Anda di halaman 1dari 67

1

BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Konsumsi gizi yang baik dan cukup seringkali tidak bisa dipenuhi oleh seorang anak karena
faktor eksternal maupun internal. Faktor eksternal menyangkut keterbatasan ekonomi keluarga
sehingga uang yang tersedia tidak cukup untuk membeli makanan. Sedangkan faktor internal
adalah faktor yang terdapat didalam diri anak yang secara psikologis muncul sebagai problema
makan pada anak.
Faktor yang paling terlihat pada lingkungan masyarakat adalah kurangnya pengetahuan ibu
mengenai gizi-gizi yang harus dipenuhi anak pada masa pertumbuhan. Ibu biasanya justru
membelikan makanan yang enak kepada anaknya tanpa tahu apakah makanan tersebut
mengandung gizi-gizi yang cukup atau tidak, dan tidak mengimbanginya dengan makanan
sehat yang mengandung banyak gizi.
Gizi buruk merupakan status kondisi seseorang yang kekurangan nutrisi, atau
nutrisinya di bawah standar. Gizi buruk masih menjadi masalah yang belum
terselesaikan sampai saat ini. Gizi buruk banyak dialami oleh bayi dibawah
lima tahun (balita). Masalah gizi buruk dan kekurangan gizi telah menjadi
keprihatinan dunia sebab penderita gizi buruk umumnya adalah balita dan
anak-anak yang tidak lain adalah generasi penerus bangsa. Kasus gizi buruk
merupakan aib bagi pemerintah dan masyarakat karena terjadi di tengah
pesatnya kemajuan zaman (Republika, 2009).
Ketidakberhasilan penanganan dan program tersebut mungkin dikarenakan
kurang tepatnya perbaikan terhadap faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi
kasus gizi buruk pada balita. Jika faktor-faktor yang mempengaruhi kasus gizi
buruk pada balita diketahui dan diatasi dengan tepat, otomatis kasus gizi buruk
akan berkurang.
Banyak faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi gizi buruk. Namun
penyebab dasar terjadinya gizi buruk ada dua hal yaitu sebab langsung dan sebab
tidak langsung. Sebab langsung adalah kurangnya asupan gizi dari makanan dan
akibat terjadinya penyakit bawaan yang mengakibatkan mudah terinfeksi penyakit
DBD, HIV/ AIDS, dan lain-lain. Sedangkan kemiskinan diduga menjadi penyebab
utama terjadinya gizi buruk. Kurangnya asupan gizi bisa disebabkan oleh
terbatasnya jumlah makanan yang dikonsumsi atau makanannya tidak memenuhi
2

unsur gizi yang dibutuhkan karena alasan sosial dan ekonomi yakni kemiskinan
(Republika, 2009). Selain kemiskinan, faktor lingkungan dan budaya turut andil
dalam kasus gizi buruk.
Kenaikan angka gizi buruk di daerah lain di Jawa Timur mencapai 2%
sedangkan di Bandung tahun 2010 mencapai 1,06%. Namun Dinas Kesehatan
berupaya menekan angka tersebut sesuai dengan target harapan yakni 0%.
(Bandungkita, 2010). Oleh sebab itu gizi buruk menjadi perhatian khusus oleh
pemerintah kota Bandung untuk ditangani. Salah satunya dengan melakukan
pendampingan keluarga menuju keluarga sadar gizi, pelatihan petugas lapangan,
sosialisasi pemberian ASI eksklusif. Namun upaya yang dilakukan pemerintah
Bandung belum berhasil secara maksimal. Untuk mengetahui secara tepat
program-program apa saja yang harus dilakukan pemerintah, maka perlu diketahui
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap gizi buruk. Menurut Ikatan Dokter Anak
Indonesia (IDAI) faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap kasus gizi
buruk pada balita adalah kemiskinan, tingkat pengetahuan orang tua, asupan gizi,
dan faktor penyakit bawaan. Sedangkan menurut UNICEF faktor-faktor secara
langsungnya adalah asupan makanan, infeksi penyakit, dan faktor tak langsung
meliputi pola asuh anak, ketersedian pangan, layanan kesehatan/ sanitasi. Dengan
mengetahui faktor-faktor tersebut, peneliti ingin mengetahui faktor-faktor apa saja
yang mempengaruhi jumlah kasus jumlah kasus gizi buruk pada balita khususnya
di Bandung.
Analisis regresi merupakan salah satu analisis statistika yang bertujuan
untuk memodelkan hubungan antara variabel respon Y dengan variabel prediktor
X. Regresi spasial adalah salah satu metode yang bertujuan untuk mengetahui
hubungan antara variabel respon dengan variabel prediktor dengan
memperhatikan aspek keterkaitan wilayah atau spasial. Aspek wilayah ini dinilai
penting untuk dikaji karena antar wilayah tentunya memiliki karakteristik yang
berbeda. Regresi spasial dibedakan menjadi dua pendekatan yaitu titik dan area.
Regresi spasial titik antara lain Geographically Weighted Regression (GWR),
Geographically Weighted Poisson Regression (GWPR), Geographically Weighted
Logistic Regression (GWLR). Sedangkan regresi spasial dengan pendekatan area
meliputi Spatial Autoregressive Model (SAR), Spatial Error Model (SEM),
3

Spatial Autoregressive Moving Average (SARMA). Regresi spasial ini banyak
digunakan di berbagai bidang antara lain kesehatan, sosial, klimatologi, dan lain-
lain.
Berbagai penelitian telah dilakukan terkait dengan faktor-faktor yang
mempengaruhi gizi buruk diantaranya Hayati (2009) meneliti faktor-faktor yang
mempengaruhi gizi buruk balita di jawa Timur dengan metode Analisis
Diskriminan, Marice (2006) yang meneliti klasifikasi status gizi balita dengan
pendekatan diskriminan bootstrap menyimpulkan bahwa balita yang memiliki gizi
lebih adalah balita yang berumur dibawah dua tahun, bayi dengan berat badan
lahir rendah (BBLR) dan pendapatan dan pengeluaran keluarga berpotensi
mengalami gizi buruk atau kurang, variabel yang berpengaruh adalah frekuensi
pemberian gizi, analisis diskriminan bootstrap mampu mengklasifikasikan status
gizi sebesar 46,67%. Mugiyono (2000) meneliti analisis status kesehatan balita di
jawa Timur dengan menggunakan metode regresi logistik polikotomus
menyimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi terhadap status kesehatan balita
adalah umur balita, pemberian ASI, imunisasi, dan sumber air minum.
Berdasarkan penjelasan diatas diketahui bahwa belum ada penelitian yang
mengkaji gizi buruk balita dan faktor-faktornya dengan memperhatikan aspek
spasial. Oleh sebab itu pada penelitian saat ini akan digunakan Spatial
Autoregressive Model (SAR).
Metode SAR dipilih karena dinilai dapat mewakili permasalahan yang ada
yaitu perbedaan karakteristik wilayah berpengaruh terhadap gizi buruk di
Surabaya. Karena karakteristik daerah yang beragam satu sama lainnya, perlu
diakomodir dalam pembuatan suatu model. Oleh sebab itu, penggunaan model
regresi spasial diharapkan mampu menghasilkan model gizi buruk balita yang
spesifik di setiap daerah sehingga hasilnya diharapkan mampu memberi informasi
serta masukan yang positif bagi pemerintah dalam menekan jumlah gizi buruk di
Surabaya.

1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
4

Penulis mampu menghasilkan karya tulis ilmiah dengan pendekatan
proses Asuhan keperawatan secara komprehensif pada An. S
dengan gizi kurang
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mampu melakukan pengkajian terhadap anak S yaitu : Gizi
kurang.
2. Mampu merumuskan diagnosa tindakan Keperawatan terhadap
anak S yaitu : Gizi kurang.
3. Mampu menyusun perencanaan berdasarkan rumusan masalah
pada anak S dengan gizi kurang.
4. Mampu mengimplementasikan terhadap intervensi yang sudah
dilaksanakan pada anak S dengan gizi kurang.
5. Mampu melakukan evaluasi berdasarkan kriteria tujuan dari
rencana asuhan keperawatan pada anak S dengan gizi kurang.
6. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada anak S
dengan gizi kurang.

1.3 Manfaat Karya Tulis Ilmiah
Penulis berharap karya tulis ilmiah ini dapat mengembangkan,
mengaplikasikan ilmu statistika dan bermanfaat bagi institusi STIK Immanuel
Bandung, Puskesmas cibolerang, Keluarga Klien, serta Pembaca sebagai
informasi terbaru tentang penyakit gizi kurang.

1.4 Metode Penulisan
Metode penulisan karya tulis ilmiah ini menggunakan metode studi kasus
dengan pendekatan proses keperawatan meliputi pengkajian, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi. Adapun teknik pengambilan data pada kasus ini
adalah :
1.4.1 Wawancara
Wawancara yaitu pertemuan tatap muka dengan salah satu atau lebih
anggota keluarga klien untuk memperoleh data yang diperlukan.
1.4.2 Observasi
5

Observasi yaitu penulis mengamati kondisi klien, keluarga dan
lingkungannya.
1.4.3 Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yaitu pemeriksaan keadaan fisik yang dilakukan
terhadap klien yang mempunyai masalah kesehatan dan masalah
keperawatan dalam hal ini gizi kurang.
1.4.4 Studi dokumentasi
Studi dokumentasi yaitu pengumpulan data dengan mempelajari data pada
status klien dan catatan yang berhubungan dengan analisa keperawatan.
1.4.5 Studi literatur
Studi literature yaitu pengumpulan data dengan menggunakan buku
sumber.
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini terdiri dari 4 bab, yaitu :
Bab I terdiri dari : Pendahuluan, yang meliputi latar belakang, tujuan penulisan,
metode penulisan dan sistematika penulisan.
Bab II Terdiri dari : Tinjauan teori, yang meliputi Definisi, anatomi dan fisiologi,
patofisiologi, klasifikasi, Gejala klinis, Penatalaksanaan,
Komplikasi, Konsep asuhan keperawatan meliputi
Pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan,
implementasi dan evaluasi.
Bab III terdiri dari : Tinjauan kasus dan pembahasan, tinjauan yang meliputi
pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan,
perencanaan, intervensi dan evaluasi keperawatan.
Pembahasan, yang meliputi pengkajian keperawatan,
diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi keperawatan.
Bab IV terdiri dari : Simpulan dan saran yang berisikan kesimpulan pelaksanaan
keperawatan dan saran.


6









BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Konsep Dasar Status Gizi
2.1.1 Definisi
Gizi mempunyai peran besar dalam daur kehidupan. Setiap tahap daur
kehidupan terkait dengan satu set prioritas nutrien yang berbeda. Semua orang
sepanjang kehidupan membutuhkan nutrien yang sama, namun dalam jumlah
yang berbeda. Nutrien tertentu yang didapat dari makanan, melalui peranan
fisiologis yang spesifik dan tidak tergantung pada nutrien yang lain, sangat
dibutuhkan untuk hidup dan sehat (Kusharisupeni, 2007).
Zat gizi (nutrien) adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk
melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara
jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan. Makanan setelah dikonsumsi
mengalami proses pencernaan. Bahan makanan diuraikan menjadi zat gizi atau
nutrien. Zat tersebut selanjutnya diserap melalui dinding usus dan masuk kedalam
cairan tubuh (Almatsier, 2004).
Gizi adalah makanan yang dapat memenuhi kesehatan. Zat gizi adalah
unsur yang terdapat dalam makanan dan dapat mempengaruhi kesehatan. Gizi
7

adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara
normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme
dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan,
pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ serta menghasilkan energi
(Waryana, 2010,p.6).







2.2.1Anatomi dan Fisiologi
2.2.1.1 Anatomi Sistem pencernaan

Saluran pernapasan terdiri dari rongga hidung, faring, laring, trakea,
broncus dan paru. (Heryadi, 2012)
A. Mulut
8

Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air pada
hewan. Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian awal
dari sistem pencernaan lengkap yang berakhir di anus.
Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam
dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa
yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari
manis, asam, asin dan pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung
dan lebih rumit, terdiri dari berbagai macam bau.
Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh
gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah
dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari
makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya.
Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang
memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan dimulai
secara sadar dan berlanjut secara otomatis.

B. Tenggorokan ( Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Berasal
dari bahasa yunani yaitu Pharynk.
Skema melintang mulut, hidung, faring, dan laring
Didalam lengkung faring terdapat tonsil ( amandel ) yaitu kelenjar limfe
yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap
infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan,
letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang
belakang
Keatas bagian depan berhubungan dengan rongga hidung, dengan
perantaraan lubang bernama koana, keadaan tekak berhubungan dengan rongga
mulut dengan perantaraan lubang yang disebut ismus fausium
Tekak terdiri dari; Bagian superior =bagian yang sangat tinggi dengan
hidung, bagian media = bagian yang sama tinggi dengan mulut dan bagian inferior
= bagian yang sama tinggi dengan laring.
9

Bagian superior disebut nasofaring, pada nasofaring bermuara tuba yang
menghubungkan tekak dengan ruang gendang telinga,Bagian media disebut
orofaring,bagian ini berbatas kedepan sampai diakar lidah bagian inferior disebut
laring gofaring yang menghubungkan orofaring dengan laring.
C. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui
sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan
berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik. Sering
juga disebut esofagus(dari bahasa Yunani: i, oeso membawa, dan ,
phagus memakan).
Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang. Menurut
histologi.
Esofagus dibagi menjadi tiga bagian:
bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)
bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)
serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).
Bagan posisi esofagus pada manusia, dilihat dari belakang
D. Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang
keledai.
Terdiri dari 3 bagian yaitu
Kardia.
Fundus.
Antrum.
Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot
berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan
normal, sfinter menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam
kerongkongan.
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara
ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi
lambung menghasilkan 3 zat penting :
10

Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung.
Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang
mengarah kepada terbentuknya tukak lambung.
Asam klorida (HCl)
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan
oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga
berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh
berbagai bakteri.
Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)

E. Usus halus (usus kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang
terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh
darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding
usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu
melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga
melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak.
Lapisan usus halus ; lapisan mukosa ( sebelah dalam ), lapisan otot
melingkar ( M sirkuler ), lapisan otot memanjang ( M Longitidinal ) dan lapisan
serosa ( Sebelah Luar )
Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus
kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).

1. Usus dua belas jari (Duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang
terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum).
Bagian usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai
dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum Treitz.
Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak
terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari yang
normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua
11

muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu. Nama duodenum berasal
dari bahasa Latin duodenum digitorum, yang berarti dua belas jari.
Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum),
yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam
duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus
halus. Jika penuh, duodenum akan megirimkan sinyal kepada lambung untuk
berhenti mengalirkan makanan.
Usus dua belas jari (duodenum)

2. Usus Kosong (jejenum)
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah
bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus
penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8
meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan usus penyerapan
digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium.
Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot
usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus. Secara histologis dapat
dibedakan dengan usus dua belas jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner.
Secara hitologis pula dapat dibedakan dengan usus penyerapan, yakni sedikitnya
sel goblet dan plak Peyeri. Sedikit sulit untuk membedakan usus kosong dan usus
penyerapan secara makroskopis.
Jejunum diturunkan dari kata sifat jejune yang berarti lapar dalam
bahasa Inggris modern. Arti aslinya berasal dari bahasa Laton, jejunus, yang
berarti kosong.
Diagram usus halus (terlabel small intestine)

3. Usus Penyerapan (illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada
sistem pencernaan manusia, ) ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak
setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki
pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12
dan garam-garam empedu.
12

Diagram ileum dan organ-organ yang berhubungan

F. Usus Besar (Kolon)
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu
dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses.
Usus besar terdiri dari :
Kolon asendens (kanan)
Kolon transversum
Kolon desendens (kiri)
Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna
beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi.
Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting,
seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa
penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri
didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan
dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.

G. Usus Buntu (sekum)
Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, buta) dalam istilah
anatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian
kolon menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan pada mamalia, burung, dan
beberapa jenis reptil. Sebagian besar herbivora memiliki sekum yang besar,
sedangkan karnivora eksklusif memiliki sekum yang kecil, yang sebagian atau
seluruhnya digantikan oleh umbai cacing.

H. Umbai Cacing (Appendix)
Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu.
Infeksi pada organ ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing. Apendisitis
yang parah dapat menyebabkan apendiks pecah dan membentuk nanah di dalam
rongga abdomen atau peritonitis (infeksi rongga abdomen).
13

Dalam anatomi manusia, umbai cacing atau dalam bahasa Inggris,
vermiform appendix (atau hanya appendix) adalah hujung buntu tabung yang
menyambung dengan caecum.
Umbai cacing terbentuk dari caecum pada tahap embrio. Dalam orang
dewasa, Umbai cacing berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa bervariasi dari 2
sampai 20 cm. Walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi ujung umbai cacing
bisa berbeda bisa di retrocaecal atau di pinggang (pelvis) yang jelas tetap
terletak di peritoneum.
Banyak orang percaya umbai cacing tidak berguna dan organ vestigial
(sisihan), sebagian yang lain percaya bahwa apendiks mempunyai fungsi dalam
sistem limfatik.
Operasi membuang umbai cacing dikenal sebagai appendektomi.

I. Rektum dan anus
Rektum (Bahasa Latin: regere, meluruskan, mengatur) adalah sebuah
ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir
di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses.
Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi,
yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke
dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB).
Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di dalam
rektum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk melakukan
defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke
usus besar, di mana penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak
terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi.
Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi
bayi dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot
yang penting untuk menunda BAB.
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan
limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit)
dan sebagian lannya dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot
14

sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar
BAB), yang merupakan fungsi utama anus.

J. Pankreas
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi
utama yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting
seperti insulin. Pankreas terletak pada bagian posterior perut dan berhubungan erat
dengan duodenum (usus dua belas jari).
Pankraes terdiri dari 2 jaringan dasar yaitu :
Asini, menghasilkan enzim-enzim pencernaan
Pulau pankreas, menghasilkan hormon
Pankreas melepaskan enzim pencernaan ke dalam duodenum dan
melepaskan hormon ke dalam darah. Enzim yang dilepaskan oleh pankreas akan
mencerna protein, karbohidrat dan lemak. Enzim proteolitik memecah protein ke
dalam bentuk yang dapat digunakan oleh tubuh dan dilepaskan dalam bentuk
inaktif. Enzim ini hanya akan aktif jika telah mencapai saluran pencernaan.
Pankreas juga melepaskan sejumlah besar sodium bikarbonat, yang berfungsi
melindungi duodenum dengan cara menetralkan asam lambung.

K. Hati
Hati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan manusia dan
memiliki berbagai fungsi, beberapa diantaranya berhubungan dengan pencernaan.
Organ ini memainkan peran penting dalam metabolisme dan memiliki beberapa
fungsi dalam tubuh termasuk penyimpanan glikogen, sintesis protein plasma, dan
penetralan obat. Dia juga memproduksi bile, yang penting dalam pencernaan.
Istilah medis yang bersangkutan dengan hati biasanya dimulai dalam hepat- atau
hepatik dari kata Yunani untuk hati, hepar.
Zat-zat gizi dari makanan diserap ke dalam dinding usus yang kaya akan
pembuluh darah yang kecil-kecil (kapiler). Kapiler ini mengalirkan darah ke
dalam vena yang bergabung dengan vena yang lebih besar dan pada akhirnya
masuk ke dalam hati sebagai vena porta. Vena porta terbagi menjadi pembuluh-
pembuluh kecil di dalam hati, dimana darah yang masuk diolah.
15

Hati melakukan proses tersebut dengan kecepatan tinggi, setelah darah
diperkaya dengan zat-zat gizi, darah dialirkan ke dalam sirkulasi umum.
Hati adalah organ yang terbesar di dalam badan manusia.
L. Kandung empedu
Kandung empedu (Bahasa Inggris: gallbladder) adalah organ berbentuk
buah pir yang dapat menyimpan sekitar 50 ml empedu yang dibutuhkan tubuh
untuk proses pencernaan. Pada manusia, panjang kandung empedu adalah sekitar
7-10 cm dan berwarna hijau gelap bukan karena warna jaringannya, melainkan
karena warna cairan empedu yang dikandungnya. Organ ini terhubungkan dengan
hati dan usus dua belas jari melalui saluran empedu.
Empedu memiliki 2 fungsi penting yaitu:
- Membantu pencernaan dan penyerapan lemak
- Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama
haemoglobin (Hb) yang berasal dari penghancuran sel darah merah dan
kelebihan kolesterol.
2. Fisiologi sistem pencernaan
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai
anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima
makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke
dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau
merupakan sisa proses tersebut dari tubuh.
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring),
kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem
pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan,
yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.
3. Etiologi
a. Jumlah makanan yang di makan kurang.
Asupan makanan yang diantara lain disebabkan oleh :
Tidak tersedianya makanan secara adekuat
Anak tidak cukup mendapat gizi seimbang
Pola makan yang salah
16


b. Penyakit
Menjadi penyebab terpenting kedua kekurangan gizi, apa lagi di negara-
negara terbelakang dan yang sedang berkembang seperti indonesia, dimana
kesadaran akan kebersihan / personal hygine yang masih kurang, serta
ancaman endemisitas penyakit tertentu. ( Ngastiyah, 2000 )


5. Klasifikasi Status Gizi
Dalam menentukan klasifikasi status gizi harus ada ukuran baku yang sering
disebut reference (Ibnu Fajar et al, 2002:73). Berdasarkan Semi Loka
Antopometri, Ciloto, 1991 telah direkomendasikan penggunaan baku rujukan
World Health Organization National Centre for Health Service (WHONCHS)
(Gizi Indonesia, Vol. XV No 2 tahun 1999). Berdasarkan baku WHONCHS status
gizi dibagi menjadi empat, yaitu:
a. Gizi lebih
Gizi lebih terjadi jika terdapat ketidakseimbangan antara konsumsi energi
dan pengeluaran energi. Asupan energi yang berlebihan secara kronis akan
menimbulkan kenaikan berat badan, berat badan lebih (overweight) dan obesitas.
Makanan dengan kepadatan energi yang tinggi (banyak mengandung lemak atau
gula yang ditambahkan dan kurang mengandung serat) turut menyebabkan
sebagian besar keseimbangan energi yang positif ini. Selanjutnya penurunan
pengeluaran energi akan meningkatkan keseimbangan energi yang positif
(Gibney, 2008:3).
Peningkatan pendapatan pada kelompok masyarakat tertentu, terutama di
perkotaan menyebabkan perubahan dalam gaya hidup, terutama pola makan. Pola
makan berubah ke pola makan baru yang rendah karbohidat, rendah serat kasar,
dan tinggi lemak sehingga menjadikan mutu makanan ke arah tidak seimbang.
Dampak masalah gizi lebih tampak dengan semakin meningkatnya penyakit
degeneratif, seperti jantung koroner, diabetes mellitus (DM), hipertensi, dan
penyakit hati (Supriasa, 2002:12). Penanggulangan masalah gizi lebih adalah
dengan menyeimbangkan masukan dan keluaran energi melalui pengurangan
17

makan dan penambahan latihan fisik. Penyeimbangan masukan energi dilakukan
dengan membatasi konsumsi karbohidrat dan lemak serta menghindari konsumsi
alkohol (Almatsier, 2001:312).
b. Gizi baik
Gizi baik adalah gizi yang seimbang. Gizi seimbang adalah makanan yang
dikonsumsi oleh individu sehari-hari yang beraneka ragam dan memenuhi 5
kelompok zat gizi dalam jumlah yang cukup, tidak berlebihan dan tidak
kekurangan (Dirjen BKM, 2002). Sekjen Perhimpunan Dokter Gizi Medik
Indonesia (PDGMI) Dr. dr. Saptawati Bardosono (2009) memberikan 10 tanda
umum gizi baik, yaitu:
1) Bertambah umur, bertambah padat, bertambah tinggi. Tubuh dengan
asupan gizi baik akan mempunyai tulang dan otot yang sehat dan kuat
karena konsumsi protein dan kalsiumnya cukup. Jika kebutuhan protein
dan kalsium terpenuhi maka massa tubuh akan bertambah dan tubuh akan
bertambah tinggi.
2) Postur tubuh tegap dan otot padat. Tubuh yang memiliki massa otot yang
padat dan tegap berarti tidak kekurangan protein dan kalsium.
Mengonsumsi susu dapat membantu mencapai postur ideal.
3) Rambut berkilau dan kuat. Protein dari daging, ayam, ikan dan kacang
kacangan dapat membuat rambut menjadi lebih sehat dan kuat.
4) Kulit dan kuku bersih dan tidak pucat. Kulit dan kuku bersih menandakan
asupan vitamin A, C, E dan mineral terpenuhi.
5) Wajah ceria, mata bening dan bibir segar. Mata yang sehat dan bening
didapat dari konsumsi vitamin A dan C seperti tomat dan wortel. Bibir
segar didapat dari vitamin B, C dan E seperti yang terdapat dalam wortel,
kentang, udang, mangga, jeruk.
6) Gigi bersih dan gusi merah muda. Gigi dan gusi sehat dibutuhkan untuk
membantu menceerna makanan dengan baik. Untuk itu, asupan kalsium
dan vitamin B pun diperlukan.
7) Nafsu makan baik dan buang air besar teratur. Nafsu makan baik dilihat
dari intensitas anak makan, idealnya yaitu 3 kali sehari.
18

1) Buang air besar pun harusnya setiap hari agar sisa makanan dalam usus
besat tidak menjadi racun bagi tubuh yang dapat mengganggu nafsu
makan.
8) Bergerak aktif dan berbicara lancar sesuai umur.
9) Penuh perhatian dan bereaksi aktif
10) Tidur nyenyak
c. Gizi kurang
Menurut Moehji, S (2003:15) Gizi kurang adalah kekurangan bahan-bahan
nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak dan vitamin yang dibutuhkan oleh
tubuh. Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) pada tahun 1999, telah
merumuskan faktor yang menyebabkan gizi kurang seperti pada bagan di bawah
ini.

6. gejala klinis
Polewali Mandar Sulawesi Barat.@arali2008.- Walaupun semua adalah
Malnutrisi tetapi masing-masing mempunyai gejala klinis sendiri-sendiri baik
marasmus, kwashiorkor, maupun marasmus-kwashiorkor.
Gejala klinis dari marasmus
Gejala Klinis Kurang Energi Protein (KEP) dari kwashiorkor adalah
1. Rambut tipis, merah spt warna
2. Edema (pd kedua punggung kaki, bisa seluruh tubuh)
3. rambut jagung, mudah dicabut tanpa rasa sakit, rontok
4. Kelainan kulit (dermatosis)
5. Wajah membulat dan sembab
6. Pandangan mata sayu
7. Pembesaran hati
8. Sering disertai: peny. infeksi akut, diare, ISPA dll
9. Apatis & rewel
10. Otot mengecil (hipotrofi).

19


Gambar 2.1 Anak Gizi Buruk Maramus

Gejala klinis kwashiorkor
Gejala Klinis Kurang Energi Protein (KEP) dari kwashiorkor adalah
1. Rambut tipis, merah spt warna
2. Edema (pd kedua punggung kaki, bisa seluruh tubuh)
3. rambut jagung, mudah dicabut tanpa rasa sakit, rontok
4. Kelainan kulit (dermatosis)
5. Wajah membulat dan sembab
6. Pandangan mata sayu
7. Pembesaran hati
8. Sering disertai: peny. infeksi akut, diare, ISPA dll
9. Apatis & rewel
10. Otot mengecil (hipotrofi)

20


Gambar 2.2 Anak Gizi Buruk Kwashiorkor

Gejala klinis marasmus-kwashiorkor
Gejala Klinis Kurang Energi Protein (KEP) dari Marasmus-kwashiorkor
Pada dasarnya adalah campuran dari gejala marasmus dan kwashiorkor,
cirri khas yang dapat terlihat secara klinis yakni :
1. Beberapa gejala klinik marasmus, terlihat sangat buruk dalam hal Berat Badan
(BB/U) berada dibawah < -3 SD dan bila di konfirmasi dengan BB/TB
dikategorikan sangat kurus: BB/TB < 3 SD).
2. Kwashiorkorm secara klinis terlihat disertai edema yang tidak mencolok pada
kedua punggung kaki

21




7. Penatalaksanaan
Menurut Ngastiah, 2000 Prinsip penatalaksanaan keperawatan klien dengan gizi
kurang :
Pemberian makanan yang mengandung protein, tinggi kalori, cairan,
vitamin, dan mineral.
Penanganan segera penyakit penyerta seperti diare.
Berikan pendidikan kesehatan tentang pentingnya gizi untuk
pertumbuhan dan perkembangan anak pada orang tua dan anggota
keluarga.
Sebaiknya tidak memberikan makanan kecil seperti permen, coklat dan
susu menjelang waktu makan.
Pada permulaan, makanan jangan diberikan sekaligus banyak, tetapi
dinaikkan bertahap setiap hari (makan dalam porsi kecil tetapi sering).
Anjurkan keluarga untuk memberikan makanan yang beraneka ragam
untuk meningkatkan selera makan.
22

Anjurkan keluarga untuk membawa anak keposyandu atau fasilitas
kesehatan secara teratur untuk memantau ppertumbuhan dan
perkembangan anak.

8. Komplikasi
Menurut Ngastiah, 2000 Malnutrisi Energi Protein (MEP) berat yang
dikenal dengan :
Menurut Ngastiah, 2000 Malnutrisi Energi Protein (MEP) berat yang
dikenal dengan :
1. Kwashiorkor
Kwashiokor sering jua disebut dengan istilah busung lapar atau HO.
Penampilan anak-anak penderita HO umumnya sangat khas, terutama bagian
perut yang menonjol. Berat badannya jauh dibawah berat normal. Ederma stadium
berat maupun ringan biasanya menyertai pernderita ini.
Beberapa ciri lainnya, diantaranya :
- Perubahan mental menyolok. Banyak menangis, pada stadium lanjut anak
terlihat sangat pasif.
- Anemia.
- Penderita nampak lemah dan ingin selalu berbaring.
- Diare dengan feses cair yang banyak mengandung asam laktat karena
berkurangnya produksi lactate dan enzim penting lainnya.
- Pembesaran hati.
- Kelainan kulit yang khas, dimulai dengan titik merah menyerupai petechai
(pendarahan kecil yang timbul sebagai titik berwarna merah keunguan
pada kulit).
Tanda-tanda Kwashiokor meliputi :
- edema di seluruh tubuh, terutama pada punggung kaki,
- wajah membulat dan sembab,
- pandangan mata sayu,
- perubahan status mental: cengeng, rewel, kadang apatis,
- rambut berwarna kepirangan, kusam, dan mudah dicabut,
23

- otot-otot mengecil, teramati terutama saat berdiri dan duduk,
- bercak merah coklat pada kulit, yang dapat berubah hitam dan mengelupas
- menolak segala jenis makanan (anoreksia)
- sering disertai anemia, diare, dan infeksi.

2. Maramus
Marasmik adalah bentuk ,malnutrisi primer karena kekurangan
karbohidrat. Gejala yang timbul diantaranya muka berkerut terlihat tua, tidak
terlihat lemak, dan otot dibawah kulit, rambut mudah patah berwarna kemerahan
dan terjadi pembesaran hati, sangat kurus karena kehiolangan sebagian lemak dan
otot. Penderita maramus berat akan menunjukkan perubahan mental, bahkan
kehilangan kesadaran. Dalam stadium yang lebih ringan, anak umumnya jadi
lebig cengeng dan gampang menangis karena selalu merasa lapar.
Ketidakseimbangan elektrolit juga terdeteksi dalam maramus. Upaya
dehidrasi atau transfuse darah pada periode iini dapat mengakibatkan aritmia
(tidak teraturnya denyut jantung) bahkan terhentinya denyut jantung.
Adapun ciri-ciri lannya adalah :
- berat badan kurang dari 60% berat anak normal seusianya.
- Kulit terlihat kering, dingin dan mengendur.
- Rambut yang mudah rontok.
- Tulang-tulang terlihat jelas menonjol.
- Sering menderita diare.
- Tekana darah cenderung rendah disbanding anak normal, dengan kadar
hemoglobin yang juga rendah.
- Wajah seperti orang tua, cengeng, rewel, perut cekung, dan kulit keriput.

3. Marasmik-kwashiorkor
Penyakit ini merupakan gabungan dari marasmus dan kwahirkor dengan
gejala yang meyertai.
- Berat badan penderita hanya berkisar diangka 60% dari berat badan
normal.
24

- Tubuh mengandung lebih banyak cairan, karena berkurangnya lemak dan
otot.
- Kalium dalam tubuh menurun drastic sehingga menyebabkan gangguan
metabolic seperti gangguan pada pankreas dan ginjal.
- Mineral lainnya dalam tubuh pun mengalamai gangguan.

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan
2.2.1 Proses Keperawatan
Menurut asmadi, 2008 Proses keperawatan dikatakan sebagai proses atau
metode ilmiah karena merupakan suatu upaya untuk melaksanakan hal
tertentu yang umumnya mecakup beberapa langkah guna mencapai satu
hasil. Langkah atau tahapan pada proses keperawatan meliputi
pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, implementasi tindakan
keperawatan, dan evaluasi.
a) Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Disini,
semua data dikumpulkan secara sistematis guna menentukan status
kesehatan klien saat ini. Pengkajian harus dilakukan secara
komprehensif terkait dengan aspek biologis, psikologis, social,
maupun spiritual klien.
Gambar 2.3. Siklus Proses keperawatan.









Sumber : Asmadi,2008
25

1. Tujuan pengkajian adalah untuk mengumpulkan informasi dan
membuat data dasar klien. Pengkajian dilakukan saat klien
masuk instansi layanan kesehatan. Data yang diperoleh sangat
berguna untuk menetukan tahap selanjutnya dalam proses
keperawatan. Kegiatan utama dalam tahap pengkajian ini adalah
pengumpulan data, pengelompokan data dan analisis data guna
perumusan diagnosis keperawatan. Dalam melakukan
pengumpulan data, pengelompokan data, ada beberapa hal yang
harus diketahui oleh perawat, di antaranya : Tujuan
pengumpulan data.
2. Informasi atau data yang diperlukan.
3. Sumber-sumber yang dapat digunakan untuk memperoleh data.
4. Bagaimana sumber-sumber tersebut dapat memberikan
informasi yang baik.
5. Bagaimana mengorganisasi dan menggunakan informasi yang
telah dikumpulkan.
Metode utama yang dapat digunakan dalam pengumpulan data adalah
wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik serta diagnostik.
a. Wawancara
Wawancara atau interview merupakan metode pengumpulan
data secara langsung anatar perawat dan klien. Disini perawat
(pewawancara) mendapatkan respon langsung dari klien melalui
tatap muka dan pertanyaan yang diajukan. Pertanyaan meliputi
Biodata, keluhan utama, riwayat kesehatan klien dan keluarga
(sekarang dan masa lalu). Untuk membantu klien
menyampaikan keluhanya, ada baiknya perawat menggunakan
Analisis gejala PQRST.
P (Provocative/Paliative) :Apa penyebab keluhan tersebut?
Faktor apa saja yang memperberat atau mengurangi keluhan.
26

Q (Quality/Quantity) : Bagaimana keluhan tersebut dirasakan?
Apakah terlihat, terdengar? Seberapa sering keluhan tersebut
dirasakan?
R (Regio/Radiation) : Dimana keluhan tersebut dirasakan?
Apakah menyebar?
S (Severity Scale) : Apakah keluhan tersebut mengganggu
aktivitas? Jika dibuat skala, seberapa parahkah keluhan
tersebut klien rasakan?
T (Timing ) : kapan keluhan mulai muncul? Seberapa sering
keluhan tersebut muncul? Apakah keluhan tersebut
munculnya secara tiba-tiba atau bertahap?
b. Observasi
Observasi merupakan metode pengumpulan data melalui
pengamatan visual dengan menggunakan panca-indra.
Kemampuan melakukan observasi merupakan keterampilan
tingkat tinggi yang memerlukan banyak latihan. Unsur
terpenting dalam observasi adalah mempertahankan objektivitas
penilaian. Mencatat hasil observasi secara khusus tantang apa
yang dilihat, dirasa, didengar,dicium, dan dikecap akan lebih
akurat dibandingkan mencatat interpretasi seseorang tentang hal
tersebut. Contoh data hasil observasi, antara lain rambut kotor,
kulit sianosis, dan konjungtiva anemis.
c. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan menurut Carol V.A adalah proses infeksi tubuh
dan sistem tubuh guna menetukan ada/tidaknya penyakit yang
didasarkan pada hasil pemeriksaan fisik dan laboratorium.
Pemeriksaan fisik berfokus pada respons klien terhadap masalah
kesehatan yang dialaminya. Cara pendekatan sistematis yang
dapat digunakan perawat dalam melakukan pemeriksaan fisik
adalah pemeriksaan dari ujung rambut sampai ujung kaki (head
to toe) dan pendekatan berdasarkan sistem tubuh (review of
sistem).
27

Pemeriksaan fisik dengan metode head toe toe terdiri atas
pemeriksaan kulit, membrane mukosa, kuku, dan rambut, kepala
dan leher, dada dan paru-paru, kardiovaskuler, payudara, ketiak,
abdomen, termasuk didalamnya ginjal dan rectum, genitalia, dan
ekstremitas atas dan bawah. Pemeriksaan fisik dengan metode
sistem menurut Carpenito, meliputi sistem persepsi-sensori,
sistem integumen, sistem pernapasan, sistem kardiovaskuler,
sistem neurologis, sistem gastrointestinal, sistem genitourrinaria,
sistem musculoskeletal, dan system reproduksi.
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan menggunakan empat
metode yakni inspeksi, auskultasi, perkusi, dan palpasi.
Keempat metode tersebut hendaknya dilakukan berurutan.
1. Inspeksi
Secara sederhana, inspeksi didefinisikan sebagai kegiatan
melihat atau memperhatikan secara seksama status kesehatan
klien. Kunci keberhasilan inspeksi adalah dengan dengan
mengetahui apa yang harus kita lihat atau kita amati.
Inspeksi, misalnya dilakukan untuk memeriksa keadaan kulit
dan jaringan mukosa, bentuk tubuh gerakan dan sebagainya.
2. Auskultasi
Auskultasi adalah langkah pemeriksaan fisik dengan
menggunakan stetoskop yang memungkinkan pemeriksaan
mendengar bunyi yang keluar dari rongga tubuh klien .
Auskultasi dilakukan untuk mendapatkan data tentang
kondisi jantung, paru, dan saluran pencernaan (misalnya
adanya bunyi mengi,ronkhi akibat penumpukan sputum pada
saluran pernafasan atau bunyi jantung).
3. Perkusi
Perkusi atau periksa ketuk adalah jenis pemeriksaan fisik
dengan cara mengetuk secara pelan jari tengah menggunakan
jari yang lain untuk menetukan posisi, ukuran, dan
konsistensi struktur suatu organ tubuh. Contonya perkusi
28

rongga dada untuk mengetahui status paru atau jantung, atau
perkusi rongga abdomen untuk mengetahui adanya distensi
abdomen. Untuk memperoleh hasil perkusi yang akurat,
diperlukan keterampilan teknis dan interpretasi bunyi yang
timbul.
4. Palpasi
Palpasi atau periksa raba adalah jenis pemeriksaan fisik
dengan cara meraba atau merasakan kulit klien untuk
mengetahui struktur yang ada dibawah kulit. Contohnya,
palpasi abdomen untuk mengetahuilokasi nyeri pada usus
atau untuk mengetahui adanya masa pada usus. Palpasi sering
dilakukan untuk menguatkan hasil inspeksi.
Setelah terkumpul, data kemudian dikelompokan kedalam
data objektif dan data subjektif. Data objektif berdasarkan
fenomena yang dapat diamati secara factual. Sedangkan data
subjektif merupakan informasi yang disampaikan klien
kepada perawat selama interview yang disebut juga sebagai
gejala. Setelah data hasil pengkajian dikelompokan kita dapat
mulai melakukan validasi data yaitu membandingkan data
subjektif dan data objektifdengan standar nilai yang baku.
Contoh hasil pemeriksaan tekanan darah klien menunjukan
170/90 mmHg.

b) Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang dibuat oleh perawat
professional yang memberi gambaran tentang masalah atau status
kesehatan klien, baik aktual maupun potensial yang ditetapkan
berdasarkan analisis dan interpretasi data hasil pengkajian.
Penetapan diagnosis keperawatan berlangsung dalam tiga fase, yaitu :
1.Memproses data (mengorganisasi data, membandingkan data dengan
standar nilai normal, mengelompokan data).
2.Menetukan masalah keperawatan klien.
29

3.Menyusun diagnosis keperawatan.
Diagnosis keperawatan berfungsi untuk mengidentifikasi,
memfokuskan, dan memecahkan masalah keperawatan klien secara
spesifik. Diagnosis keperawatan harus betul-betul akurat sebab ini
akan menjadi patokan dalam melaksanakan tindakan keperawatan.
Komponen-komponen dalam pernyataan diagnosis keperawatan
meliputi masalah (problem), penyebab (etiology), dan data (sign and
symptom). Untuk memudahkanya, disingkat dengan kata PES.
1.Masalah (problem)
Diagnosis keperawatan merupakan pernyataan yang menggambarkan
perubahan status kesehatan klien. Perubahan tersebut menyebabkan
timbulnya masalah.
2.Penyebab (etiology)
Pernyataan etiologi mencerminkan penyebab dari masalah kesehatan
klien yang member arah bagi terapi keperawatan. Etiologi tersebut
dapat terkait dengan aspek patofisiologis, psikososial, tingkah laku,
perubahan situasional gaya hidup, usia perkembangan, juga factor
budaya dan lingkungan.
3.Data (sign and symptom)
Data diperoleh selama tahap pengkajian sebagai bukti adanya
masalah kesehatan pada klien.
Diagosis keperawatan terdiri atas tiga tipe, yaitu diagnosis
keperawatan aktual,Risiko,dan diagnosis keperawatan potensial.
1. Diagnosis keperawatan aktual
Yaitu diagnosis keperawatan yang menjelaskan masalah kesehatan
yang nyataterjadi saat ini dan benar-benar factual, sesuai dengan
data klinis yang diperoleh. Syarat untuk menegakan diagnosis
keperawatan actual adalah terpenuhinya unsure PES.
2. Diagnosis keperawatan Risiko
Yaitu diagnosis keperawatan yang menjelaskan masalah kesehatan
yang berpeluang besar akan terjadi jika tidak dilakukan tindakan
30

keperawatan. Saat ini masalah belum ada secara pasti, namun
etiologi penunjangnya sudah ada. Syarat untuk menegakan
diagnosis keperawatan risisko adalah terpenuhinya unsure PE.
3. Diagnosis keperawatan potensial
Yaitu diagnosis keperawatan yang menjelaskan tentang keadaan
sejahtera (wellness), yakni ketika klien memiliki potensi untuk
lebih meningkatkan derajat kesehatanya dan belum ada data
maladaptive atau paparan terhadap maslah kesehatan sebelumnya.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada tahap diagnosis
keperawatan, antara lain :
1. Kesesuaian masalah dengan lingkup keperawatan
2. Kejelasan masalah
3. Keakuratan maslah dan factor penyebab
4. Validitas maslah
5. Komponen diagnosis keperawatan PES

c) Perencanaan
Tahapan perencanaan memberi kesempatan kepada perawat, klien,
keluarga, dan orang terdekat klien untuk merumuskan rencana
tindakan keperawatan guna mengatasi masalah yang dialami klien.
Perencanaan ini merupakan suatu petunjuk tertulis yang
menggambarkansecra tepat rencana tindakan keperawatan yang
dilakuakan terhadap klien sesuai dengan kebutuhanya berdasarkan
diagnosis keperawatan.
Unsur terpenting pada tahap ini adalah membuat prioritas urutan
diagnosis keperawatan, merumuskan tujuan, merumuskan kriteria
evaluasi, dan merumuskan intervensi keperawatan.

2. Membuat prioritas urutan diagnosis keperawatan
Penentuan prioritas ini dilakukan karena tidak semua disgnosis
keprawatan dapat diselesaikan pada waktu yang bersamaan.Untuk
memudahkan penentuan perioritas ini dilakukan dengan
31

mengurutkan diagnosis keperawatan yang dianggap paling
mengancam jiwa atau kehidupan (misalnya : gangguan bersihan
jalan napas) sampai diagnosis yang tidak terlalu mengancam
kehidapan.
3. Merumuskan tujuan
Setelah menyusun diagnosis berdasarkan perioritas, perawat perlu
merumuskan tujuan untuk masing-masing diagnosis. Tujuan
ditetapkan dalam bentuk tujuan jangka panjang dan tujuan jangka
pendek. Tujuan jangka panjang dimaksudkan untuk mengatasi
maslah secara umum, sedangkan tujuan jangka pendek
dimaksudkan untuk mengatasi etiologi guna mencapai tujuan jangka
panjang.
4. Merumuskan kriteria evaluasi
Setelah merumuskan tujuan, langkah selanjutnya adalah
merumuskan kriteria hasil/evaluasi. Dalam penyusunan kriteria
hasil/evaluasi, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
Diantaranya, criteria hasil/evaluasi terkait dengan tujuan, bersifat
khusus, dan konkret. Selain itu, hasilnya harus dapat dilihat, di
dengar, dan di ukur oleh orang lain.

5. Merumuskan intervensi keperawatan
Dalam merencanakan intervensi keperawatan, perawat harus
memerhatikan beberapa criteria yang terkait dengan rumusan
intervensi keperawatan. Kriteria tersebut antara lain :
1. Memakai kata kerja yang tepat.
2. Bersifat spesifik (apa yang dilakukan? Siapa yang
melakukan?dimana hal tersebut dilkaukan? Bagaimana cara
melakukanya? Dan seberapa sering hal tersebut dilkaukan?).
3. Dapat dimodifikasi
Intervensi keperawatan terdiri atas intervensi keperawatan yang
independen dan intervensi keperawatan kolaboratif. Intervensi
keperawatan independen adalah intervensi yang dilakukan
32

perawat terhadap klien secara mandiri tanpa peran akti dari
tenaga kesehatan yang lain. Sedangkan kolaboratif adalah
intervensi keperawatan yang dilakukan oleh perawat terhadap
klien dalam bentuk kerja sama dengan tenaga kesehatan yang
lain.

d) Implementasi
Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan rencana
asuhan keperawatan kedalam bentuk intervensi keperawatan guna
membantu klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kemampuan
yang harus dimiliki perawat pada tahap implementasi adalah
kemampuan komunikasi yang efektif, kemampuan untuk menciptakan
hubungan saling percaya dan saling bantu, kemampuan melakukan
teknik psikomotor, kemampuan melakukan observasi sistematis,
kemampuan memberikan pendidikan kesehatan, kemampuan advokasi,
dan kemampuan evaluasi.
Implementasi dibedakan menjadi tiga kategori yaitu : Independent,
interindependent, dan dependen.
1. Independent
Yaitu kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat tanpa petunjuk dari
dokter atau petugas kesehatan yang lain.
2. Interdependent
Yaitu suatu kegiatan yang memerlukan kerja sama dari tenaga
kesehatan lain misalnya : ahli gizi, fisioterapi, dan dokter.
3. Dependen
Berhubungan dengan pelaksanaan rencana tindakan medis/instruksi
dari tenaga medis.

e) Evalusi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang
33

teramati dan tujuan atau criteria hasil yang dibuat pada tahap
perencanaan. Secara umum, evaluasi ditunjukan untuk :
1.Melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan.
2.Menentukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum.
3.Mengkaji penyebab jika tujuan asuhan keperawatan belum tercapai.
Perumusan evaluasi formatif ini meliputi empat komponen yang
dikenal dengan istilah SOAP, yakni subjektif, objektif, analisis data
(perbandingan data dengan teori) dan perencanaan.
Ada tiga kemungkinan hasil evaluasi yang terkait dengan pencapaian
tujuan keperawatan.
1. Tujuan tercapai jika klien menunjukan perubahan sesuai dengan
standar yang telah ditentukan.
2. Tujuan tercapai sebagian atau klien masih dalam proses pencapaian
tujuan jika klian menunjukan perubahan pada sebagian criteria
yang telah ditetapkan.
3. Tujuan tidak tercapai jika klien hanya menunjukan sedikit
perubahan dan tidak ada kemajuan sama sekali serta dapat timbul
masalah baru.

f) Dokumentasi
Dokumentasi merupakan pernyataan tentang kejadian atau aktivitas
yang otentik dengan membuat catatan tertulis. Dokumentasi
keperawatan berisi hasil aktivitas keperawatan yang dilakukan perawat
terhadap klien, mulai dari pengkajian hingga evaluasi. Dokumentasi
merupakan saran komunikasi dari satu profesi lain terkait status klien.
Dokumentasi keperawatan sewaktu-waktu dapat dijadikan barang
bukti di pengadilan jika terjadi gugatan yang dilakukan oleh klien
maupun keluarganya.



34

2.2.2 Fungsi Proses Keperawatan
Selain sebagai kerangka berfikir ilmiah, juga merupakan alat untuk
mengenal masalah klien, merencanakan asuhan keperawatan secara
sistematis, melaksanakan rencana keperawatan, dan menilai hasil.
Dengan demikian, proses keperawatan merupakan alat untuk menjamin
terlaksananya praktik keperawatan yang sistematis dan ilmiah dalam
rangka memenuhi kebutuhan klien untuk mencapai dan mempertahankan
keadaan bio-psiko-sosial-spritual yang optimal melalui tahapan yang ada.
2.2.3 Tujuan Proses Keperawatan
Proses keperawatan merupakan suatu upaya pemecahan masalah
yang tujuan utamanya adalah membantu perawat menangani klien secara
komprehensif dengan dilandasi alasan ilmiah, keterampilan teknis, dan
keterampilan interpersonal. Penerapan proses keperawatan ini tidak
hanya ditujukan untuk kepentingan klien semata, tetapi juga untuk
profesi keperawatan itu sendiri. Tujuan penerapan proses keperawatan
bagi klien, antara lain :
1. Mempertahankan kesehatan klien.
2. Mencegah sakit yang lebih parah, penyebaran penyakit, komplikasi
akibat penyakit.
3. Membantu memulihkan kondisi klien setelah sakit.
4. Mengembalikan fungsi maksimal tubuh.
5. Membantu klien terminal untuk meninggal dengan tenang.
Tujuan penerapan proses keperawatan bagi profesionalitas keperawatan,
antara lain :
1. Mempraktikkan metode pemecahan masalah dalam praktik
keperawatan.
2. Menggunakan standar praktik keperawatan.
3. Memperoleh metode yang baku, rasional, dan sistematis.
4. Memperoleh hasil asuhan keperawatan dengan efektivitas yang tinggi.

35


2.2.4 Sifat-Sifat Proses Keperawatan
Proses keperawatan memiliki beberapa sifat yang membedakanya dengan
metode lain, adapun beberapa sifat proses keperawatan antara lain :
1. Dinamis, artinya setiap langkah dalam proses keperawatan dapat kita
perbaharui jika situasi yang kita hadapi berubah, sebab proses
keperawatan diterapkan dengan memperhatikan kebutuhan
keperawatan yang unik artinya tidak semua klien menjalani
perkembangan yang sama.
2. Siklus, artinya proses keperawatan berjalan menurut alur tertentu :
Pengkajian, penetapan diagnosis, perencanaan, implementasi, dan
evaluasi. Jika hasil evaluasi menunjukan bahwa tujuan belum tercapai,
tentu kita harus mencari tahu penyebabnya. Ini berarti kita harus
kembali ketahap awal proses, yakni pengkajian, begitu seterusnya.
Jadi, siklus terbaru hanya akan dimulai setelah siklus terdahulu
berakhir dengan evaluasi.
3. Saling ketergantungan, artinya masing-masing tahapan pada proses
keperawatan saling bergantung satu sama lain. Pengkajian merupakan
tahap pertama dalam proses penetapan diagnosis, dan perencanaan
dibuat berdasarkan diagnosis yang telah ditetapkan. Begitu seterusnya,
jika data yang dikumpulkan selama pengkajian tidak lengkap, maka
proses analisis data dan penetapan diagnosis keperawatan dapat
terhambat.
4. Fleksibilitas, artinya urutan pelaksanaan proses keperawatan dapat
berubah sewaktu-waktu, sesuai dengan situasi dan kondisi klien.
Misalnya, saat klien datang kerumah sakit dalam keadaan gawat, hal
pertama yang harus kita lakuakan tentu melaksanakan intervensi
keperawatan untuk menolong jiwa klien. Setelah hasil evaluasi
menunjukan bahwa kondisi klien mulai stabil, kita dapat melakukan
pengkajian guna melengkapi data keperawatan. Sifat fleksibelitas
proses keperawatan ini dapat digunakan dalam segala situasi dan
kondisi, juga disemua tempat layanan kesehatan.
36



2.2.5 Manfaat Proses Keperawatan
Proses keperawatan sangat relavan dengan upaya dan arah perkembangan
profesionalisme keperawatan saat ini. Penerapan proses keperawatan
dalam pemberian asuhan keperawatan kepada klien member beberapa
manfaat, diantaranya :
1. Meningkatkan mutu layanan keperawatan.
2. Meningkatkan citra profesi keperawatan.
3. Menggambarkan otonomi dan tanggung jawab perawat.
4. Mengembangkan keterampilan teknis dan intelektual perawat.
5. Meningkatkan rasa solidaritas dan rasa kesatuan perawat.
6. Menghasilkan praktik keperawatan yang professional.

2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Pada Gizi Kurang
Proses keperawatan adalah adalah suatu metode dimana suatu konsep di
terapkan dalam praktek keperawatan. Tahap tahap dalam proses
keperawatan saling bergantungan satu sama lainnya. Proses keperawatan
terdiri dari 4 tahap, yaitu : Pengkajian, Perencanaan, Pelaksanaan dan
Evaluasi yang dilaksanakan secara berurutan dan berkaitan secara dinamis. (
Nursalam, 2005 )

2.3.1 Pengkajian
Proses keperawatan adalah adalah suatu proses pemecahan masalah yang
dinamis dalam usaha memperbaiki atau memelihara klien sampai ke taraf
optimal melalui pendekatan yang sistematis untuk mengenal dan membantu
kebutuhan klien. (Nursalam, 2005)
Tahap tahap dalam proses keperawatan saling bergantungan satu sama
lainnya. Proses keperawatan terdiri dari 6 tahap, yaitu : Pengkajian,
37

perumusan diagnosa, Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi yang
dilaksanakan secara berurutan dan berkaitan secara dinamis.


2.3.1.1 Identitas
Biodata klien terdiri atas Nama, jenis klamin, umur, pekerjaan,
suku/bangsa, alamat. Biodata penanggung jawab terdiri atas Nama, jenis
klamin, umur, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, hubungan dengan klien.

2.3.1.2 Riwayat kesehatan klien
1. Keluhan utama
Keluhan utama pada gizi kurang pada umumnya adalah kesulitan makan dan
kurangnya nafsu makan atau mual pada anak.
2. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit sekarang dikembangkan dari keluhan utama dengan PQRST
P ( Paliative ) : yaitu faktor yang memperberat dan meringankan keluhan utama
dari mual atau kurang nafsu makan, apa yang dapat memperberat/ meringankan
keluhan utama seperti muntah atau alergi terhadap suatu makanan pada penderita
gizi kurang ? Makanan apa yang dapat merangsang gejala pertama dirasakan, apa
ada hubungan dengan makanan-makanan tertentu.
Q ( Quantity ) : seberapa berat gangguan yang dirasakan klien, bagaimana gejala
yang dirasakan, pada saat dikaji apa gejala ini lebih berat atau lebih ringan dari
yang sebelumnya.
R ( Regio ) : Dimana tempat terjadinya gangguan, apakah mengalami penyebaran
/ tidak.
S ( Skala ) : seberapa berat mual atau kesulitan makan yang diderita klien yang di
dukung dengan pengjitungan antropometri.
T ( Timing ) : kapan keluhan mulai dirasakan? Apakah keluhan terjadi mendadak
atau bertahap, Seberapa lama keluhan berlangsung ketika kambuh.
3. Riwayat kesehatan dahulu
Keadaan masa lalu yang ada hubunganya dengan apa yang dialam klien
saat ini misalnya:
38

1) Riwayat penyakit yang pernah dialami sebelumnya
2) Apakah klien pernah di rawat di rumah sakit sebelumnya
3) Apakah ada anggota keluarga yang terkena penyakit gizi kurang, cacingan,
alergi terhadap makanan dsb.

4. Riwayat penyakit keluarga
Didalam keluarga apakah ada yang pernah menderita sakit seperti yang
klien alami, atau penyakit turunan seperti : Alergi terhadap makanan atau gastritis.
5. Riwayat kehamilan dan kelahiran
a. Prenatal
Apakah ibu klien terdapat kelainan atau keluhan yang dapat memperberat
keadaan ibu dan anak saat proses persalinan, serta jumlah pemeriksaan kehamilan
yang dilakukan ibu klien.
b. Intra natal
Proses persalinan ditolong oleh siapa, apakah persalinan secara normal
atau memerlukan bantuan alat atau operasi, dan bagaimana keadaan bayi saat di
lahirkan (langsung menagis atau tidak )
c. Post natal
Bagaimana keadaan saat setelah lahir, apakah mendapat ASI sesuai
kebutuhan atau PASI serta bagaimana reflek menghisap dan menelannya.












39




6. Riwayat Imunisasi


Gambar 2.3 Inilah jadwal Imunisasi yang direkomendasi oleh Ikatan Dokter
Anak Indonesia (IDAI) tahun 2011 agar anak Anda tumbuh sehat.
Ayo imunisasi! (Klik untuk memperbesar)

Table 2.1 Keterangan pemberian imunisasi pada anak

No Vaksin Ketrangan pemberian
1 Hepatitis B HB diberikan dalam waktu 12 jam setelah
lahir, dilanjutkan pada umur 1 dan 3-6 bulan
2 Polio Polio diberikan pada saat kunjungan
pertama. Untuk bayi baru lahir di rumah
bersalin atau di rumah sakit diberikan pada
saat bayi pulang untuk menghindari
transmisi virus kepada bayi lain
3 BCG (Bacilus
Calmet Guirtnet)
Diberikan sejak lahir.
40

4 DPT (difteri
pertusis tetanus)
Diberikan pada umur > 6 minggu,dan
diberikan kembali pada umur 18 bulan, 5
tahun dan 12 tahun
5 Hib Diberikan umur 2 bulan dengan interval 2
bulan
6 Campak Campak 1 diberikan pada umur 9 bulan dan
capak 2 diberikan pada usia 6 Tahun.
7 MMR Diberikan pada 15 bulan
8 PVC Diberikan pada umur 2,4,6 bulan dan umur
1 tahun
9 Influenza Umur < 8 tahun yang mendapat vaksi
influenza pertama kali harus mendapat 2
dosis dengan interval minimal 4 minggu
10 Hepatitis A Hepatitis A diberikan pada umur 2 tahun di
beri sebanyak dua kali dengan interval 6-12
bulan
11 Tifoid Diberikan pada umur dua tahun dan diulangi
setiap tiga tahun


7. Riwayat tumbuh kembang pada anak
Pertumbuhan adalah perubahan secara psikologis sebagai hasil dari
kematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak sehat
dalam waktu tertentu. Contohnya bertambah tinggi. Sedangkan perkembangan :
proses kematangan fungsi-fungsi non fisik. (Sujono, 2009)
A. USIA 0-1 TAHUN
Dalam perkembangan dan pertumbuhan anak, ada beberapa hal yang
sangat dibutuhkan, yaitu faktor kesehatan dan pemberian nutrisi (gizi) yang baik
yang dimulai sejak masa kehamilan ibu, rangsangan yang memadai baik dalam
hal kualitas rangsangan maupun kuantitasnya dan yang tak kalah pentingnya
adalah kasih sayang dari ibu atau pengasuh.
B. USIA 0-3 BULAN
41

Belajar mengangkat kepala sambil berbaring tengkurap.
Belajar mengikuti objek dengan matanya.
Melihat ke wajah orang dan tersenyum.
Bereaksi terhadap sumber suara/ bunyi.
Mengenal ibunya dengan penglihatan, penciuman, pendengaran dan kontak.
Menahan barang yang dipegangnya.
Bereaksi dengan mengoceh.
Duduk dengan bantuan.
C. USIA 3-6 BULAN
Mengangkat kepala 90 dan mengangkat dada dengan bertopang tangan.
Meraih benda-benda dalam jangkauannya atau di luar jangkauannya.
Memasukkan benda-benda ke mulutnya.
Berusaha memperluas lapangan pandangan.
Tertawa dan menjerit karena gembira bila diajak bermain.
Berusaha mencari benda-benda yang hilang.
D. USIA 6-9 BULAN
Mulai tumbuh gigi pertama, dan pada usia 12 bulan biasanya sudah tumbuh 6
gigi.Namun ada juga anak yang gigi pertamanya baru tumbuh pada usia 12
bulan.
Duduk tanpa dibantu.
Dapat tengkurap dan terbalik sendiri.
Dapat merangkak meraih benda atau mendekati seseorang.
Memindahkan benda dari satu tangan ke tangan lainnya.
Memegang benda kecil dan ibu jari dan jari telunjuk.
Bergembira dengan melempar benda-benda.
Bubling atau mengeluarkan kata-kata tanpa arti.
Mengenal anggota keluarga dan takut pada orang yang belum dikenal.
Mulai berpartisipasi dalam permainan tepuk tangan dan sembunyi-
sembunyian.
E. USIA 9 - 12 BULAN
Dapat berdiri sendiri tanpa dibantu.
42

Dapat berjalan dengan dituntun. Kebanyakan anak dapat berdiri beberapa
minggu sebelum mereka dapat berjalan. Biasanya anak dapat berjalan pada
usia kurang dari 1 tahun, namun variasinya berkisar antara 9-15 bulan.
Menirukan suara.
Mengulang bunyi yang didengarnya.
Belajar mengatakan satu atau dua kata.
Mengerti perintah sederhana atau larangan.
Mulai tertarik untuk mengeksplorasi sekitarnya, melihat semua hal,
menyentuh apa saja dan memasukkan benda-benda ke dalam mulut.
Berpartisipasi dalam permainan.
Takut berpisah dengan ibu atau figur lekat.
F. USIA 1-3 TAHUN (Pada anak usia prasekolah)
a) Motorik kasar
Mengendarai sepeda roda tiga, melompat dari langkah dasar, berdiri pada satu
kaki untuk beberapa detik, menaiki tangga dengan kaki bergantian. (Wong,
2003)
b) Motorik halus
Membangun menara dari 9 atau 10 kotak, membangun jembatan dengan 3 kotak,
secara benar masuk biji-bijian kedalam botol berleher sempit, dalam
menggambar menirukan lingkaran.(Wong, 2003)
c) Bahasa
Mempunyai perbendaharaan 900 kata, menggunakan kalimat lengkap dari 3
sampai 4 kata, bicara tanpa henti tanpa peduli apakah seseorang
memperhatikannya.
d) Kognitif
Berada dalam fase perceptual egosentrik dalam berpikir dan berprilaku, mulai
memahami waktu, bicara tentang masa lalu dan masa depan sebanyak masa
kini.
G. USIA 4-6 TAHUN
Saat memasuki usia 4 tahun, anak umumnya penuh dengan energi, lebih
banyak bertanya dan selalu rasa ingin tahu. Biasanya mental dan emosional ibu
43

akan teruji di masa ini, sehingga setiap hari akan menjadi suatu tantangan baru
bagi orang tua dan juga anak. ( Yupi, 2004 )
a) Tolak ukur perkembangan usia 4 tahun
Di usia ini, anak cenderung ingin memperlihatkan kepada oarng lain mengenai
sesuatu yang bisa dilakukannya. Secara konstan mereka akan mengungkapkan
perasaan aman dan ketidak nyamanan tentang lingkungannya. Mereka juga
cenderung menjadi seorang anak yang suka memerintah. Berikut beberapa
keterampilan yang biasa ditunjukan si kecil saat usia 4 tahun.
b) Kemampuan Sosial
Lebih memperlihatkan kemandirian. seperti mampu menyikat gigi dan
berpakaian sendiri. Cenderung banyak menuntut tetapi juga bersemangat untuk
diajak bekerjasama.Kadang berperilaku tidak sopan. Semakin kita bereaksi
emosional, maka semakin dia akan berkelakuan buruk. Anak ingin disukai dan
ingin menyenangkan teman-temanya, serta berharap memiliki teman dekat.
Mengerti tentang hal sehari-hari seperti makanan, uang dan konsep waktu.
Memiliki rasa kepemilikan, dimana ia akan memandang segala sesuatu sebagai
miliknya. Sudah memiliki rasa simpati dan rasa sedih ketika seseorang atau
apapun berada di dalam kesusahan atau kesedihan. Ini pulalah yang ia
harapkan dari orang disekitarnya ketika berada dalam situasi yang sama. Sadar
akan seksualitas dan memiliki rasa ingin tahu alami mengenai hal tersebut.
Memperlihatkan ketertarikan yang tinggi dalam bernyanyi, menari dan akting.
Penuh dengan ide imajinatif mencoba untuk membedakan antara khayalan dan
kenyataan.
c) Kemampuan Motorik
Memiliki koordinasi dan keseimbangan seperti orang dewasa juga kekuatan
otot untuk melakukan aktivitas yang lebih menantang. Cenderung lebih aktif
dan menyukai gerakan-gerakan, seperti memanjat, berayun, berjungkir balik
dan melompat. Gemar menulis, melukis, berlenggok bagaikan model,
melekatkan dan membangun struktur bangunan. Gambar tangannya umumnya
memperlihatkan semua unsur penting seperti mata, hidung dan mulut meskipun
memang tidak menyerupai persis gambar orang.
d) Kemampuan Berbahasa
44

Sudah bisa berhitung hingga angka sepuluh bahkan lebih. Mampu
menyebutkan paling tidak empat macam warna. Tak jarang anak akan
melontarkan kata makian yang sering didengarnya dari orang disekitarnya.
Tapi yang lebih disukainya adalah melihat perubahan wajah orang tuanya
ketika dia mengatakan kata tersebut. Sebaiknya jangan meresponnya terlalu
berlebihan.

2.4 Genogram
Terdiri dari 3 generasi bertujuan untuk melihat penyakit keturunan pada
anggota keluarga klien dan apakah ada keterkaitan dengan penyakit klien saat
ini.

2.5 Pola Aktivitas sehari-hari
1. Makanan
Makanan yang disukai/tidak disukai apa saja makanan yang disukai dan
tidak disukai klien serta alergi terhadap makanan tertentu. Pada saat apa
klien mau makan kesukaannya. Biasanya klien menggunakan alat
makan yang khusus atau tidak. Pola makan klien bagaimana dan jam
berapa saja. Bagaimana pola minum klien, apakah klien mau makan
sesukanya
2. Pola tidur
Bagaimana pola tidur klien dan berapa jam sehari. Bagaimana
kebiasaan klien sebelum tidur, apakah klien perlu mainan, dibacakan
cerita, benda yang dibawa saat tidur. Apakah klien suka tidur siang atau
tidak dan berapa jam pada saat tidur siang.
3. Mandi
Berapa kali klien mandi sehari, sebelum dan selama dirawat di rumah
sakit.

4. Aktifitas bermain
Bagiamana aktifitas bermain klien (didalam rumah/diluar rumah dan
dengan siapa saja).
45

5. Eliminasi
Bagaimana pola eliminasi klien (Buang Air Besar / Buang Air Kecil
berapa kali sehari) sebelum dan selama dirawat.



2.6 Pemeriksaan Fisik
b. Keadaan umum
1) Tingkat kesadaran
Kualitati : composmentis, apatis, somnolent,
sopor, soporocomatus, coma
Kuantitatif : Pediatric Coma Scale
a. Eye
Membuka mata spontan : 4
Rangsang verbal : 3
Dengan nyeri : 2
Tidak ada respon : 1
b. Motorik
Spontan : 6
Melokalisir nyeri : 5
Menjauhkan dari nyeri : 4
Flexi terhadap nyeri : 3
Extensi terhadap nyeri : 2
Tidak ada respon : 1
c. Verbal ( > 2 tahun)
Berorientasi : 5
Bingung : 4
Acuh : 3
Tidak komprehensif : 2
Tidak ada respon : 1
(Kalheleen 2007)

46

2) Tanda-tanda Vital
Tekanan darah : Normal (sitolik 75-115, diastolik 45-80)
Nadi : Menurun (Bradikardia relatif) < 100-160 x/
menit
Respirasi : Meningkat (30-40 x/ menit )
Suhu : Meningkat ( >38
O
C)
Berat badan : Usia (tahun) x 5 +17 = Berat Badan (pon)
pertambahan setiap minggu 140-200 gram
Tinggi badan : Usia (tahun) x 2 +30 = Panjang (inci)
pertambahan setiap bulan 2,5 cm
(Kalheleen, 2007)

c. Pemeriksaan fisik head to toe pada anak dengan Gizi Kurang
1) Kepala
Dikaji mengenai bentuk kepala, warna rambut distribusi rambut,
adanya lesi atau tidak, hygiene, apakah ada hematoma.
2) Mata
Pada klien dengan bronkopneumonia biasanya didapatkan sklera
berwarna merah dikarnakan adanya peningkatan suhu tubuh, kaji
reflek cahaya, konjungtiva anemis atau tidak, pergerakan bola mata.
3) Telinga
Dikaji mengenai bentuknya simetris atau tidak, kebersihan dan tes
pendengaran.
4) Hidung
Dikaji apakah di hidung terdapat polip, nyeri tekan kebersihan
hidungnya, pernafasan cuping hidung, fungsi penciuman.
5) Mulut
Kaji warna bibir, mukosa bibir nya lembab atau tidak, biasanya jika
bronkopneumonia akibat meningkatnya suhu tubuh maka mukosa
bibir akan kering dan kaji reflek mengisap, reflek menelan.

6) Dada
47

Paru paru
Inspeksi : Irama nafas teratur, penggunaan otot bantu napas,
simetris, jumlah nafas, penggunaan alat bantu
nafas
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkus : Sonor
Auskultasi : Suara paru normal
Jantung
Inspeksi : Tidak ada pembesaran pada dada sebelah kiri
Perkusi : Suara jantung terdengar redup
Auskultasi : Nada S1 S2 dan lub dup
7) Abdomen
Inspeksi : Bentuk, lesi
Palpasi : Turgor kulit <3 detik
Perkusi : Suara abdomen timpani
Auskultasi : Bising usus meningkat (normal 4-9x/menit)
8) Ekstremitas
Biasanya akan di dapatkan data pergerakan sendi terbatas karena
terjadi nyeri sendi, kelelahan, kelemahan dan malaise, CRT <2 detik
dan keluhan.
9) Genetalia dan anus
Kaji kelengkap (laki laki: penis, skrotum, perempuan: labia minora,
labia mayora, klitoris.), fungsi buang air besar dan fungsi buang air
kecil.

2.7 Riwayat Psiko-sosial-spiritual
1. Data Psikologis
Perlu diakaji kecemasan pada orang tua sehubungan dengan penyakit
yang dialami oleh anaknya.
2. Data Spiritual
Data ini menyangkut tentang kepercayaan dan keyakinan orang tua anak
terhadap Tuhan.
48


2.8 Data penunjang
Berbagai pemeriksaan penunjang pada Pasien Gizi Kurang adalah:
Untuk menegakkan diagnosa kirang gizi bisa kita lihat melalui
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium :
Dari pemeriksan fisik yang pertama adalah inspeksi, dapat kita
lihat fisik pemderita secara umum seperti yang telah dijelaskan di
atas
Pemeriksaan laboratorium ada beberapa hal yang penting
diperhatikan berupa
Tes kesehatan (HB, glukosa, protein serum, albumin )
Kadar enzim pencernaan
Pemeriksaan tinja & urin
Pemeriksaan lain adalah : foto thorak, dan EKG.
Perubahan yang paling khas adalah penurunan konsentrasi albumin
dalam serum. Ketonuria lazim ditemukan pada tingkat awal karena
kekurangan makanan, tetapi sering kemudian hilang pada keadaan
penyakit lebih lanjut.
Kadar glukosa darah yang rendah, kadan asam amino dalam
plasma dapat menurun, jika dibandingkan dengan asam-asam amino yang
tidak essensial dan dapat pula ditemukan aminoasiduria meningkat. Kerap
kali juga ditemukan kekurangan kalium dan magnesium. Terdapat juga
penurunan aktifitas enzim-enzim dan pankreas dan cantin oksidase, tetapi
kadarnya akan kembali menjadi normal segera setelah pengobatan dimulai.

2.9 Therapi
1. Diet dan Therapi
Pemeriksaan Gizi kurang adapun cara mengatasi gizi kurang menurut
Ngastiyah (2000) dalam Berita Kedokteran Masyarakat, Vol. 24, No. 2,
Juni 2008, adalah :
Pemberian makanan TKTP dengan ukuran yang telah dianjurkan
dan diberikan secara bertahap.
49

Tetap memberikan ASI sesuai dengan aturan secara terus-menerus
bagi ana dibawah usia 2 tahun.
Pemberian makanan tambahan
Pemberian terapi cairan dan elektrolit bila perlu
Kontrol berat badan secara rutin
Berikan obat/ vitamin sesuai dengan anjuran pengobatan
Penyuluhan tentang gizi seimbang terutama bagi orang tua yang
memiliki anak balita.
























50






2.10 Analisa data
Tabel 2.3 Analisa Data

No Data Etiologi Masalah
1 DS :


DO:

marasmus

asupan kalori dan nutrisi tidak
adekuat

keb. Tubuh terus meningkat

cadangan makanan di ambil
dari lemak bawah kulit

keb. Nutrisi dan kalori tidak
terpenuhi

Defisiensi nutrisi dan kalori
Gangguan pumbuhan dan
perkembangan
Gangguan
pertumbuhan dan
perkembangan
2



DS :
Orang tua klien
mengatakan anaknya
lemas
marasmus

asupan kalori dan nutrisi tidak
adekuat
ketidak
seimbangan
volume cairan

51

No Data Etiologi Masalah




DO:
- Klien bedrest
- Klien tidak
mampu
melakukan ADL
secara mandiri
- Kien tampak
lemas
- Klien tidak
bermain ceria


absorbsi nutrisi di usus
berkurang

diare

ketidak seimbangan volume
cairan




3









4

DS: orang tua klien
mengatakan tidak
tahu tentang makanan
yang baik dan cukup
gizi untuk anak
DO:
- Orang tua pasien
bingung tentang
makanan yang
baik dan sehat
DS :
Orang tua klien
mengatakan anaknya
sulit makan, mual

DO:
- Klien tampak
kurus
- klien tampak
lemas
Kondisi sakit

Minim inpormasi

Kurang pengetahuan





kwasiokor

asupan nutrisi dan protein tidak
adekuat

kebutuhan nutrisi terus
meningkat

nutrisi jaringan dan sel tubuh
menurun
Kurang
pengetahuan








nutrisi kurang dari
kebutuhan
52

No Data Etiologi Masalah
- Makanan habis
porsi


nutrisi kurang dari kebutuhan



2.11 Diagnosa keperawatan
1. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan
2. Ketidak seimbangan volume cairan
3. Kurang pengetahuan orangtua berhubungan dengan kurang informasi
tentang kebutuhan gizi
4. Nutrisi kurang dari kebutuhan asupan nutrisi dan protein tidak adekuat












53









BAB III
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas Klien
Nama : An. S
Umur : 1 Tahun 5 Bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku Bangsa : Sunda
Pendidikan : Belum Sekolah
Pekerjaan : Belum Bekerja
Status Perkawinan : Belum Kawin
Alamat : Margasuka RW 07 Cibolerang
Diagnosa : Gizi Kurang
3.1.2 Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. I
Umur : 28 Tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Margasuka RW 07 Cibolerang
54

Hubungan dengan klien : Ayah
3.2 Riwayat Kesehatan Klien
1. Keluhan Utama
Ibu klien mengatakan anaknya terlihat lemas
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Orang tua klien mengatakan anaknya sering sakit-sakitan. Nafsu
makan anaknya berkurang. An. S terlihat kurang bersemangat.
3. Riwayat kesehatan dahulu
Ibu klien mengatakan 3 bulan terakhir An. S sering sakit-sakitan,
seperti demam, batuk dan flu. Saat An. S sakit,nafsu makan nya
berkurang
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu klien mengatakan dikeluarga tidak mempunyai penyakit keturunan
seperti, Hipertensi, Diabetes, Jantung dan tidak mempunyai penyakit
menular seperti Tuberculosis (TBC).
5. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
a. Prenatal : Klien adalah anak ke pertama dan ibu klien
memeriksakan kehamilan ke bidan secara rutin dan
mendapat suntik TT sebanyak 2 kali
b. Intra Natal : Klien lahir dengan berat badan rendah
2700gram dengan usia kehamilan kurang dari 9
bulan
c. Post Natal : Klien lahir 1 tahun lalu, tidak ada keluhan hanya
lahir dengan berat badan rendah 2700 gram
6. Riwayat Imunisasi
Orang tua klien mengatakan immunisasi klien lengkap sesuai usia
klien
a. Usia 1 bulan : BCG, HEPATITIS B1 26 febuari 2013
b. Usia 2 bulan : POLIO I, DPT I, HEPATITIS B2 26 maret
2013
c. Usia 3 bulan : POLIO II, DPT II 23 april 2013
55

d. Usia 4 bulan : POLIO III, DPT III 28 mei 2013
e. Usia 9 bulan : CAMPAK 29 oktober 2013
7. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan An.S
Umur 1 tahun 5 bulan ( Usia bermain/todler )
- Tersenyum spontan
- Tengkurep dengan kepala diangkat
- Duduk tanpa bantuan
- Menjimpit
- Berjalan sendiri
- Mengucapkan 4-6 : Ma..ma..ma..ma

3.3 Genogram
56


57

Keterangan :
= Laki laki = Garis keturunan
= Perempuan = Ikatan pernikahan
= Klien


3.4 Pola Aktivitas Sehari-hari
No Jenis aktivitas Sebelum sakit Selama sakit
1. Pola makan dan
minum
Makan
Jenis makanan
Frekuensi
Jumlah
Bentuk
Makanan
pantangan
Keluhan
Minum
Jenis minuman
Frekuensi
Jumlah
Keluhan


Padat / nasi
3 x 1 hari
1 porsi
Padat
Tidak ada




Air putih / Susu
6 x
500 ml
Tidak ada




Nasi biasa
3 x 1 hari
porsi
Padat
Tidak ada


Tidak nafsu makan

Air putih
5x
350ml
Tidak ada
2. Pola eliminasi BAB
dan BAK







58

BAB
Frekuensi
Jumlah
Konsistensi
Warna
Bau
Keluhan

BAK
Frekuensi
Jumlah
Warna
Bau
Keluhan

1 hari 1x
Sedang
Lunak
Kuning
Khas
Tidak ada


8 x 1 hari
50 cc
Kuning
Khas
Tidak ada


1 hari 1x
Sedang
Lunak
Kuning
Khas
Tidak ada


6 x 1 hari
35 cc
Kuning
Khas
Tidak ada
3. Pola Istirahat dan
Tidur
Siang
(Waktu, lama,
kualitas, keluhan)

Malam
(Waktu, lama,
kualitas, keluhan)


2 jam, kualitas baik
tidak ada keluhan


8 jam, kualitas baik,
tidak ada keluhan


1 jam, kualitas
sedang, kadang
menangis tiba tiba

7 jam, kualitas
sedang, kadang
terbangun di malam
hari

4. Personal Hygiene
Mandi
Cuci rambut
Gosok gigi
Ganti pakaian
Gunting kuku

2 x 1 hari
Setiap hari
-
2 x 1 hari
Sepanjangnya

2 x sehari
2 hari 1x
-
2 x 1 hari
Sepanjangnya
59

Gangguan

Tidak ada Tidak ada
5. Pola Aktivitas Aktif bermain
dengan teman-
temannya
Kurang aktif, lebih
banyak diam
dirumah



3.5 Pemeriksaan Fisik
3.4.1 Keadaan Umum
a. Tingkat Kesadaran
Kualitatif : Compos Mentis
Kuantitatif : E : 4, V : 5, M : 6
b. Antropomentri
Tinggi badan : 70 cm
Berat badan : 6500 gram (berat badan normal anak
perempuan 1,5 tahun menurut WHO adalah
7,9kg)
c. Tanda tanda Vital
Tekanan Darah : -
Suhu : 37C
Nadi : 87 X / menit
Respirasi : 24 X / menit
3.4.2 Pemeriksaan Fisik Head to Toe
a. Kepala dan Rambut
Inspeksi : Bentuk normal, warna rambut agak merah,
distribusi merata, bersih, tidak ada lesi
Palpasi : Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
b. Mata
60

Inspeksi : Bentuk mata kiri dari kanan simetris,
konjungtiva anemis, tidak terdapat odema
pada palpebra, klien dapat mengedip,
melirik kiri kanan, reflek pupil terhadap
cahaya positif, kelenjar air mata baik, pada
saat menangis keluar air mata
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
c. Hidung
Inspeksi : Bentuk hidung simetris, lubang hidung
tampak bersih, tidak ada sekret, tidak ada
nyeri tekan, fungsi penciuman baik klien
dapat mencium aroma susu
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan


d. Telinga
Inspeksi : Bentuk daun telinga simetris, kiri dan kanan
terlihat bersih, tidak terdapat serumen pada
lubang telinga, fungsi pendengaran baik
terbukti bila dipanggil klien melirik.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, reflek suara
menggunakan garpu tala (+)
e. Mulut
Inspeksi : Bibir simetris atas bawah terlihat kering
tidak terdapat luka, mulut dan gusi tidak
terdapat stomatis,ada nya gigi susu atas dan
bawah jumlah 2 : 2
f. Leher
Inspeksi : Tidak terdapat pembesaran KGB, tidak
terdapat kaku kuduk, JVP tidak meninggi
61

dapat menggerakan lehernya kekiri dan
kekanan, refleks menelan baik.
Palpasi : Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid
dan kelenjar getah bening
g. Dada
Paru Paru
Inspeksi : Bentuk simetris, warna kulit merata,
pengembangan dada seimbang
Auskultasi : Tidak ada suara tambahan, irama nafas
teratur
Perkusi : Terdapat suara resonan

h. Jantung
Inspeksi : Pengembangan dada teratur
Auskultasi : Irama jantung teratur lup dup
Perkusi : Terdapat suara redup
i. Punggung
Inspeksi : Tidak terdapat lesi di daerah punggung
j. Abdomen
Inspeksi : Bentuk abdomen datar dan lembut, tidak
terdapat kelainan kulit atau luka, bising usu
15x/menit, palpasi terdapat elastisitas otot
perut kendur.
Auskultasi : Bising usus 7x/menit
Perkusi : Terdapat suara timpani
Hati : Tidak terdapat pembesaran hati dan nyeri
Limfe : Tidak terdapat pembesaran limfe
k. Genetalia
Inspeksi : Terdapat labia mayora dan minora,
kebersihan bersih tidak ada lesi
l. Anus
62

Inspeksi : Bersih, tidak ada lesi

m. Kulit
Inspeksi : Lembab, persebaran bulu merata, warna
rata
o. Ekstremitas Atas
Inspeksi : Bentuk tangan kanan dan kiri simetris,
jumlah jari 5/5, tidak ada kelainan, ROM


p. Ekstremitas Bawah
Inspeksi : Bentuk kaki kanan dan kiri simetris,
jumlah jari 5/5, tidak ada kelainan,
pergerakan bebas, ROM


Palpasi : Pergerakan bebas tapi agak lemas, refleks
babinsky negatif.

3.5 Data Psiko Sosial Spiritual
1. Data Psikologis
Pengaruh penyakit terhadap psikologis
Ibu klien mengatakan khawatir akan keadaan anaknya

Persepsi klien terhadap penyakit
Ibu klien tidak mengetahui penyebab sakit anaknya. Ia berharap
anaknya cepat sembuh dari penyakitnya

Harapan klien terhadap pelayanan keperawatan
Ibu klien mengatakan sangat besar harapannya dengan perawat
kesehatan yang bisa merawat siapa saja tanpa melihat status
5 5
5 5
5 5
5 5
63

ekonomi dan sosialnya serta melakukan tindakan secara cepat dan
tepat



2. Data Sosial
Klien anak pertama dari pasangan Tn.I dan Ny.E. Pendidikan
terakhir TN. I dan Ny. E adalah SMP. Hubungannya dengan
anggota keluarga lainnya sangat baik, begitu juga dengan tetangga
dan teman sebayanya terlihat suka bermain bersama
Peran dan fungsi klien dalam keluarga
Klien adalah anak pertama dan bagi orangtua dan keluarganya
klien sebagai penghibur dengan tingkah lakunya

3. Data Spiritual
(Kegiatan keagamaan dan persepsi klien terhadap agama serta
hubungannya dengan kesehatan / keyakinan akan kesembuhan)
Ibu klien beragama islam beliau percaya dengan berdoa, solat 5 waktu
dan berobat ke puskesmas anaknya bisa sembuh seperti dulu lagi

3.6. Analisa Data
No DATA SENJANG ETIOLOGI PROBLEM
1 DS : Ibu klien mengatakan
klien tidak nafsu makan.
Frekuensi makan 3x/hari,
dengan porsi rata-rata
porsi.
DO : Klien nampak, lemas tidak
bersemangat
BB : 6,5 kg
TB : 70 cm
Nafsu makan
berkurang



Zat gizi yang
diterima kurang


Gangguan
kebutuhan nutrisi
64

LLA : 13,25 cm
N : 100x/menit
R : 20x/menit
S : 36 C
Rambut nampak kemerah-
merahan.


Gangguan
kebutuhan nutrisi
2 DS : Keluarga mengatakan
tidak mengetahui penyebab
sakitnya An. S
DO : Pendidikan terakhit Tn. I
dan Ny. E adalah SMP
Pendidikan
keluarga rendah


Kurangnya
pengetahuan
tentang makanan
bergizi untuk
anaknya
Kurangnya
pengetahuan
keluarga
3 DS : Ny. E mengatakan bahwa
anaknya terlihat lemas
DO : An. S terlihat lemas dan
kurang aktif
Asupan nutrisi
kurang adekuat

Metabolisme
menurun

Energi tidak
adekuat

Gangguan
aktifitas fisik
Gangguan
aktifitas fisik

3.7 Diagnosa keperawatan
1. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berrhubungan dengan nafsu
makan yang berkurang
65

2. Kurangnya pengetahuain keluarga berhubungan dengan pendidikan
keluarga yang rendah
3. Gangguan aktifitas fisik berhubungan dengan asupan nutrisi kurang
adekuat
BAB IV
KESIMPULN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Dari penelitian yang saya lakukan dapat disimpulkan bahwa Ny.E kurang
mengetahui tentang kebutuhan gizi pada anak sehingga mengakibatkan anak nya
kurang gizi dan kurang nya pengetahuan tentang gizi ini meliputi jenis makanan
kebutuhan gizi pada anak dan penyajian makanan yang menarik untuk anak, yang
mengakibatkan anak sulit makan atau tidak nafsu makanan
4.2 Saran
Untuk lebih meningkatkan kesadaran orang tua tentang gizi kurang maka
peneliti menyarankan kepada :
4.2.1. Penyedia Pelayanan Kesehatan Setempat Puskesmas
Dikarenakan hasil penelitan menunjukan kurang nya pengetahuan orang
tua masih rendah maka dilakukan nya pencegahan dan pendataan berupa
penyuluhan kesehatan kepada masyarakat berupa informasi tentang jenis makanan
dan kecukupan gizi pada anak serta pendataan berupa penimbangan berat badan
secara rutin dan cara penghitungannya menurut antropometri kepada masyarakat,
sehingga masyarakat mampu mengukur apakah anak nya mengalami kekurangan
gizi atau tidak.
4.2.2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya
mengenai gizi kurang pada balita.
66





DAFTAR PUSTAKA

Kusharisupeni, 2007. Gizi dalam Daur Kehidupan (Prinsip-Prinsip Dasar).
Dalam: Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia, 2007. Gizi dan Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: P.T. RajaGrafindo Persada.

Waryana 2010, Gizi Resproduksi, Pustaka Rihana, Yogyakarta.

Almatsier, S, 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Umum.
Jakarta.

Soegianto, Benny dkk.2007.Penilaian Status Gizi dan Buku Antropometri
WHONCHS. Surabaya:Duta Prima Airlangga.

Almatsier, S. (2005). Prinsip Dasar Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Hartriyanti, Y., & Triyanti. 2007. Penilaian Status Gizi, dalam Gizi dan
Kesehatan Masyarakat. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta

Supariasa. (2001). Gizi dalam Masyarakat. Jakarta: PT. Elex Media

Gibson, R.S., 2005. Principle of Nutritional and Assessment. Oxford University
Press. Newyork :625.

Baliwati, Y. F. (2004). Pengantar Pangan dan Gizi, Cetakan I. Jakarta: Penerbit
Swadaya.

67

Susilowati. (2008). Pengukuran Status Gizi dengan Antropometri Gizi.

http://www.eurikaindonesia.org/wp-content/uploads/antropometri-gizi-

Nursalam, Dkk. (2005). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak, Jakarta : Salemba
Medika

Sudijono, Anas. 2009. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers
Wong, Donna L. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC. 2003
Supartini, Yupi. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta:
EGC.

Ngastiyah. (2000). Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai