Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya pada kelompok kami, sehingga
dapat menyelesaikan laporan modul 2 blok Al Islam tepat pada waktunya.
Shalawat serta salam tidak lupa kami junjungkan kepada Nabi Muhammad
SAW.
Laporan ini kami buat untuk memenuhi tugas wajib yang dilakukan
untuk
menghadapi
pleno.
Pembuatan
laporan
ini
pun
bertujuan
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar
........................................................................................................
1
Daftar
Isi .................................................................................................................
..
2
BAB I
PENDAHULUAN
Tujuan
Instruktursional
Umum
.
Tujuan
Instruktursional
4
Khusus
. 4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Skenario
.
Kata/Kalimat
5
Sulit
..
5
Kata/Kalimat
Kunci
5
BAB III
PEMBAHASAN
1. Bagaimana batasan dan adab pemeriksaan fisik terhadap lawan
jenis dalam
islam
(Moh.
Hafidz
Ramadhan) ........................................................................ 6
2. Tindakan apa yang harus dilakukan dokter hilman dalam keadaan
pasien datang
2
Sendiri
(Vera
Desniarti) ..........................................................................................
10
3. Apa hukum pemeriksaan terhadap lawan jenis dan nonmuhrim
(Vidia
Amrina
Rasyada) ........................................................................................
10
4. Bagaimana prosedur pemeriksaan fisik sesuai dengan kode etik
kedokteran
(Miftah
Rizqi) ...................................................................................................
....
5. Apa
13
batasan
aurat
laki-laki
dan
perempuan
Intan
Azzahra) ............................... 15
6. Bagaimana adab bergaul laki-laki dan perempuan dalam perfektif
islam
(
Lia
Dafia) ..................................................................................................
..........
20
7. Dalam kondisi apa kita boleh memeriksa pasien lawan jenis
(Ghisqy
Arsy
Mulki)..............................................................................................22
8. Langkah apa yang harus dilakukan untuk menghindari timbulnya
syahwat
dalam
pemeriksaan
fisik
( Tohari) .........................................................
tersebut
28
BAB IV
KESIMPULAN ..............................................................................................
......................
34
DAFTAR
PUSTAKA ....................................................................................................
..........
35
BAB 1
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAU PUSTAKA
A. Skenario modul 2
Hilman dokter berusia muda sedang bertugas di Rumah Sakit
swasta, kedatangan pasien perempuan berusia 18 tahun dengan
keluhan ada benjolan di payudara kiri. Dirasakan sudah 3 bulan.
Penderita minta diperiksa karena takut apakah ini yang disebut
kanker payudara. Sesuai prosedure medis rumah sakit dia harus
melakukan
pemeriksaan
fisik
melalui
pengamatan
(inspeksi),
BAB III
PEMBAHASAN
Nama: Moh. Hafidz Ramadhan
NIM
: 2011730150
Pemeriksaan
kesehatan
sering
dilakukan
di
berbagai
tempat
c. Melakukan palpasi
Yaitu meraba tubuh dengan telapak tangan. Untuk ini perlulah
pasien diminta untuk membuka pakaiannya terutama bagian
atas, kalau nanti ternyata diperlukan pemeriksaan yang lebih
lengkap barulah si pasien diminta untuk membuka celana,
gune pemeriksaan dalam, baik melalui vagina maupun anus
(dubur).
d. Melakukan perkusi
Yaitu dengan memukulkan jari tengah kanan diatas jari tengah
tangan kiri
atas
tubuh
yang
peristiwa-peristiwa
abnormal
yang
tidak
Para
ulama
menganggap
keadaan
darurat
sebagai
suatu
melihat aurat pasien lain jenis yang bukan mahram khusus pada bagian
tubuh yang menuntut untuk itu termasuk aurat vitalnya, demikian pula
sebaliknya, dokter wanita boleh melihat aurat pasien laki-laki yang bukan
mahramnya dengan alasan tuntutan.
Di Indonesia, tidak dilarang melihat aurat perempuan sakit oleh
seorang dokter laki-laki untuk keperluan memeriksa dan mengobati
penyakitnya. Seluruh tubuhnya boleh diperiksa oleh dokter laki-laki,
bahkan hingga genetalianya, tetapi jika pemeriksaan dan pengobatan itu
telah mengenai genitalian dan sekiatarnya maka perlu ditemani oleh
seorang anggota keluarga laki-laki yang terdekat atau suaminya. Jadi,
kebolehan berobat kepada lain jenis dipersyaratkan jika yang sejenis tidak
ada. Dalam hal demikian, dianjurakan bagi pasien untuk menutup bagian
tubuh yang tidak diobati. Demikian pula dokter atau yang sejenisnya
harus membatasi diri tidak melihat organ pasien yang tidak berkaitan
langsung.
Islam bukanlah agama yang monoton. Islam juga telah mengatur
semua yang akan dihadapi oleh anak cucu Adam. Dalam islam telah
dijelaskan
bahwa
Islam
memang
mengenal
darurat
yang
akan
meringankan suatu hukum. Ada kaidah Idzaa dhoogal amr ittasi (jika
kondisi sulit, maka Islam memberikan kemudahan dan kelonggaran).
Bahkan kaidah lain menyebutkan: Kondisi darurat menjadikan sesuatu
yang haram menjadi mubah.
Jadi dapat disimpulkan secara keseluruhan bahwa dalam kondisi
darurat diperbolekan bagi tenaga kesehatan untuk melakukan tindakan
medis kepada pasiennya yang berbeda jenis kelamin jika itu benar-benar
akan mendatangkan banyak kemaslahatan bagi pasien dengan syaratsyarat yang telah diatur pula misalnya pasien yang tetap ditemani oleh
keluarganya saat pemeriksaan ataupun hanya memeriksa bagian tubuh
pasien yang perlu-perlu saja. Tenaga kesehatan pun harus dituntut untuk
menjalankan tugasnya sesuai dengan kode etik yang telah dibuat oleh
institusi terkait dan mereka juga harus memiliki sikap dan jiwa yang
11
sesuai dengan syariat islam agar dapat mencerminkan diri sebagai tenaga
kesehatan yang islami pula.
Nama: Vera Desniarti
NIM
: 2011730166
: 2011730167
12
untuk
Selama
menggunakan
mendatangkan
cara
yang
mashalat
mulanya
seperti
tidak
untuk
seorang
penyakitnya
dokter
muslimah
yang
mengetahui
maupun
kecurigaan.
Berduanya seorang lelaki dengan seorang perempuan di tempat
sepi di sebut Ikhliat. Pembahasan tentang ikhliat dalam
bidang etika
Berhati-hatilah kalian dari menjumpai wanita, maka seorang sahabat
dari Anshar bertanya, Bagaimana pendapat engkau tentang saudara
ipar, wahai Rasulullah? Rasulullah menjawab, Saudara ipar adalah maut
(petaka). [HR Bukhari dan Musllim]
Islam
dalam
banyak
hal,
ialah
demi
kemaslahatan
14
mereka,
atau
putra-putra
mereka,
atau
putra-putra
suami
Dari Abdir-Rahman bin Abi Said al-Khudri, dari ayhnya, bahwasanya Nabi
saw bersabda : Janganlah seorang lelaku melihat kepada aurat lelaki
(yang lain), dan janganlah seorang wanita melihat kepada aurat wanita
(yang lain) [HR Muslim]
Nama: Miftah Rizqi
NIM
: 2011730155
kesembuhan
yang
sakit
dan
tanpa
niat-niat
buruk
atau
mencelakakan, dan lebih jauh lagi tanpa niat berbuat cabul terhadap
wanita ataupun pria, baik merdeka maupun hamba sahaya telah
menjelaskan tindakan yang seharusnya diambil oleh seorang dokter
dalam menyikapi pemeriksaan fisik terhadap pasien lain jenis.
Dalam deklarasi geneva pun telah dikatakan pada point ke empat
kesehatan penderita senantiasa akan saya utamakan. Maka jelas
16
ditemukan
seorang
dokter
wanita
yang
diperlukan
maka
diperbolehkan baginya untuk berobat kepada dokter laki-laki, dan hal ini
lebih mirip dengan keadaan darurat tetapi harus tetap terikat dengan
aturan-aturan yang jelas. Oleh karena itu, para ahli fiqih berkata, keadaan
darurat memperbolehkan untuk melakukan suatu hal sesuai dengan
sekedar kebutuhan. Maka seorang dokter laki-laki tidak diperbolehkan
untuk melihat atau memegang aurat pasien wanitanya yang tidak
dibutuhkan untuk dilihatnya ataupun dipegang, dan wajib pula bagi
wanita tersebut untuk menutup segala sesuatu yang tidak diperlukan
untuk dibuka ketika berobat.
Seperti dalam hadist Tidaklah seorang laki-laki berduaan dengan
seorang wanita kecuali yang ketiganya adalah setan". Maka harus hadir
seseorang
bersama
keduanya
baik
suaminya
ataupun
salah
satu
yang
wanita
sedangkan
sakitnya
membahayakannya
dan
kasus
dalam
sekenario
ini,
dr.hilman
haruslah
17
: 2011730141
Batas-batas Aurat.
Para ulama berbeda pendapat dalam menetapkan batas aurat,
mutlak,
muktasabah.
baik
Maka
perhiasan
haram
bagi
khalqiyyah
wanita
maupun
menampakkan
perhiasan
sebagian
19
minhaa
(dan
janganlah
mereka
menampakkan
20
2. Mereka
menguatkan
pendapat
tersebut
dengan
hadis
yang
tapak tangan
Madinah pada waktu itu masih banyak orang fasik yang beradat
kebiasaan jahiliyyah, dan suka mengganggu para wanita. Kekhawatiran
Rasulullah saw pada waktu itu sangat masuk akal, karena beliau sangat
paham terhadap adat istiadat jahiliyyah.
Kekhawatiran akan adanya fitnah pada masa kini pun masih menghantui
kita, apalagi pengaruh dari berbagai bangsa di dunia ini, yang tidak
mengenal norma-norma Islamiyyah sangat besar. Maka, menutup wajah
dan dua tapak tangan adalah sangat terpuji, sekalipun penulis tidak lebih
cenderung kepada pendapat Iman Malik dan Imam Abu Hanifah, yang
mengatakan bahwa wajah dan dua tapak tangan adalah bukan aurat, dan
yang paling penting, menutup aurat dengan libasut taqwa (pakaian
taqwa) adalah yang paling baik.1
5. Batasan Aurat (Perhiasan) Wanita yang Boleh Tampak di
Depan Mahram
Dalam surat an-Nuur ayat 31, Allah SWT
membolehkan mahram
garis
besar,
ada
dua
pendapat
ulama
yang masyhur (populer) tentang batasan yang boleh dilihat oleh mahram,
yaitu:
a) Pendapat pertama: Mahram boleh melihat seluruh tubuh wanita,
kecuali bagian di antara pusar dan lutut, dan inilah pendapat
kebanyakan
ulama.
[Lihat
al-Mabsuuth
(X/149),
al-Majmuu'
22
.
Jika salah seorang di antara kalian menikahkan hamba sahaya atau
pembantunya, maka jangan sekali-kali ia melihat sedikit pun dari
auratnya. Karena apa yang ada di bawah pusar hingga lutut adalah
aurat. [Hadits hasan. Riwayat Ahmad (II/187) dan Abu Dawud (no.
495)]
Meskipun jika dilihat dari matan (redaksi) nya, hadits tersebut ditujukan
kepada kaum lelaki, namun hadits tersebut berlaku juga bagi kaum wanita
karena kaum wanita adalah saudara sekandung/belahan bagi kaum lelaki.
Wanita belahan laki-laki maksudnya adalah masing-masing memiliki
tugas
dan
tanggung
jawab
yang
sama
dalam
syariat,
termasuk
.
Aku dan saudara Aisyah datang kepada Aisyah, lalu saudaranya itu
bertanya
kepadanya
tentang
mandi
yang
dilakukan
oleh
Nabi
Fataawaa
Ibn
: 2011730148
menahan
pemberian
karena
Allah,
sungguh
telah
25
2. Tidak berdua-duaan
Rasulullah saw bersabda: Janganlah seorang laki-laki berdua-duaan
(khalwat) dengan wanita kecuali bersama mahromnya. (HR.
Bukhari dan Muslim)
3. Tidak menyentuh lawan jenis
Di dalam sebuah hadits, Aisyah ra berkata, Demi Allah, tangan
Rasulullah tidak pernah menyentuh tangan wanita sama sekali
meskipun saat membaiat (janji setia kepada pemimpin). (HR.
Bukhari)
Hal ini karena menyentuh lawan jenis yang bukan mahromnya
merupakan salah satu perkara yang diharamkan di dalam Islam.
Rasulullah bersabda, Seandainya kepala seseorang ditusuk dengan
jarum besi, (itu) masih lebih baik daripada menyentuh wanita yang
tidak halal baginya. (HR. Thabrani dengan sanad hasan)
4. Menutup aurat secara sempurna.
5. Bagi wanita diperintahkan untuk tidak berlembut-lembut suara di
hadapan laki-laki bukan mahram.
6. Dilarang Bagi Wanita bepergian sendirian tanpa mahramnyasejauh
perjalanan satu hari.
7. Laki-laki dilarang berhias menyerupai perempuan, juga sebaliknya.
8. Islam menganjurkan menikah dalam usia muda bagi yang mampu
dan shaum bagi yang tidak mampu.
Nama: Ghisqy Arsy Mulki
NIM
: 2011730136
Beberapa
pertanyaan
menghampiri
meja
Redaksi,
yaitu
sesama
manusia,
yang
rambu-rambunya
sangat
mendapat
perhatian dalam Islam. Yaitu berkait dengan ajaran Islam yang sangat
menjunjung tinggi keselamatan bagi manusia dari segala gangguan.
Terlebih lagi dalam masalah mu'amalah (pergaulan) dengan lain jenis.
Dalam Islam, hubungan antara pria dan wanita telah diatur dengan
batasan-batasan, untuk membentengi gejolak fitnah yang membahayakan
dan mengacaukan kehidupan. Karenanya, Islam telah melarang pergaulan
yang dipenuhi dengan ikhtilat (campur baur antara pria dan wanita).
27
kehatian-hatian
Islam
dalam
banyak
hal,
ialah
demi
Subhanahu
wa
Ta'ala
telah
berfirman
(yang
artinya):
28
Muslimah,
maka
menjadi
kewajiban
kaum
Muslimah
untuk
29
tidak?
Karena
seorang
muslimah
harus
menjaga
wanita,
menghindarkan
diri
dari
tangan
pria
yang
bukan
benar-benar
memperhatikan
masalah
ini,
dan
tidak
untuk
Selama
menggunakan
cara
mendatangkan
yang
maslahat,
mulanya
tidak
seperti
untuk
30
dokter
muslimah
yang
mengetahui
penyakitnya
maupun
ini
disebutkan
Syaikh
Bin
Bz
rahimahullah
untuk
pengobatan pada bagian tubuh yang nampak, seperti kepala, tangan, dan
kaki. Jika obyek pemeriksaan menyangkut aurat wanita, meskipun sudah
ada perawat wanita umpamanya- maka keberadaan suami atau wanita
lain
(selain
perawat)
tetap
diperlukan,
dan
ini
lebih
baik
untuk
lagi
bertakwa,
dan
pasien
wanita
itu
didampingi
oleh
mahramnya.[9]
Demikian pula menurut Syaikh Muhammmad bin Shalih al-Utsaimin.
Hanya saja, untuk menangani wanita muslimah, beliau rahimahullah lebih
memilih seorang dokter wanita beragama Nashrani yang dapat dipercaya,
daripada memilih seorang dokter lelaki muslim. Kata beliau: Menyingkap
aurat lelaki kepada wanita, atau aurat wanita kepada pria ketika
dibutuhkan tidak masalah, selama terpenuhi dua syarat, yaitu aman dari
fitnah, dan tidak disertai khalwat (berduaan dengan lawan jenis yang
bukan mahramnya). Akan tetapi, berobat kepada dokter wanita yang
beragama Nasrani dan amanah, tetap lebih utama daripada ke doker
muslim meskipun lelaki, karena aspek persamaan.[10]
Penjelasan tambahan Syaikh al-Utsaimin di atas, juga dipilih oleh
para ulama yang tergabung dalam Lajnah Daimah. Dalam fatwanya yang
bernomor
16748,
Lajnah
D-imah
memfatwakan,
wanitalah
yang
32
33
NIM
: 2011730165
(yang
agama
Islam
memerintahkan
agar
pemeriksaa
atau
perawat
perempuan,
begitupula
selanjutnya.
Namun,
pada
35
kondisi
dan
dalil
sebelumnya
dimana
sejumlah
laki-laki
tinggalkanlah
Sesungguhnya
dosa
orang
yang
yang
nampak
mengerjakan
dan
yang
tersembunyi.
dosa,
kelak
akan
diberi
dosa
yang
tersembunyi
adalah
perasaan
menyukai
dan
kesalahannya.
Dan
semenjak
itu,
ia
tidak
pernah
lagi
yang
juga
terkait
etika
khusus
wanita,
sebagaimana
menutupkan
kain
kudung
kedadanya,
dan
janganlah
saudara
lelaki
mereka,
atau
putera-putera
saudara
38
mereka
dan
kepemimpinan wanita
memberikan
hak-hak
mereka,
sedangkan
39
Wanita juga harus bergerak dengan wajar dan tidak dibuat-buat untuk
menarik perhatian.
Dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah bersabda, Ada dua golongan
penghuni neraka yang belum aku lihat, yaitu kaum yang membawa
cambuk seperti ekor sapi, mereka gunakan mencambuk orang-orang, dan
wanita-wanita yang berpakaian tapi telanjang berlenggak-lenggok, kepala
mereka seperti punuk unta yang miring, mereka tidak akan masuk surga
dan tidak dapat mencium aromanya, padahal aroma surga itu bisa dicium
dari jarak perjalanan sekian dan sekian. (HR Muslim)
Etika pertemuan tersebut merupakan hal yang sangat penting. Oleh
karenanya, seseorang harus benar-benar memperhatikan etika ini dan
mengejawantahkan
dalam
perilakunya.
Jika
etika
pertemuan
dan
BAB IV
KESIMPULAN
40
41
DAFTAR PUSTAKA
: 2011730150
(http://lhiezainternisti.blogspot.com/2009/12/pandangan-islam-dalampelayanan.html)
Dr. H. .Yurnalis Uddin, Islam untuk disiplin ilmu kedokteran dan kesehatan
1(Jakarta, 1995), hal. 113
Zuhroni, dkk, Islam untuk disiplin ilmu kesehatan dan kedokteran 2
(Jakarta,2003), hal. 108.
: 2011730166
42
[Disalin
dari
majalah
As-Sunnah
Edisi
05/Tahun
XI/1428H/2007M.
: 2011730167
http://jilbab.or.id/archives/594-jika-wanita-muslimah-berobat-ke-dokterlelaki-1/
http://jilbab.or.id/archives/605-jika-wanita-muslimah-berobat-ke-dokterlelaki-2/
http://almanhaj.or.id/content/2883/slash/0
: 2011730155
: 2011730141
(1)
(1)
(1)
(1)
Shihab, M Quraish, Jilbab Pakaian Wanita Muslimah. 2004. Jakarta; Lentera Hati
43
(2)
Ensiklopedi Fiqh Wanita, Abu Malik Kamal bin as-Sayyid Salim, cet.
: 2011730148
http://cahyaislam.wordpress.com/2009/05/05/adab-pergaulan-antara-
lawan-jenis/ )
Nama
NIM
: 2011730136
dari
majalah
As-Sunnah
Edisi
05/Tahun
XI/1428H/2007M.
: 2011730165
44