Anda di halaman 1dari 11

HIV AIDS DIMASA PANDEMI COVID19 PADA IBU HAMIL

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah HIV

Disusun Oleh:
KELOMPOK 8

Hasma Dian Taufik : C.010521194


Restu Fauziyah Rahayu S : C.010521196
Fachri Prasetya : C.010521171
Nawan Gunawan : C.010521177

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


KELAS TRANSFER SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI
LUHUR CIMAHI
2021-2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama
nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah
“HIV”. Kemudian shalawat beserta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad
SAW yang telah memberikan pedoman hidupyakni al-qur’an dan sunnah untuk keselamatan
umat di dunia.

Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah HIV di program studi S1
Keperawatan STIKES Budiluhur cimahi. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada dosen pembimbing mata kuliah HIV dan kepada segenap pihak yang
telah memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan makalah ini.

Akhirnya penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam


penulisan makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari
para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Cianjur, 23 Agustus 2022


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Human Immunodeficiency Virus merupakan golongan RNA spesifik yang menyerang


sistem imun manusia, penurunan sistem imun pada orang yang terinfeksi HIV menyebabkan
AIDS. Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) ialah sekumpulan tanda atau gejala
klinis pada penderita HIV akibat infeksi oportunistik karena penurunan sistem kekebalan
tubuh (Kemenkes RI, 2014). HIV dapat menular melalui hubungan seksual yang tidak aman,
pemakaian jarum suntik secara bergantian, dan dari ibu hamil yang terinfeksi HIV ke
bayinya (Efendi & Makhfudli, 2009).

Berdasarkan data UNAIDS (United Nations Programme on HIV/AIDS) kasus HIV


secara global mencapai 36.7 juta pada akhir tahun 2015, diperkirakan 77% dari 1,4 juta
wanita hamil menerima pengobatan ARV untuk mencega penularan HIV ke bayi dan 150
ribu kasus infeksi baru HIV pada anak. Laporan kementrian kesehatan sampai pada
September 2016 kasus penularan HIV dari ibu ke anak sebanyak 2.451 kasus dan jumlah
kasus HIV pada anak <4 tahun mencapai 589 kasus, serta tercatat 329 kematian AIDS pada
anak. Terdapat 5 provinsi yang termasuk dalam kasus AIDS terbanyak, salah satunya
Provinsi Jawa (Ditjen P2P Kemenkes, 2016). Di Jawa Timur khususnya Kota Malang, dari
laporan dinas kesehatan tahun 2015 terdapat 305 kasus HIV dan kasus AIDS mencapai 263.
Ditemukan ibu hamil positif HIV sebanyak 7 kasus dan 5 kasus penularan HIV dari ibu ke
anak. Selain itu juga terdapat 8 kasus HIV dan kasus AIDS pada anak. Berdasakan laporan
Ditjen P2P Kemenkes tahun 2016 dari tahun 1987-2016 fakto risiko penularan kasus AIDS
tertinggi melalui hubungan seksual pada heteroseksual (68%), IDU (14%), perinatal (3%),
homoseksual (3%) dan tidak diketahui (14%). Kasus AIDS terbanyak pada kelompok
pekerjaan ibu rumaH Presentase jumlah kasus HIV lebih banya pada laki-laki (62,6%)
dibanding perempuan (37,4%). Secara kumulatif kasus AIDS tertinggi pada kelompok umur
20-29 tahun (31,4%). Lebih dari 90% anak pada tahun 2013 terinfeksi HIV didapatkan dari
ibunya. Virus HIV dapat ditularkan dari ibu yang terinfeksi HIV ke anaknya selama
kehamilan, saat persalinan dan menyusui (Kemenkes, 2013). Menurut Drake et al, (2014)
masa kehamilan dan postpartum berisiko tinggi terhadap HIV. Risiko penularan dari ibu ke
anak lebih tinggi diantara kejadian infeksi pada perempuan. Deteksi dan pencegahan
kejadian HIV saat kehamilan atau postpartum harus diprioritaskan dan sangat penting untuk
mengurangi penularan HIV dari ibu ke anak. Sejalan dengan semakin meningkatnya kasus
penularan HIV dari ibu
keanak, pemerintah melakukan berbagai upaya pengendalian melalui program
PPIA (Pencegahan Penularan HIV dari ibu ke anak) atau PMTCT (Prevention of Mother-to-
Child Transmission). Program PPIA merupakan rangkaian upaya pengendalian kasus
HIV/AIDS dengan tujuan agar bayi yang dilahirkan dari ibu HIV positif terbebaskan dari
HIV, kemudian ibu dan bayi tetap hidup dan sehat. Dalam program PPIA terdapat kebijakan
yang terintegrasi dalam pelayanan didasarkan pada tingkat prevelensi kasus HIV disuatu
wilayah. Pada tingkat prevelensi kasus HIV dengan epidemi meluas dan terkonsentrasi, tes
HIV dianjurkan untuk semua ibu hamil. Di daerah epidemi rendah tes HIV dianjurkan pada
ibu hamil dengan indikasi perilaku berisiko. Tes HIV dilakukan bersamaan dengan
pemeriksaan rutin antenatal di kunjungan pertama (K1) sampai menjelang persalinan
(Kemenkes, 2014). Prevelensi kasus HIV Kota Malang termasuk pada
epidemiterkonsentrasi.

Epidemiologi terkonsentrasi (concentrated epidemic) artinya penyebaran kasus


HIV pada sub-populasi tertentu contohnya kelompok LSL ( laki-laki suka laki-laki), pekerja
seks, penasun (pengguna narkoba suntik dan pasangannya mencapai 5% secara konsisten,
pada populasi umum atau ibu hamil prevelensinya kurang dari 1%. (Kemenkes RI, 2014).
Berkaitan dengan kebijakan dalam program PPIA maka untuk semua ibu hamil di Kota
Malang dianjurkan untuk melakukan diagnosis HIV sebagai bagian dari asuhan antenatal
pada kunjungan pertama hingga persalinan. Diagnosis HIV dilakukan melalui tes dan
konseling HIV. Tes dan konseling HIV merupakan proses dialog antara petugas kesehatan
dan pasien untuk memberikan informasi, konselor membantu klien untuk melakukan
pemecahan masalah terhadap keterbatasannya (Permekes No. 74 tahun 2014). Tujuan
konseling dan tes ini untuk membuat atau menentukan pelayanan medis khusus yang akan
diberikan dan tidak mungkin dilaksanakan tanpa mengetahui status HIV. Tanggung jawab
dasar petugas kesehatan yaitu menawarkan tes dan konseling HIV kepada klien sebagai
salah satu bagian tata laksana klinis (Permenkes No.51 tahun 2013). Tes dan konseling HIV
hanya dapat dilakukan dengan persetujuan pasien/klien. Konseling dan tes HIV dapat
dilakukan dengan dua pendekatan yaitu konseling dan tes secara sukarela (KTS) dan
Konseling dan Tes atas Inisiatif Petugas Kesehatan (TIPK) (Permenkes No 21 Tahun 2013).
Untuk tes HIV dalam program PPIA komprehensif dilakukan dengan pendekatan TIPK.
Dalam pendekatan ini penawaran tes HIV dapat diberikan pada ibu hamil saat kunjungan
antenatal atau menjelang persalianan bersamaan pemeriksaan rutin lainnya (Kemenkes,
2014). Penelitian yang dilakukan oleh Dalal. S et al (2011) menunjukkan bahwa
pendekatan TIPK meningkatkan jumlah tes HIV dibandingkan VCT dan pasien melaporkan
respon yang positif terhadap TIPK di dua pusat kesehatan umum Afrika Selatan. Pendekatan
TIPK merupakan strategi yang efektif untuk mengidentifikasi infeksi HIV yang belum
diakui (Kapologwe et all, 2011). Jumlah layanan tes dan konseling HIV sukarela dan tes
HIV yang diprakarsai petugas kesehatan (TIPK) pada tahun 2015 sebanyak 2.221 meningkat
pada tahun 2016 sebanyak 3.204. Peningkatan jumlah layanan masih belum diikuti oleh
peningkatan jumlah kunjungan kelayanan tersebut, tahun 2015 mencapai 1.275.636 dan
sampai pada Oktober 2016 sebanyak 1.008.560 (Ditjen P2P Kemenkes, 2016). Data
kunjungan tes HIV tersebut merupakan data kumulatif tes HIV dengan pendekatan sukarela
dan TIPK.

Berdasarkan data PMTCT KIA tahun 2016 dari Dinas Kesehatan Kota Malang,
tes HIV dengan pendekatan TIPK dilaksanakan sejak tahun 2012 dan saat ini dilakukan di
10 Puskesmas dari 15 Puskesmas yang ada di Kota Malang. Cakupan program PMTCT pada
bulan Januari – September dengan sasaran 13.407 ibu hamil namun jumlah kunjungan ibu
hamil ke layanan kesehatan sebanyak 9.527. Jumlah ibu hamil yang mendapat tawaran Tes
HIV oleh tenaga kesehatan sebanyak 5.610 ibu hamil dan yang mengikuti program PMTCT
1.721 ibu hamil. Data Dinas Kesehatan Kota Malang menunjukkan sebanyak 10 puskesmas
yang saat ini sudah memiliki layanan tes HIV, Puskesmas Janti berada pada urutan kedua
untuk cakupan PMTCT sekota Malang berdasarkan data PMTCT KIA 2016. Sasaran ibu
hamil di Puskesmas Janti mencapai 1.182 dan yang mendapatkan tawaran tes HIV oleh
petugas kesehatan sebanyak 429 namun yang mengikuti program PMTCT (tes Lab HIV)
sebanyak 248. Hasil Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di Puskesmas Janti Kota
Malang, dengan mewawancarai bidan dan wawancara singkat pada ibu hamil yang hadir
melakukan pemeriksaan kehamilan. Bidan menyatakan bahwa pelaksanaan tes HIV pada
ibu hamil di puskesmas Janti sejak tahun 2014. Target layanan ini 70% dari jumlah ibu
hamil sudah harus di tes HIV akan tetapi masih belum mencapai target tersebut. Hal ini
disebabkan karena tidak semua ibu hamil yang berada di wilayah puskesmas Janti
melakukan pemeriksaan kehamilan dipuskesmas, melainkan ke bidan, klinik, dan rumah
sakit. Selama ini yang dilakukan bidan untuk meningkatkan kesediaan ibu hamil untuk
menerima tes HIV yaitu dengan memberikan promosi kesehatan pada ibu hamil saat
melakukan pemeriksaan. Diagnostik tes HIV dilakukan bersamaan dengan tes laboratorium
darah. Sebelum melakukan diagnostic tes HIV ibu hamil di minta untuk mengisi formulir
dan lembar pernyataan menerima tes tersebut. Hasil wawancara singkat, ibu tidak
mengetahui adaya tes HIV saat kehamilan dan tidak mengetahui pentingnya dari
dilakukannya tes HIV tersebut serta kurang mengetahui tentang HIV/AIDS. Sebanyak 4
(67%) ibu hamil dari 6 ibu hamil menyatakan layanan tersebut penting dan 2 (33%) ibu
hamil menyatakan tidak perlu karena merasa dirinya tidak mungkin tertular HIV.
Penerimaan tes HIV dengan Pendekatan TIPK pada ibu hamil yang melakukan pemeriksaan
antenatal relatif tinggi di pusat kesehatan Assosa,Northwest Ethiopia. Ibu yang tinggal
diperkotaan, bekerja sebagai ibu rumah tangga, stigma dan tidak berencana untuk
mengungkapkan hasil tes negatif, mempengaruhi penerimaan TIPK. Selama sesi konseling,
penyedia layanan berfokus pada hambatan TIPK seperti tempat tinggal, status pekerjaan,
sikap terhadap stigma dan pengungkapkan status HIV (Abtew et al, 2015). Persepsi
merupakan proses penerimaan rangsang oleh pancaindra, didahului perhatian sehingga
individu sadar terhadap sesuatu yang ada didalam dan diluar dirinya. Terjadinya perubahan
perilaku individu dapat diketahui dari persepsinya. Persepsi setiap individu dapat berbeda
meskipun mengamati hal yang sama (Sunaryo, 2013). Persepsi juga dapat diartikan proses
mengatur dan mengartikan informasi sensoris untuk memberikan makna (King, 2010).
Dalam penelitian Bello at all, (2012) di pusat kesahatan primer Osogbo, Southwes, Nigeria
menunjukkan tingkat kesadaran ibu hamil tentang HIV/AIDS, pencegahan penularan HIV
dari ibu ke anak dan HCT (HIV counseling and testing) baik namun sangat sedikit yang
mengetahui status HIVnya. Berdasarkan penjelasan diatas maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian “Hubungan persepsi ibu hamil tenta tes HIV dengan perilaku tes HIV
atas inisiatif pemberi layanan kesehatan dan konseling”
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka dapat di rumuskan permasalahan “ apakah ada


hubungan persepsi ibu hamil tentang tes HIV dengan perilaku tes HIV atas inisiatif pemberi
layanan kesehatan dan konseling

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan persepsi ibu hamil tentang tes HIV dengan perilaku tes HIV
atas inisiatif pemberi layanan kesehatan dan konseling

1.3.2 Tujuan Khusus

1.Mengidentifikasi persepsi ibu hamil tentang tes HIV atas inisiatif pemberi layanan
kesehatan dan konseling
2. Mengidentifikasi perilaku ibu hamil dalam tes HIV atas inisiatif pemberi layanan
kesehatan dan konseling
3. Menganalisis hubungan persepsi ibu hamil tentang tes HIV dengan tes HIV atas
inisiatif pemberi layanan kesehatan dan konseling
1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan peneliti tentang program pencegahan


penularan HIV dari ibu ke anak dengan melakukan tes dan konseling HIV pada ibu
hamil yang merupakan langkah deteksi dini HIV.
1.4.2 Bagi Layanan Kesehatan

Hasil penelitian dapat menjadi gambaran persepsi ibu hamil tentang tes HIV/AIDS
sehingga dapat mempengaruhi kesediaannya dalam melakukan tes dan konseling

HIV. Selain itu dapat digunakan sebagai bahan evaluasi sejauh mana upaya
pencegahan HIV pada ibu hamil yang terintegrasi dalam layanan kesehatan ibu dan
anak (KIA) dilaksanakan.
1.4.3 Bagi Ilmu Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu alasan untuk meningkatkan promosi
kesehatan terkait pencegahan dan penularan HIV dari ke Ibu Anak. Perawat
diharapkan dapat membuat strategi ataupun inovasi baru dalam memberikan
promosi kesehatan.

1.5 Keaslian Penelitian

a. Berdasarkan penelitian Annisaa’Nurmasari, dkk (2015) yang berjudul “Tingkat


Pengetahuan Ibu hamil tentang HIV/ AIDS dengan Perilaku pemeriksaan Test PITC
(Provider Intiated Test and Counseling) di Puskesmas Slemn Yogyakarta”. Tujuan
penelitian tersebut mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang
HIV/AIDS dengan perilaku pemeriksaan test PITC (Provider Intiated Test and
Counseling). Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan analisis kolerasi dan
rancangan cross sectional. Populasinya ibu hamil yang memeriksakan kehamilan di
Puskesmas Sleman Yogyakarta dan teknik samplingnya dengan Accidental sampling
sejumlah 72 responden. Analisis data menggunakan analisa univarat dan analisa bivarat.
Hasil sebagian responden berusia 20-35 (72,2%), berpendidikan menengah (47,2%)
dan bekerja sebagai ibu rumah tangga (IRT) (38,9%). Pengetahuan tentang HIV/AIDS
baik sebanyak 50 reponden (69,4%) dan responden yang melakukan pemeriksaan PITC
sebanyak 71 responden (98,6%). Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu
hamil tentang HIV/AIDS dengan perilaku pemeriksaan PITC di Puskesmas Sleman
Yogyakarta (p-value=0,243>0,005). Perbedaan dengan penelitian ini pada variabel
independen dan tempat penelitian. Variabel independen pada penelitian ini yaitu
persepsi sedangkan tempat penelitian di puskesmas Janti Kota Malang. Persamaan
dengan penelitian ini pada rancangan penelitian cross sectional dan teknik
mengambilan sampel yaitu accidental sampling.
b. Penelitian yang dilakukan Sri Mulyanti berjudul “Faktor-faktor yang Berkontribu pada
Perilaku Ibu Hamil Trimester 2 dan 3 dalam Melakukan Pemeriksaan HIV di Empat
Puskesmas Kota Pontianak Tahun 2012”. Tujuan penelitian mengetahui hubungan
variabel pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, kerentanan, manfaat, hambatan dan sumber
informasi ibu hamil trimester 2 dan 3 dengan pemeriksaan HIV di empat Puskesmas Kota
Pontianak tahun 20112. Sampel sebanyak 114 ibu hamil trimester 2 dan 3 yang
melakukan pemeriksaan HIV dan pengumpulkan dengan cara cross sectional. Hasil
penelitian menunjukkan 7,0% ibu hamil trimester 2 dan 3 melakukan pemeriksaan HIV.
Variabel kerentanan dan sumber informasi berhubungan dengan pemeriksaan HIV (<p=
0,05) dan variabel yang paling dominan ialah sumber informasi tentang HIV, dimana ibu
yang memiliki sumber informasi banyak mempunyai peluang 12,03 kali melakukan
pemeriksaan HIV. Adapun perbedaan dengan peneitian ini pada variabel independen dan
tempat penelitian. Variabel independennya yaitu persepsi dan tempat penelitian di
puskesmas Janti Kota Malang. Persamaan dengan penelitian diatas yaitu pada variabel
dependenya dan rancangan penelitian cross sectional.
c. Penelitian yang dilakukan Leni Syafitri berjudul “faktor –faktor yang berhubungan
binaan pemasyarakatan (WBP) yang berisiko HIV/AIDS di Poliklinik Rutan Kelas I
cipinang Tahun 2012. Tujuan penelitian mengidentifikasi faktor faktor yang berhubungan
dengan pemanfaatan pelayanan PITC. Pada penelitian ini pendekatan yang digunakan
adalah cross sectional survey dengan data primer melalui kuisoner pada 130 responden
(tahanan dan napi) berisiko HIV/AIDS. Hasil penelitian sebanyak 52 (40%) responden
belum memanfaatkan pelayanan PITC. Hubungan antara pemanfaatan pelayanan PITC
dengan penerimaan stigma dan diskriminasi terkait HIV/AIDS merupakan hubungan
paling signifikan (p value = 0,000,OR 20, 781). Keyakinan manfaat PITC (p
value=0,000, OR= 12,372), dukungan keluarga dan institusi (p value=0,000, OR=9,993),
kebutuhan pelayanan PITC (p value= 0,002, OR=6,587), dan pengetahuan PITC (p value
= 0,002,OR=6,130) memiliki hubungan yang signifikan. Beberapa Perbedaan dengan
penelitian yang ini pada variable independennya, responden dan tempat penelitian.
Variabel independen adalah persepsi, responden pada penelitian ini adalah ibu hamil dan
tempat penelitian di Puskesmas Janti Kota Malang. Persamaan dengan penelitian diatas
yaitu pada variabel dependen dan rancangan penelitian cross sectional.
Penelitian Elsheikh, et al (2015) berjudul “ Perception of Sudanese Women of
Reproductive Age Toward HIV/AIDS and Service for Prevention of Mother to Child
Transmission”. Tujuan penelitian untuk mendapatkan wawasan ke dalam persepsi ibu
hamil terhadap HIV / AIDS dan penggunaan layanan PMTCT. Penelitian mengunakan
focus group discussions (FDG) pada wanita usia produktif sebanyak 121 (72 ibu hamil)
dengan setting komunitas di Khartoum. Hasil penelitian sebagian besar wanita merasa
rentan terhadap infeksi HIV dengan tingginya keparahan yang dirasakan. Persepsi ini
belum diartikan ke dalam sikap positif terhadap pentingnya tes HIV selama kehamilan.
Untuk mengantisipasi stigma, wanita tidak mungkin untuk mengungkapkan status
HIVnya. Penelitian tersebut memiliki perbedaan dengan penelitian ini pada variable
independennya dan tempat penelitian. Variabel independennya adalah persepsi tentang
tes HIV dan tempat penelitian di Puskesmas Janti Kota Malang. Desain pada penelitian
ini menggunakan cross sectional dengan teknik pengambilan sampel accidental
sampling. Berdasarkan penelitian Manongi, et al (2014) yang berjudul
“Knowledge,attitudes and acceptability to provider-initiated HIV testing
ancounselingpatienperspectives in Moshi and Rombo Districts, Tanzania”. Tujuan

penelitian ialah menilai pengetahuan, sikap dan penerimaan untuk layanan PITC diantara
pasien yang menghadiri fasilitas perawatan kesehatan didaerah pedesaan dan perkotaan di
Kilimanjaro. Penelitian dengan melakukan focus group discuss (FGD) yang dilakukan
dengan 99 pasien (73 perempuan dan 26 laki-laki) yang terdaftar dalam pasien rawat
jalan klinik di 8 fasilitas kesehatan (2 rumah sakit dan 6 pusat layanan primer) Kota
Moshi dan distrik Rombo di Tanzania Utara. Hasil wawancara direkam, ditranskripsi,
diterjemahkan dan dianalisis menggunakan Non-numerical Unstructured Data Indexing
and Theorizing (NUDIST) software. Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan tentang
layanan PITC (provider-initiated HIV testing and counseling) umumnya rendah.
dibandingkan laki-laki, perempaun lebih memiliki sikap positif terhadap layanan PITC
dan stigma HIV dianggap sebagai hambatan utama dalam PITC. Faktor institusi
kurangnya sumber daya manusia diindentifikasi sebagai hambatan keberhasilan PITC.
Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada variabel independen, responden dan tempat
penelitian. Variabel independen penelitian adalah persepsi, responden penelitian ibuhamil
dan tempat penelitian di Puskesmas Janti Kota Malang. Rancangan dalam penelitian ini
menggunakan cross sectional dengan teknik pengambilan sampel accidental sampling.

Anda mungkin juga menyukai