Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA

PERTENGAHAN
Ditujukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Keluarga

Disusun Oleh :
Soaidah
Siti Jaetun
Muhammad Saeful
Muhammad Khaidir
Lena Novianti Tambunan

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN KELAS TRANSFER CIMACAN


STIKES BUDI LUHUR CIMAHI
2021-2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-
Nya, kami bisa menyelesaikan makalah ini yang berjudul "Asuhan Keperawatan Pada Keluarga
Pertengahan”.

Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan
Keluarga. Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kata sempurna. Untuk itu, kami mohon kritik dan saran yang membangun agar kami menjadi
lebih baik lagi di masa mendatang.

Cianjur, Agustus 2022

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keluarga merupakan bagian terpenting anggota keluarga yang dapat mempengaruhi gaya
hidup atau mengubah gaya hidup anggotanya yang berorientasi pada kesehatan. Keluarga
dapat menimbulkan, mencegah, mengabaikan atau memperbaiki masalah kesehatan pada
kelompoknya sendiri. Keluarga mempunyai peran utama dalam memelihara kesehatan
anggota keluarganya dan bukan individu sendiri yang mengusahakan tercapainya kesehatan
yang diinginkan. Masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan, keluarga merupakan
perantara yang efektif dan efisien untuk mengupayakan kesehatan (Friedman, Browden &
Jones, 2010)

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Makalah
BAB II

TEORI

A. Pengertian

Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan kebersamaan dan ikatan
emosional dan mengidentifikasian diri mereka sebagai bagian dari keluarga (Zakaria, 2017). Sedangkan
menurut Depkes RI tahun 2000, keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala
keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam
keadaan saling kebergantungan. Duval dan Logan (1986 dalam Zakaria, 2017)mengatakan keluarga
adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan menciptakan,
mempertahankan budaya dan meningkatkan pertumbuhan fisik, mental, emosional serta sosial dari tiap
anggota keluarganya.Dari hasil analisa Walls, 1986 (dalam Zakaria, 2017) keluarga sebagai unit yang
perlu dirawat, boleh jadi tidak diikat oleh hubungan darah atau hukum, tetapi berfungsi sedemikian
rupa sehingga mereka menganggap diri mereka sebagai suatu keluarga. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan perkawinan, kelahiran, adopsi dan
boleh jadi tidak diikat oleh hubungan darah dan hukum yang tinggal di suatu tempat di bawah satu atap
dengan keadaan saling ketergantungan dan memiliki kedekatan emosional yang memiliki tujuan
mempertahankan budaya, meningkatkan pertumbuhan fisik, mental, emosional serta sosial sehingga
menganggap diri mereka sebagai suatu keluarga.

B. Tipe

Menurut Nadirawati (2018) pembagian tipe keluarga adalah :

1. Keluarga Tradisional

a. Keluarga Inti (The Nuclear Family) adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri, dan anak baik dari
sebab biologis maupun adopsi yang tinggal bersama dalam satu rumah. Tipe keluarga inti diantaranya:
1) Keluarga Tanpa Anak (The Dyad Family) yaitu keluarga dengan suami dan istri (tanpa anak) yang hidup
bersama dalam satu rumah.

2) The Childless Familyyaitu keluarga tanpa anak dikarenakan terlambat menikah dan untuk
mendapatkan anak terlambat waktunya disebabkan mengejar karir/pendidikan yang terjadi pada
wanita.
3) Keluarga Adopsi yaitu keluarga yang mengambil tanggung jawab secara sah dari orang tua kandung ke
keluarga yang menginginkan anak.

b. Keluarga Besar (The Extended Fmily) yaitu keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama
dalam satu rumah, contohnya seperti nuclear family disertai paman, tante, kakek dan nenek.

c. Keluarga Orang Tua Tunggal (The Single-Parent Family) yaitu keluarga yang terdiri dari satu orang tua
(ayah atau ibu) dengan anak. Hal ini biasanya terjadi karena perceraian, kematian atau karena
ditinggalkan (menyalahi hukum pernikahan).

d. Commuter Family yaitu kedua orang tua (suami-istri) bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu
kota tersebut sebagai tempat tinggal dan yang bekerja di luar kota bisa berkumpul dengan anggota
keluarga pada saat akhir minggu, bulan atau pada waktuwaktu tertentu.

e. Multigeneration Family yaitu kelurga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal
bersama dalam satu rumah.

f. Kin-Network Family yaitu beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu tumah atau berdekatan dan
saling menggunakan barang-barang dan pelayanan yang sama. Contohnya seperti kamar mandi, dapur,
televise dan lain-lain.

g. Keluarga Campuran (Blended Family) yaitu duda atau janda (karena perceraian) yang menikah
kembali dan membesarkan anak dari hasil perkawinan atau dari perkawinan sebelumnya.

h. Dewasa Lajang yang Tinggal Sendiri (The Single Adult Living Alone), yaitu keluarga yang terdiri dari
orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya atau perpisahan (separasi), seperti perceraian atau
ditinggal mati.

i. Foster Familyyaitu pelayanan untuk suatu keluarga dimana anak ditempatkan di rumah terpisah dari
orang tua aslinya jika orang tua 9 dinyatakan tidak merawat anak-anak mereka dengan baik. Anak
tersebut akan dikembalikan kepada orang tuanya jika orang tuanya sudah mampu untuk merawat.

j. Keluarga Binuklir yaitu bentuk keluarga setela cerai di mana anak menjadi anggota dari suatu sistem
yang terdiri dari dua rumah tangga inti.

2. Keluarga Non-tradisional

a. The Unmarried Teenage Motheryaitu keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak
dari hubungan tanpa nikah.
b. The Step Parent Family yaitu keluarga dengan orang tua tiri.

c. Commune Family yaitu beberapa keluarga (dengan anak) yang tidak ada hubungan saudara yang
hidup bersama dalam satu rumah, sumber, dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama; serta
sosialisasi anak melalui aktivitas kelompok/membesarkan anak bersama.

d. Keluarga Kumpul Kebo Heteroseksual (The Nonmarital Heterosexual Cohabiting Family), keluarga
yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melakukan pernikahan.

e. Gay and Lesbian Families, yaitu seseorang yang mempunyai persamaan seks hidup bersama
sebagaimana ‘marital partners’.

f. Cohabitating Family yaitu orang dewasa yang tinggal bersama diluar hubungan perkawinan melainkan
dengan alasan tertentu.

g. Group-Marriage Family, yaitu beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga
bersama yang saling merasa 10 menikah satu dengan lainnya, berbagi sesuatu termasuk seksual dan
membesarkan anak.

h. Group Network Family, keluarga inti yang dibatasi aturan/nilainilai, hidup berdekatan satu sama lain,
dan saling menggunakan alat-alat rumah tangga bersama, pelayanan, dan bertanggung jawab
membesarkan anaknya.

i. Foster Family, keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga/saudara di dalam waktu
sementara, pada saat orang tua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali
keluarga aslinya.

j. Homeless Family, yaitu keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang permanen
karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau masalah kesehatan mental.

k. Gang, bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang mencari ikatan emosional dan
keluarga mempunyai perhatian, tetapi berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya.

C. struktur keluarga
Beberapa ahli meletakkan struktur pada bentuk/tipe keluarga, namun ada juga yang menggambarkan
subsitem-subsistemnya sebagai dimensi struktural. Struktur keluarga menurut Friedman (2009) dalam
Nadirawati (2018) sebagai berikut :

1. Pola dan Proses Komunikasi Komunikasi keluarga merupakan suatu proses simbolik, transaksional
untuk menciptakan mengungkapkan pengertian dalam keluarga.

2. Struktur Kekuatan Struktur keluarga dapat diperluas dan dipersempit tergantung pada kemampuan
keluarga untuk merespon stressor yang ada dalam keluarga.Struktur kekuatan keluarga merupakan
kemampuan (potensial/aktual) dari individu untuk mengontrol atau memengaruhi perilaku anggota
keluarga. Beberapa macam struktur keluarga:
a. Legimate power/authority (hak untuk mengontrol) seperti orang tua terhadap anak.

b. Referent power (seseorang yang ditiru) dalam hal ini orang tua adalah sesorang yang dapat ditiru oleh
anak.

c. Resource or expert power (pendapat, ahli, dan lain).

d. Reward power (pengaruh kekuatan karena adanya harapan yang akan diterima).

e. Coercive power (pengaruh yang dipaksa sesuai dengan keinginannya).

f. Informational power (pengaruh yang dilalui melalui pesuasi) 12

g. Affective power (pengaruh yang diberikan melalui manipulasi cinta kasih, misalnya hubungan seksual).

Sedangkan sifat struktural di dalam keluarga sebagai berikut:

a. Struktur egilasi (demokrasi), yaitu dimana masing-masing anggota keluarga memiliki hak yang sama
dalam menyampaikan pendapat.

b. Struktur yang hangat, menerima, dan toleransi.

c. Struktur yang terbuka dan anggota yang terbuka (honesty dan authenticity), struktur keluarga ini
mendorong kejujuran dan kebenaran.

d. Struktur yang kaku, yaitu suka melawan dan bergantun pada peraturan.

e. Struktur yang bebas (permissiveness), pada struktur ini tidak adanya peraturan yang memaksa.

f. Struktur yang kasar (abuse); penyiksaan, kejam dan kasar.

g. Suasana emosi yang dingin; isolasi dan sukar berteman.

h. Disorganisasi keluarga; disfungsi individu, stres emosional.

3. Struktur Peran Peran biasanya meyangkut posisi dan posisi mengidentifikasi status atau tempat
sementara dalam suatu sistem sosial tertentu.

a. Peran-peran formal dalam keluarga Peran formal dalam keluarga dalah posisi formal pada keluarga,
seperti ayah, ibu dan anak Setiap anggota keluarga memiliki peran masing-masing. Ayah sebagai
pemimpin keluarga memiliki peran sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung, pemberi rasa aman 13
bagi seluruh anggota keluarga, dan sebagai anggota masyarakat atau kelompok sosial tertentu. Ibu
berperan sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak, pelidung keluarga, sebagai
pencari nafkah tambahan keluarga, serta sebagai anggota masyarakat atau kelompok sosial tertentu.
Sedangkan anak berperan sebagai pelaku psikosoal sesuai dengan perkembangan fisik, mental, sosial
dan spiritual.
b. Peran Informal kelauarga Peran informal atau peran tertutup biasanya bersifat implisit, tidak tampak
ke permukaan, dan dimainkan untuk memenuhi kebutuhan emosional atau untuk menjaga
keseimbangan keluarga.

4. Struktur Nilai Sistem nilai dalam keluarga sangat memengaruhi nilai-nilai masyarakat. Nilai keluarga
akan membentuk pola dan tingkah laku dalam menghadapi masalah yang dialami keluarga. Nilai
keluarga ini akan menentukan bagaimana keluarga menghadapi masalah kesehatan dan stressor-
stressor lain

D. fungsi keluarga
Fungsi keluarga menurut Friedman (2003) dalam Nadirawati (2018) sebagai berikut: 1. Fungsi afektif dan
koping; dimana keluarga memberikan kenyamanan emosional anggota, membantu anggota dalam
membentuk identitas, dan mempertahankan saat terjadi stres. 14 2. Fungsi sosialisasi; keluarga sebagai
guru, menanamkan kepercayaan, nilai, sikap, dan mekanisme koping, memberikan feedback dan saran
dalam penyelesaian masalah. 3. Fungsi reproduksi; dimana keluarga melanjutkan garis keturunannya
dengan melahirkan anak. 4. Fungsi ekonomi; keluarga memberikan finansial untuk anggota keluarga dan
kepentingan di masyarakat. 5. Fungsi pemeliharaan kesehatan; keluarga memberikan keamanan dan
kenyamanan lingkungan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan dan istirahat juga
penyembuhan dari sakit.

E. tugas keluarga
Tugas kesehatan keluarga menurut Bsilon dan Maglalaya (2009) : 1. Mengenal masalah kesehatan Orang
tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahanperubahan yang dialami anggota keluarga.Dan
sejauh mana keluarga mengenal dan mengetahui fakta-fakta dari masalah kesehatan yang meliputi
pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab dan yang mempengaruhinya, serta persepsi keluarga
terhadap masalah kesehatan. 2. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat Hal ini meliputi
sejauh mana kemampuan keluarga mengenal sifat dan luasnya masalah. Apakah keluarga merasakan
adanya masalah kesehatan, menyerah terhadap masalah yang dialami, adakah perasaan takut akan
akibat penyakit, adalah sikap negatif terhadap masalah 15 kesehatan, apakah keluarga dapat
menjangkau fasilitas kesehatan yang ada, kepercayaan keluarga terhadap tenaga kesehatan, dan apakah
keluarga mendapat informasi yang benar atau salah dalam tindakan mengatasi masalah kesehatan. 3.
Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit Ketika memberikan perawatan kepada anggota
keluarganya yang sakit, keluarga harus mengetahui beberapa hal seperti keadaan penyakit, sifat dan
perkembangan perawatan yang dibutuhkan, keberadaan fasilitas yang diperlukan, sumber-sumber yang
ada dalam keluarga (anggota keluarga yang bertanggung jawab, finansial, fasilitas fisik, psikososial), dan
sikap keluarga terhadap yang sakit. 4. Memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang
sehat Hal-hal yang harus diketahui oleh keluarga untuk memodifikasi lingkungan atau menciptakan
suasana rumah yang sehat yaitu sumbersumber keluarga yang dimiliki, manfaat dan keuntungan
memelihara lingkungan, pentingnya dan sikap keluarga terhadap hygiene sanitasi, upaya pencegahan
penyakit. 5. Merujuk pada fasilitas kesehatan masyarakat Hal-hal yang harus diketahui keluarga untuk
merujuk anggota keluarga ke fasilitas kesehatan yaitu keberadaan fasilitas keluarga,
keuntungankeuntungan yang dapat diperoleh dari fasilitas kesehatan, tingkat kepercayaan keluarga dan
adanya pengalaman yang kurang baik terhadap petugas dan fasilitas kesehatan, fasilitas yang ada
terjangkau oleh keluarga

F. tahapan kelaurga
Tingkatan kesehatan kesejahteraan keluarga menurut Amin Zakaria (2017) adalah : 1. Keluarga
Prasejahtera Keluarga yang belum bisa memenuhi kebutuhan dasar minimal, yaitu kebutuhan
pengajaran agama, sandang, pangan, papan dan kesehatan. Dengan kata lain tidak bisa memenuhi salah
satu atau lebih indikator keluarga sejahtera tahap I. 2. Keluarga Sejahtera Tahap I Keluarga yang sudah
dapat memenuhi kebutuhan dasar minimal, tetapi belum bisa memenuhi seluruh kebutuhan psikososial,
seperti pendidikan, KB, interaksi dalam keluarga, lingkungan sosial dan transportasi.Indikator keluarga
tahap I yaitu melaksanakan ibadah menurut kepercayaan masing-masing, makan dua kali sehari, pakaian
yang berbeda untuk berbagai keperluan, lantai rumah bukan dari tanah, kesehatan (anak sakit, KB
dibawa keperawatan pelayanan kesehatan). 3. Keluarga Sejahtera Tahap II Pada tahap II ini keluarga
sudah mampu memenuhi kebutuhan dasar minimal, dapat memenuhi seluruh kebutuhan psikososial,
tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan perkembangan (kebutuhan menabung dan memperoleh
informasi. Indikator keluarga tahap II adalah seluruh indikator tahap I ditambah dengan melaksanakan
kegiatan agama secara teratur, makan daging/ikan/telur sebagai lauk pauk minimal satu tahun terakhir,
luas lantai rumah perorang 8 m2 , kondisi anggota 17 keluarga sehat dalam 3 bulan terakhir, keluarga
usia 15 tahun keatas memiliki penghasilan tetap, anggota keluarga usia 15-60 tahun mampu membaca
dan menulis, anak usia 7-15 tahun bersekolah semua dan dua anak atau lebih PUS menggunakan Alkon.
4. Keluarga Sejahtera Tahap III Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar minimal, setelah
memenuhi keseluruhan kebutuhan psikososial, dan memenuhi kebutuhan perkembangan, tetapi belum
bisa memberikan sumbangan secara maksimal pada masyarakat dalam bentuk material dan keuangan
dan belum berperan serta dalam lembaga kemasyarakatan. 5. Keluarga Sejahtera Tahap III Plus
Memenuhi indikator keluarga tahap sebelumnya ditambah dengan upaya keluarga menambahkan
pengetahuan tentang agama, makan bersama minimal satu kali sehari, ikut serta dalam kegiatan
masyarakat, rekreasi sekurangnya dalam enam bulan, dapat memperoleh berita dari media cetak
maupun media elektronik, anggota keluarga mampu menggunakan sarana transportasi.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan, tahap ini merupakan dasar dalam
mengidentifikasi kebutuhan keperawatan klien. Pengkajian yang sistematis dengan pengumpulan data
dan di evaluasi untuk mengetahui status kesehatan klien. Pengkajian yang akurat, sistematis dan kontinu
akan membantu menentukan tahapan selanjutnya dalam proses keperawatan (Olfah, 2016). Pengkajian
pada Asuhan Keperawatan Keluarga menurut Andarmoyo, 2012 : 1. Identitas Umum Keluarga a.
Identitas Kepala keluarga Meliputi nama kepala keluarga sebagai penanggung jawab penuh terhadap
keberlangsungan keluarga. Alamat dan telepon untuk memudahkan dalam pemberian asuhan
keperawatan.Pekerjaan dan pendidikan kepala keluarga sebagai dasar menentukan tindakan
keperawatan selanjunjutnya. 43 b. Komposisi Keluarga Semua anggota keluarga dimasukkan ke data,
dituliskan hubungan anggota keluarga dengan pasien, umur masing – masing anggota keluarga,
pendidikan dan pekerjaan, dan status kesehatan anggota keluarga.Cara penulisan dalam asuhan
keperawatan orang yang sudah dewasa (orang tua) dicatat terlebih dahulu lalu diikuti dengan anak-
anak. c. Genogram Genogram merupakan pohon keluarga dimana sebagai alat pengkajian untuk
mengetahui riwayat keluarga.Genogram memuat informasi tentang tiga generasi keluarga meliputi
keluarga inti dan keluarga asal masing-masing orangtua. d. Tipe Keluarga Menjelaskan mengenai jenis
tipe keluarga dan kendala atau masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut. e. Suku Bangsa
Suku dan adat istiadat mempengaruhi keluarga dalam menyikapi suatu masalah terutama kesehatan. f.
Agama dan Kepercayaan Mengkaji agama dan kepercayaan keluarga yang dapat mempengaruhi
kesehatan. g. Status sosial ekonomi keluarga Ditentukan oleh pendapatan per bulan yang diperoleh dari
kepala keluarga maupun dari anggota keluarga lainnya, dan kebutuhan- 44 kebutuhan yang dikeluarkan
oleh keluarga dalam satu bulan serta barang-barang yang dimiliki keluarga.Dari pendapatan yang
diperoleh apakan mencukupi kebutuhan keluarga dan dapat menyisihkan uang untuk ditabung. h.
Aktivitas rekreasi keluarga Hal yang dilakukan oleh keluarga dan penderita saat dirumah dan di luar
rumah jika ada waktu luang. Misalnya seperti rekreasi ke suatu tempat, menonton TV, mendengarkan
radio, membaca Koran
2. 2. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga a. Tahap perkembangan keluarga saat ini Ditentukan
dengan usia atau perkembangan anak tertua dari keluarga inti. b. Riwayat keluarga inti Menjelaskan
riwayat keluarga inti mulai lahir hingga saat ini meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan
masingmasing anggota keluarga, status imunisasi, sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan
keluarga, pengalaman tehadap pelayanan kesehatan dan tindakan yang telah dilakukan berkaitan
dengan kesehatan. 3. Lingkungan a. Karakteristik Rumah Gambaran tipe tempat tinggal (rumah, sewa
kamar, apartemen dll) dan kepemilikan hak rumah . Perincian denah rumah termasuk bangun, ukuran,
atap, ventilasi, jendela, pintu, apakah lantai, 45 tangga dan susunan bangunan yang lain dalam kondisi
yang adekuat. Pada bagian dapur bagaimana suplai air minum dan penggunaan alat-alat untuk
memasak.Untuk kamar mandi bagaimana sanitasi air dan fasilitas toilet. Mengamati keadaan rumah
apakah rumah klien bersih apa tidak, kebiasaan keluarga dalam merawat rumah dan kepuasaan keluarga
terhadap rumah/lingkungan. b. Karakteristik tetangga komunitas Tipe lingkungan/komunitas keluarga
(desa, kota, subkota). Adat istiadat komunitas setempat serta pola pergaulan keluarga dapat memicu
terjadinya penyebab penyakit dalam suatu komunitas. c. Mobilitas geografis keluarga Ditentukan
dengan kebiasaan berpindah-pindah tempat tinggal, berapa lama keluarga tinggal di daerah ini juga
perlu dikaji. 4. Struktur keluarga a. Pola/cara komunikasi keluarga Dilihat dari cara keluarga dalam
berkomunikasi apakah saling terbuka dan saling membantu, bahasa apa yang digunakan dalam keluarga.
Frekuensi dan kualitas komunikasi yang belangsung dalam keluarga. b. Struktur kekuatan keluarga
Kemampuan anggota keluarga dalam mengendalikan dan memengaruhi orang lain untuk mengubah
perilaku. Hal yang perlu dikaji siapa yang membuat keputusan keluarga, siapa yang 46 mengelola
keuangan dalam keluarga. Saat terjadi masalah apakah masalah diselesaikan dengan cara
bermusyawarah atau tidak. c. Struktur Peran Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga
baik secara formal dan informal. d. Nilai atau norma keluarga Nilai dan norma yang dianut oleh keluarga
yang berhubungan dengan kesehatan

5. Fungsi Keluarga a. Fungsi afektif dan koping; apakah keluarga mampu memberikan kenyamanan
emosional, dan mempertahankan saat terjadi stres. b. Fungsi sosialisasi; bagaimana kerukunan hidup,
interaksi dan hubungan dalam keluarga dan bagaimana partisipasi keluarga dalam kegiatan sosial. c.
Fungsi reproduksi; apakah keluarga memiliki perencanaan jumlah anak, apakah keluarga melakukan
program KB. d. Fungsi ekonomi; keluarga memberikan finansial untuk anggota keluarga dan kepentingan
di masyarakat. e. Fungsi pemeliharaan kesehatan; apakah keluarga dapat memberikan keamanan dan
kenyamanan lingkungan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan dan istirahat juga
penyembuhan dari sakit. 47 6. Stress dan Koping Keluarga Kemampuan keluarga dalam mengenali
stressor jangka pendek (< 6 bulan) dan jangka panjang (> 6 bulan), apakah keluarga mampu mengatasi
ketegangan dan stressor biasa dalam kehidupan sehari-hari dan bagaimana upaya keluarga dalam
mengatasi masalah. 7. Gizi Keluarga Menyangkut pemenuhan nutrisi yang bergizi pada keluarga dan
upaya lain dalam meningkatkan gizi. 8. Pemeriksaan Fisik Dilakukan secara head to toepada klien dan
juga seluruh anggota keluarga. 9. Status Mental a. Faktor Predisposisi Adanya penolakan, kurang
penghargaan, pola asuh yang overprotektif, otoriter, tidak konsisten, terlalu dituruti, terlalu dituntun.
Adanya persaingan antar keluarga, kesalahan dan kegagalan berulang, tidak mampu mencapai standar
(Yusuf, 2015) b. Faktor Presipitasi Adanya trauma, ketegangan peran, transisi peran perkembangan,
transisi peran situasi, transisi peran sehat-sakit (Yusuf, 2015). c. Perilaku Mengkritik diri sendiri atau
orang lain. Produktivitas menurun, gangguan berhubungan, merasa diri paling penting, destruktif pada
diri sendiri dan orang lain, merasa tidak mampu, merasa bersalah 48 dan khawatir, mudah tersinggung
atau marah, perasaan negatif terhadap tubuh, ketegangan peran, pesimis menghadapi hidup, keluhan
fisik, penolakan kemampuan diri, pandangan hidup bertentangan, menarik diri secara sosial dan realita,
penyalahgunaan obat (Yusuf, 2015). Klien menghindari orang lain, menunduk, bergerak lamban, bicara
pelan, kurangnya kontak mata (Sutejo, 2019) d. Faktor Afektif Klien merasa malu, sedih, tidak berguna
dan murung (Sutejo, 2019). e. Faktor Fisiologis Klien dapat mengalami sulit tidur, penurunan nafsu
makan, klien merasa lemas, pusing dan mual (Sutejo, 2019). f. Faktor Sosial Klien lebih senang
menyendiri, klien membatasi interaksi dengan orang lain, klien cenderung lebih banyak diam (Sutejo,
2019). g. Mekanisme Koping 1) Pertahanan Jangka Pendek Aktivitas yang dapat memberikan pelarian
sementaradari krisis seperti menonton terus menerus dan menggunakan obatobatan.Aktivitas yang
dapat memberikan identitas pengganti sementara untuk klien, seperti ikut kegiatan sosial. Aktivitas
sementara yang dapat menguatkan perasaan klien seperti pencapaian akademik (Yusuf, 2015). 49 2)
Pertahanan Jangka Panjang Penutupan identitas dengan adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh
orang yang penting bagi klien tanpa memperhatikan keinginan dan potensi dirinya.Identitas negatif yaitu
asumsi identitas yang tidak wajar untuk dapatditerima oleh nilai-nilai harapan masyarakat (Yusuf, 2015).
3) Mekanisme pertahanan ego. Fantasi, disosiasi, isolasi, proyeksi, displacement, marah atau amuk pada
diri sendiri (Yusuf, 2015).

Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan merupakan tahap selanjutnya setelah proses pengkajian.
Diagnosa keperawatan merupakan dasar dalam penyusunan rencana tindakan asuhan keperawatan.
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga atau masyarakat sebagai
akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau potensial dimana perawat dapat
mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan menurunkan,
membatasi, mencegah dan merubah (Olfah, 2016) Dalam penentuan diagnosa keperawatan keluarga
meliputi 5 tugas pokok keluarga menurut Bailon dan Maglaya (2009) yaitu: 1. Ketidakmampuan keluarga
dalam mengenal masalah kesehatan. 2. Ketidakmampuan keluarga membuat keputusan tindakan
kesehatan yang tepat. 3. Ketidakmampuan keluarga memberi perawatan pada anggota keluarga yang
sakit. 4. Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang
sehat. 5. Ketidakmampuan keluarga merujuk pada fasilitas kesehatan masyarakat. Diagnosa
keperawatan keluarga yang muncul adalah gangguan konsep diri: harga diri rendah kronis berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga dalam memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit. 51
2.7.3 Skala Prioritas Masalah Prioritas didasarkan pada diagnosa keperawatan yang mempunyai skor
tinggi dan disusun berurutan sampai yang mempunyai skor rendah. Scoring dilakukan bila perawat
merumuskan diagnosa keperawatan telah dari satu proses scoring menggunakan skala yang telah
dirumuskan KOLOM YAAA

7.5 Implementasi Pada tahap ini dilakukan pelaksanaan dari perencanaan asuhan keperawatan yang
telah disusun perawat beserta keluarga dengan tujuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
antara lain mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan
memfasilitasi koping (Nadirawati, 2018). Implementasi yang dilakukan untuk keluarga dengan penderita
harga diri rendah kronis yaitu dengan mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat
pasien di rumah, menjelaskan pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah, menjelaskan cara
merawat pasien dengan harga diri rendah, mendemonstrasikan cara merawat pasien dengan harga diri
rendah, dan memberi kesempatan pada keluarga untuk mempraktekkan cara merawat pasien. Melatih
keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan masalah harga diri rendah langsung kepada
pasien. Selanjutnya membuat perencanaan kegiatan pasien sehari-hari bersama keluarga (Yusuf, 2019)
Tabel. 2.4 Strategi Pelaksanaan Keluarga pada Harga Diri Rendah Kronis SP 1 Keluarga Mendiskusikan
masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien di rumah, menjelaskan tentang pengertian,
tanda dan gejala harga diri rendah kronis, menjelaskan cara merawat pasien dengan harga diri rendah
kronis dan memberi kesempatan pada keluarga untuk mempraktekkan cara merawat pasien dengan
masalah harga diri rendah kronis SP 2 Keluarga Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien
dengan masalah harga diri rendah kronis langsung pada pasien SP 3 Keluarga Membuat kegiatan pasien
sehari-hari bersama keluarga Sumber: Yusuf, 2019 58 2.7.6 Evaluasi Evaluasi keperawatan adalah tahap
akhir dari proses keperawatan yang berfungsi untuk mengukur keberhasilan dari rencana dan
pelaksanaan tindakan keperawatan yang telah dilakukan apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang
dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain (Olfah,2016) Perumusan evaluasi formatif meliputi 4
komponen yang dikenal dengan istilah SOAP (Subjektif, Objektif, Assesment, dan Planning), yakni: S :
Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. O : Respon objektif klien
terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. A : Analisa ulang atas data subjektif dan
objektif untuk menyimpulkan apakah masalah tetap atau muncul masalah baru. P : Perencanaan hasil
dan analisa ulang data. Evaluasi yang diharapkan pada keluarga dengan salah satu anggotanya
mengalami masalah harga diri rendah kronis yaitu keluarga mampu membantu pasien dalam melakukan
aktivitas, dan keluarga memberikan pujian pada pasien terhadap kemampuan pasien dalam melakukan
aktivitas (Yusuf 2015)
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai