Anda di halaman 1dari 30

No Soal 61

Nama Kelompok 1. Anisa Nur Ratnasari (117004)


2. Desi Damayanti (117008)
3. Dianti Nirmala (117010)
4. Iis Rosita (117015)
5. Ilham Syukur (117016)
6. Lia Kamila (117020)
7. Reni Desriyani (117031)
8. Tia Monica (117037)
9. Yusuf Nazmudin (117044)
Stase Maternitas
Kasus (Vignette) Seorang perempuan usia 30 tahun, G1P0A0 datang ke klinik
bersalin dengan keluhan mules mules yang semakin kuat dan
sering serta keluar cairan bening dan lendir darah. Hasil
pengkajian: DJJ 140x/menit, skala nyeri 9 saat his datang, his
2 kali dalam 10 menit dengan durasi 30-40 detik, pembukaan
4 cm. Apakah masalah keperawatan yang menjadi prioritas?

A. Resiko infeksi persalinan


B. Resiko kurangnya volume cairan
C. Resiko terjadinya persalinan lama
D. Nyeri persalinan
E. Resiko perdarahan
Kunci Jawaban : D. Nyeri persalinan
Tinjauan Kasus Diagnosa Keperawatan
Materi Kasus Nyeri Akut
Definisi : pengalaman sensori dan emosional tidak
menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan actual
atau potensial, atau yang digambarkan sebagai kerusakan,
awitan yang tiba-tiba atau lambat dengan intensitas ringan
hingga berat, dengan berakhirnya dapat diantisipasi atau
diprediksi, dan dengan durasi kurang dari 3 bulan.
Batasan karakteristik :
 Perilaku ekspresif
 Ekspresi wajah nyeri
 Laporan tentang perilaku nyeri/perubahan aktifitas
 Perilaku distraksi
Factor yang berhubungan :
 Agens cedera biologis
 Agens cedera kimiawi
 Agens cedera fisik
Referensi Herdman, T. Heather. (2018). NANDA-I Diagnosis
Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2018-2020. Jakarta:
EGC.

No Soal 62
Nama Kelompok 1. Anisa Nur Ratnasari (117004)
2. Desi Damayanti (117008)
3. Dianti Nirmala (117010)
4. Iis Rosita (117015)
5. Ilham Syukur (117016)
6. Lia Kamila (117020)
7. Reni Desriyani (117031)
8. Tia Monica (117037)
9. Yusuf Nazmudin (117044)
Stase Maternitas
Kasus (Vignette) Seorang perempuan berusia 20 tahun, G1P0 ke UGD dengan
keluhan nyeri perut dan perdarahan. Tekanan darah 100/70
mmHg, denyut nadi 24 x/menit, frekuensi napas 80 x/menit,
usia kehamilan 20 minggu, ada kontraksi, dan terdiagnosa
intrauterine fetal distress. Lalu dilakukan section caesaria atas
indikasi permintaan pasien karena tidak kuat nyeri kontraksi.
Apakah pelanggaran etik yang terjadi pada kasus tersebut?

A. Justice
B. Autonomy
C. Privacy
D. Veracity
E. Beneficence
Kunci Jawaban : E. Beneficence
Tinjauan Kasus Pengkajian Keperawatan
Materi Kasus Secara lebih luas, teori deontology dikembangkan menjadi 5
prinsip penting yaitu :
1. Kemurahan hati (beneficence)
Prinsip kemurahan hati adalah tanggung jawab untuk
melakukan kebaikan yang menguntungkan pasien dan
menghindari perbuatan yang merugikan atau
membahayakan pasien.
2. Keadilan (justice)
Prinsip dari keadilan menurut Beaucham dan Childress
menyatakan bahwa mereka yang sederajat harus
diperhatikan sederajat, sedangkan yang tidak sederajat
diperlakukan secara tidak sederajat, sesuai dengan
kebutuhan mereka.
3. Otonomi
Prinsip otonomi menyatakan bahwa setiap individu
mempunyai kebebasan menentukan tindakan atau
keputusan berdasarkan rencana yang mereka pilih.
4. Kejujuran (veracity)
Prinsip kejujuran didefinisikan sebagai menyatakan
hal yang sebenarnya dan tidak bohong.
5. Ketaatan (fidelity)
Prinsip ketaatan didefinisikan sebagai tanggung jawab
untuk tetap setia pada suatu kesepakatan.
Referensi IKAPI. (1995). Pengantar Etika Keperawatan. Yogyakarta:
Kanisius.

No Soal 63
Nama Kelompok 1. Anisa Nur Ratnasari (117004)
2. Desi Damayanti (117008)
3. Dianti Nirmala (117010)
4. Iis Rosita (117015)
5. Ilham Syukur (117016)
6. Lia Kamila (117020)
7. Reni Desriyani (117031)
8. Tia Monica (117037)
9. Yusuf Nazmudin (117044)
Stase Maternitas
Kasus (Vignette) Seorang perempuan berusia 35 Tahun, P4A0 di Recovery
room post sectio caesaria. Satu jam setelah melahirkan,
perawat melakukan pengkajian terhadap fundus uteri, dan
didapati fundus uteri lembek, kontraksi lemah dan lokhea
sangat banyak. Apakah tindakan yang paling tepat dilakukan
oleh perawat?

A. Pemasangan infus Oksitosin 10 UI.


B. Berikan posisi miring kepada pasien
C. Persiapkan operasi darurat histerektomi
D. Lakukan teknik kompresi fundus
E. Lakukan massage pada fundus uteri setiap 5 menit
Kunci Jawaban : E. Lakukan massage pada fundus uteri setiap 5 menit
Tinjauan Kasus Intervensi Keperawatan
Materi Kasus Pada kala IV hal-hal yang perlu diperhatikan adalah kontraksi
uterus sampai uterus kembali ke bentuk normal. Kontraksi
uterus mutlak diperlukan untuk mencegah terjadinya
perdarahan. Bila dalam waktu 15 menit uterus tidak
berkontraksi dengan baik, maka akan terjadi atonia uteri. Oleh
karena itu, diperlukan tindakan rangsangan taktil (masase)
fundus uteri (Asrinah, 2010). Sesudah pelahiran, rahim akan
memulai proses involusi atau kembali ke keadaan sebelum
hamil. Masase uterus menyebabkan rahim berkontraksi
sehingga menutup pembuluh darah yang terbuka pada daerah
plasenta (mencegah perdarahan hebat dan mempercepat
pelepasan rahim ekstra). Dengan berkontraksinya rahim akan
menjaga uterus tetap kencang sehingga dapat mempercepat
uterus kembali ke keadaan sebelum hamil (Simkin, 2007).
Fenomena proses involusi terutama tentang penurunan tinggi
fundus uteri pada ibu pasca persalinan dialami secara berbeda-
beda, meskipun secara teoritik tinggi fundus uteri tidak akan
teraba lagi pada hari yang ke-10. Namun, kenyataan di klinik
masih banyak postpartum pada hari ke-10 tinggi fundus
uterinya masih dapat diraba di atas tulang simpysis pubis
(Reeder, 1997).
Referensi Simkin, Penny. (2007). Panduan Lengkap Kehamilan
Melahirkan dan Bayi. Jakarta: Arcan

No Soal 64
Nama Kelompok 1. Anisa Nur Ratnasari (117004)
2. Desi Damayanti (117008)
3. Dianti Nirmala (117010)
4. Iis Rosita (117015)
5. Ilham Syukur (117016)
6. Lia Kamila (117020)
7. Reni Desriyani (117031)
8. Tia Monica (117037)
9. Yusuf Nazmudin (117044)
Stase Maternitas
Kasus (Vignette) Seorang perempuan berusia 15 tahun, G1P0, dibawa ke UGD
bersama ibunya dengan keluhan perdarahan. Dari hasil
pengkajian: Tekanan darah 110/70 mmHg, frekuensi nadi 22
x/menit, frekuensi napas 80 x/menit, usia kehamilan 20
minggu, kontraksi lemah, tidak teraba gerakan janin dan tidak
terdengar bunyi jantung janin. Apakah tindakan yang utama
dilakukan pada pasien tersebut?

A. Membantu pertolongan persalinan dengan vaccum/forcep


B. Kolaborasi pemberian oksitosin untuk memicu kontraksi
C. Membantu pertolongan persalinan tanpa alat
D. Kolaborasi pemberian kontrasepsi hormonal
E. Kolaborasi untuk operasi section caesaria segera
Kunci Jawaban : B. Kolaborasi pemberian oksitosin untuk memicu kontraksi
Tinjauan Kasus Implementasi Keperawatan
Materi Kasus Induksi persalinan dapat dianjurkan apabila keselamatan ibu
atau janin menuntut pengakhiran kehamilan. Indikasi induksi
persalinan : pre-eklampsia, eklampsia, kelainan hipertensif,
pelepasan plasenta, ketuban pecah dini, kematian janin
intrauterin, hidramnion yang berksitan dengan kelainan janin,
diabetes melitus, amnionitis, dan kehamilan memanjang yang
disertai dengan kegagalan fungsi plasenta. Kontraindikasi
meliputi penyulit-penyulit obstetrik yang memerlukan sectio
caesarea, kelainan letak janin, gawat janin, plasenta pervis,
dan peregangan uterus yang berlebihan.
Pemberian oksitosin akan merangsang kontraksi otot uterus
dengan ritme tertentu tergantung pada besarnya dosis yang
diberikan. Kerja oksitosin pada uteri ini juga dipengaruhi oleh
adanya hormon estrogen dan progesteron serta ion-ion Ca,
Mg, dan K.
Referensi Supriyadi, Teddy dan Johanes Gunawan. (1994). Kapita
Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC

No Soal 65
Nama Kelompok 1. Anisa Nur Ratnasari (117004)
2. Desi Damayanti (117008)
3. Dianti Nirmala (117010)
4. Iis Rosita (117015)
5. Ilham Syukur (117016)
6. Lia Kamila (117020)
7. Reni Desriyani (117031)
8. Tia Monica (117037)
9. Yusuf Nazmudin (117044)
Stase Maternitas
Kasus (Vignette) Seorang perempuan usia 32 tahun, P1A0 di kamar bersalin,
tampak lemas setelah lahir plasenta, uterus teraba lembek,
tidak ada kontraksi uterus, dan perdarahan pervaginam lebih
dari 500 cc. Apakah tindakan yang harus dilakukan
selanjutnya?

A. kompresi bimanual internal


B. kompresi bimanual ekternal
C. manual plasenta
D. suntik oksitosin
E. reposisi uteri
Kunci Jawaban : A. kompresi bimanual internal
Tinjauan Kasus Implementasi Keperawatan
Materi Kasus Kompresi bimanual internal (KBI) dan kompresi bimanual
eksternal (KBE) bertujuan untuk menjepit pembuluh darah
dalam dinding uterus serta merangsang miometrium untuk
berkontraksi. KBI harus segera dilakukan apabila uterus tidak
berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan rangsangan
taktil (massage) pada fundus uteri. KBI dan KBE dikerjakan
dengan disertai pemberian cairan infus yang ditambahkan
uterotonika (oksitosin) di dalamnya. Bila kompresi bimanual
pada uterus tidak berhasil dan perdarahan tetap terjadi
dilakukan kompresi aorta abdominalis (KAA), cara ini
dilakukan pada keadaan darurat.
Referensi Diana, Sulis dkk. (2019). Buku Ajar Asuhan Kebidanan
Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jawa Tengah: Oase Grup
No Soal 66
Nama Kelompok 1. Anisa Nur Ratnasari (117004)
2. Desi Damayanti (117008)
3. Dianti Nirmala (117010)
4. Iis Rosita (117015)
5. Ilham Syukur (117016)
6. Lia Kamila (117020)
7. Reni Desriyani (117031)
8. Tia Monica (117037)
9. Yusuf Nazmudin (117044)
Stase Maternitas
Kasus (Vignette) Seorang perempuan usia 28 tahun, G2P1A0 di kamar bersalin,
mules-mules sejak 8 jam yang lalu dan bertambah sering dan
kuat. Hasil pemeriksaan: pembukaan 5 cm, his setiap 10 menit
sekali dengan durasi 30 detik, DJJ 140 kali/menit. Pada tahap
manakah fase persalinan pasien?

A. Fase laten
B. Fase aktif
C. Fase transisi
D. Fase terminasi
E. Fase Deselerasi
Kunci Jawaban : A. Fase laten
Tinjauan Kasus Pengkajian Keperawatan
Materi Kasus 1. Periode laten
Fase ini dimulai bersama-sama dimulainya persalinan dan
berlangsung sampai permulaan fase aktif dilatasi cervix,
seperti terlihat oleh kenaikan kurva. Kontraksi uterus menjadi
terarah dan cervix melunak serta menipis. Lereng kurva
hamper mendatar, dilatasi cervix kira-kira hanya 0,35 cm per
jam. Pada akhir fase laten, cervix membuka sekitar 3 cm,
mengalami pendataran dengan baik dan melunak. Pada
primigravida, lama rata-rata fase laten adalah 8,6 jam, dengan
batas normal sebelah atas 20 jam. Untuk multipara, angkanya
adalah 5,3 dan 14 jam. Terdapat variasi yang luas pada angka-
angka ini, dan periode laten yang lama tidak berarti bahwa
fase aktifnya akan abnormal.
2. Periode aktif
Periode aktif berlangsung sejak akhir fase laten hingga
pembukaan lengkap. Kurva berubah dari lereng fase laten
yang hampir horizontal menjadi kemiringan yang hampir
vertical. Dengan dicapainya kala dua, kurva tersebut mendatar
kembali. Persalinan yang efektif dimulai sejak fase aktif, yaitu
periode dilatasi cervix yang mantap dan cepat.
Referensi Oxorn, Harry dan William R. Forte. (2010). Ilmu Kebidanan:
Patologi dan Fisiologi Persalinan. Yogyakarta: Andi Offset.

No Soal 67
Nama Kelompok 1. Anisa Nur Ratnasari (117004)
2. Desi Damayanti (117008)
3. Dianti Nirmala (117010)
4. Iis Rosita (117015)
5. Ilham Syukur (117016)
6. Lia Kamila (117020)
7. Reni Desriyani (117031)
8. Tia Monica (117037)
9. Yusuf Nazmudin (117044)
Stase Maternitas
Kasus (Vignette) Seorang perempuan usia 28 tahun, G2P1A0 di kamar bersalin,
mules-mules sejak 8 jam yang lalu dan bertambah sering dan
kuat. Hasil pemeriksaan: kontraksi uterus setiap 10 menit
sekali dengan durasi 30 detik dan pembukaan 5 cm dengan
selaput ketuban masih utuh. Apakah tindakan selanjutnya
yang dilakukan?

A. melakukan pemeriksaan dalam lanjutan


B. menghitung denyut jantung janin
C. memijat bagian punggung pasien
D. memberikan suntikan oksitosin
E. memecahkan selaput ketuban
Kunci Jawaban : B. menghitung denyut jantung janin
Tinjauan Kasus Implementasi Keperawatan
Materi Kasus Asuhan pada kala I
a) Pemeriksaan fisik, seperti pemeriksaan abdomen untuk
menentukan Tinggi Fundus Uteri (TFU), memantau kontraksi
uterus, memantau DJJ, menentukan presentasi, menentukan
penurunan bagian terbawah janin.
b) Pemeriksaan dalam
c) Kemajuan persalinan
d) Kemajuan pada kondisi janin
e) Kemajuan kondisi ibu (Sondakh, 2013)
Referensi Wiranti, Tri Setyo. (2017) Asuhan Kebidanan Komprehensif.
Fakultas Ilmu Kesehatan: UMP

No Soal 68
Nama Kelompok 1. Anisa Nur Ratnasari (117004)
2. Desi Damayanti (117008)
3. Dianti Nirmala (117010)
4. Iis Rosita (117015)
5. Ilham Syukur (117016)
6. Lia Kamila (117020)
7. Reni Desriyani (117031)
8. Tia Monica (117037)
9. Yusuf Nazmudin (117044)
Stase Maternitas
Kasus (Vignette) Seorang perempuan usia 25 tahun merasa kebingungan
memilih alat kontrasepsi yang tepat. Pasien meminta perawat
untuk menjelaskan beberapa alternatif alat kontrasepsi yang
dapat dipilih keuntungan dan kerugiannya. Apakah peran
perawat dalam kasus tersebut?

A. Kolaborator
B. Care giver
C. Advokat
D. Koordinator
E. Konsultan
Kunci Jawaban : E. Konsultan
Tinjauan Kasus Pengkajian Keperawatan
Materi Kasus Peran merupakan seperangkat tingkah laku yang diharapkan
oleh orang lain terhadap seseorang, sesuai kedudukannya
dalam suatu system. Peran perawat dipengaruhi oleh keadaan
social baik dari dalam maupun luar profesi keperawatan dan
bersifat konstan. Doheny (1982) mengidentifikasi beberapa
elemen peran perawat professional, yaitu :
1. Care giver, sebagai pemberi asuhan keperawatan.
2. Client advocator, sebagai pembela untuk melindungi
klien.
3. Consellor, sebagai pemberi bimbingan/konseling
klien.
4. Educator, sebagai pendidik klien.
5. Collaborator, sebagai anggota tim kesehatan yang
dituntut untuk dapat bekerja sama dengan tenaga
kesehatan lain.
6. Coordinator, sebagai coordinator agar dapat
memanfaatkan sumber-sumber dari potensi klien.
7. Change agent, sebagai pembaharu yang selalu dituntut
untuk mengadakan perubahan-perubahan.
8. Consultant, sebagai sumber informasi yang dapat
membantu memecahkan masalah.
Referensi Kusnanto. (2004). Pengantar Profesi dan Praktik
Keperawatan Profesional. Jakarta: EGC.

No Soal 69
Nama Kelompok 1. Anisa Nur Ratnasari (117004)
2. Desi Damayanti (117008)
3. Dianti Nirmala (117010)
4. Iis Rosita (117015)
5. Ilham Syukur (117016)
6. Lia Kamila (117020)
7. Reni Desriyani (117031)
8. Tia Monica (117037)
9. Yusuf Nazmudin (117044)
Stase Maternitas
Kasus (Vignette) Seorang perempuan usia 40 tahun G6P5A0 hamil 32 minggu
datang ke poliklinik bersama suaminya untuk memeriksakan
kehamilan. Klien mengatakan tidak pernah ada keluhan
selama kehamilan. Klien ingin menggunakan alat kontrasepsi
setelah kelahiran anaknya tapi suaminya masih ingin memiliki
anak lagi. Apakah tindakan yang harus dilakukan oleh
perawat?

A. Menyarankan untuk menggunakan kontrasepsi tubektomy


B. Menyarankan untuk menunda kontrasepsi
C. Menjelaskan kepada pasangan dampak penggunaan alat
kontrasepsi
D. Menjelaskan kepada pasangan keuntungan dan kerugian
alat kontrasepsi
E. Menjelaskan kepada pasangan manfaat penggunaan alat
kontrasepsi
Kunci Jawaban : E. Menjelaskan kepada pasangan manfaat penggunaan alat
kontrasepsi
Tinjauan Kasus Implementasi Keperawatan
Materi Kasus Manfaat penggunaan alat kontrasepsi:
Menurut Wiknjosastro (2007) efektivitas atau daya guna suatu
cara kontrasepsi dapat dinilai pada 2 tingkat, yakni:
a. Daya guna teoritis (theoretical effectiveness), yaitu
kemampuan suatu cara kontrasepsi untuk mengurangi
terjadinya kehamilan yang tidak 11 diinginkan, apabila
kontrasepsi tersebut digunakan dengan mengikuti aturan yang
benar.
b. Daya guna pemakaian (use effectiveness), yaitu
kemampuan kontrasepsi dalam keadaan sehari-hari dimana
pemakaiannya dipengaruhi oleh faktor faktor seperti
pemakaian yang tidak hati-hati, kurang disiplin dengan aturan
pemakaian dan sebagainya.
Referensi BKKN. (2006) .Buku Saku Bagi Petugas Lapangan Program
KB Nasional Materi..BKKN: Jakarta.

No Soal 70
Nama Kelompok 1. Anisa Nur Ratnasari (117004)
2. Desi Damayanti (117008)
3. Dianti Nirmala (117010)
4. Iis Rosita (117015)
5. Ilham Syukur (117016)
6. Lia Kamila (117020)
7. Reni Desriyani (117031)
8. Tia Monica (117037)
9. Yusuf Nazmudin (117044)
Stase Maternitas
Kasus (Vignette) Seorang perempuan usia 30 tahun datang ke poliklinik untuk
melakukan konsultasi. Saat ini sedang menyusui secara
ekslusif bayinya. Pasien bekerja sebagai karyawan swasta dan
bermaksud untuk menunda kehamilan sampai jangka waktu 3
tahun. Ia juga menderita tekanan darah tinggi sejak
melahirkan anak pertama. Pasien takut untuk dilakukan
pemasangan IUD. Apakah jenis alat kontrasepsi yang paling
tepat untuk kasus tersebut?

A. Metode Amenorhoe Laktasi


B. Tubektomi
C. AKDR
D. Kondom
E. Suntik 3 bulan
Kunci Jawaban : C. AKDR
Tinjauan Kasus Pengkajian Keperawatan
Materi Kasus Salah satu alat kontrasepsi mekanik adalah jenis AKDR (Alat
Kontrasepsi Dalam Rahim) atau IUD. Kontrasepsi jenis ini
sekarang penggunaannya cenderung meningkat, karena
efektifitasnya yang jauh lebih tinggi dan relative lebih mudah
pemasangannya. Selain itu, angka kegagalan kontrasepsi jenis
ini rendah.
Keuntungan kontrasepsi AKDR adalah cukup efektif, masa
proteksi pada pemakai yang relative lama 8-10 tahun, mudah
dipasang, murah, dan tidak mempengaruhi ASI. Saat ini juga
tersedia AKDR dengan waktu singkat yaitu 3 tahun.
Referensi Andalas, (2014). Goresan Tangan Spesialis Kandungan.
Yogyakarta: Sibuku Media.

No Soal 71
Nama Kelompok 1. Anisa Nur Ratnasari (117004)
2. Desi Damayanti (117008)
3. Dianti Nirmala (117010)
4. Iis Rosita (117015)
5. Ilham Syukur (117016)
6. Lia Kamila (117020)
7. Reni Desriyani (117031)
8. Tia Monica (117037)
9. Yusuf Nazmudin (117044)
Stase Maternitas
Kasus (Vignette) Seorang perempuan usia 35 tahun P5A0 datang ke poliklinik
kebidanan untuk menggunakan alat kontrasepsi. Pasien
memiliki riwayat persalinan terakhir dengan eklampsi. Suami
pasien memiliki kepercayaan dalam agama bahwa kontrasepsi
itu haram. Apakah tindakan yang dilakukan oleh perawat?

A. Menganjurkan penggunaan kontrasepsi tubektomi


B. Menganjurkan penggunaan kontrasepsi AKDR
C. Memberikan informasi keuntungan dan kekurangan
metode kontrasepsi
D. Memberikan informasi resiko kehamilan dan persalinan
E. Menganjurkan penggunaan kontrasepsi metode kalender
Kunci Jawaban : C. Memberikan informasi keuntungan dan kekurangan
metode kontrasepsi
Tinjauan Kasus Implementasi Keperawatan
Materi Kasus Keuntungan dan kekurangan metode kontrasepsi :
Keuntungan KB Pil menurut Handayani (2010) yaitu:
1) Tidak mengganggu hubungan seksual
2) Siklus haid menjadi teratur (mencegah anemia)
3) Dapat digunakam sebagai metode jangka panjang
4) Dapat digunakan pada masa remaja hingga
menopause
5) Mudah dihentikan setiap saat
6) Kesuburan cepat kembali setelah penggunaan pil
dihentikan
7) Membantu mencegah: kehamilan ektopik, kanker
ovarium, kanker endometrium, kista ovarium, acne,
disminorhea.
Keterbatasan KB Pil menurut Sinclair (2010) yaitu:
1) Amenorhea
2) Perdarahan haid yang berat
3) Perdarahan diantara siklus haid
4) Depresi
5) Kenaikan berat badan
6) Mual dan muntah
7) Perubahan libido
8) Hipertensi
9) Jerawat
10) Nyeri tekan payudara
11) Pusing
12) Sakit kepala
13) Kesemutan dan baal bilateral ringan
14) Mencetuskan moniliasis
15) Cloasma

Keuntungan kontrasepsi Suntik Keuntungan pengguna KB


suntik yaitu sangat efektif, pencegah kehamilan jangka
panjang, tidak berpengaruh pada hubungan seksual, tidak
mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius
terhadap penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah,
tidak mempengaruhi ASI, efek samping sangat kecil, klien
tidak perlu menyimpan obat suntik, dapat digunakan oleh
perempuan usia lebih 35 tahun sampai perimenopause,
membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan
ektopik, menurunkan kejadian tumor jinak payudara, dan
mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul
(Sulistyawati, 2013).
Keterbatasan Adapun keterbatasan dari kontrasepsi Suntik
menurut Sulistyawati (2013) yaitu:
a. Gangguan haid
b. Leukorhea atau Keputihan
c. Galaktorea
d. Jerawat
e. Rambut Rontok
f. Perubahan Berat Badan
g. Perubahan libido
Keuntungan kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010)
yaitu:
1) Daya guna tinggi
2) Perlindungan jangka panjang
3) Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah
pencabutan d) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
4) Tidak mengganggu dari kegiatan senggama
5) Tidak mengganggu ASI
6) Klien hanya kembali jika ada keluhan
7) Dapat dicabut sesuai dengan kebutuhan
8) Mengurangi nyeri haid
9) Mengurangi jumlah darah haid
10) Mengurangi dan memperbaiki anemia
11) Melindungi terjadinya kanker endometrium
12) Melindungi angka kejadian kelainan jinak payudara
13) Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit
radang panggul
14) Menurunkan kejadian endometriosis.
Keterbatasan kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010)
yaitu: Pada kebanyakan pasien dapat menyebabkan perubahan
pola haid berupa perdarahan bercak (spooting), hipermenorea
atau meningkatnya jumlah darah haid, serta amenorhea.
Referensi BKKN. (2006) .Buku Saku Bagi Petugas Lapangan Program
KB Nasional Materi..BKKN: Jakarta.

No Soal 72
Nama Kelompok 1. Anisa Nur Ratnasari (117004)
2. Desi Damayanti (117008)
3. Dianti Nirmala (117010)
4. Iis Rosita (117015)
5. Ilham Syukur (117016)
6. Lia Kamila (117020)
7. Reni Desriyani (117031)
8. Tia Monica (117037)
9. Yusuf Nazmudin (117044)
Stase Maternitas
Kasus (Vignette) Seorang perempuan usia 34 tahun datang ke puskesmas untuk
melakukan konsultasi KB. Pasien telah memiliki 2 orang
anak. Sebelumnya pasien menggunakan alat kontrasepsi pil
dan suntik. Pasien mengeluh menjadi gendut dan jerawatan
dengan menggunakan alat kontrasepsi tersebut. Pasien merasa
malu. Apakah masalah keperawatan pasien tersebut?

A. Harga diri rendah situasional


B. Gangguan citra tubuh
C. Gangguan identitas pribadi
D. Harga diri rendah kronik
E. Kesiapan meningkatkan konsep diri
Kunci Jawaban : A. Harga diri rendah situasional
Tinjauan Kasus Diagnose Keperawatan
Materi Kasus Harga Diri Rendah Situasional
Definisi : munculnya persepsi negative tentang makna diri
sebagai respon terhadap situasi saat ini.
Batasan karakteristik :
 Ungkapan negative tentang diri.
 Perilaku bimbang
 Meremehkan kemampuan menghadapi situasi.
 Tidak berdaya
Factor yang berhubungan :
 Gangguan citra tubuh
 Harapan diri tidak realistic
 Gangguan peran social
Populasi berisiko :
 Transisi perkembangan
 Pola kegagalan
 Riwayat penolakan
Kondisi terkait :
 Gangguan fungsi
 Penyakit fisik
Referensi Herdman, T. Heather. (2018). NANDA-I Diagnosis
Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2018-2020. Jakarta:
EGC.

No Soal 73
Nama Kelompok 1. Anisa Nur Ratnasari (117004)
2. Desi Damayanti (117008)
3. Dianti Nirmala (117010)
4. Iis Rosita (117015)
5. Ilham Syukur (117016)
6. Lia Kamila (117020)
7. Reni Desriyani (117031)
8. Tia Monica (117037)
9. Yusuf Nazmudin (117044)
Stase Maternitas
Kasus (Vignette) Seorang perempuan usia 56 tahun dirawat di ruang
ginekologi. Pasien mengeluh tidak bisa tidur karena menahan
nyeri luka post operasi histerektomi hari ke 2. Pasien juga
gelisah dengan kondisinya saat ini. Hasil pengkajian tekanan
darah 150/100 mmHg, frekuensi nadi 100 x/menit, frekuensi
nafas 23x/menit. Skala nyeri 7. Apakah masalah keperawatan
utama ?

A. Ansietas
B. Nyeri akut
C. Nyeri kronik
D. Gangguan pola tidur
E. Ketidakefektifan pola seksual

Kunci Jawaban : B. Nyeri akut


Tinjauan Kasus Diagnose Keperawatan
Materi Kasus Nyeri Akut
Definisi : pengalaman sensori dan emosional tidak
menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan actual
atau potensial, atau yang digambarkan sebagai kerusakan,
awitan yang tiba-tiba atau lambat dengan intensitas ringan
hingga berat, dengan berakhirnya dapat diantisipasi atau
diprediksi, dan dengan durasi kurang dari 3 bulan.
Batasan karakteristik :
 Perilaku ekspresif
 Ekspresi wajah nyeri
 Laporan tentang perilaku nyeri/perubahan aktifitas
 Perilaku distraksi
Factor yang berhubungan :
 Agens cedera biologis
 Agens cedera kimiawi
 Agens cedera fisik
Referensi Herdman, T. Heather. (2018). NANDA-I Diagnosis
Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2018-2020. Jakarta:
EGC.

No Soal 74
Nama Kelompok 1. Anisa Nur Ratnasari (117004)
2. Desi Damayanti (117008)
3. Dianti Nirmala (117010)
4. Iis Rosita (117015)
5. Ilham Syukur (117016)
6. Lia Kamila (117020)
7. Reni Desriyani (117031)
8. Tia Monica (117037)
9. Yusuf Nazmudin (117044)
Stase Maternitas
Kasus (Vignette) Seorang perempuan usia 48 tahun dengan P2A0 datang ke
poliklinik kebidanan. Pasien mengeluh sudah satu tahun
terakhir mengalami menstruasi tidak teratur, sering
mengalami panas di muka, kemerahan dan demam. Apakah
yang dialami oleh pasien saat ini?

A. Fase Menopause
B. Fase Pra Menopause
C. Fase Perimenopause
D. Fase Pascamenopause
E. Fase Senium
Kunci Jawaban : A. Fase Menopause
Tinjauan Kasus Pengkajian Keperawatan
Materi Kasus Perempuan pada usia 50-55 tahun sebenarnya masih produktif
dalam kegiatan “Income Generating” atau mendukung
perekonomian keluarga. Sayangnya dalam usia yang produktif
tersebut banyak perempuan yang menghadapi permasalahan
alami yaitu menurunnya aktifitas hormone estrogen dan
progesterone yang berakibat berhentinya haid diikuti dengan
berbagai perubahan kondisi fisik dan psikologis seperti kulit
keriput, mata kering, vagina kering, insomnia, depresi, pusing,
pendarahan terus menerus, timbulnya kanker rahim dan
payudara, mudah marah atau tersinggung serta berbagai
penyakit degenerative yang lainnya dan bila dibiarkan
berkelanjutan akan sangat mengganggu aktifitas.
Berhentinya haid tersebut dalam istilah kedokteran dinamakan
“menopause” yaitu fase mulai berakhirnya kegiatan biologis.
Sebenarnya menopause diawali sejak perempuan umur 40-45
tahun yang disebut pra-menopause yang ditandai dengan tidak
teraturnya haid, sakit pada saat haid, dan kondisi ini biasanya
terjadi selama 6 tahun. Fase berikutnya adalah fase peri-
menopause yaitu fase peralihan antara fase pra dan pasca-
menopause.
Referensi Kumalaningsih, Sri. Sehat + Bahagia Menjelang dan Saat
Menopause. Tiara Aksa.

No Soal 75
Nama Kelompok 1. Anisa Nur Ratnasari (117004)
2. Desi Damayanti (117008)
3. Dianti Nirmala (117010)
4. Iis Rosita (117015)
5. Ilham Syukur (117016)
6. Lia Kamila (117020)
7. Reni Desriyani (117031)
8. Tia Monica (117037)
9. Yusuf Nazmudin (117044)
Stase Maternitas
Kasus (Vignette) Seorang perempuan berusia 37 tahun G4P2A1 mengaku usia
kehamilan 21 minggu, datang ke Puskesmas untuk
memeriksakan kandungannya, mengeluh perdarahan
pervaginam, hasil pemeriksaan USG tampak plasenta
menutupi jalan lahir. Sebelum melakukan tindakan Perawat
harus mengobservasi pasien, yaitu dengan menanyakan
Apakah terjadi perdarahan atau tidak. Apakah data pengkajian
selanjutnya yang harus perawat dapatkan?

A. Tingkat keparahan perdarahan.


B. Apakah perdarahan berhenti atau tidak.
C. Kondisi kesehatan sang ibu dan bayi.
D. Usia kandungan.
E. Posisi plasenta dan bayi.
Kunci Jawaban : A. Tingkat keparahan perdarahan.
Tinjauan Kasus Pengkajian Keperawatan
Materi Kasus
Referensi

No Soal 76
Nama Kelompok 1. Anisa Nur Ratnasari (117004)
2. Desi Damayanti (117008)
3. Dianti Nirmala (117010)
4. Iis Rosita (117015)
5. Ilham Syukur (117016)
6. Lia Kamila (117020)
7. Reni Desriyani (117031)
8. Tia Monica (117037)
9. Yusuf Nazmudin (117044)
Stase Maternitas
Kasus (Vignette) Seorang perempuan berusia 26 tahun dirawat dengan G1P0A0
mengeluh mual dan muntah hebat. hasil pengkajian
didapatkan : merasa hamil 8 minggu, tampak pucat, lemah,
tidak dapat makan makanan yang sudah disiapkan. Untuk
memperbaiki kondisi tubuhnya perawat perlu untuk
memperhatikan kebutuhan selama di rawat. Apakah tindakan
prioritas pada kasus ?

A. Bila perlu Vit B6


B. Makan dalam porsi yang banyak
C. Tinggi protein, tinggi karbohidrat
D. Rendah lemak, rendah karbohidrat
E. Makan dengan porsi sedikit tapi sering
Kunci Jawaban : E. Makan dengan porsi sedikit tapi sering
Tinjauan Kasus Intervensi Keperawatan
Materi Kasus
Referensi

No Soal 77
Nama Kelompok 1. Anisa Nur Ratnasari (117004)
2. Desi Damayanti (117008)
3. Dianti Nirmala (117010)
4. Iis Rosita (117015)
5. Ilham Syukur (117016)
6. Lia Kamila (117020)
7. Reni Desriyani (117031)
8. Tia Monica (117037)
9. Yusuf Nazmudin (117044)
Stase Maternitas
Kasus (Vignette) Seorang perempuan berusia 40 tahun G6P5A1, mengaku
hamil 37 minggu dengan keluhan kehamilannya kecil. Hasil
pengkajian : Janin yang tumbuh beratnya diperkirakan kurang
dari 90 persen dari semua janin dari usia kehamilan yang
sama, dan dokter mengatakan ada kemungkinan bayi lahir
prematur, yaitu sebelum 37 minggu pada kondisi IUGR ini.
Apakah pengkajian mendasar yang menjadi penyebab pada
kasus?

A. Ibu pengguna Narkoba


B. Infeksi
C. Kekurangan nutrisi dan oksigen
D. Keturunan
E. Kekurangan asam folat
Kunci Jawaban : C. Kekurangan nutrisi dan oksigen
Tinjauan Kasus Pengkajian Keperawatan
Materi Kasus
Referensi

No Soal 78
Nama Kelompok 1. Anisa Nur Ratnasari (117004)
2. Desi Damayanti (117008)
3. Dianti Nirmala (117010)
4. Iis Rosita (117015)
5. Ilham Syukur (117016)
6. Lia Kamila (117020)
7. Reni Desriyani (117031)
8. Tia Monica (117037)
9. Yusuf Nazmudin (117044)
Stase Maternitas
Kasus (Vignette) Seorang perempuan usia 32 tahun G3P2A0 hamil 8 minggu,
dirawat dengan keluhan mual dan muntah. Hasil pengkajian :
pasien tampak pucat, lelah dan mata terlihat agak cekung dan
mukosa bibir kering, TD 100/60 mmHg, frekuensi nadi
78x/menit, frekuensi napas 20x/menit dan suhu 37,5°C.
Apakah masalah keperawatan yang tepat pada kasus ?

A. Intoleransi aktivitas
B. Gangguan pola tidur
C. Penurunan perfusi jaringna
D. Deficit volume cairan
E. Ansietas
Kunci Jawaban : D. Deficit volume cairan
Tinjauan Kasus Diagnose Keperawatan
Materi Kasus Defisien Volume Cairan
Definisi : penurunan cairan intravaskuler, interstitial, dan/atau
intraselular. Ini mengacu pada dehidrasi, kehilangan cairan
saja tanpa perubahan kadar natrium.
Batasan karakteristik :
 Penurunan turgor kulit
 Membrane mukosa kering
 Kelemahan
 Peningkatan suhu tubuh
Factor yang berhubungan :
 Asupan cairan kurang
 Kurang pengetahuan tentang kebutuhan cairan
Populasi berisiko :
 Usia ekstrem
 Factor yang mempengaruhi kebutuhan cairan
Kondisi terkait :
 Kehilangan cairan aktif
 Gangguan yang mempengaruhi absorpsi cairan
 Kehilangan cairan melalui rute normal
Referensi Herdman, T. Heather. (2018). NANDA-I Diagnosis
Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2018-2020. Jakarta:
EGC.

No Soal 79
Nama Kelompok 1. Anisa Nur Ratnasari (117004)
2. Desi Damayanti (117008)
3. Dianti Nirmala (117010)
4. Iis Rosita (117015)
5. Ilham Syukur (117016)
6. Lia Kamila (117020)
7. Reni Desriyani (117031)
8. Tia Monica (117037)
9. Yusuf Nazmudin (117044)
Stase Maternitas
Kasus (Vignette) Seorang perempuan usia 24 tahun G1P0A0 mengaku hamil 18
minggu, datang ke UGD dengan keluhan tidak merasakan lagi
pergerakan bayinya kurang lebih dalam 6 minggu. Hasil
pengkajian : DJJ (-), dan dinyatakan bayi sudah meninggal.
Saat kadar Fibrinogen normal, perawat melakukan tindakan,
segera keluarkan jaringan konsepsi dengan cunam ovum lalu
kuret tajam dan memberikan penjelasan tentang apa yang
akan dilakukannya. Apakah prinsip etik yang harus
diperhatikan oleh perawat?

A. Confidentiality
B. Beneficience
C. Otonomi
D. Veracity
E. Justice
Kunci Jawaban : B. Beneficience
Tinjauan Kasus Pengkajian Keperawatan
Materi Kasus Secara lebih luas, teori deontology dikembangkan menjadi 5
prinsip penting yaitu :
1. Kemurahan hati (beneficence)
Prinsip kemurahan hati adalah tanggung jawab untuk
melakukan kebaikan yang menguntungkan pasien dan
menghindari perbuatan yang merugikan atau
membahayakan pasien.
2. Keadilan (justice)
Prinsip dari keadilan menurut Beaucham dan Childress
menyatakan bahwa mereka yang sederajat harus
diperhatikan sederajat, sedangkan yang tidak sederajat
diperlakukan secara tidak sederajat, sesuai dengan
kebutuhan mereka.
3. Otonomi
Prinsip otonomi menyatakan bahwa setiap individu
mempunyai kebebasan menentukan tindakan atau
keputusan berdasarkan rencana yang mereka pilih.
4. Kejujuran (veracity)
Prinsip kejujuran didefinisikan sebagai menyatakan
hal yang sebenarnya dan tidak bohong.
5. Ketaatan (fidelity)
Prinsip ketaatan didefinisikan sebagai tanggung jawab
untuk tetap setia pada suatu kesepakatan.
Referensi IKAPI. (1995). Pengantar Etika Keperawatan. Yogyakarta:
Kanisius.

No Soal 80
Nama Kelompok 1. Anisa Nur Ratnasari (117004)
2. Desi Damayanti (117008)
3. Dianti Nirmala (117010)
4. Iis Rosita (117015)
5. Ilham Syukur (117016)
6. Lia Kamila (117020)
7. Reni Desriyani (117031)
8. Tia Monica (117037)
9. Yusuf Nazmudin (117044)
Stase Maternitas
Kasus (Vignette) Seoarang perempuan berusia 25 tahun G1P0A0 datang ke
puskesmas mengaku sudah cukup bulan, dan mengeluh mules
yang sudah sering sekali. Hasil pemeriksaan : pembukaan
sudah menunjukan 10 cm, kala satu fase aktif memanjang
lebih dari 12 jam. Pasien mengalami distosia dan perawat
harus segera dilakukan tindakan agar terselamatkan ibu dan
janinnya. Apakah data yang menunjang Implementasi pada
kasus diatas ?

A. Kondisi vital ibu cukup memadai untuk menyelesaikan


persalinan
B. Masih mampu untuk mengejan
C. Jalan lahir dan pintu bawah panggul memadai untuk
akomodasi tubuh bayi
D. Bayi masih hidup atau diharapkan dapat bertahan hidup
E. Bukan monstrum atau kelainan congenital yang
menghalangi keluarnya bayi
Kunci Jawaban : A. Kondisi vital ibu cukup memadai untuk menyelesaikan
persalinan
Tinjauan Kasus Implementasi Keperawatan
Materi Kasus
Referensi

Anda mungkin juga menyukai