PENDAHULUAN
Pre opeasi adalah tahap yang dimulai ketika ada keputusan untuk
dilakukan intervensi bedah dan diakhiri dengan pasien dikirim ke meja operasi.
Kesalahan yang dilakukan pada tahap ini akan berakibat fatal pada tahap
pengobatan atau prosedur di rumah sakit. Sumber kecemasan pada pasien yang di
rawat dapat berupa penyakit yang di derita, perasaan kesepian, rasa takut
mengenai ajal, lingkungan seperti pencahayaan yang terus menerus, suara alat
yang terdengar sepanjang waktu, serta kesiagaan dari petugas medis (Wijayanti,
2016). Menurut Efendi (2008, dalam Sari, 2017) mengungkapkan bahwa dalam
yang akan berakibat meningkatkan tekanan darah, dada sesak, serta emosi tidak
stabil. Akibat dari kecemasan pasien pre operasi yang sangat hebat maka ada
diantaranya, yaitu: Visual Analoge Scale for Anxiety (VAS-A), VAS didasarkan
pada skala 100 mm berupa garis horizontal, dimana ujung sebelah kiri
maksimal. Hamilton Ratting Scale for Anxiety (HRS-A) Cara penilaian HRS-A
dengan sistem skoring yaitu : skor 0 = tidak ada gejala, skor 1 = ringan (satu
gejala), skor 2 + sedang (dua gejala), skor 3 = berat )lebih dari 2 gejala), skor 4 =
sangat berat (semua gejala). Bila skor <14 = tidak kecemasan, skor 14-20 = cemas
ringan, skor 21-27 = cemas sedang, skor 28-41 = cemas berat, skor 42-56 = panik.
kecemasan seseorang yang dirasakan saat ini dan kecemasan yang dirasakan
selama ini. Visual Numeric Rating Scale of Anxiety (VNRS-A) yaitu pasien
VNRS-A menggunakan skala dari 0-10, dimana 0 menyatakan tidak cemas, 1-3
cemas ringan, 4-6 cemas sedang, 7-9 cemas berat, dan 10 menunjukan tingkat
panic (Fajriati, 2013; Liza 2014). Alat ukur diperlukan dalam mengukur
kecemasan seseorang, karena dengan menggunakan alat ukur kecemasan, kita bisa
menilai tingkat kecemasannya, apakah termasuk tingkat kecemasan ringan,
dengan tindakan operasi dari data WHO tahun 2012 bahwa dari tahun ke tahun
jumlah pasien operasi mengalami peningkatan. Pada tahun 2012 terdapat 148 juta
jiwa pasien di seluruh Rumah Sakit di dunia yang mengalami tindakan operasi,
sedangkan di Indonesia sebanyak 1,2 juta jiwa pasien mengalami tindakan operasi
sedang 59,4%, dan yang mengalami kecemasan berat 12,5%. Hal tersebut
lebih (Maryati, 2016). Sedangkan terapi non farmakologi seperti teknik distraksi,
teknik relaksasi, terapi music, terapi murotal dan terapy menggunakan
berupa tindakan mandiri oleh perawat, seperti tindakan relaksasi dan distraksi.
Salah satu teknik distraksi yang dapat digunakan untuk mengatasi kecemasan
Murotal merupakan salah satu music yang memiliki pengaruh positif bagi
tartil dan benar, akan mendatangkan ketenangan jiwa. Lantunan ayat- ayat Al-
penyembuhan dan alat yang paling mudah dijangkau. Terapi pembacaan Al-
frontal yang dapat memberikan rasa tenang dan nyaman. Sel akan merangsang
rasa rileks (Hera, 2012), terapi murotal dapat menyebabkan otak memancarkan
gelombang delta yang menimbulkan rasa tenang (Assegaf, 2013). Kini telah
ataupun nyeri, salah satunya adalah terapy murotal yang dapat mengurangi tingkat
Berdasarkan hal tersebut maka dari itu penyusun tertarik untuk melakukan
B. Rumuan Masalah
surat Ar- Rahman dapat menurunkan tingkat kecemasan pada pasien pre
operasi ?
1. Tujuan Umum
Menggambarkan terapi murotal Al-Qur’an surat Ar-Rahman untuk
2. Tujuan Khusus
1. Masyarakat
3. Penulis