, adakah
infeksi.
i. Kulit
Lihat kebesihan, adakah lesi, warna kulit,
teksturnya, pertumbuhan bulu.
j. Genetalia
Lihat kebersihan, keadaan kulit, keadaan
lubang uretra, keadaan skrotum, testis pada
pria, cairan yang keluar.

2. Konsep diri
a. Citra tubuh :
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang
berubah atau tidak menerima perubahan tubuh yang telah
terjadi atau yang akan terjadi.
b. Identitas diri
Ketidakpastian

memandang

diri,

sukar

menetapkan

keinginan dan tidak mampu mengambil keputusan.


c. Peran
Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan
penyakit, proses menua dan kehilangan.

17

d. Idealvdiri
Mengungkapkanvkeputusasaanvkarenavpenyakitnya
mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi
e. Hargavdiri
Perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap
diri sendiri, gangguan hubungan sosial, merendahkan
martabat, mencederai diri, dan kurang percaya diri.
f. StatusvMental
Kontak mata pasien kurang atau tidak dapat mepertahankan
kontak mata, kurang dapat memulai pembicaraan, pasien
suka menyendiri dan kurang mampu berhubungan denga
orang lain, Adanya perasaan keputusasaan dan kurang
berharga dalam hidup.
g. MekanismevKoping
Mekanisme koping maladaptif, pasien tidak mau untuk
merawat kebersihan tubuhnya.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan adalah identifikasi atau penilaian pola
respons baik aktual maupun potensial .Masalah keperawatan yang
sering muncul yang dapat disimpulkan dari pengkajian adalah sebagai
berikut :
1. Defisit perawatan diri (mandi, makan, berpakaian, BAB/BAK
berhubungan

dengan

penurunan

kemampuan

dan

motivsi

perawatan diri
2. Resiko perubahan sensori persepsi berhubungan dengan stress
psikologis
3. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan perubahan status
mental perubahan penampilan fisik.
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum
5. Herga diri rendah kronis berhubungan dengan gangguan psikologis
C. Intervensi Keperawatan
NO
DX
1

NOC
Setelah dilakukan
asuhan

NIC
Pada defisit
perawatan diri

RASIONAL
Untuk
membantu dan

18

keperawatan
selama 2x24 jam,
diharapkan pasien
dengan defisit
perawatan diri
dapat teratasi
dengan kriteria
hasil :
1. Klien mampu
melakukan
kebersihan
diri secara
mandiri
2. Pasien
mampu
makan
secara
mandiri
dengan
tanpa alat
bantu
3. Pasien
mampu
berpakaian
atau
berdandan
secara
mandiri
4. Pasien
mampu
melakukan
aktifitas
eliminasi
secara
mandiri
dengan atau
tanpa alat
bantu

mandi :
1. Memperagak
an cara
menyikat
gigi yang
benar
2. Mendemonst
rasikan cara
mandi yang
benar
3. Ajarkan
penggunaan
alat bantu
mandi
seperti,
sabun
mandi, sikat
gigi, dan
handuk
Pada defisit
perawatan diri
makan :
1. Menjelaskan
cara
mempersiap
kan makan
2. Mengajarkan
pasien cara
makan yang
baik
3. Mengajarkan
pasien
merapikan
alat makan
setelah
makan

memberi
edukasi pasien
terhadap
perawatan diri

Pada defisit
perawatan diri
berpakaian atau
berdandan :
1. Membantu

19

pasien untuk
memilih
pakaian
yang mudah
untuk
dipakai dan
dilepas
2. Sediakan
pakaian
pasien di
tempat yang
mudah
dijangkau
3. Ajarkan dan
beri fasilitas
pasien untuk
menyisir
rambut
4. Bantu pasien
untuk
menaikkan,
mengancing
kan, dan
merisleting
pakaian
Pada defisit
perawatan diri
toileting :
1. Bantu pasien
ke toilet
pada selang
waktu
tertentu
2. Ajarkan cara
membersihk
an diri
setelah
eliminasi
3. Ajarkan
pasien untuk
membersihk
an toilet

20

Setelah dilakukan
asuhan
keperawatan
selama 2x24 jam
diharapkan pasien
dengan resiko
perubahan sensori
persepsi dapat
teratasi dengan
kriteria hasil :
1. Pasien dapat
membina
hubungan
saling
percaya
pada orang
disekitarnya
Setelah dilakukan
asuhan
keperawatan
selama 2x24 jam,
diharapakan
pasien dengan
isolasi sosial dapat
teratasi dengan
kriteria hasil :
1. Pasien dapat
membina
hubungan
saling
percaya
2. Pasien dapat
mengungkap
an penyebab

setelah
eliminasi
4. Berikan
privasi
selama
eliminasi
1. Peningkatan
komunikasi
a. Bersikap
ramah
terhadap
klien
b. Memperk
enlkan
diri
secara
sopan
c. Ajak
pasien
mengobro
l tentang
apa yang
disukainy
a
1. Membina
hubungan
saling
percaya
dengan
pasien
2. Membina
hubungan
terapeutik
dengan
pasien
3. Bantu pasien
beradaptasi
dengan
orang lain

Untuk membantu
dan penerimaan
metode alternatif

Memfasilitasi
peningkatan
koping individu

21

menarik diri
3. Pasien
mampu
melakukan
hubungan
sosial
dengan
orang lain
Setelah dilakukan
asuhan
keperawatan
selama 2x24 jam,
diharapkan pasien
dengan intoleransi
aktifitas dapat
teratasi dengan
kriteria hasil :
1. Respon
fisiologis
untuk
menyelesaik
an aktifitas
2. Dorongsn
dan energi
individu
untuk
mempertaha
nkan
aktifitas
sehari0hari

Setelah dilakukan
asuhan
keperawatan
selama 2x24 jam,
diharapkan pasien
dengan harga diri

1. Memberi
anjuran
tentang dan
bantuan
dalam
aktifitas fisik,
kognitif,
sosial, dan
spiritual
yang spesifik
2. Membantu
individu
untuk
melakukan
AKS
3. Bantu klien /
keluarga untuk
mengidentifika
si kekurangan
dalam
beraktivitas
4. Kolaborasi
dengan tenaga
rehabilitas
medic dalam
merenca-nakan
program terapi
yang tepat
1. Membantu
pasien untuk
meningkatka
n penilaian
penghargaan
terhadap diri

Untuk mengetahui
respons fisiologis
terhadap
pergerakan yang
memakan energy
dalam ativitas
sehari hari

Memfasilitasi
perkembangan
penampilan
positif pada
situasi tertentu

22

rendah kronis
dapat teratasi
dengan kriteria
hasil :
1. Mengungkap
kan
penerimaan
diri secara
verbal
2. Menerima
kritik dari
orang lain
3. Mempertaha
nkan
hygiene

sendiri
2. Beri pujian
yang realistis
atau nyata
dan
hindarkan
penilaian
yang negatif
setiap kali
bertemu
dengan
pasien
3. Perlihatkan
respon yang
kondusif dan
jadilah
pendengar
yang aktif

BAB III
APLIKASI KASUS

KASUS
Seorang pasien bernama Nn.S usia 22 tahun datang ke poliklinik RSJ
Harapan Bangsa bersama ibunya. Menurut informasi dari ibunya, semenjak di
tinggal tunangannya

menikah dengan perempuan lain. Yang sebelumnya dia

senang sekali berdandan tetapi sekarang dia tidak mau lagi berdandan dan

23

merawat kebersihan dirinya. Sehari-hari dia hanya menangis, tidak melakukan


aktiftas apapun, hanya berdiam diri di dalam kamar, dan dia tidak mau bertemu
dengan orang lain atau teman-temanya. Nn. S tidak mau keluar rumah karena
takut di ejek dengan tetangga dan teman-temanya karena di tinggal menikah
dengan tunangannya. Suatu hari dia berteriak dan berkata ingin mengakhiri
hidupnya karena dia berfikir sudah tidak ada gunanya lagi dia hidup. Hasil
pengkajian perawat di dapatkan : TB : 157 cm, BB : 53 kg, tubuh kotor, berbau,
rambut acak-acakan, wajah kusut, TD : 120/80 mmHg, RR : 20 x/menit, nadi: 76
x/menit, suhu : 36 0C.
3.1

Pengkajian
I.
IDENTITAS PASIEN

I.

Nama
Umur
Jenis kelamin
Alamat
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Penghasilan
Suku/Bangsa

: Nn. S
: 22 tahun
: Perempuan
: Perumahan Griya Kencana, Surabaya
: Islam
: Mahasiswa
::: Jawa/Indonesia

Identitas Orang Tua


Nama ibu
Umur
Alamat
Agama
Pekerjaan
Penghasilan
Hub. dengan Pasien

: Ny.L
: 45 tahun
: Perumahan Griya Kencana, Surabaya
: Islam
: PNS
: 2.500.000
: Ibu

KELUHAN UTAMA
Pasien mengatakan malas mandi, malas untuk berhias, malas untuk
merawat dirinya karena masalah yang dialaminya

II.

ALASAN MASUK
Sebelum di tinggal tunangannya pasien sangat memperhatikan
kebersihan dirinya tubuhnya, setelah di tinggal tunangannya pasien
malas untuk memperhatikan kebersihan dirinya. Sering berdiam diri di

24

kamar, tidak mau keluar rumah karena takut di ejek, tidak mau
berinteraksi dengan orang lain dan temn-temannya.
III.

FAKTOR PREDISPOSISI
a. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu Ibu pasien
mengatakan Nn.L pernah kehilangan ayahnya sewaktu dia SMP.
b. Pengobatan sebelumnya
Ibu pasien mengatakan Nn. S tidak pernah mengalami pengobatan
sebelumnya.
c. Pengalaman
Ibu pasien mengatakan , waktu SMP Nn. S sudah di tinggal oleh
ayahnya, anaknya sangat sedih sekali karena kehilangan sosok
seorang ayah. Maka dari itu dia berfikiran ketika di tinggal
tunangannya sama dengan di tinggal oleh ayahnya.
Masalah keperawatan : koping individu inefektif

d. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa ?


Ibu pasien mengatakan anggota keluarganya tidak ada yang
mengalami masalah gangguan jiwa
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
e. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Ibu pasien mengatakan Nn. S tidak mempunya pengalaman yang
tidak menyenangkan. Dia di kenal sebagai pribadi ynag baik hati
dan mudah berteman dengan siapa saja
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
IV. FISIK
a. Tanda vital
TD
: 120/80 mmHg
RR
: 20 x/menit
Nadi : 76 x/menit
Suhu : 36,5 0C
b. Ukuran
TB
: 157 cm
BB
: 53 kg
c. Keluhan fisik
Saat di tanya apa yang di keluhkan, Nn. S hanya diam saja dan
menangis.
Masalah keperawatan : intoleransi aktifitas

25

V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram

Keterangan :
: Laki-laki

: Meninggal

: Perempuan

: Keturunan

: Pasien

: Tingal serumah

a. Pola asuh
Nn. S adalah anak bungsu dari dua beraudara, kedua orang
tuanya sangat menyayangi Nn. S. Apabila Nn. S sedang ada
masalah, ibunya selalu ada di sampingnnya.
f. Pola komunikasi
Sebelum ada masalah, Nn.S selalu bercerita kepada ibunya
tentang apapun. Tetapi semenjak ada masalah ini Nn. S lebih
tertutup dan memeilih berdiam di dalam kamar
Masalah keperawatan : koping keluarga efektif
2. Konsep diri
a. Gambaran diri
Pasien mengatakan dia sangat sedih dan malas untuk melakukan
aktivitas. Pasien malas untuk mandi, dan memperhatikan
kebersihan dirinya.
b. Identitas

26

1) Pasien mengatakan namanya Nn. S berumur 22 th, jenis


kelamin perempuan
Pasien mengatakan dirinya belum menikah
3) Pasien mengatakan dirinya sekarang adalah seseorang
mahasiswa
Peran
1) Di rumah
Pasien adalah anak bungsu dari dua bersaudara, dan dia
sangat di sayang oleh kedua orang tuanya serta keluargany
2) Di rumah sakit
Pasien berperan sebagai pasien hanya saja dia terlihat sedih,
dan lebih suka menyendiri, serta dia tidak mau melakukan
aktifitas/
d. Ideal diri
Pasien terkadan berteriak dan mengucapkan aku ingin mati
saja dan pasien mengucapkan dia ingin cepat pulang.
e. Harga diri
Pasien mengatakan dia merasa sudah tidak mempunyai harga
diri lagi, setelah dia tinggal menikah dengan tunangannya.
Masalah keperawatan : gangguan konsep diri : harga diri
rendah kronis
3. Hubungan sosial
Orang yang berarti
Ketika di tanya perawat, siapa orang yg berarti di hidupnya ?
pasien menjawab tunangannya
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat
Di rumah : setelah dia di tinggal oleh tunangannya, dia lebih
suka di dalam rumah dan tidak mau keluar rumah karena takut
di ejek oleh tetangganya, dan dia juga tidak mau bertemu
dengan orang lain atau teman-temannya.
Di RSJ
: pasien hanya diam saja, tidak mau berinteraksi
dengan orang lain.
Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Pasien tidak mau berinteraksi dengan orang lain dan dia lebih
menutup diri.
Masalah keperawatan : isolasi sosial : menarik diri
4. Spiritual
Nilai dan keyakinan

27

Pasien mengatakan malas berdoa dan beribadah untuk meminta


harapan
Kegiatan ibadah
Pasien mengakui sudah jarang menjalankan sholat karena
beranggapan bahwa Allah itu tidak adil.
Masalah keperawatan : Distress spiritual
VI. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Pasien terlihat kotor dan bau, rambut acak-acakan, baju kotor, kuku
panjang,
Masalah keperawatan : defisit perawatan diri
2. Pembicaraan
a. Pasien sedikit berbicara bahkan malas berbicara dan terkadang
juga mudah tersinggung. Selalu menunduk dan tidak ada kontak
mata saat diajak bicara.
b. Pasien terkadang berbicara aku ingin mati karena dia
berfikiran sudah tidak ada gunanya lagi dia hidup.
Masalah keperawatan : resiko bunuh diri
3. Aktifitas motorik
a. Pasien terlihat lesu, bersedih
b. Pasien tidak melakukan aktifitas apapun, dia hanya diam saja
dan menunduk
Masalah keperawatan : intoleransi aktifitas
3. Alam perasaan
Pasien mengatakan perasaannya saat ini sangat sedih sekali, karena
di tinggal tunangannya.
Masalah keperawatan : distres
4. Afek
a) Pasien lebih sering terlihat sendirian
b) Pasien mengatakan malas untuk berinteraksi dengan pasien lain
c) Pasien sedikit bicara dan banyak murung dan menangis
Masalah keperawatan : Hambatan komunikasi
5. Interaksi selama wawancara
Pasien menjawab apa yang di tanyakan oleh perawat meskipun
sedikit menunduk.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
6. Persepsi
Pasien mengatakan tidak pernah berhalusinasi.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
7. Isi pikir

28

Pasien mengatakan marah dengan tuhan karena tuhan itu tidak adil
dengannya
Masalah keperawatan : distress apiritual
8. Proses pikir
a) Ketika wawancara pasien sering mengulang pernyataanpernyataan
b) Terkadang jawaban pasien tidak sesuai dengan pertanyaan yang
diajukan oleh perawat
Masalah keperawatan : Gangguan proses pikir
9. Tingkat kesadaran
Pasien terlihat sedih, dan kurang bersemangat
a) Disorientasi waktu :
Pasien dapat mengenali waktu saat ditanya tentag waktu yang
sedang terjadi
b) Disorienasi tempat:
Pasien dapat mengenali tempat saat ditanya sekarang ada
dimana pasien menjawab di rumah sakit jiwa.
c) Disorientasi orang:
Pasien dapat mengenali orang yang ditandai dengan saat ditanya
siapa yang mengantar ke rumah sakit klien menjawab
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
10. Memori
Pasien mampu mengingat memori jangka panjang dan pendek
Masalah keperawatan :Tidak ada masalah keperawatan
VII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG
a. Makan
Pasien tidak mau makan sendiri, harus di siapkan dan di suapin
oleh perawat atau ibunya
b. BAB/BAK
Pasien BAB/BAK pada

tempat

yang

semestinya,

dan

membersihkan diri setelah eliminasi


g. Mandi
Pasien menolak jika di suruh mandi sendiri,
h. Berpakaian/berhias

29

Pasien harus di bantu oleh perawat atau ibunya dalam hal


berpakaian/berhias
Masalah keperawatan : defisit perawatan diri (makan, mandi,
berpakaian/berhias)
VIII. MEKANISME KOPING
a. Mekanisme koping adaptif
b. Mekanisme koping maladapti

: tidur, menangis.
: melamun, menyendiri Tidak

mau mandi, tidak merawat kebersihan tubuhnya.


Masalah keperawatan : ketidakefektifan koping individu
IX. MASALAH PSIKOSOSIAL dan LINGKUNGAN
a. Masalah dengan dukungan kelompok : pasien tidak mau keluar
kamar, dia lebih suka menyendiri, dan menangis.
b. Masalah berhubungan dengan dukungan lingkungan : pasien tidak
mau keluar rumah, dan tidak mau berinteraksi dengan orang lain,
karena dia merasa sudah tidak punya harga diri lagi.
c. Masalah dengan pendidikan : pasien mengatakan malas untuk pergi
kuliah.
d. Masalah dengan pekerjaa : pasien mengatakan dia belum bekerja,
dia dalah seorang mahasiswa.
e. Masalah dengan perumahan : pasien mengatakan dia tinggal
bersama kedua orang tuanyadan kakaknya.
f. Maslah dengan ekonomi : pasien mengatakan dia belum bekerja,
kebutuhan sehari-harinya di topang oleh kedua orang tuanya.
g. masalah dengan pelayanan kesehatan : pasien mengatakan apabila
dia sakit, dia selalu berobat ke puskesmas di anatar oleh ibunya.
Masalah keperawatan : harga diri rendah kronis
X. PENGETAHUAN KURANG TENTANG
Pasien kurang mengetahui tentang penyakit jiwa, faktor prespitasi, dan
koping. Jadi pasien kurang pengetahuan tentang kesehatan.
Masalah keperawatan : Kurangnya pengetahuan tentang perilaku
sehat.
XI. DATA LAIN
Tidak ada
XII. ASPEK MEDIK
Diagnosa medik : defisit perawatan diri
30

XIII. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN


a. Koping individu inefektif
b. Intoleransi aktifitas
c. Koping keluarga efektif
d. Harga diri rendah kronis
e. Isolasi sosial : menarik diri
f. Distres spiritual
g. Defisit perawatan diri (mandi, makan, berpakaian)
h. Resiko bunuh diri
i. Hambatan komunikasi
j. Gangguan proses pikir : waham nihilistik
k. Ketidakefektifan koping individu
XIV. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Defisit perawatan diri
b.
Harga diri rendah kronis
c.
Resiko bunuh diri
d.
Isolasi sosial : menarik diri
e.
Intoleransi aktifitas
f.
Koping individu maladaptif
g.
Koping keluarga inefektif
h.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

POHON MASALAH

Resiko
bunuh

Isolasi
sosial :
menarik diri
Koping
keluarga

Definisi
perawatan

Ketidakseimb
angan nutrisi
kurang dari
kebutuhan

Harga dri
rendah

31

Koping
individu

Analisa data
Nama : Nn. S
Usia
: 22 th
NO
1

DATA FOKUS
DS :
Ibu pasien mengatakan
anaknya malas untuk
beraktifitas, hanya menangis,
tidak mau mandi.
DO :
a. Pasien hanya diam, tidak
melakukan aktifitas
apapun
b. Tubuh pasien kotor, mulut
bau, rambut acak-acakan,
pakaian kotor
DS :
a. Ibu pasien mengatakan
anaknya tidak mau keluar
rumah.
b. Ibu pasien mengatakan
anaknya tidak mau
bertemu dengan orang
lain atapun temannyatemannya.

MASALAH
Defisit perawatan diri
(mandi,
berpakaian/berhias)

Isolasi sosial : menarik


diri

DO :
a. Pasien terlhat murung,
sedih.
b. Pasien terlihat
menyendiri.
c. Tidak mau berinteraksi
dengan orang lain.
d. Kontak mata kurang
3

DS :
a. Pasien mengatakan

Harga diri rendah kronis

32

dirinya sudah tidak


berguna lagi, setelah di
tinggal tunangannya.
b. Pasien mengatakan malas
untuk melakukan
perawatan diri
DO :
a. Pasien tampak mengkritik
dirinya sendiri
b. Pasien tidak mau
menerima pujian
c. Pasien kurang
memperhatikan
perawatan diri
3.2

Diagnosa Keperawatan
1. Defisit perawatan diri
2. Isolasi sosial : menarik dri
3. Harga diri rendah kroni

3.3

Intervensi Keperawatan
Nama

: Nn. S

Usia : 22 th
N
O
1

Dx.
Keperawat
an
Defisit
perawatan
diri

Kriteria Hasil

SP 1 : Setelah di
lakukan asuhan
keperawatan
selama 2x24 jam,

Intervensi

SP 1 : klien dapat
membina hubungan saling
percaya, mengidentifikasi
kebersihan diri, mandi,
33

di harapkan pasien
dengan defisit
perawatan diri
dapat teratasi
dengan kriteria
hasil :
1. Ekspresi
wajah klien
bersahabat,
menunjukka
n rasa
senang,
klien
bersedia
menyebutka
n nama,
adanya
kontak
mata.
2. Kien dapat
menyebutka
n kebersihan
dirinya, klien
mengerti
cara mandi
yang benar,
klien
mengerti
cara
berpakaian,
berhias yang
benar.
3. Klien dapat
menyebutka
n dan dapat
mendemons
trasikan alat
kebersihan
diri.

berpakaian/berhias,
menjelaskan peralatan
yang di gunakan untuk
menjaga kebersihan
diridan cara melakukan
kebersihan diri.
1. Bina hubungan
saling percaya
a. Sapa klien
dengan ramah
baik verbal
maupun non
verbal.
b. Perkenalkan diri
perawat dengan
sopan.
c. Tanyakan nama
lengkap klien dan
nama panggilan.
d. Jelaskan tujuan
pertemuan.
e. Tunjukan sikap
jujur dan
menepati janji
setiap kali
berinteraksi.
f. Beri pemenuhan
pada pemenuhan
kebutuhan dasar
klien.
2. Mengidentifikasi
kebersihan diri,
mandi,
berpakaian/berdand
an.
a. Menjelaskan
kepada klien
pentingnya
menjaga
kebersihan diri.
b. Mendiskusikan
dengan klien

34

SP 2 : Setelah di
lakukan asuhan
keperawatan
selama 2x24 jam,

tentang
kebersihan diri.
c. Meminta klien
menjelaskan
kembali
pentingnya
kebersihan diri.
d. Menjelaskan
kepada klien cara
mandi yang
benar.
e. Menjelaskan
kepada klien cara
berpakaian/berhia
s yang benar.
3. Menjelaskan
peralatan yang di
gunakan untuk
menjaga kebersihan
diri dan cara
melakukan
kebersihan diri.
a. Mengajarkan klien
alat-alat
kebersihan diri
seperti : sabun,
sikat gigi, pasta
gigi, shampo,
handuk,
pemotong kuku
b. Memperagakan
cara
membersihkan
diri dan
mempergunakan
alat untuk
membersihkan
diri.
SP II : mengevaluasi jadwal
kegiatan klien,
menjelaskan cara mandi
yang benar, membantu

35

di harapkan pasien
dengan defisit
perawatan diri
dapat teratasi
dengan kriteria
hasil :
1. Klien dapat
mengerti
cara mandi
yang benar,
klien mandi
2x sehari,
gigi bersih,
dan tidak
bau mulut.

klien mempraktekkan cara


mandi yang benar,
menganjurkan klien
memasukkan dalam jadwal
yang sudah di latih.
1. Evaluasi jadwal
kegiatan klien.
a. Menanyakan
kepada klien
apakah mandi
sudah pakai
sabun dan
menyikat gigi.
b. Menganjurkan
kepada klien
untuk memotong
kuku 2x
seminggu.
2. Jelaskan cara mandi
yang benar.
a. Mendiskuskan
dengan klien cara
mandi yang
benar.
b. Menganjurkan
klien untuk mandi
menggunakan
sabun dan
menyikat gigi
dengan pasta
gigi.
c. Beri kesempatan
klien untuk
bertanya dan
mendemonstrasik
an cara mandi
yang benar.
3. Membantu klien
mempraktikkan cara
mandi dengan benar.
a. Memastikan klien
mandi pada

36

tempatnya.
b. Mengawasi
secara langsung
tata cara mandi
yang dilakukan
klien.
4. Menganjurkan klien
memasukkan dalam
jadwal kegiatan
harian.
a. Menganjurkan
klien untuk mandi
2x sehari,
menggunakan
sabun
danmenggosok
gigi
menggunakan
pasta gigi.
5. Memantau jadwal
yang sudah dilatih.
a. Menanyakan
kembali kepada
klien kegiatankegiatan yang
sudah diajarkan
sebelumnya.
b. Menanyakan
kegiatan apa
yang sudah
dilakukan hari ini.
SP III : setelah di
lakukan asuhan
keperawatan
selama 2x24 jam,
diharapakan
defisit perawatan
diri dapat teratasi
dengan kriteria
hasil :
1. Klien dpat

1. Evaluai jadwal harian


klien.
a. Menanyakan
kepada klien
apakah memakai
pakaian secara
lengkap hai ini.
2. Jelaskan cara
berdandan dengan
benar.
a. Menjelaskan cara
37

mengerti
cara
berdandan
yang benar,
klien dapat
menerapkan
dalam
kegiatan
harian, klien
memakai
pakaian
yang
lengkap

3.4

berdandan yang
benar.
b. Diskusikan
dengan klien
untuk memakai
pakaian yang
nyaman.
c. Menganjurkan
kepada klien
untuk memakai
pakaian yang
bersih.
d. Menganjurkan
kepada klien
untuk mengganti
baju 2x sehari.
e. Menganjurkan
pasien untuk
menyisir rambut.
3. Menganjurkan kien
mempraktikkan
dalam jadwal harian.
a. Mengingatkan
klien utnuk
memakai pakaian
setiap hari.
b. Menganjurkan
klien untuk
memakai pakaian
yang lengkap.

Implementasi dan Evaluasi Keperawatan


Nama : Nn. S
Usia

: 22 th

No Tangga
Implementasi
.
l
Dx
1
10 Mei Sp 1
2016
a. Bina hubungan

Evaluasi

S:
a. Klien

Para
f
Inda
h
38

b.

c.

d.

e.

saling percaya
dengan pasien.
Menanyakan
nama lengkap
klien dan nama
panggilan.
Memperkenalka
n diri dengan
sopan
Menanyakan
kepada klien
mandi berapa
kali dalam
sehari.
Mengajarkan
klien untuk
mengenal alat
kebersihan driri,
seperti : sabun,
shampoo, sikat
gigi, pasta gigi,
pemotong kuku.

menyebutkan
namanya dan
nama
panggilan.
b. Klien
mengatakan
mandi 1x
sehari , dan
tidak
menggunakan
sabun.
O:
a. Kontak mata
kurang
b. Klien mau
menyebutkan
namanya,
tetapi tidak
mau berjabat
tangan.
c. Klien mengerti
peralatan
untuk
kebersihan
diri.
A : Sp 1 tercapai
sebagian
P : lanjutkan Sp 1 (a,
c, d)

11 Mei
2016

Sp 1
a. Menanyakan
apakah klien
masih
mengingat
nama perawat.
b. Menanyakan
nama klien dan

S:
a. Klien
menyebutkan
namanya dan
nama perawat
b. Klien
mengatakan
dirinya

Inda
h

39

nama panggilan.
c. Menanyakan
kepada klien
apakah
memakai pakain
lengkap setiap
O:
hari
d. Memperagakan
cara
membersihkan
diri dan
mempergunaka
n alat untuk
membersihkan
diri.

mengerti cara
menggunakan
alat
kebersihan diri

a. Kontak
mata ada
b. Klien
bersedia
berjabat
tangan
dengan
perawat
c. Klien
mengguna
kan
pakaian
lengkap
setiap hari
d. Klien mandi
mengguna
kan sabun,
sikat gigi
mengguna
kan pasta
gigi.

A : Sp 1 tercapai
semua

12 Mei
2016

Sp 2
a. Mengevaluasi
jadwal kegiatan
klien
b. Menganjurkan
kepada klien
mandi 2x sehari
menggunakan
sabun, dan
menyikat gigi

P : Lanjutkan Sp 2
S:
a. Klien
mengatakan
hari ini mandi
1x sehari dan
tidak
memakai
sabun, dan
tidak
menyikat gigi.

Inda
h

40

13 Mei
2016

menggunakan
pasta gigi.
c. Mendiskusikan
dengan klien
cara mandi yang
benar
d. Mengawasi
secara langsung
tata cara mandi
yang dilakukan
klien
e. Memantau
jadwal yang
sudah dilatih
Sp 2
a. Menanyakan
kepada klien
apakah mandi
sudah pakai
sabun dan
menyikat gigi
dengan pasta
gigi.
b. Menanyakan
pada klien
mandi berapa
kali sehari
c. Mengajarkan
klien untuk
memotong kuku
2x seminggu

O:
a. Badan bau,
mulut bau,
gigi kuning.
A : Sp 2 tercapai
sebagian
P : Lanjutkan Sp 2
(a,b,c,d)

S:
a. Klien
mengatakan
sudah mandi
2x sehari
pakai sabun,
dan menyikat
gigi pakai
pasta gigi.

Inda
h

O:
a. Badan wangi
dan bersih
b. Gigi bersih
dan tidak bau
mulut
c. Kuku rapi dan
bersih
A : Sp 2 tercapai

14 Mei
2016

Sp 3
a. Menanyakan
apakah klien
memakai
pakaian dengan
lengkap
b. Menganjurkan

P : Lanjutkan Sp 2
S:
a. Klien
mengatakan
badannya
terasa segar
habis mandi,

Inda
h

41

pasien untuk
memakai
pakaian yang
bersih.
c. Menganjurkan
klien menyisir
rambut setelah
mandi

15 Mei
2016

Sp 3
a. Menganjurkan
pasien untuk
memakai
oakaian secara
lengkap
b. Diskusikan
dengan klien
untuk memakai
pakaian yang
nyaman
c. Mengingatkan
klien untuk
menyisir rambut
setiap hari

dan klien
memakai
bakapain yang
lengkap
O:
a. Klien memakai
pakaian
lengkap
b. Klien memakai
bakaian yang
bersih
c. Rambut klien
terlihat acakacakan
A : Sp 3 tercapai
sebagian
P : Lanjutkan Sp 3
(c)
S:
Inda
b. Klien
h
mengatakan
badannya
terasa segar
habis mandi,
dan klien
memakai
bakapain yang
lengkap
O:
d. Klien memakai
pakaian
lengkap
e. Klien memakai
bakaian yang
bersih
f. Rambut klien
terlihat rapi
A : Sp 3 tercapai

42

P : Sp 3 di hentikan

BAB IV
PENUTUP
4.1

Kesimpulan
Kurangnya perawatan diri pada pasien gangguan jiwa
terjadi akibat adanya perubahan proses pikir, sehingga
kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri
menurun.

Defisit

perawatan

diri

tampak

dari

ketidakmampuan merawat kebersihan diri, makan secara


mandiri, berhias diri secara mandiri, dan eliminasi/toileting
(BAK/BAB) secara mandiri. (Keliat B,2011)
Etiologi defisit perawatan diri disebabkan oleh 2
faktor yaitu faktor predisposisi dan faktor presipitasi.
Defisit perawatan terdiri atas defisit perawatan diri mandi,
makan, berpakaian/berdandan, dan toileting (BAB/BAK).
Pada pasien dengan gangguan defisit perawatan diri, peran
perawat sebagai tenaga medis dan keluarga sebagai
motivator.
4.2

Saran

43

Dengan terbentuknya makalah ini, mahasiswa sebagai calon perawat dapat


mengaplikasikan asuhan defisit perawatan diri ini dengan baik, baik teori
maupun praktik lapangan. Dan perawat harus memiliki pengetahuan yang
luas dan tindakan yang dilakukan harus rasional sesuai gejala penyakit dan
asuhan

keperawatan

hendaknya

diberikan

secara

komprehensif,

biopsikososial cultural dan spiritual

DAFTAR PUSTAKA

Keliat, B, A, dkk. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 2, Jakarta :


EGC
Keliat, B. A, dkk.2011. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta :
Kedokteran EGC
Nurjanna, Intansari. 2010. Pedoman Penanganan Jiwa. Yogyakarta : Mocomedia
Wartonah, Tarwoto. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.
Edisi 4. Jakarta : Salemba Medika

44

Anda mungkin juga menyukai