Anda di halaman 1dari 6

NAMA : IIS ROSITA PATMAWATI

NIM : 117015

TUGAS : KMB 2

KONSEP PENYAKIT ABLASIORETINA

I. Konsep Penyakit

1.1 Definisi
Ablasio retina adalah suatu keadaan terlepasnya sehingga terjadi penggumpalan
cairan retina antara lapisan basilus (sebatang) dan konus (sel kerucut) dengan
sel epitelium pigmen retina. Ablasio Retina adalah pelepasan retina dari lapisan
epitelium neurosensoris retina dan lapisan epitelia pigmen retina.
Jadi kesimpulan dari ablasio retina adalah terdapat robekan retina sehingga
terjadi pengumpulan cairan retina antara lapisan basilus (sel batang) dan komus
(sel kerucut) dengan sel-sel epitelium pigmen retina. Keadaan ini dapat terjadi
karena lapisan luar retina (sel epitel pigmen) dan lapisan dalam (pars optika)
terletak dalam aposisi tanpa membentuk perlekatan kecuali di sekitar diskus
optikus dan pada tepinya yang bergelombang yang disebut pra serata.

1.2 Etiologi
Kejadian ini merupakan masalah mata yang serius dan dapat terjadi pada usia
berapapun, walaupun biasanya terjadi pada orang usia setengah baya atau tua.
Kejadian ini lebih besar kemungkinannya terjadi pada orang penderita rabun
jauh (myopia) atau berkacamata minus pada orang yang anggota keluarganya
pernah mengalami lepas retina. Lepasnya retina dapat terjadi akibat pukulan
yang keras selain itu walaupun agak jarang, kondisi ini dapat merupakan
penyakit keturunan yang bahkan dapat terjadi pada bayi dan anak-anak. Bila
segera tidak dilakukan tindakan, bebasnya retina akan mengakibatkan cacat
penglihatan atau kebutaan.
1.3 Tanda Gejala
Gejala pertama penderita ini melihat kilatan - kilatan bintik hitam mengapung
dan cahaya. Pada beberapa penderita lepasnya retina mungkin terjadi tanpa
didahului oleh terlihatnya bintik bintik hitam (floaters) ataupun kilatan cahaya
yang nyata. Dalam hal ini penderita mungkin menyadari penglihatannya seolah
- olah pinggir. Perkembangan lepasnya retina yang lebih lanjut akan
mengaburkan penglihatan sentral dan menimbulkan kemunduran penglihatan.
Penglihatan seperti ada lapisan hitam yang menutupi sebagian atau seluruh
pandangan seperti terhalang tirai/bergelombang.

1.4 Patofisiologi
Retina adalah jaringan tipis dan transparan yang peka terhadap cahaya, yang
terdiri dari sel-sel dan serabut saraf. Retina melapisi dinding mata bagian dalam
seperti kertas dinding melapisi dinding rumah. Retina berfungsi seperti lapisan
film pada kamera foto: cahaya yang melalui lensa akan difokuskan ke retina.
Sel-sel retina yang peka terhadap cahaya inilah yang menangkap “gambar” dan
menyalurkannya ke otak melalui saraf optik. Sebab dan Gejala Lepasnya Retina
Sebagian besar lepasnya retina terjadi akibat adanya satu atau lebih robekan-
robekan kecil atau lubang-lubang di retina. Kadang-kadang proses penuaan
yang normal pun dapat menyebabkan retina menjadi tipis dan kurang sehat,
tetapi yang lebih sering mengakibatkan kerusakan dan robekan pada retina
adalah menyusutnya korpus vitreum, bahan jernih seperti agar-agar yang
mengisi bagian tengah mata. Korpus vitreum erat melekat ke retina pada
beberapa lokasi di sekeliling dinding mata bagian belakang. Bila korpus vitreum
menyusut, ia dapat menarik sebagian retina bersamanya, sehingga menimbulkan
robekan atau lubang pada retina. Walaupun beberapa jenis penyusutan korpus
vitreum merupakan hal yang normal terjadi pada peningkatan usia dan biasanya
tidak menimbulkan kerusakan pada retina, korpus viterum dapat pula, menyusut
pada bola mata yang tumbuh menjadi besar sekali (kadang-kadang ini
merupakan akibat dari rabun jauh), oleh peradangan, atau karena trauma. Pada
sebagian besar kasus retina baru lepas setelah terjadi perubahan besar struktur
korpus vitreum.
Bila sudah ada robekan-robekan retina, cairan encer seperti air dapat masuk dari
korpus vitreum ke lubang di retina dan dapat mengalir di antara retina dan
dinding mata bagian belakang. Cairan ini akan memisahkan retina dari dinding
mata bagian belakang dan mengakibatkan retina lepas. Bagian retina yang
terlepas tidak akan berfungsi dengan baik dan di daerah itu timbul penglihatan
kabur atau daerah buta. Perlu diketahui bahwa ada beberapa jenis lepasnya
retina yang disebabkan oleh penyakit mata lain, seperti tumor, peradangan
hebat, atau sebagai komplikasi dari diabetes. Ini disebut ablasio retina sekunder.
Dalam hal ini tidak ditemukan robekan ataupun lubang-lubang di retina, dan
retina hanya bisa kembali ke posisinya yang normal dengan mengobati penyakit
yang menyebabkan lepasnya retina.

1.5 Pemeriksaan Penunjang


Pasien harus segera memeriksa mata ke dokter spesialis mata. Dokter akan
memeriksa dengan teliti retina dan bagian dalam dengan alat yang disebut
oftalmoskop. Dengan cahaya yang terang dan pembesaran dari alat tersebut,
dokter dapat menentukan lokasi daerah retina robek atau daerah yang lemah
yang perlu diperbaiki dalam pengobatan. Alat-alat diagnostic khususnya
mungkin perlu digunakan adalah pemeriksaan ultrasonografi (USG).

1.6 Komplikasi
Penurunan ketajaman penglihatan dan kebutaan merupakan komplikasi yang
paling umum terjadi pada ablasio retina. Penurunan penglihatan terhadap
gerakan tangan atau presepsi cahaya adalah komplikasi yang sering pada ablasio
retina yang melibatkan mokula.

1.7 Penatalaksaan
Pengobatan pada ablasio retina adalah dengan tindakan pembedahan atau
operasi. Tujuan operasi adalah untuk mengeluarkan cairan sub retina, menutup
lubang atau robekan dan untuk melekatkan kembali retina. Hal ini dikarenakan
jarang terjadi pertautan kembali secara spontan. Apabila diagnosis ablasio retina
telah ditegakkan maka pasien harus MRS dan dipersiapkan untuk menjalani
operasi.
Opersi ablasio retina tersebut antara lain :
1) Elektrodiatermi
Dengan menggunakan jarum elektroda, melalaui sclera untuk memasukkan
cairan subretina dan mengeluarkan suatu bentuk eksudat dari pigmen
epithelium yang menempel pada retina.
2) Sclera Buckling
Suatu bentuk tehnik dengan jalan sclera dipendekkan, lengkungan terjadi
dimana kekuatan pigmen epithelium lebih menutup retina, mengatasi
pelepasan retina dan menempatkan posisi semula, maka sebuah silikon
kecil diletakkan pada sclera dan diperkuat dengan membalut melingkar.
Peralatan tersebut dapat mempertahankan agar retina tetap berhubungan
dengan koroid dan sclera eksudat dari pigmen epithelium lebih menutup
sclera.
3) Photocoagulasi
Suatu sorotan cahaya dengan laser menyebabkan dilatasi pupil. Dilakukan
dengan mengarahkan sinar laser pada epithelium yang mengalami
pigmentasi. Epithelium menyerap sinar tersebut dan merubahnya dalam
bentuk panas. Metode ini digunakan untuk menutup lubang dan sobekan
pada bagian posterior bola mata.
4) Cyro Surgery
Suatu pemeriksaan super cooled yang dilakukan pada sclera, menyebabkan
kerusakan minimal seperti suatu jaringan parut, pigmen epithelium melekat
pada retina.
5) Cerclage
Operasi yang dikerjakan untuk mengurangi tarikan badan kaca. Pada
keadaan cairan retina yang cukup banyak dapat dilaksanakan phungsi lewat
sclera.
1.8 Pathway

Inflamasi intraokuler/tumor perub degeneratif dlm viterus

Konsentrasi as. Hidlorunat ber(-)

Peningkatan cairan eksudattif/serosa

Vitreus mjd makin cair

Vitreus kolaps dan bengkak ke depan

Tarikan retina

Rresiko
Robekan retina
Infeksi
Sel-sel retina dan darah terlepas

Retina terlepas dari epitel berpigmen

Penurunan tajam pandang sentral

Ditandai dengan:

- floater dipersepsikan sbg titik-titik hitamkecil/rumah laba-laba


- Bayangan berkembang/tirai bergerak dilapang pandang

Gangguan persepsi : penglihatan


DAFTAR PUSTAKA

C. Smeltzer, Suzanne (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (Brunner & Suddart) .
Edisi 8. Volume 3. EGC. jakarta

Anda mungkin juga menyukai